SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 1
Kejar Mandiri, atau Daulat Pangan, tapi Rentan Kudekap
                       Oleh: Riza V. Tjahjadi
    Sekitar 80.000-150.000 hektar tanaman padi              “Wuaduh, dua orang anaklu pulang liburan seminggu
diperkirakan akan kekeringan, dampak dari fenomena          membawa selusin teman-temannya, ‘gimana kasih
iklim El Nino yang diprediksi memuncak pada tahun           makan mereka?”
2010. Akibatnya, sekitar 300.000 petani bakal
kehilangan sumber mata pencarian (Kompas 28 Juli            Kual i t at i f
2009). Jika 1 keluarga terdiri dari 5 kiwa, maka terdapat        Individu, menurut pengamatan yang diperoleh
1,5 juta jiwa dikuatirkan rentan pangan..                   Radimer et al (1992) dari respondennya menyatakan
    Apa yang dapat kita telusuri lebih jauh dalam konteks   dalam beberapa kalimat: “Saya tidak makan makanan
tipisnya lumbung pangan keluarga, ataupun                   yang benar... anak-anak saya tidak makan kudapan
bagaimanakah ketersediaan pangan di kalangan                atau ngemil yang semestinya... Saya pikir makanan
komunitas?                                                  mereka tidak bergizi”.
    Pertanyaan di atas sebagai awal dapat didekati              Pengalaman kuantitatif individual terhadap
dengan menyimak makalah diskusi Valeri Terasuk              merosotnya pasokan makanan, ketika digabung, maka
(2001) yang mengemukakan beberapa komponen –                secara mungkus (efektif) menjelma menjadi gambaran
sebagai inti - yang dirangkum menjadi satu dimensi          berkurangnya atau ketidakcukupan pasokan pangan
(tabel 1). Komponen inti itu sebagai alat cukuplah          dalam rumah tangga.
memadai bagi kita guna memahami duduk                          Cakupan kualitatif termasuk juga mengkonsumsi
kompleksitasnya suatu perkara. Komponen itu dapat           pangan yang tidak aman, maupun pangan yang sudah
melukiskan istilah food security - yang diindonesiakan      tak segar, pangan yang cepat basi, bukan pangan dari
menjadi kerentanan pangan - dengan lebih proporsional       budidaya organik. Karena hanya pangan yang
karena bagaimana ”ewuh-pakewuh“bagi kalangan                semacam inilah yang dapat dibeli atau yang tersedia di
Jawa, ataupun sikap “malu dibilang miskin“ alias “miskin    rumah - atau kualitas pangan yang diperoleh dari bank
itu memalukan” dapat mengungkap dinamika situasi            pangan (food banks) lokal jika di Kanada (Hamelin et all,
pangan pada diri dan keluarga seseorang; entah itu          2002). Pangan yang tidak berkualitas itu dikarenakan
memang miskin, entah itu di atas ambang miskin. Tetapi      juga adanya hambatan terhadap sumber-sumber
komponen inti itu tidak otomatis menggambarkan              keuangan dalam rumah tangga.
potensi konsekuensi yang akan terjadi.                         Sehari-hari makan yang itu-itu saja, menunjukkan
                                                            ketiadaan keberagaman dalam pangan, entah itu menu
Kuant i t at i f                                            tunggal atau keberagaman dalam menu – misalnya,
    Individu, ilustrasinya, ialah “Kita tidak kelaparan     tempe gembus panggang saja, atau sayur lodeh kluwih
tetapi dapat dipastikan tidak akan mati, hanya saja kita    (kalawi, kata orang Minang) tapi tanpa tempe dan
tak dapat makan yang menyenyangkan perut” dan               daging, perkedel tanpa daging giling, “Makanan di piring
“anak-anakku tidak melewatkan makanannya tetapi             selalu sama saja...mi instan dengan saus kecap
mereka tidak selalu dapat makan kenyang.” Itu semua         dicampurnya seadanya tanakan nasi, atau nasi hanya
di luar kondisi yang disengaja oleh seseorang untuk         berlauk kerupuk karak” – itu contoh lainnya.
berpuasa.                                                      Pengamat gizi di Indonesia, Siswono (2001),
    Keadaan yang lebih keras adalah “ketika saya tidak      menggambarkan pada umumnya masyarakat Indonesia
dapat makan yang cukup, atau tidak makan sama               telah mampu mengkonsumsi makanan yang secara
sekali...ketika anda tidak dapat tidur karena perut anda    kuantitatif mencukupi. Namun, dari segi kualitatif, masih
perih keroncongan” (Radimer et al (1990. Pada               cukup banyak yang belum mampu mencukupi
keadaan yang lebih ekstrim lagi, ialah mungkin orang itu    kebutuhan gizi minimumnya. Jika kebutuhan gizi
malahan tidak dapat makan sepanjang hari. Inilah            minimum ini tidak terpenuhi dalam waktu lama –
kelaparan yang sesungguhnya (actual hunger).                meskipun individunya tidak merasakan lapar – akan
     Pada tataran keluarga contoh-contoh di atas jika       menyebabkan gejala-gejala terganggunya kesehatan.
diakumulasikan ke dalam rumah tangga dari orang per         Kondisi itu yang disebut sebagai kelaparan tersembunyi
orang, maka kerentanan pangan keluarga sudah                (hidden hunger), kelaparan gizi atau malnutrisi.
tercipta. “Saya mampu mengolah pangan untuk lima               Kekurangan kalori protein yang gawat pada anak-
orang jiwa, tetapi mulai masuk minggu kedua setiap          anak dikenal dengan gejala klinis seperti kwashiorkor
bulannya, kepala mau pecah rasanya,” itulah                 dan marasmus. Kwashiorkor disebabkan oleh
contohnya. Kerentanan pangan kuantitatif rumah tangga
ada pula bersifat sementara (temporality, and schock),


kekurangan protein, dan diderita bayi usia enam bulan
                                                                                                                        terkait erat dan serius dalam konteks komunitasnya di          tunai; pembeli sudah tidak boleh berutang (lagi).
dan anak balita. Penyebab marasmus adalah                   Sosi al
                                                                                                                        Indonesia,        terutama jika ingin dipecahkan               Karena jika pemilik warung memberi utang, maka ia
kekurangan kalori atau energi atau gejala kekurangan           Pada diri individu maupun keluarga terjadi
                                                                                                                        permasalahan itu. Gambarannya, ialah:                          akan semakin cepat menutup warungnya alias
pangan secara keseluruhan (kelaparan). Tanda-tanda          penyimpangan sosial. Penyimpangan ini termasuk
                                                                                                                           Kerentanan pangan individu maupun keluarga                  bangkrut. Berikutnya, terbatasnya mobilitas penduduk
marasmus yang tampak jelas adalah anak tidak dapat          adalah gangguan pada pola biasanya makan dan
                                                                                                                        terkait erat dengan hal-hal berikut dalam komunitas.           ke pulau besar karena ongkos relatif mahal, dan lebih
tumbuh, berat badannya kira-kira 60 persen dari berat       mungkin juga mencakup beranjaknya kuantitatif maupun
                                                                                                                        Yaitu terbatasnya jumlah tersedia yang dapat dibeli            penting lagi, angkutan orang tidak tersedia setiap hari.
badan normal pada umurnya, wajahnya tampak tua              kualitatif dari norma sosial, misalnya menjadi tidak
                                                                                                                        dengan harga terjangkau dengan cara membeli secara
seperti kera, dengan tungkai sangat kurus, lemak di         mampu makan tiga kali sehari.
bawah kulit tidak ada sama sekali, mata membesar,              Pada tataran rumah tangga penyimpangan ini
                                                                                                                        Table 2. Kebiasaan makan dalam sehari pada 9 komunitas pulau kecil
perut membuncit berlomba dengan ukuran kepala dan           mencakup terganggunya pola-pola sosiokeluarga,
apatis.                                                     pertengkaran soal tentang makanan di rumah, serta                           Pulau      Pulau      Pulau      Pulau        Pulau                   Pulau         Buton
                                                            ketidakmampuan berpartisipasi dalam ritual dan tradisi      Frekuensi      Tunda      Tidung     Sapudi     Kararang     BlLompo                  Buluh       (3 pulau)       Total
Psi kol ogi s                                               kultural yang mendasarkan pada pangan. Kesemuanya           Sekali            3          0          0           1            0                      0             0             4
   Pada sosok individu, kerentanan pangan berkaitan         itu bergantung kepada bagaimana komponen-                   Dua kali         24          0         34          19           26                      0             16           119
dengan perasaan tertekan, atau ketiadaan pilihan yang       komponen inti itu dipahami, dan dapat dipertimbangkan       Tiga kali        46         47         44           8            5                     15             49           214
dinyatakan sebagai “tidak menurut keinginan kita            tumpang-tindih dengan aspek-aspek psikologis                Jumlah           73         47         78          28           31                     15             65           337
sendiri... yang terpaksa tidak dapat diperoleh, ataupun     mengenai kerentanan pangan bagi orang per orang.            Sumber: Data primer diolah, Biotani Indonesia. Jakarta 12 Desember 2006.
juga makan hanya sedikit saja, karena tidak ada lagi             Dimensi sosial kerentanan pangan pada aras rumah       Catatan: Pulau Tunda, yang menjadi sumber info dalam gambaran komunitas tabel 1, mayoritas warganya makan 3 kali sehari,
                                                                                                                        tetapi paling sering terdengar rawan beras sejak 2002-2003, awal 2007, dan hampir terjadi pada awal 2009.
yang dapat dimakan selain yang sudah ada” (Radimer,         tangga pun dinyatakan dalam perilaku untuk memburu
                                                                                                                                                                                          Lebih dari itu terlihat juga, tidak adanya sistem
et all 1992). Perasan semacam itu berulangkali              pangan dengan cara-cara yang – tertinggi urutannya –
                                                                                                                           Bertambahnya jumlah mulut yang datang secara tak           peringatan dini soal kekosongan pangan – terlebih
didokumentasikan dalam beberapa studi kualitatif            ialah menyimpang dari norma sosial. Penyimpangan ini
                                                                                                                        terduga dalam jumlah tertentu adalah faktor yang turut        manakala menjelang musim angin barat - terkecuali
terhadap pengalaman individu tentang kerentanan             tergolong sebagai kerentangan pangan yang prosesnya
                                                                                                                        memperparah kerentangan pangan, terlebih komunitas            (konsekuensinya) jika kepala desanya pergi melaporkan
pangan, berpuncak pada kesadaran akut yang                  terkendali (managed process). Perilakunya seringkali
                                                                                                                        itu mayoritasnya adalah konsumen semata. Mereka               situasi ketiadaan pangan kepada pejabat setingkat
berkepanjangan yang pada gilirannya dikompromikan           merujuk kepada strategi untuk mengatasi kesukaran
                                                                                                                        sungguh tak pandai bertani maupun beternak hewan,             atasnya di pulau besar.
antara pasokan pangannya dan kuatnya hambatan               atau dapat dikatakan juga sebagai strategi
                                                                                                                        atau budidaya ikan air tawar, melainkan memungut
terhadap sumber-sumber keuangan. Fitchen (1988)             memperbesar sumberdaya (resource augmentation).
                                                                                                                        buah sukun – yang entah siapa dahulu yang menanam,            Perspektif legal (gugat hak)
memberikan gambaran awalnya kerentanan pangan,              Perilaku semacam ini dapat pula mencakup mencari
                                                                                                                        tetapi tidak ada penanaman baru. Demikian juga halnya              Gambaran kerentanan pangan komunitas dapat
ialah ketika seseorang – entah kanak-kanak, atau orang      lewat santunan pangan, derma bantuan pangan (food
                                                                                                                        dengan pohon kelapa.                                          dirangkum dalam kalimat, bahwa komunitas tidak
dewasa – mulai melongok pendaringan tempat pangan           assistence charity), atau dari keluarga atau teman-
                                                                                                                            Ruang berpendingin, apalagi gudang yang                   mengetahui, bahwa tidak dilakukannya peringatan dini
keluarga seraya bertanya, “Apakah masih ada sesuatu         teman – yang kesemuanya sumbernya adalah di luar
                                                                                                                        berpendingin tak ada, beitu juga listrik, menyebabkan         dan identifikasi oleh Negara soal rawan pangan.
yang dapat dimakan?”                                        kewajaran, ataupun diperoleh di luar cara-cara yang
                                                                                                                        kualitas ikan laut tangkapan menurun, jika tidak cepat        Komunitas pun tidak paham soal adanya kewajiban
     Kerentanan pangan dalam keluarga terkaitkan            dapat dibenarkan seperti mencuri makanan – nah, yang
                                                                                                                        dijual, alias harus terima jual murah. Ketiadaan fasilitas    pemerintah bersama masyarakat soal pengadaan
dengan ketidakpastian atau rasa ketidakamanan               ini bukan proses terkendali (managed process).
                                                                                                                        itu, tentu saja, tak dikenal adanya sistem Resi Gudang        cadangan pangan, dari pemerintah pusat hingga
terhadap kecukupan dan keberlanjutan pasokan                     Strategi memperbesar sumberdaya mencakup pula
                                                                                                                        untuk ikan laut.                                              pemerintah desa (Pasal 5 Undang-Undang Nomor 7
pangan, maka dapat dicap sebagai kekuatiran pangan          aksi tidak normal di antaranya mencari uang untuk
                                                                                                                            Di atas semua itu komunitas pun tidak mengenal            Tahun 1996 tentang Pangan). Maklumlah, komunitas di
(food anxiety). Ini dicontohkan dalam kalimat berikut:      pangan (acquire money for food), misalnya
                                                                                                                        sistem peringatan dini soal menipisnya ketersediaan           pulau itu relatif terisolasi, meskipun relatif dekat dengan
“ketika anda bangun pagi, maka anda mulai cemas jika        menggadaikan, atau menjual barang miliknya, membeli
                                                                                                                        pangan.                                                       ibukota kabupaten.
anda tidak cukup mampu menghidangkan makan siang.           makanan dengan cara berhutang, menunda
                                                                                                                           Pada sisi kualitatif      terlihat langkanya sumber             Nah, apalagi, jika komunitas diletakkan dalam
Atau, anda mampu menghidangkan makan hari ini,              pembayaran tagihan utang, dan sebagainya... Lha,
                                                                                                                        informasi soal kombinasi menu pangan beragam di               perspektif antara Hak-hak individu dan Kewajiban
tetapi esok hari, bagaimana?” (Radimer et all, 1992).       wong makanan banyak tersedia di pasar, kartu plastik
                                                                                                                        kalangan komunitas, dan yang tersedia adalah hanya            berikut tanggungjawab Negara. Jelas, jauh panggang
    Kalimat lainnya “ketika saya melihat lemari saya        ada di dompet, kok, dibilang rentan pangan, makanya
                                                                                                                        pangan yang dapat cepat diolah sebagai santapan –             dari api. Pejabat pemerintahan saja belum tentu
menjadi kosong, maka saya bertanya dapatkah saya            saya pilih pemimpin.., ya, yang suka ngutang juga tanpa
                                                                                                                        entah cocok, atau tidaknya.                                   semuanya paham soal ini.
akan mengisinya kembali, ... dan seterusnya” (Hamelin,      rasa malu- bukan jaman nenekku dulu, utang itu
                                                                                                                            Adapun psikologis di kalangan komunitas tergambar            Gambaran situasi dan kondisi dalam alur dinamis
2002). Hamelin et al (1999, 2002) menjelaskan lebih         memalukan... Itulah domain publik yang terang
                                                                                                                        memudarnya hingga kepada tiadanya lagi hubungan               pada orang per orang, keluarga maupun komunitas di
lanjut mengenai terjadinya stres psikologis berhubungan     benderang!
                                                                                                                        emosi sosial – untuk mengatakan semakin menguatnya            pulau besar, terlebih pada komunitas pulau kecil itu,
dengan kerentanan pangan keluarga. Contoh yang
                                                                                                                        “rasa” persaingan. Alasannya, masih spekulatif, ialah         manakala disandingkan dengan jargon daulat pangan,
dapat diamati, ialah mencakup hilangnya minat               Kerent anan kom uni t as, kasu s pul au keci l
                                                                                                                        mungkin saja ini terbawa kebiasaan sesehari dari kerja        atau mandiri pangan, tentulah padanannya sangat
terhadap pangan, enggan memasak karena galau-hati              Dengan merujuk kepada tabel yang disusun Valerie
                                                                                                                        melaut, dan langsung-jual hasil tangkapan ikannya.            mungkin lebih berupa tanda tanya.
seseorang memikirkan hambatan memperoleh                    Terasuk (2001), maka saya mengimbuhkan kolom –
                                                                                                                        Kebiasaan ini terbawa dalam pergaulan dalam                       Coba renungkan, kita mengejar kemandirian, atau
makanan, serta ketakutan akan hilangnya kualitas            paling kanan - untuk menampilkan sosok komunitas
                                                                                                                        komunitas, maupun antar komunitas. Kebiasan inipun            kedaulatan pangan, tetapi kerentanan panganlah yang
perawatan terhadap anak - yang mengganggap dirinya          dalam konteks kerentanan pangan di Indonesia,
                                                                                                                        erat atau tumpang-tindih dengan ikatan sosialnya. Yaitu,      kudekap seseharinya? Itukah diri kita?
tidak sudah dapat memberikan makan sepatutnya bagi          khususnya pulau kecil yang sengaja dipilih tak jauh dari
                                                                                                                        pudar hingga tiadanya berbagi secara sosial/ solidaritas.
anak-anaknya. Anak-anak adalah prioritas, dan dalam         ibukota kabupaten. Karenanya, secara hipotetif,
                                                                                                                        Yang menonjol semata-mata adalah berbagi kemiskinan           3 Agustus 2009
kaitan ini muncul pula rasa tidak berdaya, rasa bersalah,
                                                                                                                        dalam komunitas dan antar komunitas di daerah                 Riza V. Tjahjadi, direktur BioTani & Bahari
dan malu, lalu berkaitan dengan komponen sosial, yaitu
                                                                                                                        terdekat. Saling berhutang, “Lah biaso, ko..!”                Indonesia, dan Pembina Yayasan Jaker PO.
pengasingan sosial (social alineation)

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a Kerentanan Pangan di Indonesia

makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTSri Nur Ramliah
 
Kurang Energi Protein Ude News
Kurang Energi Protein   Ude NewsKurang Energi Protein   Ude News
Kurang Energi Protein Ude NewsUDE-NEWS
 
Kearifan masyarakat agraris dalam ketahanan pangan di pedesaan lereng lawu ka...
Kearifan masyarakat agraris dalam ketahanan pangan di pedesaan lereng lawu ka...Kearifan masyarakat agraris dalam ketahanan pangan di pedesaan lereng lawu ka...
Kearifan masyarakat agraris dalam ketahanan pangan di pedesaan lereng lawu ka...Sebelas Maret University
 
Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi septy nora
 
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.pptPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.pptgiziunand
 
Chapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukChapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukSTIMLOG
 
EKONOMI PEMBANGUNAN (PERTEMUAN KE 2).pptx
EKONOMI PEMBANGUNAN (PERTEMUAN KE 2).pptxEKONOMI PEMBANGUNAN (PERTEMUAN KE 2).pptx
EKONOMI PEMBANGUNAN (PERTEMUAN KE 2).pptxBaiqAndin
 
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02melisa rahmiyanti
 
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi GiziFaktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizipjj_kemenkes
 
MAKALAH MANAJEMEN BENCANA-1.pptx
MAKALAH MANAJEMEN BENCANA-1.pptxMAKALAH MANAJEMEN BENCANA-1.pptx
MAKALAH MANAJEMEN BENCANA-1.pptxYaniLende
 

Semelhante a Kerentanan Pangan di Indonesia (20)

makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
 
Kurang Energi Protein Ude News
Kurang Energi Protein   Ude NewsKurang Energi Protein   Ude News
Kurang Energi Protein Ude News
 
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.pptAntropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
Antropologi-Gizi-Pertemuan-4.ppt
 
KEP
KEPKEP
KEP
 
Kearifan masyarakat agraris dalam ketahanan pangan di pedesaan lereng lawu ka...
Kearifan masyarakat agraris dalam ketahanan pangan di pedesaan lereng lawu ka...Kearifan masyarakat agraris dalam ketahanan pangan di pedesaan lereng lawu ka...
Kearifan masyarakat agraris dalam ketahanan pangan di pedesaan lereng lawu ka...
 
Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi
 
1795 4122-1-pb
1795 4122-1-pb1795 4122-1-pb
1795 4122-1-pb
 
PPT KEMISKINAN
PPT KEMISKINANPPT KEMISKINAN
PPT KEMISKINAN
 
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.pptPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Anak.ppt
 
Chapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukChapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi Buruk
 
EKONOMI PEMBANGUNAN (PERTEMUAN KE 2).pptx
EKONOMI PEMBANGUNAN (PERTEMUAN KE 2).pptxEKONOMI PEMBANGUNAN (PERTEMUAN KE 2).pptx
EKONOMI PEMBANGUNAN (PERTEMUAN KE 2).pptx
 
Putting It All Together
Putting It All TogetherPutting It All Together
Putting It All Together
 
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
Artikelilmiah 121024200214-phpapp02
 
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi GiziFaktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
Faktor Sosial Budaya Mempengaruhi Gizi
 
Malnutrisi
MalnutrisiMalnutrisi
Malnutrisi
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
Gizi 1
Gizi 1Gizi 1
Gizi 1
 
Gizi 1
Gizi 1Gizi 1
Gizi 1
 
Sosbud 5
Sosbud 5Sosbud 5
Sosbud 5
 
MAKALAH MANAJEMEN BENCANA-1.pptx
MAKALAH MANAJEMEN BENCANA-1.pptxMAKALAH MANAJEMEN BENCANA-1.pptx
MAKALAH MANAJEMEN BENCANA-1.pptx
 

Mais de Biotani & Bahari Indonesia

april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdfapril23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdfBiotani & Bahari Indonesia
 
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdfPlastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdfBiotani & Bahari Indonesia
 

Mais de Biotani & Bahari Indonesia (20)

Plastik n Sampah Pantauan Maret 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2024.pdfPlastik n Sampah Pantauan Maret 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2024.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Februari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Februari 2024.pdfPlastik n Sampah Pantauan Februari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Februari 2024.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdfPlastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Desember 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Desember 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Desember 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Desember 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan November 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan November 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan November 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan November 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Oktober 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Oktober 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Oktober 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Oktober 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan September 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan September 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan September 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan September 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Agustus 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Agustus 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Agustus 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Agustus 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Juli 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juli 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Juli 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juli 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Mei 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Mei 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Mei 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Mei 2023.pdf
 
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdfapril23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Maret 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Feb 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Feb 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Feb 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Feb 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Jan 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Jan 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Jan 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Jan 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Des 2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Des  2022.pdfPlastik n Sampah Pantauan Des  2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Des 2022.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Nov2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Nov2022.pdfPlastik n Sampah Pantauan Nov2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Nov2022.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdfPlastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Sept 2022 (1).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Sept  2022 (1).pdfPlastik n Sampah Pantauan Sept  2022 (1).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Sept 2022 (1).pdf
 

Kerentanan Pangan di Indonesia

  • 1. Kejar Mandiri, atau Daulat Pangan, tapi Rentan Kudekap Oleh: Riza V. Tjahjadi Sekitar 80.000-150.000 hektar tanaman padi “Wuaduh, dua orang anaklu pulang liburan seminggu diperkirakan akan kekeringan, dampak dari fenomena membawa selusin teman-temannya, ‘gimana kasih iklim El Nino yang diprediksi memuncak pada tahun makan mereka?” 2010. Akibatnya, sekitar 300.000 petani bakal kehilangan sumber mata pencarian (Kompas 28 Juli Kual i t at i f 2009). Jika 1 keluarga terdiri dari 5 kiwa, maka terdapat Individu, menurut pengamatan yang diperoleh 1,5 juta jiwa dikuatirkan rentan pangan.. Radimer et al (1992) dari respondennya menyatakan Apa yang dapat kita telusuri lebih jauh dalam konteks dalam beberapa kalimat: “Saya tidak makan makanan tipisnya lumbung pangan keluarga, ataupun yang benar... anak-anak saya tidak makan kudapan bagaimanakah ketersediaan pangan di kalangan atau ngemil yang semestinya... Saya pikir makanan komunitas? mereka tidak bergizi”. Pertanyaan di atas sebagai awal dapat didekati Pengalaman kuantitatif individual terhadap dengan menyimak makalah diskusi Valeri Terasuk merosotnya pasokan makanan, ketika digabung, maka (2001) yang mengemukakan beberapa komponen – secara mungkus (efektif) menjelma menjadi gambaran sebagai inti - yang dirangkum menjadi satu dimensi berkurangnya atau ketidakcukupan pasokan pangan (tabel 1). Komponen inti itu sebagai alat cukuplah dalam rumah tangga. memadai bagi kita guna memahami duduk Cakupan kualitatif termasuk juga mengkonsumsi kompleksitasnya suatu perkara. Komponen itu dapat pangan yang tidak aman, maupun pangan yang sudah melukiskan istilah food security - yang diindonesiakan tak segar, pangan yang cepat basi, bukan pangan dari menjadi kerentanan pangan - dengan lebih proporsional budidaya organik. Karena hanya pangan yang karena bagaimana ”ewuh-pakewuh“bagi kalangan semacam inilah yang dapat dibeli atau yang tersedia di Jawa, ataupun sikap “malu dibilang miskin“ alias “miskin rumah - atau kualitas pangan yang diperoleh dari bank itu memalukan” dapat mengungkap dinamika situasi pangan (food banks) lokal jika di Kanada (Hamelin et all, pangan pada diri dan keluarga seseorang; entah itu 2002). Pangan yang tidak berkualitas itu dikarenakan memang miskin, entah itu di atas ambang miskin. Tetapi juga adanya hambatan terhadap sumber-sumber komponen inti itu tidak otomatis menggambarkan keuangan dalam rumah tangga. potensi konsekuensi yang akan terjadi. Sehari-hari makan yang itu-itu saja, menunjukkan ketiadaan keberagaman dalam pangan, entah itu menu Kuant i t at i f tunggal atau keberagaman dalam menu – misalnya, Individu, ilustrasinya, ialah “Kita tidak kelaparan tempe gembus panggang saja, atau sayur lodeh kluwih tetapi dapat dipastikan tidak akan mati, hanya saja kita (kalawi, kata orang Minang) tapi tanpa tempe dan tak dapat makan yang menyenyangkan perut” dan daging, perkedel tanpa daging giling, “Makanan di piring “anak-anakku tidak melewatkan makanannya tetapi selalu sama saja...mi instan dengan saus kecap mereka tidak selalu dapat makan kenyang.” Itu semua dicampurnya seadanya tanakan nasi, atau nasi hanya di luar kondisi yang disengaja oleh seseorang untuk berlauk kerupuk karak” – itu contoh lainnya. berpuasa. Pengamat gizi di Indonesia, Siswono (2001), Keadaan yang lebih keras adalah “ketika saya tidak menggambarkan pada umumnya masyarakat Indonesia dapat makan yang cukup, atau tidak makan sama telah mampu mengkonsumsi makanan yang secara sekali...ketika anda tidak dapat tidur karena perut anda kuantitatif mencukupi. Namun, dari segi kualitatif, masih perih keroncongan” (Radimer et al (1990. Pada cukup banyak yang belum mampu mencukupi keadaan yang lebih ekstrim lagi, ialah mungkin orang itu kebutuhan gizi minimumnya. Jika kebutuhan gizi malahan tidak dapat makan sepanjang hari. Inilah minimum ini tidak terpenuhi dalam waktu lama – kelaparan yang sesungguhnya (actual hunger). meskipun individunya tidak merasakan lapar – akan Pada tataran keluarga contoh-contoh di atas jika menyebabkan gejala-gejala terganggunya kesehatan. diakumulasikan ke dalam rumah tangga dari orang per Kondisi itu yang disebut sebagai kelaparan tersembunyi orang, maka kerentanan pangan keluarga sudah (hidden hunger), kelaparan gizi atau malnutrisi. tercipta. “Saya mampu mengolah pangan untuk lima Kekurangan kalori protein yang gawat pada anak- orang jiwa, tetapi mulai masuk minggu kedua setiap anak dikenal dengan gejala klinis seperti kwashiorkor bulannya, kepala mau pecah rasanya,” itulah dan marasmus. Kwashiorkor disebabkan oleh contohnya. Kerentanan pangan kuantitatif rumah tangga ada pula bersifat sementara (temporality, and schock), kekurangan protein, dan diderita bayi usia enam bulan terkait erat dan serius dalam konteks komunitasnya di tunai; pembeli sudah tidak boleh berutang (lagi). dan anak balita. Penyebab marasmus adalah Sosi al Indonesia, terutama jika ingin dipecahkan Karena jika pemilik warung memberi utang, maka ia kekurangan kalori atau energi atau gejala kekurangan Pada diri individu maupun keluarga terjadi permasalahan itu. Gambarannya, ialah: akan semakin cepat menutup warungnya alias pangan secara keseluruhan (kelaparan). Tanda-tanda penyimpangan sosial. Penyimpangan ini termasuk Kerentanan pangan individu maupun keluarga bangkrut. Berikutnya, terbatasnya mobilitas penduduk marasmus yang tampak jelas adalah anak tidak dapat adalah gangguan pada pola biasanya makan dan terkait erat dengan hal-hal berikut dalam komunitas. ke pulau besar karena ongkos relatif mahal, dan lebih tumbuh, berat badannya kira-kira 60 persen dari berat mungkin juga mencakup beranjaknya kuantitatif maupun Yaitu terbatasnya jumlah tersedia yang dapat dibeli penting lagi, angkutan orang tidak tersedia setiap hari. badan normal pada umurnya, wajahnya tampak tua kualitatif dari norma sosial, misalnya menjadi tidak dengan harga terjangkau dengan cara membeli secara seperti kera, dengan tungkai sangat kurus, lemak di mampu makan tiga kali sehari. bawah kulit tidak ada sama sekali, mata membesar, Pada tataran rumah tangga penyimpangan ini Table 2. Kebiasaan makan dalam sehari pada 9 komunitas pulau kecil perut membuncit berlomba dengan ukuran kepala dan mencakup terganggunya pola-pola sosiokeluarga, apatis. pertengkaran soal tentang makanan di rumah, serta Pulau Pulau Pulau Pulau Pulau Pulau Buton ketidakmampuan berpartisipasi dalam ritual dan tradisi Frekuensi Tunda Tidung Sapudi Kararang BlLompo Buluh (3 pulau) Total Psi kol ogi s kultural yang mendasarkan pada pangan. Kesemuanya Sekali 3 0 0 1 0 0 0 4 Pada sosok individu, kerentanan pangan berkaitan itu bergantung kepada bagaimana komponen- Dua kali 24 0 34 19 26 0 16 119 dengan perasaan tertekan, atau ketiadaan pilihan yang komponen inti itu dipahami, dan dapat dipertimbangkan Tiga kali 46 47 44 8 5 15 49 214 dinyatakan sebagai “tidak menurut keinginan kita tumpang-tindih dengan aspek-aspek psikologis Jumlah 73 47 78 28 31 15 65 337 sendiri... yang terpaksa tidak dapat diperoleh, ataupun mengenai kerentanan pangan bagi orang per orang. Sumber: Data primer diolah, Biotani Indonesia. Jakarta 12 Desember 2006. juga makan hanya sedikit saja, karena tidak ada lagi Dimensi sosial kerentanan pangan pada aras rumah Catatan: Pulau Tunda, yang menjadi sumber info dalam gambaran komunitas tabel 1, mayoritas warganya makan 3 kali sehari, tetapi paling sering terdengar rawan beras sejak 2002-2003, awal 2007, dan hampir terjadi pada awal 2009. yang dapat dimakan selain yang sudah ada” (Radimer, tangga pun dinyatakan dalam perilaku untuk memburu Lebih dari itu terlihat juga, tidak adanya sistem et all 1992). Perasan semacam itu berulangkali pangan dengan cara-cara yang – tertinggi urutannya – Bertambahnya jumlah mulut yang datang secara tak peringatan dini soal kekosongan pangan – terlebih didokumentasikan dalam beberapa studi kualitatif ialah menyimpang dari norma sosial. Penyimpangan ini terduga dalam jumlah tertentu adalah faktor yang turut manakala menjelang musim angin barat - terkecuali terhadap pengalaman individu tentang kerentanan tergolong sebagai kerentangan pangan yang prosesnya memperparah kerentangan pangan, terlebih komunitas (konsekuensinya) jika kepala desanya pergi melaporkan pangan, berpuncak pada kesadaran akut yang terkendali (managed process). Perilakunya seringkali itu mayoritasnya adalah konsumen semata. Mereka situasi ketiadaan pangan kepada pejabat setingkat berkepanjangan yang pada gilirannya dikompromikan merujuk kepada strategi untuk mengatasi kesukaran sungguh tak pandai bertani maupun beternak hewan, atasnya di pulau besar. antara pasokan pangannya dan kuatnya hambatan atau dapat dikatakan juga sebagai strategi atau budidaya ikan air tawar, melainkan memungut terhadap sumber-sumber keuangan. Fitchen (1988) memperbesar sumberdaya (resource augmentation). buah sukun – yang entah siapa dahulu yang menanam, Perspektif legal (gugat hak) memberikan gambaran awalnya kerentanan pangan, Perilaku semacam ini dapat pula mencakup mencari tetapi tidak ada penanaman baru. Demikian juga halnya Gambaran kerentanan pangan komunitas dapat ialah ketika seseorang – entah kanak-kanak, atau orang lewat santunan pangan, derma bantuan pangan (food dengan pohon kelapa. dirangkum dalam kalimat, bahwa komunitas tidak dewasa – mulai melongok pendaringan tempat pangan assistence charity), atau dari keluarga atau teman- Ruang berpendingin, apalagi gudang yang mengetahui, bahwa tidak dilakukannya peringatan dini keluarga seraya bertanya, “Apakah masih ada sesuatu teman – yang kesemuanya sumbernya adalah di luar berpendingin tak ada, beitu juga listrik, menyebabkan dan identifikasi oleh Negara soal rawan pangan. yang dapat dimakan?” kewajaran, ataupun diperoleh di luar cara-cara yang kualitas ikan laut tangkapan menurun, jika tidak cepat Komunitas pun tidak paham soal adanya kewajiban Kerentanan pangan dalam keluarga terkaitkan dapat dibenarkan seperti mencuri makanan – nah, yang dijual, alias harus terima jual murah. Ketiadaan fasilitas pemerintah bersama masyarakat soal pengadaan dengan ketidakpastian atau rasa ketidakamanan ini bukan proses terkendali (managed process). itu, tentu saja, tak dikenal adanya sistem Resi Gudang cadangan pangan, dari pemerintah pusat hingga terhadap kecukupan dan keberlanjutan pasokan Strategi memperbesar sumberdaya mencakup pula untuk ikan laut. pemerintah desa (Pasal 5 Undang-Undang Nomor 7 pangan, maka dapat dicap sebagai kekuatiran pangan aksi tidak normal di antaranya mencari uang untuk Di atas semua itu komunitas pun tidak mengenal Tahun 1996 tentang Pangan). Maklumlah, komunitas di (food anxiety). Ini dicontohkan dalam kalimat berikut: pangan (acquire money for food), misalnya sistem peringatan dini soal menipisnya ketersediaan pulau itu relatif terisolasi, meskipun relatif dekat dengan “ketika anda bangun pagi, maka anda mulai cemas jika menggadaikan, atau menjual barang miliknya, membeli pangan. ibukota kabupaten. anda tidak cukup mampu menghidangkan makan siang. makanan dengan cara berhutang, menunda Pada sisi kualitatif terlihat langkanya sumber Nah, apalagi, jika komunitas diletakkan dalam Atau, anda mampu menghidangkan makan hari ini, pembayaran tagihan utang, dan sebagainya... Lha, informasi soal kombinasi menu pangan beragam di perspektif antara Hak-hak individu dan Kewajiban tetapi esok hari, bagaimana?” (Radimer et all, 1992). wong makanan banyak tersedia di pasar, kartu plastik kalangan komunitas, dan yang tersedia adalah hanya berikut tanggungjawab Negara. Jelas, jauh panggang Kalimat lainnya “ketika saya melihat lemari saya ada di dompet, kok, dibilang rentan pangan, makanya pangan yang dapat cepat diolah sebagai santapan – dari api. Pejabat pemerintahan saja belum tentu menjadi kosong, maka saya bertanya dapatkah saya saya pilih pemimpin.., ya, yang suka ngutang juga tanpa entah cocok, atau tidaknya. semuanya paham soal ini. akan mengisinya kembali, ... dan seterusnya” (Hamelin, rasa malu- bukan jaman nenekku dulu, utang itu Adapun psikologis di kalangan komunitas tergambar Gambaran situasi dan kondisi dalam alur dinamis 2002). Hamelin et al (1999, 2002) menjelaskan lebih memalukan... Itulah domain publik yang terang memudarnya hingga kepada tiadanya lagi hubungan pada orang per orang, keluarga maupun komunitas di lanjut mengenai terjadinya stres psikologis berhubungan benderang! emosi sosial – untuk mengatakan semakin menguatnya pulau besar, terlebih pada komunitas pulau kecil itu, dengan kerentanan pangan keluarga. Contoh yang “rasa” persaingan. Alasannya, masih spekulatif, ialah manakala disandingkan dengan jargon daulat pangan, dapat diamati, ialah mencakup hilangnya minat Kerent anan kom uni t as, kasu s pul au keci l mungkin saja ini terbawa kebiasaan sesehari dari kerja atau mandiri pangan, tentulah padanannya sangat terhadap pangan, enggan memasak karena galau-hati Dengan merujuk kepada tabel yang disusun Valerie melaut, dan langsung-jual hasil tangkapan ikannya. mungkin lebih berupa tanda tanya. seseorang memikirkan hambatan memperoleh Terasuk (2001), maka saya mengimbuhkan kolom – Kebiasaan ini terbawa dalam pergaulan dalam Coba renungkan, kita mengejar kemandirian, atau makanan, serta ketakutan akan hilangnya kualitas paling kanan - untuk menampilkan sosok komunitas komunitas, maupun antar komunitas. Kebiasan inipun kedaulatan pangan, tetapi kerentanan panganlah yang perawatan terhadap anak - yang mengganggap dirinya dalam konteks kerentanan pangan di Indonesia, erat atau tumpang-tindih dengan ikatan sosialnya. Yaitu, kudekap seseharinya? Itukah diri kita? tidak sudah dapat memberikan makan sepatutnya bagi khususnya pulau kecil yang sengaja dipilih tak jauh dari pudar hingga tiadanya berbagi secara sosial/ solidaritas. anak-anaknya. Anak-anak adalah prioritas, dan dalam ibukota kabupaten. Karenanya, secara hipotetif, Yang menonjol semata-mata adalah berbagi kemiskinan 3 Agustus 2009 kaitan ini muncul pula rasa tidak berdaya, rasa bersalah, dalam komunitas dan antar komunitas di daerah Riza V. Tjahjadi, direktur BioTani & Bahari dan malu, lalu berkaitan dengan komponen sosial, yaitu terdekat. Saling berhutang, “Lah biaso, ko..!” Indonesia, dan Pembina Yayasan Jaker PO. pengasingan sosial (social alineation)