SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 57
Pangan dan Ketahanan
       Komunitas
    Pulau-pulau Kecil

  Hasil Studi di 6 provinsi
        BioTani Indonesia
               presentasi
     Riza-V-Tjahjadi & Tim Studi
          biotani2004a@yahoo.com
Studi ini berlangsung pada akhir Juli hingga akhir
November 2006 dengan lokasi penelitian meliputi
komunitas di sembilan pulau kecil yang berada
dalam 6 provinsi. Yaitu P. Buluh Batam Kep. Riau,
P. Tunda Serang Banten, P. Tidung Kep. Seribu
DKI Jaya, P. Sapudi Madura Jatim, P. Balang
Lompo, dan P. Karanrang, Pangkep Sulsel, P.
Talaga, P. Makassar, dan P. Kabaena Sekitar P.
Buton Sultra.
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia, yang memiliki panjang pantai pesisir sekitar
18000 km dan pulau-pulau sejumlah 17.000-an.
Laporan Bank Dunia (2000) menyatakan bahwa
sekitar 80 persen dari kelompok yang
dikategorikan miskin tinggal di daerah pesisir
pantai.
LATAR BELAKANG
Task force on Hunger United Nations Millenium
Development Project melaporkan bahwa 8 persen
dari masyarakat miskin ditemukan pada komunitas
yang pekerjaan pokoknya berkaitan dengan
mencari ikan, berburu dan menggembalakan
ternaknya.
LATAR BELAKANG
laporan World Food Program (2000) menyatakan
bahwa jumlah penduduk yang tinggal di pulau-
pulau kecil mengkonsumsi kandungan kalori
dalam makanannya yang berjumlah kurang dari 60
persen daripada yang seharusnya. Kondisi ini
menyebabkan anemia pada 65 persen ibu yang
sedang mengandung (UNDP 2000) dan 29.5
persen kekurangan gizi pada balita (Bank Dunia,
2003).
LATAR BELAKANG
Pada tahun 2002, World Food Summit
menghasilkan mandat: tersedianya sebuah panduan
sukarela (voluntary guideline) bagi anggota FAO
GUNA MENDUKUNG REALISASI
PROGRESIF HAK ASASI ATAS
KECUKUPAN PANGAN DALAM KONTEKS
KETAHANAN PANGAN NASIONAL
LATAR BELAKANG
Pada November 2004, Food and
Agricultural Organization (FAO) Council
yang beranggotakan 187 negara anggota
mengadopsi Voluntary Guideliness to
Support the Progressive Realization of the
Right to Adequate Food in the Context of
National Food Security.
LATAR BELAKANG
    Jumlah penduduk miskin di Indonesia
              (ribu penduduk)
Tahun          Kota              Desa                 Total
   1976        10000             44200                54200
   1978        8300              38900                47200
   1980        9500              32800                42300
   1981        9300              31300                40600
   1984        9300              25700                35000
   1987        9700              20300                30000
   1990        9400              17800                27200
   1993        8700              17200                25900
   1996        9600              24900                34500
   1998        17600             31900                49500
   1999        15600             32300                47900
   2000        12300             26400                38700
   2001        8600              29300                37900
   2002        13300             25100                38400
   2003        12300             25100                37400
   2004        11370             24780                36150
 Sumber : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, 2005
PERMASALAHAN
Bagaimana pemahaman komunitas yang tinggal di
pulau-pulau terhadap konsep ketahanan
(khususnya hak atas) pangan?
Adakah karakteristik tertentu dari komunitas
tersebut, dan faktor atau variabel lain yang
mendukung ketahanan pangan mereka?
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui, dan menganalisis pemahaman
komunitas yang tinggal di pulau kecil atas konsep
ketahanan (hak atas) pangan
Menjelaskan variabel-variabel yang mempunyai
pengaruh terhadap ketahanan pangan penduduk di
pulau kecil.
Landasan Teori
studi-studi tentang penduduk miskin atau kemiskinan
di daerah perkotaan dan perdesaan (Anderson dan
Slater :2003; Surono,1999; Skoufias, 2001; Bresciani
et al:2002; dan Timmer: 2004).
Yang agak mendekati topik studi ini adalah penelitian
Salam (2003) di beberapa pulau (Banggai, Tanimbar
dan Lembata) yang menemukan bahwa ternyata
kurikulum pendidikan tidak berkaitan erat dengan
kondisi kesejahteraan masyarakat, sebaliknya faktor
kesehatan berperan penting dalam soal ini.
Landasan Teori
Dua kajian tentang pengaruh krisis ekonomi 1997-
1998 atas ketahanan pangan masyarakat Indonesia
membandingkan antara mereka yang tinggal di
kota besar dan yang berdiam di wilayah perdesaan.
(Surono: 1999, Skoufias: 2001).
Skoufias membandingkan pengeluaran untuk
konsumsi per kapita dan kalori per kapita di
masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan
sebelum krisis (1996) dan setelah krisis (1999).
Landasan Teori
Secara tradisional kerawanan pangan
dihitung berdasarkan penawaran total
pangan, ketersediaan, kemudahan akses dan
kecukupan (Busch dan Lacy, 1984; FAO
2003).
Metode Penelitian
Data:
  Data primer : hasil survei lapangan terhadap responden
  yang bermatapencaharian pokok sebagai nelayan dan
  bermukim di pulau-pulau kecil.
  Data sekunder : publikasi badan-badan pemerintah
  maupun organisasi/ swasta lainnya
Lokasi Penelitian dan Jumlah
             Responden
Pulau-pulau yang disyaratkan untuk dipilih adalah
pulau yang dekat atau berhadapan dengan kota besar
(ibukota provinsi).
   No                Pulau                     Lokasi             Jumlah
                                                                 Responden
        1 Tunda                        Prov. Banten               75 orang
        2 Tidung                       DKI Jaya                   50 orang
        3 Buluh                        Batam, Prov. Kepri         15 orang
        3 Sapudi                       Prov. Jawa Timur           80 orang
        4 Karangrang                   Prov. Sulawesi Selatan     28 orang
        5 Balang Lompo                 Prov. Sulawesi Selatan     28 orang
        6 Tiga pulau sekitar P Buton   Prov. Sulawesi Tenggara    65 orang
                                                 Total           344 orang
             Sumber: Data lapangan
Alat Analisis data
 Kajian ini menggunakan metode statistika untuk
menganalisis dengan kritis jawaban responden
(statistik deskriptif)
Statistik inferensial untuk melakukan uji empirik
tentang ketahanan pangan.
Model yang digunakan pada kajian ini adalah
model probabilitas logistik
Usia Responden di Masing-masing Pulau

Kel. Usia   Tunda       Tidung     Buluh   Sapudi Karangrang B Lompo   Buton   Total   (%)
  < 17         0           0         0        0       0          0       0       0     0.00
 17 – 30      19          21         4        9       11        11       8      83     0.24
 31 – 50      45          25        10       58       14        17      37      206    0.61
 51 – 60       5           4         1       10       2          2      15      39     0.12
 61 – 73       4           0         0        3       0          1       3      11     0.03
  > 73         0           0         0        0       0          0       0       0     0.00
              73          50        15       80       27        31      63      339    1.00
   Sumber: Data Lapangan, diolah
Jumlah Anggota Keluarga
Anggota    Tunda   Tidung   Buluh   Sapudi Karangrang B Lompo   Buton   Total   (%)
    1         3       3       1        1       1         0        2      11     0.03
  2–4        21      20      11       45       7         9       17      130    0.38
  5–8        27      23       3       33       17        19      42      164    0.48
 9 – 12      16       4       0        1       3         3        4      31     0.09
 13 – 18      7       0       0        0       0         0        0       7     0.02
 19 – 30      0       0       0        0       0         0        0       0     0.00
 31 – 33      1       0       0        0       0         0        0       1     0.00
  > 33        0       0       0        0       0         0        0       0     0.00
             75      50      15       80       28        31      65      344    1.00

 Sumber: Data Lapangan, diolah
Tingkat Pendidikan Responden

                Tingkat Pendidikan Responden




                8%   1%   5%
     9%
4%                                    31%      Tidak sekolah
                                               Tidak tamat SD
                                               Tamat SD
                                               Tidak Tamat SLTP
          42%                                  Tamat SLTP
                                               Tamat SMU
                                               Perguruan Tinggi
Pekerjaan Utama Responden
         2%
                    Pekerjaan Utama
     1%

     2%       4%
                          16%
    2%




                                      Petani
                                      Nelayan
                                      Pedagang
                                      Pegaw ai sw asta
                                      Pegaw ai Negeri
              73%                     Usaha sendiri
                                      Lainnya
Hasil Tangkapan dalam
              Satu (1) kali Melaut (Kg)
               Tunda Tidung Buluh Sapudi Karrang B Lompo   Buton   Total
Rata-rata       10.3 12.8 4.31 23.9 7.14 13.6               8.67   11.5
Standard Error 1.09    2.2   0.41   5.3   1.43      3.4     0.28   2.00
Mode            5.00 10.0 5.00 10.0 2.00            1.0     3.00
Minimum         1.00   3.0   2.00   3.0   0.50      0.5     3.00    0.5
Maximum        40.00 100.0 7.33 200.0 30.00 70.0           14.00   200.0
Jumlah Resp      57    17     15    47     28       31       64     259
  Sumber: Data Lapangan, diolah
Jenis Perahu yang Digunakan
   15%      18%


                  3%


                  15%
                        perahu dayung
                        perahu layar
                        layar bermesin
  49%                   perahu mesin
                        lainnya
Alat Tangkap Ikan yang Digunakan
        1%
    1%       11%
   2%
   0%                     pancing
                          pancing raw e
                    47%   jaring
  22%                     purse seine
                          jaring tingker
                          jaring muroami
                          tingker-muroami
              16%         lainnya
Kebiasaan Makan dalam Sehari
Frekwensi Tunda Tidung Sapudi Kararang BlLompo Buluh Buton   Total
Sekali      3      0      0      1         0     0     0       4
Dua kali   24      0     34      19       26     0    16      119
Tiga kali  46     47     44      8         5    15 49         214
Jumlah     73     47     78      28       31 15 65            337

 Sumber: Data Lapangan, diolah
Jenis Makanan Pokok yang
              Dikonsumsi
             Tunda Tidung Sapudi Kararang lLompo Buluh
                                        B                Buton   Total   (%)
Nasi           73    49     2       27      31    15      45      242    0.81
Nasi-jagung 0         0     39       0       0     0       7       46    0.15
Nasi-singkong 0       0     1        0       0     0       0       1     0.00
Nasijagungsingkong
                0     0     2        0       0     0       8       10    0.03
Jagung          1     0     0        0       0     0       0       1     0.00
Singkong        0     0     0        0       0     0       0       0     0.00
Total          74    49     44      27      31    15      60      300    1.00
  Sumber: Data Lapangan, diolah
Rata-rata Pengeluaran di Pulau
           Tunda Tidung Sapudi Kararang BlLompo Buluh           Buton     Total     (%)
Pangan      952,000 875,250 557,513 841,071 543,871 500,000     397,857   673,819     0.60
Pendidikan 52,241 148,382 120,286 96,357 65,320 63,750           30,535    83,185     0.07
Sosial       30,748 50,973 251,756 82,727 34,621 34,286         251,167   123,512     0.11

Kesehatan   65,226 77,000 23,214 26,579 28,333           14,000 32,805 39,882         0.04
Lainnya    181,960 336,737 80,000 62,000 36,923          60,000 242,839 199,380       0.18
  Total 1,282,175 1,488,342
                          1,032,769 1,108,735 709,068   672,036 955,202 1,119,777     1.00
    Sumber: Data Lapangan, diolah
Proporsi Penduduk Yang Pernah
Mengalami Makan Kurang Dari Biasanya
      80
      70
      60
      50
      40
      30
      20
      10
       0                                                                  Tidak pernah
           Tunda   Tidung   Sapudi   Kararang   BlLompo   Buluh   Buton
                                                                          Pernah


 Sumber: Data Lapangan, diolah
Frekuensi Kurang Makan dalam
           Sebulan
            Tunda   Tidung   Sapudi Kararang BlLompo Buluh   Buton   Total   (%)
 Sekali       9       2        1       4       5       0       3      24     0.13
Dua kali     10       5        5       1       5       0      12      38     0.21
Tiga kali     8       13      10       0       8       0       8      47     0.26
 4 kali      11       5       4        6       0       0       8      34     0.19
> 4 kali     5        2       10       9       5       0      8      39      0.21
             43       27      30      20      23       0      39     182     1.00

 Sumber: Data Lapangan, diolah
Penduduk yang Pernah Mengalami “Tidak
        Makan” dalam Sehari
 80
 70
 60
 50
 40
 30
 20
 10
  0
                                                                   Tidak pernah
      Tunda   Tidung   Sapudi   Kararang BlLompo   Buluh   Buton
                                                                   Pernah

  Sumber: Data Lapangan, diolah
Penyebab Masalah Kurang Pangan
         di Tiap Pulau
                       Tunda   Tidung   Sapudi Kararang Bl Lompo Buluh   Buton   Total
 Pangan habis            1        0       1        4         2     0       0        8
 Pangan-uang kurang      0        0       1        1         3     0       0        5
 Pangan - uang habis     1        0       0        0         1     0       0        2
 Kurang uang            10        8       3        6         5     0      22       54
 Tidak ada uang         32       19       3       10        12     0      14      90
 Lain-lain               0        0       0        0         1     0       0        1
 Jumlah                 44       27       8       21        24     0      36      160

   Sumber: Data Lapangan, diolah
Penyebab Rentan Pangan
                       1% 5%    3%

                                 1%



                                            bhn habis

                                            bhn-uang kur
                                      34%   bhn-uang habis
  56%                                       uang kurang

                                            tidak ada uang

                                            lain-lain




Sumber: Data Lapangan, diolah
Sumber Pangan
                                  11%         9%   2%
                             4%                    0%
                            1%



     Hasil sendiri
     Hasil & beli dipasar
     Hasil & diberi orang
     Beli dipasar
     Beli & diberi orang
     Diberi orang & lain
     Lain-lain
                                        73%

Sumber: Data Lapangan, diolah
Sumber Keuangan

           18%


  8%


                                      Keluarga
                                57%
    15%                               Koperasi
                                      Bank Desa
           0%
                                      Pedagang
            2%                        Pemodal
                                      Lainnya

Sumber: Data Lapangan, diolah
Pemahaman Tentang Peraturan
      Tentang Pangan
                                     Tahu               Tahu
                Mengerti Tahu        Perda     Tahu    PerDes
        Tahu UU   UU     Perda      Tangkap   PerDes   Tankap
         Pangan Pangan Pangan         ikan    Pangan    ikan
 Ya        69     55       63          144       56      118
Tidak     270     14      244          170      277      187
Total     339     69      307          314      333      305

          Sumber: Data Lapangan, diolah
Kondisi Lingkungan
Pelestarian
Lingkungan Tunda Tidung        Sapudi   Krangrang   Bl lompo   Buluh   Buton   Total   (%)
     Ya     32     46            22        10           10      10      11      141    0.43
   Tidak    33      3            54        16           16       4      51      177    0.54
 Tidak tahu  1      0             3         2           4        1       0       11    0.03
Terumbu
karang
     Ya     60     49            54          22       21        12      42     260     0.78
   Tidak     2      1            15          2        2          0       1      23     0.07
 Tidak tahu 10      0             8          4        7          0      20      49     0.15
Hutan
bakau
     Ya     60     46             3          2        4         15      27     157     0.48
   Tidak     6      1            54          17       10         0      32     120     0.37
Tidak tahu       5       2       18          7        12        0        4      48     0.15
             Sumber: Data Lapangan, diolah
Manfaat Terumbu Karang dan
        Hutan Bakau
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%                                                                            Sngt bermanfaat
10%                                                                            Bermanfaat
 0%                                                                            Krg bermanfaat
        Tunda   Tidung   Sapudi   Krangrang Bl lompo   Buluh   Buton   Total
                                                                               Tdk bermanfaat


       Sumber: Data Lapangan, diolah
Kondisi Terkini Terumbu Karang
        dan Hutan Bakau
                 11%          3%


                                       34%




 28%                                         Hilang
                                             Rusak parah
                                             Tidak berubah
                             24%
                                             Berkembang
                                             Tidak tahu

       Sumber: Data Lapangan, diolah
Uji Empirik tentang Ketahanan Pangan
Ada empat pilar utama yang menunjang “food
security”, yaitu ketersediaan, stabilitas pasokan,
akses, dan utilisasi (FAO 2003).
Bila food security dapat diterjemahkan kedalam
“ketahanan pangan”, maka hal tersebut dapat
diturunkan menjadi persamaan fungsional
ketahanan pangan.
Uji Empirik tentang Ketahanan Pangan

faktor-faktor yang digunakan untuk menguji fungsi
ketahan pangan penduduk di pulau-pulau kecil
adalah, jumlah anggota keluarga, tingkat
pendidikan ibu, produksi, pendapatan, akses ke
pasar, dan akses keuangan.
Probabilistic Logistic Model




Dependent variabel :
peluang terciptanya ketahan pangan penduduk di
pulau-pulau kecil
independent variables
JAK     : jumlah anggota keluarga
PendIbu : tingkat pendidikan yang diselesaikan ibu rumah tangga
Pdok : produksi (tangkapan) mereka dalam sekali melaut
Pendp : Household Income atau pendapatan keluarga
Pas     : Akses terhadap pasar yang dihadapi keluarga
Keu     : Akses terhadap keuangan yang dihadapi keluarga
Hasil Estimasi Logit Model
          B           S.E.      Wald        df        Sig.      Exp(B)
              -.060      .060     1.017          1       .313       .941
               .330      .121     7.392          1       .007      1.391
              -.010      .017      .333          1       .564       .990

           .0003         .000    11.516          1       .001      1.000
             .534        .439     1.475          1       .225      1.705
            -.153        .149     1.060          1       .303       .858
          -3.488         .827    17.798          1       .000       .031


a Variable(s) entered on step 1: JAK, PendIbu, Produk, Income, Pasar, Keuangan.
 Sumber: Data lapangan
Pendidikan Istri Keluarga Kurang Pangan


                6%1%     14%            tidak menjawab
           8%
                                        tidak sekolah
         1%                     6%
                                        tidak tamat SD
                                        tamat SD
                                        tidak tamat SMP
       31%                              tamat SMP
                            33%         Tamat SMA
                                        Perguruan tinggi


Sumber: Data Lapangan, diolah
Pendidikan Istri Keluarga Cukup Pangan


          12%   0% 7%                 tidak menjawab
                        5%
                                      tidak sekolah
    10%                               tidak tamat SD
                                20%   tamat SD
    9%                                tidak tamat SMP
                                      tamat SMP
                                      Tamat SMA
                37%                   Perguruan tinggi



Sumber: Data Lapangan, diolah
Kesimpulan
Komunitas responden yang tinggal di pulau-pulau yang
diteliti sebagian terbesar adalah kelompok usia produktif,
dengan tingkat pendidikan rendah dan mayoritas, memang
bermata pencaharian sebagai nelayan.
Mereka yang berusia lebih muda, cenderung memiliki
jumlah anggota keluarga kecil (dua orang anak),
sementara yang berusia lebih tua cenderung mempunyai
anggota keluarga menengah (hingga delapan orang dalam
satu keluarga).
Kesimpulan (lanjutan)
Hasil perolehan tangkapan rata-rata nelayan dalam
sekali melaut adalah sebesar 11.5 kilogram setara
ikan – jenis ikan tidak disebut responden.
Bagian terbesar nelayan menggunakan perahu
bermesin dan jaring serta mata pancing dalam
proses produksinya. Kenaikan harga BBM
tentunya mempunyai dampak serius terhadap
proses produksi tersebut.
Kesimpulan (lanjutan)
98 persen mengaku terbiasa makan paling tidak dua kali
dalam sehari dengan menu utamanya nasi disertai lauk. 55
persen yang menyatakan pernah mengalami makan kurang
dari biasanya.
46 persen dari responden yang menyatakan pernah
mengalami kurang pangan tersebut, hal ini dialami 2-3
kali dalam sebulan. Sekitar 20 persen darinya mengakui
pernah tidak makan sama sekali dalam sehari. Kekurangan
pangan ini diakui juga menimpa anak-anak mereka.
Kesimpulan (lanjutan)
Penyebab utama kekurangan pangan berkaitan
dengan uang, dan akses serta sumber dana yang
tersedia.
Rendahnya daya-beli dan kesulitan dalam
mengakses sumber dana dan pasar sebagai
penyebab kondisi rawan pangan, diperburuk lagi
dengan fakta bahwa lebih dari 60 persen
pengeluaran mereka digunakan untuk pangan.
Kesimpulan (lanjutan)
Pada sisi lain hasil produksi sendiri komunitas
pulau kecil hanya menduduki peringkat ketiga
setelah “sumber lainnya”.
Bagian terbesar responden mengaku tidak
mengetahui tentang adanya regulasi yang mengatur
tentang pangan baik nasional maupun daerah dan
lokal. Mereka cenderung lebih peduli dengan
regulasi yang berkaitan langsung dengan profesi
mereka sebagai nelayan.
Kesimpulan (lanjutan)
Lebih dari separuh responden menyatakan mereka
tidak mengetahui upaya-upaya pelestarian
lingkungan di sekitar mereka, terutama tentang
hutan bakau. Namun menurut mereka hutan bakau
sangat sesuai di Indonesia
Kesimpulan (lanjutan)
Hasil uji empirik memperlihatkan daya-tahan
terhadap masalah pangan keluarga berkaitan erat
dengan tingkat pendidikan ibu dan pendapatan
keluarga, meskipun pengaruh tersebut relatif kecil
untuk variabel yang terakhir
Hasil produksi keluarga nelayan ternyata tidak
mendukung hipotesis akan pengaruhnya terhadap
ketahanan pangan.
Rekomendasi
A
c       Akuntabilitas dan Partisipasi          P
c                                              a
                      Duty bearer
o                                              r
u                                              t
n                      Human Rights
                                               i
t      Fulfils            are:        Claims   c
a   responsibility       Universal     right   i
      towards           Inalienable    from    p
b                       Indivisible
i                                              a
l                                              t
i                                              i
t                    Right holder              o
y                                              n
Rekomendasi
1.   Ketergantungan pada pasar cukup tinggi meskipun
     ketersediaan komoditas pangan – volume dan
     keteraturan pasokan dari pulau besar – di pasar pulau
     kecil belum memadai identifikasinya dalam studi ini.
     Dalam pengamatan selama studi terlihat PDS, public
     distrubution system berkecenderungan kuat adalah
     prakarsa dan swakelola oleh anggota komunitas.
     Negara – sebagai Duty bearer – amat lemah
     accountability-nya dalam melaksanakan kewajibannya
     terhadap right holder, yaitu komunitas maupun
     individu di pulau kecil – terbilang tinggi partisipasinya
     dalam pemenuhan “kecukupan” pangannya.
     Sementara itu, pada sisi lain hasil produksi sendiri
     komunitas pulau kecil hanya menduduki peringkat
     ketiga setelah “sumber lainnya”.
Dengan memilih kalimat lunak, dan prosesual,
kami rekomendasikan kepada Badan Ketahanan
Pangan Nasional maupun provinsi hendaknya
lebih jauh mendalami soal-soal dan realitas
ketahanan pangan pada komunitas pulau-pulau
kecil di Indonesia, khususnya dalam
mengimplementasikan konsep Desa Mandiri
Pangan – sebagai uji kritis.
2. Pendekatan solusi dari sisi komunitas pulau kecil kepada
          negara, dengan skema lunak pula, berupa pertanyaan: Is
          There a Right Not to be Hunger or Poor? Dengan dasar
          pertanyaan ini, maka musti dimulai (positive freedom
          approaches; Sen 1987) melalui Musyawarah Perencanaan
          Pembangunan (Musrenbang). Musrenbang sebagai awal
          Proses penyusunan APBD - dari tingkat desa, kabupaten
          hingga provinsi - dapat ditingkatkan fungsi
          instrumentalnya untuk lebih mempedulikan komunitas
          pulau kecil, termasuk aspek-aspek ketahanan pangan
          “berbasiskan hak atas pangan” ditumbuhkembangkan ke
          dalam penyusunan anggaran belanja secara partisipatif
          (right-based approach). Dengan demikian kewajiban
          negara untuk memastikan adanya kecukupan pangan, pada
          gilirannya, dapat dipantau oleh publik secara luas, maupun
          digugat oleh komunitas yang bersangkutan.
                                        bersangkutan
Jakarta, 10 Desember 2006
Hak atas Pangan dan Ketahanan Pangan,
 tambahan perspektif (Mischler; et all. FAO. 2006)
Hak atas pangan dan ketahanan pangan bukanlah konsep
yang bertolakbelakang atau yang bertentangan. Hak atas
pangan memperkuat ketahanan pangan yang dilakukan
dengan menambahkan kewajiban, sumberdaya, tidak-
diskriminatif dan aturan hukum. Akses kepada kelayakan,
kecukupan dan ketahanan pangan bagi semua individu
harus dapat diwujudkan setiap saat. Negara, sebagai
pengemban tugas utama, diwajibkan untuk menciptakan
lingkungan hukum, institusional dan kebijakan yang dapat
memberdayakan semua orang untuk memberi makan
mereka sendiri, dengan memproduksi makanan, atau
dengan mendapatkan penghasilan. Bila orang tidak
mampu mengurus diri mereka sendiri (misalnya karena
usia, sakit atau saat krisis), maka negara harus memberi
bantuan secara langsung.
Perbedaan utama antara hak atas pangan dan ketahanan
pangan adalah dimensi hukum. Dalam paradigma baru,
ketahanan pangan diakui sebagai hak, dan tidak
diperlakukan sebagai tujuan yang tidak terikat kebijakan.
Negara tidak dapat memilih dalam hal mengurus
kelaparan dan kerentanan; mereka mempunyai kewajiban
               kerentanan
untuk melakukannya. Individu tidak lagi dianggap sebagai
objek dari kebijakan negara, tetapi sebagai subjek yang
berhak menuntut efektifitas tanggapan pemerintah atas
keadaan mereka. Mekanisme yudisial dan kuasi-yudisial
yang layak harus ada untuk mengurus kemungkinan
pelanggaran hak atas pangan.
                      pangan

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a Hak atas pangan pulau kecil bio tani_pan-indonesia 2006

Teknik pengambilan-sampel
Teknik pengambilan-sampelTeknik pengambilan-sampel
Teknik pengambilan-sampelPutra Meunafa
 
Kajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakat
Kajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakatKajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakat
Kajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakatInternational Tropical Peatlands Center
 
Profil upk terbaru
Profil upk terbaruProfil upk terbaru
Profil upk terbaruPeno Wirawan
 
Profil upk terbaru
Profil upk terbaruProfil upk terbaru
Profil upk terbaruPeno Wirawan
 
Sosialisasi rokok remaja - Outlook Perokok Pelajar Indonesia 2022 Preliminary...
Sosialisasi rokok remaja - Outlook Perokok Pelajar Indonesia 2022 Preliminary...Sosialisasi rokok remaja - Outlook Perokok Pelajar Indonesia 2022 Preliminary...
Sosialisasi rokok remaja - Outlook Perokok Pelajar Indonesia 2022 Preliminary...lindazuma1
 
Kebijakan kesehatan 17 maret 2012. final
Kebijakan kesehatan 17 maret 2012. finalKebijakan kesehatan 17 maret 2012. final
Kebijakan kesehatan 17 maret 2012. finalom_wiez
 
Selayang pandang labangka (bahan rakor camat)
Selayang pandang labangka (bahan rakor camat)Selayang pandang labangka (bahan rakor camat)
Selayang pandang labangka (bahan rakor camat)Syamsul Bahri Sesung
 
Membangun Mentawai Kepulauan sebagai Kabupaten Inovasi
Membangun Mentawai Kepulauan sebagai Kabupaten InovasiMembangun Mentawai Kepulauan sebagai Kabupaten Inovasi
Membangun Mentawai Kepulauan sebagai Kabupaten InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Laporan ti spss nisadilla n.a (21040114060053)
Laporan ti spss nisadilla n.a (21040114060053)Laporan ti spss nisadilla n.a (21040114060053)
Laporan ti spss nisadilla n.a (21040114060053)Nisadilla Hartoyo
 
contoh Green school smkn 2
contoh Green school smkn 2contoh Green school smkn 2
contoh Green school smkn 2gatothp
 
Borang kaji selidik (2)
Borang kaji selidik (2)Borang kaji selidik (2)
Borang kaji selidik (2)Payeh NorMan
 
Awan santosa praktek, pengalaman dan kinerja keuangan mikro dalam pertanian
Awan santosa   praktek, pengalaman dan kinerja keuangan mikro dalam pertanianAwan santosa   praktek, pengalaman dan kinerja keuangan mikro dalam pertanian
Awan santosa praktek, pengalaman dan kinerja keuangan mikro dalam pertanianBenito Lopulalan
 
kemiskinan_ketimpangan_dan_pembangunan.pptx
kemiskinan_ketimpangan_dan_pembangunan.pptxkemiskinan_ketimpangan_dan_pembangunan.pptx
kemiskinan_ketimpangan_dan_pembangunan.pptxDendy30
 
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.pptKLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.pptSaid878643
 

Semelhante a Hak atas pangan pulau kecil bio tani_pan-indonesia 2006 (20)

Teknik pengambilan-sampel
Teknik pengambilan-sampelTeknik pengambilan-sampel
Teknik pengambilan-sampel
 
Kajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakat
Kajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakatKajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakat
Kajian implementasi model restorasi ekosistem gambut berbasis masyarakat
 
Profil upk terbaru
Profil upk terbaruProfil upk terbaru
Profil upk terbaru
 
Profil upk terbaru
Profil upk terbaruProfil upk terbaru
Profil upk terbaru
 
Profil upk
Profil upk Profil upk
Profil upk
 
Sosialisasi rokok remaja - Outlook Perokok Pelajar Indonesia 2022 Preliminary...
Sosialisasi rokok remaja - Outlook Perokok Pelajar Indonesia 2022 Preliminary...Sosialisasi rokok remaja - Outlook Perokok Pelajar Indonesia 2022 Preliminary...
Sosialisasi rokok remaja - Outlook Perokok Pelajar Indonesia 2022 Preliminary...
 
Warga emas
Warga emasWarga emas
Warga emas
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
Kebijakan kesehatan 17 maret 2012. final
Kebijakan kesehatan 17 maret 2012. finalKebijakan kesehatan 17 maret 2012. final
Kebijakan kesehatan 17 maret 2012. final
 
Selayang pandang labangka (bahan rakor camat)
Selayang pandang labangka (bahan rakor camat)Selayang pandang labangka (bahan rakor camat)
Selayang pandang labangka (bahan rakor camat)
 
Membangun Mentawai Kepulauan sebagai Kabupaten Inovasi
Membangun Mentawai Kepulauan sebagai Kabupaten InovasiMembangun Mentawai Kepulauan sebagai Kabupaten Inovasi
Membangun Mentawai Kepulauan sebagai Kabupaten Inovasi
 
Laporan ti spss nisadilla n.a (21040114060053)
Laporan ti spss nisadilla n.a (21040114060053)Laporan ti spss nisadilla n.a (21040114060053)
Laporan ti spss nisadilla n.a (21040114060053)
 
contoh Green school smkn 2
contoh Green school smkn 2contoh Green school smkn 2
contoh Green school smkn 2
 
Borang kaji selidik (2)
Borang kaji selidik (2)Borang kaji selidik (2)
Borang kaji selidik (2)
 
1
11
1
 
Awan santosa praktek, pengalaman dan kinerja keuangan mikro dalam pertanian
Awan santosa   praktek, pengalaman dan kinerja keuangan mikro dalam pertanianAwan santosa   praktek, pengalaman dan kinerja keuangan mikro dalam pertanian
Awan santosa praktek, pengalaman dan kinerja keuangan mikro dalam pertanian
 
kemiskinan_ketimpangan_dan_pembangunan.pptx
kemiskinan_ketimpangan_dan_pembangunan.pptxkemiskinan_ketimpangan_dan_pembangunan.pptx
kemiskinan_ketimpangan_dan_pembangunan.pptx
 
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.pptKLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
KLHS-Penyebrangan Selat Sunda.ppt
 
A Nfak Asli
A Nfak AsliA Nfak Asli
A Nfak Asli
 

Mais de Biotani & Bahari Indonesia

april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdfapril23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdfBiotani & Bahari Indonesia
 
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdfPlastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdfBiotani & Bahari Indonesia
 

Mais de Biotani & Bahari Indonesia (20)

Plastik n Sampah Pantauan April 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan April 2024.pdfPlastik n Sampah Pantauan April 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan April 2024.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2024.pdfPlastik n Sampah Pantauan Maret 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2024.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Februari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Februari 2024.pdfPlastik n Sampah Pantauan Februari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Februari 2024.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdfPlastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Desember 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Desember 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Desember 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Desember 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan November 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan November 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan November 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan November 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Oktober 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Oktober 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Oktober 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Oktober 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan September 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan September 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan September 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan September 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Agustus 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Agustus 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Agustus 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Agustus 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Juli 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juli 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Juli 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juli 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Mei 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Mei 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Mei 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Mei 2023.pdf
 
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdfapril23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
april23 Plastik n Sampah Pantauan april 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Maret 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Maret 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Feb 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Feb 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Feb 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Feb 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Jan 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Jan 2023.pdfPlastik n Sampah Pantauan Jan 2023.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Jan 2023.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Des 2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Des  2022.pdfPlastik n Sampah Pantauan Des  2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Des 2022.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Nov2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Nov2022.pdfPlastik n Sampah Pantauan Nov2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Nov2022.pdf
 
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdfPlastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
 

Hak atas pangan pulau kecil bio tani_pan-indonesia 2006

  • 1. Pangan dan Ketahanan Komunitas Pulau-pulau Kecil Hasil Studi di 6 provinsi BioTani Indonesia presentasi Riza-V-Tjahjadi & Tim Studi biotani2004a@yahoo.com
  • 2. Studi ini berlangsung pada akhir Juli hingga akhir November 2006 dengan lokasi penelitian meliputi komunitas di sembilan pulau kecil yang berada dalam 6 provinsi. Yaitu P. Buluh Batam Kep. Riau, P. Tunda Serang Banten, P. Tidung Kep. Seribu DKI Jaya, P. Sapudi Madura Jatim, P. Balang Lompo, dan P. Karanrang, Pangkep Sulsel, P. Talaga, P. Makassar, dan P. Kabaena Sekitar P. Buton Sultra.
  • 3. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki panjang pantai pesisir sekitar 18000 km dan pulau-pulau sejumlah 17.000-an. Laporan Bank Dunia (2000) menyatakan bahwa sekitar 80 persen dari kelompok yang dikategorikan miskin tinggal di daerah pesisir pantai.
  • 4. LATAR BELAKANG Task force on Hunger United Nations Millenium Development Project melaporkan bahwa 8 persen dari masyarakat miskin ditemukan pada komunitas yang pekerjaan pokoknya berkaitan dengan mencari ikan, berburu dan menggembalakan ternaknya.
  • 5. LATAR BELAKANG laporan World Food Program (2000) menyatakan bahwa jumlah penduduk yang tinggal di pulau- pulau kecil mengkonsumsi kandungan kalori dalam makanannya yang berjumlah kurang dari 60 persen daripada yang seharusnya. Kondisi ini menyebabkan anemia pada 65 persen ibu yang sedang mengandung (UNDP 2000) dan 29.5 persen kekurangan gizi pada balita (Bank Dunia, 2003).
  • 6. LATAR BELAKANG Pada tahun 2002, World Food Summit menghasilkan mandat: tersedianya sebuah panduan sukarela (voluntary guideline) bagi anggota FAO GUNA MENDUKUNG REALISASI PROGRESIF HAK ASASI ATAS KECUKUPAN PANGAN DALAM KONTEKS KETAHANAN PANGAN NASIONAL
  • 7. LATAR BELAKANG Pada November 2004, Food and Agricultural Organization (FAO) Council yang beranggotakan 187 negara anggota mengadopsi Voluntary Guideliness to Support the Progressive Realization of the Right to Adequate Food in the Context of National Food Security.
  • 8. LATAR BELAKANG Jumlah penduduk miskin di Indonesia (ribu penduduk) Tahun Kota Desa Total 1976 10000 44200 54200 1978 8300 38900 47200 1980 9500 32800 42300 1981 9300 31300 40600 1984 9300 25700 35000 1987 9700 20300 30000 1990 9400 17800 27200 1993 8700 17200 25900 1996 9600 24900 34500 1998 17600 31900 49500 1999 15600 32300 47900 2000 12300 26400 38700 2001 8600 29300 37900 2002 13300 25100 38400 2003 12300 25100 37400 2004 11370 24780 36150 Sumber : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, 2005
  • 9. PERMASALAHAN Bagaimana pemahaman komunitas yang tinggal di pulau-pulau terhadap konsep ketahanan (khususnya hak atas) pangan? Adakah karakteristik tertentu dari komunitas tersebut, dan faktor atau variabel lain yang mendukung ketahanan pangan mereka?
  • 10. TUJUAN PENELITIAN Mengetahui, dan menganalisis pemahaman komunitas yang tinggal di pulau kecil atas konsep ketahanan (hak atas) pangan Menjelaskan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh terhadap ketahanan pangan penduduk di pulau kecil.
  • 11. Landasan Teori studi-studi tentang penduduk miskin atau kemiskinan di daerah perkotaan dan perdesaan (Anderson dan Slater :2003; Surono,1999; Skoufias, 2001; Bresciani et al:2002; dan Timmer: 2004). Yang agak mendekati topik studi ini adalah penelitian Salam (2003) di beberapa pulau (Banggai, Tanimbar dan Lembata) yang menemukan bahwa ternyata kurikulum pendidikan tidak berkaitan erat dengan kondisi kesejahteraan masyarakat, sebaliknya faktor kesehatan berperan penting dalam soal ini.
  • 12. Landasan Teori Dua kajian tentang pengaruh krisis ekonomi 1997- 1998 atas ketahanan pangan masyarakat Indonesia membandingkan antara mereka yang tinggal di kota besar dan yang berdiam di wilayah perdesaan. (Surono: 1999, Skoufias: 2001). Skoufias membandingkan pengeluaran untuk konsumsi per kapita dan kalori per kapita di masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan sebelum krisis (1996) dan setelah krisis (1999).
  • 13. Landasan Teori Secara tradisional kerawanan pangan dihitung berdasarkan penawaran total pangan, ketersediaan, kemudahan akses dan kecukupan (Busch dan Lacy, 1984; FAO 2003).
  • 14. Metode Penelitian Data: Data primer : hasil survei lapangan terhadap responden yang bermatapencaharian pokok sebagai nelayan dan bermukim di pulau-pulau kecil. Data sekunder : publikasi badan-badan pemerintah maupun organisasi/ swasta lainnya
  • 15. Lokasi Penelitian dan Jumlah Responden Pulau-pulau yang disyaratkan untuk dipilih adalah pulau yang dekat atau berhadapan dengan kota besar (ibukota provinsi). No Pulau Lokasi Jumlah Responden 1 Tunda Prov. Banten 75 orang 2 Tidung DKI Jaya 50 orang 3 Buluh Batam, Prov. Kepri 15 orang 3 Sapudi Prov. Jawa Timur 80 orang 4 Karangrang Prov. Sulawesi Selatan 28 orang 5 Balang Lompo Prov. Sulawesi Selatan 28 orang 6 Tiga pulau sekitar P Buton Prov. Sulawesi Tenggara 65 orang Total 344 orang Sumber: Data lapangan
  • 16. Alat Analisis data Kajian ini menggunakan metode statistika untuk menganalisis dengan kritis jawaban responden (statistik deskriptif) Statistik inferensial untuk melakukan uji empirik tentang ketahanan pangan. Model yang digunakan pada kajian ini adalah model probabilitas logistik
  • 17. Usia Responden di Masing-masing Pulau Kel. Usia Tunda Tidung Buluh Sapudi Karangrang B Lompo Buton Total (%) < 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 17 – 30 19 21 4 9 11 11 8 83 0.24 31 – 50 45 25 10 58 14 17 37 206 0.61 51 – 60 5 4 1 10 2 2 15 39 0.12 61 – 73 4 0 0 3 0 1 3 11 0.03 > 73 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 73 50 15 80 27 31 63 339 1.00 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 18. Jumlah Anggota Keluarga Anggota Tunda Tidung Buluh Sapudi Karangrang B Lompo Buton Total (%) 1 3 3 1 1 1 0 2 11 0.03 2–4 21 20 11 45 7 9 17 130 0.38 5–8 27 23 3 33 17 19 42 164 0.48 9 – 12 16 4 0 1 3 3 4 31 0.09 13 – 18 7 0 0 0 0 0 0 7 0.02 19 – 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 31 – 33 1 0 0 0 0 0 0 1 0.00 > 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 75 50 15 80 28 31 65 344 1.00 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 19. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan Responden 8% 1% 5% 9% 4% 31% Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak Tamat SLTP 42% Tamat SLTP Tamat SMU Perguruan Tinggi
  • 20. Pekerjaan Utama Responden 2% Pekerjaan Utama 1% 2% 4% 16% 2% Petani Nelayan Pedagang Pegaw ai sw asta Pegaw ai Negeri 73% Usaha sendiri Lainnya
  • 21. Hasil Tangkapan dalam Satu (1) kali Melaut (Kg) Tunda Tidung Buluh Sapudi Karrang B Lompo Buton Total Rata-rata 10.3 12.8 4.31 23.9 7.14 13.6 8.67 11.5 Standard Error 1.09 2.2 0.41 5.3 1.43 3.4 0.28 2.00 Mode 5.00 10.0 5.00 10.0 2.00 1.0 3.00 Minimum 1.00 3.0 2.00 3.0 0.50 0.5 3.00 0.5 Maximum 40.00 100.0 7.33 200.0 30.00 70.0 14.00 200.0 Jumlah Resp 57 17 15 47 28 31 64 259 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 22. Jenis Perahu yang Digunakan 15% 18% 3% 15% perahu dayung perahu layar layar bermesin 49% perahu mesin lainnya
  • 23. Alat Tangkap Ikan yang Digunakan 1% 1% 11% 2% 0% pancing pancing raw e 47% jaring 22% purse seine jaring tingker jaring muroami tingker-muroami 16% lainnya
  • 24. Kebiasaan Makan dalam Sehari Frekwensi Tunda Tidung Sapudi Kararang BlLompo Buluh Buton Total Sekali 3 0 0 1 0 0 0 4 Dua kali 24 0 34 19 26 0 16 119 Tiga kali 46 47 44 8 5 15 49 214 Jumlah 73 47 78 28 31 15 65 337 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 25. Jenis Makanan Pokok yang Dikonsumsi Tunda Tidung Sapudi Kararang lLompo Buluh B Buton Total (%) Nasi 73 49 2 27 31 15 45 242 0.81 Nasi-jagung 0 0 39 0 0 0 7 46 0.15 Nasi-singkong 0 0 1 0 0 0 0 1 0.00 Nasijagungsingkong 0 0 2 0 0 0 8 10 0.03 Jagung 1 0 0 0 0 0 0 1 0.00 Singkong 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00 Total 74 49 44 27 31 15 60 300 1.00 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 26. Rata-rata Pengeluaran di Pulau Tunda Tidung Sapudi Kararang BlLompo Buluh Buton Total (%) Pangan 952,000 875,250 557,513 841,071 543,871 500,000 397,857 673,819 0.60 Pendidikan 52,241 148,382 120,286 96,357 65,320 63,750 30,535 83,185 0.07 Sosial 30,748 50,973 251,756 82,727 34,621 34,286 251,167 123,512 0.11 Kesehatan 65,226 77,000 23,214 26,579 28,333 14,000 32,805 39,882 0.04 Lainnya 181,960 336,737 80,000 62,000 36,923 60,000 242,839 199,380 0.18 Total 1,282,175 1,488,342 1,032,769 1,108,735 709,068 672,036 955,202 1,119,777 1.00 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 27. Proporsi Penduduk Yang Pernah Mengalami Makan Kurang Dari Biasanya 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Tidak pernah Tunda Tidung Sapudi Kararang BlLompo Buluh Buton Pernah Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 28. Frekuensi Kurang Makan dalam Sebulan Tunda Tidung Sapudi Kararang BlLompo Buluh Buton Total (%) Sekali 9 2 1 4 5 0 3 24 0.13 Dua kali 10 5 5 1 5 0 12 38 0.21 Tiga kali 8 13 10 0 8 0 8 47 0.26 4 kali 11 5 4 6 0 0 8 34 0.19 > 4 kali 5 2 10 9 5 0 8 39 0.21 43 27 30 20 23 0 39 182 1.00 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 29. Penduduk yang Pernah Mengalami “Tidak Makan” dalam Sehari 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Tidak pernah Tunda Tidung Sapudi Kararang BlLompo Buluh Buton Pernah Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 30. Penyebab Masalah Kurang Pangan di Tiap Pulau Tunda Tidung Sapudi Kararang Bl Lompo Buluh Buton Total Pangan habis 1 0 1 4 2 0 0 8 Pangan-uang kurang 0 0 1 1 3 0 0 5 Pangan - uang habis 1 0 0 0 1 0 0 2 Kurang uang 10 8 3 6 5 0 22 54 Tidak ada uang 32 19 3 10 12 0 14 90 Lain-lain 0 0 0 0 1 0 0 1 Jumlah 44 27 8 21 24 0 36 160 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 31. Penyebab Rentan Pangan 1% 5% 3% 1% bhn habis bhn-uang kur 34% bhn-uang habis 56% uang kurang tidak ada uang lain-lain Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 32. Sumber Pangan 11% 9% 2% 4% 0% 1% Hasil sendiri Hasil & beli dipasar Hasil & diberi orang Beli dipasar Beli & diberi orang Diberi orang & lain Lain-lain 73% Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 33. Sumber Keuangan 18% 8% Keluarga 57% 15% Koperasi Bank Desa 0% Pedagang 2% Pemodal Lainnya Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 34. Pemahaman Tentang Peraturan Tentang Pangan Tahu Tahu Mengerti Tahu Perda Tahu PerDes Tahu UU UU Perda Tangkap PerDes Tankap Pangan Pangan Pangan ikan Pangan ikan Ya 69 55 63 144 56 118 Tidak 270 14 244 170 277 187 Total 339 69 307 314 333 305 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 35. Kondisi Lingkungan Pelestarian Lingkungan Tunda Tidung Sapudi Krangrang Bl lompo Buluh Buton Total (%) Ya 32 46 22 10 10 10 11 141 0.43 Tidak 33 3 54 16 16 4 51 177 0.54 Tidak tahu 1 0 3 2 4 1 0 11 0.03 Terumbu karang Ya 60 49 54 22 21 12 42 260 0.78 Tidak 2 1 15 2 2 0 1 23 0.07 Tidak tahu 10 0 8 4 7 0 20 49 0.15 Hutan bakau Ya 60 46 3 2 4 15 27 157 0.48 Tidak 6 1 54 17 10 0 32 120 0.37 Tidak tahu 5 2 18 7 12 0 4 48 0.15 Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 36. Manfaat Terumbu Karang dan Hutan Bakau 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% Sngt bermanfaat 10% Bermanfaat 0% Krg bermanfaat Tunda Tidung Sapudi Krangrang Bl lompo Buluh Buton Total Tdk bermanfaat Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 37. Kondisi Terkini Terumbu Karang dan Hutan Bakau 11% 3% 34% 28% Hilang Rusak parah Tidak berubah 24% Berkembang Tidak tahu Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 38. Uji Empirik tentang Ketahanan Pangan Ada empat pilar utama yang menunjang “food security”, yaitu ketersediaan, stabilitas pasokan, akses, dan utilisasi (FAO 2003). Bila food security dapat diterjemahkan kedalam “ketahanan pangan”, maka hal tersebut dapat diturunkan menjadi persamaan fungsional ketahanan pangan.
  • 39. Uji Empirik tentang Ketahanan Pangan faktor-faktor yang digunakan untuk menguji fungsi ketahan pangan penduduk di pulau-pulau kecil adalah, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu, produksi, pendapatan, akses ke pasar, dan akses keuangan.
  • 40. Probabilistic Logistic Model Dependent variabel : peluang terciptanya ketahan pangan penduduk di pulau-pulau kecil
  • 41. independent variables JAK : jumlah anggota keluarga PendIbu : tingkat pendidikan yang diselesaikan ibu rumah tangga Pdok : produksi (tangkapan) mereka dalam sekali melaut Pendp : Household Income atau pendapatan keluarga Pas : Akses terhadap pasar yang dihadapi keluarga Keu : Akses terhadap keuangan yang dihadapi keluarga
  • 42. Hasil Estimasi Logit Model B S.E. Wald df Sig. Exp(B) -.060 .060 1.017 1 .313 .941 .330 .121 7.392 1 .007 1.391 -.010 .017 .333 1 .564 .990 .0003 .000 11.516 1 .001 1.000 .534 .439 1.475 1 .225 1.705 -.153 .149 1.060 1 .303 .858 -3.488 .827 17.798 1 .000 .031 a Variable(s) entered on step 1: JAK, PendIbu, Produk, Income, Pasar, Keuangan. Sumber: Data lapangan
  • 43. Pendidikan Istri Keluarga Kurang Pangan 6%1% 14% tidak menjawab 8% tidak sekolah 1% 6% tidak tamat SD tamat SD tidak tamat SMP 31% tamat SMP 33% Tamat SMA Perguruan tinggi Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 44. Pendidikan Istri Keluarga Cukup Pangan 12% 0% 7% tidak menjawab 5% tidak sekolah 10% tidak tamat SD 20% tamat SD 9% tidak tamat SMP tamat SMP Tamat SMA 37% Perguruan tinggi Sumber: Data Lapangan, diolah
  • 45. Kesimpulan Komunitas responden yang tinggal di pulau-pulau yang diteliti sebagian terbesar adalah kelompok usia produktif, dengan tingkat pendidikan rendah dan mayoritas, memang bermata pencaharian sebagai nelayan. Mereka yang berusia lebih muda, cenderung memiliki jumlah anggota keluarga kecil (dua orang anak), sementara yang berusia lebih tua cenderung mempunyai anggota keluarga menengah (hingga delapan orang dalam satu keluarga).
  • 46. Kesimpulan (lanjutan) Hasil perolehan tangkapan rata-rata nelayan dalam sekali melaut adalah sebesar 11.5 kilogram setara ikan – jenis ikan tidak disebut responden. Bagian terbesar nelayan menggunakan perahu bermesin dan jaring serta mata pancing dalam proses produksinya. Kenaikan harga BBM tentunya mempunyai dampak serius terhadap proses produksi tersebut.
  • 47. Kesimpulan (lanjutan) 98 persen mengaku terbiasa makan paling tidak dua kali dalam sehari dengan menu utamanya nasi disertai lauk. 55 persen yang menyatakan pernah mengalami makan kurang dari biasanya. 46 persen dari responden yang menyatakan pernah mengalami kurang pangan tersebut, hal ini dialami 2-3 kali dalam sebulan. Sekitar 20 persen darinya mengakui pernah tidak makan sama sekali dalam sehari. Kekurangan pangan ini diakui juga menimpa anak-anak mereka.
  • 48. Kesimpulan (lanjutan) Penyebab utama kekurangan pangan berkaitan dengan uang, dan akses serta sumber dana yang tersedia. Rendahnya daya-beli dan kesulitan dalam mengakses sumber dana dan pasar sebagai penyebab kondisi rawan pangan, diperburuk lagi dengan fakta bahwa lebih dari 60 persen pengeluaran mereka digunakan untuk pangan.
  • 49. Kesimpulan (lanjutan) Pada sisi lain hasil produksi sendiri komunitas pulau kecil hanya menduduki peringkat ketiga setelah “sumber lainnya”. Bagian terbesar responden mengaku tidak mengetahui tentang adanya regulasi yang mengatur tentang pangan baik nasional maupun daerah dan lokal. Mereka cenderung lebih peduli dengan regulasi yang berkaitan langsung dengan profesi mereka sebagai nelayan.
  • 50. Kesimpulan (lanjutan) Lebih dari separuh responden menyatakan mereka tidak mengetahui upaya-upaya pelestarian lingkungan di sekitar mereka, terutama tentang hutan bakau. Namun menurut mereka hutan bakau sangat sesuai di Indonesia
  • 51. Kesimpulan (lanjutan) Hasil uji empirik memperlihatkan daya-tahan terhadap masalah pangan keluarga berkaitan erat dengan tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga, meskipun pengaruh tersebut relatif kecil untuk variabel yang terakhir Hasil produksi keluarga nelayan ternyata tidak mendukung hipotesis akan pengaruhnya terhadap ketahanan pangan.
  • 52. Rekomendasi A c Akuntabilitas dan Partisipasi P c a  Duty bearer o r u t n Human Rights i t Fulfils are: Claims c a responsibility Universal right i towards Inalienable from p b Indivisible i a l t i i t Right holder o y n
  • 53. Rekomendasi 1. Ketergantungan pada pasar cukup tinggi meskipun ketersediaan komoditas pangan – volume dan keteraturan pasokan dari pulau besar – di pasar pulau kecil belum memadai identifikasinya dalam studi ini. Dalam pengamatan selama studi terlihat PDS, public distrubution system berkecenderungan kuat adalah prakarsa dan swakelola oleh anggota komunitas. Negara – sebagai Duty bearer – amat lemah accountability-nya dalam melaksanakan kewajibannya terhadap right holder, yaitu komunitas maupun individu di pulau kecil – terbilang tinggi partisipasinya dalam pemenuhan “kecukupan” pangannya. Sementara itu, pada sisi lain hasil produksi sendiri komunitas pulau kecil hanya menduduki peringkat ketiga setelah “sumber lainnya”.
  • 54. Dengan memilih kalimat lunak, dan prosesual, kami rekomendasikan kepada Badan Ketahanan Pangan Nasional maupun provinsi hendaknya lebih jauh mendalami soal-soal dan realitas ketahanan pangan pada komunitas pulau-pulau kecil di Indonesia, khususnya dalam mengimplementasikan konsep Desa Mandiri Pangan – sebagai uji kritis.
  • 55. 2. Pendekatan solusi dari sisi komunitas pulau kecil kepada negara, dengan skema lunak pula, berupa pertanyaan: Is There a Right Not to be Hunger or Poor? Dengan dasar pertanyaan ini, maka musti dimulai (positive freedom approaches; Sen 1987) melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musrenbang sebagai awal Proses penyusunan APBD - dari tingkat desa, kabupaten hingga provinsi - dapat ditingkatkan fungsi instrumentalnya untuk lebih mempedulikan komunitas pulau kecil, termasuk aspek-aspek ketahanan pangan “berbasiskan hak atas pangan” ditumbuhkembangkan ke dalam penyusunan anggaran belanja secara partisipatif (right-based approach). Dengan demikian kewajiban negara untuk memastikan adanya kecukupan pangan, pada gilirannya, dapat dipantau oleh publik secara luas, maupun digugat oleh komunitas yang bersangkutan. bersangkutan Jakarta, 10 Desember 2006
  • 56. Hak atas Pangan dan Ketahanan Pangan, tambahan perspektif (Mischler; et all. FAO. 2006) Hak atas pangan dan ketahanan pangan bukanlah konsep yang bertolakbelakang atau yang bertentangan. Hak atas pangan memperkuat ketahanan pangan yang dilakukan dengan menambahkan kewajiban, sumberdaya, tidak- diskriminatif dan aturan hukum. Akses kepada kelayakan, kecukupan dan ketahanan pangan bagi semua individu harus dapat diwujudkan setiap saat. Negara, sebagai pengemban tugas utama, diwajibkan untuk menciptakan lingkungan hukum, institusional dan kebijakan yang dapat memberdayakan semua orang untuk memberi makan mereka sendiri, dengan memproduksi makanan, atau dengan mendapatkan penghasilan. Bila orang tidak mampu mengurus diri mereka sendiri (misalnya karena usia, sakit atau saat krisis), maka negara harus memberi bantuan secara langsung.
  • 57. Perbedaan utama antara hak atas pangan dan ketahanan pangan adalah dimensi hukum. Dalam paradigma baru, ketahanan pangan diakui sebagai hak, dan tidak diperlakukan sebagai tujuan yang tidak terikat kebijakan. Negara tidak dapat memilih dalam hal mengurus kelaparan dan kerentanan; mereka mempunyai kewajiban kerentanan untuk melakukannya. Individu tidak lagi dianggap sebagai objek dari kebijakan negara, tetapi sebagai subjek yang berhak menuntut efektifitas tanggapan pemerintah atas keadaan mereka. Mekanisme yudisial dan kuasi-yudisial yang layak harus ada untuk mengurus kemungkinan pelanggaran hak atas pangan. pangan
  • 58. Dalam pendekatan hak dasar atas ketahanan pangan, maka standar-standar dan prinsip-prinsip hak asasi manusia harus memandu semua program dan pelaksanaannya. Hak asasi manusia, seperti kebebasan untuk berekspresi, mengeluarkan pendapat, mengadakan pertemuan, membentuk perkumpulan dan tidak diskriminatif, harus dihargai setiap saat. Jakarta, 10 Desember 2006 biotani2004a@yahoo.com
  • 59. Catatan khusus (penggalan kata pengantar Seminar oleh Riza V. Tjahjadi, Hotel Le Meredien 12 Desember 2006) Studi memakai metode riset yang umum, namun mengemban gagasan besar. Yaitu memulai kajian, khususnya soal pangan pada komunitas pulau kecil, yang diharapkan dapat menyiratkan karakteristik Indonesia sebagai negara kepulauan – terbesar di dunia. Di sini artinya, adalah memulai satu langkah kecil, agar dapat mendorong pihak lain meilakukan riset yang lebih luas, dan diharapkan disumbangkan satu percikan pemikiran dan konsep yang dapat disandingkan dengan pola pikir dan konsep yang mengacu kepada komunitas di pulau besar, atau kontinental. Ini, suatu waktu diharapkan dapat bersandingan dengan kajian tentang ketahanan pangan (food security) berbasiskan hak atas pangan (right to food) terhadap komunitas di pulau besar atau kontinental – beberapa contohnya yaitu:
  • 60. Catatan khusus (lanjutan) kajian tentang ketahanan pangan di kontinen Asia Selatan, kajian tentang kerawanan pangan di Amerika Serikat, dan seterusnya (lihat publikasi The United Nations University's World Institute for Development Economic Research , UNU Wider 2006; bandingkan prioritas riset Dewan Riset Nasional, DRN). Studi ini sebagai langkah kecil dengan dimensi lokal di pulau kecil, sesuatu yang kecil akan memperkaya khazanah kajian soal-soal pangan dan hak asasi manusia dalam wacana internasional. Dalam soal ini, studi ini meskipun belum selesai, jelas berada, satu langkah, di depan, katakanlah dengan ornop/masyakat madani di negara tetangga Filipina – yang juga bercirikan negara kepulauan. Indonesia memiliki 17.000-an pulau, dan Filipina dengan 7.000-an pulau.
  • 61. Study discovers food problem in remote islands Ary Hermawan, The Jakarta Post, Jakarta The government was urged on Tuesday to review its food security program in small and remote islands after a study found it ineffective. The study, conducted by non-profit organization BioTani in Banten, Jakarta, the Riau Islands, East Java, South Sulawesi and Southeast Sulawesi, found that people living in small and remote islands still faced food shortages. "On the main islands, the program has been working well, but on small and remote islands, the program does not work. We found most respondents were still prone to experiencing food scarcities," BioTani executive director Riza. V. Tjahyadi said. According to the study, 55 percent of the 339 people interviewed said they had eaten fewer than two meals a day once, while 46 percent said they experienced it two or three times a month.
  • 62. "Twenty percent of the respondents said they once had not eaten at all," Riza said. Poverty and weak purchasing power are the main causes of the problem. Most small island inhabitants work as fishermen, who were heavily hit by the government's fuel price increases. BioTani recommended that the government conduct a study on the characteristics of food security conditions in small islands, where isolation and the inaccessibility of food remained problems that needed a quick solution. The government's Desa Mandir Pangan, or Food Sufficient Village, program is meant to address food insecurity throughout the country. The program covers 122 regencies and involves 85,000 families. Each village is granted Rp 80 million (US$8,888) in order for local communities to find ways of upgrading their living standards.
  • 63. "The fund is only to induce the people. The local administrations are also required to allocate 20 percent of their region budgets to support the program," said Agriculture Ministry food security body secretary Hermanto. When asked about the BioTani report, Hermanto said the ministry had inspected the program's implementation in several provinces and found that the results of the program varied depending on regional characteristics. "The program has only been underway for a year. We have yet to see the (final) result," he told Antara, adding that its success depended on the support and commitment of local administrations. However, he added that he was unsure how well the program was working in small and remote islands, given their lack of basic infrastructure. "It is a question we have to answer," he said. BioTani's study was conducted in Buluh Batam Island in Riau Islands, Tunda Serang Island in Banten, Tidung Island in Jakarta, Sapudi Island in East Java, Balang Lompo and Kararang Islands in South Sulawesi and Talaga Island, Makassar Island, Kabena Island in Southeast Sulawesi. The Jakarta Post, December 13, 2006