1. Proposal Penelitian
Meningkatkan Motivasi dalam membaca
BUKU KETEKNIKAN PADA MATA PELAJARAN ELEKTRONIKA DIGITAL
Dengan Metode Pembelajaran ARIAS
Penelitian Tindakan Kelas di SMK
Oleh:
SONY TRI BARATA
5215 07 0246
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKUTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
2010
2. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................ 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Motivasi Membaca............................................................................................................... 4
2.2 Model Pembelajaran ARIAS…………………………………………………………….. 5
2.3 Komponen Model Pembelajaran ARIAS……………………………………………….. 6
2.4 Buku...................................................................................................................................... 9
2.5 Nilai Tanggung Jawab......................................................................................................... 9
2.6 Penelitian yang Relevan..................................................................................................... 10
2.7 Hipotesis Tindakan............................................................................................................. 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian............................................................................................................. 11
3.2 Subyek Penelitian .............................................................................................................. 11
3.3 Metode Penelitian............................................................................................................... 11
3.4 Prosedur Penelitian............................................................................................................ 12
3.5 Instrumen Penelitian.......................................................................................................... 12
3.6 Analisis Data....................................................................................................................... 12
3.7 Kolaborator........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 13
2
3. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan secara konkrit dan
signifikan. Dengan dikeluarkannya delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar (1) isi, (2)
kompetensi lulusan, (3) pendidik, (4) proses, (5) pengelolaan, (6) sarana dan prasarana, (7) penilaian,
dan (8) pembiayaan, kualitas pendidikan diharapkan berangsur-angsur menuju ke batas ambang
tertentu, yang mendekati atau bahkan melewati standar nasional tersebut.
Di bidang sarana pendidikan berbagai perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah. Salah
satunya adalah penyediaan buku paket yang sudah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Hanya buku-buku yang sudah lolos penilaian oleh BSNP saja yang boleh dipakai oleh para
siswa di sekolah. Empat tahun terakhir, sekolah-sekolah disediakan dana BOS buku sebesar Rp 12.000
per siswa untuk empat bidang studi, yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasaInggris, dan IPA.
Akhi-akhir ini sudah dikeluarkan buku elektronik yang bisa diakses oleh semua orang secara gratis.
Semua itu bertujuan untuk meningkatkan minat baca para siswa, sebagai prasyarat peningkatan mutu
pendidikan.
Di Jakarta, kesadaran siswa membaca buku paket masih kurang. Mereka membaca hanya
pada saat diminta oleh guru dalam pembelajaran, pada bagian tertentu yang telah dipilihkan guru.
Mereka jarang membaca dari keinginan sendiri di luar jam pelajaran.
Guru berkesimpulan bahwa siswa tidak berminat membaca buku itu. Buktinya banyak buku
yang tidak dibawa pulang untuk dibaca dan dipelajari. Hal ini sangat bertentangan dengan upaya
pemerintah untuk mencerdaskan bangsanya.
Guru sudah sering memberikan nasihat tentang pentingnya buku dalam perkembangan ilmu
dan perlunya kerja keras dalam mencapai suatu cita-cita. Nasihat itu diberikan setiap kali guru
memberikan tugas membaca dan pada akhir pelajaran. Tetapi lama-kelamaan nasihat itu dianggap
sebagai hal yang rutin dan tidak menarik lagi.
Kemungkinan hal itu akibat dari kurangnya motivasi membaca buku. Terhadap pelajaran
ELEKTRONIKA DIGITAL pun siswa tidak tertarik. Hal itu terjadi pada hampir semua mata
pelajaran. Motivasi membaca buku pelajaran secara umum rendah.
Jika hal itu dibiarkan berlarut-larut anak akan terbiasa tidak membaca buku. Padahal buku
adalah jendela ilmu. Dengan sendirinya ilmu siswa akan dangkal dan prestasi belajarnya menurun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi masalah diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
”Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran ARIAS, dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam membaca buku ?”
Hipotesis tindakan:
”Metode pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan motivasi siswa dalam membaca buku ”
3
4. 1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Secara khusus penelitian ini ingin meningkatkan motivasi siswa dalam membaca buku.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi siswa membaca buku, dan pada
gilirannya meningkatkan hasil belajaranya.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memecahkan masalah kemalasan siswa membaca buku.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan buku.
4
5. BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Motivasi Membaca
Definisi motivasi berikut ini dirangkum dari bermacam-macam buku teks psikologi dan
menggambarkan konsensus umum bahwa motivasi adalah sebuah keadaan atau kondisi internal (kadang-
kadang dideskripsikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau kemauan) yang mengaktifkan atau memberi
energi dan arah pada perilaku (Kleinginna and Kleinginna, 1981a). Bermacam-macam definisi itu
selengkapnya adalah sebagai berikut: (1) keadaan atau kondisi internal yang mengaktifkan perilaku dan
memberi arah; (2) kemauan atau keinginan yang memberi energi dan mengarahkan tujuan perilaku; dan (3)
pengaruh kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku. Franken (1994) memberikan
tambahan komponen dalam definisinya, yaitu semangat, arah, dan persistensi perilaku.
Secara umum, penjelasan tentang sumber motivasi dapat dikategorikan sebagai ekstrinsik (di
luar diri) atau intrinsik (di dalam diri). Sumber-sumber intrinsik dan teori yang berhubungan dapat
dikategorikan lebih lanjut menjadi badan/fisik, pikiran/ mental (yaitu kognitif, afektif, dan konatif) atau
transpersonal/spiritual, Gambar 1.
Gambar 1. Pengelompokan Motivasi
Membaca dapat dikategorikan sebagai membaca cepat (scanning) yang ingin mengambil
artinya secara umum dan sepintas lalu untuk kemudian diulangi pada kesempatan lain untuk memperdalam
atas masing-masing arti itu; dan membaca cermat, yang ingin memperoleh pemahaman secara mendalam
(Sarwono, 2003). Yang pertama biasanya cocok untuk bahan bacaan dari bidang sosial: Sedangkan yang
kedua dari bidang eksakta dan teknik. Membaca buku termasuk dalam kategori yang kedua, yang
memerlukan kecermatan untuk dapat menangkap artinya. Di samping itu, membaca buku harus
memimilki pengetahuan konseptual prasyarat yang diperlukan untuk memahami konsep-konsep yang lebih
tinggi.
5
6. 2.2 Model Pembelajaran ARIAS
Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban
pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil
belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory)
yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan
(expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan
menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance,
confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan
pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini
tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi
perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai
sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610).
Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard
dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka
model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran
tersebut.
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen
yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction
(kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama
confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri)
menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam
kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga
sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil.
Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah
terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik
minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka
urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari
modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya
pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan
memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada
siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing
komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah
dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.
6
7. 2.3 Komponen Model Pembelajaran ARIAS
Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen
(assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima
komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi
singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan
meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu
berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk
berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang
yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia
miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan
mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi
kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap
percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu
keberhasilan (Petri, 1986: 218).
Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung
menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan
berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna
mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat
melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-
baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:
Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran
diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai
pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model),
misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada
siswa. Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang berhasil dapat
mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan
seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip
Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.
Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan
(misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa
melihat buku).
Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa
(misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang
sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut
Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan
salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.
Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu
keterampilan.
Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan
siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan
kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran
yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong
mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan
memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat
dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut.
7
8. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan
pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang
telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140).
Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara
yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:
Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang
jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968:
162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk
berbagai aktivitas di masa mendatang.
Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman
nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.
Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal
baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai
jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional,
sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan
(Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok
untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi
dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.
Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan
minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya
belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430)
menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan
melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus
memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran.
Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan
dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya.
Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka.
Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa
yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam
usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa
antara lain adalah:
Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda
dari biasa dalam pembelajaran.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya
para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau
mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan
Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang
sedang, dan mengubah gaya mengajar.
Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi
yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.
8
9. Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan
dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang
memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti
dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan
sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai
kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar.
Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki,
dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31).
Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka
capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran
(Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk
mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri.
Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka.
Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang
maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh
teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar
mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan
yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas
sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri.
Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin
mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard
dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk
mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada
siswa.
Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.
Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan
dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement
(penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas
keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk
mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang
dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran
(Hilgard dan Bower, 1975:561).
Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu
sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil
mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena
pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik
(Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan
dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan.
Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979:
Model-Model Pembelajaran)
9
10. 2.4 Buku
Hasilnya adalah prinsip-prinsip yang disebut sains (Coninghan, 2003). Berbagai prinsip yang
saling berkaitan secara koheren membentuk teori yang yang lebih besar. Prinsip dan teori itu harus tersusun
secara sistematis membentuk suatu bangunan ilmu yang utuh dan kuat, dituliskan dalam buku-buku sains
yang beredar secara bebas di masyarakat, terutama masyarakat akademis yang bergumul dengan sais dan
teknologi.
2.5 Nilai Tanggung Jawab
Nilai merupakan suatu hal yang dianggap sangat penting dalam kahidupan seseorang sehingga
pencapainya mendapat prioritas utama di antara kebutuhan hidup lainnya. Selanjutnya nilai yang
dimiliki orang itu akan trercermin dalam perilaku sehari-hari, baik itu yang berwujud perilaku maupun
kepribadian dirinya. Nilai juga akan mengarahkan individu untuk memenuhi dan memelihara sebaik
mungkin untuk menunjukkan identitas diri (Wright, 2002).
Salah satu nilai yang berkaitan dengan kehidupan sosial adalah respek, yang terbagi menjadi
tiga dimensi, yaitu (1) rentangan social justice, community, openness, dan collaboration; (2) rentangan
beneficence, inclusivity, learning, dan creativity; dan (3) rentangan celebration, diversity,
responsibility, dan honesty dan integrity (Black, 1999), Gambar 2. Jika ingin mendapat respek dari
masyarakat, seseorang harus menjunjung tinggi nilai-nilai itu.
Tanggung jawab sebagai salah satu nilai yang berkaitan dengan respek mempunyai peranan
penting dalam perkembangan hidup seseorang. Tanggung jawab menjadi indikator kedewasaan
seseorang, yang akan membedakannya dengan anak-anak yang belum memperoleh pendidikan yang
lengkap.
Gambar 2. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan Respek
Bagi peserta didik, tanggung jawab merupakan tugas perkembangan yang harus mereka
emban sesuai dengan perkembangan kognisinya. Seorang anak yang bertanggung jawab sudah
10
11. mengerti tugas-ugas yang dibebankan kepada mereka, termasuk risiko yang akan diterima kalau
lai dari tanggung jawab itu. Makin dewasa seseorang, tanggung jawab menjadi sesuatu yang
diinginkan, alih-alih dihindarkan. Seorang calon presiden misalnya, pada hakikatnya
menginginkan tanggung jawab yang besar atas kesejahteraan bangsanya diletakkan dipundaknya,
dan ia akan melaksanakannya sebaik mungkin. Hal-hal yang penting dari nilai tanggung jawab
terdiri dari pemahaman tentang bidang yang menjadi tanggung jawab seseorang, kemauan yang
tulus untuk melaksanakan, dan manfaat bagi orang lain akibat dari tanggung jawab yang diemban
itu.
2.6 Penelitian yang Relevan (Jika ada)
Badu (2006) dalam penelitiannya tentang nilai tanggung jawab yang dimiliki siswa dalam
tugas sebagai pemimpinan, menyimpulkan bahwa kejelasan tentang cakupan tanggung jawab yang
diterima sangat mempengaruhi kesungguhan siswa untuk mewudjukan tanggung jawab itu. Candra
(2007) dalam penelitiannya tentang nilai tanggung jawab siswa terhadap tugas akademis
menyimpulkan bahwa campur tangan guru diperlukan untuk menanamkan nilai itu di kalangan siswa.
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan kajian pustaka di atas, hipotesis tindakan
penelitian ini dikemukakan sebagai berikut.
a. dalam diri siswa akan meningkatkan motivasi mereka membaca buku.
b. akan tumbuh melalui penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam membaca dan
mengerjakan, konsekuensi yang akan diterima atas, dan manfaat yang diperoleh orang lain.
11
12. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di
wilayah Jakarta Timur. Mata pelajaran yang diteliti adalah Elektronika Digital, sedangkan subjek
penelitian adalah siswa kelas X.
3.2 Subyek Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada peningkatan motivasi siswa dalam membaca buku,
konsekuensi yang akan diterima , dan manfaat yang akan diperoleh.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan model Kemmis &
McTaggart (1988). Diagramnya disajikan dalam Gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 3. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart
12
13. 3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung sebanyak tiga siklus, masing-masing terdiri dari tiga tatap
muka. Pada siklus pertama recana tindakan yang dilakukan guru adalah sebagai berikut.
1) Pada pertemuan tatap muka yang pertama, dibuat kesepakatan antara guru dengan siswa
berkenaan dengan tanggung jawab seputar pemanfaatan buku paket: (a) cara menyimpan dan
merawat, (b) cara membaca isinya sesuai dengan tugas yang diberikan, (c) sangsi yang akan
diterima apabila tanggung jawab itu dilepaskan, dan (d) manfaat yang akan diperoleh oleh orang
lain jika nilai tanggung jawab itu dijunjung tinggi secara tulus.
2) Kesepakatan itu ditulis dalam buku catatan siswa, dan juga di kertas ukuran A4 yang ditempel di
dinding kelas. Setiap kali memberikan tugas membaca dan mengerjakan PR, guru selalu
mengingatkan kesepakatan itu.
3) Siswa yang melepaskan tanggung jawab akan dikenai hukuman, sedangkan yang melaksanakan
dengan baik diberi imbalan.
4) Guru memberikan penjelasan tentang manfaat yang diperoleh orang lain atas dijunjung tingginya
nilai tanggung jawab itu.
5) No 2 s.d. 4 dilakukan secara konsisten tiap pertemuan tatap muka.
3.5 Instrumen Penelitian
Untuk mengukur variabel terikat yaitu motivasi membaca buku digunakan kuesioner dan
lembar observasi. Akan dilihat dua aspek dalam motivasi membaca itu, yaitu: (1) aspek ekstrinsik yang
terdiri dari operant conditioning dan social cognition dan (2) aspek intrinsik yang terdiri dari kognitif,
afektif, dan konatif.
3.6 Analisis Data
Data skor motivasi membaca buku dianalisis dengan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-
rata dan persentase, dari masing-masing instrumen yaitu kuesioner dan lembar observasi.
Peningkatannya tiap akhir siklus dianalisis untuk melihat kecenderungannya, naik atau turun.
3.7 Kolaborator
Kolaborator dalam penelitian ini adalah ..... guru ........ Pertemuan kolaborasi antara anggota
tim peneliti dilakukan pada saat penyusunan proposal penelitian. Tim peneliti juga berkolaborasi secara
periodik pada akhir minggu, untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung dan
merencanakan pembelajaran untuk minggu berikutnya. Di akhir tiap jam tatap muka antara guru dengan
kolaborator juga melakukan dikusi singkat untuk mengevaluasi pembelajaran yang baru dilakukan. Diskusi
itu diusahakan tidak lebih dari 10 menit karena guru harus mengajar pada jam elajaran berikutnya.
13
14. DAFTAR PUSTAKA
Badu. (2006). Nilai tanggung jawab yang menyertai kepemimpinan siswa dalam organisasi intrasekolah.
Yogyakarta: P. T. Pradnya Prada.
Coninghan, James. (2003). Scientific method as an epistemlogy to discover scientific principles. London:
John Welly & Son.
Franken, R. (1994). Human motivation. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole.
Franken, R. (2001). Human motivation (5th ed.).. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole.
Huitt, W. (2001). Motivation to learn: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA:
Valdosta State University. Retrieved [date], from
http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/motivation/motivate.html
Johnatan Black. (1999). Values among social worker in a modern society. New Delhi: Candranagar
Publisher Ltd.
Kemmis & McTaggart. (1988). Classroom action research for student teacher. London: Kogan Page Ltd.
Kleinginna, P., Jr., & Kleinginna A. (1981a). A categorized list of motivation definitions, with suggestions
for a consensual definition. Motivation and Emotion, 5, 263-291.
Kleinginna, P., Jr., & Kleinginna A. (1981b). A categorized list of emotion definitions, with suggestions for
a consensual definition. Motivation and Emotion, 5, 345-379.
Sarwono Wardoyo. (2003). Terampil membaca bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Ganeca Group.
Wright, Joseph. (2002). Values and norm of individual living in information era. New York: Wilburg
Publisher Limited.
14