SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 15
Muhkam dan Mutasyabih
Bahan Presentasi ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Ulumul Qur’an”
Dosen Pengampu :
Abdullah Affandi, M.Ag
Oleh Kelompok 6 :
M. Ery Kurniawan Bayu Ersandy (932121013)
Nur Mustofa Kamal (932121113)
Azza Shofia Masykuroh (932121213)
Semester 1 (F)
Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri
2013
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Model-
model penelitian agama sebagai produksi budaya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Kediri, 16 Oktober 2013
Penulis
3
DAFTAR ISI
Sampul Depan .............................................................................................. 1
Kata Pengantar ............................................................................................. 2
Daftar Isi ...................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan....................................................................................... 4
A. Latar Belakang.................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 5
Bab II Pembahasan........................................................................................ 6
A. Pengertian Muhkam Mutasyabih ...................................................... 6
B. Pendapat Ulama Tentang Muhkam Mutasyabih............................... 7
C. Macam-Macam Mutasyabihat........................................................... 9
D. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat ................................................... 11
Bab III Penutup ........................................................................................... 13
A. Kesimpulan ..................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................ 14
Daftar Pustaka............................................................................................. 15
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an, selain merupakan wahyu, juga merupakan bagian kehidupan
umat yang dapat membukakan mata hati dalam diri setiap insan. Firman Ilahi
tersebut sudah dipandang sebagai kehidupan itu sendiri dan tidak semata-mata kitab
biasa. Layaknya sebuah kehidupan, untuk dapat memahaminya biasanya diperlukan
alat bantu yang kadang kala tidak sedikit.
Pada masa-masa permulaan turunnya, Al-Qur’an lebih banyak dihafal dan
dipahami oleh para sahabat nabi SAW. Sehingga kemudian tidak ada alternatif lain
bagi para sahabat kecuali berupaya menulisnya. Apabila tidak dituliskan, maka
mutiara yang bernilai demikian luhur dikhawatirkan akan bercampur dengan hal-hal
lain yang tidak diperlukan. Sehingga, firman Ilahi yang mengiringi kehidupan umat
Islam (dan juga seluruh umat manusia) telah tersedia dalam bentuk tertulis, bahkan
berbentuk sebuah kitab.
Oleh sebab itu, tidak dapat dihindari jika kemudian berkembang ilmu
pengetahuan tentang Al-Qur’an yang tidak lain tujuannya untuk mempermudah
dalam memahaminya. Salah satu ilmu pengetahuan tentang Alquran adalah ilmu
muhkam dan mutasyabih, biasa diartikan sebagai ilmu yang menerangkan tentang
ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Muhkam dan Mutasyabih ?
2. Apa pendapat para Ulama tentang ayat-ayat Mutasyabih ?
3. Apa macam-macam dari ayat-ayat Mutasyabih ?
4. Apa hikmah diturunkannya ayat-ayat Mutasyabih ?
5
C. Manfaat dan Tujuan
1. Mengetahui pengertian Muhkam dan Mutasyabih.
2. Mengetahui mengenai pendapat para ulama tentang ayat-ayat Mutasyabih.
3. Membedakan macam-macam dari ayat-ayat Mutasyabih.
4. Memahami hikmah diturunkannya ayat-ayat Mutasyabih.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
1. Pengertian Muhkam
Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminologi,
Muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan
keterangan dari ayat-ayat lain.
Contoh: Surat Al-Baqarah ayat 83, yang Artinya:
“Dan (ingatlah) tatkala Kami membuat janji dengan Bani Israil, supaya jangan
mereka menyembah melainkan kepada Allah, dan terhadap kedua Ibu Bapak
hendaklah berbuat baik, dan (juga) kepada kerabat dekat, dan anak-anak yatim
dan orang orang miskin , dan hendaklah mengucapkan perkataan yang baik
kepada manusia, dan dirikanlah sholat dan keluarkanlah zakat. Kemudian,
berpaling kamu , kecuali sedikit, padahal kamu tidak memperdulikan.”
2. Pengertian Mutasyabih
Kata Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa berarti
keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara
dua hal. Tasyabaha, Isytabaha sama dengan Asybaha (mirip, serupa, sama) satu
dengan yang lain sehingga menjadi kabur, tercampur. Sedangkan secara
terminoligi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan
mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi,
dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya.
Contoh: Surat Thoha ayat 5, yang Artinya: (Allah) Yang Maha Pemurah, yang
bersemayam di atas ‘Arasy’
7
B. Pendapat Ulama Tentang Ayat-ayat Mutasyabih
Pada dasarnya perbedaan pendapat para Ulama dalam menanggapi sifat-sifat
mutasyabihat dalam Al-Qur’an dilatarbelakangi oleh perbedaan pemahaman atas
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 7.
Subhi Al-Shalih membedakan pendapat para ulama ke dalam dua mazhab, yaitu:
1. Mazhab Salaf
Yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat mutasyabihat
ini dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri.1
Para Ulama Salaf
mengharuskan kita berwaqaf (berhenti) dalam membaca QS. Ali Imran : 7 pada
lafal jalalah. Hal ini memberikan pengertian bahwa hanya Allah yang mengerti
takwil dari ayat-ayat mutasyabihat yang ada. Mazhab ini juga disebut mazhab
Muwaffidah atau Tafwid
2. Mazhab Khalaf
Yaitu orang-orang yang mentakwilkan (mempertangguhkan) lafal yang mustahil
dzahirnya kepada makna yang layak dengan zat Allah.2
Dalam memahami QS.
Ali-Imran : 7 mazhab ini mewaqafkan bacaan mereka pada lafal
“Warraasikhuuna fil ‘Ilmi”. Hal ini memberikan pengertian bahwa yang
mengetahui takwil dari ayat-ayat mutasyabih adalah Allah dan orang-orang yang
Rasikh (mendalam) dalam ilmunya. Mazhab ini disebut juga Mazhab
Muawwilah atau Mazhab Takwil.
Berikut ini adalah beberapa contoh sifat-sifat mutasyabih yang menjadikan
perbedaan pendapat antara mazhab Salaf dan mazhab Khalaf:
1 Ahmad Syadali, op.cit., hlm.211
2
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Ilmu-ilmu Ulumul Al Quran, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2002),
hlm. 173
8
1. Lafal “Ístawa” pada Al-Qur’an surah Thaha ayat 5. Allah berfirman:
Artinya: “(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Ars.”
Dalam ayat ini diterangkan bahwa pencipta langit dan bumi ini adalah Allah
Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy.
Menurut mazhab Salaf, arti kata Istiwa’ sudah jelas, yaitu bersemayam
(duduk) di atas Arsy (tahta). Namun tata cara dan kafiatnya tidak kita ketahui
dan diharuskan bagi kita untuk menyerahkan sepenuhnya urusan mengetahui
hakikat kata Istiwa’ itu kepada Allah sendiri.
Pernah ditanyakan kepada Imam Malik tentang makna Istiwa’, maka beliau
menjawab:
Artinya: “Istiwa’ itu ma’lum, caranya tidak diketahui, mempertanyakannya
adalah bid’ah (mengada-ada). Saya kira engkau ini adalah orang jahat.
Keluarkan olehmu orang ini dari majlis saya.”
Berkata Ibnu Kasir dalam tafsirnya, bahwa jalan yang paling selamat
mengenai hal ini adalah jalan yang telah ditempuh oleh ulama salaf karena hal
ini sepenuhnya adalah termasuk wewenang Allah semata-mata dan tidak
dibenarkan sama sekali makhluk campur tangan.3
Sedangkan mazhab Khalaf memaknakan Istiwa’ dengan ketinggian yang
abstrak berupa pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa merasa kepayahan.4
2. Lafal “yadun” pada Al-Qur’an surah Al-Fath ayat 10. Allah berfirman:
Artinya: ”Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu
Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah tangan Allah di atas tangan
mereka.”
3 Bustami A Gani, dkk., Alqur’an dan Tafsirnya. (Semarang: Citra Effhar.1993). hlm. 124
4 Ahmad syadali,dkk. Op.cit., hlm. 217
9
Pada ayat di atas terdapat lafal yadun yang secara bahasa berarti tangan. Para
ulama salaf mengartikan sebagaimana adanya dan menyerahkan hakikat
maknanya kepada Allah. Sedangkah ulama Khalaf memaknai lafal yadun
dengan “kekuasaan” karena tidak mungkin Allah itu mempunyai tangan seperti
halnya pada makhluk.
3. Lafal Ainun pada Al-Qur’an surah Thaha ayat 39. Allah berfirman :
Artinya: “ dan supaya kamu dibawah pengawasanku.”
Lafal Ainun dari segi lafdziyyah mempunyai arti mata. Menurut mazhab
khalaf, lafal Ainun dalam ayat di atas bermakna pengawasan Allah kepada Nabi
Musa yang dihanyutkan di Sungai Nil pada masa Raja Fir’aun.
Adapun contoh yang lain terdapat dalam QS.Al-Fajr : 22, QS. Al-An’am :
61, QS. Al-Zumar : 56, QS. Al-Rahman : 27, QS.Ali-Imran: 28. Dalam ayat-ayat
tersebut terdapat kata-kata “datang”, “di atas”, “sisi”, “wajah”, dan “diri” yang
dijadikan sifat bagi Allah. Namun, ulama khalaf memaknai kata-kata tersebut
sebagai: “kedatangan perintah-Nya”, “Maha Tinggi, bukan berada di suatu
tempat”, “hak”, “zat”,dan ”siksa”.
C. Macam-macam Ayat Mutasyabih
Sesuai dengan sebab-sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al-
Qur’an, maka ayat-ayat tersebut dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:5
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,
atau kecuali Allah SWT. Contohnya seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-
sifatNya, waktu datangnya hari kiamat, dan hal-hal ghoib lainnya. Seperti
keterangan surah Al-An’am ayat 59:
5
Abdul Djalal H.A., Op.cit., hlm.251-253
10
Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghoib: tidak ada yang
mengetahui kecuali Dia sendiri.”
Dan seperti isi surat lukman ayat 34:
Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati.”
2. Ayat-ayat mutasyabihat yang dapat diketahui maksudnya oleh semua orang. Hal
ini dapat dilakukan dengan jalan pembahasan dan pengkajian/penelitian yang
mendalam. Contohnya ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat
ringkas, panjang, urutan, dan seumpamanya.
Jadi, dalam menyikapi ayat-ayat ini adalah merinci yang mujmal,
menentukan yang musytarak, menqayidkan yang mutlak, menertibkan yang
kurang tertib, dan sebagainya. Seperti dalam firman Allah Q.S. An-Nisa ayat 3:
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita (lain).”
Maksud ayat ini tidak jelas dan ketidak jelasannya timbul karena lafalnya yang
ringkas. Kalimat asalnya berbunyi:6
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan
yang yatim sekiranya kamu kawini mereka, maka kawinilah wanita-wanita
selain mereka.”
3. Ayat-ayat mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan
sain, bukan semua orang. Ahmad Syadzali dalam bukunya tipe yang ketiga ini
6 Ahmad Syadali, op.cit., hlm.207
11
lebih menspesifikkan lagi. Ia menyatakan maksudnya ayat-ayat tersebut hanya
dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan bukan semua ulama. Jadi bukan
semua ulama apalagi orang awam yang dapat mengetahui maksudnya.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 7:
Artinya: “Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya.”
Dalam pengertian yang sama, Al-Raghib Al-Ashfahani memberikan
penjelasan yang mirip. Menurut dia, ayat-ayat mutasyabihat terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu jenis yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya, seperti waktu
kiamat, keluarnya dabbah (binatang), dan sebagainya; jenis yang dapat diketahui
manusia seperti lafal-lafal yang ganjil (gharib) dan hukum yang tertutup, dan
jenis yang hanya diketahui oleh ulama tertentu yang sudah mendapat ilmu. Jenis
terakhir inilah yang disyaratkan Nabi dengan doanya bagi Ibnu Abbas:7
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah dia seorang yang paham dalam Agama, dan
ajarkanlah kepadanya takwil.”
D. Hikmah Diturunkannya Ayat-ayat Mutasyabih
Adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Alquran membawa faedah/ hikmah yang
banyak juga. Bahkan, lebih banyak daripada hikmah ayat-ayat muhkamat di atas.
Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut;
1. Sebagai rahmat Allah SWT. Hal ini jelas sekali, karena jika tidak disamarkan,
bisa jadi merupakan siksaan bagi mereka, terutama mereka yang tidak tahan
menzahirkannya.
2. Ujian dan cobaan terhadap kekuatan iman umat manusia.
7
Ibid., hlm. 208
12
3. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia.
4. Mendorong umat untuk giat belajar, tekun menalar, dan rajin meneliti.
5. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Qur’an ketinggian mutu sastra dan
balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah
buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
6. Memudahkan orang dalam memahami Al-Qur’an. Sebab, adanya ayat-ayat yang
mutasyabihat tersebut pasti mendorong seseorang untuk serius menghadapinya.
Sehingga, dengan sendirinya akan lebih meresapkan hasil-hasil usahanya itu
yang pada gilirannya dapat mempermudah segalanya.
7. Menambah pahala umat manusia, dengan bertambah sukarnya memahami ayat-
ayat mutasyabihat. Sebab, semakin sukar kerjaan orang, akan semakin besar
pahalanya.
8. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-
macam. Sebab, adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Alquran, mendorong
orang-orang yang akan mempelajarinya harus lebih dahulu mempelajari
beberapa disiplin ilmu yang terkait dengan berbagai isi ajaran Al-Qur’an yang
bermacam-macam. Seperti Ilmu matematika, bahasa, kimia, fisika, dan
sebagainya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari definisi-definisi tentang muhkam dan mutasyabih di atas, kami dapat
menyimpulkan bahwa muhkam adalah suatu lafadz yang artinya dapat diketahui
dengan jelas dan kuat berdiri sendiri serta mudah dipahami. Sedangkan mutasyabih
adalah suatu lafadz yang artinya samar, maksudnya tidak jelas dan sulit bisa
ditangkap karena mengandung penafsiran yang berbeda-beda dan bisa jadi
mengandung pengertian arti yang bermacam-macam.
Adapun penyebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur’an adalah
ketersembunyian dalam makna dan lafal. Sedangkan macam-macam ayat
mutasyabih ada tiga; ayat yang tidak dapat diketahui artinya kecuali oleh Allah, ayat
yang dapat diketahui artinya dengan jalan pembahasan, dan ayat yang dapat
diketahui artinya oleh ulama tertentu.
Pandangan ulama mengenai ayat-ayat mutasyabihat dan dipahami manusia
atau tidak ada dua pendapat. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa arti dan
ayat-ayat mutasyabihat dapat diketahui oleh umat manusia, dan ulama yang lain
mengatakan bahwa umat manusia tidak dapat mengetahuinya.
Di antara hikmah ayat-ayat muhkamat adalah memberi rahmat pada
manusia, khususnya orang yang bahasa Arabnya lemah, memudahkan manusia
mengetahui arti dan maksudnya juga memudahkan mereka menghayati makna
maksudnya agar mudah melaksanakan ajaran-ajarannya. Sedangkan hikmah dari
ayat-ayat mutasyabihat salah satunya adalah menambah pahala usaha umat manusia,
dengan bertambah sukarnya memahami ayat-ayat mutasyabih sebab semakin sukar
pekerjaan seseorang maka akan semakin besar jugalah pahalanya.
14
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Sebagai insan yang dlaif
tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran
sangat kami harapkan dari pembaca sekalian untuk perbaikan dan evaluasi dari apa
yang penulis dapat sajikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2002. Ilmu-Ilmu Ulumul Al Quran,
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Gani, Bustami A, dkk.1993. Alqur’an dan Tafsirnya. Semarang: Citra Effhar.
H.A., Abdul Djalal. 2000. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu.
Supiana, dkk. 1994. Ulumul Quran. Jakarta: Pustaka Islamika.
Syadali, Ahmad, dkk. 2000. Ulumul Quran I. Bandung: Pustaka Setia.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Fakhri Cool
 
Makalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljamaMakalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljama
Rinoputra Stain
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
Moh Yakub
 
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur RasyidinModul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Istna Zakia Iriana
 

Mais procurados (20)

Makalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquranMakalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquran
 
Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
Materi Al Qur'an
Materi Al Qur'anMateri Al Qur'an
Materi Al Qur'an
 
Perkembangan Ilmu Tasawuf
Perkembangan Ilmu TasawufPerkembangan Ilmu Tasawuf
Perkembangan Ilmu Tasawuf
 
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
 
Makalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljamaMakalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljama
 
Macam-macam Tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam Tarekat dan pemahamannya di IndonesiaMacam-macam Tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam Tarekat dan pemahamannya di Indonesia
 
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuPPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
PPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan MadaniyahPPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan Madaniyah
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Subjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanSubjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikan
 
Makalah revisi Makkiyah dan madaniyah
Makalah revisi Makkiyah dan madaniyah Makalah revisi Makkiyah dan madaniyah
Makalah revisi Makkiyah dan madaniyah
 
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur RasyidinModul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Modul SKI - KB 1 Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
 
ppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalamppt aliran dalam ilmu kalam
ppt aliran dalam ilmu kalam
 

Semelhante a Makalah Muhkam Mutasyabih

Copy of bab ii2
Copy of bab ii2Copy of bab ii2
Copy of bab ii2
andisalwa
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Akram Atjeh
 

Semelhante a Makalah Muhkam Mutasyabih (20)

Copy of bab ii2
Copy of bab ii2Copy of bab ii2
Copy of bab ii2
 
1 24
1 241 24
1 24
 
Makalah metodologi
Makalah metodologiMakalah metodologi
Makalah metodologi
 
Makalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumMakalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhum
 
Luqman - Al-musytarak Al-lafdzi Mendekonstruksi Argumen Tafsir Tekstual
Luqman - Al-musytarak Al-lafdzi Mendekonstruksi Argumen Tafsir TekstualLuqman - Al-musytarak Al-lafdzi Mendekonstruksi Argumen Tafsir Tekstual
Luqman - Al-musytarak Al-lafdzi Mendekonstruksi Argumen Tafsir Tekstual
 
Makalah al quran hadist
Makalah al quran hadistMakalah al quran hadist
Makalah al quran hadist
 
Ulumul Quran
Ulumul QuranUlumul Quran
Ulumul Quran
 
Tafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenyaTafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenya
 
Al qur’an dan tafsir
Al qur’an dan tafsirAl qur’an dan tafsir
Al qur’an dan tafsir
 
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.docx
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.docxAyat Muhkamat dan Mutasyabihat.docx
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.docx
 
Ma'ani al-quran
Ma'ani al-quranMa'ani al-quran
Ma'ani al-quran
 
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdfAyat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.pdf
 
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docxUlumul Qur'an-09_S2PAI.docx
Ulumul Qur'an-09_S2PAI.docx
 
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
Makalah manthuq dan mafhum kelompok 11
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
 
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YITAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
 
ulumul qur'an
ulumul qur'anulumul qur'an
ulumul qur'an
 
Al-Qur'an Sebagai Sumber Agama Islam.pdf
Al-Qur'an Sebagai Sumber Agama Islam.pdfAl-Qur'an Sebagai Sumber Agama Islam.pdf
Al-Qur'an Sebagai Sumber Agama Islam.pdf
 
Al-Qur'an Sebagai Sumber Agama Islam.docx
Al-Qur'an Sebagai Sumber Agama Islam.docxAl-Qur'an Sebagai Sumber Agama Islam.docx
Al-Qur'an Sebagai Sumber Agama Islam.docx
 
Pengertian ulumul qur
Pengertian ulumul  qurPengertian ulumul  qur
Pengertian ulumul qur
 

Último

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
MetalinaSimanjuntak1
 

Último (20)

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 

Makalah Muhkam Mutasyabih

  • 1. Muhkam dan Mutasyabih Bahan Presentasi ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Ulumul Qur’an” Dosen Pengampu : Abdullah Affandi, M.Ag Oleh Kelompok 6 : M. Ery Kurniawan Bayu Ersandy (932121013) Nur Mustofa Kamal (932121113) Azza Shofia Masykuroh (932121213) Semester 1 (F) Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri 2013
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Model- model penelitian agama sebagai produksi budaya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Kediri, 16 Oktober 2013 Penulis
  • 3. 3 DAFTAR ISI Sampul Depan .............................................................................................. 1 Kata Pengantar ............................................................................................. 2 Daftar Isi ...................................................................................................... 3 Bab I Pendahuluan....................................................................................... 4 A. Latar Belakang.................................................................................. 4 B. Rumusan Masalah............................................................................. 4 C. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 5 Bab II Pembahasan........................................................................................ 6 A. Pengertian Muhkam Mutasyabih ...................................................... 6 B. Pendapat Ulama Tentang Muhkam Mutasyabih............................... 7 C. Macam-Macam Mutasyabihat........................................................... 9 D. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat ................................................... 11 Bab III Penutup ........................................................................................... 13 A. Kesimpulan ..................................................................................... 13 B. Saran................................................................................................ 14 Daftar Pustaka............................................................................................. 15
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an, selain merupakan wahyu, juga merupakan bagian kehidupan umat yang dapat membukakan mata hati dalam diri setiap insan. Firman Ilahi tersebut sudah dipandang sebagai kehidupan itu sendiri dan tidak semata-mata kitab biasa. Layaknya sebuah kehidupan, untuk dapat memahaminya biasanya diperlukan alat bantu yang kadang kala tidak sedikit. Pada masa-masa permulaan turunnya, Al-Qur’an lebih banyak dihafal dan dipahami oleh para sahabat nabi SAW. Sehingga kemudian tidak ada alternatif lain bagi para sahabat kecuali berupaya menulisnya. Apabila tidak dituliskan, maka mutiara yang bernilai demikian luhur dikhawatirkan akan bercampur dengan hal-hal lain yang tidak diperlukan. Sehingga, firman Ilahi yang mengiringi kehidupan umat Islam (dan juga seluruh umat manusia) telah tersedia dalam bentuk tertulis, bahkan berbentuk sebuah kitab. Oleh sebab itu, tidak dapat dihindari jika kemudian berkembang ilmu pengetahuan tentang Al-Qur’an yang tidak lain tujuannya untuk mempermudah dalam memahaminya. Salah satu ilmu pengetahuan tentang Alquran adalah ilmu muhkam dan mutasyabih, biasa diartikan sebagai ilmu yang menerangkan tentang ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Muhkam dan Mutasyabih ? 2. Apa pendapat para Ulama tentang ayat-ayat Mutasyabih ? 3. Apa macam-macam dari ayat-ayat Mutasyabih ? 4. Apa hikmah diturunkannya ayat-ayat Mutasyabih ?
  • 5. 5 C. Manfaat dan Tujuan 1. Mengetahui pengertian Muhkam dan Mutasyabih. 2. Mengetahui mengenai pendapat para ulama tentang ayat-ayat Mutasyabih. 3. Membedakan macam-macam dari ayat-ayat Mutasyabih. 4. Memahami hikmah diturunkannya ayat-ayat Mutasyabih.
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih 1. Pengertian Muhkam Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminologi, Muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Contoh: Surat Al-Baqarah ayat 83, yang Artinya: “Dan (ingatlah) tatkala Kami membuat janji dengan Bani Israil, supaya jangan mereka menyembah melainkan kepada Allah, dan terhadap kedua Ibu Bapak hendaklah berbuat baik, dan (juga) kepada kerabat dekat, dan anak-anak yatim dan orang orang miskin , dan hendaklah mengucapkan perkataan yang baik kepada manusia, dan dirikanlah sholat dan keluarkanlah zakat. Kemudian, berpaling kamu , kecuali sedikit, padahal kamu tidak memperdulikan.” 2. Pengertian Mutasyabih Kata Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal. Tasyabaha, Isytabaha sama dengan Asybaha (mirip, serupa, sama) satu dengan yang lain sehingga menjadi kabur, tercampur. Sedangkan secara terminoligi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya. Contoh: Surat Thoha ayat 5, yang Artinya: (Allah) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arasy’
  • 7. 7 B. Pendapat Ulama Tentang Ayat-ayat Mutasyabih Pada dasarnya perbedaan pendapat para Ulama dalam menanggapi sifat-sifat mutasyabihat dalam Al-Qur’an dilatarbelakangi oleh perbedaan pemahaman atas firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 7. Subhi Al-Shalih membedakan pendapat para ulama ke dalam dua mazhab, yaitu: 1. Mazhab Salaf Yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat mutasyabihat ini dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri.1 Para Ulama Salaf mengharuskan kita berwaqaf (berhenti) dalam membaca QS. Ali Imran : 7 pada lafal jalalah. Hal ini memberikan pengertian bahwa hanya Allah yang mengerti takwil dari ayat-ayat mutasyabihat yang ada. Mazhab ini juga disebut mazhab Muwaffidah atau Tafwid 2. Mazhab Khalaf Yaitu orang-orang yang mentakwilkan (mempertangguhkan) lafal yang mustahil dzahirnya kepada makna yang layak dengan zat Allah.2 Dalam memahami QS. Ali-Imran : 7 mazhab ini mewaqafkan bacaan mereka pada lafal “Warraasikhuuna fil ‘Ilmi”. Hal ini memberikan pengertian bahwa yang mengetahui takwil dari ayat-ayat mutasyabih adalah Allah dan orang-orang yang Rasikh (mendalam) dalam ilmunya. Mazhab ini disebut juga Mazhab Muawwilah atau Mazhab Takwil. Berikut ini adalah beberapa contoh sifat-sifat mutasyabih yang menjadikan perbedaan pendapat antara mazhab Salaf dan mazhab Khalaf: 1 Ahmad Syadali, op.cit., hlm.211 2 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Ilmu-ilmu Ulumul Al Quran, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 173
  • 8. 8 1. Lafal “Ístawa” pada Al-Qur’an surah Thaha ayat 5. Allah berfirman: Artinya: “(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Ars.” Dalam ayat ini diterangkan bahwa pencipta langit dan bumi ini adalah Allah Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy. Menurut mazhab Salaf, arti kata Istiwa’ sudah jelas, yaitu bersemayam (duduk) di atas Arsy (tahta). Namun tata cara dan kafiatnya tidak kita ketahui dan diharuskan bagi kita untuk menyerahkan sepenuhnya urusan mengetahui hakikat kata Istiwa’ itu kepada Allah sendiri. Pernah ditanyakan kepada Imam Malik tentang makna Istiwa’, maka beliau menjawab: Artinya: “Istiwa’ itu ma’lum, caranya tidak diketahui, mempertanyakannya adalah bid’ah (mengada-ada). Saya kira engkau ini adalah orang jahat. Keluarkan olehmu orang ini dari majlis saya.” Berkata Ibnu Kasir dalam tafsirnya, bahwa jalan yang paling selamat mengenai hal ini adalah jalan yang telah ditempuh oleh ulama salaf karena hal ini sepenuhnya adalah termasuk wewenang Allah semata-mata dan tidak dibenarkan sama sekali makhluk campur tangan.3 Sedangkan mazhab Khalaf memaknakan Istiwa’ dengan ketinggian yang abstrak berupa pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa merasa kepayahan.4 2. Lafal “yadun” pada Al-Qur’an surah Al-Fath ayat 10. Allah berfirman: Artinya: ”Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah tangan Allah di atas tangan mereka.” 3 Bustami A Gani, dkk., Alqur’an dan Tafsirnya. (Semarang: Citra Effhar.1993). hlm. 124 4 Ahmad syadali,dkk. Op.cit., hlm. 217
  • 9. 9 Pada ayat di atas terdapat lafal yadun yang secara bahasa berarti tangan. Para ulama salaf mengartikan sebagaimana adanya dan menyerahkan hakikat maknanya kepada Allah. Sedangkah ulama Khalaf memaknai lafal yadun dengan “kekuasaan” karena tidak mungkin Allah itu mempunyai tangan seperti halnya pada makhluk. 3. Lafal Ainun pada Al-Qur’an surah Thaha ayat 39. Allah berfirman : Artinya: “ dan supaya kamu dibawah pengawasanku.” Lafal Ainun dari segi lafdziyyah mempunyai arti mata. Menurut mazhab khalaf, lafal Ainun dalam ayat di atas bermakna pengawasan Allah kepada Nabi Musa yang dihanyutkan di Sungai Nil pada masa Raja Fir’aun. Adapun contoh yang lain terdapat dalam QS.Al-Fajr : 22, QS. Al-An’am : 61, QS. Al-Zumar : 56, QS. Al-Rahman : 27, QS.Ali-Imran: 28. Dalam ayat-ayat tersebut terdapat kata-kata “datang”, “di atas”, “sisi”, “wajah”, dan “diri” yang dijadikan sifat bagi Allah. Namun, ulama khalaf memaknai kata-kata tersebut sebagai: “kedatangan perintah-Nya”, “Maha Tinggi, bukan berada di suatu tempat”, “hak”, “zat”,dan ”siksa”. C. Macam-macam Ayat Mutasyabih Sesuai dengan sebab-sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Al- Qur’an, maka ayat-ayat tersebut dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:5 1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, atau kecuali Allah SWT. Contohnya seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat- sifatNya, waktu datangnya hari kiamat, dan hal-hal ghoib lainnya. Seperti keterangan surah Al-An’am ayat 59: 5 Abdul Djalal H.A., Op.cit., hlm.251-253
  • 10. 10 Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghoib: tidak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri.” Dan seperti isi surat lukman ayat 34: Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” 2. Ayat-ayat mutasyabihat yang dapat diketahui maksudnya oleh semua orang. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan pembahasan dan pengkajian/penelitian yang mendalam. Contohnya ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas, panjang, urutan, dan seumpamanya. Jadi, dalam menyikapi ayat-ayat ini adalah merinci yang mujmal, menentukan yang musytarak, menqayidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya. Seperti dalam firman Allah Q.S. An-Nisa ayat 3: Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita (lain).” Maksud ayat ini tidak jelas dan ketidak jelasannya timbul karena lafalnya yang ringkas. Kalimat asalnya berbunyi:6 Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim sekiranya kamu kawini mereka, maka kawinilah wanita-wanita selain mereka.” 3. Ayat-ayat mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sain, bukan semua orang. Ahmad Syadzali dalam bukunya tipe yang ketiga ini 6 Ahmad Syadali, op.cit., hlm.207
  • 11. 11 lebih menspesifikkan lagi. Ia menyatakan maksudnya ayat-ayat tersebut hanya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan bukan semua ulama. Jadi bukan semua ulama apalagi orang awam yang dapat mengetahui maksudnya. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 7: Artinya: “Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya.” Dalam pengertian yang sama, Al-Raghib Al-Ashfahani memberikan penjelasan yang mirip. Menurut dia, ayat-ayat mutasyabihat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu jenis yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya, seperti waktu kiamat, keluarnya dabbah (binatang), dan sebagainya; jenis yang dapat diketahui manusia seperti lafal-lafal yang ganjil (gharib) dan hukum yang tertutup, dan jenis yang hanya diketahui oleh ulama tertentu yang sudah mendapat ilmu. Jenis terakhir inilah yang disyaratkan Nabi dengan doanya bagi Ibnu Abbas:7 Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah dia seorang yang paham dalam Agama, dan ajarkanlah kepadanya takwil.” D. Hikmah Diturunkannya Ayat-ayat Mutasyabih Adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Alquran membawa faedah/ hikmah yang banyak juga. Bahkan, lebih banyak daripada hikmah ayat-ayat muhkamat di atas. Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut; 1. Sebagai rahmat Allah SWT. Hal ini jelas sekali, karena jika tidak disamarkan, bisa jadi merupakan siksaan bagi mereka, terutama mereka yang tidak tahan menzahirkannya. 2. Ujian dan cobaan terhadap kekuatan iman umat manusia. 7 Ibid., hlm. 208
  • 12. 12 3. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. 4. Mendorong umat untuk giat belajar, tekun menalar, dan rajin meneliti. 5. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Qur’an ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT. 6. Memudahkan orang dalam memahami Al-Qur’an. Sebab, adanya ayat-ayat yang mutasyabihat tersebut pasti mendorong seseorang untuk serius menghadapinya. Sehingga, dengan sendirinya akan lebih meresapkan hasil-hasil usahanya itu yang pada gilirannya dapat mempermudah segalanya. 7. Menambah pahala umat manusia, dengan bertambah sukarnya memahami ayat- ayat mutasyabihat. Sebab, semakin sukar kerjaan orang, akan semakin besar pahalanya. 8. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam- macam. Sebab, adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Alquran, mendorong orang-orang yang akan mempelajarinya harus lebih dahulu mempelajari beberapa disiplin ilmu yang terkait dengan berbagai isi ajaran Al-Qur’an yang bermacam-macam. Seperti Ilmu matematika, bahasa, kimia, fisika, dan sebagainya.
  • 13. 13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari definisi-definisi tentang muhkam dan mutasyabih di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa muhkam adalah suatu lafadz yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat berdiri sendiri serta mudah dipahami. Sedangkan mutasyabih adalah suatu lafadz yang artinya samar, maksudnya tidak jelas dan sulit bisa ditangkap karena mengandung penafsiran yang berbeda-beda dan bisa jadi mengandung pengertian arti yang bermacam-macam. Adapun penyebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur’an adalah ketersembunyian dalam makna dan lafal. Sedangkan macam-macam ayat mutasyabih ada tiga; ayat yang tidak dapat diketahui artinya kecuali oleh Allah, ayat yang dapat diketahui artinya dengan jalan pembahasan, dan ayat yang dapat diketahui artinya oleh ulama tertentu. Pandangan ulama mengenai ayat-ayat mutasyabihat dan dipahami manusia atau tidak ada dua pendapat. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa arti dan ayat-ayat mutasyabihat dapat diketahui oleh umat manusia, dan ulama yang lain mengatakan bahwa umat manusia tidak dapat mengetahuinya. Di antara hikmah ayat-ayat muhkamat adalah memberi rahmat pada manusia, khususnya orang yang bahasa Arabnya lemah, memudahkan manusia mengetahui arti dan maksudnya juga memudahkan mereka menghayati makna maksudnya agar mudah melaksanakan ajaran-ajarannya. Sedangkan hikmah dari ayat-ayat mutasyabihat salah satunya adalah menambah pahala usaha umat manusia, dengan bertambah sukarnya memahami ayat-ayat mutasyabih sebab semakin sukar pekerjaan seseorang maka akan semakin besar jugalah pahalanya.
  • 14. 14 B. SARAN Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Sebagai insan yang dlaif tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca sekalian untuk perbaikan dan evaluasi dari apa yang penulis dapat sajikan.
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA Asshiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2002. Ilmu-Ilmu Ulumul Al Quran, Semarang: Pustaka Rizki Putra. Gani, Bustami A, dkk.1993. Alqur’an dan Tafsirnya. Semarang: Citra Effhar. H.A., Abdul Djalal. 2000. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu. Supiana, dkk. 1994. Ulumul Quran. Jakarta: Pustaka Islamika. Syadali, Ahmad, dkk. 2000. Ulumul Quran I. Bandung: Pustaka Setia.