Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan cidera lien iatrogenik pada tindakan bedah. Cidera lien iatrogenik dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Dokumen menjelaskan anatomi, fisiologi, mekanisme cidera, jenis cidera, faktor risiko, pencegahan, tahapan mobilisasi lien, pengelasan cidera, dan penatalaksanaan berdasarkan tingkat cidera lien. Penatalaksanaan bervariasi antara splenorafi, splenek
2. PENDAHULUAN
Cedera lien iatrogenic pada tindakan bedah menghasilkan peningkatan risiko
morbiditas dan mortalitas, peningkatan waktu operasi, dan rawat inap yang
lebih lama.
Cidera lien Iatrogenik dilaporkan sebagai penyebab 19-40% dari semua
splenektomi
Prosedur bedah yang menyebabkan cidera lien iatrogenic :
- operasi gastro-esofagus (vagotomy, gastrektomi, oesophagectomy trans-hiatal,
1-8%,
- operasi vaskuler ( aorta aneurisma abdominal,anorisma thoracoabdominal,
bypass arteri ginjal kiri dan rekonstruksi aorta abdomen proksimal. 21-60%,
- -Hemicolektomi Kiri, 1-8 %,
- Nephrektomi kiri 1,4-14%.
• MANTEROLA, C. & OTZEN, T. Incidental splenic injury and splenectomy. An overview based on available
evidence. Int. J. Morphol.,34(4):1553-1560, 2016.
3. I. ANATOMI DAN FISIOLOGI LIEN
• Lien merupaka organ limfoid
• Fungsi : lymphopoiesis, erythropoiesis.
• Letak :
Hipokondrium kiri, di bawah diafragma, di atas ginjal kiri dan flexure lien dari
colon, dan di belakang fundus dan corpus gaster.
Di kuadran kiri atas dorsal di abdomen pada permukaan bawah diafragma,
terlindung oleh Costa ke 9, 10, dan 11.
• Ukuran :
Berat : (dewasa) ± 75-100 gr, mengecil setelah berumur 60 th , ukuran dan
bentuk bervariasi.
Panjang ± 7cm.
4. • Lien melekat kuat di bagian kuadran kiri atas dengan delapan ligamen atau refleksi
peritoneal :
1. Gastro-splenic (berisi vasa gastrika brevis).
2. Spleno-renal
3. Spleno-phrenica ( di posterior.)
4. Spleno-colica (bagian lateral omentum majus)
5. Pre-splenic folds
6. Pancreatico-splenic
7. Phrenico-colica
8. Pancreatico- colica
Mckinley R. Spleen. In: Brunicardi F C,eds. Schwartz’s Principles of Surgery. New York: McGraw-Hill Company; 2007.p 1-31.
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996.p:823-831.
5. Fungsi dan Vaskularisasi
Vaskularisasinya :
Arteri Lienalis
Merupakan cabang terbesar dari Trunkus Celiakus. Biasanya
menjadi 5-6 cabang pada hilus sebelum memasuki lien.
Bercabang menjadi 2 yaitu ke kutub superior dan inferior
sebelum memasuki hilus.
Variasi cabang ke pankreas dan beberapa cabang dari
gaster (vasa Brevis).
Vena lienalis
Bergabung dengan vena mesenterika superior membentuk
vena porta.
6. Fungsi lien dibagi menjadi :
1. Filtrasi sel darah merah
2. Produksi opsonin-tufsin dan properdin
3. Produksi Imunoglobulin IgM
4. Produksi hematopoesis in utero
5. Regulasi T dan B limfosit
Mckinley R. Spleen. In: Brunicardi F C,eds. Schwartz’s Principles of Surgery. New York: McGraw-Hill Company;
2007.p 1-31.
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996.p:823-831.
7. Etiologi dan Mekanisme Injury pada Cidera
Lien Iatrogenik
Mekanisme Injury Cidera Lien
iatrogenic
1. Traksi ( Tarikan pada ligamen lien,
menyebabkan robekan di kapsul
lien ).
2. Penerapan retraktor
3. Cidera langsung oleh ahli bedah.
Skandalakis PN, Colborn GL, Skandalakis LJ, Richardson DD,Mitchell WE, Skandalakis JE. The surgical anatomy of the
lien.Surg Clin North Am 1993;73:747-68)
8. IV. Type Injury Cidera Lien Iatrogenic
Cedera yang paling sering ditemui :
• Robekan Capsular lien
Robekan kapsular dan Pool bawah dari lien paling sering terjadi karena
traksi pada perlekatan peritoneal dengan lien pada bagian bawah.
• Laserasi
• Avulsi
• Subcapsular hematoma
Dhananjaya Sharma,Latrogenic splenic injury: Prevention and treatment, Incharge GI Surgery Unit, Govt. NSCB Medical College
and Allied Hospitals, Jabalpur-482003, India.
9. V. Faktor Resiko Cidera Lien Iatrogenic
a. Riwayat Operasi Sebelumnya
terjadinya adhesi akan meningkatkan resiko
b. Jenis Incisi Pembedahan
Aproach intraperitoneal pada Neprektomi kiri lebih tinggi terjadi
cidera dibandingkan dengan approach extraperitoneal.
c. Splenomegaly merupakan factor predisposisi, dikarenakan
menghalangi approach pada pembedahan, sehingga lebih sering
terkena cidera.
d. Obesitas
e. Pasien lanjut usia.
10. VI. PENCEGAHAN
1. Exposure
Syarat pertama adalah perencanaan design incisi yang tepat
( big surgeon make big incision ).
Insisi yang tidak adekuat menyebabkan traksi ke berbagai
lipatan robekan capsul dan hilus.
2. Good exposure dengan appropriate incision.
Approach Neprektomi kiri extraperitoneal adalah cara terbaik
menghindari cidera lien.
Dhananjaya Sharma,Latrogenic splenic injury: Prevention and treatment, Incharge GI Surgery Unit, Govt. NSCB Medical College
and Allied Hospitals, Jabalpur-482003, India.
11. 3. Prophylactic division of the splenoperitoneal folds.
4. Early prophylactic division of the splenoperitoneal folds,
.
12. 5. Hindari traksi yang tidak perlu didekat lien.
Saat traksi :
- letakkan moist pack pada dibelakang lien
- kekuatan traksi terus-menerus secara hati-hati.
- hindari traksi medial pada bagian lien-omental dan ligamenten gastrica lienalis
- hindari traksi ke bawah pada ligamentum colica-lienalis
13. 6. Penggunakan clip
7. Visualisasi yang optimal
8. Menghindri penggunaan rigid retractor pada re-laparotomy terutama
pada orang tua, atau bila terdapat kecurigaan lien accesorius.
14. VII. Tahap Mobilisasi Lien
1. Release omental adhesi ke anterior border dari lien
2. Release adhesi omental dari paracolica kiri sejajar dengan pool
bawah lien
3. Divisi peritoneum antara colon dan batas bawah dari lien.
15. VIII. PENATALAKSANAAN CIDERA LIEN
IATROGENIC
Tanda Cidera Lien Iatrogenic
- Perdarahan hipocondrium kiri
- Terjadinya hipotensi post operative
- Drain intraperitoneal yg massif
Irigasi untuk menghilangkan clot sehingga dapat visualisasi yg baik Hilus
diklem (dengan klem intestinal / klem vascular Nilai derajat lien.
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996.p:823-831.
Stefan D. Holubar, MD; Jeffrey K. Wang, Splenic Salvage After Intraoperative Splenic Injury During Colectomy. Arch Surg.
2009;144(11):1040-1045. doi:10.1001/archsurg.2009.188
16. Tingkat Cedera Lien - Grading splen injury
Dhananjaya Sharma,Latrogenic splenic injury: Prevention and treatment, Incharge GI Surgery Unit, Govt.
NSCB Medical College and Allied Hospitals, Jabalpur-482003, India.
17. Penatalaksanaan
• 70 % dari cidera lien iatrogenic, dapat dilakukan lien salvage
• Cidera lien derajat 1-3
Splenoraphy
mempertahankan lien yang fungsional, menjahit lien yang mengalami laserasi (
matras, figure of eight, ligasi arteri selective)
Feiran Loe, Technique for splenic salvage , King County Hopital center, 2009, Washington, USA
18. Penatalaksanaan
• Cidera lien III-IV dan laserasi sampai dengan hilus, atau capsul dari lien hilang
Splenoraphy menggunakan absorbable mesh.
• Cidera Lien gr V Splenektomy
• Jika terdapat kerusakan lien yang tidak dapat diatasi dengan splenorafi atau
splenektomi parsial Splenektomi.
Feiran Loe, Technique for splenic salvage , King County Hopital center, 2009, Washington, USA
19. Kontraindikasi Lien salvage pada cidera lien iatrogenic :
a. Penyakin lien yang sudah ada sebelumnya,
b. Pasien menapatkan terapi antikoagulan
c. tekanan darah tidak stabil
d. lesi multiple intraabdomen
e. adanya infeksi intraperitoneal
f. usia diatas 70 tahun.
g. Kurangnya monitoring post operative menyebabkan sulitnya
konservasi dari lien dan dapat membahayakan.
Dhananjaya Sharma,Latrogenic splenic injury: Prevention and treatment, Incharge GI Surgery Unit, Govt. NSCB Medical College and Allied
Hospitals, Jabalpur-482003, India.
20. • Pada cidera iatrogenic lien outcome dari splenectomy lebih baik dari
splenoraphi (meliputi lama rawat, terjadinya re-bleding, komplikasi
subprenic abses, dan drain abses).
• Seringnya kegagalan splenoraphi, disarankan ahli bedah untuk
melakukan Splenektomy.
Stefan D. Holubar, MD; Jeffrey K. Wang, Splenic Salvage After Intraoperative Splenic Injury During Colectomy. Arch Surg.
2009;144(11):1040-1045. doi:10.1001/archsurg.2009.188
Membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dari dalam darah (misal sel darah merah yang rusak)
Mengandung sel darah putih lainnya ; fagosit Mencerna bahan yang tidak diinginkan (misalnya bakteri atau sel yang rusak) dalam pembeluh darah.
Memantau sel darah merah (menentukan sel yang abnormal atau terlalu tua atau sel yang mengalami kerusakan) dan menghancurkannya.
Bagian yang putih
Membentuk sel darah putih ; Limfosit melawan infeksi (Sistem kekebalan )