1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perbankan Syariah
Perbankan syariah muncul di Indonesia tahun 1992 yang merupakan hal baru dalam
kerangka mekanisme sistem perbankan pada umumnya. Krisis moneter yang mengguncang
Indonesia tahun 1997 membuat perbankan konvensional lumpuh yang disebabkan oleh
kredit. Kredit yang semulanya lancar akhirnya menjadi macet sedangkan perbankan syariah
yang tertuang dalam “UU No 10/98” yang mengakuan adanya dua sistem perbankan yaitu
konvensional dan sisten syariah. Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia
dirasakan semakin perlunya sosialisasi atas apa dan bagaimana operasional Bank Syariah,
karena operasional perbankan syariah sangat berbeda dengan perbankan konvensional.
Hal ini sangat mendasar pada Bank Syariah adalah penerapan konsep bagi hasil, tata cara
perhitungan bagi hasil serta pengaruhnya prinsip bagi hasil terhadap laporan keuangan.
Dari hasil analisa, Bank Syariah yang merupakan prinsip revenue sharing dalam distribusi
pendapatannya, yang dinilai leboh cocok diterapkan pada saat ini dibandingkan prinsip profit
sharing yang dinilai kurang kompetitif. Prinsi revenue sharing, distribusi pendapatan kepada
nasabah jumlahnya lebih besar dibandingkan prinsip profit sharing. Tetapi dilihat dari
kemaslahatannya prinsip profit sharing merupakan yang paling sesuai dengan prinsip syariah
Islam.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah tentang “Perbankan Syariah” ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Seminar Akuntansi
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjadi pokok permasalahan makalah ini
adalah:
1. Apa Pengertian Perbankan Syariah?
2. Apa saja prinsip-prinsip dalam Perbankan Syariah?
3. Apa saja Produk –Produk Perbankan Syariah?
4.Apa saja Perbedaan Produk Bank Syariah dengan Bank Konvensional?
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perbankan Syariah
Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syariah Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh
larangan dalam agama Islam untuk memungut atau meminjam dengan bunga atau yang
disebut dengan riba serta larangan untuk melakukan investasi untuk usaha-usaha yang
dikategorikan haram ( misal usaha perjudian) dimana hal ini tidak dapat dijamin dalam sistem
perbankan konvensional.
Adapun Bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan operasinya dengan sistem
hukum islam (syariah). Fungsinya sama dengan bank konvensional yaitu menerima simpanan
uang, meminjamkan uang dan jasa keuangan lainnya, tetapi yang membedakan adalah cara
operasi, produk, kesepakatan, dan sistemnya.
Berkembangnya bank-bank syariah di Indonesia dimulai sejak awal tahun 1990-an. Di
Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalah Indonesia. Berdiri tahun 1992,
bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukunagan
dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Saat ini
keberadaan bank syariah di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Adanya perbankan syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya Bank Muamalat
Indonesia dengan tujuan mengakomodir berbagai aspirasi dan pendapat di masyarakat
terutama masyarakat Islam yang banyak berpendapat bahwa bunga bank itu haram karena
termasuk riba dan juga untuk mengambil prinsip kehati-hatian. Apabila dilihat dari segi
ekonomi dan nilai bisnis, ini merupakan terobosan besar karena penduduk Indonesia 80%
beragama islam, tentunya ini bisnis yang sangat potensial. Meskipun sebagian orang islam
berpendapat bahwa bunga bank itu bukan riba tetapi faedah, karena bunga yang diberikan
atau diambil oleh bank berjumlah kecil jadi tidak akan saling dirugikan atau didzolimi, tetapi
tetap saja bagi umat islam berdirinya bank-bank syariah adalah sebuah kemajuan besar.
Meskipun bank syariah telah berdiri sejak awal tahun 1990-an, namun keberadaanya
masih kurang diminati masyarakat pada umumnya. Hal ini mungkin berkaitan dengan
2
3. kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk atau jasa yang ditawarkan dari bankbank syariah tersebut dan atau kurangnya sosialisasi dari produk dan jasa tersebut. Padahal
dalam kaitannya dengan produk dan jasa, ada perbedaan yang menyolok antara prinsipprinsip pada produk dan jasa bank syariah dengan prinsip dalam produk dan jasa bank
konvensional.
2.2 Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Ada prinsip-prinsip dalam bank syariah yang membedakannya dengan bank
konvensional, antara lain :
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-wadi’ah)
Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain,
baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip menghendakinya. Aplikasinya dalam produk perbankan, di mana bank sebagai
penerima simpanan dapat memanfaatkan prinsip ini yang dalam bank konvensional dikenal
dengan produk giro. Sebagai konsekuensi, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana
titipan tersebut menjadi milik bank (demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si
penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya, dan juga fasilitas-fasilitas giro
lain. Dalam dunia perbankan yang semakin kompetitif, insentif atau bonus dapat diberikan
dan hal ini menjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini dilakukan dalam upaya
merangsang semangat masyarakat dalam menabung dan sekaligus sebagai indikator
kesehatan bank.
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Pada dasarnya prinsip ini terbagi atas :
a. Al-Mudharabah
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak,di mana
pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut
bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan
atau kelalaian si pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Pola transaksi mudharabah, biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada: tabungan dan
3
4. deposito. Sedangkan pada sisi pembiayaan, al-mudharabah, diterapkan untuk: pembiayaan
modal kerja.
b. Al-Musyarakah
Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu. Para pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal. Keuntungan ataupun
risiko usaha tersebut akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dalam sistem ini,
terkandung apa yang biasa disebut di bank konvensional sebagai sarana pembiayaan. Secara
konkret, bila Anda memiliki usaha dan ingin mendapatkan tambahan modal, Anda bisa
menggunakan produk al-musyarakah ini. Inti dari pola ini adalah, bank syariah dan Anda
secara bersama-sama memberikan kontribusi modal yang kemudian digunakan untuk
menjalankan usaha. Porsi bank syariah akan diberlakukan sebagai penyertaan dengan
pembagian keuntungan yang disepakati bersama. Dalam bank konvensional, pembiayaan
seperti ini mirip dengan kredit modal kerja.
3. Prinsip Al-Murabahah
Dalam sistim ini, terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang nilainya disepakati kedua belah pihak. Penjual dalam hal ini harus memberi
tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.
Misalkan Anda membutuhkan kredit untuk pembelian mobil. Dalam bank konvensional Anda
akan dikenakan bunga dan Anda diharuskan membayar cicilan bulanan selama waktu
tertentu. Di sektor perbankan, suku bunga yang berlaku mungkin saja berubah. Dalam sistem
bank syariah, tentu saja produk seperti ini juga tersedia. Namun bentuknya bukan kredit,
melainkan menggunakan prinsip jual-beli, yang diistilahkan dengan Murabahah. Dalam hal
ini, bank syariah akan membeli mobil yang Anda inginkan terlebih dahulu, kemudian
menjualnya lagi kepada Anda. Tapi, karena bank syariah menalanginya dulu, maka pada saat
menjual kepada Anda, harganya sedikit lebih mahal, sebagai bentuk keuntungan buat bank
syariah. Karena bentuk keuntungan bank syariah sudah disepakati di depan, maka nilai
cicilan yang harus Anda bayarkan relative lebih tetap.
2.3 Produk-Produk Perbankan Syariah
Secara garis besar produk perbankan syariah terbagi atas produk penyaluran dana,
penghimpunan dana dan produk jasa. Adapun penjelasan lebih rinci adalah sebagai berikut :
4
5. 1. Penghimpun Dana
Produk penghimpunan dana dibank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan deposito.
Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah
wadi’ah dan mudharabah.
a. Wadi’ah
Prinsip Wadi’ah yang diterapkan dalam Perbankan syariah adalah Wadiah Yad
Dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep Wadi’ah Yad
Dhamanah, Bank dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank bertanggung
jawab penuh atas keutuhan dari dana yang dititipkan.
b. Mudharabah
Mudarabah Mutlaqah
Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan pembatasan
penggunaan dana dari Sahibul Mal.
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah yang disertai
dengan pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal untuk investasi-investasi tertentu.
Mudarabah of Balance Sheet
Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger, yang
mempertemukan nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan menjadi mudharib.
c. Wakalah
Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah memberikan
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso
dan transfer uang.
2. Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan
syariah terbagi kedalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan yaitu :
5
6. -
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan
dengan prinsip jual beli.
-
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa.
-
Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang dituju guna mendapatkan
sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan
menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam
kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam
dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan kategori
ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya usaha sesuai dengan prinsip bagi
hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati
dimuka. Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah musyarakah dan
mudhrabah.
a. Prinsip jual beli (Ba’i)
Prinsip jual beli diadakan sehubungan dengan diadakannya perpindahan kepemilikan
barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan
bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang seperti :
Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli, dimana bank mendapat sejumlah keuntungan.
Dalam hal ini, bank menjadi penjual dan nasabah menjadi pembeli. Kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad
jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
Salam
Salam adalah transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada, sehingga barang yang
menjadi objek transaksi tersebut diserahkan secara tangguh. Dalam transaksi ini, bank
menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual.
6
7. Istishna
Alur trankasksi Istishna mirip dengan Salam, hanya saja dalam Istishna, Bank dapat
membayar harga pembelian dalam beberapa kali termin pembayaran. Skim istishna dalam
bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Secara prinsip, Ijarah sama dengan transaksi jual beli. Hanya saja yang menjadi objek
dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja
diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan
antra Bank dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah bittamlik/sewa yang diikuti
dengan berpindahnya kepemilikan).
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan dengan prinsip bagi hasil adalah :
Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil. Dalam kerjasama ini para
pihak secara bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak
berwujud untuk menjadi modal proyek kerjasama, dan secara bersama-sama pula mengelola
proyek kerjasama tersebut.
Mudarabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak
sebagai pemilik modal, dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan
Bank untuk melakukan pembiayaan murabahah atau ijarah seperti yang dijelaskan terdahulu.
Dapat pula dana tersebut digunakan oleh bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah.
Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.
d. Akad Pelengkap
Untuk memudahkan pelaksanan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad
pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan
untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan mencari
keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya
7
8. yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya biaya pengganti ini sekedar untuk
menutupi biaya yang benar-benar timbul.
Hiwalah (Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan
syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar
dapat melanjutkan produksinya, sedangkan bank mendapat ganti biaya atas jasa.
Rahn
Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan Gadai. Tujuan akad Rahn adalah
untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan.
Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal seorang calon haji membutuhkan
dana pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Bank
memberikan pinjaman kepada nasabah calon haji tersebut dan si nasabah melunasinya
sebelum keberangkatan Hajinya.
Wakalah
Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa
kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan
L/C, inkaso dan transfer uang.
Kafalah
Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan istilah Bank Garansi, yang
ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat
mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai Rahn.
Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan
pengganti biaya atas jasa yang diberikan
8
9. 3. Jasa Perbankan
Bank syariah dapat melakukan pelayanan jasa perbankan kepada para nasabahnya
dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara
lain berupa :
a. Sharf (Jual beli valuta asing)
Islam membolehkan jual beli valuta asing baik pada mata uang yang sejenis maupun
yang tidak sejenis tetapi dengan ketentuan jual beli tersebut dilakukan dalam waktu yang
sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
b. Ijarah (sewa)
sebagaimana telah dijelaskan seperti diatas bahwa secara prinsip ijarah ini sama
dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada akhir masa
sewanya dapat saja diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa
akan dijual belikan antara bank dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah
bittamlik/sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).
c. Pengiriman uang (Transfer) antar bank dan kliring
Jasa transfer dan kliring sudah biasa diindustri perbankan. Jasa ini mempermudah
transaksi yang dilakukan oleh pengguna (nasabah maupun bukan dengan bank lain. Atas jasa
ini, bank mengenakan biaya tertentu sesuai ketentuan pihak bank sendiri
d. Penggunaan ATM bersama dengan bank lain
Penggunaan ATM bersama dengan bank lain akan memudahkan baik nasabah bank
tersebut maupun nasabah bank lain dalam melakukan transaksi-transaksi keuangan. Imbalan
yang diterima bank biasanya berupa biaya pertransaksi.
e. Pembayaran dan pembelian beberapa produk via bank.
Ketersedian layanan yang memudahkan nasabah dalam berbagai kegiatan merupakan
salah satu daya tarik bank. Saat ini, banyak bank yang telah bekerja sama dengan pihak lain
dalam memberikan kemudahan pembayaran dan pembelian produk-produk tertentu, seperti
pembayaran telepon, pajak, listrik, biaya sekolah, pembelian voucher telepon pra bayar,
premi asuransi dan angsuran pinjaman / hutang. Dari transaksi ini, bank memperoleh
9
10. keuntungan berupa tambahan likuiditas semu dan fee tertentu sesuai kesepakatan bank
dengan pihak lain tersebut
2.4 Perbedaan Produk Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
Perbedaan Bank Syariah sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank syariah
dengan yang berlaku di bank konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena, baik
di bank syariah maupun bank konvensional diharuskan mengikuti aturan teknis perbankan
secara umum. Akan tetapi bila diamati lebih dalam terdapat beberapa perbedaan mendasar di
antara keduanya.
Perbedaan pertama terletak pada akadnya
Pada bank syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh
syariah. Dengan demikian, semua transaksi itu harus mengikuti kaidah dan aturan yang
berlaku pada akad-akad muamalah syariah. Pada bank konvensional, transaksi pembukaan
rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan perjanjian titipan, namun prinsip
titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya wadi’ah, karena dalam produk giro,
tabungan maupun deposito, menjanjikan imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap uang
yang disetor.
Perbedaan kedua terdapat pada imbalan yang diberikan
Bank konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk menghitung
keuntungan. Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan
ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank harus “menjual”
kepada nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih tinggi. Perbedaan antara
keduanya disebut spread yang menandakan apakah perusahaan tersebut untung atau rugi. Bila
spread-nya positif, di mana beban bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari
bunga yang diberikan kepada penabung, maka dapat dikatakan bahwa bank mendapatkan
keuntungan. Sebaliknya juga benar. Sedangkan bank syariah menggunakan pendekatan profit
sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan yang
didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah, berdasarkan
perjanjian pembagian keuntungan di muka.
10
11. Perbedaan ketiga adalah sasaran kredit/ pembiayaan
Para penabung di bank konvensional tidak sadar uang yang ditabung dipinjamkan
untuk berbagai bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis tersebut. Sedangkan di bank
syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi oleh prinsip dasar, yaitu prinsip
syariah Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak boleh ke bisnis yang haram seperti,
perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain yang tidak sesuai dengan
syariah.
11
12. BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syariah Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh
larangan dalam agama Islam untuk memungut atau meminjam dengan bunga atau yang
disebut dengan riba serta larangan untuk melakukan investasi untuk usaha-usaha yang
dikategorikan haram ( misal usaha perjudian) dimana hal ini tidak dapat dijamin dalam sistem
perbankan konvensional.
Produk Perbankan Syariah secara garis besar terdiri atas produk penghimpun dana,
produk penyaluran dana dan jasa perbankan.
Setidaknya ada tiga karakteristik produk perbankan syariah yang membedakannya
dengan produk bank konvensional. Petama, adalah akadnya. Semua transaksi dalam
perbankan syariah harus dilandasi dengan akad. Kedua, adalah pada imbalan yang diberikan.
Pada perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil bukan bunga. Karakeristik ketiga
adalah pada sasaran kredit atau pembiayaan. Pada perbankan syariah pembiayaan harus pada
kegiatan yang sesuai dengan syariat islam.
3.2 SARAN
Perbankan Syariah harus lebih banyak melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai produk-produk maupun jasa Perbankan Syariah nkarena masih banyak masyarakat
yang kurang mengetahui tentang produk mapun jasa perbankan syariah sehinga masyarakat
enggan untuk memanfaatkannya.
12
13. DAFTAR PUSTAKA
Ascarya. (2008), Akad dan Produk Bank Syariah. PT RajaGrafindo Persada; Jakarta.
http://afand.cybermq.com/post/detail/2357/sejarah-perbankan--pengertian-asas-fungsi-dantujuan
http://blog.keuanganpribadi.com/prinsip-dasar-produk-perbankan-syariah/
http://edratna.wordpress.com/2007/06/26/mengenal-produk-perbankan-syariah-1/
http://edratna.wordpress.com/2007/06/26/mengenal-produk-perbankan-syariah-2/
http://ferrysirait.multiply.com/journal/item/9
http://grhoback.blogspot.com/2010/05/fungsi-fungsi-bank-syariah.html
http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/11/01/5-keunggulan-bank-syariah-yangbelum-diketahui-banyak-orang/
http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/06/fungsi-bank/
http://26-dyash.blogspot.com/2010/10/sistem-perekonomian-dan-pengelolaan_25.html
Perwataatmadja, Karnaen A. (1992), Apa dan Bagaimana Bank Islam. DANA BHAKTI
WAKAF;Yogyakarta
Rindawati Ema, Skripsi Analisis perbandingan kinerja keuangan Perbankan syariah dengan
perbankan konvensional, Universitas Islam Yogyakarta, 2007
Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta, 2001.
Tamanni, Lugyan. 2004. Prospek perbankan syariah dalam pemulihan ekonomi. ISEFID
Review, vol.3 No 3 1424
Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998
13