SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Sebagian besar penduduk
Indonesia masih
mengandalkan pada sektor
pertanian dan peternakan
untuk menggerakkan roda
perekonomian. Tanpa
disadari, produk-produk
pertanian dan peternakan
tersebut menghasilkan hasil
sampingan yang belum
banyak mendapatkan
perhatian, bahkan dianggap
sebagai sampah yang tidak
dimanfaatkan. Pada
umumnya, limbah tersebut
dimanfaatkan sebagai pupuk
kandang. Padahal, dari limbah
pertanian dan peternakan
tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi
alternatif, yaitu dari biomassa.
Sumber-sumber energi
biomassa berasal dari bahan
organik. Apabila biomassa
tersebut dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi, maka
energi tersebut disebut dengan
bioenergi. Salah satu bentuk
bioenergi adalah biogas.
Salah satu upaya pemanfaatan
limbah peternakan adalah
dengan memanfaatkannya
untuk menghasilkan bahan
bakar dengan menggunakan
teknologi biogas. Teknologi
biogas memberikan peluang
bagi masyarakat pedesaan
yang memiliki usaha
peternakan, baik individual
maupun kelompok, untuk
memenuhi kebutuhan energi
sehari-hari secara mandiri.
Teknologi biogas bukanlah
teknologi baru. Teknologi ini
telah banyak dimanfaatkan
oleh petani peternak di
berbagai negara, diantaranya
India, Cina, bahkan Denmark.
Teknologi biogas sederhana
yang dikembangkan di
Indonesia berfokus pada
aplikasi skala kecil/menengah
yang dapat dimanfaatkan
masyarakat pertanian yang
memiliki ternak sapi 2 – 20
ekor.
Penerapan teknologi biogas
pada daerah yang memiliki
peternakan dapat memberikan
keuntungan ekonomis apabila
dilakukan perancangan yang
tepat dari segi teknis dan
operasionalnya. Perancangan
teknis meliputi: desain
biodigester, desain penyaluran
gas dan desain tangki
penampung.
Perancangan operasional
meliputi kemampuan operator
untuk memastikan perawatan
fasilitas biogas berjalan rutin
dan terpenuhinya suplai bahan
baku biogas setiap harinya.
Potensi biogas di Indonesia
cukup melimpah, mengingat
peternakan merupakan salah
satu kegiatan ekonomi dalam
kehidupan masyarakat
pertanian. Hampir semua
petani memiliki ternak antara
lain sapi, kambing, dan ayam.
Bahkan ada yang secara
khusus mengembangkan
sektor peternakan. Di antara
jenis ternak tersebut, sapi
merupakan penghasil kotoran
yang paling besar.
eknologi pengolahanbiogas
hanya denganperalatanyang
sangat sederhana,murahdan
mudahdiperoleh.Dengan
demikianmasyarakatsekitar
mampumenghasilkanbiogas
memanfaatkankotoranternak
sapi sebagai bahanbakar yang
dimanfaatkanuntukmemasak
dan peneranganke depannya.
Pengolahanbiogas hanya
dengandi gesteryangterbuat
dari bahanfiberglass.Peralatan
itudinilai tepat diterapkan
untukmasyarakatkecil
mengingat murahnyabiaya
instalasi sertakemudahandalam
pengoperasian nya.
Cara memanfaatkannyajuga
terbilangmudah. Biayayang
dikeluarkanuntukmengubah
kotoranmenjadi energi atau
bahan bakar relatif terjangkau.
Hasil yang dirasakanbisa
menghematpengeluaran
keluarga.Itudibandingkanjika
menggunakanminyakataugas
elpiji untukmemasak.
SalahseorangmasyarakatDesa
Mulya Subur,JokoSetiya
mengatakan, memanfaatkan
kotoransapi menjadi bahan
bakar memangsudah lama
dicanangkan.
Tabung biodigestertersebut
berisi kotoransapi yangtelah
dicampurlumpur untuk
mempercepatproses
pembuatangasmetana.
Dibutuhkanwaktu20 hari
hinggabisadigunakanlayaknya
sebagai bahanbakar yang
menggunakankomporgas.
Selaindimanfaatkan gasnya,
kata dia,ampas atau sisaproses
pembentukanbiogastersebut
bisadigunakanuntukpupuk
kompos.
Untuk diketahui,biogas
merupakancampurangas yang
dihasilkanolehbakteri
metanogenikyangterjadi pada
material-material teruraisecara
alami dalamkondisi anaerobik.
Pada umumnyabiogasterdiri
atas gas metana(CH4) 50
samapi 70 persen,gaskarbon
dioksida(CO2) 30 sampai 40
persen,hidrogen(H2) 5sampai
10 persen,dangas-gaslainnya
dalamjumlahyangsedikit.
Bahan bakar yang satuini
mempunyai keunggulan
dibandingkandenganBahan
Bakar Minyak(BBM) yang
berasal dari fosil. Sifatnyayang
ramah lingkunganmerupakan
keunggulandari biogas.
Kondisi ini merupakansuatu
langkahuntukmeminimalisir
terjadinyapemanasanglobal
yang diisukanberasal bari bahan
bakar fosil.
KasubditKonservasidan
RehabilitasiLingkunganDirjen
PMD KementerianDalam
Negeri,DrDrajad Febrianto
mengatakan,salahsatujalan
untukmenghematbahanbakar
minyak,mencari sumberenergi
yang dapatdiperbarui
(renewable).Biogas salahsatu
caranya.
Pengembanganenergi
terbarukanbiogasdari kotoran
ternaksapi ini merupakan
langkahyangtepat dilakukandi
DesaMulya Subur.Karenadi
desaini masyarakatnyasebagian
ada yang beternaksapi.Seperti
yang diketahui, jelasnya,limbah
ini mempunyai andildalam
pencemaranlingkungan.
Limbah dari kotoranternak
sapi seringmenimbulkan
masalahlingkunganyang
mengganggukenyamananhidup
masyarakatdisekitar
peternakan.
Namunituberbedadi Desa
Panca Agung yang sangat
kreatif dalampengembangan
energi terbarukandari kotoran
ternaksapi menjadi biogas.
Terkaitdenganhal itu, salah
satu kebijakanpemerintahuntuk
mensosialisasikanenergi
terbarukanini dengan
pemanfaatanlimbahkotoran
ternaksapi sebagai energi
alternatif (biogas).
Walaupunskalabiogasyang
dihasilkanpeternakkretif di
Indonesiasekarang,
sambungnya masihuntuk
kebutuhanrumahtangga.
Dari penuturannya, roduksi
biogasmemungkinkanpertanian
berkelanjutandengansistem
prosesterbarukandanramah
lingkungan.Padaumumnya,
biogasterdiri atasgas metana
(CH4) sekitar55-80 persen.Yang
mana gas metanadiproduksi
dari kotoranhewanyang
mengandungenergi 4.800-6.700
Kcal/m3.
TENTANG BIOGAS DAN
BIODIGESTER
Apakah biogas itu? Biogas
merupakan gas campuran
metana (CH4),
karbondioksida (CO2) dan gas
lainnya yang didapat dari hasil
penguraian material organik
seperti kotoran hewan,
kotoran manusia, tumbuhan
oleh bakteri pengurai
metanogen pada sebuah
biodigester. Jadi, Untuk
menghasilkan biogas,
dibutuhkan pembangkit
biogas yang disebut
biodigester. Proses penguraian
material organik terjadi secara
anaerob (tanpa oksigen).
Biogas terbentuk pada hari ke
4 – 5 sesudah biodigester
terisi penuh, dan mencapai
puncak pada hari ke 20 – 25.
Biogas yang dihasilkan oleh
biodigester sebagian besar
terdiri dari 50 – 70% metana
(CH4), 30 – 40%
karbondioksida (CO2), dan
gas lainnya dalam jumlah
kecil.
Ada tiga kelompok bakteri
yang berperan dalam proses
pembentukan biogas, yaitu:
1. Kelompok bakteri
fermentatif:
Steptococci,
Bacteriodes, dan
beberapa jenis
Enterobactericeae
2. Kelompok bakteri
asetogenik:
Desulfovibrio
3. Kelompok bakteri
metana:
Mathanobacterium,
Mathanobacillus,
Methanosacaria, dan
Methanococcus
Bakteri methanogen secara
alami dapat diperoleh dari
berbagai sumber seperti: air
bersih, endapan air laut, sapi,
kambing, lumpur (sludge)
kotoran anaerob ataupun TPA
(Tempat Pembuangan Akhir).
Selama beberapa tahun,
masyarakat pedesaan di
seluruh dunia telah
menggunakan biodigester
untuk mengubah limbah
pertanian dan peternakan yang
mereka miliki menjadi bahan
bakar gas. Pada umumnya,
biodigester dimanfaatkan pada
skala rumah tangga. Namun
tidak menutup kemungkinan
untuk dimanfaatkan pada
skala yang lebih besar
(komunitas). Biodigester
mudah untuk dibuat dan
diperasikan. Beberapa
keuntungan yang dimiliki oleh
biodigester bagi rumah tangga
dan komunitas antara lain:
 Mengurangi
penggunaan bahan
bakar lain (minyak
tanah, kayu, dsb) oleh
rumah tangga atau
komunitas
 Menghasilkan pupuk
organik berkualitas
tinggi sebagai hasil
sampingan
 Menjadi metode
pengolahan sampah
(raw waste) yang baik
dan mengurangi
pembuangan sampah
ke lingkungan (aliran
air/sungai)
 Meningkatkan kualitas
udara karena
mengurangi asap dan
jumlah karbodioksida
akibat pembakaran
bahan bakar
minyak/kayu bakar
 Secara ekonomi,
murah dalam instalasi
serta menjadi investasi
yang menguntungkan
dalam jangka panjang
BAGAIMANA MEMBUAT
BIODIGESTER YANG
OPTIMAL
Membuat biodigester
gampang-gampang susah.
Gampang, karena konstruksi
biodigester yang sangat
sederhana. Susah, karena tidak
semua konstruksi biodigester
menghasilkan biogas yang
diinginkan. Kunci dalam
pembuatan biodigester adalah
pada perencanaan yang
matang.
Dalam pembangunan
biodigester, ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan,
yaitu:
Lingkungan abiotis –
Biodigester harus tetap dijaga
dalam keadaan abiotis (tanpa
kontak langsung dengan
Oksigen (O2). Udara (O2)
yang memasuki biodigester
menyebabkan penurunan
produksi metana, karena
bakteri berkembang pada
kondisi yang tidak
sepenuhnya anaerob.
Temperatur – Secara umum,
ada 3 rentang temperatur yang
disenangi oleh bakteri, yaitu:
1. Psicrophilic (suhu 4 –
20 C) -biasanya untuk
negara-negara
subtropics atau
beriklim dingin
2. Mesophilic (suhu 20 –
40 C)
3. Thermophilic (suhu 40
– 60 C) – hanya untuk
men-digesti material,
bukan untuk
menghasilkan biogas
Untuk negara tropis seperti
Indonesia, digunakan
unheated digester (digester
tanpa pemanasan) untuk
kondisi temperatur tanah 20 –
30 C.
Derajat keasaman (pH) –
Bakteri berkembang dengan
baik pada keadaan yang agak
asam (pH antara 6,6 – 7,0)
dan pH tidak boleh di bawah
6,2. Karena itu, kunci utama
dalam kesuksesan operasional
biodigester adalah dengan
menjaga agar temperatur
konstan (tetap) dan input
material sesuai.
Rasio C/N bahan isian –
Syarat ideal untuk proses
digesti adalah C/N = 25 – 30.
Karena itu, untuk
mendapatkan produksi biogas
yang tinggi, maka
penambangan bahan yang
mengandung karbon (C)
seperti jerami, atau N
(misalnya: urea) perlu
dilakukan untuk mencapai
rasio C/N = 25 – 30. Berikut
tabel yang menunjukkan kadar
N dan rasio C/N dari beberapa
jenis bahan organik.
Kebutuhan Nutrisi - Bakteri
fermentasi membutuhkan
beberapa bahan gizi tertentu
dan sedikit logam.
Kekurangan salah satu nutrisi
atau bahan logam yang
dibutuhkan dapat
memperkecil proses produksi
metana. Nutrisi yang
diperlukan antara lain
ammonia (NH3) sebagai
sumber Nitrogen, nikel (Ni),
tembaga (Cu), dan besi (Fe)
dalam jumlah yang sedikit.
Selain itu, fosfor dalam
bentuk fosfat (PO4),
magnesium (Mg) dan seng
(Zn) dalam jumlah yang
sedikit juga diperlukan. Tabel
berikut adalah kebutuhan
nutrisi bakteri fermentasi.
Kadar Bahan Kering – Tiap
jenis bakteri memiliki nilai
“kapasitas kebutuhan air”
tersendiri. Bila kapasitasnya
tepat, maka aktifitas bakteri
juga akan optimal. Proses
pembentukan biogas
mencapai titik optimum
apabila konsentrasi bahan
kering terhadap air adalah
0,26 kg/L.
Pengadukan – Pengadukan
dilakukan untuk mendapatkan
campuran substrat yang
homogen dengan ukuran
partikel yang kecil.
Pengadukan selama proses
dekomposisi untuk mencegah
terjadinya benda-benda
mengapung pada permukaan
cairan dan berfungsi
mencampur methanogen
dengan substrat. Pengadukan
juga memberikan kondisi
temperatur yang seragam
dalam biodigester.
Zat Racun (Toxic) – Beberapa
zat racun yang dapat
mengganggu kinerja
biodigester antara lain air
sabun, detergen, creolin.
Barikut adalah tabel beberapa
zat beracun yang mampu
diterima oleh bakteri dalam
biodigester (Sddimension
FAO dalam Ginting, 2006)
Pengaruh starter – Starter
yang mengandung bakteri
metana diperlukan untuk
mempercepat proses
fermentasi anaerob. Beberapa
jenis starter antara lain:
1. Starter alami, yaitu
lumpur aktif seperti
lumpur kolam ikan, air
comberan atau cairan
septic tank, sludge,
timbunan kotoran, dan
timbunan sampah
organik
2. Starter semi buatan,
yaitu dari fasilitas
biodigester dalam
stadium aktif
3. Starter buatan, yaitu
bakteri yang dibiakkan
secara laboratorium
dengan media buatan
JENIS BIODIGESTER
Pemilihan jenis biodigester
disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan pembiayaan/
finansial. Dari segi konstruksi,
biodigester dibedakan
menjadi:
Fixed dome – Biodigester ini
memiliki volume tetap
sehingga produksi gas akan
meningkatkan tekanan dalam
reactor (biodigester). Karena
itu, dalam konstruksi ini gas
yang terbentuk akan segera
dialirkan ke pengumpul gas di
luar reaktor.
Floating dome – Pada tipe ini
terdapat bagian pada
konstruksi reaktor yang bisa
bergerak untuk menyesuaikan
dengan kenaikan tekanan
reaktor. Pergerakan bagian
reaktor ini juga menjadi tanda
telah dimulainya produksi gas
dalam reaktor biogas. Pada
reaktor jenis ini, pengumpul
gas berada dalam satu
kesatuan dengan reaktor
tersebut.
Dari segi aliran bahan baku
reaktor biogas, biodigester
dibedakan menjadi:
Bak (batch) – Pada tipe ini,
bahan baku reaktor
ditempatkan di dalam wadah
(ruang tertentu) dari awal
hingga selesainya proses
digesti. Umumnya digunakan
pada tahap eksperimen untuk
mengetahui potensi gas dari
limbah organik.
Mengalir (continuous) –
Untuk tipe ini, aliran bahan
baku masuk dan residu keluar
pada selang waktu tertentu.
Lama bahan baku selama
dalam reaktor disebut waktu
retensi hidrolik (hydraulic
retention time/HRT).
Sementara dari segi tata letak
penempatan biodigester,
dibedakan menjadi:
Seluruh biodigester di
permukaan tanah – Biasanya
berasal dari tong-tong bekas
minyak tanah atau aspal.
Kelemahan tipe ini adalah
volume yang kecil, sehingga
tidak mencukupi untuk
kebutuhan sebuah rumah
tangga (keluarga). Kelemahan
lain adalah kemampuan
material yang rendah untuk
menahan korosi dari biogas
yang dihasilkan.
Sebagian tangki biodigester di
bawah permukaan tanah –
Biasanya biodigester ini
terbuat dari campuran semen,
pasir, kerikil, dan kapur yang
dibentuk seperti sumuran dan
ditutup dari plat baja. Volume
tangki dapat diperbesar atau
diperkecil sesuai dengan
kebutuhan. Kelemahan pada
sistem ini adalah jika
ditempatkan pada daerah yang
memiliki suhu rendah
(dingin), dingin yang diterima
oleh plat baja merambat ke
dalam bahan isian, sehingga
menghambat proses produksi.
Seluruh tangki biodigester di
bawah permukaan tanah –
Model ini merupakan model
yang paling popular di
Indonesia, dimana seluruh
instalasi biodigester ditanam
di dalam tanah dengan
konstruksi yang permanen,
yang membuat suhu
biodigester stabil dan
mendukung perkembangan
bakteri methanogen.
KOMPONEN
BIODIGESTER
Komponen pada biodigester
sangat bervariasi, tergantung
pada jenis biodigester yang
digunakan. Tetapi, secara
umum biodigester terdiri dari
komponen-komponen utama
sebagai berikut:
1. Saluran masuk Slurry
(kotoran segar) -
Saluran ini digunakan
untuk memasukkan
slurry (campuran
kotoran ternak dan air)
ke dalam reaktor
utama. Pencampuran
ini berfungsi untuk
memaksimalkan
potensi biogas,
memudahkan
pengaliran, serta
menghindari
terbentuknya endapan
pada saluran masuk.
2. Saluran keluar residu
– Saluran ini
digunakan untuk
mengeluarkan kotoran
yang telah
difermentasi oleh
bakteri. Saluran ini
bekerja berdasarkan
prinsip kesetimbangan
tekanan hidrostatik.
Residu yang keluar
pertama kali
merupakan slurry
masukan yang pertama
setelah waktu retensi.
Slurry yang keluar
sangat baik untuk
pupuk karena
mengandung kadar
nutrisi yang tinggi.
3. Katup pengaman
tekanan (control
valve) – Katup
pengaman ini
digunakan sebagai
pengatur tekanan gas
dalam biodigester.
Katup pengaman ini
menggunakan prinsip
pipa T. Bila tekanan
gas dalam saluran gas
lebih tinggi dari kolom
air, maka gas akan
keluar melalui pipa T,
sehingga tekanan
dalam biodigester akan
turun.
4. Sistem pengaduk –
Pengadukan dilakukan
dengan berbagai cara,
yaitu pengadukan
mekanis, sirkulasi
substrat biodigester,
atau sirkulasi ulang
produksi biogas ke
atas biodigester
menggunakan pompa.
Pengadukan ini
bertujuan untuk
mengurangi
pengendapan dan
meningkatkan
produktifitas
biodigester karena
kondisi substrat yang
seragam.
5. Saluran gas – Saluran
gas ini disarankan
terbuat dari bahan
polimer untuk
menghindari korosi.
Untuk pembakaran gas
pada tungku, pada
ujung saluran pipa bisa
disambung dengan
pipa baja antikarat.
6. Tangki penyimpan gas
– Terdapat dua jenis
tangki penyimpan gas,
yaitu tangki bersatu
dengan unit reaktor
(floating dome) dan
terpisah dengan
reaktor (fixed dome).
Untuk tangki terpisah,
konstruksi dibuat
khusus sehingga tidak
bocor dan tekanan
yang terdapat dalam
tangki seragam, serta
dilengkapi H2S
Removal untuk
mencegah korosi.
PROSEDUR
PERANCANGAN
BIODIGESTER
Urutan perancangan fasilitas
biodigester dimulai dengan
perhitungan volume
biodigester, penentuan model
biodigester, perancangan
tangki penyimpan dan diakhiri
dengan penentuan lokasi.
A. Perhitungan volume
biodigester
Perhitungan ini menggunakan
data-data:
- Jumlah kotoran sapi per hari
yang tersedia. Untuk
mendapatkan jumlah kotoran
sapi perhari, digunakan
persamaan:
dimana n adalah jumlah sapi
(ekor), 28 kg/hari adalah
jumlah kotoran yang
dihasilkan oleh 1 (satu) ekor
sapi dalam sehari.
- Komposisi kotoran padat
dari kotoran sapi. Komposisi
kotoran sapi terdiri dari 80%
kandungan cair dan 20%
kandungan padat. Dengan
demikian, untuk menentukan
berat kering kotoran sapi
adalah:
- Perbandingan komposisi
kotoran padat dan air. Bahan
kering yang telah diperoleh
tadi harus ditambahkan air
sebelum masuk biodigester
agar bakteri dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimum.
Perbandingan komposisi
antara bahan kering dengan
air adalah 1:4. Dengan
demikian, jumlah air yang
ditambahkan adalah:
Hasil perhitungan di atas
menunjukkan massa total
larutan kotoran padat (mt)
- Waktu penyimpanan (HRT)
kotoran sapi dalam
biodigester. Waktu
penyimpanan tergantung pada
temperatur lingkungan dan
temperatur biodigester.
Dengan kondisi tropis seperti
Indonesia, asumsi waktu
penyimpanan adalah 30 hari
Dari data-data perhitungan di
atas, maka diperoleh volume
larutan kotoran yang
dihasilkan adalah sebesar:
dengan ρt = massa jenis air
(1000 kg/m3).
Setelah volume larutan
kotoran diketahui, maka
volume biodigester dapat
ditentukan dengan
menggunakan persamaan:
dengan tr = waktu
penyimpanan (30 hari).
B. Penentuan Model
Biodigester
Penentuan model biodigester
didasari oleh beberapa
pertimbangan, yaitu:
1. Jenis tanah yang akan
dipakai
2. Kebutuhan
3. Biaya
C. Perancangan fasilitas
biodigester
D. Penentuan lokasi fasilitas
biodigester
CONTOH RENCANA
ANGGARAN BIAYA
BIODIGESTER
CONTOH MANAJEMEN
OPERASIONAL
BIODIGESTER
Analisis Energi
Volume digester yang akan
dibangun adalah 2 m3,
sehingga volume biogas yang
dihasilkan per harinya adalah
7,92 m3 (Note – ganti nilainya
sesuai keadaan di lapangan.
Nilai ini untuk menghitung
minyak tanah yang
tergantikan (dalam liter)).
Dari jumlah biogas yang
dihasilkan dapat diketahui
jumlah minyak tanah yang
dapat terganti oleh biogas
setiap harinya berdasarkan
pada kesetaraan nilai kalori
biogas dengan minyak tanah.
Tabel diatas adalah tabel Nilai
Kalori Beberapa Bahan Bakar
(Suyati, 2006)
Dari tabel tersebut maka
jumlah minyak tanah yang
terganti tiap hari adalah
sebagai berikut :
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan
untuk mengetahui break event
point atau lama waktu
pengembalian biaya investasi
awal yang telah dikeluarkan
untuk membangun instalasi
biogas.
- Pemasukan per tahun
Total produksi biogas per
tahun = 365 hari x 4,3 liter x
70%
= 1.098,65 liter minyak tanah
Diasumsikan harga biogas
sama dengan harga minyak
tanah per liternya yaitu Rp
2.500. Total pemasukan per
tahun = 1.098,65 liter x Rp
2.500/liter = Rp 2.746.625
Inseminasi Buatan(IB)
Pembangunan sub sektor
peternakan sebagai bagian
dari pembangunan nasional
mendapat perhatian cukup
besar dari pemerintah,
diutamakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi
melalui usaha pembangunan
ternak sapi potong, hal ini
untuk mencukupi kebutuhan
protein hewani khususnya
daging. Untuk mencapai
tujuan tersebut akan ditempuh
usaha pembangunan dan
penerapan teknologi tepat
guna : (1) Meningkatkan
jumlah maupun mutu ternak
(2) Pemeliharaan kesehatan,
(3) Penyuluhan, (4)
Pembinaan serta penyediaan
sarana prasarana, (5)
Pemanfaatan limbah
peternakan.
Dalam melaksanakan
pembangunan peternakan,
perhatian khususnya perlu
diberikan kepada
pengembangan peternakan
rakyat yang merupakan bagian
terbesar dari peternak di
Indonesia, meningkatkan
peranan koperasi dan
keikutsertaan usaha swasta.
Salah satu yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan
produksi daging dan anak sapi
atau pedet adalah dengan
meningkatkan jumlah
pemilikan sapi potong dan
mutu genetik ternak. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan
menerapkan Inseminasi
Buatan (IB) pada sapi potong,
karena semen yang digunakan
terhadap IB berasal dari sapi
jantan yang genetiknya baik
dan angka Service Per
Conception yang rata-rata
lebih kecil dibandingkan
dengan kawin alam.
IB merupakan suatu bentuk
bioteknologi reproduksi dalam
upaya meningkatkan produksi
dan produktivitas ternak sapi
potong dengan sasaran akhir
peningkatan pendapatan
petani peternak. Dengan
demikian IB perlu
ditingkatkan melalui upaya-
upaya yang intensif, kontiniyu
dan berkesinambungan
dengan penekanan pada aspek
peningkatan mutu dan
perluasan jangkauan
pelayanan IB dalam bentuk
satuan pelayanan inseminasi
buatan (SPIB) dengan
mewujudkan pelayanan IB
yang prima dan
memasyarakat.
PENGERTIAN
INSEMINASI BUATAN
Inseminasi Buatan (IB)
adalah pemasukan atau
penyampaian semen ke dalam
saluran kelamin betina dengan
menggunakan alat-alat buatan
manusia, jadi bukan secara
alam. Dalam praktek prosedur
IB tidak hanya meliputi
deposisi atau penyampaian
semen ke dalam saluran
kelamin betina, tetapi juga tak
lain mencakup seleksi dan
pemeliharaan pejantan,
penampungan, penilaian,
pengenceran, penyimpanan
atau pengangkutan semen,
Inseminasi, pencatatan dan
juga penentuan hasil
inseminasi pada hewan betina,
bimbingan dan penyuluhan
pada ternak .
Manfaat Inseminasi Buatan
v Efisiensi waktu, dimana
untuk mengawinkan
sapi peternak tidak perlu lagi
mencari sapi pejantan (bull),
mereka cukup menghubungi
inseminator di daerah
mereka dan menentukan jenis
bibit (semen) yang
mereka inginkan.
v Efisiensi biaya, dengan
adanya inseminasi buatan
peternak tidak
perlu lagi memelihara
pejantan sapi, sehingga
biaya pemeliharaan hanya
dikeluarkan untuk
indukan saja.
v Memperbaiki kualitas sapi,
dengan adanya inseminasi
buatan sapi lokal
sekalipun dapat menghasilkan
anak sapi unggul seperti
Simmental, limousine dan
charolise.
Deteksi Birahi
Deteksi birahi adalah salah
satu faktor yang sangat
menetukan sukses atau
tidaknya program IB pada
ternak. Menurut hasil
penelitian dinyatakan bahwa
reproduksi yang baik
ditunjukkan terdeteksi atau
tidaknya sapi tersebut pada
waktu birahi
Tanda – Tanda Birahi
- Pada tahap
awal sapi betina membaui sapi
lainnya
- Berusaha
menaiki sapi lainnya tetapi
belum mau untuk dinaiki
- Vulva mulai
membesar dan Bengkak,
Merah, dan Hangat
- Sering urinasi
- Sapi betina
akan diam apabila dinaiki sapi
lainnya
- Lebih sering
melenguh
- Nafsu makan
menurun
- Terdapat lendir
pada bagian vulva
Siklus Birahi
Pada sapi yang tidak bunting,
Satu siklus birahi yang normal
terjadi setiap 18 – 24 hari
dengan rata-rata 21 hari.
Jika siklus bertambah diatas
30 hari maka perlu
diperhatikan tetang deteksi
berahinya, nutrisi yang rendah
atau adanya penyakit
reproduksi.
Hal-hal yang dapat
menyebabkan lamanya siklus
birahi tidak beraturan antara
lain:
- Birahi semu
- Kematian
embrio dini
- Mutu pakan
yang jelek
- Ketidak
seimbangan hormon.
PERALATAN
INSEMINASI BUATAN
 Termos transport (bisa
juga dengan termos air
ukuran kecil),
digunakan inseminator
untuk membawa bibit
ke lokasi ternak sapi
yang akan dikawinkan.
 Gunting, sebaiknya
gunting yang
digunakan adalah
gunting steril, gunting
digunakan untuk
memotong ujung straw
semen beku.
 Gun, ini merupakan
alat utama untuk
menghantarkan semen
beku ke dalam uterus
sapi betina.
 Glove, sarung tangan
dari plastik digunakan
untuk melindungi
tangan dari kotoran
sapi, selain itu untuk
menghindari penyakit
menular baik yang
zoonosis sekalipun.
 Plastic sheet, plastik
perupa pipet yang
digunakan untuk
membungkus gun
yang telah diisi dengan
straw semen beku.
 Pinset, digunakan
untuk mengambil
straw dari dalam
termos
 Air, sebaiknya air
hangat digunakan
untuk mencairkan
semen beku.
Prosedur Inseminasi Buatan
pada Sapi
Prosedur Inseminasi Buatan
adalah sebagai berikut:
- Sebelum melaksanakan
prosedur Inseminasi Buatan
(IB), semen harus dicairkan
(thawing) terlebih dahulu
dengan mengeluarkan semen
beku dari nitrogen cair dan
memasukkannya dalam air
hangat atau meletakkannya
dibawah air yang mengalir.
Suhu untuk thawing yang baik
adalah 37oC.
- Jadi semen/straw
tersebut dimasukkan dalam air
dengan suhu badan 37oC,
selama 7-18 detik.
- Setelah dithawing,
straw dikeluarkan dari air
kemudian dikeringkan dengan
tissue.
Pembangunan sub sektor
petern
akan
sebag
ai
bagian
dari pembangunan nasional
mendapat perhatian cukup
besar dari pemerintah,
diutamakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi
melalui usaha pembangunan
ternak sapi potong, hal ini
untuk mencukupi kebutuhan
protein hewani khususnya
daging. Untuk mencapai
tujuan tersebut akan
ditempuh usaha
pembangunan dan
penerapan teknologi tepat
guna : (1) Meningkatkan
jumlah maupun mutu ternak
(2) Pemeliharaan kesehatan,
(3) Penyuluhan, (4)
Pembinaan serta penyediaan
sarana prasarana, (5)
Pemanfaatan limbah
peternakan.
Dalam melaksanakan
pembangunan peternakan,
perhatian khususnya perlu
diberikan kepada
pengembangan peternakan
rakyat yang merupakan
bagian terbesar dari
peternak di Indonesia,
meningkatkan peranan
koperasi dan keikutsertaan
usaha swasta.
Salah satu yang dapat
ditempuh untuk
meningkatkan produksi
daging dan anak sapi atau
pedet adalah dengan
meningkatkan jumlah
pemilikan sapi potong dan
mutu genetik ternak. Hal ini
dapat dilaksanakan dengan
menerapkan Inseminasi
Buatan (IB) pada sapi
potong, karena semen yang
digunakan terhadap IB
berasal dari sapi jantan yang
genetiknya baik dan angka
Service Per Conception yang
rata-rata lebih kecil
dibandingkan dengan kawin
alam.
IB merupakan suatu bentuk
bioteknologi reproduksi
dalam upaya meningkatkan
produksi dan produktivitas
ternak sapi potong dengan
sasaran akhir peningkatan
pendapatan petani peternak.
Dengan demikian IB perlu
ditingkatkan melalui upaya-
upaya yang intensif,
kontiniyu dan
berkesinambungan dengan
penekanan pada aspek
peningkatan mutu dan
perluasan jangkauan
pelayanan IB dalam bentuk
satuan pelayanan inseminasi
buatan (SPIB) dengan
mewujudkan pelayanan IB
yang prima dan
memasyarakat.
Apa yang dimaksud dengan
INSEMINASI BUATAN
Menurut Bandini (2004),
Inseminasi Buatan adalah
pemasukan atau
penyampaian semen ke
dalam saluran kelamin betina
dengan menggunakan alat-
alat buatan manusia, jadi
bukan secara alam.
Dalam praktek prosedur IB
tidak hanya meliputi deposisi
atau penyampaian semen ke
dalam saluran kelamin
betina, tetapi juga tak lain
mencakup seleksi dan
pemeliharaan pejantan,
penampungan, penilaian,
pengenceran, penyimpanan
atau pengangkutan semen,
Inseminasi, pencatatan dan
juga penentuan hasil
inseminasi pada hewan
betina, bimbingan dan
penyuluhan pada ternak
KEUNTUNGAN IB
Menurut Ihsan (1993),
keuntungan IB sangat
dikenal dan jauh melampaui
kerugian-kerugiannya jika
tidak demikian
perkembangan IB sudah
lama terhenti dan
keuntungan yang diperoleh
dari IB yaitu :
1. Daya guna seekor
pejantan yang genetik
unggul dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
2. Dapat menghemat biaya
di samping dapat
menghindari bahaya dan
juga menghemat tenaga
pemeliharaan pejantan yang
belum tentu merupakan
pejantan terbaik untuk
diternakkan.
3. Pejantan-pejatan yang
dipakai dalam IB telah
diseleksi secara teliti dan
ilmiah dari hasil perkawinan
betina-betina unggul dengan
pejantan unggul pula.
4. Dapat mencegah penyakit
menular
5. Calving Interval dapat
diperpendek dan terjadi
penurunan jumlah betina
yang kawin berulang.
Menurut Ihsan, (1992 : 51)
saat yang baik melakukan IB
adalah saat sapi betina
menunjukkan tanda-tanda
birahi, petani ternak pada
umumnya mengetahui
tingkah laku ternak yang
sedang birahi yang dikenal
dengan istilah : 4A, 2B, 1C,
4A, yang dimasud adalah
abang, abu, anget, dan arep
Waktu yang paling tepat
untuk mengawinkan ternak
adalah 9 jam sesudah birahi
berlangsung dan 6 jam
sesudah birahi berakhir.

More Related Content

What's hot

Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanolEnergi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
N'fall Sevenfoldism
 

What's hot (18)

Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanolEnergi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
Energi Biomassa : biofuel, biodiesel, biogas,bioetanol
 
Ppt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Ppt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alamPpt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Ppt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
 
Biofuel
BiofuelBiofuel
Biofuel
 
Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alamKearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
 
Paper penelitian biji bintaro
Paper penelitian biji bintaroPaper penelitian biji bintaro
Paper penelitian biji bintaro
 
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alamKearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
 
KEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
KEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTANKEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
KEGIATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN
 
Bionergi
BionergiBionergi
Bionergi
 
kurikulum 2013 geografi bab 6
kurikulum 2013 geografi bab 6kurikulum 2013 geografi bab 6
kurikulum 2013 geografi bab 6
 
Ppt energi biomassa
Ppt energi biomassaPpt energi biomassa
Ppt energi biomassa
 
kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alamkearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
 
biomassa_sepri_sakatsila
  biomassa_sepri_sakatsila  biomassa_sepri_sakatsila
biomassa_sepri_sakatsila
 
Ppt pemanfaatan sumber daya alam dengan prinsip ekoefisiensi
Ppt pemanfaatan sumber daya alam dengan prinsip ekoefisiensiPpt pemanfaatan sumber daya alam dengan prinsip ekoefisiensi
Ppt pemanfaatan sumber daya alam dengan prinsip ekoefisiensi
 
Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Sumber Daya AlamKearifan Lokal dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam
 
Lp km ir
Lp km irLp km ir
Lp km ir
 
Makalah bioetanol dari singkong
Makalah bioetanol dari singkongMakalah bioetanol dari singkong
Makalah bioetanol dari singkong
 
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanianKearifan lokal dalam bidang pertanian
Kearifan lokal dalam bidang pertanian
 
Contoh karya ilmiah
Contoh karya ilmiahContoh karya ilmiah
Contoh karya ilmiah
 

Viewers also liked (9)

Faktor penentu pertumbuhan
Faktor penentu pertumbuhanFaktor penentu pertumbuhan
Faktor penentu pertumbuhan
 
C#ppt
C#pptC#ppt
C#ppt
 
Teams change partners and pretenders
Teams change partners and pretendersTeams change partners and pretenders
Teams change partners and pretenders
 
Analise e gerenciameto de iscos
Analise e gerenciameto de iscosAnalise e gerenciameto de iscos
Analise e gerenciameto de iscos
 
Indak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahanIndak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahan
 
Orden secuencia temporal
Orden secuencia temporalOrden secuencia temporal
Orden secuencia temporal
 
Indak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahanIndak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahan
 
Grading and Mapping Risk
Grading and Mapping RiskGrading and Mapping Risk
Grading and Mapping Risk
 
HALB
HALBHALB
HALB
 

Similar to Materi nak

Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
ryki periwaldi
 
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
ryki periwaldi
 
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
Nita_Arianty
 

Similar to Materi nak (20)

Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
 
Kumpulan 4 : Biodiesel
Kumpulan 4 : BiodieselKumpulan 4 : Biodiesel
Kumpulan 4 : Biodiesel
 
Biogas
BiogasBiogas
Biogas
 
Proceeding seminar nasional ir simon patabang mt
Proceeding seminar nasional ir simon patabang mtProceeding seminar nasional ir simon patabang mt
Proceeding seminar nasional ir simon patabang mt
 
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi TerbarukanPemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
Pemanfaatan Sampah / Limbah Sebagai Energi Terbarukan
 
Makalah Klp 3.pdf
Makalah Klp 3.pdfMakalah Klp 3.pdf
Makalah Klp 3.pdf
 
Makalah pltbg ku
Makalah pltbg kuMakalah pltbg ku
Makalah pltbg ku
 
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGANPENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
PENGERTIAN DAN PRINSIP TEKNOLOGI RAMAH LINGKUANGAN
 
garuda1195212.pdf
garuda1195212.pdfgaruda1195212.pdf
garuda1195212.pdf
 
Fix!!♥♥♥ edit
Fix!!♥♥♥ editFix!!♥♥♥ edit
Fix!!♥♥♥ edit
 
Presentation
PresentationPresentation
Presentation
 
Presentation
PresentationPresentation
Presentation
 
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015Perspektif  pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
Perspektif pengembangan pertanian bioindustri 7 april 2015
 
Biogas
BiogasBiogas
Biogas
 
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
Ryki periwaldi_makalah OSN-PTI 2010_Konsep dan Strategi Pengembangan Bisnis B...
 
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_Ryki periwaldi_osn pti 2010_
Ryki periwaldi_osn pti 2010_
 
Biogas
BiogasBiogas
Biogas
 
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatLap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
 
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
 
Biogas
BiogasBiogas
Biogas
 

More from Azan Asri

More from Azan Asri (9)

Argis
ArgisArgis
Argis
 
Kop psp
Kop pspKop psp
Kop psp
 
Unsur instrinsik cerita fabel
Unsur instrinsik cerita fabelUnsur instrinsik cerita fabel
Unsur instrinsik cerita fabel
 
Tahukah anda siapa dzun nuun
Tahukah anda siapa dzun nuunTahukah anda siapa dzun nuun
Tahukah anda siapa dzun nuun
 
Instal argis
Instal argisInstal argis
Instal argis
 
Instal argis
Instal argisInstal argis
Instal argis
 
Rencana rak komoditi
Rencana rak komoditiRencana rak komoditi
Rencana rak komoditi
 
Rencana rak komoditi
Rencana rak komoditiRencana rak komoditi
Rencana rak komoditi
 
Disain interior dan exterior
Disain interior dan exteriorDisain interior dan exterior
Disain interior dan exterior
 

Recently uploaded (6)

JSA jsa working at height , job safety analisis
JSA jsa working at height , job safety analisisJSA jsa working at height , job safety analisis
JSA jsa working at height , job safety analisis
 
Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)
Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)
Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)
 
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjmodul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
 
Sukses Budidaya Jagung Manis hibrida .ppt
Sukses Budidaya Jagung Manis hibrida .pptSukses Budidaya Jagung Manis hibrida .ppt
Sukses Budidaya Jagung Manis hibrida .ppt
 
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptxPPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
 
GEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptx
GEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptxGEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptx
GEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptx
 

Materi nak

  • 1. Sebagian besar penduduk Indonesia masih mengandalkan pada sektor pertanian dan peternakan untuk menggerakkan roda perekonomian. Tanpa disadari, produk-produk pertanian dan peternakan tersebut menghasilkan hasil sampingan yang belum banyak mendapatkan perhatian, bahkan dianggap sebagai sampah yang tidak dimanfaatkan. Pada umumnya, limbah tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Padahal, dari limbah pertanian dan peternakan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, yaitu dari biomassa. Sumber-sumber energi biomassa berasal dari bahan organik. Apabila biomassa tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan energi, maka energi tersebut disebut dengan bioenergi. Salah satu bentuk bioenergi adalah biogas. Salah satu upaya pemanfaatan limbah peternakan adalah dengan memanfaatkannya untuk menghasilkan bahan bakar dengan menggunakan teknologi biogas. Teknologi biogas memberikan peluang bagi masyarakat pedesaan yang memiliki usaha peternakan, baik individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari secara mandiri. Teknologi biogas bukanlah teknologi baru. Teknologi ini telah banyak dimanfaatkan oleh petani peternak di berbagai negara, diantaranya India, Cina, bahkan Denmark. Teknologi biogas sederhana yang dikembangkan di Indonesia berfokus pada aplikasi skala kecil/menengah yang dapat dimanfaatkan masyarakat pertanian yang memiliki ternak sapi 2 – 20 ekor. Penerapan teknologi biogas pada daerah yang memiliki peternakan dapat memberikan keuntungan ekonomis apabila dilakukan perancangan yang tepat dari segi teknis dan operasionalnya. Perancangan teknis meliputi: desain biodigester, desain penyaluran gas dan desain tangki penampung. Perancangan operasional meliputi kemampuan operator untuk memastikan perawatan fasilitas biogas berjalan rutin dan terpenuhinya suplai bahan baku biogas setiap harinya. Potensi biogas di Indonesia cukup melimpah, mengingat peternakan merupakan salah satu kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat pertanian. Hampir semua petani memiliki ternak antara lain sapi, kambing, dan ayam. Bahkan ada yang secara khusus mengembangkan sektor peternakan. Di antara jenis ternak tersebut, sapi merupakan penghasil kotoran yang paling besar. eknologi pengolahanbiogas hanya denganperalatanyang sangat sederhana,murahdan mudahdiperoleh.Dengan demikianmasyarakatsekitar mampumenghasilkanbiogas memanfaatkankotoranternak sapi sebagai bahanbakar yang dimanfaatkanuntukmemasak dan peneranganke depannya. Pengolahanbiogas hanya dengandi gesteryangterbuat dari bahanfiberglass.Peralatan itudinilai tepat diterapkan untukmasyarakatkecil mengingat murahnyabiaya instalasi sertakemudahandalam pengoperasian nya. Cara memanfaatkannyajuga terbilangmudah. Biayayang dikeluarkanuntukmengubah kotoranmenjadi energi atau bahan bakar relatif terjangkau. Hasil yang dirasakanbisa menghematpengeluaran keluarga.Itudibandingkanjika menggunakanminyakataugas elpiji untukmemasak. SalahseorangmasyarakatDesa Mulya Subur,JokoSetiya mengatakan, memanfaatkan kotoransapi menjadi bahan bakar memangsudah lama dicanangkan. Tabung biodigestertersebut berisi kotoransapi yangtelah
  • 2. dicampurlumpur untuk mempercepatproses pembuatangasmetana. Dibutuhkanwaktu20 hari hinggabisadigunakanlayaknya sebagai bahanbakar yang menggunakankomporgas. Selaindimanfaatkan gasnya, kata dia,ampas atau sisaproses pembentukanbiogastersebut bisadigunakanuntukpupuk kompos. Untuk diketahui,biogas merupakancampurangas yang dihasilkanolehbakteri metanogenikyangterjadi pada material-material teruraisecara alami dalamkondisi anaerobik. Pada umumnyabiogasterdiri atas gas metana(CH4) 50 samapi 70 persen,gaskarbon dioksida(CO2) 30 sampai 40 persen,hidrogen(H2) 5sampai 10 persen,dangas-gaslainnya dalamjumlahyangsedikit. Bahan bakar yang satuini mempunyai keunggulan dibandingkandenganBahan Bakar Minyak(BBM) yang berasal dari fosil. Sifatnyayang ramah lingkunganmerupakan keunggulandari biogas. Kondisi ini merupakansuatu langkahuntukmeminimalisir terjadinyapemanasanglobal yang diisukanberasal bari bahan bakar fosil. KasubditKonservasidan RehabilitasiLingkunganDirjen PMD KementerianDalam Negeri,DrDrajad Febrianto mengatakan,salahsatujalan untukmenghematbahanbakar minyak,mencari sumberenergi yang dapatdiperbarui (renewable).Biogas salahsatu caranya. Pengembanganenergi terbarukanbiogasdari kotoran ternaksapi ini merupakan langkahyangtepat dilakukandi DesaMulya Subur.Karenadi desaini masyarakatnyasebagian ada yang beternaksapi.Seperti yang diketahui, jelasnya,limbah ini mempunyai andildalam pencemaranlingkungan. Limbah dari kotoranternak sapi seringmenimbulkan masalahlingkunganyang mengganggukenyamananhidup masyarakatdisekitar peternakan. Namunituberbedadi Desa Panca Agung yang sangat kreatif dalampengembangan energi terbarukandari kotoran ternaksapi menjadi biogas. Terkaitdenganhal itu, salah satu kebijakanpemerintahuntuk mensosialisasikanenergi terbarukanini dengan pemanfaatanlimbahkotoran ternaksapi sebagai energi alternatif (biogas). Walaupunskalabiogasyang dihasilkanpeternakkretif di Indonesiasekarang, sambungnya masihuntuk kebutuhanrumahtangga. Dari penuturannya, roduksi biogasmemungkinkanpertanian berkelanjutandengansistem prosesterbarukandanramah lingkungan.Padaumumnya, biogasterdiri atasgas metana (CH4) sekitar55-80 persen.Yang mana gas metanadiproduksi dari kotoranhewanyang mengandungenergi 4.800-6.700 Kcal/m3. TENTANG BIOGAS DAN BIODIGESTER Apakah biogas itu? Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian material organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, tumbuhan oleh bakteri pengurai metanogen pada sebuah biodigester. Jadi, Untuk menghasilkan biogas, dibutuhkan pembangkit biogas yang disebut biodigester. Proses penguraian material organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4 – 5 sesudah biodigester terisi penuh, dan mencapai puncak pada hari ke 20 – 25. Biogas yang dihasilkan oleh
  • 3. biodigester sebagian besar terdiri dari 50 – 70% metana (CH4), 30 – 40% karbondioksida (CO2), dan gas lainnya dalam jumlah kecil. Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu: 1. Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae 2. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio 3. Kelompok bakteri metana: Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus Bakteri methanogen secara alami dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: air bersih, endapan air laut, sapi, kambing, lumpur (sludge) kotoran anaerob ataupun TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Selama beberapa tahun, masyarakat pedesaan di seluruh dunia telah menggunakan biodigester untuk mengubah limbah pertanian dan peternakan yang mereka miliki menjadi bahan bakar gas. Pada umumnya, biodigester dimanfaatkan pada skala rumah tangga. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dimanfaatkan pada skala yang lebih besar (komunitas). Biodigester mudah untuk dibuat dan diperasikan. Beberapa keuntungan yang dimiliki oleh biodigester bagi rumah tangga dan komunitas antara lain:  Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah tangga atau komunitas  Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan  Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai)  Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar  Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang menguntungkan dalam jangka panjang BAGAIMANA MEMBUAT BIODIGESTER YANG OPTIMAL Membuat biodigester gampang-gampang susah. Gampang, karena konstruksi biodigester yang sangat sederhana. Susah, karena tidak semua konstruksi biodigester menghasilkan biogas yang diinginkan. Kunci dalam pembuatan biodigester adalah pada perencanaan yang matang. Dalam pembangunan biodigester, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu: Lingkungan abiotis – Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak langsung dengan Oksigen (O2). Udara (O2) yang memasuki biodigester menyebabkan penurunan produksi metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang tidak sepenuhnya anaerob. Temperatur – Secara umum, ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu: 1. Psicrophilic (suhu 4 – 20 C) -biasanya untuk negara-negara subtropics atau beriklim dingin 2. Mesophilic (suhu 20 – 40 C) 3. Thermophilic (suhu 40 – 60 C) – hanya untuk men-digesti material, bukan untuk menghasilkan biogas Untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan unheated digester (digester
  • 4. tanpa pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20 – 30 C. Derajat keasaman (pH) – Bakteri berkembang dengan baik pada keadaan yang agak asam (pH antara 6,6 – 7,0) dan pH tidak boleh di bawah 6,2. Karena itu, kunci utama dalam kesuksesan operasional biodigester adalah dengan menjaga agar temperatur konstan (tetap) dan input material sesuai. Rasio C/N bahan isian – Syarat ideal untuk proses digesti adalah C/N = 25 – 30. Karena itu, untuk mendapatkan produksi biogas yang tinggi, maka penambangan bahan yang mengandung karbon (C) seperti jerami, atau N (misalnya: urea) perlu dilakukan untuk mencapai rasio C/N = 25 – 30. Berikut tabel yang menunjukkan kadar N dan rasio C/N dari beberapa jenis bahan organik. Kebutuhan Nutrisi - Bakteri fermentasi membutuhkan beberapa bahan gizi tertentu dan sedikit logam. Kekurangan salah satu nutrisi atau bahan logam yang dibutuhkan dapat memperkecil proses produksi metana. Nutrisi yang diperlukan antara lain ammonia (NH3) sebagai sumber Nitrogen, nikel (Ni), tembaga (Cu), dan besi (Fe) dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, fosfor dalam bentuk fosfat (PO4), magnesium (Mg) dan seng (Zn) dalam jumlah yang sedikit juga diperlukan. Tabel berikut adalah kebutuhan nutrisi bakteri fermentasi. Kadar Bahan Kering – Tiap jenis bakteri memiliki nilai “kapasitas kebutuhan air” tersendiri. Bila kapasitasnya tepat, maka aktifitas bakteri juga akan optimal. Proses pembentukan biogas mencapai titik optimum apabila konsentrasi bahan kering terhadap air adalah 0,26 kg/L. Pengadukan – Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan campuran substrat yang homogen dengan ukuran partikel yang kecil. Pengadukan selama proses dekomposisi untuk mencegah terjadinya benda-benda mengapung pada permukaan cairan dan berfungsi mencampur methanogen dengan substrat. Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang seragam dalam biodigester. Zat Racun (Toxic) – Beberapa zat racun yang dapat mengganggu kinerja biodigester antara lain air sabun, detergen, creolin. Barikut adalah tabel beberapa zat beracun yang mampu diterima oleh bakteri dalam biodigester (Sddimension FAO dalam Ginting, 2006) Pengaruh starter – Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat proses fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain: 1. Starter alami, yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air
  • 5. comberan atau cairan septic tank, sludge, timbunan kotoran, dan timbunan sampah organik 2. Starter semi buatan, yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif 3. Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium dengan media buatan JENIS BIODIGESTER Pemilihan jenis biodigester disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pembiayaan/ finansial. Dari segi konstruksi, biodigester dibedakan menjadi: Fixed dome – Biodigester ini memiliki volume tetap sehingga produksi gas akan meningkatkan tekanan dalam reactor (biodigester). Karena itu, dalam konstruksi ini gas yang terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas di luar reaktor. Floating dome – Pada tipe ini terdapat bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak untuk menyesuaikan dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini juga menjadi tanda telah dimulainya produksi gas dalam reaktor biogas. Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas berada dalam satu kesatuan dengan reaktor tersebut. Dari segi aliran bahan baku reaktor biogas, biodigester dibedakan menjadi: Bak (batch) – Pada tipe ini, bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang tertentu) dari awal hingga selesainya proses digesti. Umumnya digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensi gas dari limbah organik. Mengalir (continuous) – Untuk tipe ini, aliran bahan baku masuk dan residu keluar pada selang waktu tertentu. Lama bahan baku selama dalam reaktor disebut waktu retensi hidrolik (hydraulic retention time/HRT). Sementara dari segi tata letak penempatan biodigester, dibedakan menjadi: Seluruh biodigester di permukaan tanah – Biasanya berasal dari tong-tong bekas minyak tanah atau aspal. Kelemahan tipe ini adalah volume yang kecil, sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan sebuah rumah tangga (keluarga). Kelemahan lain adalah kemampuan material yang rendah untuk menahan korosi dari biogas yang dihasilkan. Sebagian tangki biodigester di bawah permukaan tanah – Biasanya biodigester ini terbuat dari campuran semen, pasir, kerikil, dan kapur yang dibentuk seperti sumuran dan ditutup dari plat baja. Volume tangki dapat diperbesar atau diperkecil sesuai dengan kebutuhan. Kelemahan pada sistem ini adalah jika ditempatkan pada daerah yang memiliki suhu rendah (dingin), dingin yang diterima oleh plat baja merambat ke dalam bahan isian, sehingga menghambat proses produksi. Seluruh tangki biodigester di bawah permukaan tanah – Model ini merupakan model yang paling popular di Indonesia, dimana seluruh instalasi biodigester ditanam di dalam tanah dengan konstruksi yang permanen, yang membuat suhu biodigester stabil dan mendukung perkembangan bakteri methanogen. KOMPONEN BIODIGESTER Komponen pada biodigester sangat bervariasi, tergantung pada jenis biodigester yang
  • 6. digunakan. Tetapi, secara umum biodigester terdiri dari komponen-komponen utama sebagai berikut: 1. Saluran masuk Slurry (kotoran segar) - Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry (campuran kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada saluran masuk. 2. Saluran keluar residu – Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi. Slurry yang keluar sangat baik untuk pupuk karena mengandung kadar nutrisi yang tinggi. 3. Katup pengaman tekanan (control valve) – Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun. 4. Sistem pengaduk – Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan mekanis, sirkulasi substrat biodigester, atau sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas biodigester karena kondisi substrat yang seragam. 5. Saluran gas – Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja antikarat. 6. Tangki penyimpan gas – Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu tangki bersatu dengan unit reaktor (floating dome) dan terpisah dengan reaktor (fixed dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta dilengkapi H2S Removal untuk mencegah korosi. PROSEDUR PERANCANGAN BIODIGESTER Urutan perancangan fasilitas biodigester dimulai dengan perhitungan volume biodigester, penentuan model biodigester, perancangan tangki penyimpan dan diakhiri dengan penentuan lokasi. A. Perhitungan volume biodigester
  • 7. Perhitungan ini menggunakan data-data: - Jumlah kotoran sapi per hari yang tersedia. Untuk mendapatkan jumlah kotoran sapi perhari, digunakan persamaan: dimana n adalah jumlah sapi (ekor), 28 kg/hari adalah jumlah kotoran yang dihasilkan oleh 1 (satu) ekor sapi dalam sehari. - Komposisi kotoran padat dari kotoran sapi. Komposisi kotoran sapi terdiri dari 80% kandungan cair dan 20% kandungan padat. Dengan demikian, untuk menentukan berat kering kotoran sapi adalah: - Perbandingan komposisi kotoran padat dan air. Bahan kering yang telah diperoleh tadi harus ditambahkan air sebelum masuk biodigester agar bakteri dapat tumbuh dan berkembang dengan optimum. Perbandingan komposisi antara bahan kering dengan air adalah 1:4. Dengan demikian, jumlah air yang ditambahkan adalah: Hasil perhitungan di atas menunjukkan massa total larutan kotoran padat (mt) - Waktu penyimpanan (HRT) kotoran sapi dalam biodigester. Waktu penyimpanan tergantung pada temperatur lingkungan dan temperatur biodigester. Dengan kondisi tropis seperti Indonesia, asumsi waktu penyimpanan adalah 30 hari Dari data-data perhitungan di atas, maka diperoleh volume larutan kotoran yang dihasilkan adalah sebesar: dengan ρt = massa jenis air (1000 kg/m3). Setelah volume larutan kotoran diketahui, maka volume biodigester dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan: dengan tr = waktu penyimpanan (30 hari). B. Penentuan Model Biodigester Penentuan model biodigester didasari oleh beberapa pertimbangan, yaitu: 1. Jenis tanah yang akan dipakai 2. Kebutuhan 3. Biaya C. Perancangan fasilitas biodigester D. Penentuan lokasi fasilitas biodigester CONTOH RENCANA ANGGARAN BIAYA BIODIGESTER CONTOH MANAJEMEN OPERASIONAL BIODIGESTER
  • 8. Analisis Energi Volume digester yang akan dibangun adalah 2 m3, sehingga volume biogas yang dihasilkan per harinya adalah 7,92 m3 (Note – ganti nilainya sesuai keadaan di lapangan. Nilai ini untuk menghitung minyak tanah yang tergantikan (dalam liter)). Dari jumlah biogas yang dihasilkan dapat diketahui jumlah minyak tanah yang dapat terganti oleh biogas setiap harinya berdasarkan pada kesetaraan nilai kalori biogas dengan minyak tanah. Tabel diatas adalah tabel Nilai Kalori Beberapa Bahan Bakar (Suyati, 2006) Dari tabel tersebut maka jumlah minyak tanah yang terganti tiap hari adalah sebagai berikut : Analisis Ekonomi Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui break event point atau lama waktu pengembalian biaya investasi awal yang telah dikeluarkan untuk membangun instalasi biogas. - Pemasukan per tahun Total produksi biogas per tahun = 365 hari x 4,3 liter x 70% = 1.098,65 liter minyak tanah Diasumsikan harga biogas sama dengan harga minyak tanah per liternya yaitu Rp 2.500. Total pemasukan per tahun = 1.098,65 liter x Rp 2.500/liter = Rp 2.746.625 Inseminasi Buatan(IB) Pembangunan sub sektor peternakan sebagai bagian dari pembangunan nasional mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah, diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi melalui usaha pembangunan ternak sapi potong, hal ini untuk mencukupi kebutuhan protein hewani khususnya daging. Untuk mencapai tujuan tersebut akan ditempuh usaha pembangunan dan penerapan teknologi tepat guna : (1) Meningkatkan jumlah maupun mutu ternak (2) Pemeliharaan kesehatan, (3) Penyuluhan, (4) Pembinaan serta penyediaan sarana prasarana, (5) Pemanfaatan limbah peternakan. Dalam melaksanakan pembangunan peternakan, perhatian khususnya perlu diberikan kepada pengembangan peternakan rakyat yang merupakan bagian terbesar dari peternak di Indonesia, meningkatkan peranan koperasi dan keikutsertaan usaha swasta. Salah satu yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi daging dan anak sapi atau pedet adalah dengan meningkatkan jumlah pemilikan sapi potong dan mutu genetik ternak. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan Inseminasi Buatan (IB) pada sapi potong, karena semen yang digunakan terhadap IB berasal dari sapi jantan yang genetiknya baik dan angka Service Per Conception yang rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan kawin alam. IB merupakan suatu bentuk bioteknologi reproduksi dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sapi potong dengan sasaran akhir peningkatan pendapatan petani peternak. Dengan demikian IB perlu ditingkatkan melalui upaya- upaya yang intensif, kontiniyu dan berkesinambungan dengan penekanan pada aspek peningkatan mutu dan perluasan jangkauan pelayanan IB dalam bentuk satuan pelayanan inseminasi
  • 9. buatan (SPIB) dengan mewujudkan pelayanan IB yang prima dan memasyarakat. PENGERTIAN INSEMINASI BUATAN Inseminasi Buatan (IB) adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam. Dalam praktek prosedur IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi juga tak lain mencakup seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengangkutan semen, Inseminasi, pencatatan dan juga penentuan hasil inseminasi pada hewan betina, bimbingan dan penyuluhan pada ternak . Manfaat Inseminasi Buatan v Efisiensi waktu, dimana untuk mengawinkan sapi peternak tidak perlu lagi mencari sapi pejantan (bull), mereka cukup menghubungi inseminator di daerah mereka dan menentukan jenis bibit (semen) yang mereka inginkan. v Efisiensi biaya, dengan adanya inseminasi buatan peternak tidak perlu lagi memelihara pejantan sapi, sehingga biaya pemeliharaan hanya dikeluarkan untuk indukan saja. v Memperbaiki kualitas sapi, dengan adanya inseminasi buatan sapi lokal sekalipun dapat menghasilkan anak sapi unggul seperti Simmental, limousine dan charolise. Deteksi Birahi Deteksi birahi adalah salah satu faktor yang sangat menetukan sukses atau tidaknya program IB pada ternak. Menurut hasil penelitian dinyatakan bahwa reproduksi yang baik ditunjukkan terdeteksi atau tidaknya sapi tersebut pada waktu birahi Tanda – Tanda Birahi - Pada tahap awal sapi betina membaui sapi lainnya - Berusaha menaiki sapi lainnya tetapi belum mau untuk dinaiki - Vulva mulai membesar dan Bengkak, Merah, dan Hangat - Sering urinasi - Sapi betina akan diam apabila dinaiki sapi lainnya - Lebih sering melenguh - Nafsu makan menurun - Terdapat lendir pada bagian vulva Siklus Birahi Pada sapi yang tidak bunting, Satu siklus birahi yang normal terjadi setiap 18 – 24 hari dengan rata-rata 21 hari. Jika siklus bertambah diatas 30 hari maka perlu diperhatikan tetang deteksi berahinya, nutrisi yang rendah atau adanya penyakit reproduksi. Hal-hal yang dapat menyebabkan lamanya siklus birahi tidak beraturan antara lain: - Birahi semu - Kematian embrio dini - Mutu pakan yang jelek - Ketidak seimbangan hormon.
  • 10. PERALATAN INSEMINASI BUATAN  Termos transport (bisa juga dengan termos air ukuran kecil), digunakan inseminator untuk membawa bibit ke lokasi ternak sapi yang akan dikawinkan.  Gunting, sebaiknya gunting yang digunakan adalah gunting steril, gunting digunakan untuk memotong ujung straw semen beku.  Gun, ini merupakan alat utama untuk menghantarkan semen beku ke dalam uterus sapi betina.  Glove, sarung tangan dari plastik digunakan untuk melindungi tangan dari kotoran sapi, selain itu untuk menghindari penyakit menular baik yang zoonosis sekalipun.  Plastic sheet, plastik perupa pipet yang digunakan untuk membungkus gun yang telah diisi dengan straw semen beku.  Pinset, digunakan untuk mengambil straw dari dalam termos  Air, sebaiknya air hangat digunakan untuk mencairkan semen beku. Prosedur Inseminasi Buatan pada Sapi Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut: - Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB), semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. - Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37oC, selama 7-18 detik. - Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.
  • 11. Pembangunan sub sektor petern akan sebag ai bagian dari pembangunan nasional mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah, diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi melalui usaha pembangunan ternak sapi potong, hal ini untuk mencukupi kebutuhan protein hewani khususnya daging. Untuk mencapai tujuan tersebut akan ditempuh usaha pembangunan dan penerapan teknologi tepat guna : (1) Meningkatkan jumlah maupun mutu ternak (2) Pemeliharaan kesehatan, (3) Penyuluhan, (4) Pembinaan serta penyediaan sarana prasarana, (5) Pemanfaatan limbah peternakan. Dalam melaksanakan pembangunan peternakan, perhatian khususnya perlu diberikan kepada pengembangan peternakan rakyat yang merupakan bagian terbesar dari peternak di Indonesia, meningkatkan peranan koperasi dan keikutsertaan usaha swasta. Salah satu yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi daging dan anak sapi atau pedet adalah dengan meningkatkan jumlah pemilikan sapi potong dan mutu genetik ternak. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan Inseminasi Buatan (IB) pada sapi potong, karena semen yang digunakan terhadap IB berasal dari sapi jantan yang genetiknya baik dan angka Service Per Conception yang rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan kawin alam. IB merupakan suatu bentuk bioteknologi reproduksi dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sapi potong dengan sasaran akhir peningkatan pendapatan petani peternak. Dengan demikian IB perlu ditingkatkan melalui upaya- upaya yang intensif, kontiniyu dan berkesinambungan dengan penekanan pada aspek peningkatan mutu dan perluasan jangkauan pelayanan IB dalam bentuk satuan pelayanan inseminasi buatan (SPIB) dengan mewujudkan pelayanan IB yang prima dan memasyarakat.
  • 12. Apa yang dimaksud dengan INSEMINASI BUATAN Menurut Bandini (2004), Inseminasi Buatan adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat- alat buatan manusia, jadi bukan secara alam. Dalam praktek prosedur IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi juga tak lain mencakup seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengangkutan semen, Inseminasi, pencatatan dan juga penentuan hasil inseminasi pada hewan betina, bimbingan dan penyuluhan pada ternak KEUNTUNGAN IB Menurut Ihsan (1993), keuntungan IB sangat dikenal dan jauh melampaui kerugian-kerugiannya jika tidak demikian perkembangan IB sudah lama terhenti dan keuntungan yang diperoleh dari IB yaitu : 1. Daya guna seekor pejantan yang genetik unggul dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. 2. Dapat menghemat biaya di samping dapat menghindari bahaya dan juga menghemat tenaga pemeliharaan pejantan yang belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan. 3. Pejantan-pejatan yang dipakai dalam IB telah diseleksi secara teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan betina-betina unggul dengan pejantan unggul pula. 4. Dapat mencegah penyakit menular 5. Calving Interval dapat diperpendek dan terjadi penurunan jumlah betina yang kawin berulang. Menurut Ihsan, (1992 : 51) saat yang baik melakukan IB adalah saat sapi betina menunjukkan tanda-tanda birahi, petani ternak pada umumnya mengetahui tingkah laku ternak yang sedang birahi yang dikenal dengan istilah : 4A, 2B, 1C, 4A, yang dimasud adalah abang, abu, anget, dan arep Waktu yang paling tepat untuk mengawinkan ternak adalah 9 jam sesudah birahi berlangsung dan 6 jam sesudah birahi berakhir.