Enam money changer terlibat pencucian uang haram bisnis narkoba dengan total nilai Rp3,6 trilyun. Sektor bisnis money changer rawan digunakan untuk pencucian uang karena sifat transaksi tunai dan status nasabah yang terputus, sehingga sulit melacak pemilik sebenarnya. PPATK dan BI melakukan pengawasan ketat terhadap money changer untuk mencegah praktik pencucian uang.
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
2315072huk
1. HUKUM72
GATRA 15 FEBRUARI 2017
ilustrasifoto:RIFKIMIRSYAD
money laundering
lainnya berlokasi di beberapa daerah se
perti Medan dan Batam.
Nilai uang yang dicuci lewat
KUPVA itu gila-gilaan. Menurut Rokh
mad, sebuah KUPVA besar yang berloka
si di Jakarta, telah mencuci dana narkoba
sampai Rp 3,6 trilyun. “Yang terbesar itu
nanti akan kami kasih tahu infonya, tapi
bukan sekarang,” katanya. Yang jelas,
Rokhmad menegaskan saat ini BNN
sudah menindak enam KUPVA tersebut.
Keuntungan dari bisnis narkoba
memang harus dicuci lewat bisnis formal.
Sebab bila tidak demikian, orang akan
mudah mencurigai. Apalagi bisnis haram
ini memang menghasilkan pendapatan
sampai trilyunan rupiah. Kombes Pol
Slamet Pribadi, Kepala Humas BNN,
memberi gambaran seberapa besar ke
untungan dari bisnis haram ini. Saat ini di
Indonesia misalnya, harga per kilogram
narkoba mencapai Rp 2 milyar. Tapi di
pusatnya, di Cina, harga narkoba cuma
Rp 100 juta per kilogram, sedangkan di
Malaysia dan Singapura mencapai Rp 300
juta per kilogram. “Kerugian ekonomi Rp
63trilyunpertahunkarenabisnisnarkoba,”
katanyakepadaAverosLubisdariGatra.
Slametmenjelaskan,sindikatnarkoba
Indonesia-Cina dan Indonesia-Malaysia
adalah sindikat yang paling sering meng
gunakan money changer untuk melakukan
tindak pidana pencucian uang. Dari money
changer, uang haram itu biasanya ditransfer
ke berbagai negara seperti Taiwan, Hong
Kong,Cina,danJepang.
Adanya satu money changer besar
di Jakarta yang mencuci dana narkoba
sampai trilyunan rupiah, Slamet menje
laskan bahwa dana itu dikirim ke 11 ne
gara berbeda. “Ketika ditelusuri, nilainya
(total) mencapai Rp 3,6 trilyun,” katanya.
Keterlibatan money changer sebagai
salah satu modus pencucian uang bis
nis narkoba memang merupakan kepri
hatinan tersendiri di kalangan regulator
sektor keuangan.
Kiagus Ahmad Badaruddin,
ketua Pusat Transaksi dan Analisa Ke
uangan (PPATK), mengatakan bahwa
berdasarkan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
PemberantasanTindakPidanaPencucian
Uang, pengawasan terhadap KUPVA
dilakukan oleh Bank Indonesia.
Namun PPATK sudah memiliki
notakesepakatan(MoU)denganBIuntuk
terlibat dalam pengawasan KUPVA
yang tidak berizin. Sebagai contoh, pada
2015 saja, tercatat 15 kali PPATK dan
BI melakukan joint audit. Sedangkan
uangsudahjauhberkembang.Laundromat
tidaklagimemadai.Untukbisnisnarkoba,
misalnya, bisnis sah yang dijadikan kedok
salah satunya adalah kegiatan usaha penu
karan valuta asing (KUPVA) bukan bank
alias money changer.
Akhir Januari lalu, Brigadir Jenderal
PolisiRokhmadSunanto,DirekturTindak
Pidana Pencucian Uang Badan Narkotika
Nasional (BNN), dalam keterangan di
kantor Bank Indonesia, mengungkapkan
bahwa BNN menemukan ada enam
KUPVA yang terlibat tindak pidana
pencucianuangbisnisnarkoba.
Dari enam KUPVA itu, empat ti
dak berizin, sedangkan dua sisanya me
nyalahgunakan izin dari Bank Indonesia.
Satu berlokasi di Jakarta, sedangkan lima
M
encuci uang adalah mem
buat uang dari hasil
transaksi A seakan-akan
berasal dari transaksi B.
Di Amerika Serikat de
kade 1920-an, bisnis utama mafia adalah
berdagang minuman keras (ketika itu mi
numan keras masih dilarang).
Uang hasil penjualan minuman ke
ras itu lalu dibawa ke tempat cuci baju
umum (laundromat) yang juga dimiliki
para mafia, dan dicatat sebagai hasil bisnis
laundromat, hingga asal-usul uang itu jadi
tidak bermasalah secara hukum. Karena
melibatkan laundromat itu juga, praktik ini
populer disebut pencucian uang (money
laundering).
Tapi itu dulu. Kini taktik pencucian
Enam money changer terlibat pencucian uang haram bisnis
narkoba. Sektor bisnis money changer dikategorikan rawan tindak
pidana pencucian uang. BNN menemukan transaksi pencucian
uang di money changer senilai Rp 3,6 trilyun.
Cuci Uang Narkoba
di Money Changer
hukum-1.indd 72 2/8/17 8:53 PM
2. 73
15 FEBRUARI 2017 GATRA
Sejauh ini, meski bisnis money
changer makin diawasi karena dinilai
rawantersangkuttindakpidanapencucian
uang, bisnis itu tetap berjalan normal
seperti biasa. Lani Syah Sunartie, 32
tahun, seorang pegawai money changer di
PT Asia Ritz Valutamas, misalnya, tidak
resahdengankeberadaanmaraknyamoney
changer ilegal. Pasalnya, money changer
resmi seperti perusahaannya dan money
changer ilegal memiliki pangsa pasar
berbeda.
Money changer resmi tidak hanya
melayani perorangan, namun juga
berstatus lembaga berbadan hukum.
“Lahan mainnya berbeda,” katanya ke
pada Hayati Nupus dari Gatra.
Pelanggan dari kalangan lembaga
ini umumnya menukarkan uang dalam
jumlah besar, dan menurutnya, perusa
haan tempatnya bekerja sudah memiliki
puluhan lembaga sebagai pelanggan tetap.
Berdasakan peraturan Bank Indonesia,
tiap pelanggaran hanya boleh menukarkan
maksimalUS$25.000perbulan.
Basfin Siregar,
Averos Lubis, dan Umaya Khusniah
jugasudahmulaimembenahisektorbisnis
money changer. BI sudah memberikan
tenggat sampai 7 April 2017 bagi para
KUPVA untuk mengurus izin ke BI.
Bila tidak juga mendaftar sampai tenggat
waktu, para KUPVA ilegal ini bisa dikenai
sanksi pidana.
Pasalnya, Kiagus melanjutkan,
dalam Pasal 5 UU Nomor 8 Tahun 2010,
diatur tentang pihak yang terlibat dalam
aktivitas transfer dana yang diketahuinya
merupakan pencucian uang, tapi tidak
melaporkan hal itu ke kepolisian. Para
pelaku ini disebut pelaku pasif, dan tetap
dikenai ancaman hukuman. “Dapat
dikenaisanksipidanalimatahunpenjara,”
katanya.
Saat ini sebagian KUPVA bukan
bank memang sudah mengurus izin,
mengantisipasi tenggat yang diberikan.
MenurutdatadariDepartemenKebijakan
dan Pengawasan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia, hingga akhir 2016 lalu,
tercatat ada 1.064 KUPVA bukan bank
yang sudah mendapat izin. Sedangkan
money changer tak berizin, berdasarkan
temuan BI, berjumlah 612.
pada 2016 joint audit diselenggarakan
sampai enam kali.”Joint audit dilakukan
agar pedagang valuta asing (PVA)
menyampaikan laporannya ke PPATK,
baik laporan transaksi mencurigakan
(LTKM), maupun laporan transaksi
keuangan tunai (LTKT),” katanya kepada
Umaya Khusniah dari Gatra.
Berdasakan riset evaluasi risiko
(national risk assessment/NRA) yang
dilakukan PPATK, sektor money changer
memang dinilai sangat rawan bagi sarana
pencucian uang. Bahkan sudah beberapa
kaliPPATmenemukanketerlibatanmoney
changer dalam tindak pidana pencucian
uang, baik narkoba maupun korupsi.
Menurut Ki Agus, salah satu sebab
money changer rawan dengan pencucian
uangkarena,karakterbisnismoneychanger
yang memang sangat bersifat uang tunai
(cash-based). Akibatnya, status nasabahnya
sifatnya terputus. “Kondisi ini sangat
memungkinkan transaksi dilakukan
orang-orangtertentudenganperantaraan
pihak ketiga, hingga sulit menemukan
pemilik sebenarnya,” katanya.
Saat ini Bank Indonesia sebenarnya
gatra/fritzpelenkahu
hukum-1.indd 73 2/8/17 8:53 PM