SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 72
Baixar para ler offline
CONTOH PTK Matematika




UPAYA MENINGKATKAN KEBERANIAN BERPENDAPAT MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN TEAMS-ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) BAGI KELAS VII

                        D SMP NEGERI I BUMIAYU




                      PENELITIAN TINDAKAN KELAS




                                    Oleh:


                                 SURIPNO


                         NIP : 19561129 198703 1 004




© copyright www.suripno.com
BAB I

                                 PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah



       Pendidikan untuk setiap disiplin ilmu selain membantu siswa berpikir, juga

membantu siswa dapat mempertanggungjawabkan berpikirnya tersebut. Pendidikan

matematika sangat layak menerima tanggung jawab ini, sebab matematika mulai tingkat

SD hingga pendidikan tinggi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Siswapun

berkeyakinan bahwa bila penyelesaiannya benar, maka kebenaran itu bukan karena guru

atau orang lain yang menyatakan benar, melainkan karena penalarannya sangat jelas

membenarkannya.


       Matematika dan cara berpikir matematika mendasari bangunan pendidikan

disiplin ilmu yang lain dan bahkan mengembangkan selain mengembangkan

matematika itu sendiri (Flato, 1990: 14). Kriteria sederhana, kapan seseorang dikatakan

siswa, bila orang itu dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya orang itu tidak dapat

mengerjakannya. Oleh karena itu guru dapat menetapkan bahwa siswa itu telah belajar

matematika yang diajarkan bila siswa itu dapat mendemonstrasikan kemampuan atau

keterampilan tertentu dalam matematika yang sebelumnya ia tidak mampu

mengerjakannya (Hudoyo, 1989:30)


       Agar terdapat perubahan kompetensi siswa dalam pembelajaran, sorang guru

dituntut untuk memilih dengan tepat, metode, teknik, maupun model pembelajaran yang

relevan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Ketepatan memilih

sebuah model juga akan sangat berpengaruh pada cara berpikir siswa.      Bermacam-




© copyright www.suripno.com
macam model pembelajaran dapat dipilih oleh seorang guru dalam menyampaikan

proses pembelajaran, meskipun demikian model pembelajaran yang dapat membantu

siswa untuk berpendapat haruslah dicari yang tepat. Banyak guru menjumpai sujumlah

siswa di dalam kelas tidak bisa belajar secara kelompok.      Guru akan mengalami

kesulitan manakala menjumpai siswa dalam suatu kelas tidak prestasi belajarnya sangat

renda serat tidak berani mengemukakan pendapat. Guru di daerah pinggiran belum

mendapatkan metode yang jitu untuk dapat menggairahkan siswa dalam hal saling

tukar pendapat, tukar kemampuan, saling mengisi kekurangan dan kelebihan setiap

anggota kelompok belajar.


       Inovasi pembelajaran dengan penggunaan strategi atau model pembelajaran

dengan pendekatan student teams-achievement divisions (STAD), diharapkan akan

dapat mendorong siswa untuk bisa belajar secara berkelompok.     Banyak model atau

strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam upaya untuk belajar secara

berkelompok. Keberagaman tingkat intelegensia siswa yang tidak merata, sosial

ekonomi orang tua siswa yang homogen menjadi salah satu hambatan dalam

ketercapaian proses pemebelajaran. Keberagaman tersebut bukan berarti rencana

pemebelajaran menjadi terhambat, melainkan harus diupayakan dan dicari solusi yang

cerdas agar tujuan pembelaran menjadi optimal. Dengan demikian kekurangan siswa

dan latar belakang sosial ekonomi orang tua justru menambah semangat dan gairah guru

dalam tugas kesehariannya.


       Kekurangan tingkat kecerdasan siswa tersebut menyebabkan berkurangnya rasa

percaya diri, minder dan perasaan gugup jika bertemu dengan kawan yang barangkali

mempunyai masalah sama, tetapi dianggap mempunyai banyak kelebihan dan jauh lebih

pandai. Demikian juga kurang bisa belajar bersosialisasi secara kelompok. Anggapan



© copyright www.suripno.com
seperti ini jika dibiarkan berlarut akan semakin memperparah keadaan siswa secara

keseluruhan. Dengan demikian kegagalan pembelajaran secara keseluruhan siap

menunggu. Sebagai guru jika kondisi ini benar-benar ada, maka penyesalan akan

menjadi berkepanjangan, merasa bersalah terhadap orang tua siswa, terhadap institusi

yang memberi tugas, demikian juga bersalah terhadap negara.


       Kondisi siswa yang beragam tingkat kecerdasan dan latar belakang sosial

ekonomi orang tua siswa yang heterogen tersebut justeru menjadi modal semangat guru

untuk menambah inovasi pembelajaran, mencoba dengan keanekaragam model, dan

semangat dalam bertugas. Sebab jika inovasi yang dikembangkan kemudian

membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ada rasa kepuasan yang tidak

bisa diungkapkan dengan ukuran materi atau kebendaan. Dilain pihak, siswa sendiri jika

dengan menggunakan model teams-achievement divisions (STAD), kemudian merasa

terangkat dan ada keberhasilan yang memadai. Maka keberhasilan tersebut akan

menjadi sejarah yang tidak terlupakan, karena kebersamaan, kekeluargaan dan

keberanian yang semakin meningkat, rasa percaya diri yang tumbuh kembali, hilangnya

sifat nervous dan minder yang berlebihan. Dan yang paling penting adalah siswa merasa

dihargai atas hasil kerja kelompok kecilnya. Dengan demikian jika suasana ini bisa

terwujud, iklim belajar di kelas menjadi sejuk, tidak ada perasaan tertekan, bisa

berpendapat dengan bebas, bisa menerima pendapat orang lain, menghargai pendapat

orang lain, bagaimana etika berpendapat yang baik, tidak egois dan menganggap

pendapatnya sendiri yang paling benar.




© copyright www.suripno.com
B. Identifikasi Masalah



       Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan seperti tersebut di atas

maka masalah - masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut :


    1. Kesulitan guru dalam memilih setrategi pembelajaran yang dapat meningkatkan

       proses pembelajaran Matematika melalui belajar berkelompok.

    2. Banyaknya siswa yang belum berhasil dalam proses pembelajaran Matematika

    3. Strategi Pembelajaran dengan model teams-achievement divisions (STAD),

       belum banyak digunakan oleh guru dalam rangka usaha untuk meningkatkan

       prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika

    4. Berbagai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kebersamaan siswa dalam

       kelompoknya untuk mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran

       Matematika

    5. Penggunaan Strategi      Pembelajaran     model teams-achievement divisions

       (STAD) untuk meningkatkan kerja kelompok        dalam proses pembelajaran

C. Pembatasan Masalah



       Berpijak dari identifikasi masalah yang telah dirumuskan seperti tersebut di atas

maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dikarenakan adanya

alasan subyektif dan alasan obyektif. Alasan subyektif dalam pembatasan masalah ini

adalah kerena mengingat keterbatasan waktu , tenaga dan dana dari peneliti, maka

peneliti perlu membatasi masalah . Hal tersebut perlu dilakukan dengan maksud untuk

menghindari kesulitan - kesulitan yang timbul di dalam penyusunan laporan Penelitian

Tindakan Kelas yang akan datang .       Sedangkan alasan obyektif adalah agar hasil




© copyright www.suripno.com
penelitian ini nanti dapat lebih menunjang keberhasilan guru dalam meningkatkan

keberhaslin siswa dalam belajar belajar berkelompok di dalam proses pembelajaran

Matematika.


       Supaya penelitian dapat sesuai dengan sasarannya, maka penelitian ini dibatasi

hanya pada Penggunaan model teams-achievement divisions (STAD) untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika bagi siswa kelas VII

D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester Ke dua tahun pelajaran 2008/2009.


D.   Perumusan Masalah



       Berdasarkan    latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah.

Penelitian Tindakan Kelas ini masalah terdiri dari dua vareabel yaitu vareabel terikat (

Y ) dan vareabel bebas ( X ). Yang termasuk vareabel terikat ( Y ) yaitu hasil belajar

siswa , sedangkan yang termasuk vareabel bebas (X ) adalah Model pembelajaran

teams-achievement divisions (STAD) . Masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah melalui penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dalam Pembelajaran Matematika bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1

Bumiayu pada semester II tahun pelajaran 2008/2009 ?


E. Tujuan Penelitian


        Dapat kita ketahui bahwasanya manusia itu         di dalam melakukan segala

aktivitasnya pasti mempunyai tujuan.      Tujuan manusia melakukan aktivitasnya di

antaranya   untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya.      Demikian halnya dengan

adanya Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan juga mempunyai tujuan tertentu .

Adapun tujuan diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul                 “ Upaya




© copyright www.suripno.com
meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Teams-

achievement Devisions (STAD) bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada

Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 “ adalah sebagai berikut :


   1. Tujuan Umum :

       Untuk meningkatkan efektivitas prses pemelajaran Mata Pelajaran Matematika


   2. Tujuan Khusus :

       Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan

       model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) pada siswa kelas VII

       D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester II tahun pelajaran 2008/2009



F. Manfaat Penelitian

           Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan harapan ada guna dan

manfaatnya . Kegunaan dan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terutama

adalah sebagai     upaya untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran   Mata

Pelajaran Matematika. Adapun manfaat secara khusus yang dapat diambil dari adanya

penelitian ini adalah ada dua macam manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis.     Manfaat teoritis maupun manfaat praktis dapat kami kemukakan sebagai

berikut :


       1. Manfaat Teoritis adalah sebagai berikut :

             a. Penelitian Tindakan kelas dengan penggunaan    model pembelajaran

                STAD diharapkan akan mampu untuk meningkatkan hasil belajart siswa

                pada peroses pembelajaran Matematika .




© copyright www.suripno.com
b. Penelitian Tindakan kelas ini daharapkan dapat bermanfaat bagi guru

              pengampu mata pelajaran Matematika untuk mengadakan penelitian

              selanjutnya.

     2. Manfaat Praktis adalah sebagai berikut ;

         a. Manfaat bagi siswa :

              Penelitian Tindakan Kelas ini      bermanfaat bagi siswa yaitu dapat

              meningkankan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika

              .

         b. Manfaat bagi guru :

              Penelitian Tindakan Kelas ini juga bermanfaat bagi guru yaitu guru dapat

              berinteraksi dengan baik di dalam proses pembelajaran karena siswa ikut

              berperan aktif di dalamnya.


         c.    Manfaat bagi Sekolah :

              Penelitian Tindakan Kelas ini akhirnya akan bermanfaat juga bagi

              sekolah yaitu dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran di

              sekolah .




© copyright www.suripno.com
BAB II


               LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS




A. Landasan Teori

    1.   Keberhasilan siswa dalam pembelajaran Matematika

         a. Hakekat Pendidikan
                  Hakekat pendidikan menurut Cholisin adalah          “ pendidikan

         merupakan proses budaya untuk mningkatkan harkat dan martabat manusia .

         Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan

         keluarga, masyarakat dan sekolah. (1996:20) Pendidikan menurut Undang-

         Undang Nomor 20 tahun 2003 adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

         didik melalui kegitan bimbingan, pengajaran , dan atau pelatihan bagi

         peranannya di masa yang akan datang.          Pendidikan nasional berarti

         pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang

         berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang dasar 1945. Usaha sadar untuk

         menyiapkan peseta didik yang dikenal secara umum dengan istilah murid atau

         siswa memegang peranan sangat penting, sebab murid adalah obyek dan

         sasaran dari pendidikan.      Murid diharapkan melalui pendidikan ada

         transformasi   pengetahuan dari guru.    Murid dapat diharapkan menjadi

         generasi penerus perjuangan bangsa untuk mewujudkan tujuan Negara.


                 Pendidikan berlangsung seumur hidup mulai dari sejak lahir sampai

         mati , oleh sebab itu menimba ilmu atau mencari ilmu itu wajib bagi seorang

         muslim baik laki-laki maupun perempuan     (Ah-Hadist). Mengapa mencari



© copyright www.suripno.com
ilmu itu diwajibkan bagi semua orang ? , karena ilmu itu memegang penanan

       penting    bagi   manusia,   dengan   ilmu   manusia   akan   mampu   untuk

       mengembangkan teknologi . Untuk mentranformasi ilmu dari seorang guru ke

       siswa membutuhkan perhatian yang sangat serius dari berbagai pihak.

       Pendidikan itu sendiri menjadi tanggung jawab Pemerintah, orang tua dan

       masyarakat. Pemerintah tidak akan mempu mewujudkan tujuan nasional di

       bidang pendidikan , apabila tidak mendapatkan dukungan dari orang tua

       maupun masyarakat.


                 Pentingnya pendidikan menyebabkan pemerintah selalu berusaha

       untuk memperhatikan bidang pendidikan , agar tujuan nasional dapat tercapai.

       Adapun tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

       Dasar 1945 alinea keempat adalah ;


                 “ Kemudian dari pada itu , untuk membentuk suatu Pemerintahan

       Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

       darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum , mencerdaskan

       kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

       kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan sosial , maka disusunlah

       kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar

       Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan

       kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa , Kemanusian yang adil dan beradab ,

       Persatuan Indonesia , dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

       dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu

       Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”




© copyright www.suripno.com
Sesuai dengan tujuan nasional        tersebut, yang berkaitan dengan

       pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.      Mencerdasakan berarti

       suatu usaha untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas atau pandai

       dalam berbagai bidang . Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut berbagai

       cara dilakukan oleh pemerintah, mulai dari perbaikan perangkat kurikulum ,

       menyiapkan tenaga pendidik yang tarmpil , penambahan biaya pendidikan

       sampai pada perbaikan sarana dan prasarana. Berdasarkan penelitian para ahli

       hasil pendidikan di negara kita      masih jauh dari harapan dan sangat

       memprihatinkan .


               Komunikasi antara guru dan murid memegang peranan yang sangat

       penting dalam proses pembelajaran Matematika .       Berbagai upaya dapat

       dilakukan oleh guru selaku pemegang kekuasaan dalam kelas untuk

       merangsang keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.       Proses belajar

       mengajar yang hidup akan dapat membantu keberhasilan guru dalam

       menyampaikan pengajaran.     Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran

       akan membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional Indonesia yang

       sekaligus mendorong terwujudnya tujuan    nasional , seperti tercantum dalam

       Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat.


               Pendidikan Matematika di tana air saat ini sedang mngalami

       perubahan paradigma. Terdapat kesadaran yang kuat, terutama ditingkat

       pengambil   kebijakan,   untuk   memperbaharui     pendidikan    matematika.

       Tujuannya adalah agar pembelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa

       dan dapat memberikan hasil kompetensi yang memadai baik untuk stuadi lanjut

       maupun untuk memasuki dunia kerja.



© copyright www.suripno.com
b. Pembelajaran Matematika di sekolah
                Beberapa hal yang menjadi ciri praktik pendidikan di Indonesia

       selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan

       pelajaran dengan metode ceramah atau ekspositori sementara para siswa

       mencatatnya pada buku catatan. Dalam proses pembelajaran yang demikian,

       guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa

       sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan

       guru. Pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada

       siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu menginagt

       banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada

       orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru

       sendiri merasa belum mengajar kalu tidak menjelaskan materi pelajaran

       kepada siswa ( Zamroni, 2000: 23). Selanjutnya Zamroni (2000) menjelaskan

       lebih lanjut guru yang baik adalah guru yang mmenguasai bahan, dan selama

       proses belajar mengajar mampu menyampaikan materi tanpa melihat buku

       pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang selama 2 kali 45 menit dapat

       menguasai kelas dan berceramah dengan suara yang lantang. Mata pelajaran

       sesuai dengan GBPP atau apa yang telah tertulis di dalam buku paket.


                Praktik pendidikan yang selama ini berlangsung di sekolah ternyata

       sangat jauh dari hakikat pendidikan yang sesungguhnya, yaitu pendidikan yang

       menjadikan siswa sebagai manusia yang memiliki kemampuan belajar untuk

       mengembangkan potensi dirinya dan mengembangkan pengetahuan lebih

       lanjut untuk kepentingan dirinya sendiri. Paradigma baru pendidikan lebih

       menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk




© copyright www.suripno.com
belajar   dan   berkembang.   Siswa   harus   aktif   dalam   pencarian   dan

       pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tak terbatas pada yang

       disampaikan guru (Zamroni, 2000:25). Guru harus mengubah perannya, tidak

       lagi sebagai pemegang otoritas terrtinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi

       menjadi fasiltator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan

       oleh dirinya sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas

       siswa aktif dalam belajarr, aktif berdidkusi, berani menyampaikan gagasan dan

       menerima gagasan dari orang lain, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi

       (Zamroni, 2000:26).


                 Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi

       dari orang yang mengenal susatu. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru

       kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa

       yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif

       dimana terjadi proses assilmilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu

       keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Sesorang yang

       belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan

       terus menerus (Suparno, 1997:12).


                 Seringkali diungkapkan bahwa menurut paradigma baru pendidikan

       peran guru harus diubah, yaitu tidak sekedar menyapaikan materi pelajaran

       kepada siswanya, tetapi harus mampu menjadi mediator dan fasilitator. Fungsi

       mediator dan fasilitator sebagaimana disebutkan oleh Suparno (1997:13) dapat

       dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:




© copyright www.suripno.com
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung

          jawab dalam membuat rancanagan, proses, dan penelitian. Karena itu

          memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.

       2. Menyediakan    atau   memberi    kegiatan-kegiatan   yang   merangsang

          keingintahuan siswa dan membantu        mereka untuk mengekspresikan

          gagasan-gagasannya    dan   mengkomunikasikan     ide   ilmiah   mereka.

          Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif,

          menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses

          belajar siswa. Guru harus menyemanagati siswa, buru perlu menyediakan

          pengalaman konflik.

       3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan

          atau tidak, guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan

          siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan, guru

          membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa

       c. Keberanian siswa mengemukakan pendapat
               Keberhasilan Proses kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan dua

       faktor yaitu guru dan murid . Betapa pandainya seorang guru dan lincahnya

       seorang guru dalam mengajar , akan tetapi dihadapkan dengan murid yang

       kurang bereaksi ketika mengikuti proses pembelajaran , maka kegiatan

       pembelajaran itu tidak akan berhasil.     Demikian sebaliknya betapapun

       pandaianya dan sikap aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

       akan tetapi tidak diimbangan kelincahan guru dalam memilih metode atau

       setartegi pembelajaran juga akan berakibat kegiatan pembelajaran tidak akan

       berhasil. Penyampaian materi   pelajaran Matematika sangat membutuhkan




© copyright www.suripno.com
interaksi antara guru dan murid. Interaksi itu akan terjadi manakala guru dan

       murid sama - sama ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran . Guru

       harus mampu membangkitkan siswa untuk berani mengeukakan pendapatnya

       dan murid harus selalu berusaha untuk bertanya maupun menjawab tanpa

       diserta rasa takut.


             Siswa yang aktif dalam proses pembalajaran Matematika akan dapat

       membantu tercapainya tujuan pengajaran tersebut.      Siswa yang diam akan

       menimbulkan multi tafsir dari guru seperti ;


       1) diam bisa diartikan siswa sudah memahami dan menguasai apa yang

           disampaiakan guru dalam proses pembelajaran

       2) diam bisa diartikan siswa belum jelas dan belum memahami apa yang

           disampaikan guru dalam proses pmbelajran

              Berkaitan dengan sikap diamnya siswa ketika mengikuti proses

       pembelajaran dan siswa sudah dapat menerima materi pelajaran            yang

       disampaikan guru maka hal tersebut tidaklah menjadi masalah . Sikap diam

       siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di mana sisa belum memahami

       apa yang disampaikan guru ini akan berakibat fatal. Siswa yang diam ketika

       menerima penjelasan yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran

       mungkin disebabkan karena adanya dua faktor yaitu :


       1) faktor dari guru itu sendiri

           - guru yang menampakkan wajah yang seram

           - guru tidak memberikan peluang kepada siswa untuk mengemukakan

             pendapatnya




© copyright www.suripno.com
- guru kurang tepat dalam memilih setrategi pembelajaran ketika

              menyampaiakn meteri pelajaran

             - penyampaiam guru yang kurang menarik

             - guru kehabisan waktu

         2) faktor dari siswa itu sendiri

             - siswa kurang terbiasa bersosialisasi dengan temannya dan tidak bisa

                belajar secara berkelompok


             - siswa merasa takut untuk mengemukakan pendapatnya

             - siswa merasa kurang pede dengan jawaban yang akan dikemukakan

             - sikap masa bodoh siswa terhadap proses pembelajaran

             - siswa kurang tertarik dengan proses pembelajaran yang disampaikan

              guru.

                Selanjutnya ditegaskan oleh Herman Hudoyo (1988:103),          apabila

         seorang guru ingin memberikan tugas kelompok, ia harus mempertimbangkan

         soal-soal yang harus diseselaikan secara bersama di dalam kelompok itu, harus

         dapat dipahami dan dapat dikerjakan oleh setiap anggota kelompok itu

         sehingga setiap anggota kelompok dapat memberikan urunan pendapat yang

         konstruktif, karena itu sebaiknya kemampuan matematika dari setiap kelompok

         itu homogen.


    2.   Proses pembelajaran dengan model STAD

         a. Proses pembelajaran

         Ragam model pembelajaran Cooperative Learening karya Robert R. Slavin

(cooverative learning-theory, 1995) yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia oleh Prof. Dr. Muhamad Nur (1999) menjelaskan bermacam-macam jenisnya



© copyright www.suripno.com
seperti Student Teams Achivement Division ( STAD), Teams Games Tournament (TGT),

Team Assisted Individualizion (TAI), Jigsaw, Jigsaw II, Cooperatve Integrated and

Composition (CIRC).


         Lebih lanjut Muhamad Nur (1999) menjelaskan Student Teams Achivement

Division ( STAD), dapat diterjemahkan sebagai model pembelajaran kooperatif untuk

pengelompokkan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tangung jawab kelompok

untuk pembelajaran individu anggota. Inti kegiatan dalam STAD adalam tim/ kelompok

sebagai berikut : (1) mengajar: guru mempresentasikan materi pembelajaran, (2) belajar

dalam tim: siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/ kelompok mereka dengan

dipandu oleh LKS, untuk menuntaskan materi pelajaran, (3) pemberian kuis: siswa

mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak boleh bekerja sama, (4)

penghargaan: pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan tim/ kelompok

yangmemperoleh skor tertinggi dalam kuis.


         Lebih jauh Muhamad Nur (1999) menjelaskan dalam STAD, adalah persiapan

guru sebelum memulai menggunakan model pembelajaran, seperti :


   1.    Nilai rata-rata harian dari siswa. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk

         kelompok siswa yang heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok.

   2.    Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen tanpa membedakan

         kecerdasan, suku/ bangsa, maupun agama. Jadi dalam setiap kelompok

         sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing

         siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kolompok terdiri atas 4

         atau 5 siswa.




© copyright www.suripno.com
3.   Guru mempersiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS itu untuk belajar dan

        bukan sekedar diisi dan dikumpulkan.

   4.   Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek oleh siswa

        sendiri). Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk pada akhirnya diberi kunci

        jawaban LKS.

   5.   Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh siswa. Kuis berbeda dengan ulangan

        harian. Waktu kuis berkisar antara 10 sampai 15 menit saja.

   6.   Membuat tes/ ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar yang

        diharapkan.

               Salah satu kompetensi guru menurut Direktorat Kependdikan

        (Detendik) adalah pengelolaan pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut

        guru dituntut harus merancang dan mengelola kegiatan pembelajaran yang

        efektif dan efisien, interaktif dan menyenangkan. Keterbatasan kompetensi

        guru dalam pengelolaan pembelajaran merupakan salah satu faktor penyebab

        siswa tidak mampu mencapai kompetensi secara optimal.. Peran guru yang

        selama ini sebagai knowledge tarnsformator telah bergeser menjadi knowledge

        facilitator. Konsekuwensi dari perubahan paradikma tersenut guru perlu

        memperkaya pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya terutama teori -

        teori belajar dan model - model pembelajaran.


               Setrategi belajar secara berkelompok ( cooperative Learning ) telah

        menjadi salah satu pilihan para guru dalam mengelola pembelajaran . Namun

        dalam penerapannya , proses pembelajaran di kelas kurang efektif karena

        pengarahan guru kurang jelas dan memadai, keterbatasan sumber dan bahan

        belajar , kesiapan siswa serta pengaturan kelas . Setrategi pembelajaran yang




© copyright www.suripno.com
cocok adalah    setrategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk

       berani mengemukakan pendapat pada saat terjadi proses pembelajaran         (

       Slamet Santoso : 2005:2).


              Model - model pembelajaran Cooperative Learning banyak ragamnya

       dan sangat menarik perhatian bagi para guru , karena model ini memiliki

       banyak kelebihan dibanding dengan model - model pembelajaran yang telah

       dikenal selama ini . Di antara model-model tersebut ada yang dapat digunakan

       oleh guru untuk meningkatkan meningkatkan prestasi siswa melalui belajar

       secara kelompok. Salah satu model pembelajaran Cooperative Learning itu di

       antaranya adalah teams-achievement divisions (STAD) . Model pembelajaran

       ini digunakan untuk meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat bagi

       siswa dalam proses pembelajaran dalam sebuah kelompok kecil, sehingga

       muncul kebranian sedikit demi sedikit, yang pada akhirnya akan tumbuh

       semangat percaya diri yang tinggi. . Model pembelajaran STAD sangat tepat

       apabila digunakan untuk penyampaian materi pelajaran dengan diskusi.

       Digunakan pula untuk mengajarkan keterampilan sosial , karena dengan model

       ini di samping membantu siswa untuk kebersamaan, kekeluargaan dan berani

       mengemukakan pendapat , juga untuk menghindari siswa mendominasi

       pembicaraan .


       b. Model pembelajaran STAD

            Model-model dan setrategi pembelajaran pada saat itu telah berkembang

       dengan pesat.    Model-model pembelajaran itu di antaranya yang sudah

       disebutkan di atas adalah model STAD yang dikenal dengan model yang

       dapat membantu guru untuk membangkitkan siswa mau dan berani



© copyright www.suripno.com
mengemukakan pendapat dalam kelompoknya. Model pembelajaran dengan

       pendekatan STAD merupakan struktur yang dapat digunakan untuk

       mengajarkan keterampilan sosial dan untuk menghindari siswa mendominasi

       pembicaraan atau siswa diam sekali dalam proses pembelajaran . Jadi model

       pembelajaran STAD juga untuk membatasi siswa yang sering mendominasi

       pembicaraan , sehingga tidak memberi kesempatan pada kawan yang lain.

       Apabila guru menggunakan model ini maka siswa yang tadinya kurang

       bersemangat untuk mengemukakan pendapat akan termotivasi untuk berani

       mengemukakan pendapat yang pada akhirnya akan dapat membantu tercapai

       tujuan pembelajaran.


              Penggunaan model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD)

       oleh guru    dalam proses pembelajaran Matematika        dilakukan dengan

       perencanaan dan langkah - langkah sebagai berikut :


        1)   Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

             segera akan dibahas, di rumah masing-masing.


        2) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan

             mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok anggota dapat saling

             tatap muka.


        3) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.


        4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

             LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

             mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.




© copyright www.suripno.com
5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu

            tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

            tidak bisa tadi.


        6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.


        7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

            itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.


        8) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok.


        9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

            kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

            mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

            kelompok secara proporsional.


        10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

            memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.


        11) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.


        12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

            seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

            kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.


        13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

            memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.


        14) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang

            pokok bahasan yang sedang dipelajari.




© copyright www.suripno.com
15) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

              kembali ketempat duduknya masing-masing.


          16) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

              yang ditentukan.


          Langkah - langkah model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD)

tersebut harus dilakukan dengan perencanaan yang matang .        Penggunaan strategi

STAD yang tidak matang akan berakibat pada pelaksanaan yang kurang terarah yang

pada akhirnya tujuan tidak akan tercapai.     Perencanaan yang matang akan dapat

membantu suksesnya penggunaan model pembelajaran STAD tersebut , karena nantinya

akan memperlancar dalam pelaksanaan tindakan . Guru pengampu mata pelajaran

Matematika harus mampu mempersiapkan langkah - langkah tersebut . Langkah –

langkah penalaksanaan tindakan tidak lepas dari perencanaan , oleh sebab itu penentuan

rencana tindakan perlu diperhatikan terutama yang berkaitan dengan waktu dan kondisi

kelas. Waktu yang sempit akan mengurangi berhasilan strategi tersebut untuk mencapai

kesuksesan program pembelajaran.


          Guru perlu menyadari bahaw peserta didik adalah manusia yang sukar diduga

tindakannya karena sangat komplek kepribadiannya. Karena itu tidak dapat dibenarkan

bila menyampaikan materi matematika kepada peserta didik dengan satu macam metode

ata model saja yang alasannya hanya mendasarkan kepada pengalaman sendiri, uaitu

berhasil memahami materi matematika tersebut dengan metode atau model yang

digunakan itu atau ia berhasil mengajar dengan menggunakan model yang ia

pergunakan ketika menghadapi kelompom peserta didik tretentu. Guru seyogyanya

mengasumsikan tenutang kemampuan peserta didik yang berbeda satu sama lain dan




© copyright www.suripno.com
akan berbeda pula bagaimana mereka itu belajar matemattika (Herman Hudoyo, 1988:

122).


          Belajar kooperatif yang dilakukan sekelompok kecil siswa ini tidak sekedar

belajar bersama (kolaboratif), tapi konsep/prinsip yang dipelajari itu menjadi tanggung

jawab bersama sekaligus menjadi tanggung jawab individu ( Herman Hudoyo,

2005:28). Jadi pencapaian hasil belajar itu dimiliki baik oleh kelompok maupun

individu. Dengan demikian antara siswa harus saling membantu, yang pandai harus

membantu si lemah sehingga si lemah menjadi memahami bahan yang dipelajari

tersebut. Antara siswa saling bertanya, mendiskusikan idea, belajar mendenganrkan

orang lain, melakukan kritik membangun, menyimpulkan penemuan mereka dalam

bentuk tulisan. Usaha menginvestigasi, menemukan atau menyelesaikan masalah sangat

cocok digunakan dalam bentuk diskusi senis belajar kelompok tersebut. Apabila belajar

secara kelompok ini dilaksanakan akan melibatkan anak secara emosional dan sesial

selama pelajaran berlangsung sehingga dapat membuat matematika menjadi lebih

menarik dan anak mau belajar.




© copyright www.suripno.com
B.   Kerangka Berfikir




                              Guru :               Siswa :
      KONDISI
                              Belum menggunakan    Presatasi
        AWAL                                       Belajar siswa
                              Model pembelajaran   belum baik
                              STAD




                                                         SIKLUS I



                                                             Waktu

                                                          80 menit



                              MENGGUNAKAN
      TINDAKAN                   MODEL

                                   STAD




                                                        SIKLUS II



                                                           Waktu

                                                          80 menit




       KONDISI                 PRESTASI BELAJAR
                               SISWA MENINGKAT
        AKHIR




© copyright www.suripno.com
C. Hipotisis Tindakan



          Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dirumuskan di atas maka peneliti

dapat membuat kesimpulan sementara yang lazim disebut hipotesis. Adapun hipotetsis

dalam penelitian ini dapat peneliti rumuskan sebagai berikut


“    Melalui model       pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika bagi siswa kelas VII D

SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester Kedua tahun pelajaran 2008/2009 “




© copyright www.suripno.com
BAB III


                            METODOLOGI PENELITIAN


A.   Setting Peneliian


     1. Waktu Penelitian


                Penelitian ini dilakukan pada semester kedua tahun pelajaran

        2008/2009 ,        mengapa kami      mengambil waktu itu ?    karena dengan

        pertimbangan sebagai berikut :


        a.    Semester kedua merupakan waktu yang tepat untuk mengadakan

              penelitian guna menentukan proses pembelajaran pada jenjang kelas

              berikutnya

        b.    Waktunya yang tepat untuk mengembangkan inovasi pembelajaran

              seperti melakukan Model pembelajaran STAD .

         Pembagian waktu untuk pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai     berikut ;

        bulan pertama menyusun perencanaan untuk penelitian , bulan kedua untuk

        menyusun instrumen penelitian, bulan ketiga untuk melakukan tindakan atau

        untuk pengumpulan data , bulan keempat untuk melakukan analisis data ,

        bulan kelima untuk melakukan pembahasan dan diskusi hasil analisis silus I

        dan siklus II ,     sedangkan bulan keenam untuk penulisan laporan hasil

        penelitian. Pembagian waktu penelitian seperti tersebut diatas lebih jelasnya

        dapat dilihat pada tabel di bawah ini ;




© copyright www.suripno.com
Tabel 1.

                                   Alokasi Waktu Penelitian




                                                          Bulan
         No         Uraian Kegiatan
                                               I    II   III   IV   V   VI

          1     Menyusun perencanaan
                penelitian

          2     Menyusun        instrument
                penelitian

          3     Malakukan tindakan /
                pengumpulan data

          4     Analisia data


                Pembahasan dan diskusi
          5     hasil analisa siklus I
                dan II

          6     Penulisan laporan hasil
                penelitian



    3.   Tempat Penelitian

              Penelitian ini dilakukan dilakukan di SMP Negeri 1 Bumiayu , kelas VII

    D , yang terletak di desa Kalierang , Kecamatan Bumiayu , Kabupaten Brebes.

    Tempat ini kami pilih karena peneliti mengajar di SMP Negeri 1 Bumiayu      dan

    pada tahun pelajaran 2008/2009 mengajar di kelas VII D , sehingga sangat tepat

    dan relevan untuk mengadakan penelitian.




© copyright www.suripno.com
B.   Subyek Penelitian

            Sejalan dengan hipotesis yang akan diuji , Penelitian Tindakan Kelas tidak

     menggunakan populasi dan sampel karena siswa itu sendiri merupakan populasi

     dan obyek penelitian . Jadi yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah

     seluruh siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu yang berjumlah 36 anak.


G. Sumber Data



            Sumber data sangatlah penting dalam suatu penelitian, adapun yang

     dimaksud dengan sumber data adalah asal mula data yang diperoleh untuk

     mengumpulkan kelengkapan penelitian. Sumber data ada dua macam yaitu sumber

     data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber data yang

     didapat secara langsung dari subyek penelitian , adapun sumber data sekunder

     adalah sumber dara yang diperoleh secara tidak langsung         dari subyeknya.

     Penelitian ini menggunakan sumber data premer yaitu langsung dari subyeknya

     yaitu siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu.


H. Tehnik dan Alat Pengumpul Data

          Tehnik dan alat pengumpul data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut ;


     1. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ada beberapa macam antara lain tes

       dan non tes. Tehnik pengumpulan data tes bisa berbentuk tertulis dan bisa

       berbentuk tidak tertulis ( lesan ). Sedangkan tehnik pengumpulan data non tes

       bisa berbentuk wawancara, observasi dan skala. Adapun tehnik pengumpulan

       data dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data bentuk




© copyright www.suripno.com
observasi yaitu mengamati subyek penelitian dalam suatu pembelajaran mata

       pelajaran Matematika yang berkaitan dengan kepercayaan diri siswa dalam

       mengemukakan pendapat dalam kelompok belajar.


     2. Alat pengumpulan data


       Berdasarkan tehnik pengumpulan data seperti tersebut di atas , maka alat

       pengumpulan data yang digunakan dan yang sesuai dengan jenis penelitian ini

       adalah berbentuk lembar pengamatan.


I.   Validasi Data

        Mengingat penelitian ini merupakan penelitian proses pembelajaran dan

termasuk bentuk penelitian kwalitatif bukan kwantitatif maka data dibutuhkan tidak

dalam bentuk angka . Sehubungan penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan

data dengan observasi serta alat pengumpulan data dengan lembar pengamatan , maka

untuk mengukur validitas datanya melalui triangulasi sumber yaitu dengan sumber

siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu yang berjumlah 36 arang siswa.


J. Indikator Kinerja

       Berdasarkan latar belakang masalah seperti tersebut di atas bahwa harapan akhir

dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Matematika dan bertitik tolak dari kondisi awal bahwa sebagian besar siswa kelas VII

D SMP Negeri 1 Bumiayu , maka dengan penelitian ini diharapkan adanya peningkatan

frekuensi siswa yang dapat menyelesaikan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

KKM adalah 6 orang, kemudian 24 anak pada sikulus pertama dan pada siklus terakhir

dapat menyelesaikan seluruh siswa dalam kelas VII D yang berjumlah 36 siswa.




© copyright www.suripno.com
K. Prosedur Penelitian

         Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas yang terdiri dari 2 ( dua ) siklus dengan prosedur penelitian senagai nerikut :


   1. Metode penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )


  2. Langkah-langkah :


        a. Seklus I ( pertama )


            1) Plaining / perencanaan


                - mengkondikan kelas


               - menyiapkan materi pembelajaran


               - menyiapkan instrument penilaian


                - menyiapkan instrumen lembar pengamatan


            2) Acting / pelaksanaan


          a)   Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

               segera akan dibahas, di rumah masing-masing.


          b) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dalam

               empat (4) kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap

               kelompok anggota dapat saling tatap muka.


          c) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.




© copyright www.suripno.com
d) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

             LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

             mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.


        e) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu

             tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

             tidak bias tadi.


        f)   Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.


        g) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

             itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.


        h) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok.


        i)   Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

             kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

             mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

             kelompok secara proporsional.


        j)   Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

             memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.


        k) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.


        l)   Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

             seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

             kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.




© copyright www.suripno.com
m) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

                memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.


        n) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang

                pokok bahasan yang sedang dipelajari.


        o) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

                kembali ketempat duduknya masing-masing.


        p) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

                yang ditentukan.


          3) Observing / pengamatan


            - melakukan pengamatan dengan memakai format observasi


            - menilai hasil tindakan dengan menggunakan format pengamatan


        4) Reflecting / umpan balik


            - melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan           meliputi mutu,

                 jumlah dan waktu dari setiap macam tindaan


           - melakukan diskusi untuk membahas hasil evaluasi tindakan


            -      memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi , untuk

                 digunakan sebagai pedoman pada siklus berikutnya


            - evaluasi tindakan I




© copyright www.suripno.com
b. Seklus II ( kedua )


         1) Plaining / perencanaan


             - identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah


             - mengkondisikan kelas


             - pengembangan program tindakan I


         2) Acting / pelaksanaan


        a)    Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

             segera akan dibahas, di rumah masing-masing.


        b) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dalam

             sembilan (9) kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap

             kelompok anggota dapat saling tatap muka.


        c) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.


        d) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

             LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

             mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.


        e) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, tem,an satu

             tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

             tidak bias tadi.


        f)   Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.




© copyright www.suripno.com
g) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

             itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.


        h) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok.


        i)   Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

             kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

             mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

             kelompok secara proporsional.


        j)   Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

             memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.


        k) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.


        l)   Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

             seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

             kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.


        m) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

             memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.


        n) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang

             pokok bahasan yang sedang dipelajari.


        o) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

             kembali ketempat duduknya masing-masing.


        p) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

             yang ditentukan.




© copyright www.suripno.com
3) Observing / pengamatan


                - melakukan pengamatan dengan memakai format observasi


       -        menilai hasil tindakan dengan menggunakan format pengamatan

           4) Reflecting / umpan balik


            - melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi mutu, jumlah

                 dan waktu dari setiap macam tindaan


            - melakukan diskusi untuk membahas hasil tindakan II


            -     evaluasi tindakan II untuk dibandingkan dengan kondisi awal dan hasil

                 tindakan pertama




© copyright www.suripno.com
BAB IV


                    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN




A.     Deskripsi Kondisi Awal



        Pemiliham strategi pembelajaran yang cocok akan dapat membantu tercapainya
tujuan pembelajaran, terutama sekali mata pelajaran Matematika yang banyak
membutuhkan tanggapan dan masukkan dari siswa. Mata Pelajaran Matematika dalam
penyampaiannya oleh guru banyak menggunakan diskusi, karena termasuk mata
pelajaran yang dinamis dalam arti selalu menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
Jadi mata pelajaran Matematika diharapkan tidak monoton apabila disajikan seperti
mata pelajaran sosial. Siswa diharapkan beriterakasi dalam kelompok kecilnya dan
saling bertukar pendapat, saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.


        Dewasa ini banyak siswa kurang berhasil dan kurang antusias dalam mengikuti
pembelajaran mata pelajaran Matematika. Siswa yang prestasi belajarnya rendah serta
selalu diam di dalam kelas ketika terjadi proses pembelajaran baik ketika mendengarkan
keterangan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran maupun di dalam diskusi,
akan menimbulkan tanda tanya. Siswa yang selalu diam itu bisa menimbulkan multi
tafsir dari guru , mungkin siswa diam karena sudah menguasai konsep yang
disampaikan guru , mungkin siswa diam karena belum mengetahui konsep yang
disampaikan guru, mungkin siswa diam karena tidak berani mengemukakan pendapat.
Apabila siswa dapat membiasakan mengemukakan pendapat                  dan mempunyai
keberanian untuk angkat bicara dalam proses prmbelajaran , akan dapat membantu guru
dalam mewujudkan tujuan pembelajaran.



       Guru sangat berperan dalam usaha membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan hasil belajarnya. Jadi siswa yang kurang prestasi belajar matematika
berangkali disebabkan oleh guru yang belum menemukan setrategi pembelajaran yang
cocok . Berbagai macam model pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru untuk
mengekfektifkan proses pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang cocok
oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran yang berkaitan dengan upaya
peningkatan keberanian mengemukakan pendapat dan membentuk kelompok kecil
belum banyak dilakukan .




© copyright www.suripno.com
Sehubungan dengan pemilihan setrategi pembelajaran yang tepat untuk
membantu siswa berani mengemukakan pendapat yaitu dengan model STAD . Guna
membuktikan keakuratan setrategi tersebut , pada kesempatan ini peneliti mencoba
untuk menggunakan strategi pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran
Matematika. Peneliti mencoba penggunaan model STAD pada Kompetensi Dasar
Memahami pengertian dan notasi himpunan serta penyajiannya melalui penggunaan
model pembelajaran STAD diharapkan guru yang tadinya belum mendapat respon dari
siswa dan hasil belajarnya masih rendah , maka setelah dilakukan tindakan prestasi siwa
menjadi lebih baik. Demikian halnya siswa , yang tadinya prestasi belajarnya masih
rendah pada Kompetensi Dasar ini, maka dengan adanya tindakan ini prestasi belajar
pendidikan Matematika secara umum juga semakin meningkat.




                                      Gambar 1
             Peneliti sedang mengadakan pembelajaran sebelum tindakan


       Penggunaan model pembelajaran STAD merupakan solusi untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Peneliti berusaha untuk membuktikan model pembelajaran tersebut

dengan mengadakan Penelitan Tindakan Kelas terhadap 36 siswa kelas VII D SMP

Negeri 1 Bumiayu pada semester dua , tahun pelajaran 2008/2009. Sebelum peneliti

menggunakan model pembelajaran STAD, hasil belajar siswa yang telah selesai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) nya baru ada 6 siswa saja dari sejumlah 36 anak kelas VII

D pada waktu terjadi proses pembelajaran dengan waktu 80 menit (2 jam pelajaran).



© copyright www.suripno.com
Jumlah 6 siswa yang selesai KKM tersebut terdiri dari 3 anak perempuan dan 3 anak

laki-laki . Sebagai gambaran tentang hasil belajar siswa tampak lebih jelas peneliti

kemukakan dalam tebel 3 di bawah ini ;


                                         Tabel . 3

                                   Kondisi Awal



  No              Jumlah siswa                 KKM Terlampui       KKM Belum
                                                                    Terlampui
   1         L           P           J               L   P         L        P

            16           20         36               3   3        13         17




        Berdasarkan tabel di atas , kalau diprosentasi siswa yang berhasil mencapai

KKM hanya 16,67 % yakni 6 orang siswa dari 36 orang jumlah siswa kelas VII D.

Dengan demikian siswa yang belum berhasil atau belum terlampui KKM nya sejumlah

30 orang siswa atau 83,33 %. Banyaknya siswa yang belum terlampui dalam KKM

tersebut , kemungkinan adanya beberapa faktor seperti yang telah peneliti uraikan di

atas.    Jumlah siswa yang terlampui KKM yang hanya 16,67 % tersebut sangatlah

memprihatinkan dalam suatu proses pembelajaran , terlebih lagi mata pelajaran

Matematika. Kondisi seperti ini jika dibiarkan berlajnut, dikhawatirkan akan semakin

merosot prestasi belajar matematika pada kelas ini. Apabila dibandingkan antara jumlah

anak yang terlampui KKM dengan yang belum terlampui KKM nya akan tampak

dalam gambar diagram batang di bawah ini :




© copyright www.suripno.com
100

        80

        60

        40

        20

         0
                        1                 2

                                       Gambar 1 .

        Diagram Batang Prosentase Perbandingan Siswa yang Terlampui KKM



     Keterangan : 1         = siswa yang Terlampaui KKM 16,67 %




                    2       = siswa yang belum Terlampaui KKM 83,33 %




Keadaan tersebut sangat memprihatinkan dan perlu adanya model pembelajaran yang

tepat. Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.


B.     Deskripsi Hasil Siklus I



       Berdasarkan kenyataan pada deskripsi kondisi awal seperti tersebut di atas

dimana sebagian besar siswa belum terlampui KKM nya. Siswa yang belum terlampui

KKM diantaranya diakibatkan oleh faktor guru itu sendiri . Faktor guru itu terutama

sekali adalah karena guru belum menemukan setertegi pembelajaran yang cocok.



© copyright www.suripno.com
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan ( Detendik ) salah satu kompetensi guru

adalah pengelolaan pembelajaran . Sehubungan dengan hal tersebur guru dituntut untuk

mampu merancanag dan mengelola kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien,

interaktif dan menyenangkan.     Keterbatasan kompetensi guru dalam pengelolaan

pembelajaran merupakan salah satu faktor penyebab siswa tidak mampu mencapai

kompetensi secara optimal.




                                     Gambar 2


         Peneliti sedang mengadakan pembelajaran padan Tindakan Pertama




       Paradigma guru sebagai knowledge transfarmator telah bergeser menjadi

knowledge facilitator . Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut guru harus

mampu untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya, terutama

teori - teori belajar dan model - model pembelajaran. Model pembelajaran yang juga

disebut dengan istilah setrategi pembelajaran telah berkembang dengan pesat untuk

menjawab tantangan dan mengantisipasi tuntutan perkembangan sosial , ekonomi dan

teknologi informasi yang telah mengglobal.        Setrategi pembelajaran      secara




© copyright www.suripno.com
berkelompok ( cooperative Learning ) telah menjadi salah satu pilihan para guru dalam

mengelola pembelajaran . Namun dalam penerapannya , proses pembelajaran di kelas

kurang efektif karena pengarahan guru kurang jelas dan memadai, keterbatasan sumber

dan bahan belajar , kesiapan siswa serta pengaturan kelas . Setrategi pembelajaran yang

cocok adalah     setrategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berani

mengemukakan pendapat pada saat terjadi proses pembelajaran . Strategi pembelajaran

tersebut banyak ragamnya , guru tinggal memilih mana yang paling cocok dan ekektif

serta efisien ( Slamet Santoso : 2005:2).


       Model - model pembelajaran Cooperative Learning          banyak ragamnya dan

sangat menarik perhatian bagi para guru , karena model ini memiliki banyak kelebihan

dibanding dengan model-model pembelajaran yang telah dikenal selama ini. Di antara

model-model tersebut ada yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan

keberanian siswa mengemukakan pendapat. Pada kesempatan ini peneliti mencoba

menerapkan salah satu model pembelajaran Cooperative Learning yang disebut STAD .

Model pembelajaran ini digunakan untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa

dalam proses pembelajaran.       Model atau setrategi pembelajaran teams-achievement

divisions (STAD) sangat tepat apabila digunakan untuk penyampain materi pelajaran

dengan diskusi dalam kelompok kecil.           Digunakan pula untuk mengajarkan

keterampilan    sosial karena dengan model ini di samping membantu siswa untuk

meningkatkan hasil belajar, juga untuk meningkatkan rasa kerjasama dan jiwa sosial

seluruh anggota diskusi.


       Peneliti mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan penerapan model

pembelajaran STAD terhadap siswa kelas VII D SMP Negri 1 Bumiayu jumlah 36

orang siswa pada semester kedua tahun pelajaran 2008/2009. Pelaksanaan Penelitian



© copyright www.suripno.com
Tindakan Kelas sesuai dengan jadwal waktu penelitian telah kami lakukan pada bulan

Januari 2009.    Penelitian dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus

kedua. Siklus pertama dilakukan pada awal bulan Maret 2009 ( minggu pertama)

sedangkan siklus kedua dilaksankan pada akhir bulan Maret 2009 ( minggu ketiga ).

Penelitian dilakukan dengan penggunaan Model pembelajaran STAD pada mata

pelajaran Matematika dengan pelaksanaan sebagai berikut ;


Mata Pelajaran         : Matematika


Kelas                  : VII D


Semester               : Kadua


Standar Kompetensi     :    Aljabar: Memahami hubunagan garis dengan garis, garis

                           dengan sudut, suudut dengan sudut serta menentukan

                           ukurannya.


Kompetensi Dasar       :    Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan

                            jenis sudut.


Indikator              : 1.1. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling sejajar

                                  melalui benda konkrit.


                            1.2. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling berimpit

                                  melalui benda konkrit.


                            1.3. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling

                                  berpotongan melalui benda konkrit




© copyright www.suripno.com
1.4. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling

                               bersilangan melalui benda konkrit


Metari Pembelajaran   : 1. Garis


                       2. Kedudukan dua garis


Model Pembelajaran    : Teams-Achievement Divisions (STAD)


Langkah-langkah :


    1 Perencanaan tindakan


      a. Apersepsi


         - kelas dikondisikan untuk pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

            model STAD


         - membagi dalam empat kelompok sesuai aturan STAD


         - menyiapkan LKS`dan kuncinya


         - menyiapkan soal untuk tugas rumah


         - menyiapkan instrument lembar pengamatan


         - menyiapkan lembar evaluasi


       b. Inti


        Belajar di rumah apa yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang,

membentuk kelompok, LKS dan kuncinya, tugas rumah, tes formatif




© copyright www.suripno.com
c. Penutup


         Sesuai dengan perencanaan bahwa berdasarkan pengamatan atau opservasi

maka akan dihasilkan data yang dapat ditarik kesimpulan. Data yang didapat dari hasil

pengamatan akan diketahui bahwa prestasi belajar siswa akan meningkat setelah guru

menggunakan model pembelajaran STAD.


     2. Pelaksanaan tindakan


        a. Apersepsi


          - guru menjelaskan tehnik pelaksanaan pembelejaran dengan model STAD

              agar prestasi belajar siswa meningkat


          - guru membagi kelompok sesuai dengan aturan STAD


          - mempersiapkan LKS dan kuncinya


          - tes formatif dan tugas rumah


          - waktu pelaksanaan 60 menit


       b. Inti


         1)      Peneliti meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

                 segera akan dibahas, di rumah masing-masing.


         2) Di kelas, guru membentuk                dalam empat kelompok belajar yang

                 heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok

                 anggota dapat saling tatap muka.


         3) Peneliti memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.




© copyright www.suripno.com
4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

            LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

            mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.


        5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu

            tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

            tidak bias tadi.


        6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.


        7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

            itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.


        8) Peneliti berkeliling mengawasi kinerja kelompok.


        9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

            kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

            mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

            kelompok secara proporsional.


        10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

            memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.


        11) Peneliti bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.


        12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

            seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

            kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.




© copyright www.suripno.com
13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

              memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.


         14) Peneliti memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa

              tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.


         15) Peneliti dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

              kembali ketempat duduknya masing-masing.


         16) Peneliti dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

              yang ditentukan.


        c. Penutup




         Sesuai dengan perencanaan bahwa berdasarkan pengamatan atau observasi

maka akan dihasilkan data yang dapat ditarik kesimpulan. Data yang didapat dari hasil

pengamatan akan diketahui bahwa prestasi belajar siswa akan meningkat setelah guru

menggunakan model pembelajaran STAD


     3. Pengamatan tindakan


              Berdasarkan    hasil pengamatan    yaitu selama    proses pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan model STAD pada seklus pertama dalam waktu 60

menit maka didapat data sebagai berikut ; siswa yang terlampui KKM nya ada sejumlah

24 anak, sedangkan siswa yang belum terlampui KKM nya ada sejumalah 12 anak.

Prosentase anak yang terlampui KKM nya 66,67 % , sedangkan anak yang belum

berani terlampui KKM nya adalah 33,33 % . Perbandingan prosentase anak yang telah




© copyright www.suripno.com
terlampui dengan yang belum terlampui pada siklus I ini seperti tampak lebih jelas pada

gambar diagram batang di bawah ini :




       70
       60
       50
       40
       30
       20
       10
        0
                    1                      2




                                       Gambar 2 .

                        Diagram Batang Prosentase Hasil Siklus I



    Keterangan :    1    = siswa yang Terlampui KKM 66,67 %



                    2    = siswa yang belum Terlampui KKM 33,33 %




       Keterangan tersebut dapat diperjelas pada tabel berikut di bawah inii :


                                               Tabel 3

                 Frekuensi siswa yang terlampui KKM setelah Tindakan Pertama



  No               Jumlah siswa                 KKM Terlampui       KKM Belum
                                                                     Terlampui
   1         L             P           J          L       P         L        P

            16            20         36           11     13         5            7




© copyright www.suripno.com
4.   Reflekssi

          Dibandingkan dengan kondisi awal maka pembelajaran dengan model STAD

terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.        Sebelum guru menggunakan

strategi STAD dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa yang terlampui KKM

nya hanya 6 anak saja (16,67 %) dan masih terdapat 30 anak ( 83,33 % ) yang belum

terlampui KKM nya. Setelah guru menggunakan strategi STAD dalam proses

pembelajaran dengan waktu 60 menit pada siklus pertama ada peniningkatan. Siswa

yang terlampui KKM nya ada 24 anak ( 66,67 % ) , sedangkan siswa yang belum

terlampui KKM nya ada 25 anak ( 33,33 %) . Perbandingan antara kondisi awal

dengan tindakan pada siklus pertama dapat dilihat pada gambar diagram batang di

bawah ini .




         100

          80

          60

          40

          20

              0
                             1                      2


                                              Gambar 3

                  Diagram Batang Perbandingan Kondisi Awal Dengan Tindakan Siklus I



                                 1
                  Keterangan :       = kondisi awal = 16,67 % terlampui

                                                    = 83,33 % belum terlampui



© copyright www.suripno.com
2
                                   = tindakan siklus I = 66,67% terlampui

                                                      = 33,33 % belum terlampaui



         Perbandingan antara deskripsi kondisi awal dengan deskripsi hasil tindakan

siklus pertama nampak dengan jelas bahwa ada peningkatan yang cukup tajam.

Perbadingan tersebut kalau di buat secara kuantitatif antara siswa yang terlampui

KKMdketika belum ada tindakan dengan dibandingkan setelah tindakan siklus I dapat

digambarkan dalam diagram batang seperti tersebut dalam gambar 4 di bawah ini .




        70
        60
        50
        40
        30
        20
        10
         0
                       1                         2




                                       Gambar 4 .



       Diagram Batang Perbandingan kuantitatif Kondisi Awal dengan Siklus I

    Keterangan :   1       = kondisi awal = 6 siswa yang terlampui KKM



                   2       = tindakan sikuls I = 24 siswa yang terlampui KKM




© copyright www.suripno.com
C.      Deskripsi Hasil Seklus II



        Berdasarkan kenyataan pada hasil deskripsi kondisi awal dan hasil deskripsi

seklus pertama ternyata siswa yang terlampui KKM nya meningkat setelah guru

menggunakan model pembelajaran STAD. Tampak bahwa pada deskripsi kondisi awal

siswa yang berani mengemukakan pendapat dalam kelompok hanya 6 anak (16,67 %) ,

akan tetapi setelah guru menggunakan setrategi pembelajaran STAD jumlah siswa yang

terlampui KKM nya meningkat menjadi 24 orang ( 66,67 % ). Masih terdapat 12 anak

yang belum terlampui KKM nya. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut peneliti berusaha

untuk melanjutkan Penelitian Tindakan Kelas dengan penggunaan model pembelajaran

STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus kedua . Pada siklus yang

kedua ini perencanaan dan pelaksanaannya hampir sama , hanya sedikit perbedaan

terutama pada pembagian kelompok, indikator dan waktu pelaksanaan.


            Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus kedua ini sesuai dengan

jadwal waktu dan telah peneliti lakukan pada bulan keempat yaitu pada akhir bulan

April 2009 ( minggu ketiga ) .       Penelitian dilakukan dengan menggunakan model

pembelajaran STAD pada mata pelajaran Matematika dengan perencanaan sebagai

berikut ;


Mata Pelajaran           : Matematika


Kelas                    : VII D


Semester                 : Kadua




© copyright www.suripno.com
Satandar Kompetensi :    Aljabar ; Memahami hubungan garis dengan garis, garis

                         dengan sudut, sudut dengan sudut serta menentukan

                         ukurannya


Kompetensi Dasar      : Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis

                         sudut


Indikator             : 1.1 Mengenal satuansudut yang sering digunakan


                         5.   Mengubah satuan sudut ke satuan lain

                         6.   Menjumlahkan dan mengurangi satuan sudut

Meteri Pembelajaran   : 1. Sudut


Model Pembelajaran    : Dengan pendekatan STAD


Langkah-langkah :


    1 Perencanaan tindakan


       a. Apersepsi


       Kelas dikondisikan untuk pembelajaran dengan model STAD. Berpijak pada

hasil tindakan siklus pertama untuk dijadikan dasar pelaksanaan tindakan pada siklus

kedua. Materi yang dibahas sama hanya indikatornya yang berbeda .


       b. Inti


        Perencanakan untuk melakukan pembelajaran dengan pendekatan strategi

pembelajaran STAD guna meningkatkan prestasi belajar siswa dengan alokasi waktu

pelaksanaan yang berbeda. Kalau pada siklus pertama waktu yang digunakan adalah

60 menit , maka pada siklus yang kedua ini waktu yang digunakan adalah 80 menit ( 2



© copyright www.suripno.com
jam pelajaran ) .   Penambahan waktu dimaksudkan untuk memberi kesempatan lebih

banyak bagi siswa yang diskusi kelompoknya masih belum optimal agar lebih dalam

lagi. Disamping itu pula, ketika pada tindakan pertama anggota kelompok terdiri dari

sembilan (9) siswa, tetapi pada tindakan ke dua ini tiap kelompok hanya terdiri dari

empat (4) siswa.




                                    Gambar


    Siswa berlatih mengemukakan pendapat dalam kelompok pada tindakan kedua


        c. Penutup

           Berdasarkan pengamatan atau observasi pada siklus pertama, bahwa ada

peningkatan prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan stretegi pembelajaran

STAD. Akan tetapi masih terdapat 12 siswa yang belum terlampui KKM nya pada

siklus pertama. Peneliti mencoba untuk melanjutkan penelitiannya dengan harapan

siswa yang belum terlampui KKM nya akan segera menyelesaikannya. Waktu diskusi

kelompok yang lebih lama bila dibandingkan dengan tindakan siklus pertama dengan

harapan siswa belum terlampui KKM nya dapat menenmukan kompetensinya secara

mandiri.




© copyright www.suripno.com
2. Pelaksanaan tindakan


       a. Apersepsi


         - guru menjelaskan tehnik pelaksanaan pembelejaran dengan model STAD

              agar prestasi belajar siswa meninkat


          - guru membagi kelompok dalam sembilan kelompok sesuai dengan

              aturan STAD


          - mempersiapkan LKS dan kuncinya


          - tes formatif dan tugas rumah


          - waktu pelaksanaan 80 menit


       b. Inti


         1)      Peneliti meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

                 segera akan dibahas, di rumah masing-masing.


         2) Di kelas, guru membentuk dalam sembilan kelompok belajar yang

                 heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok

                 anggota dapat saling tatap muka.


         3) Peneliti memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.


         4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

                 LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

                 mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.




© copyright www.suripno.com
5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, tem,an satu

            tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

            tidak bisa tadi.


        6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.


        7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

            itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.


        8) Peneliti berkeliling mengawasi kinerja kelompok.


        9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

            kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

            mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

            kelompok secara proporsional.


        10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

            memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.


        11) Peneliti bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.


        12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

            seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

            kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.


        13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

            memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.


        14) Peneliti memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa

            tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.




© copyright www.suripno.com
15) Peneliti dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

                 kembali ketempat duduknya masing-masing.


             16) Peneliti dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

                 yang ditentukan.


        c. Penutup


         Sesuai dengan perencanaan bahwa berdasarkan pengamatan atau opservasi

pada tindakan siklus kedua maka      akan dapat dibandingkan dengan deskripsi awal ,

deskripsi siklus pertama dan diskripsi siklus kedua . Hasil tersebut digunakan untuk

menarik kesimpulan tentang peningkatan keberanian siswa untuk mengemukakan

pendapat .


        3.     Pengamatan Tindakan


        Pengamatan tindakan ini didasarkan pada hasil pengamatan selama proses

pembelajaran dengan menggunakan         pendekatan model STAD pada seklus      kedua

dalam waktu 80 menit . Hasil pengamatan selama 2 jam pelajaran , maka diperoleh

data sebagai        berikut ; siswa yang terlampui KKM nya ada sejumlah 36 anak ,

sedangkan siswa yang belum terlampui KKM nya tidak ada sama sekali, seperti tampak

dalam gambar 5 di bawah ini ;




© copyright www.suripno.com
100

           80

           60

           40

           20

            0
                             1                        2




                                               Gambar 5

                                 Diagram Batang Hasil Tindakan Siklus II


                                  1
                Keterangan :           = siswa yang belum terlampui KKM = 0 anak




                                  2
                                      = siswa yang telah Terlampui KKM = 36 anak




         Dilihat dari banyaknya siswa yang terlampui KKM nya ; siswa yang telah

terlampui sejumlah 36 siswa , sedangkan siswa tidak terlampui KKM nya sama sekali

tidak ada atau 0 anak. Gambaran hasil siklus kedua untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini ;




© copyright www.suripno.com
Tabel 6



                    Frekuensi siswa yang terlampui KKM setelah Tindakan kedua



  No                    Jumlah siswa          KKM Terlampui        KKM Belum
                                                                    Terlampui
   1            L             P        J         L       P         L        P

               16            20        36        16      20        0            0



            Dengan model STAD siswa yang terlampui KKM nya pada siklus kedua ini

mencapai 100 % atau 36 siswa dari 36 siswa.


       7.   Reflekssi

             Dibandingkan dengan hasil deskripsi seklus pertama   maka pembelajaran

dengan strategi STAD pada siklus kedua , keberhasilan siswa dalam menyelesaikanan

KKM nya meningkat sangat tajam, dari 24 siswa yang terlampui pada siklus pertama

menjadi 36 siswa setelah tindakan kedua. Atau dari 66,67 % menjadi 100 %.

Perbandingan siswa yang telah terlampui KKM pada siklus pertama dan siklus kedua

dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini




© copyright www.suripno.com
100

         80

         60

         40

         20

          0
                          1                         2




                                         Diagram 5 .

                   Perbandingan Hasil Deskripsi Siklus I dengan Siklus II




                              1
        Keterangan :              = = Hasil deskripsi siklus pertama = 66,67 %




                              2
                                     = Hasil eskripsi siklus kedua = 100 %




D.    Pembahasan Tiap siklus dan Antar Siklus



       1. Penggunaan strategi pembelajaran STAD             untuk meningkatkan prestasi

         belajar siswa.


         Proses pembelajaran materi pelajaran Matematika sangat membutuhkan

seorang guru yang inovatif dan kreatif. Banyak terjadi di sekolah - sekolah manapun



© copyright www.suripno.com
bahwa pelajaran Matematika kurang banyak peminatnya. Guna mengatasi sikap anak

yang kurang berminat tersebut guru dapat menggunakan setrategi pembelajaran STAD

dalam proses pembelajaran materi pelajaran Matematika. Model pembelajaran STAD

ini di samping      akan dapat mengatasi siswa yang kurang berhasil prestasi belajar

matematikanya juga untuk membatasi siswa yang sering mendominasi pembicaraan.

Siswa yang sering mendominasi menyampaikan pendapat itu juga akan menimbulkan

masalah. Masalah dari siswa yang suka mendominasi pembicaraan tersebut akan

berdampak pada siswa yang lain . Dampak tersebut di antaranya adalah siswa yang lain

akan enggan untuk mengemukakan pendapat karena merasa minder dan mungkin

waktu sudah habis karena dihabiskan oleh kawan yang suka mendomonasi pembicaraan

. Tindakan pembelajaran dengan model STAD yang peneliti lakukan dengan dua siklus

seperti tampak pada tabel di bawah ini;




                                            Tabel 9

                           Tindakan siklus pertama dan siklus kedua

                                       Tindakan


                    Siklus I                                       Siklus II

  1)Peneliti     meminta       siswa    untuk     1)Peneliti   meminta         siswa   untuk

  mempelajari suatu pokok bahasan                 mempelajari suatu pokok bahasan

  yang segera akan dibahas, di rumah              yang segera akan dibahas, di rumah

  masing-masing.                                  masing-masing.


  2)Di     kelas,      guru      membentuk        2)Di    kelas,      guru       membentuk

  kelompok       belajar       dalam    empat     kelompok belajar dalam sembilan




© copyright www.suripno.com
kelompok      yang         heterogen     dan    yang heterogen dan mengatur tempat

  mengatur tempat duduk siswa agar                duduk siswa agar setiap kelompok

  setiap kelompok anggota dapat saling            anggota dapat saling tatap muka.

  tatap muka.


  3)Peneliti memberikan LKS, setiap
                                                  3)Peneliti memberikan LKS, setiap
  kelompok diberi dua set.
                                                  kelompok diberi dua set.

  4)Menganjurkan dalam setiap siswa
                                                  4)Menganjurkan dalam setiap siswa
  dalam kelompok dapat mengerjakan
                                                  dalam kelompok dapat mengerjakan
  LKS secara berpasangan dua-dua atau
                                                  LKS secara berpasangan dua-dua atau
  tiga-tiga. Kemudian saling mengecek
                                                  tiga-tiga. Kemudian saling mengecek
  pekerjaannya diantara teman dalam
                                                  pekerjaannya diantara teman dalam
  pasangan tersebut.
                                                  pasangan tersebut.




  5)Bila ada siswa yang tidak dapat
                                                  5)Bila ada siswa yang tidak dapat
  mengerjakan         LKS,      teman      satu
                                                  mengerjakan        LKS,    teman     satu
  tim/kelompok          bertanggungjawab
                                                  tim/kelompok          bertanggungjawab
  untuk menjelaskan kepada teman yang
                                                  untuk menjelaskan kepada teman yang
  tidak bisa tadi.
                                                  tidak bisa tadi.

  6)Memberikan kunci LKS agar siswa
                                                  6)Memberikan kunci LKS agar siswa
  dapat mengecek pekerjaan sendiri.
                                                  dapat mengecek pekerjaan sendiri.

  7)Apabila     ada    pertanyaan        siswa,
                                                  7)Apabila    ada     pertanyaan    siswa,
  mintalah       mereka          mengajukan




© copyright www.suripno.com
pertanyaan itu kepada teman satu               mintalah        mereka          mengajukan

  kelompoknya sebelum mengajukan                 pertanyaan itu kepada teman satu

  kepada guru.                                   kelompoknya sebelum mengajukan

                                                 kepada guru.
  8)Peneliti     berkeliling      mengawasi

  kinerja kelompok.                              8)Peneliti     berkeliling      mengawasi

                                                 kinerja kelompok.
  9)Ketua      kelompok,          melaporkan

  keberhasilan      kelompoknya           atau   9)Ketua      kelompok,          melaporkan

  melapor      kepada       guru       tentang   keberhasilan      kelompoknya           atau

  hambatan       yang     dialami      anggota   melapor      kepada       guru       tentang

  kelompoknya dalam mengisi LKS.                 hambatan       yang     dialami      anggota

  Jika      diperlukan,        guru      dapat   kelompoknya dalam mengisi LKS.

  memberikan            bantuan        kepada    Jika      diperlukan,        guru      dapat

  kelompok secara proporsional.                  memberikan            bantuan        kepada

                                                 kelompok secara proporsional.
  10)Ketua     kelompok        harus     dapat

  menetapkan bahwa setiap anggota                10)Ketua     kelompok        harus     dapat

  telah     memahami,          dan       dapat   menetapkan bahwa setiap anggota

  mengerjakan LKS yang diberikan                 telah      memahami,         dan       dapat

  guru.                                          mengerjakan LKS yang diberikan

                                                 guru.
  11)Peneliti bertindak sebagai nara

  sumber atau fasilitator bila diperlukan.       11)Peneliti bertindak sebagai nara

                                                 sumber atau fasilitator bila diperlukan.
  12)Setelah selesai mengerjakan LKS

  secara tuntas, berikan kuis kepada             12)Setelah selesai mengerjakan LKS




© copyright www.suripno.com
seluruh siswa. Para siswa tidak boleh        secara tuntas, berikan kuis kepada

  bekerjasama dalam mengerjakan kuis.          seluruh siswa. Para siswa tidak boleh

  Setelah selesai, langsung dikoreksi          bekerjasama dalam mengerjakan kuis.

  untuk melihat hasil kuis.                    Setelah selesai, langsung dikoreksi

                                               untuk melihat hasil kuis.
  13)Berikan penghargaan kepada yang

  benar,        dan      kelompok      yang    13)Berikan penghargaan kepada yang

  memperoleh skor tertinggi, berilah           benar,        dan      kelompok      yang

  pengakuan/pujian kepada prestasi tim.        memperoleh skor tertinggi, berilah

                                               pengakuan/pujian kepada prestasi tim.
  14)Peneliti     memberikan        tugas/PR

  secara individual kepada para siswa          14)Peneliti     memberikan        tugas/PR

  tentang pokok bahasan yang sedang            secara individual kepada para siswa

  dipelajari.                                  tentang pokok bahasan yang sedang

                                               dipelajari.
  15)Peneliti         dapat     membubarkan

  kelompok yang dibentuk dan para              15)Peneliti         dapat     membubarkan

  siswa kembali ketempat duduknya              kelompok yang dibentuk dan para

  masing-masing.                               siswa kembali ketempat duduknya

                                               masing-masing.
  16)Peneliti dapat memberikan tes

  formatif,            sesuai        dengan    16)Peneliti dapat memberikan tes

  TPK/kompetensi yang ditentukan.              formatif,            sesuai        dengan

                                               TPK/kompetensi yang ditentukan.
  17) Waktu 60 menit

                                               17) Waktu 80 menit




© copyright www.suripno.com
2. Hasil Pengamatan


                  Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan      tindakan maka

penggunaan setrategi pembelajaran STAD pada siklus pertama menunjukkan adanya

peningkatan prestasi belajar siswa.    Peningkatan tersebut tampak lebih jelas   bila

dibandingkan dengan kondisi awal. Hasil pengamatan tindakan siklus kedua juga

menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa apabila dibandingkan dengan

siklus pertama.     Jadi tindakan siklus pertama maupun siklus kedua menunjukkan

adanya peningkatan yang cukup tajam.


        3. Hasil refleksi

        Deskripsi kondisi awal yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum

terlampui KKM nya ( 83,33 % ). Pada kondisi awal anak yang terlampui KKM ny 6

siswa ( 16,67 % ) sedangkan yang belum terlampui KKM nya ada 30 siswa . Setelah

guru menggunakan pendekatan setrategi pembelajaran STAD pada siklus pertama

dengan waktu 60 menit menunjukkan adanya peningkatan . Peningkatan pada siklus

pertama bila dibandingkan dengan kondisi awal dari 6 anak ( 16,67 % ) yang telah

terlampui KKM nya menjadi 24 anak. Peningkatan pada siklus pertama itu sebesar 24

anak ( 66,67 % ) . Jadi pada deskripsi siklus pertama ini siswa yang telah terlampui

KKM nya ada 24 siswa dari 36 siswa.


        Tindakan pada siklus kedua juga menunjukkan adanya peningkatan dari jumlah

siswa yang telah terlampui KKM nya setelah guru menggunakan model pembelajaran

STAD.     Pada siklus kedua ini tindakan dilaksanakan dengan waktu 80 mmenit.

Berdasarkan pengamatan pada tindakan siklus kedua jumlah siswa yang telah terlampui

KKM nya ada sejumlah 36 anak. Jadi ada peningkatan sejumlah 24 orang anak yang




© copyright www.suripno.com
pada siklus pertama belum terlampui KKM nya.              Dibandingkan dengan deskripsi

kondisi     awal , maka deskripsi hasil tindakan siklus pertama dan deskripsi hasil

tindakan siklus kedua akan tampak lebih jelas dalam tabel di bawah ini ;


                                               Tabel 10

                      Perbandingan Deskripsi Kondisi Awal , Siklus I dan siklus II

                                                  Kondisi siswa
          Deskripsi

                                   Terlampui KKM            Belum Terlampui KKM




  1. Kondisi awal                       6 anak                      30 anak


  2. Siklus pertama                     24 anak                     12 anak


  3. Siklus kedua                       36 anak                      0 anak




                 Perbandingan deskripsi kondisi awal dengan deskripsi hasil tindakan
silus pertama dan hasil tindakan siklus kedua kalau dibuat prosentase akan nampak
seperti namap dalam di bawah ini.




© copyright www.suripno.com
Tabel 11

             Perbandingan Prosentase Deskripsi Kondisi Awal , Siklus I dan siklus II

                                                   Kondisi siswa
         Deskripsi

                                  Terlampui KKM              Belum Terlampui KKM




  1. Kondisi awal                     16,67   %                    83,33    %


  2. Siklus pertama                   66,67 %                      33,3 %


  3. Siklus kedua                     100 %                         0   %


          Berdasarkan tabel 10 di atas dapat dipahami bahwa terlampui KKM nya

antara deskripsi kondisi awal, hasil deskripsi siklus pertama dan hasil deskripsi siklus

ke dua seperti nampak dalam tabel 11 di atas, kalau digambarkan dalam diagram batang

akan nampak seperti di bawah ini ;




       100

        80

        60                                                                   Series1

        40

        20

         0
                    1             2                   3



                                        Diagram 6 .

        Perbandingan Deskripsi Kondisi Awal, Deskripsi Siklus I dan Siklus II

                                       Yang terlampaui KKM




© copyright www.suripno.com
1
         Keterangan :         = = Hasil deskripsi kondisi awal 16,67 %


                          2
                                 = Hasil eskripsi siklus pertama 66,67 %


                          3


                                 = Hasil siklus kedua 100 %



         Perbandingan dari kondisi awal sampai pada hasil tindakan siklus kedua

tersebut menunjukkan adanya peningkatan.        Perbandingan anatara kondisi awal,

tindakan siklus pertama dan kedua yang belum terlampaui KKM juga tampak seperti

gambar 7 di bawah ini .




        100

         80

         60

         40

         20

          0
                   1                2                  3




                                         Diagram 6 .

         Prosentase Deskripsi Kondisi Awal, Deskripsi Siklus I dan Siklus II

                                Yang belum terlampaui KKM




© copyright www.suripno.com
1
          Keterangan :        = = Hasil deskripsi kondisi awal, 66,67 %




                          2
                                 = Hasil deskripsi siklus I : 33,33 %




                          3


                                 = Hasil siklus II, 0 %




E.       Kesimpulan dari Hasil Penelitiann



               Berdasarkan hasil penelitian dengan penggunaan setrategi pembelajaran

STAD dalam proses pembelajaran Matematika dapat meningkataan prestasi belajar

siswa.    Peningkatan prestasi belajar siswa tampak dalam hasil penelitian.    Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada deskripsi kondisi awal anak yang terlampui KKM

nya ada 6 siswa. Hasil tindakan pada siklus pertama siswa yang terlampui KKM nya

meningkat menjadi 24 anak dan hasil tindakan pada siklus kedua meningkat menjadi 36

anak.




© copyright www.suripno.com
BAB V


                                    PENUTUP




A.   Simpulan



      Seperti yang telah peneliti uraikan di muka bahwa tujuan khusus Penelitian

Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan presatasi belajar siswa dalam proses

pembelajaran Matematika dengan Model pembelajaran STAD pada siswa kelas VII D

SMP Negeri 1 Bumiayu.          Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran STAD dapat meningkatakan prestasi belajar siswa. Penelitian ini

dilakukan dengan dua siklus , hasil penelitian siklus pertama maupun siklus kedua

menunjukkan bahwa masing-masing siklus ada peningkatan.


      Simpulan tersebut diperoleh melalui pengamatan atau observasi terhadap

tindakan yang dilakukukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran.             Hasil

pengamatan pada siklus pertama menunjukkan adanya peningkatan terlampui KKM

nya sebesar 24 anak . Tindakan Siklus kedua siswa yang terlampui KKM nya menjadi

36 anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pada BAB II yang berbunyi

melalui Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran Matetatika bagi siswa kelas VII D      SMP    Negeri 1 Bumiayu pada

semester Kadua tahun pelajaran 2008/2009 dapat diterima. Jadi berdasarkan hasil

penelitian pada Bab IV seperti tersebut di atas maka peneliti dapat menyajikan suatu

simpulan sebagai berikut ;




© copyright www.suripno.com
1.     Penggunaan model      pembelajaran STAD         dalam proses pembelajaran

            Matetmatika dengan waktu 60 menit pada siklus pertama terlampui KKM

            nya meningkat bila dibandingkan dengan kondisi awal.         Peningkatan itu

            sebesar 24 aanak ( 66,67% ).


      2. Pada siklus kedua dengan waktu 80 menit siswa yang terlampui KKM nya

            meningkat menjadi 36 anak ( 100 % ).


B.   Implikasi

        Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat diterapkan dalam

proses pembelajaran Matetamtika.           Penerapan hasil penelitian tersebut akan dapat

membantu      tercapainya tujuan pembelajaran terutama untuk        peningkatan prestasi

belajar siswa. Hasil penelitian ini penerapannya dapat dimanfaatkan oleh :


      1. Diri pribadi peneliti.


      Penggunaan model pembelajaran STAD yang telah dilakukan oleh peneliti dan

hasilnya menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Berpijak dari hasil

penelitian tersebut , kemudian oleh peneliti diterapkan dalam proses pembelajaran

Matematika . Jadi hasil penelitian tersebut sangat bermaanfaat khususnya pada diri

peneliti untuk mengefektifkan proses pembelajaran .


      3. Guru Pengampu Mata Pelajaran Matematika

           Sehubungan dengan hasil penilitian yang menunjukkan adanya peningkatan

presatasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika maka penerapannya

tidak hanya dapat dilakukan oleh peneliti sendiri akan tetapi dapat juga diterapkan oleh

guru lainnya. Guru pengampu mata pelajaran Matematika pada umumnya yang telah




© copyright www.suripno.com
membaca hasil penelitian ini dapat menerapkan model pembelajaran STAD untuk

meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam melakukan proses pembelajaran .


C.   Saran – saran

          Dari simpulan yang sudah dinyatakan berdasarkan hasil penelitia , maka

peneliti dapat mengajukan saran-saran kepada guru pengampu mata pelajaran

Matematika sebagai berikut ;


     1. Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan bahwa model pembelajaran

STAD dalam proses pembelajaran Matematika terbukti dapat meningkatkan presatsi

belajar siswa, maka model pembelajaran STAD ini dapat dijadikan salah satu acuan

bagi guru dalam pembelajaran Matematika


     2. Guna meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran Matematika maka

hasil penelitian ini dapat dijadikan langkah awal bagi guru Matematika untuk

mendadakan penelitian tindak lanjut dengan materi yang sejenis.




© copyright www.suripno.com
DAFTAR PUSTAKA




Anwar Yasin . 1987 . Pembaharuan Kurikulum . Jakarta        : PT. Balai Pustaka



C. Asri Budiningsih. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Rineka Cipta



Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1998. Petunjuk Administrasi Sekolah
        Lanjutan Pertama edoman Penyususnan Karya Ilmiah di Bidang Pendidikan
        . Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.



Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1998. Pedoman Penyususnan Karya Ilmiah
        di Bidang Pendidikan . Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
        Menengah.



Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Model - model Cooperative Learning.

         Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama



Departemen Pendidikan Nasional . 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

         Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta       : Direktorat Pendidikan
         Lanjutan Pertama



Flato. 1990. The Power of Mathematics. New York: McGraw Hill.



Herman Hudoyo. 1988. Mangajar Balajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dirjen
        Dikti



Herman Hudoyo. 1989. Tes Obyetif dalam Kaintannya dengan Hasil Belajar dan
        Proses Belajar Matematika: Studi Terbatas. Terdapat dalam forum penelitian




© copyright www.suripno.com
MENINGKATKAN PRESTASI

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP Arif Sulistiawan
 
Contoh sistematika proposal ptk ut
Contoh sistematika proposal ptk utContoh sistematika proposal ptk ut
Contoh sistematika proposal ptk utAnshor jegong
 
PTK IPA Fisika Kelas 8
PTK IPA Fisika Kelas 8PTK IPA Fisika Kelas 8
PTK IPA Fisika Kelas 8Asep Trie
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonEko Supriyadi
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 
Proposal ptk ipa risdawati 2014
Proposal ptk ipa risdawati 2014Proposal ptk ipa risdawati 2014
Proposal ptk ipa risdawati 2014Asep Cell
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahSuaidin -Dompu
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptkAgoes Sholeh
 
Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...
Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...
Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...Operator Warnet Vast Raha
 
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xiPtk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xiEko Supriyadi
 
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Harsidi Side
 
Ptk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapPtk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapnasrun gayo
 
proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...
proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...
proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...Noer RindHu DicHayank
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Andri Tampani
 

Mais procurados (20)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
 
Contoh sistematika proposal ptk ut
Contoh sistematika proposal ptk utContoh sistematika proposal ptk ut
Contoh sistematika proposal ptk ut
 
PTK IPA Fisika Kelas 8
PTK IPA Fisika Kelas 8PTK IPA Fisika Kelas 8
PTK IPA Fisika Kelas 8
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 
Ptk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ipsPtk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ips
 
Proposal ptk ipa risdawati 2014
Proposal ptk ipa risdawati 2014Proposal ptk ipa risdawati 2014
Proposal ptk ipa risdawati 2014
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
 
Ptk ips kelas ii
Ptk ips kelas iiPtk ips kelas ii
Ptk ips kelas ii
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...
Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...
Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...
 
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xiPtk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
Ptk hasil belajar fisika materi momentum dan impuls pada siswa kelas xi
 
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
 
Ptk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapPtk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkap
 
proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...
proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...
proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...
 
karya ilmiah
karya ilmiahkarya ilmiah
karya ilmiah
 
Proposal ptk jadi
Proposal ptk jadiProposal ptk jadi
Proposal ptk jadi
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi
 

Semelhante a MENINGKATKAN PRESTASI

Semelhante a MENINGKATKAN PRESTASI (20)

Laporan heri purnomo, s.pd SMA11 tebo
Laporan heri purnomo, s.pd SMA11 teboLaporan heri purnomo, s.pd SMA11 tebo
Laporan heri purnomo, s.pd SMA11 tebo
 
karil revisi4.docx
karil revisi4.docxkaril revisi4.docx
karil revisi4.docx
 
Penerapan pendekatan rme
Penerapan pendekatan rmePenerapan pendekatan rme
Penerapan pendekatan rme
 
Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd
Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd
Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd
 
kupdf.net_lk-21-eksplorasi-alternatif-solusi.docx
kupdf.net_lk-21-eksplorasi-alternatif-solusi.docxkupdf.net_lk-21-eksplorasi-alternatif-solusi.docx
kupdf.net_lk-21-eksplorasi-alternatif-solusi.docx
 
Ptk ekonomi
Ptk ekonomiPtk ekonomi
Ptk ekonomi
 
Penerapan model
Penerapan modelPenerapan model
Penerapan model
 
Versi lengkap
Versi lengkapVersi lengkap
Versi lengkap
 
PTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka RiantiPTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka Rianti
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar MatematikaProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
 
Slide ibu andin
Slide ibu andinSlide ibu andin
Slide ibu andin
 
Tugas ptk HERNANTO,S.Pd SMA4 - kerinci
Tugas ptk  HERNANTO,S.Pd  SMA4 - kerinciTugas ptk  HERNANTO,S.Pd  SMA4 - kerinci
Tugas ptk HERNANTO,S.Pd SMA4 - kerinci
 
Karya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltinKarya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltin
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Isu isu
Isu   isuIsu   isu
Isu isu
 
Isu isu-120520002036-phpapp01
Isu isu-120520002036-phpapp01Isu isu-120520002036-phpapp01
Isu isu-120520002036-phpapp01
 
Thesis zamatun 2
Thesis zamatun 2Thesis zamatun 2
Thesis zamatun 2
 
conto LK. 2.1.pdf
conto LK. 2.1.pdfconto LK. 2.1.pdf
conto LK. 2.1.pdf
 
Proposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomiProposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomi
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices Charis Munandar.pdf
 

Mais de ata bik

Sosialisasi un-2014-141017033932-conversion-gate02 2
Sosialisasi un-2014-141017033932-conversion-gate02 2Sosialisasi un-2014-141017033932-conversion-gate02 2
Sosialisasi un-2014-141017033932-conversion-gate02 2ata bik
 
Struktur kurikulum smp
Struktur kurikulum smpStruktur kurikulum smp
Struktur kurikulum smpata bik
 
Ki kd smp 2013 pp kn
Ki kd smp 2013 pp knKi kd smp 2013 pp kn
Ki kd smp 2013 pp knata bik
 
Ki kd smp 2013 penjaskes
Ki kd smp 2013 penjaskesKi kd smp 2013 penjaskes
Ki kd smp 2013 penjaskesata bik
 
Ki kd smp 2013 pend. agama
Ki kd smp 2013 pend. agamaKi kd smp 2013 pend. agama
Ki kd smp 2013 pend. agamaata bik
 
Ki kd smp 2013 matematika
Ki kd smp 2013 matematikaKi kd smp 2013 matematika
Ki kd smp 2013 matematikaata bik
 
Ki kd smp 2013 ips
Ki kd smp 2013 ipsKi kd smp 2013 ips
Ki kd smp 2013 ipsata bik
 
Ki kd smp 2013 ipa
Ki kd smp 2013 ipaKi kd smp 2013 ipa
Ki kd smp 2013 ipaata bik
 
Ki kd smp 2013 b.inggris
Ki kd smp 2013 b.inggrisKi kd smp 2013 b.inggris
Ki kd smp 2013 b.inggrisata bik
 
Ki kd smp 2013 b.indonesia
Ki kd smp 2013 b.indonesiaKi kd smp 2013 b.indonesia
Ki kd smp 2013 b.indonesiaata bik
 
Ki kd smp 2013 senibudaya
Ki kd smp 2013 senibudayaKi kd smp 2013 senibudaya
Ki kd smp 2013 senibudayaata bik
 
Ki kd smp 2013 prakarya
Ki kd smp 2013 prakaryaKi kd smp 2013 prakarya
Ki kd smp 2013 prakaryaata bik
 
Disiplin pns 2010.53. pp
Disiplin pns 2010.53. ppDisiplin pns 2010.53. pp
Disiplin pns 2010.53. ppata bik
 
Pengembangan kurikulum-2013
Pengembangan kurikulum-2013Pengembangan kurikulum-2013
Pengembangan kurikulum-2013ata bik
 
Permendiknas nomor 38 tahun 2010
Permendiknas nomor 38 tahun 2010Permendiknas nomor 38 tahun 2010
Permendiknas nomor 38 tahun 2010ata bik
 
Peraturan bersama mendiknas dan bkn ttg juklak jabfung guru dan ak nya
Peraturan bersama mendiknas dan bkn ttg juklak jabfung guru dan ak nyaPeraturan bersama mendiknas dan bkn ttg juklak jabfung guru dan ak nya
Peraturan bersama mendiknas dan bkn ttg juklak jabfung guru dan ak nyaata bik
 
Juknis permen no 35
Juknis permen no 35Juknis permen no 35
Juknis permen no 35ata bik
 
Buku 5 pedoman penilaian kegiatan pkb
Buku 5 pedoman penilaian kegiatan pkbBuku 5 pedoman penilaian kegiatan pkb
Buku 5 pedoman penilaian kegiatan pkbata bik
 
Buku 4 pedoman pkb dan angka kreditnya
Buku 4 pedoman pkb dan angka kreditnyaBuku 4 pedoman pkb dan angka kreditnya
Buku 4 pedoman pkb dan angka kreditnyaata bik
 

Mais de ata bik (20)

Sosialisasi un-2014-141017033932-conversion-gate02 2
Sosialisasi un-2014-141017033932-conversion-gate02 2Sosialisasi un-2014-141017033932-conversion-gate02 2
Sosialisasi un-2014-141017033932-conversion-gate02 2
 
Struktur kurikulum smp
Struktur kurikulum smpStruktur kurikulum smp
Struktur kurikulum smp
 
Ki kd smp 2013 pp kn
Ki kd smp 2013 pp knKi kd smp 2013 pp kn
Ki kd smp 2013 pp kn
 
Ki kd smp 2013 penjaskes
Ki kd smp 2013 penjaskesKi kd smp 2013 penjaskes
Ki kd smp 2013 penjaskes
 
Ki kd smp 2013 pend. agama
Ki kd smp 2013 pend. agamaKi kd smp 2013 pend. agama
Ki kd smp 2013 pend. agama
 
Ki kd smp 2013 matematika
Ki kd smp 2013 matematikaKi kd smp 2013 matematika
Ki kd smp 2013 matematika
 
Ki kd smp 2013 ips
Ki kd smp 2013 ipsKi kd smp 2013 ips
Ki kd smp 2013 ips
 
Ki kd smp 2013 ipa
Ki kd smp 2013 ipaKi kd smp 2013 ipa
Ki kd smp 2013 ipa
 
Ki kd smp 2013 b.inggris
Ki kd smp 2013 b.inggrisKi kd smp 2013 b.inggris
Ki kd smp 2013 b.inggris
 
Ki kd smp 2013 b.indonesia
Ki kd smp 2013 b.indonesiaKi kd smp 2013 b.indonesia
Ki kd smp 2013 b.indonesia
 
Ki kd smp 2013 senibudaya
Ki kd smp 2013 senibudayaKi kd smp 2013 senibudaya
Ki kd smp 2013 senibudaya
 
Ki kd smp 2013 prakarya
Ki kd smp 2013 prakaryaKi kd smp 2013 prakarya
Ki kd smp 2013 prakarya
 
Sij
SijSij
Sij
 
Disiplin pns 2010.53. pp
Disiplin pns 2010.53. ppDisiplin pns 2010.53. pp
Disiplin pns 2010.53. pp
 
Pengembangan kurikulum-2013
Pengembangan kurikulum-2013Pengembangan kurikulum-2013
Pengembangan kurikulum-2013
 
Permendiknas nomor 38 tahun 2010
Permendiknas nomor 38 tahun 2010Permendiknas nomor 38 tahun 2010
Permendiknas nomor 38 tahun 2010
 
Peraturan bersama mendiknas dan bkn ttg juklak jabfung guru dan ak nya
Peraturan bersama mendiknas dan bkn ttg juklak jabfung guru dan ak nyaPeraturan bersama mendiknas dan bkn ttg juklak jabfung guru dan ak nya
Peraturan bersama mendiknas dan bkn ttg juklak jabfung guru dan ak nya
 
Juknis permen no 35
Juknis permen no 35Juknis permen no 35
Juknis permen no 35
 
Buku 5 pedoman penilaian kegiatan pkb
Buku 5 pedoman penilaian kegiatan pkbBuku 5 pedoman penilaian kegiatan pkb
Buku 5 pedoman penilaian kegiatan pkb
 
Buku 4 pedoman pkb dan angka kreditnya
Buku 4 pedoman pkb dan angka kreditnyaBuku 4 pedoman pkb dan angka kreditnya
Buku 4 pedoman pkb dan angka kreditnya
 

Último

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 

Último (20)

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 

MENINGKATKAN PRESTASI

  • 1. CONTOH PTK Matematika UPAYA MENINGKATKAN KEBERANIAN BERPENDAPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS-ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) BAGI KELAS VII D SMP NEGERI I BUMIAYU PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: SURIPNO NIP : 19561129 198703 1 004 © copyright www.suripno.com
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan untuk setiap disiplin ilmu selain membantu siswa berpikir, juga membantu siswa dapat mempertanggungjawabkan berpikirnya tersebut. Pendidikan matematika sangat layak menerima tanggung jawab ini, sebab matematika mulai tingkat SD hingga pendidikan tinggi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Siswapun berkeyakinan bahwa bila penyelesaiannya benar, maka kebenaran itu bukan karena guru atau orang lain yang menyatakan benar, melainkan karena penalarannya sangat jelas membenarkannya. Matematika dan cara berpikir matematika mendasari bangunan pendidikan disiplin ilmu yang lain dan bahkan mengembangkan selain mengembangkan matematika itu sendiri (Flato, 1990: 14). Kriteria sederhana, kapan seseorang dikatakan siswa, bila orang itu dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya orang itu tidak dapat mengerjakannya. Oleh karena itu guru dapat menetapkan bahwa siswa itu telah belajar matematika yang diajarkan bila siswa itu dapat mendemonstrasikan kemampuan atau keterampilan tertentu dalam matematika yang sebelumnya ia tidak mampu mengerjakannya (Hudoyo, 1989:30) Agar terdapat perubahan kompetensi siswa dalam pembelajaran, sorang guru dituntut untuk memilih dengan tepat, metode, teknik, maupun model pembelajaran yang relevan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Ketepatan memilih sebuah model juga akan sangat berpengaruh pada cara berpikir siswa. Bermacam- © copyright www.suripno.com
  • 3. macam model pembelajaran dapat dipilih oleh seorang guru dalam menyampaikan proses pembelajaran, meskipun demikian model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berpendapat haruslah dicari yang tepat. Banyak guru menjumpai sujumlah siswa di dalam kelas tidak bisa belajar secara kelompok. Guru akan mengalami kesulitan manakala menjumpai siswa dalam suatu kelas tidak prestasi belajarnya sangat renda serat tidak berani mengemukakan pendapat. Guru di daerah pinggiran belum mendapatkan metode yang jitu untuk dapat menggairahkan siswa dalam hal saling tukar pendapat, tukar kemampuan, saling mengisi kekurangan dan kelebihan setiap anggota kelompok belajar. Inovasi pembelajaran dengan penggunaan strategi atau model pembelajaran dengan pendekatan student teams-achievement divisions (STAD), diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk bisa belajar secara berkelompok. Banyak model atau strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam upaya untuk belajar secara berkelompok. Keberagaman tingkat intelegensia siswa yang tidak merata, sosial ekonomi orang tua siswa yang homogen menjadi salah satu hambatan dalam ketercapaian proses pemebelajaran. Keberagaman tersebut bukan berarti rencana pemebelajaran menjadi terhambat, melainkan harus diupayakan dan dicari solusi yang cerdas agar tujuan pembelaran menjadi optimal. Dengan demikian kekurangan siswa dan latar belakang sosial ekonomi orang tua justru menambah semangat dan gairah guru dalam tugas kesehariannya. Kekurangan tingkat kecerdasan siswa tersebut menyebabkan berkurangnya rasa percaya diri, minder dan perasaan gugup jika bertemu dengan kawan yang barangkali mempunyai masalah sama, tetapi dianggap mempunyai banyak kelebihan dan jauh lebih pandai. Demikian juga kurang bisa belajar bersosialisasi secara kelompok. Anggapan © copyright www.suripno.com
  • 4. seperti ini jika dibiarkan berlarut akan semakin memperparah keadaan siswa secara keseluruhan. Dengan demikian kegagalan pembelajaran secara keseluruhan siap menunggu. Sebagai guru jika kondisi ini benar-benar ada, maka penyesalan akan menjadi berkepanjangan, merasa bersalah terhadap orang tua siswa, terhadap institusi yang memberi tugas, demikian juga bersalah terhadap negara. Kondisi siswa yang beragam tingkat kecerdasan dan latar belakang sosial ekonomi orang tua siswa yang heterogen tersebut justeru menjadi modal semangat guru untuk menambah inovasi pembelajaran, mencoba dengan keanekaragam model, dan semangat dalam bertugas. Sebab jika inovasi yang dikembangkan kemudian membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ada rasa kepuasan yang tidak bisa diungkapkan dengan ukuran materi atau kebendaan. Dilain pihak, siswa sendiri jika dengan menggunakan model teams-achievement divisions (STAD), kemudian merasa terangkat dan ada keberhasilan yang memadai. Maka keberhasilan tersebut akan menjadi sejarah yang tidak terlupakan, karena kebersamaan, kekeluargaan dan keberanian yang semakin meningkat, rasa percaya diri yang tumbuh kembali, hilangnya sifat nervous dan minder yang berlebihan. Dan yang paling penting adalah siswa merasa dihargai atas hasil kerja kelompok kecilnya. Dengan demikian jika suasana ini bisa terwujud, iklim belajar di kelas menjadi sejuk, tidak ada perasaan tertekan, bisa berpendapat dengan bebas, bisa menerima pendapat orang lain, menghargai pendapat orang lain, bagaimana etika berpendapat yang baik, tidak egois dan menganggap pendapatnya sendiri yang paling benar. © copyright www.suripno.com
  • 5. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan seperti tersebut di atas maka masalah - masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Kesulitan guru dalam memilih setrategi pembelajaran yang dapat meningkatkan proses pembelajaran Matematika melalui belajar berkelompok. 2. Banyaknya siswa yang belum berhasil dalam proses pembelajaran Matematika 3. Strategi Pembelajaran dengan model teams-achievement divisions (STAD), belum banyak digunakan oleh guru dalam rangka usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika 4. Berbagai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kebersamaan siswa dalam kelompoknya untuk mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran Matematika 5. Penggunaan Strategi Pembelajaran model teams-achievement divisions (STAD) untuk meningkatkan kerja kelompok dalam proses pembelajaran C. Pembatasan Masalah Berpijak dari identifikasi masalah yang telah dirumuskan seperti tersebut di atas maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dikarenakan adanya alasan subyektif dan alasan obyektif. Alasan subyektif dalam pembatasan masalah ini adalah kerena mengingat keterbatasan waktu , tenaga dan dana dari peneliti, maka peneliti perlu membatasi masalah . Hal tersebut perlu dilakukan dengan maksud untuk menghindari kesulitan - kesulitan yang timbul di dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas yang akan datang . Sedangkan alasan obyektif adalah agar hasil © copyright www.suripno.com
  • 6. penelitian ini nanti dapat lebih menunjang keberhasilan guru dalam meningkatkan keberhaslin siswa dalam belajar belajar berkelompok di dalam proses pembelajaran Matematika. Supaya penelitian dapat sesuai dengan sasarannya, maka penelitian ini dibatasi hanya pada Penggunaan model teams-achievement divisions (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester Ke dua tahun pelajaran 2008/2009. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah. Penelitian Tindakan Kelas ini masalah terdiri dari dua vareabel yaitu vareabel terikat ( Y ) dan vareabel bebas ( X ). Yang termasuk vareabel terikat ( Y ) yaitu hasil belajar siswa , sedangkan yang termasuk vareabel bebas (X ) adalah Model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) . Masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah melalui penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam Pembelajaran Matematika bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester II tahun pelajaran 2008/2009 ? E. Tujuan Penelitian Dapat kita ketahui bahwasanya manusia itu di dalam melakukan segala aktivitasnya pasti mempunyai tujuan. Tujuan manusia melakukan aktivitasnya di antaranya untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Demikian halnya dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan juga mempunyai tujuan tertentu . Adapun tujuan diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Upaya © copyright www.suripno.com
  • 7. meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Teams- achievement Devisions (STAD) bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 “ adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum : Untuk meningkatkan efektivitas prses pemelajaran Mata Pelajaran Matematika 2. Tujuan Khusus : Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester II tahun pelajaran 2008/2009 F. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan harapan ada guna dan manfaatnya . Kegunaan dan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terutama adalah sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran Mata Pelajaran Matematika. Adapun manfaat secara khusus yang dapat diambil dari adanya penelitian ini adalah ada dua macam manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis maupun manfaat praktis dapat kami kemukakan sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis adalah sebagai berikut : a. Penelitian Tindakan kelas dengan penggunaan model pembelajaran STAD diharapkan akan mampu untuk meningkatkan hasil belajart siswa pada peroses pembelajaran Matematika . © copyright www.suripno.com
  • 8. b. Penelitian Tindakan kelas ini daharapkan dapat bermanfaat bagi guru pengampu mata pelajaran Matematika untuk mengadakan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis adalah sebagai berikut ; a. Manfaat bagi siswa : Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi siswa yaitu dapat meningkankan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika . b. Manfaat bagi guru : Penelitian Tindakan Kelas ini juga bermanfaat bagi guru yaitu guru dapat berinteraksi dengan baik di dalam proses pembelajaran karena siswa ikut berperan aktif di dalamnya. c. Manfaat bagi Sekolah : Penelitian Tindakan Kelas ini akhirnya akan bermanfaat juga bagi sekolah yaitu dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran di sekolah . © copyright www.suripno.com
  • 9. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran Matematika a. Hakekat Pendidikan Hakekat pendidikan menurut Cholisin adalah “ pendidikan merupakan proses budaya untuk mningkatkan harkat dan martabat manusia . Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. (1996:20) Pendidikan menurut Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegitan bimbingan, pengajaran , dan atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan nasional berarti pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang dasar 1945. Usaha sadar untuk menyiapkan peseta didik yang dikenal secara umum dengan istilah murid atau siswa memegang peranan sangat penting, sebab murid adalah obyek dan sasaran dari pendidikan. Murid diharapkan melalui pendidikan ada transformasi pengetahuan dari guru. Murid dapat diharapkan menjadi generasi penerus perjuangan bangsa untuk mewujudkan tujuan Negara. Pendidikan berlangsung seumur hidup mulai dari sejak lahir sampai mati , oleh sebab itu menimba ilmu atau mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan (Ah-Hadist). Mengapa mencari © copyright www.suripno.com
  • 10. ilmu itu diwajibkan bagi semua orang ? , karena ilmu itu memegang penanan penting bagi manusia, dengan ilmu manusia akan mampu untuk mengembangkan teknologi . Untuk mentranformasi ilmu dari seorang guru ke siswa membutuhkan perhatian yang sangat serius dari berbagai pihak. Pendidikan itu sendiri menjadi tanggung jawab Pemerintah, orang tua dan masyarakat. Pemerintah tidak akan mempu mewujudkan tujuan nasional di bidang pendidikan , apabila tidak mendapatkan dukungan dari orang tua maupun masyarakat. Pentingnya pendidikan menyebabkan pemerintah selalu berusaha untuk memperhatikan bidang pendidikan , agar tujuan nasional dapat tercapai. Adapun tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat adalah ; “ Kemudian dari pada itu , untuk membentuk suatu Pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum , mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan sosial , maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa , Kemanusian yang adil dan beradab , Persatuan Indonesia , dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” © copyright www.suripno.com
  • 11. Sesuai dengan tujuan nasional tersebut, yang berkaitan dengan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdasakan berarti suatu usaha untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas atau pandai dalam berbagai bidang . Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut berbagai cara dilakukan oleh pemerintah, mulai dari perbaikan perangkat kurikulum , menyiapkan tenaga pendidik yang tarmpil , penambahan biaya pendidikan sampai pada perbaikan sarana dan prasarana. Berdasarkan penelitian para ahli hasil pendidikan di negara kita masih jauh dari harapan dan sangat memprihatinkan . Komunikasi antara guru dan murid memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran Matematika . Berbagai upaya dapat dilakukan oleh guru selaku pemegang kekuasaan dalam kelas untuk merangsang keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang hidup akan dapat membantu keberhasilan guru dalam menyampaikan pengajaran. Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran akan membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional Indonesia yang sekaligus mendorong terwujudnya tujuan nasional , seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Pendidikan Matematika di tana air saat ini sedang mngalami perubahan paradigma. Terdapat kesadaran yang kuat, terutama ditingkat pengambil kebijakan, untuk memperbaharui pendidikan matematika. Tujuannya adalah agar pembelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa dan dapat memberikan hasil kompetensi yang memadai baik untuk stuadi lanjut maupun untuk memasuki dunia kerja. © copyright www.suripno.com
  • 12. b. Pembelajaran Matematika di sekolah Beberapa hal yang menjadi ciri praktik pendidikan di Indonesia selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan metode ceramah atau ekspositori sementara para siswa mencatatnya pada buku catatan. Dalam proses pembelajaran yang demikian, guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu menginagt banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalu tidak menjelaskan materi pelajaran kepada siswa ( Zamroni, 2000: 23). Selanjutnya Zamroni (2000) menjelaskan lebih lanjut guru yang baik adalah guru yang mmenguasai bahan, dan selama proses belajar mengajar mampu menyampaikan materi tanpa melihat buku pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang selama 2 kali 45 menit dapat menguasai kelas dan berceramah dengan suara yang lantang. Mata pelajaran sesuai dengan GBPP atau apa yang telah tertulis di dalam buku paket. Praktik pendidikan yang selama ini berlangsung di sekolah ternyata sangat jauh dari hakikat pendidikan yang sesungguhnya, yaitu pendidikan yang menjadikan siswa sebagai manusia yang memiliki kemampuan belajar untuk mengembangkan potensi dirinya dan mengembangkan pengetahuan lebih lanjut untuk kepentingan dirinya sendiri. Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk © copyright www.suripno.com
  • 13. belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tak terbatas pada yang disampaikan guru (Zamroni, 2000:25). Guru harus mengubah perannya, tidak lagi sebagai pemegang otoritas terrtinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi fasiltator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh dirinya sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif dalam belajarr, aktif berdidkusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni, 2000:26). Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi dari orang yang mengenal susatu. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses assilmilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Sesorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus menerus (Suparno, 1997:12). Seringkali diungkapkan bahwa menurut paradigma baru pendidikan peran guru harus diubah, yaitu tidak sekedar menyapaikan materi pelajaran kepada siswanya, tetapi harus mampu menjadi mediator dan fasilitator. Fungsi mediator dan fasilitator sebagaimana disebutkan oleh Suparno (1997:13) dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut: © copyright www.suripno.com
  • 14. 1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancanagan, proses, dan penelitian. Karena itu memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru. 2. Menyediakan atau memberi kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif, menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus menyemanagati siswa, buru perlu menyediakan pengalaman konflik. 3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak, guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan, guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa c. Keberanian siswa mengemukakan pendapat Keberhasilan Proses kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan dua faktor yaitu guru dan murid . Betapa pandainya seorang guru dan lincahnya seorang guru dalam mengajar , akan tetapi dihadapkan dengan murid yang kurang bereaksi ketika mengikuti proses pembelajaran , maka kegiatan pembelajaran itu tidak akan berhasil. Demikian sebaliknya betapapun pandaianya dan sikap aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran akan tetapi tidak diimbangan kelincahan guru dalam memilih metode atau setartegi pembelajaran juga akan berakibat kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil. Penyampaian materi pelajaran Matematika sangat membutuhkan © copyright www.suripno.com
  • 15. interaksi antara guru dan murid. Interaksi itu akan terjadi manakala guru dan murid sama - sama ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran . Guru harus mampu membangkitkan siswa untuk berani mengeukakan pendapatnya dan murid harus selalu berusaha untuk bertanya maupun menjawab tanpa diserta rasa takut. Siswa yang aktif dalam proses pembalajaran Matematika akan dapat membantu tercapainya tujuan pengajaran tersebut. Siswa yang diam akan menimbulkan multi tafsir dari guru seperti ; 1) diam bisa diartikan siswa sudah memahami dan menguasai apa yang disampaiakan guru dalam proses pembelajaran 2) diam bisa diartikan siswa belum jelas dan belum memahami apa yang disampaikan guru dalam proses pmbelajran Berkaitan dengan sikap diamnya siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dan siswa sudah dapat menerima materi pelajaran yang disampaikan guru maka hal tersebut tidaklah menjadi masalah . Sikap diam siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di mana sisa belum memahami apa yang disampaikan guru ini akan berakibat fatal. Siswa yang diam ketika menerima penjelasan yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran mungkin disebabkan karena adanya dua faktor yaitu : 1) faktor dari guru itu sendiri - guru yang menampakkan wajah yang seram - guru tidak memberikan peluang kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya © copyright www.suripno.com
  • 16. - guru kurang tepat dalam memilih setrategi pembelajaran ketika menyampaiakn meteri pelajaran - penyampaiam guru yang kurang menarik - guru kehabisan waktu 2) faktor dari siswa itu sendiri - siswa kurang terbiasa bersosialisasi dengan temannya dan tidak bisa belajar secara berkelompok - siswa merasa takut untuk mengemukakan pendapatnya - siswa merasa kurang pede dengan jawaban yang akan dikemukakan - sikap masa bodoh siswa terhadap proses pembelajaran - siswa kurang tertarik dengan proses pembelajaran yang disampaikan guru. Selanjutnya ditegaskan oleh Herman Hudoyo (1988:103), apabila seorang guru ingin memberikan tugas kelompok, ia harus mempertimbangkan soal-soal yang harus diseselaikan secara bersama di dalam kelompok itu, harus dapat dipahami dan dapat dikerjakan oleh setiap anggota kelompok itu sehingga setiap anggota kelompok dapat memberikan urunan pendapat yang konstruktif, karena itu sebaiknya kemampuan matematika dari setiap kelompok itu homogen. 2. Proses pembelajaran dengan model STAD a. Proses pembelajaran Ragam model pembelajaran Cooperative Learening karya Robert R. Slavin (cooverative learning-theory, 1995) yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Prof. Dr. Muhamad Nur (1999) menjelaskan bermacam-macam jenisnya © copyright www.suripno.com
  • 17. seperti Student Teams Achivement Division ( STAD), Teams Games Tournament (TGT), Team Assisted Individualizion (TAI), Jigsaw, Jigsaw II, Cooperatve Integrated and Composition (CIRC). Lebih lanjut Muhamad Nur (1999) menjelaskan Student Teams Achivement Division ( STAD), dapat diterjemahkan sebagai model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tangung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Inti kegiatan dalam STAD adalam tim/ kelompok sebagai berikut : (1) mengajar: guru mempresentasikan materi pembelajaran, (2) belajar dalam tim: siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/ kelompok mereka dengan dipandu oleh LKS, untuk menuntaskan materi pelajaran, (3) pemberian kuis: siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak boleh bekerja sama, (4) penghargaan: pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan tim/ kelompok yangmemperoleh skor tertinggi dalam kuis. Lebih jauh Muhamad Nur (1999) menjelaskan dalam STAD, adalah persiapan guru sebelum memulai menggunakan model pembelajaran, seperti : 1. Nilai rata-rata harian dari siswa. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk kelompok siswa yang heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok. 2. Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen tanpa membedakan kecerdasan, suku/ bangsa, maupun agama. Jadi dalam setiap kelompok sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kolompok terdiri atas 4 atau 5 siswa. © copyright www.suripno.com
  • 18. 3. Guru mempersiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS itu untuk belajar dan bukan sekedar diisi dan dikumpulkan. 4. Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek oleh siswa sendiri). Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk pada akhirnya diberi kunci jawaban LKS. 5. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh siswa. Kuis berbeda dengan ulangan harian. Waktu kuis berkisar antara 10 sampai 15 menit saja. 6. Membuat tes/ ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar yang diharapkan. Salah satu kompetensi guru menurut Direktorat Kependdikan (Detendik) adalah pengelolaan pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut guru dituntut harus merancang dan mengelola kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, interaktif dan menyenangkan. Keterbatasan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran merupakan salah satu faktor penyebab siswa tidak mampu mencapai kompetensi secara optimal.. Peran guru yang selama ini sebagai knowledge tarnsformator telah bergeser menjadi knowledge facilitator. Konsekuwensi dari perubahan paradikma tersenut guru perlu memperkaya pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya terutama teori - teori belajar dan model - model pembelajaran. Setrategi belajar secara berkelompok ( cooperative Learning ) telah menjadi salah satu pilihan para guru dalam mengelola pembelajaran . Namun dalam penerapannya , proses pembelajaran di kelas kurang efektif karena pengarahan guru kurang jelas dan memadai, keterbatasan sumber dan bahan belajar , kesiapan siswa serta pengaturan kelas . Setrategi pembelajaran yang © copyright www.suripno.com
  • 19. cocok adalah setrategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berani mengemukakan pendapat pada saat terjadi proses pembelajaran ( Slamet Santoso : 2005:2). Model - model pembelajaran Cooperative Learning banyak ragamnya dan sangat menarik perhatian bagi para guru , karena model ini memiliki banyak kelebihan dibanding dengan model - model pembelajaran yang telah dikenal selama ini . Di antara model-model tersebut ada yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan meningkatkan prestasi siswa melalui belajar secara kelompok. Salah satu model pembelajaran Cooperative Learning itu di antaranya adalah teams-achievement divisions (STAD) . Model pembelajaran ini digunakan untuk meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat bagi siswa dalam proses pembelajaran dalam sebuah kelompok kecil, sehingga muncul kebranian sedikit demi sedikit, yang pada akhirnya akan tumbuh semangat percaya diri yang tinggi. . Model pembelajaran STAD sangat tepat apabila digunakan untuk penyampaian materi pelajaran dengan diskusi. Digunakan pula untuk mengajarkan keterampilan sosial , karena dengan model ini di samping membantu siswa untuk kebersamaan, kekeluargaan dan berani mengemukakan pendapat , juga untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan . b. Model pembelajaran STAD Model-model dan setrategi pembelajaran pada saat itu telah berkembang dengan pesat. Model-model pembelajaran itu di antaranya yang sudah disebutkan di atas adalah model STAD yang dikenal dengan model yang dapat membantu guru untuk membangkitkan siswa mau dan berani © copyright www.suripno.com
  • 20. mengemukakan pendapat dalam kelompoknya. Model pembelajaran dengan pendekatan STAD merupakan struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sekali dalam proses pembelajaran . Jadi model pembelajaran STAD juga untuk membatasi siswa yang sering mendominasi pembicaraan , sehingga tidak memberi kesempatan pada kawan yang lain. Apabila guru menggunakan model ini maka siswa yang tadinya kurang bersemangat untuk mengemukakan pendapat akan termotivasi untuk berani mengemukakan pendapat yang pada akhirnya akan dapat membantu tercapai tujuan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) oleh guru dalam proses pembelajaran Matematika dilakukan dengan perencanaan dan langkah - langkah sebagai berikut : 1) Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing. 2) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok anggota dapat saling tatap muka. 3) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set. 4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut. © copyright www.suripno.com
  • 21. 5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang tidak bisa tadi. 6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri. 7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru. 8) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok. 9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional. 10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru. 11) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan. 12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis. 13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim. 14) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. © copyright www.suripno.com
  • 22. 15) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali ketempat duduknya masing-masing. 16) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan. Langkah - langkah model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) tersebut harus dilakukan dengan perencanaan yang matang . Penggunaan strategi STAD yang tidak matang akan berakibat pada pelaksanaan yang kurang terarah yang pada akhirnya tujuan tidak akan tercapai. Perencanaan yang matang akan dapat membantu suksesnya penggunaan model pembelajaran STAD tersebut , karena nantinya akan memperlancar dalam pelaksanaan tindakan . Guru pengampu mata pelajaran Matematika harus mampu mempersiapkan langkah - langkah tersebut . Langkah – langkah penalaksanaan tindakan tidak lepas dari perencanaan , oleh sebab itu penentuan rencana tindakan perlu diperhatikan terutama yang berkaitan dengan waktu dan kondisi kelas. Waktu yang sempit akan mengurangi berhasilan strategi tersebut untuk mencapai kesuksesan program pembelajaran. Guru perlu menyadari bahaw peserta didik adalah manusia yang sukar diduga tindakannya karena sangat komplek kepribadiannya. Karena itu tidak dapat dibenarkan bila menyampaikan materi matematika kepada peserta didik dengan satu macam metode ata model saja yang alasannya hanya mendasarkan kepada pengalaman sendiri, uaitu berhasil memahami materi matematika tersebut dengan metode atau model yang digunakan itu atau ia berhasil mengajar dengan menggunakan model yang ia pergunakan ketika menghadapi kelompom peserta didik tretentu. Guru seyogyanya mengasumsikan tenutang kemampuan peserta didik yang berbeda satu sama lain dan © copyright www.suripno.com
  • 23. akan berbeda pula bagaimana mereka itu belajar matemattika (Herman Hudoyo, 1988: 122). Belajar kooperatif yang dilakukan sekelompok kecil siswa ini tidak sekedar belajar bersama (kolaboratif), tapi konsep/prinsip yang dipelajari itu menjadi tanggung jawab bersama sekaligus menjadi tanggung jawab individu ( Herman Hudoyo, 2005:28). Jadi pencapaian hasil belajar itu dimiliki baik oleh kelompok maupun individu. Dengan demikian antara siswa harus saling membantu, yang pandai harus membantu si lemah sehingga si lemah menjadi memahami bahan yang dipelajari tersebut. Antara siswa saling bertanya, mendiskusikan idea, belajar mendenganrkan orang lain, melakukan kritik membangun, menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. Usaha menginvestigasi, menemukan atau menyelesaikan masalah sangat cocok digunakan dalam bentuk diskusi senis belajar kelompok tersebut. Apabila belajar secara kelompok ini dilaksanakan akan melibatkan anak secara emosional dan sesial selama pelajaran berlangsung sehingga dapat membuat matematika menjadi lebih menarik dan anak mau belajar. © copyright www.suripno.com
  • 24. B. Kerangka Berfikir Guru : Siswa : KONDISI Belum menggunakan Presatasi AWAL Belajar siswa Model pembelajaran belum baik STAD SIKLUS I Waktu 80 menit MENGGUNAKAN TINDAKAN MODEL STAD SIKLUS II Waktu 80 menit KONDISI PRESTASI BELAJAR SISWA MENINGKAT AKHIR © copyright www.suripno.com
  • 25. C. Hipotisis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dirumuskan di atas maka peneliti dapat membuat kesimpulan sementara yang lazim disebut hipotesis. Adapun hipotetsis dalam penelitian ini dapat peneliti rumuskan sebagai berikut “ Melalui model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester Kedua tahun pelajaran 2008/2009 “ © copyright www.suripno.com
  • 26. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Peneliian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester kedua tahun pelajaran 2008/2009 , mengapa kami mengambil waktu itu ? karena dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Semester kedua merupakan waktu yang tepat untuk mengadakan penelitian guna menentukan proses pembelajaran pada jenjang kelas berikutnya b. Waktunya yang tepat untuk mengembangkan inovasi pembelajaran seperti melakukan Model pembelajaran STAD . Pembagian waktu untuk pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut ; bulan pertama menyusun perencanaan untuk penelitian , bulan kedua untuk menyusun instrumen penelitian, bulan ketiga untuk melakukan tindakan atau untuk pengumpulan data , bulan keempat untuk melakukan analisis data , bulan kelima untuk melakukan pembahasan dan diskusi hasil analisis silus I dan siklus II , sedangkan bulan keenam untuk penulisan laporan hasil penelitian. Pembagian waktu penelitian seperti tersebut diatas lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini ; © copyright www.suripno.com
  • 27. Tabel 1. Alokasi Waktu Penelitian Bulan No Uraian Kegiatan I II III IV V VI 1 Menyusun perencanaan penelitian 2 Menyusun instrument penelitian 3 Malakukan tindakan / pengumpulan data 4 Analisia data Pembahasan dan diskusi 5 hasil analisa siklus I dan II 6 Penulisan laporan hasil penelitian 3. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dilakukan di SMP Negeri 1 Bumiayu , kelas VII D , yang terletak di desa Kalierang , Kecamatan Bumiayu , Kabupaten Brebes. Tempat ini kami pilih karena peneliti mengajar di SMP Negeri 1 Bumiayu dan pada tahun pelajaran 2008/2009 mengajar di kelas VII D , sehingga sangat tepat dan relevan untuk mengadakan penelitian. © copyright www.suripno.com
  • 28. B. Subyek Penelitian Sejalan dengan hipotesis yang akan diuji , Penelitian Tindakan Kelas tidak menggunakan populasi dan sampel karena siswa itu sendiri merupakan populasi dan obyek penelitian . Jadi yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu yang berjumlah 36 anak. G. Sumber Data Sumber data sangatlah penting dalam suatu penelitian, adapun yang dimaksud dengan sumber data adalah asal mula data yang diperoleh untuk mengumpulkan kelengkapan penelitian. Sumber data ada dua macam yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber data yang didapat secara langsung dari subyek penelitian , adapun sumber data sekunder adalah sumber dara yang diperoleh secara tidak langsung dari subyeknya. Penelitian ini menggunakan sumber data premer yaitu langsung dari subyeknya yaitu siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu. H. Tehnik dan Alat Pengumpul Data Tehnik dan alat pengumpul data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut ; 1. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ada beberapa macam antara lain tes dan non tes. Tehnik pengumpulan data tes bisa berbentuk tertulis dan bisa berbentuk tidak tertulis ( lesan ). Sedangkan tehnik pengumpulan data non tes bisa berbentuk wawancara, observasi dan skala. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data bentuk © copyright www.suripno.com
  • 29. observasi yaitu mengamati subyek penelitian dalam suatu pembelajaran mata pelajaran Matematika yang berkaitan dengan kepercayaan diri siswa dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok belajar. 2. Alat pengumpulan data Berdasarkan tehnik pengumpulan data seperti tersebut di atas , maka alat pengumpulan data yang digunakan dan yang sesuai dengan jenis penelitian ini adalah berbentuk lembar pengamatan. I. Validasi Data Mengingat penelitian ini merupakan penelitian proses pembelajaran dan termasuk bentuk penelitian kwalitatif bukan kwantitatif maka data dibutuhkan tidak dalam bentuk angka . Sehubungan penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data dengan observasi serta alat pengumpulan data dengan lembar pengamatan , maka untuk mengukur validitas datanya melalui triangulasi sumber yaitu dengan sumber siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu yang berjumlah 36 arang siswa. J. Indikator Kinerja Berdasarkan latar belakang masalah seperti tersebut di atas bahwa harapan akhir dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dan bertitik tolak dari kondisi awal bahwa sebagian besar siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu , maka dengan penelitian ini diharapkan adanya peningkatan frekuensi siswa yang dapat menyelesaikan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam KKM adalah 6 orang, kemudian 24 anak pada sikulus pertama dan pada siklus terakhir dapat menyelesaikan seluruh siswa dalam kelas VII D yang berjumlah 36 siswa. © copyright www.suripno.com
  • 30. K. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 ( dua ) siklus dengan prosedur penelitian senagai nerikut : 1. Metode penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) 2. Langkah-langkah : a. Seklus I ( pertama ) 1) Plaining / perencanaan - mengkondikan kelas - menyiapkan materi pembelajaran - menyiapkan instrument penilaian - menyiapkan instrumen lembar pengamatan 2) Acting / pelaksanaan a) Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing. b) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dalam empat (4) kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok anggota dapat saling tatap muka. c) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set. © copyright www.suripno.com
  • 31. d) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut. e) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang tidak bias tadi. f) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri. g) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru. h) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok. i) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional. j) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru. k) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan. l) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis. © copyright www.suripno.com
  • 32. m) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim. n) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. o) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali ketempat duduknya masing-masing. p) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan. 3) Observing / pengamatan - melakukan pengamatan dengan memakai format observasi - menilai hasil tindakan dengan menggunakan format pengamatan 4) Reflecting / umpan balik - melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindaan - melakukan diskusi untuk membahas hasil evaluasi tindakan - memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi , untuk digunakan sebagai pedoman pada siklus berikutnya - evaluasi tindakan I © copyright www.suripno.com
  • 33. b. Seklus II ( kedua ) 1) Plaining / perencanaan - identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah - mengkondisikan kelas - pengembangan program tindakan I 2) Acting / pelaksanaan a) Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing. b) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dalam sembilan (9) kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok anggota dapat saling tatap muka. c) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set. d) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut. e) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, tem,an satu tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang tidak bias tadi. f) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri. © copyright www.suripno.com
  • 34. g) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru. h) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok. i) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional. j) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru. k) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan. l) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis. m) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim. n) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. o) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali ketempat duduknya masing-masing. p) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan. © copyright www.suripno.com
  • 35. 3) Observing / pengamatan - melakukan pengamatan dengan memakai format observasi - menilai hasil tindakan dengan menggunakan format pengamatan 4) Reflecting / umpan balik - melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindaan - melakukan diskusi untuk membahas hasil tindakan II - evaluasi tindakan II untuk dibandingkan dengan kondisi awal dan hasil tindakan pertama © copyright www.suripno.com
  • 36. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal Pemiliham strategi pembelajaran yang cocok akan dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran, terutama sekali mata pelajaran Matematika yang banyak membutuhkan tanggapan dan masukkan dari siswa. Mata Pelajaran Matematika dalam penyampaiannya oleh guru banyak menggunakan diskusi, karena termasuk mata pelajaran yang dinamis dalam arti selalu menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Jadi mata pelajaran Matematika diharapkan tidak monoton apabila disajikan seperti mata pelajaran sosial. Siswa diharapkan beriterakasi dalam kelompok kecilnya dan saling bertukar pendapat, saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dewasa ini banyak siswa kurang berhasil dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran Matematika. Siswa yang prestasi belajarnya rendah serta selalu diam di dalam kelas ketika terjadi proses pembelajaran baik ketika mendengarkan keterangan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran maupun di dalam diskusi, akan menimbulkan tanda tanya. Siswa yang selalu diam itu bisa menimbulkan multi tafsir dari guru , mungkin siswa diam karena sudah menguasai konsep yang disampaikan guru , mungkin siswa diam karena belum mengetahui konsep yang disampaikan guru, mungkin siswa diam karena tidak berani mengemukakan pendapat. Apabila siswa dapat membiasakan mengemukakan pendapat dan mempunyai keberanian untuk angkat bicara dalam proses prmbelajaran , akan dapat membantu guru dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. Guru sangat berperan dalam usaha membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan hasil belajarnya. Jadi siswa yang kurang prestasi belajar matematika berangkali disebabkan oleh guru yang belum menemukan setrategi pembelajaran yang cocok . Berbagai macam model pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru untuk mengekfektifkan proses pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang cocok oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran yang berkaitan dengan upaya peningkatan keberanian mengemukakan pendapat dan membentuk kelompok kecil belum banyak dilakukan . © copyright www.suripno.com
  • 37. Sehubungan dengan pemilihan setrategi pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa berani mengemukakan pendapat yaitu dengan model STAD . Guna membuktikan keakuratan setrategi tersebut , pada kesempatan ini peneliti mencoba untuk menggunakan strategi pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran Matematika. Peneliti mencoba penggunaan model STAD pada Kompetensi Dasar Memahami pengertian dan notasi himpunan serta penyajiannya melalui penggunaan model pembelajaran STAD diharapkan guru yang tadinya belum mendapat respon dari siswa dan hasil belajarnya masih rendah , maka setelah dilakukan tindakan prestasi siwa menjadi lebih baik. Demikian halnya siswa , yang tadinya prestasi belajarnya masih rendah pada Kompetensi Dasar ini, maka dengan adanya tindakan ini prestasi belajar pendidikan Matematika secara umum juga semakin meningkat. Gambar 1 Peneliti sedang mengadakan pembelajaran sebelum tindakan Penggunaan model pembelajaran STAD merupakan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti berusaha untuk membuktikan model pembelajaran tersebut dengan mengadakan Penelitan Tindakan Kelas terhadap 36 siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester dua , tahun pelajaran 2008/2009. Sebelum peneliti menggunakan model pembelajaran STAD, hasil belajar siswa yang telah selesai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) nya baru ada 6 siswa saja dari sejumlah 36 anak kelas VII D pada waktu terjadi proses pembelajaran dengan waktu 80 menit (2 jam pelajaran). © copyright www.suripno.com
  • 38. Jumlah 6 siswa yang selesai KKM tersebut terdiri dari 3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki . Sebagai gambaran tentang hasil belajar siswa tampak lebih jelas peneliti kemukakan dalam tebel 3 di bawah ini ; Tabel . 3 Kondisi Awal No Jumlah siswa KKM Terlampui KKM Belum Terlampui 1 L P J L P L P 16 20 36 3 3 13 17 Berdasarkan tabel di atas , kalau diprosentasi siswa yang berhasil mencapai KKM hanya 16,67 % yakni 6 orang siswa dari 36 orang jumlah siswa kelas VII D. Dengan demikian siswa yang belum berhasil atau belum terlampui KKM nya sejumlah 30 orang siswa atau 83,33 %. Banyaknya siswa yang belum terlampui dalam KKM tersebut , kemungkinan adanya beberapa faktor seperti yang telah peneliti uraikan di atas. Jumlah siswa yang terlampui KKM yang hanya 16,67 % tersebut sangatlah memprihatinkan dalam suatu proses pembelajaran , terlebih lagi mata pelajaran Matematika. Kondisi seperti ini jika dibiarkan berlajnut, dikhawatirkan akan semakin merosot prestasi belajar matematika pada kelas ini. Apabila dibandingkan antara jumlah anak yang terlampui KKM dengan yang belum terlampui KKM nya akan tampak dalam gambar diagram batang di bawah ini : © copyright www.suripno.com
  • 39. 100 80 60 40 20 0 1 2 Gambar 1 . Diagram Batang Prosentase Perbandingan Siswa yang Terlampui KKM Keterangan : 1 = siswa yang Terlampaui KKM 16,67 % 2 = siswa yang belum Terlampaui KKM 83,33 % Keadaan tersebut sangat memprihatinkan dan perlu adanya model pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. B. Deskripsi Hasil Siklus I Berdasarkan kenyataan pada deskripsi kondisi awal seperti tersebut di atas dimana sebagian besar siswa belum terlampui KKM nya. Siswa yang belum terlampui KKM diantaranya diakibatkan oleh faktor guru itu sendiri . Faktor guru itu terutama sekali adalah karena guru belum menemukan setertegi pembelajaran yang cocok. © copyright www.suripno.com
  • 40. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan ( Detendik ) salah satu kompetensi guru adalah pengelolaan pembelajaran . Sehubungan dengan hal tersebur guru dituntut untuk mampu merancanag dan mengelola kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, interaktif dan menyenangkan. Keterbatasan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran merupakan salah satu faktor penyebab siswa tidak mampu mencapai kompetensi secara optimal. Gambar 2 Peneliti sedang mengadakan pembelajaran padan Tindakan Pertama Paradigma guru sebagai knowledge transfarmator telah bergeser menjadi knowledge facilitator . Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut guru harus mampu untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya, terutama teori - teori belajar dan model - model pembelajaran. Model pembelajaran yang juga disebut dengan istilah setrategi pembelajaran telah berkembang dengan pesat untuk menjawab tantangan dan mengantisipasi tuntutan perkembangan sosial , ekonomi dan teknologi informasi yang telah mengglobal. Setrategi pembelajaran secara © copyright www.suripno.com
  • 41. berkelompok ( cooperative Learning ) telah menjadi salah satu pilihan para guru dalam mengelola pembelajaran . Namun dalam penerapannya , proses pembelajaran di kelas kurang efektif karena pengarahan guru kurang jelas dan memadai, keterbatasan sumber dan bahan belajar , kesiapan siswa serta pengaturan kelas . Setrategi pembelajaran yang cocok adalah setrategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berani mengemukakan pendapat pada saat terjadi proses pembelajaran . Strategi pembelajaran tersebut banyak ragamnya , guru tinggal memilih mana yang paling cocok dan ekektif serta efisien ( Slamet Santoso : 2005:2). Model - model pembelajaran Cooperative Learning banyak ragamnya dan sangat menarik perhatian bagi para guru , karena model ini memiliki banyak kelebihan dibanding dengan model-model pembelajaran yang telah dikenal selama ini. Di antara model-model tersebut ada yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan keberanian siswa mengemukakan pendapat. Pada kesempatan ini peneliti mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran Cooperative Learning yang disebut STAD . Model pembelajaran ini digunakan untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Model atau setrategi pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) sangat tepat apabila digunakan untuk penyampain materi pelajaran dengan diskusi dalam kelompok kecil. Digunakan pula untuk mengajarkan keterampilan sosial karena dengan model ini di samping membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar, juga untuk meningkatkan rasa kerjasama dan jiwa sosial seluruh anggota diskusi. Peneliti mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan penerapan model pembelajaran STAD terhadap siswa kelas VII D SMP Negri 1 Bumiayu jumlah 36 orang siswa pada semester kedua tahun pelajaran 2008/2009. Pelaksanaan Penelitian © copyright www.suripno.com
  • 42. Tindakan Kelas sesuai dengan jadwal waktu penelitian telah kami lakukan pada bulan Januari 2009. Penelitian dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua. Siklus pertama dilakukan pada awal bulan Maret 2009 ( minggu pertama) sedangkan siklus kedua dilaksankan pada akhir bulan Maret 2009 ( minggu ketiga ). Penelitian dilakukan dengan penggunaan Model pembelajaran STAD pada mata pelajaran Matematika dengan pelaksanaan sebagai berikut ; Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII D Semester : Kadua Standar Kompetensi : Aljabar: Memahami hubunagan garis dengan garis, garis dengan sudut, suudut dengan sudut serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut. Indikator : 1.1. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling sejajar melalui benda konkrit. 1.2. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling berimpit melalui benda konkrit. 1.3. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling berpotongan melalui benda konkrit © copyright www.suripno.com
  • 43. 1.4. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling bersilangan melalui benda konkrit Metari Pembelajaran : 1. Garis 2. Kedudukan dua garis Model Pembelajaran : Teams-Achievement Divisions (STAD) Langkah-langkah : 1 Perencanaan tindakan a. Apersepsi - kelas dikondisikan untuk pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan model STAD - membagi dalam empat kelompok sesuai aturan STAD - menyiapkan LKS`dan kuncinya - menyiapkan soal untuk tugas rumah - menyiapkan instrument lembar pengamatan - menyiapkan lembar evaluasi b. Inti Belajar di rumah apa yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang, membentuk kelompok, LKS dan kuncinya, tugas rumah, tes formatif © copyright www.suripno.com
  • 44. c. Penutup Sesuai dengan perencanaan bahwa berdasarkan pengamatan atau opservasi maka akan dihasilkan data yang dapat ditarik kesimpulan. Data yang didapat dari hasil pengamatan akan diketahui bahwa prestasi belajar siswa akan meningkat setelah guru menggunakan model pembelajaran STAD. 2. Pelaksanaan tindakan a. Apersepsi - guru menjelaskan tehnik pelaksanaan pembelejaran dengan model STAD agar prestasi belajar siswa meningkat - guru membagi kelompok sesuai dengan aturan STAD - mempersiapkan LKS dan kuncinya - tes formatif dan tugas rumah - waktu pelaksanaan 60 menit b. Inti 1) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing. 2) Di kelas, guru membentuk dalam empat kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok anggota dapat saling tatap muka. 3) Peneliti memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set. © copyright www.suripno.com
  • 45. 4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut. 5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang tidak bias tadi. 6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri. 7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru. 8) Peneliti berkeliling mengawasi kinerja kelompok. 9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional. 10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru. 11) Peneliti bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan. 12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis. © copyright www.suripno.com
  • 46. 13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim. 14) Peneliti memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. 15) Peneliti dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali ketempat duduknya masing-masing. 16) Peneliti dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan. c. Penutup Sesuai dengan perencanaan bahwa berdasarkan pengamatan atau observasi maka akan dihasilkan data yang dapat ditarik kesimpulan. Data yang didapat dari hasil pengamatan akan diketahui bahwa prestasi belajar siswa akan meningkat setelah guru menggunakan model pembelajaran STAD 3. Pengamatan tindakan Berdasarkan hasil pengamatan yaitu selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan model STAD pada seklus pertama dalam waktu 60 menit maka didapat data sebagai berikut ; siswa yang terlampui KKM nya ada sejumlah 24 anak, sedangkan siswa yang belum terlampui KKM nya ada sejumalah 12 anak. Prosentase anak yang terlampui KKM nya 66,67 % , sedangkan anak yang belum berani terlampui KKM nya adalah 33,33 % . Perbandingan prosentase anak yang telah © copyright www.suripno.com
  • 47. terlampui dengan yang belum terlampui pada siklus I ini seperti tampak lebih jelas pada gambar diagram batang di bawah ini : 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 Gambar 2 . Diagram Batang Prosentase Hasil Siklus I Keterangan : 1 = siswa yang Terlampui KKM 66,67 % 2 = siswa yang belum Terlampui KKM 33,33 % Keterangan tersebut dapat diperjelas pada tabel berikut di bawah inii : Tabel 3 Frekuensi siswa yang terlampui KKM setelah Tindakan Pertama No Jumlah siswa KKM Terlampui KKM Belum Terlampui 1 L P J L P L P 16 20 36 11 13 5 7 © copyright www.suripno.com
  • 48. 4. Reflekssi Dibandingkan dengan kondisi awal maka pembelajaran dengan model STAD terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebelum guru menggunakan strategi STAD dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa yang terlampui KKM nya hanya 6 anak saja (16,67 %) dan masih terdapat 30 anak ( 83,33 % ) yang belum terlampui KKM nya. Setelah guru menggunakan strategi STAD dalam proses pembelajaran dengan waktu 60 menit pada siklus pertama ada peniningkatan. Siswa yang terlampui KKM nya ada 24 anak ( 66,67 % ) , sedangkan siswa yang belum terlampui KKM nya ada 25 anak ( 33,33 %) . Perbandingan antara kondisi awal dengan tindakan pada siklus pertama dapat dilihat pada gambar diagram batang di bawah ini . 100 80 60 40 20 0 1 2 Gambar 3 Diagram Batang Perbandingan Kondisi Awal Dengan Tindakan Siklus I 1 Keterangan : = kondisi awal = 16,67 % terlampui = 83,33 % belum terlampui © copyright www.suripno.com
  • 49. 2 = tindakan siklus I = 66,67% terlampui = 33,33 % belum terlampaui Perbandingan antara deskripsi kondisi awal dengan deskripsi hasil tindakan siklus pertama nampak dengan jelas bahwa ada peningkatan yang cukup tajam. Perbadingan tersebut kalau di buat secara kuantitatif antara siswa yang terlampui KKMdketika belum ada tindakan dengan dibandingkan setelah tindakan siklus I dapat digambarkan dalam diagram batang seperti tersebut dalam gambar 4 di bawah ini . 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 Gambar 4 . Diagram Batang Perbandingan kuantitatif Kondisi Awal dengan Siklus I Keterangan : 1 = kondisi awal = 6 siswa yang terlampui KKM 2 = tindakan sikuls I = 24 siswa yang terlampui KKM © copyright www.suripno.com
  • 50. C. Deskripsi Hasil Seklus II Berdasarkan kenyataan pada hasil deskripsi kondisi awal dan hasil deskripsi seklus pertama ternyata siswa yang terlampui KKM nya meningkat setelah guru menggunakan model pembelajaran STAD. Tampak bahwa pada deskripsi kondisi awal siswa yang berani mengemukakan pendapat dalam kelompok hanya 6 anak (16,67 %) , akan tetapi setelah guru menggunakan setrategi pembelajaran STAD jumlah siswa yang terlampui KKM nya meningkat menjadi 24 orang ( 66,67 % ). Masih terdapat 12 anak yang belum terlampui KKM nya. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut peneliti berusaha untuk melanjutkan Penelitian Tindakan Kelas dengan penggunaan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus kedua . Pada siklus yang kedua ini perencanaan dan pelaksanaannya hampir sama , hanya sedikit perbedaan terutama pada pembagian kelompok, indikator dan waktu pelaksanaan. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus kedua ini sesuai dengan jadwal waktu dan telah peneliti lakukan pada bulan keempat yaitu pada akhir bulan April 2009 ( minggu ketiga ) . Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran Matematika dengan perencanaan sebagai berikut ; Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII D Semester : Kadua © copyright www.suripno.com
  • 51. Satandar Kompetensi : Aljabar ; Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut serta menentukan ukurannya Kompetensi Dasar : Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut Indikator : 1.1 Mengenal satuansudut yang sering digunakan 5. Mengubah satuan sudut ke satuan lain 6. Menjumlahkan dan mengurangi satuan sudut Meteri Pembelajaran : 1. Sudut Model Pembelajaran : Dengan pendekatan STAD Langkah-langkah : 1 Perencanaan tindakan a. Apersepsi Kelas dikondisikan untuk pembelajaran dengan model STAD. Berpijak pada hasil tindakan siklus pertama untuk dijadikan dasar pelaksanaan tindakan pada siklus kedua. Materi yang dibahas sama hanya indikatornya yang berbeda . b. Inti Perencanakan untuk melakukan pembelajaran dengan pendekatan strategi pembelajaran STAD guna meningkatkan prestasi belajar siswa dengan alokasi waktu pelaksanaan yang berbeda. Kalau pada siklus pertama waktu yang digunakan adalah 60 menit , maka pada siklus yang kedua ini waktu yang digunakan adalah 80 menit ( 2 © copyright www.suripno.com
  • 52. jam pelajaran ) . Penambahan waktu dimaksudkan untuk memberi kesempatan lebih banyak bagi siswa yang diskusi kelompoknya masih belum optimal agar lebih dalam lagi. Disamping itu pula, ketika pada tindakan pertama anggota kelompok terdiri dari sembilan (9) siswa, tetapi pada tindakan ke dua ini tiap kelompok hanya terdiri dari empat (4) siswa. Gambar Siswa berlatih mengemukakan pendapat dalam kelompok pada tindakan kedua c. Penutup Berdasarkan pengamatan atau observasi pada siklus pertama, bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan stretegi pembelajaran STAD. Akan tetapi masih terdapat 12 siswa yang belum terlampui KKM nya pada siklus pertama. Peneliti mencoba untuk melanjutkan penelitiannya dengan harapan siswa yang belum terlampui KKM nya akan segera menyelesaikannya. Waktu diskusi kelompok yang lebih lama bila dibandingkan dengan tindakan siklus pertama dengan harapan siswa belum terlampui KKM nya dapat menenmukan kompetensinya secara mandiri. © copyright www.suripno.com
  • 53. 2. Pelaksanaan tindakan a. Apersepsi - guru menjelaskan tehnik pelaksanaan pembelejaran dengan model STAD agar prestasi belajar siswa meninkat - guru membagi kelompok dalam sembilan kelompok sesuai dengan aturan STAD - mempersiapkan LKS dan kuncinya - tes formatif dan tugas rumah - waktu pelaksanaan 80 menit b. Inti 1) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing. 2) Di kelas, guru membentuk dalam sembilan kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok anggota dapat saling tatap muka. 3) Peneliti memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set. 4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut. © copyright www.suripno.com
  • 54. 5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, tem,an satu tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang tidak bisa tadi. 6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri. 7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru. 8) Peneliti berkeliling mengawasi kinerja kelompok. 9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional. 10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru. 11) Peneliti bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan. 12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis. 13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim. 14) Peneliti memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. © copyright www.suripno.com
  • 55. 15) Peneliti dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali ketempat duduknya masing-masing. 16) Peneliti dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan. c. Penutup Sesuai dengan perencanaan bahwa berdasarkan pengamatan atau opservasi pada tindakan siklus kedua maka akan dapat dibandingkan dengan deskripsi awal , deskripsi siklus pertama dan diskripsi siklus kedua . Hasil tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan tentang peningkatan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat . 3. Pengamatan Tindakan Pengamatan tindakan ini didasarkan pada hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan model STAD pada seklus kedua dalam waktu 80 menit . Hasil pengamatan selama 2 jam pelajaran , maka diperoleh data sebagai berikut ; siswa yang terlampui KKM nya ada sejumlah 36 anak , sedangkan siswa yang belum terlampui KKM nya tidak ada sama sekali, seperti tampak dalam gambar 5 di bawah ini ; © copyright www.suripno.com
  • 56. 100 80 60 40 20 0 1 2 Gambar 5 Diagram Batang Hasil Tindakan Siklus II 1 Keterangan : = siswa yang belum terlampui KKM = 0 anak 2 = siswa yang telah Terlampui KKM = 36 anak Dilihat dari banyaknya siswa yang terlampui KKM nya ; siswa yang telah terlampui sejumlah 36 siswa , sedangkan siswa tidak terlampui KKM nya sama sekali tidak ada atau 0 anak. Gambaran hasil siklus kedua untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini ; © copyright www.suripno.com
  • 57. Tabel 6 Frekuensi siswa yang terlampui KKM setelah Tindakan kedua No Jumlah siswa KKM Terlampui KKM Belum Terlampui 1 L P J L P L P 16 20 36 16 20 0 0 Dengan model STAD siswa yang terlampui KKM nya pada siklus kedua ini mencapai 100 % atau 36 siswa dari 36 siswa. 7. Reflekssi Dibandingkan dengan hasil deskripsi seklus pertama maka pembelajaran dengan strategi STAD pada siklus kedua , keberhasilan siswa dalam menyelesaikanan KKM nya meningkat sangat tajam, dari 24 siswa yang terlampui pada siklus pertama menjadi 36 siswa setelah tindakan kedua. Atau dari 66,67 % menjadi 100 %. Perbandingan siswa yang telah terlampui KKM pada siklus pertama dan siklus kedua dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini © copyright www.suripno.com
  • 58. 100 80 60 40 20 0 1 2 Diagram 5 . Perbandingan Hasil Deskripsi Siklus I dengan Siklus II 1 Keterangan : = = Hasil deskripsi siklus pertama = 66,67 % 2 = Hasil eskripsi siklus kedua = 100 % D. Pembahasan Tiap siklus dan Antar Siklus 1. Penggunaan strategi pembelajaran STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Proses pembelajaran materi pelajaran Matematika sangat membutuhkan seorang guru yang inovatif dan kreatif. Banyak terjadi di sekolah - sekolah manapun © copyright www.suripno.com
  • 59. bahwa pelajaran Matematika kurang banyak peminatnya. Guna mengatasi sikap anak yang kurang berminat tersebut guru dapat menggunakan setrategi pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran materi pelajaran Matematika. Model pembelajaran STAD ini di samping akan dapat mengatasi siswa yang kurang berhasil prestasi belajar matematikanya juga untuk membatasi siswa yang sering mendominasi pembicaraan. Siswa yang sering mendominasi menyampaikan pendapat itu juga akan menimbulkan masalah. Masalah dari siswa yang suka mendominasi pembicaraan tersebut akan berdampak pada siswa yang lain . Dampak tersebut di antaranya adalah siswa yang lain akan enggan untuk mengemukakan pendapat karena merasa minder dan mungkin waktu sudah habis karena dihabiskan oleh kawan yang suka mendomonasi pembicaraan . Tindakan pembelajaran dengan model STAD yang peneliti lakukan dengan dua siklus seperti tampak pada tabel di bawah ini; Tabel 9 Tindakan siklus pertama dan siklus kedua Tindakan Siklus I Siklus II 1)Peneliti meminta siswa untuk 1)Peneliti meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing. masing-masing. 2)Di kelas, guru membentuk 2)Di kelas, guru membentuk kelompok belajar dalam empat kelompok belajar dalam sembilan © copyright www.suripno.com
  • 60. kelompok yang heterogen dan yang heterogen dan mengatur tempat mengatur tempat duduk siswa agar duduk siswa agar setiap kelompok setiap kelompok anggota dapat saling anggota dapat saling tatap muka. tatap muka. 3)Peneliti memberikan LKS, setiap 3)Peneliti memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set. kelompok diberi dua set. 4)Menganjurkan dalam setiap siswa 4)Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara berpasangan dua-dua atau LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling mengecek tiga-tiga. Kemudian saling mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut. pasangan tersebut. 5)Bila ada siswa yang tidak dapat 5)Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu mengerjakan LKS, teman satu tim/kelompok bertanggungjawab tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang untuk menjelaskan kepada teman yang tidak bisa tadi. tidak bisa tadi. 6)Memberikan kunci LKS agar siswa 6)Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri. dapat mengecek pekerjaan sendiri. 7)Apabila ada pertanyaan siswa, 7)Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan © copyright www.suripno.com
  • 61. pertanyaan itu kepada teman satu mintalah mereka mengajukan kelompoknya sebelum mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu kepada guru. kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru. 8)Peneliti berkeliling mengawasi kinerja kelompok. 8)Peneliti berkeliling mengawasi kinerja kelompok. 9)Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau 9)Ketua kelompok, melaporkan melapor kepada guru tentang keberhasilan kelompoknya atau hambatan yang dialami anggota melapor kepada guru tentang kelompoknya dalam mengisi LKS. hambatan yang dialami anggota Jika diperlukan, guru dapat kelompoknya dalam mengisi LKS. memberikan bantuan kepada Jika diperlukan, guru dapat kelompok secara proporsional. memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional. 10)Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota 10)Ketua kelompok harus dapat telah memahami, dan dapat menetapkan bahwa setiap anggota mengerjakan LKS yang diberikan telah memahami, dan dapat guru. mengerjakan LKS yang diberikan guru. 11)Peneliti bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan. 11)Peneliti bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan. 12)Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada 12)Setelah selesai mengerjakan LKS © copyright www.suripno.com
  • 62. seluruh siswa. Para siswa tidak boleh secara tuntas, berikan kuis kepada bekerjasama dalam mengerjakan kuis. seluruh siswa. Para siswa tidak boleh Setelah selesai, langsung dikoreksi bekerjasama dalam mengerjakan kuis. untuk melihat hasil kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis. 13)Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang 13)Berikan penghargaan kepada yang memperoleh skor tertinggi, berilah benar, dan kelompok yang pengakuan/pujian kepada prestasi tim. memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim. 14)Peneliti memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa 14)Peneliti memberikan tugas/PR tentang pokok bahasan yang sedang secara individual kepada para siswa dipelajari. tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. 15)Peneliti dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para 15)Peneliti dapat membubarkan siswa kembali ketempat duduknya kelompok yang dibentuk dan para masing-masing. siswa kembali ketempat duduknya masing-masing. 16)Peneliti dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan 16)Peneliti dapat memberikan tes TPK/kompetensi yang ditentukan. formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan. 17) Waktu 60 menit 17) Waktu 80 menit © copyright www.suripno.com
  • 63. 2. Hasil Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan tindakan maka penggunaan setrategi pembelajaran STAD pada siklus pertama menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan tersebut tampak lebih jelas bila dibandingkan dengan kondisi awal. Hasil pengamatan tindakan siklus kedua juga menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa apabila dibandingkan dengan siklus pertama. Jadi tindakan siklus pertama maupun siklus kedua menunjukkan adanya peningkatan yang cukup tajam. 3. Hasil refleksi Deskripsi kondisi awal yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum terlampui KKM nya ( 83,33 % ). Pada kondisi awal anak yang terlampui KKM ny 6 siswa ( 16,67 % ) sedangkan yang belum terlampui KKM nya ada 30 siswa . Setelah guru menggunakan pendekatan setrategi pembelajaran STAD pada siklus pertama dengan waktu 60 menit menunjukkan adanya peningkatan . Peningkatan pada siklus pertama bila dibandingkan dengan kondisi awal dari 6 anak ( 16,67 % ) yang telah terlampui KKM nya menjadi 24 anak. Peningkatan pada siklus pertama itu sebesar 24 anak ( 66,67 % ) . Jadi pada deskripsi siklus pertama ini siswa yang telah terlampui KKM nya ada 24 siswa dari 36 siswa. Tindakan pada siklus kedua juga menunjukkan adanya peningkatan dari jumlah siswa yang telah terlampui KKM nya setelah guru menggunakan model pembelajaran STAD. Pada siklus kedua ini tindakan dilaksanakan dengan waktu 80 mmenit. Berdasarkan pengamatan pada tindakan siklus kedua jumlah siswa yang telah terlampui KKM nya ada sejumlah 36 anak. Jadi ada peningkatan sejumlah 24 orang anak yang © copyright www.suripno.com
  • 64. pada siklus pertama belum terlampui KKM nya. Dibandingkan dengan deskripsi kondisi awal , maka deskripsi hasil tindakan siklus pertama dan deskripsi hasil tindakan siklus kedua akan tampak lebih jelas dalam tabel di bawah ini ; Tabel 10 Perbandingan Deskripsi Kondisi Awal , Siklus I dan siklus II Kondisi siswa Deskripsi Terlampui KKM Belum Terlampui KKM 1. Kondisi awal 6 anak 30 anak 2. Siklus pertama 24 anak 12 anak 3. Siklus kedua 36 anak 0 anak Perbandingan deskripsi kondisi awal dengan deskripsi hasil tindakan silus pertama dan hasil tindakan siklus kedua kalau dibuat prosentase akan nampak seperti namap dalam di bawah ini. © copyright www.suripno.com
  • 65. Tabel 11 Perbandingan Prosentase Deskripsi Kondisi Awal , Siklus I dan siklus II Kondisi siswa Deskripsi Terlampui KKM Belum Terlampui KKM 1. Kondisi awal 16,67 % 83,33 % 2. Siklus pertama 66,67 % 33,3 % 3. Siklus kedua 100 % 0 % Berdasarkan tabel 10 di atas dapat dipahami bahwa terlampui KKM nya antara deskripsi kondisi awal, hasil deskripsi siklus pertama dan hasil deskripsi siklus ke dua seperti nampak dalam tabel 11 di atas, kalau digambarkan dalam diagram batang akan nampak seperti di bawah ini ; 100 80 60 Series1 40 20 0 1 2 3 Diagram 6 . Perbandingan Deskripsi Kondisi Awal, Deskripsi Siklus I dan Siklus II Yang terlampaui KKM © copyright www.suripno.com
  • 66. 1 Keterangan : = = Hasil deskripsi kondisi awal 16,67 % 2 = Hasil eskripsi siklus pertama 66,67 % 3 = Hasil siklus kedua 100 % Perbandingan dari kondisi awal sampai pada hasil tindakan siklus kedua tersebut menunjukkan adanya peningkatan. Perbandingan anatara kondisi awal, tindakan siklus pertama dan kedua yang belum terlampaui KKM juga tampak seperti gambar 7 di bawah ini . 100 80 60 40 20 0 1 2 3 Diagram 6 . Prosentase Deskripsi Kondisi Awal, Deskripsi Siklus I dan Siklus II Yang belum terlampaui KKM © copyright www.suripno.com
  • 67. 1 Keterangan : = = Hasil deskripsi kondisi awal, 66,67 % 2 = Hasil deskripsi siklus I : 33,33 % 3 = Hasil siklus II, 0 % E. Kesimpulan dari Hasil Penelitiann Berdasarkan hasil penelitian dengan penggunaan setrategi pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran Matematika dapat meningkataan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa tampak dalam hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada deskripsi kondisi awal anak yang terlampui KKM nya ada 6 siswa. Hasil tindakan pada siklus pertama siswa yang terlampui KKM nya meningkat menjadi 24 anak dan hasil tindakan pada siklus kedua meningkat menjadi 36 anak. © copyright www.suripno.com
  • 68. BAB V PENUTUP A. Simpulan Seperti yang telah peneliti uraikan di muka bahwa tujuan khusus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan presatasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika dengan Model pembelajaran STAD pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatakan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus , hasil penelitian siklus pertama maupun siklus kedua menunjukkan bahwa masing-masing siklus ada peningkatan. Simpulan tersebut diperoleh melalui pengamatan atau observasi terhadap tindakan yang dilakukukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan pada siklus pertama menunjukkan adanya peningkatan terlampui KKM nya sebesar 24 anak . Tindakan Siklus kedua siswa yang terlampui KKM nya menjadi 36 anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pada BAB II yang berbunyi melalui Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matetatika bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester Kadua tahun pelajaran 2008/2009 dapat diterima. Jadi berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV seperti tersebut di atas maka peneliti dapat menyajikan suatu simpulan sebagai berikut ; © copyright www.suripno.com
  • 69. 1. Penggunaan model pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran Matetmatika dengan waktu 60 menit pada siklus pertama terlampui KKM nya meningkat bila dibandingkan dengan kondisi awal. Peningkatan itu sebesar 24 aanak ( 66,67% ). 2. Pada siklus kedua dengan waktu 80 menit siswa yang terlampui KKM nya meningkat menjadi 36 anak ( 100 % ). B. Implikasi Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran Matetamtika. Penerapan hasil penelitian tersebut akan dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran terutama untuk peningkatan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini penerapannya dapat dimanfaatkan oleh : 1. Diri pribadi peneliti. Penggunaan model pembelajaran STAD yang telah dilakukan oleh peneliti dan hasilnya menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Berpijak dari hasil penelitian tersebut , kemudian oleh peneliti diterapkan dalam proses pembelajaran Matematika . Jadi hasil penelitian tersebut sangat bermaanfaat khususnya pada diri peneliti untuk mengefektifkan proses pembelajaran . 3. Guru Pengampu Mata Pelajaran Matematika Sehubungan dengan hasil penilitian yang menunjukkan adanya peningkatan presatasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika maka penerapannya tidak hanya dapat dilakukan oleh peneliti sendiri akan tetapi dapat juga diterapkan oleh guru lainnya. Guru pengampu mata pelajaran Matematika pada umumnya yang telah © copyright www.suripno.com
  • 70. membaca hasil penelitian ini dapat menerapkan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam melakukan proses pembelajaran . C. Saran – saran Dari simpulan yang sudah dinyatakan berdasarkan hasil penelitia , maka peneliti dapat mengajukan saran-saran kepada guru pengampu mata pelajaran Matematika sebagai berikut ; 1. Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan bahwa model pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran Matematika terbukti dapat meningkatkan presatsi belajar siswa, maka model pembelajaran STAD ini dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru dalam pembelajaran Matematika 2. Guna meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran Matematika maka hasil penelitian ini dapat dijadikan langkah awal bagi guru Matematika untuk mendadakan penelitian tindak lanjut dengan materi yang sejenis. © copyright www.suripno.com
  • 71. DAFTAR PUSTAKA Anwar Yasin . 1987 . Pembaharuan Kurikulum . Jakarta : PT. Balai Pustaka C. Asri Budiningsih. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Rineka Cipta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1998. Petunjuk Administrasi Sekolah Lanjutan Pertama edoman Penyususnan Karya Ilmiah di Bidang Pendidikan . Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1998. Pedoman Penyususnan Karya Ilmiah di Bidang Pendidikan . Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Model - model Cooperative Learning. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Departemen Pendidikan Nasional . 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Flato. 1990. The Power of Mathematics. New York: McGraw Hill. Herman Hudoyo. 1988. Mangajar Balajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Herman Hudoyo. 1989. Tes Obyetif dalam Kaintannya dengan Hasil Belajar dan Proses Belajar Matematika: Studi Terbatas. Terdapat dalam forum penelitian © copyright www.suripno.com