“Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah SWT dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali untuk memuliakan (ikram) keduanya.” (Al-Hafizh Al-‘Abdari, Al-Syarh Al-Qiyam, Hal.378)
2. Definisi Tawassul
طَلَبُ حُصُوْ ل مَنْ فَعَ ة أَوْ انْ دفَا ع مَضَرَّ ة منَ الل ب ذكْ ر اسْ م نَ بّ أَوْ
) وَ ل إ كْرَامًا ل لْمُتُ وُسَّ ل ب ه )العبدري, الشرح القويم, ص 378
“Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau
terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah SWT
dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali untuk
memuliakan (ikram) keduanya.” (Al-Hafizh Al-‘Abdari, Al-
Syarh Al-Qiyam, Hal.378)
3. وَاسْتَع يْ نُوا ب الصَّ ب وَالصَلاَ ة وَا ن هََّا لَكَب يْ رَة ا ل عَ لَى الَْْا شع يَْ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu’” (QS. Al-Baqarah: 45)
يَا أَي هَُّا الَّ ذينَ آَمَنُوا اتَّ قُوا الل وَابْ تَ غُوا إ لَيْ ه الْوَ س يلَة وَجَا هدُوا ف
سَب يل ه لَعَلَّكُمْ تُ فْل حُونَ .
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah
pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan” (QS. Al-Maidah: 35)
4. KONTROVERSI SUNNI - WAHABI
أَدْرِكْنِِْ يَا رَسُوْلَ اللِ
(Tolonglah aku wahai Rasulullah [dengan didoakan
kepada Allah])
Redaksi di atas menurut mayoritas
kaum Muslimin sejak generasi
sahabat hingga kini, adalah benar
dan tidak syirik.
Sementara menurut Ibn Taimiyah (abad ke-8 Hijriah),
dan menurut Wahabi (abad ke-12 Hijriah), redaksi
tersebut tidak benar, syirik akbar, murtad dan
masuk neraka selama-lamanya.
5. أَدْرِكْنِِْ يَا رَسُوْلَ اللِ
(Tolonglah aku wahai Rasulullah [dengan didoakan kepada Allah])
MENURUT SUNNI MENURUT WAHABI
Redaksi seperti di atas
masuk dalam konteks
tawasul dan istighatsah,
yaitu berdoa kepada
Allah dengan memanggil
nama seorang yang mulia
menurut Allah, dan hal
ini telah berlangsung
sejak generasi sahabat
dan diajarkan oleh
Rasulullah .
Redaksi tersebut masuk
dalam konteks
penyembahan terhadap
selain Allah, yang
berarti syirik akbar,
murtad dan pelakunya
masuk neraka selama-lamanya,
dan hal ini
telah dijelaskan oleh
Syaikh Ibn Taimiyah
pada abad ke-8 Hijriah.
6. Aaa
Aa
ABU JAHAL DAN ABU LAHAB LEBIH
BERTAUHID DARIPADA UMAT ISLAM
YANG BERTAWASSUL
7. أَدْرِكْنِِْ يَا رَسُوْلَ اللِ
(Tolonglah aku wahai Rasulullah [dengan didoakan kepada Allah])
KAUM SUNNI KAUM WAHABI
Membenarkan
redaksi tersebut
berdasarkan
hadits Rasulullah
, amaliah para
sahabat, dan
ulama salaf.
Melarang redaksi
tersebut berdasarkan
fatwa Syaikh Ibn
Taimiyah pada abad
ke-8 Hijriah dan
dipertegas oleh ijtihad
Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab al-Najdi
(pendiri aliran Wahabi)
pada abad ke-12.
8. Dalil-dalil Kaum Sunni
HADITS UTSMAN BIN HUNAIF
Rasulullah
mengajarkan
laki-laki tuna
netra yang ingin
sembuh dari
kebutaannya
agar berdoa
dengan disertai
memanggil Nabi
dalam doanya
dengan redaksi
“Ya Muhammad
(Wahai
Muhammad)”.
9. Takhrij (Otentisifikasi)
Hadits Utsman bin Hunaif
Sanad hadits Utsman
bin Hunaif di atas,
shahih diriwayatkan
oleh banyak ulama
antara lain:
1. Ahmad bin Hanbal
2. Abd bin Humaid
3. Al-Tirmidzi
4. Al-Nasa’i
5. Ibn al-Sunni
6. Ibn Majah dan lain-lain
10. HADITS USTMAN BIN HUNAIF
DIAMALKAN SELAMA-LAMANYA
Dalam riwayat Ibnu Abi Khaitsamah terdapat
tambahan: “Apabila kamu mempunyai hajat,
lakukanlah doa seperti itu.” Hal ini membuktikan
bahwa doa yang mengandung tawasul Ya Muhammad
berlaku selama-lamanya, tidak terbatas ketika Nabi
masih hidup.
11. PENGAMALAN HADITS UTSMAN BIN
HUNAIF PADA MASA SAHABAT
Doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa sahabat,
sesudah wafatnya
Nabi .
12. PENGAMALAN HADITS UTSMAN BIN
HUNAIF PADA MASA SAHABAT
Doa yang mengandung tawasul Ya
Muhammad ternyata diamalkan pada masa
sahabat, sesudah wafatnya Nabi . Hal ini
membatalkan tesis Wahabi yang membatasi
doa tersebut pada zaman Nabi .
13. PENGAMALAN HADITS UTSMAN BIN
HUNAIF PADA MASA SAHABAT
Doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa sahabat,
sesudah
wafatnya Nabi
, dan
haditsnya dinilai
shahih oleh al-
Imam al-
Thabarani.
14. PENGAMALAN HADITS UTSMAN
BIN HUNAIF PADA MASA SALAF
Doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa ulama salaf
(tabi’in), sesudah
generasi sahabat,
dan tidak
dianggap sebagai
perbuatan syirik.
15. PENGAMALAN HADITS UTSMAN
BIN HUNAIF PADA MASA SALAF
Ibn Taimiyah
(panutan Wahabi)
mengakui bahwa
doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa ulama salaf
(tabi’in), sesudah
generasi sahabat,
dan tidak
dianggap sebagai
perbuatan syirik.
16. Istighatsah Sahabat Dengan Nabi
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Seorang sahabat datang ke makam Nabi lalu
berkata: “Wahai Rasulullah, mintakanlah hujan bagi
umatmu, mereka sedang menghadapi kelaparan.” Ini
menjadi bukti bahwa beristighatsah dengan orang
yang sudah wafat bukanlah syirik menurut sahabat.
17. Istighatsah Sahabat Dengan Nabi
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Istighatsah
sahabat dengan
Nabi pada masa
Khalifah Umar,
dinilai shahih oleh
al-Hafizh Ibn
Katsir.
18. Istighatsah Sahabat Dengan Nabi
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Istighatsah sahabat dengan
Nabi pada masa Khalifah
Umar, dinilai shahih oleh al-
Hafizh Ibn Hajar dalam Fath
al-Bari juz 2 hal. 572.
19. Istighatsah Sahabat Dengan Nabi
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Istighatsah
sahabat dengan
Nabi pada
masa Khalifah
Umar, dinilai
shahih oleh al-
Hafizh Ibnu
Hajar.
20. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Abdurrahman bin Sa’ad berkata, “Kaki Ibnu
Umar mati rasa (tidak dapat digerakkan)”. Lalu
seorang laki-laki berkata kepadanya: “Panggil
orang yang paling kamu cintai”. Lalu Ibn Umar
berkata: “Ya Muhammad”.
21. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Abu Sa’id berkata, “Aku berjalan bersama
Ibnu Umar, tiba-tiba kakinya mati rasa (tidak
dapat digerakkan), sehingga ia duduk”. Lalu
seorang laki-laki berkata kepadanya: “Panggil
orang yang paling kamu cintai”. Lalu Ibn
Umar berkata: “Ya Muhammadah”. Maka
iapun dapat berdiri dan berjalan.
22. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Abdurrahman bin Sa’ad berkata, “Kaki Ibn
Umar mati rasa (tidak dapat digerakkan)”.
Aku berkata: “Kenapa dengan kaki Anda?”
Beliau menjawab: “syarafnya terjepit”. Aku
berkata: “Panggil orang yang paling kamu
cintai”. Lalu Ibn Umar berkata: “Ya
Muhammad”. Maka kakinya sembuh
seketika itu.
23. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Ibn Taimiyah
(panutan Wahabi)
menganjurkan
istighatsah seperti
yang dilakukan
Ibn Umar.
24. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Seorang yang
pernah berguru
kepada Ibn Umar
berkata, “Kaki
Ibn Umar mati
rasa (tidak dapat
digerakkan)”.
Lalu seorang laki-laki
berkata
kepadanya:
“Panggil orang
yang paling kamu
cintai”. Lalu Ibn
Umar berkata:
“Ya Muhammad”.
25. Tadlisnya Abu Ishaq al-Sabi’i Diselamatkan
Oleh Riwayat Imam Syu’bah Dari Abu Ishaq
Al-Albani (Wahabi) mendhaifkan
atsar Ibn Umar tersebut, karena
Abu Ishaq yang mudallis
meriwayatkannya secara
mu’an’an. Tetapi tadlis tersebut
menjadi hilang, karena atsar
tersebut juga diriwayatkan oleh
Imam Syu’bah dari Abu Ishaq.
26. Tadlisnya Abu Ishaq al-Sabi’i
Diselamatkan Oleh Riwayat Imam Syu’bah
Dari Abu Ishaq
Al-Albani (Wahabi) mendhaifkan
atsar Ibn Umar tersebut, karena
Abu Ishaq yang mudallis
meriwayatkannya secara
mu’an’an. Tetapi tadlis tersebut
menjadi hilang, karena atsar
tersebut juga diriwayatkan oleh
Imam Syu’bah dari Abu Ishaq.
27. Tadlisnya Abu Ishaq al-Sabi’i Diselamatkan
Oleh Riwayat Imam Syu’bah Dari Abu Ishaq
Abu Abdillah
Mushthafa bin al-
’Adawi (ulama
Wahhabi)
menegaskan
bahwa riwayat
Imam Syu’bah
dari Abi Ishaq al-
Sabi’i yang
dikenal perawi
mudallis dapat
menyelamatkan
haditsnya dari
kedha’ifan sebab
mu’an’an.
28. Nabi Mengetahui Shalawat Yang Kita
Baca Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh
Rasulullah :
“Barang siapa
yang membaca
shalawat di dekat
makamku, maka
aku mendengar-nya.
Dan barang
siapa yang
membaca
shalawat dari
tempat yang jauh,
maka aku
mengetahuinya”.
29. Nabi Mengetahui Shalawat Yang Kita Baca
Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh
Rasulullah : “Barang siapa yang membaca
shalawat di dekat makamku, maka aku
mendengarnya. Dan barang siapa yang
membaca shalawat dari tempat yang jauh,
maka aku mengetahuinya”. Hadits ini
dishahihkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar.
30. Nabi Mengetahui Shalawat Yang Kita
Baca Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh
Rasulullah :
“Barang siapa yang
membaca shalawat
di dekat makamku,
maka aku
mendengarnya. Dan
barang siapa yang
membaca shalawat
dari tempat yang
jauh, maka aku
mengetahuinya”.
Hadits ini
dishahihkan oleh
al-Hafizh al-
Ghumari.