Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih di rumah sakit umum daerah Haji Makassar. Penelitian menggunakan desain potong lintang dan mengambil 30 responden secara kebetulan. Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara perawatan kateter dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih, tetapi tidak ada hubungan antara pro
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
Jurnal Tentang Infeksi Saluran Kemih
1. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI
SALURAN KEMIH DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH HAJI MAKASSAR
Asmawati1, H. Ismail2, H. Abdul Latief3
1STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2Poltekes Kemenkes Makassar
3RSUD Labuang Baji Makassar
Alamat korespondensi : Asma.wati30@yahoo.com/085299995376
ABSTRAK
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi akibat adanya invasi mikroorganisme
dalam saluran kemih dan merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi di rumah sakit yang
dikenal sebagai infeksi nosokomial. Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi saluran kemih antara
lain usia, sistem imun, prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter dan lama kateter terpasang.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik dengan rancangana Cross Sectional yang
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih.
Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang berisi pertanyaan tentang prosedur
pemasangan kateter, perawatan kateter, lama kateter terpasang dan infeksi saluran kemih. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang rawat inap RSUD Haji Makassar
yang terpasang kateter dan memenuhi kriteria. Jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan teknik
sampling yaitu Accidental sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan batas
kemaknaan α = 0,05. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,005 pada hubungan perawatan kateter
dengan kejadian infeksi saluran kemih, nilai p = 0,027 pada hubungan lama kateter terpasang dengan
kejadian infeksi saluran kemih, dan pada hubungan prosedur pemasangan kateter dengan kejadian
infeksi saluran kemih menunjukkan nilai p = 0,166. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada
hubungan antara perawatan kateter dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran
kemih. Sedangkan prosedur pemasangan kateter tidak ada hubungan dengan kejadian infeksi
saluran kemih.
Kata Kunci : Infeksi Saluran Kemih, Lama Terpasang, Prosedur Pemasangan, Perawatan Kateter.
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah
umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih (Haryono, 2012). Sebagian besar
infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri,
tetapi virus dan jamur juga dapat menjadi
penyebabnya (Samad, 2012).
Penyebab paling sering infeksi saluran
kemih ialah dimasukkannya suatu alat ke
dalam saluran perkemihan, misalnya
pemasangan kateter (Potter dan Perry, 2012).
Kateterisasi kandung kemih adalah
memasukkan kateter melalui urethra ke
dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air
seni atau urine (Lusianah, dkk, 2012).
Kateterisasi urine dilakukan apabila urine
tidak dapat dikeluarkan secara alami dan
harus dialirkan keluar secara artificial.
Perawatan kateter urine adalah
perawatan yang dilakukan menggunakan
teknik aseptik dengan membersihkan
permukaan kateter urine dan daerah
sekitarnya agar bersih dari kotoran, smegma
dan krusta yang terbentuk dari garam urine.
Perawatan kateter urine menetap/ indwelling
harus diperhatikan agar dapat mencegah
terjadinya infeksi saluran kemih. Tindakan
asepsis yang ketat diperlukan saat
memasang kateter dan perawatan kateter
(Sepalanita, 2012). ISK yang didapat di
institusi kesehatan juga timbul akibat
buruknya praktik cuci tangan pada personel
kesehatan, cairan irigasi yang terkontaminasi
dan teknik kateterisasi yang tidak benar.
(Potter dan Perry, 2012)
Walaupun kesakitan dan kematian dari
infeksi saluran kemih berkaitan dengan
kateter dianggap relatif rendah dibandingkan
infeksi nosokomial lainnya, tingginya
prevalensi penggunaan kateter urin
menyebabkan besarnya kejadian infeksi yang
menghasilkan komplikasi infeksi dan kematian
(Samad, 2013). Angka kunjungan rawat jalan
pasien infeksi saluran kemih di rumah sakit
Amerika Serikat mencapai lebih dari 8 juta
pertahun dan menghabiskan biaya USD 500
2. milyar tiap tahunnya. Menurut Soewondo
(2007), pasien rawat inap yang mengalami
infeksi saluran kemih pada beberapa rumah
sakit di Amerika Serikat dan Eropa
menempati urutan pertama (42%), disusul
infeksi luka operasi (24%) dan infeksi saluran
napas (11%) (Sepalanita, 2012). Sekitar 50%
pasien di rumah sakit dengan kateter
permanen mengalami ISK dalam satu minggu
setelah kateter dipasang. 90% infeksi saluran
kemih lebih banyak terjadi pada wanita
daripada pria karena uretra wanita lebih
pendek dan sangat dekat dengan vagina dan
anus. (Baradero, dkk, 2009)
Sedangkan Data yang diperoleh dari
rekam medik RSUD Haji Makassar,
sepanjang tahun 2013 diperoleh data jumlah
penderita infeksi saluran kemih sebanyak 39
orang dengan jumlah penderita laki-laki
sebanyak 10 orang dan perempuan 29 orang
. Ditahun 2014 pada bulan Januari-Mei
diperoleh data jumlah penderita infeksi
saluran kemih sebanyak 16 orang dengan
jumlah penderita laki-laki sebanyak 3 orang
dan perempuan 13 orang.
Mengingat infeksi saluran kemih
merupakan masalah kesehatan yang serius
yang dapat mengganggu kualitas kerja
pasien, bila tidak mengetahui penanganan
secara tepat dan akurat, maka peneliti tertarik
untuk meneliti “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Kemih Di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Makassar”
BAHAN DAN METODE
Desain, Lokasi, Populasi, dan Sampel
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian Analitik dengan rancangan cross
sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran/observasi
data variabel independen dan dependen
hanya satu kali pada satu saat, jadi tidak ada
tindak lanjut (Nursalam, 2013). Adapun
pendekatan cross sectional yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK)
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Makassar. Penelitian ini
dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Makassar. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien yang
terpasang kateter tetap, dengan pengambilan
sampel menggunakan tehnik Accidental
Sampling. Besar sampel dalam penelitian ini
sebanyak 30 responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi.
1. Kriteria inklusi
a. Pasien yang terpasang kateter
b. Pasien dengan umur > 20 tahun
c. Pasien yang bersedia menjadi
responden.
2. Kriteria ekslusi
a. Pasien yang didiagnosa menderita
infeksi saluran kemih tapi bukan
akibat pemasangan kateter.
b. Pasien tidak bersedia menjadi
responden.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan lembar kuesioner yang berisi
data demografi responden, pertanyaan
tentang prosedur pemasangan kateter,
perawatan kateter dan lama kateter
terpasang. Setelah data terkumpul,
selanjutnya dilakukan pengolahan data yang
terdiri dari edting, coding, scoring, processing,
dan cleaning.
Analisis Data
Setelah dilakukan tabulasi data
selanjutnya data di olah dengan
menggunakan aplikasi komputer SPSS vs.
18. Analisis data terdiri dari analisis univariat
yang menunjukkan distribusi frekuensi dari
karakteristik umum subjek penelitian, variabel
independen dan variabel dependen.
Sedangkan analisis bivariabel, menunjukan
hubungan variabel independen dengan
variabel dependen dengan menggunakan uji
statistik Chi-Square dengan batas kemaknaan
α=0,05.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan
Jenis kelamin di RSUD Haji Makassar
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Laki-laki 11 36,7%
Perempuan 19 63,3%
Total 30 100%
Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan
Pendidikan di RSUD Haji Makassar
Pendidikan Frekuensi Persen
Tidak sekolah 6 20%
SD 8 26,7%
SMP 7 23,3%
SMA 6 20,%
Pendidikan
Tinggi
3 10%
Total 30 100%
Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan
Umur di RSUD Haji Makassar
Umur Frekuensi Persen
20-50 tahun 13 43,3%
3. 51-60 tahun 9 30%
≥ 61 tahun 8 26,7%
Total 30 100%
Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan
Status Perkawinan di RSUD Haji Makassar
Status
Perkawinan
Frekuensi Persen
Tidak kawin 6 20%
Janda/Duda 7 23,3%
Kawin 17 56,7%
Total 30 100%
Tabel 5 Distribusi Responden berdasarkan
Pekerjaan di RSUD Haji Makassar
Pekerjaan Frekuensi Persen
Tidak Bekerja 16 53,3%
PNS 3 10%
Pegawai Swasta 3 10%
Wiraswasta 2 6,7%
Lain-lain 6 20%
Total 30 100%
Tabel 6 Distribusi Responden berdasarkan
Agama di RSUD Haji Makassar
Agama Frekuensi Persen
Islam 30 100%
Total 30 100%
Tabel 7 Distribusi Responden berdasarkan
Prosedur Pemasangan kateter di RSUD Haji
Makassar
Prosedur
Pemasangan
kateter
Frekuensi Persen
Baik 27 90%
Cukup 3 10%
Total 30 100%
Tabel 8 Distribusi Responden berdasarkan
Perawatan kateter di RSUD Haji Makassar
Perawatan
Kateter
Frekuensi Persen
Baik 17 56,7%
Cukup 13 43,3%
Total 30 100%
Tabel 9 Distribusi Responden berdasarkan
Lama kateter Terpasang di RSUD Haji
Makassar
Lama kateter
terpasang
Frekuensi Persen
Tidak Beresiko 18 60%
Beresiko 12 40%
Total 30 100%
Tabel 10 Distribusi Responden berdasarkan
Kejadian Infeksi Saluran Kemih di RSUD Haji
Makassar
Kejadian Infeksi
Saluran Kemih
Frekuensi Persen
Bukan Infeksi
Saluran Kemih
22 73,3 %
Infeksi Saluran
Kemih
8 26,7%
Total 30 100%
Analisis Bivariabel
Tabel 11 Hubungan Prosedur Pemasangan
Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Kemih Di RSUD Haji Makassar
Pros
Kejadian Infeksi
Jumlah
edur
Saluran Kemih
Pemas
Bukan
Infeksi
angan
Infeksi
Saluran
Katet
Saluran
Kemih
er
Kemih
n % n % n %
Baik 21 70 6 20 27 90
Cukup 1 3,3 2 6,7 3 10
Total 22 73,3 8 26,7 30 100
α = 0,05 p = 0,166 n = 30
Tabel dan gambar 11 menunjukkan
bahwa reponden yang mengalami infeksi
saluran kemih dengan prosedur pemasangan
kateter kategori baik lebih banyak
dibandingkan responden yang mengalami
infeksi saluran kemih dengan prosedur
pemasangan kateter kategori cukup. Hal ini
dapat di lihat pada distribusi data yang
mengalami infeksi saluran kemih. ada 8 orang
responden (26,7%) tetapi prosedur
pemasangan kateter dengan kategori baik
ada 6 orang (20%), sedangkan prosedur
pemasangan kateter kategori cukup ada 2
orang (6,7%). Adapun responden yang tidak
mengalami infeksi saluran kemih sebanyak 22
orang (73,3%) dengan prosedur pemasangan
kateter kategori baik sebanyak 21 orang
(70%) dan prosedur pemasangan kateter
kategori cukup ada 1 orang responden
(3,3%).
Berdasarkan hasil analisis SPSS dengan
menggunakan uji statistik Chi-square koreksi
Fisher’s exact-test diperoleh nilai kemaknaan
p = 0,166 > α = 0,05 yang berarti hipotesis
nol (H0) di terima dan hipotesis alternatif (Ha)
di tolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan prosedur pemasangan kateter
dengan kejadian infeksi saluran kemih di
ruang rawat inap RSUD haji Makassar.
4. Tabel 12 Hubungan Perawatan kateter
dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di
RSUD Haji Makassar
Peraw
atan
Kate
ter
Kejadian Infeksi
Saluran Kemih
Jumlah
Bukan
Infeksi
Saluran
Kemih
Infeksi
Saluran
Kemih
n % n % n %
Baik 16 53,3 1 3,3 17 56,7
Cukup 6 20 7 23,3 13 43,3
Total 22 73,3 8 26,7 30 100
α = 0,05 p = 0, 005 n = 30
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan
bahwa dari 30 orang responden dengan
perawatan kateter kategori baik ada 17 orang
(56,7%) dimana responden yang tidak
mengalami infeksi saluran kemih ada 16
orang (53,3%) dan yang mengalami infeksi
saluran kemih ada 1 orang (3,3%).
Sedangkan dengan perawatan kateter
kategori cukup ada 13 orang (43,3%), dimana
responden yang tidak mengalami infeksi
saluran kemih ada 6 orang (20%) dan yang
mengalami infeksi saluran kemih ada 7 orang
(23,3%).
Dari hasil analisis SPSS dengan
menggunakan uji statistik Chi-square koreksi
Fisher’s exact-test diperoleh nilai kemaknaan
p = 0,005 < α = 0,05 yang berarti hipotesis
nol (H0) di tolak dan hipotesis alternatif (Ha)
di terima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan perawatan kateter dengan kejadian
infeksi saluran kemih di ruang rawat inap
RSUD haji Makassar.
Tabel 13 Hubungan Lama Kateter Terpasang
dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di
RSUD Haji Makassar
Lama
Kateter
Terpasang
Kejadian Infeksi
Saluran Kemih
Jumlah
Bukan
Infeksi
Saluran
Kemih
Infeksi
Saluran
Kemih
n % n % n %
Tidak
Beresiko
16 53,3 2 6,7 18 60
Beresiko 6 20 6 20 12 40
Total 22 73,3 8 26,7 30 100
α = 0,05 p = 0,027 n = 30
Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 30
responden yang lama kateternya terpasang
tidak beresiko sebanyak 18 orang (60%),
yang tidak mengalami infeksi saluran kemih
sebanyak 16 orang (53,3%) sedangkan yang
mengalami infeksi saluran kemih ada 2 orang
(6,7%). Adapun yang lama kateternya
terpasang beresiko ada 12 orang (40%), tidak
mengalami infeksi saluran kemih dan yang
mengalami infeksi saluran kemih masing-masing
6 orang (20%).
Dari hasil analisis SPSS dengan
menggunakan uji statistik Chi-square koreksi
Fisher’s exact-test diperoleh nilai kemaknaan
p = 0,027 < α = 0,05 yang berarti hipotesis
nol (H0) di tolak dan hipotesis alternatif (Ha)
di terima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan lama kateter terpasang dengan
kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat
inap RSUD Haji Makassar
PEMBAHASAN
1. Hubungan Prosedur Pemasangan Kateter
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan di ruang rawat inap RSUD Haji
Makassar di dapatkan hasil penelitian
bahwa tidak ada hubungan antara
prosedur pemasangan kateter dengan
kejadian infeksi saluran kemih di ruang
rawat inap RSUD Haji Makassar. Hal ini
dapat dilihat dari probabilitas lebih dari
0,05 (p = 0,166 > α = 0,05) yang berarti
Hipotesis nol (H0) di terima dan hipotesis
alternatif (Ha) di tolak.
Meskipun menurut septiari (2012)
bahwa prosedur pemasangan kateter
merupakan salah satu penyebab
terjadinya infeksi saluran kemih, namun
teori tersebut bertentang dengan hasil
penelitian yang peneliti peroleh.
Hasil penelitian ini juga bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhlis (2012) bahwa ada hubungan
prosedur pemasangan kateter terhadap
kejadian infeksi saluran kemih. Adanya
pertentangan antara hasil penelitian ini
mungkin disebabkan karena keterampilan
perawat yang berbeda-beda, seperti
tehnik pemasangan yang memperhatikan
tehnik aseptic. Mungkin juga karena
instrument penelitian yang digunakan
tidak akurat sehingga hasilnya tidak
sama.
Septiari (2012) mengemukakan
bahwa infeksi saluran kemih akibat
pemasangan kateter dapat dicegah jika
pemasangan kateter dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih dan
terampil dalam tehnik pemasangan
kateter yang aseptik.
Dari hasil penelitian peneliti melihat
bahwa prosedur pemasangan kateter
yang dilakukan oleh perawat sesuai
5. dengan standar prosedur yang ada.
Selaian itu, sebelum dan sesudah
melakukan pemasangan kateter perawat
cuci tangan sesuai prosedur yang berlaku
sehingga kejadian infeksi saluran kemih
jarang terjadi.
2. Hubungan Perawatan Kateter Dengan
Kejadian Infeksi Saluran Kemih
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan di ruang rawat inap
Rumah Sakit Umum Daerah Haji
Makassar bahwa persentasi kejadian
infeksi saluran kemih dengan perawatan
kateter kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan perawatan kateter kategori
baik. Setelah di lakukan analisa uji Chi-
Square diperoleh hasil signifikan p =
0,005. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p
< α (0,005 < 0,05) maka hipotesis nol (H0)
ditolak dan hipotesis alternatif diterima
(Ha) yang berarti perawatan kateter
berhubungan dengan kejadian infeksi
saluran kemih.
Menurut teori yang di kemukakan oleh
Muwarni (2009) bahwa kateter yang
terpasang harus mendapat perawatan
khusus karena selama kateter terpasang
banyak sekresi dan kerak yang timbul di
sekitar kateter yang merupakan sumber
timbulnya infeksi. Selain itu, kerusakan
sistem pemasangan kateter dapat
meningkatkan masuknya mikroorganisme
ke dalam tubuh.
Perawatan kateter urine menetap
harus diperhatikan agar dapat mencegah
terjadinya infeksi saluran kemih
(bakteriuria). Tindakan asepsis yang ketat
diperlukan dalam perawatan kateter.
Asepsis adalah hilangnya mikroorganisme
patogen atau penyebab penyakit. Menurut
Potter & Perry (2009), teknik asepsis
adalah prosedur yang membantu
mengurangi resiko terkena infeksi.
Tindakan mencuci tangan mutlak harus
dilakukan sebelum dan setelah
penanganan kateter, selang dan kantong
penampungan urine. (Sepalanita, 2012)
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh
Sepalanita (2012) bahwa perawatan
kateter yang tidak aseptik dan tidak rutin
dapat memicu terjadinya infeksi pada
saluran kemih.
Peneliti berasumsi bahwa infeksi
saluran kemih merupakan masalah
kesehatan yang dapat terjadi di rumah
sakit karena perawatan kateter yang
dilakukan oleh perawat tidak aseptik dan
tidak rutin.
3. Hubungan Lama Kateter Terpasang
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Haji Makassar, hasil
penelitian menunjukkan bahwa lama
kateter terpasang berhubungan dengan
kejadian infeksi saluran kemih. Hal ini
dapat dilihat dari uji statistik Chi-square
yang diperoleh p < α (0,027 < 0,05) yang
berarti hipotesis nol (H0) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Ernita
(2012), tentang hubungan lamanya
penggunaan kateter terhadap terjadinya
infeksi saluran kemih di RSU Haji medan
tahun 2012. Dari 20 responden yang
mengalami infeksi saluran kemih akibat
lama kateter terpasang sebanyak 14
orang (70%) dan tidak mengalami infeksi
saluran kemih sebanyak 6 orang (30%).
Dengan kateter yang terlalu
penggunaannya dapat menyebabkan
kolonisasi bakteri.
Berdasarkan teori dalam penelitian
Ernita (2012) bahwa penggunaan kateter
dalam jangka waktu yang pendek (>72
jam) dapat mencegah infeksi saluran
kemih, sedangkan penggunaan kateter
dalam jangka waktu yang lama (≥72 jam)
dapat menyebabkan resiko terkena infeksi
saluran kemih.
Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Muhlis (2012) tentang
hubungan antara pemasangan kateter
tetap dengan kejadian infeksi saluran
kemih pada pasien rawat inap Di RSUD
Lapatarai Kabupaten Barru. Hasil
penelitiannnya menunjukkan 18 orang
mengalami infeksi saluran kemih yang
disebabkan oleh lamanya kateter
terpasang.
Peneliti berasumsi bahwa semakin
lama penggunaan kateter pada pasien
tanpa pergantian kateter maka
kemungkinan untuk mengalami infeksi
saluran kemih semakin besar. Infeksi
saluran kemih merupakan penyakit yang
terjadi pada pasien di rumah sakit yang
biasanya menggunakan kateter terlalu
lama dan tidak diganti.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian infeksi saluran
kemih di ruang rawat inap rumah sakit Umum
Daerah Haji Makassar yang mengacu pada
pembahasan dan tujuan penelitian maka
6. dapat disimpulakan bahwa tidak ada
hubungan prosedur pemasangan kateter
dengan kejadian infeksi saluran kemih, ada
hubungan perawatan kateter dengan kejadian
infeksi saluran kemih, dan ada hubungan
lama kateter terpasang dengan kejadian
infeksi saluran kemih.
SARAN
1. Bagi pihak Rumah sakit perlu
memperhatikan perawatan kateter yang
terpasang pada pasien agar
perawatannya dilakukan 2 kali dalam
sehari dan memberikan
pengetahuan/arahan kepada keluarga
pasien yang biasanya melakukan
perawatan kateter sendiri.
2. Bagi profesi keperawatan agar
meningkatkan pemahaman dan
keterampilan perawat dalam tehnik
pemasangan dan perawatan kateter
secara aseptik agar kejadian infeksi
saluran kemih dapat dicegah.
3. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian infeksi
saluran kemih harus memperhatikan
metode penelitian dan instrumen yang
akan di gunakan sehingga dapat
menghasilkan penelitian yang benar-benar
aktual.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku
Patofisiologi. Penerbit EGC: Jakarta.
Baradero, dkk. 2009. Klien Gangguan Ginjal:
Seri Asuhan Keperawatan. EGC:
Jakarta.
Ely, Achmad, dkk. 2011. Penuntun Praktikum
Keterampilan Kritis I.: Salemba
Medika: Jakarta.
Ernita, Friska. 2012. Hubungan Lamanya
Penggunaan Kateter Terhadap
Terjadinya Infeksi Saluran Kemih Di
RSU Haji Medan Tahun 2012. (www.
stikesdelhusada.ac.id). Diakses pada
tanggal 10 Mei 2014.
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal
Bedah:Sistem Perkemihan. Rapha
Publishing: Yogyakarta.
Kasmad. 2010. Hubungan Antara Kualitas
Perawatan Kateter Dengan Kejadian
Infeksi Nosokomial Saluran Kemih.
(ejournal.undip.ac.id/index.php/
medianers/article/download). Diakses
pada tanggal 10 Mei 2014.
Lusianah, dkk. 2012. Prosedur Keperawatan.
CV. TRANS INFO MEDIKA.: Jakarta
Timur.
Mirozha, Eidho. 2009. Prevalensi Infeksi
Nosokomial Saluran Kemih Di Irna
Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Periode 1 Juli 2009 ??? 31
Desember 2009.(
http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/
44298815209_abs .pdf). diakses
pada tanggal 13 Mei 2014.
Muhlis. 2012. Hubungan Antara Pemasangan
Kateter Tetap Dengan Kejadian
Infeksi Saluran Kemih Pada pasien
Rawat Inap di RSUD Lapatarai
Kabupaten Barru. (http://E-library.
stikesnh.ac.id.pdf). diakses
pada tanggal 8 Agustus 2014.
Murwani, Arita. 2009. Keterampilan Dasar
Praktik Klinik Keperawatan.
Fitramaya: Yogyakarta.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi. Salemba Medika: Jakarta
Selatan.
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah:Penyakt
Dalam. Nuha Medika: Yogyakarta.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Samad, Roni. 2012. Hubungan Pemasangan
Kateter Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang
Rawat Inap Penyakit Dalam Rsudza
Banda Aceh Tahun 2012. (online).
(Uilis.Unsyiah.Ac.Id. Diakses pada
tanggal 8 Mei 2014.)
Saryono dan Anggraeni. 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif
Dalam Bidang Kesehatan. Nuha
Medika: Yogyakarta.
Sepalanita, Widya. 2012. Pengaruh
Perawatan Kateter Urine Ind Welling
Model Americanassociation Of Critical
Care Nurses (Aacn) Terhadap
Bakteriuria Di Rsu Raden Mattaher
Jambi
Septiari, Betty. 2012. Infeks Nosokomia. Nuha
Medika: Yogyakarta.
7. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Suharyanto dan Madjid. 2013. Asuhan
keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Saluran
Perkemihan. CV. TRANS INFO
MEDIKA: Jakarta Timur.
Sumantri, Arif. 2013. Metodologi Penelitian
Kesehatan Edisi Pertama. KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP: Jakarta.