SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 9
Baixar para ler offline
NASKAH AKADEMIK
   RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN
           ANAK (RAPERDA PA) KOTA PONTIANAK

                            BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

        Sering kita saksikan beberapa anak yang kurang beruntung mendapatkan
perlakuan kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya, yang
semuanya itu merupakan pelanggaran kemanusiaan dan kurang mendapat perhatian
serius dari pemerintah setempat, yang dalam hal ini adalah pemerintah daerah.
        Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak (UU PA), Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
        Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah generasi
penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis, dan mempunyai
ciri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin kelangsungan eksistensi
bangsa dan negara di masa depan. Anak perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun
sosial. Karena sifatnya, maka tumbuh kembang anak harus dilakukan dalam
lingkungan yang melindungi dari segala bahaya dalam bentuk pengasuhan yang
optimal.
        Di dalam Undang-Undang Dasar 1945(amandemen) pada Pasal 28B ayat (2)
disebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pasal 1 ayat (2) UU PA menyebutkan
bahwa Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dari sisi pemenuhan hak anak,
terutama hak-hak dasar seperti pangan, sandang, pendidikan, dan kesehatan sudah
menunjukan kemajuan yang cukup berarti, namun dari sisi perlindungan anak dari
segala bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya belum
dapat dilakukan secara maksimal dan belum menunjukan kemajuan yang berarti
dalam kurun waktu 11 tahun sejak UU PA diundangkan.
Dari data dan informasi mengenai berbagai kasus yang terjadi terhadap anak
memperlihatkan bahwa kondisi anak rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan,
eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya. Apabila hal ini berlangsung
secara terus menerus dan tidak mendapat perhatian secara serius, maka bukan tidak
mungkin generasi penerus ini akan menjadi generasi yang tidak siap dalam memikul
tanggungjawab sebagai penerus bangsa. Keluarga bertanggungjawab untuk mengasuh
dan melindungi anak. Anak yang mendapatkan pengasuhan dan perlindungan dari
keluarganya dengan baik maka anak tersebut tidak terhambat di dalam mencapai hak
kelangsungan hidup dan perkembangan. Jika keluarga tidak mampu melaksanakan
tanggungjawab mengasuh dan melindungi anak, maka negara wajib membantu
keluarga tersebut dalam bentuk program pendidikan atau pengasuhan bagi keluarga:
keterampilan menjadi orangtua, keterampilan melindungi anak, kemampuan
meningkatkan partisipasi anak dalam keluarga, penyelenggaraan program konseling
bagi anak dan keluarga. Dan bilamana diperlukan, negara dapat memberikan
dukungan atau bantuan ekonomi.
        Kegagalan keluarga dalam melaksanakan tanggungjawab mengasuh dan
melindungi anak disertai dengan kegagalan negara di dalam membantu atau
memberdayakan keluarga tersebut dalam mengasuh dan melindungi anak dapat
berakibat pada anak beresiko mengalami kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan
perlakuan salah lainnya.
        Dalam era otonomi daerah, melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, dan penetapan Peraturan Pemerintah(PP) Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten atau Kota, serta PP Nomor 41 Tahun 2007
tentang Struktur Organisasi Pemerintah Daerah telah memberikan kewenangan
kepada daerah untuk melakukan upaya perlindungan anak, untuk itu perlindungan
anak adalah urusan wajib yang harus dilakukan pemerintah provinsi dan kabupaten
atau kota.
        Melihat pada data dan informasi yang telah diuraikan, maka perlindungan
anak yang dilakukan bukan perlindungan anak dalam arti umum, tetapi perlindungan
anak yang fokus pada perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan dan
diskriminasi yang harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu.

B. Identifikasi Masalah

       Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam memberikan perhatian
pada persoalan-persoalan anak. Pengakuan tentang pentingnya perlindungan terhadap
anak sudah menjadi kesepakatan international melalui penandatanganan Konvensi
Hak Anak (KHA). Konstitusi Indonesia secara eksplisit juga memberikan pengakuan
terhadap hak anak. Hal ini seperti yang tercantum dalam Pasal 28B ayat (2) UUD
1945 yang menyatakan ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Langkah maju dalam perlindungan anak dilakukan Indonesia dengan mengesahkan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Berbagai UU
yang relevan sebagai instrumen perundangan nasional yang juga memuat
perlindungan anak.
        Dari analisis perundang-undangan yang disajikan di atas, terdapat berbagai
persoalan terkait dengan pengaturan perundang-undangan khusus anak. Beberapa
permasalahan adalah:
1. Saling tumpang tindih dan tidak sinkron sehingga menyulitkan dalam aplikasinya.
2. Belum secara detail menguraikan mengenai perlindungan anak dari kekerasan,
    eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya.
3. Sesuai muatannya, UUPA diharapkan mampu mewujudkan komitmen Indonesia
    untuk melindungi anak. Namun dalam perjalanannya UUPA belum secara jelas
    menciptakan sistem perlindungan anak yang holistik dan komprehensif termasuk
    layanannya dari tingkat preventif (pencegahan dini), pengurangan risiko, sampai
    pada penanganan kasus.

       Oleh karena itu, daerah seharusnya memiliki payung hukum berupa Perda
yang mampu mengakomodir semua isu terkait perlindungan anak, mampu
memberikan layanan secara holistik dan komprehensif, dan secara tegas memberikan
mandat kepada lembaga untuk melakukan koordinasi kebijakan dan pengawasan, dan
mandat kepada lembaga untuk memberikan layanan. Selain itu, Perda yang akan
disusun harus dapat membuka keterlibatan institusi non pemerintah dan masyarakat
untuk berperan secara luas.

C. Tujuan dan Kegunaan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan
penyusunan Naskah Akademik Raperda PA dirumuskan sebagai berikut :
1. Meningkatkan upaya perlindungan anak dengan membangun sistem perlindungan
   anak yang komprehensif. Sistem ini harus mampu mendeteksi dan merespon
   kerentanan anak dan keluarganya.
2. Menjamin layanan yang komprehensif meliputi layanan pencegahan dini,
    pengurangan resiko, dan layanan penanganan kasus anak yang menjadi korban
    kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah.
        Sedangkan kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai acuan
atau referensi penyusunan dan pembahasan Raperda PA.

D. Metode Penelitian
       Penyusunan naskah akademik ini dilakukan dengan metode penelitian yuridis
normatif yang dilakukan melalui studi literatur dan pustaka terutama menelaah data
sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data hasil pemetaan perlindungan
anak dengan pendekatan sistem yang merupakan landasan berpijak data bagi naskah
akademik ini.

            BAB. II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIK

A. Kajian Teoritis

1. Negara-negara Anggota PBB termasuk Indonesia sebagai negara yang telah
   menandatangani perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi internasional,
   bertanggung jawab untuk mematuhi perjanjian, protokol dan konvensi-konvensi
   yang telah diratifikasi dalam wilayah nasional mereka. Oleh sebab itu, pemerintah
   memikul seluruh tanggung jawab untuk mengimplementasikan kewajiban-
   kewajiban internasional ini, serta mandat kepemimpinan dalam melaksanakan
   peraturan dan mekanisme yang diperlukan untuk mewujudkan kewajiban tersebut.
2. Sebagai bentuk nyata dari komitmen Pemerintah Indonesia dalam perlindungan
   anak, telah disahkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
   Meskipun kita telah memiliki Undang-Undang tersebut, yang substansinya telah
   mencantumkan tentang hak-hak anak dan perlindungan anak, kewajiban dan
   tanggungjawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Untuk
   memberikan perlindungan pada anak terutama di daerah, masih perlu dijabarkan
   lagi dalam bentuk peraturan daerah.
3. Selain itu, Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai MDGs (Tujuan
   Pembangunan Millennium) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya
   dan memberikan kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia.
   MDGs yang terkait dengan perlindungan anak, adalah meliputi:

   a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak
        adalah dengan memastikan setiap anak, mendapatkan kehidupan yang layak,
        dan tidak terlantar serta bebas dari kemiskinan dan kelaparan (termasuk di
        dalamnya setiap anak berhak mendapatkan gizi yang baik, asi eksklusif).
   b.   Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua
                Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak
        adalah dengan memastikan setiap anak dapat menyelesaikan pendidikan
        sampai jenjang pendidikan minimal SMU.
   c.   Menurunkan Angka Kematian Anak
                Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak
        adalah dengan memastikan setiap anak mendapatkan akses akses atas
        pelayanan kesehatan, terutama di daerah-daerah miskin dan terpencil
        (termasuk di dalamnya hak untuk mendapatkan imunisasi).
   d.   Memerangi HIV/AIDS, Malaria Dan Penyakit Menular Lainnya
                Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak
        adalah dengan memastikan setiap anak mendapatkan pelayanan kesehatan
        yang maksimal apabila terjangkit HIV/AIDS, Malaria dan penyakit
        menularnya.
   e.   Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
                Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak
        adalah dengan memastikan setiap anak mendapatkan akses air minum dan
        sanitasi yang bersih.

        Keberhasilan dalam pencapaian MDGs di Indonesia tergantung pada
pencapaian tata pemerintahan yang baik di pusat maupun daerah, kemitraan yang
produktif pada semua tingkat masyarakat dan penerapan pendekatan yang
komprehensif untuk mencapai pertumbuhan yang pro-masyarakat miskin,
meningkatkan pelayanan publik, memperbaiki koordinasi antar pemangku
kepentingan, meningkatkan alokasi sumber daya, pendekatan desentralisasi untuk
mengurangi disparitas, memberdayakan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia,
serta perlindungan anak. Perlindungan terhadap anak sangat penting dilakukan dalam
mendukung pencapaian MDGs, karena kepentingan anak merupakan hal mendasar
yang harus dipenuhi oleh pemerintah.

4. Kemudian, dalam penerapan perlindungan anak, perlu diperhatikan juga
   rangkaian tentang pengasuhan anak yang berkelanjutan, yang meliputi:

   a. Tahapan Primer – Layanan universal untuk anak dan keluarga
Pencegahan primer adalah segala upaya yang secara langsung
   ditujukan kepada masyarakat untuk memperkuat kemampuan masyarakat
   dalam mengasuh anak dan melindungi anak secara aman, termasuk di
   dalamnya segala aktivitas yang ditujukan untuk melakukan perubahan sikap
   dan perilaku sosial masyarakat melalui advokasi, kampanye kesadaran,
   penguatan keterampilan orang tua, promosi bentuk-bentuk alternatif
   penegakan disiplin tanpa kekerasan dan kesadaran tentang dampak buruk
   kekerasan terhadap anak.
b. Tahapan Sekunder – Menargetkan kelompok spesifik anak dan keluarga yang
   berisiko
           Pelayanan ini masih bersifat preventif tapi fokus pada pemenuhan
   kebutuhan yang telah diidentifikasi dalam keluarga tertentu atau kelompok
   yang berisiko. Pencegahan sekunder atau layanan intervensi awal ditujukan
   kepada anak dan keluarga yang telah teridentifikasi rawan atau mengalami
   resiko perlakuan salah atau penelantaran. Layanan intervensi awal targetnya
   adalah keluarga yang telah melakukan perilaku yang mengandung resiko
   kekerasan, harus di cegah, agar tidak terjadi situasi yang secara nyata dapat
   menyebabkan dampak buruk terhadap anak.
           Sebagai contoh, Pelayanan dukungan keluarga dalam bentuk : mediasi
   dan nasehat hukum ketika keluarga menghadapi kekerasan dalam rumah
   tangga, pertengkaran, perceraian; meningkatkan keterampilan menjadi
   orangtua dan keterampilan melindungi anak; upaya penyembuhan salah satu
   anggota keluarga yang menghadapi masalah ketergantungan obat, minuman
   keras, berjudi, ketidakmampuan mengendalikan amarah; mendapatkan
   rujukan pada pelayanan lainnya, seperti dukungan ekonomi, tempat tinggal,
   jaminan sosial; dan Pelayanan dukungan keluarga ketika terjadi reintegrasi
   sosial setelah anak berkonflik dengan hukum. Untuk menanangani masalah
   tersebut pemberi layanan menyediakan berbagai macam layanan baik yang di
   lakukan oleh organisasi pemerintah maupun organisasi masyarakat.
c. Tahapan Tersier – menargetkan anak-anak dan keluarga secara individu.
           Penanganan korban adalah langkah atau tanggapan segera untuk
   menangani anak yang secara serius telah mengalami kekerasan, eksploitasi,
   perlakuan salah, dan penelantaran seperti psiko-sosial. Hal ini membutuhkan
   intervensi yang berkelanjutan, termasuk intervensi yang dilakukan oleh
   Negara ketika anak telah mengalami dan secara serius beresiko atau
   berdampak buruk terhadap anak. Untuk itu diperlukan pengawasan dan
   layanan dukungan keluarga seperti program bagi orang tua, konseling bagi
individu dan keluarga, program terapi penyembuhan; dan atau penempatan
       anak baik yang bersifat sementara maupun permanen dalam pengasuhan
       alternatif. Langkah-langkah untuk mengambil keputusan harus melalui
       pengadilan, berdasarkan assessment dan rekomendasi dari instansi sosial.
               Intervensi di tingkat tersier adalah penting untuk merespons keadaan
       di mana seorang anak sangat berisiko atau mendapat perlakuan salah,
       dieksploitasi, ditelantarkan atau mengalami cedera. Intervensi ini mungkin
       melibatkan anak demi kepentingan terbaik bagi anak harus dipisahkan dari
       keluarga. Dalam beberapa situasi, intervensi yang pertama kali harus
       dilakukan adalah mencegah anak terpisah dari keluarga. Tetapi jika menurut
       hasil assessment hal itu demi kepentingan terbaik bagi anak maka anak
       tersebut harus dicarikan pengasuhan alternatif. Assessment dan keputusan
       penempatan anak dalam pengasuhan alternatif hanya boleh dilakukan oleh
       Negara. Intervensi ini dapat mencakup penggunaan pencegahan primer dan
       pelayanan intervensi sekunder, bersama dukungan dan tindakan pencegahan
       lainnya. Detail dari rencana dan program untuk anak-anak secara individu
       perlu ditentukan oleh konteks tertentu dan harus didasarkan pada prinsip
       kepentingan terbaik seperti yang disebutkan dalam KHA.

B. Kajian Terhadap Asas atau Prinsip yang Terkait dengan Penyusunan Norma.

       Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek
bidang kehidupan terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibuat,
yang berasal dari hasil penelitian.

        Elaborasi terkait prinsip-prinsip perlindungan anak yaitu prinsip-prinsip
umum KHA yang harus menjiwai atau mainstreaming bagi setiap langkah legislasi
atau pembuatan undang-undang dan kebijakan yang dilakukan oleh negara yang
terdiri dari: Non Diskriminasi, kepentingan Terbaik bagi anak, Hak hidup,
Kelangsungan hidup dan perkembangan, menghargai pandangan anak, yang terdiri
dari :

1. Pasal 2 : Non Diskriminasi
       • Negara wajib menghormati dan menjamin hak anak dan dimasukan dalam
          sistem hukum yang ada tanpa diskriminasi ( ras, warna kulit, jenis kelamin,
          bahasa, agama, pandangan politik orang tua, status ekonomi, kecacatan,
          dan kelahiran )
• Negara wajib mengambil langkah-langkah yang layak untuk menjamin
          anak terlindungi dari semua bentuk diskriminasi atau penghukuman
          berdasarkan latar belakang yang disebabkan oleh pandangan dan keyakinan
          orang tua anak / wali / keluarga.
        • Non diskriminasi juga berkaitan dengan KHA Pasal 3 (2) : Negara wajib
          menjamin pengasuhan dan perlindungan anak untuk kesejahteraan anak,
          memperhatikan hak dan tugas orang tua / wali melalui langkah-langkah
          legislatif dan administratif (KHA Pasal 4). Hal tersebut berkaitan dengan
          hak keperdataan anak.


2. Pasal 3; Kepentingan terbaik bagi anak (The Best Interests of The Child) harus
   menjadi landasan sistem hukum dan Kebijakan Pemerintah; Pasal 3 juga
   berkaitan dengan Pasal 40 (2) (b) (iii) atau pengadilan meliputi Jaminan Negara
   atas : Penanganan kasus anak sesegera mungkin tanpa penundaan; Oleh instansi
   yang berwenang (aparat penegak hukum); Independent; Mendapatkan bantuan
   yang layak; dan dengan mempertimbangkan umur atau situasi. Disamping itu
   kepentingan terbaik bagi anak juga berkaitan dengan pasal 37 (c) meliputi
   Jaminan Negara atas: pencabutan Kebebasan yaitu Anak yang dicabut
   kebebasannya harus dipisahkan dari tahanan dewasa, kecuali dengan
   pertimbangan demi kepentingan terbaik bagi anak.
3. Pasal 6 Hak Hidup; Kelangsungan Hidup; Perkembangan.
   Jaminan Negara atas anak yang berkonflik dengan hukum atau berhadapan
   dengan hukum dengan memperhatikan hak hidup anak dan mempromosikan
   kelangsungan hidup serta perkembangan anak secara maksimum.
4. Pasal 12 Menghargai Pendapat Anak:
   Negara menjamin :
   a. bahwa setiap anak yang mampu membentuk pandangan mempunyai hak
       untuk mengekspresikannya secara bebas pada semua hal yang berpengaruh
       pada dirinya.
   b. bahwa pandangan anak dipertimbangan sesuai dengan umur dan kematangan
       anak.
   c. Secara khusus memberikan hak anak untuk didengar dan pandangannya
       dipertimbangkan pada setiap proses peradilan dan administrative yang
       mempengaruhi dirinya.
Hal ini mencakup rentang yang sangat luas dari sidang pengadilan dan
       termasuk kebijakan atau pembuatan keputusan yang mempengaruhi anak,
       contohnya, pendidikan, kesehatan, lingkungan, pengasuhan, adopsi.

C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan
yang dihadapi masyarakat.

1. Bagaimana praktik penyelenggaraan pencegahan dan penanganan kekerasan,
   eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran terhadap anak yang telah dilakukan
   oleh pemerintah daerah bersangkutan saat ini.
2. Bagaimana kondisi kekerasan, ekploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran
   terhadap anak yang terjadi saat ini di daerah yang bersangkutan. (didukung
   dengan data dan memperhatikan budaya setempat dalam hal ini perlu kajian
   apakah tindakan terhadap anak berdasar budaya setempat dikatakan sebagai
   kekerasan terhadap anak berdasar asas universal perlindungan anak).
3. Bagaimana permasalahan yang terdapat di masyarakat dengan adanya kondisi
   kekerasan, ekspolitasi, perlakuan salah, dan penelantaran terhadap anak yang
   terjadi dikaitkan dengan praktek penyelenggaraan yang dilakukan oleh
   pemerintah daerah.
4. Bagaimana implikasi penerapan Konvensi Hak Anak bagi perlindungan anak di
   daerah.

D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem (atau pendekatan berbasis sistem)
yang akan diatur dalam Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan
dampaknya terhadap aspek beban keuangan daerah.
Adapun untuk materi kajiannya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana dampak dari penerapan peraturan daerah terhadap nilai-nilai budaya
   setempat dan aspek kehidupan masyarakat ( apakah bertentangan atau tidak, dan
   jika hal itu terjadi bagaimana solusinya? ).
2. Apa yang akan dilakukan daerah yang bersangkutan untuk mengatasi persoalan
   yang timbul akibat penerapan sistem baru.
3. Bagaimana koordinasi antar SKPD di daerah terkait perlindungan anak atau
   apakah diperlukan suatu unit atau lembaga khusus di daerah yang diberikan
   mandat untuk mengatur dan menjalankan pelayanan kesejahteraan anak.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraNakano
 
eksepsi jawaban
eksepsi jawabaneksepsi jawaban
eksepsi jawabanNakano
 
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusiadichasenja
 
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdataContoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdatasuiggetsu
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalDenaAgustina
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumAnto Neo Madani
 
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Fenti Anita Sari
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Idik Saeful Bahri
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Aliran aliran hukum pidana
 Aliran aliran hukum pidana  Aliran aliran hukum pidana
Aliran aliran hukum pidana hanggardatu
 
Analisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologiAnalisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologihudaaja
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Arman Solit
 
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)Adinda siti Hapsoh
 
Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugatNasria Ika
 

Mais procurados (20)

Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
eksepsi jawaban
eksepsi jawabaneksepsi jawaban
eksepsi jawaban
 
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
 
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdataContoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
 
Legal Opinion
Legal Opinion Legal Opinion
Legal Opinion
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata Internasional
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
Tinjauan Umum Perjanjian, Polis dan Sifat Perjanjian Asuransi
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Aliran aliran hukum pidana
 Aliran aliran hukum pidana  Aliran aliran hukum pidana
Aliran aliran hukum pidana
 
Analisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologiAnalisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologi
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
 
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
 
Teori biologi kriminal
Teori biologi kriminalTeori biologi kriminal
Teori biologi kriminal
 
Hukum asuransi
Hukum asuransiHukum asuransi
Hukum asuransi
 
Jawaban tergugat
Jawaban tergugatJawaban tergugat
Jawaban tergugat
 
Hukum Konstitusi
Hukum KonstitusiHukum Konstitusi
Hukum Konstitusi
 

Destaque

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Naskah Akademik Rancangan Peraturan DaerahNaskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daeraherikasiluq
 
naskah-akademik-lengkap
naskah-akademik-lengkapnaskah-akademik-lengkap
naskah-akademik-lengkapImam Mukhlasin
 
Naskah Akademik Perda Kab.Bondowoso
Naskah Akademik Perda Kab.BondowosoNaskah Akademik Perda Kab.Bondowoso
Naskah Akademik Perda Kab.Bondowosoarumluberty
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliYohannes Halawa
 
15 revisi naskah akademik perda desa 02 juli 2015 dengan dprd
15 revisi naskah akademik perda desa 02 juli 2015 dengan dprd15 revisi naskah akademik perda desa 02 juli 2015 dengan dprd
15 revisi naskah akademik perda desa 02 juli 2015 dengan dprdAdelfios Andyka Fatra
 
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...Arifuddin Ali
 
Naskah Akademik RUU Perubahan Atas UU ITE
Naskah Akademik RUU Perubahan Atas UU ITENaskah Akademik RUU Perubahan Atas UU ITE
Naskah Akademik RUU Perubahan Atas UU ITEICT Watch
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Andy Susanto
 
ID IGF 2016 - Hukum 1 - Perlindungan Data Pribadi Menghadirkan Negara
ID IGF 2016 - Hukum 1 - Perlindungan Data Pribadi Menghadirkan NegaraID IGF 2016 - Hukum 1 - Perlindungan Data Pribadi Menghadirkan Negara
ID IGF 2016 - Hukum 1 - Perlindungan Data Pribadi Menghadirkan NegaraIGF Indonesia
 
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLHUU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLHWahyu Ojan
 
2012 Perda rusun klaten
2012 Perda rusun klaten2012 Perda rusun klaten
2012 Perda rusun klatenPA_Klaten
 
Peraturan pemerintah no 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga...
Peraturan pemerintah no 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga...Peraturan pemerintah no 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga...
Peraturan pemerintah no 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga...Indriany ,
 
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerahPerda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerahMedan Comonity
 
Pedoman penyelenggaraan-bidikmisi-2015
Pedoman penyelenggaraan-bidikmisi-2015Pedoman penyelenggaraan-bidikmisi-2015
Pedoman penyelenggaraan-bidikmisi-2015Wahyu Nur
 
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasionalDesentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasionalH4llud4l
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusivirmannsyah
 
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAHTINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAHKuliahMandiri.org
 
Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda Ade Suerani
 
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan PerdaPenjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan PerdaAde Suerani
 

Destaque (20)

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Naskah Akademik Rancangan Peraturan DaerahNaskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
 
naskah-akademik-lengkap
naskah-akademik-lengkapnaskah-akademik-lengkap
naskah-akademik-lengkap
 
Naskah Akademik Perda Kab.Bondowoso
Naskah Akademik Perda Kab.BondowosoNaskah Akademik Perda Kab.Bondowoso
Naskah Akademik Perda Kab.Bondowoso
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
 
15 revisi naskah akademik perda desa 02 juli 2015 dengan dprd
15 revisi naskah akademik perda desa 02 juli 2015 dengan dprd15 revisi naskah akademik perda desa 02 juli 2015 dengan dprd
15 revisi naskah akademik perda desa 02 juli 2015 dengan dprd
 
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
Perda Kabupaten Nunukan tentang Tata cara Pembentukan dan pengelolaan Badan u...
 
Naskah Akademik RUU Perubahan Atas UU ITE
Naskah Akademik RUU Perubahan Atas UU ITENaskah Akademik RUU Perubahan Atas UU ITE
Naskah Akademik RUU Perubahan Atas UU ITE
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)
 
ID IGF 2016 - Hukum 1 - Perlindungan Data Pribadi Menghadirkan Negara
ID IGF 2016 - Hukum 1 - Perlindungan Data Pribadi Menghadirkan NegaraID IGF 2016 - Hukum 1 - Perlindungan Data Pribadi Menghadirkan Negara
ID IGF 2016 - Hukum 1 - Perlindungan Data Pribadi Menghadirkan Negara
 
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLHUU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
 
2012 Perda rusun klaten
2012 Perda rusun klaten2012 Perda rusun klaten
2012 Perda rusun klaten
 
Peraturan pemerintah no 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga...
Peraturan pemerintah no 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga...Peraturan pemerintah no 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga...
Peraturan pemerintah no 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga...
 
Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
 
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerahPerda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
 
Pedoman penyelenggaraan-bidikmisi-2015
Pedoman penyelenggaraan-bidikmisi-2015Pedoman penyelenggaraan-bidikmisi-2015
Pedoman penyelenggaraan-bidikmisi-2015
 
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasionalDesentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAHTINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
TINJAUAN FILOSOFIS PROBLEMA PENGELOLAAN SAMPAH
 
Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda Raperda ttg Pembentukan Perda
Raperda ttg Pembentukan Perda
 
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan PerdaPenjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
Penjelasan Raperda ttg Pembentukan Perda
 

Semelhante a PERLINDUNGAN ANAK DI KOTA PONTIANAK

Sistem perilndungana anak
Sistem perilndungana anakSistem perilndungana anak
Sistem perilndungana anakRizal Fahmi
 
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...etsthu
 
Hukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdfHukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdfitarahmawati20
 
Sayang anak
Sayang anakSayang anak
Sayang anakJurnalis
 
BUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxBUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxHayati71
 
BUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxBUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxHayati71
 
Uu perlindungan-anak
Uu perlindungan-anakUu perlindungan-anak
Uu perlindungan-anaktakalar
 
Sistem perlindungan anak di indonesia
Sistem perlindungan anak di indonesiaSistem perlindungan anak di indonesia
Sistem perlindungan anak di indonesiaAmalia Senja
 
Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014
Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014
Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014Pustakahukum
 
Pembekalan hukum pengangkatan anak a slideshare
Pembekalan hukum pengangkatan anak   a slidesharePembekalan hukum pengangkatan anak   a slideshare
Pembekalan hukum pengangkatan anak a slideshareJONI & TANAMAS LAW OFFICE
 
HPA PERT STIH PUTRI MAHARAJA PAYAKUMBUH 4.pptx
HPA PERT STIH PUTRI MAHARAJA PAYAKUMBUH 4.pptxHPA PERT STIH PUTRI MAHARAJA PAYAKUMBUH 4.pptx
HPA PERT STIH PUTRI MAHARAJA PAYAKUMBUH 4.pptxkoko212591
 
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdfPertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdfYogiYasaWedha
 
Puha delta P2TP2A Sidoarjo
Puha delta P2TP2A SidoarjoPuha delta P2TP2A Sidoarjo
Puha delta P2TP2A SidoarjoTossan Ihsan
 
Modul kejaksaan 5 des r1 (1)
Modul kejaksaan 5 des r1 (1)Modul kejaksaan 5 des r1 (1)
Modul kejaksaan 5 des r1 (1)ECPAT Indonesia
 
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakPerlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakTrini Handayani
 
Sekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
Sekilas Tentang Sekolah Ramah AnakSekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
Sekilas Tentang Sekolah Ramah AnakLestari Moerdijat
 

Semelhante a PERLINDUNGAN ANAK DI KOTA PONTIANAK (20)

Makala
MakalaMakala
Makala
 
Analisis uu
Analisis uu Analisis uu
Analisis uu
 
Sistem perilndungana anak
Sistem perilndungana anakSistem perilndungana anak
Sistem perilndungana anak
 
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...
 
Uu 23 2002
Uu 23 2002Uu 23 2002
Uu 23 2002
 
Hukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdfHukum_Perlindungan_Anak.pdf
Hukum_Perlindungan_Anak.pdf
 
Sayang anak
Sayang anakSayang anak
Sayang anak
 
BUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxBUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docx
 
BUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docxBUKU AJAR NUR kespro.docx
BUKU AJAR NUR kespro.docx
 
Uu perlindungan-anak
Uu perlindungan-anakUu perlindungan-anak
Uu perlindungan-anak
 
Sistem perlindungan anak di indonesia
Sistem perlindungan anak di indonesiaSistem perlindungan anak di indonesia
Sistem perlindungan anak di indonesia
 
Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014
Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014
Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014
 
Pembekalan hukum pengangkatan anak a slideshare
Pembekalan hukum pengangkatan anak   a slidesharePembekalan hukum pengangkatan anak   a slideshare
Pembekalan hukum pengangkatan anak a slideshare
 
HPA PERT STIH PUTRI MAHARAJA PAYAKUMBUH 4.pptx
HPA PERT STIH PUTRI MAHARAJA PAYAKUMBUH 4.pptxHPA PERT STIH PUTRI MAHARAJA PAYAKUMBUH 4.pptx
HPA PERT STIH PUTRI MAHARAJA PAYAKUMBUH 4.pptx
 
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdfPertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
Pertemuan 1 sampai 3 PHAP.pdf
 
Puha delta P2TP2A Sidoarjo
Puha delta P2TP2A SidoarjoPuha delta P2TP2A Sidoarjo
Puha delta P2TP2A Sidoarjo
 
Modul kejaksaan 5 des r1 (1)
Modul kejaksaan 5 des r1 (1)Modul kejaksaan 5 des r1 (1)
Modul kejaksaan 5 des r1 (1)
 
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakPerlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anak
 
Sekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
Sekilas Tentang Sekolah Ramah AnakSekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
Sekilas Tentang Sekolah Ramah Anak
 
Uu no 35_2014
Uu no 35_2014Uu no 35_2014
Uu no 35_2014
 

PERLINDUNGAN ANAK DI KOTA PONTIANAK

  • 1. NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (RAPERDA PA) KOTA PONTIANAK BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sering kita saksikan beberapa anak yang kurang beruntung mendapatkan perlakuan kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya, yang semuanya itu merupakan pelanggaran kemanusiaan dan kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat, yang dalam hal ini adalah pemerintah daerah. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU PA), Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Anak perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Karena sifatnya, maka tumbuh kembang anak harus dilakukan dalam lingkungan yang melindungi dari segala bahaya dalam bentuk pengasuhan yang optimal. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945(amandemen) pada Pasal 28B ayat (2) disebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pasal 1 ayat (2) UU PA menyebutkan bahwa Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dari sisi pemenuhan hak anak, terutama hak-hak dasar seperti pangan, sandang, pendidikan, dan kesehatan sudah menunjukan kemajuan yang cukup berarti, namun dari sisi perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah lainnya belum dapat dilakukan secara maksimal dan belum menunjukan kemajuan yang berarti dalam kurun waktu 11 tahun sejak UU PA diundangkan.
  • 2. Dari data dan informasi mengenai berbagai kasus yang terjadi terhadap anak memperlihatkan bahwa kondisi anak rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya. Apabila hal ini berlangsung secara terus menerus dan tidak mendapat perhatian secara serius, maka bukan tidak mungkin generasi penerus ini akan menjadi generasi yang tidak siap dalam memikul tanggungjawab sebagai penerus bangsa. Keluarga bertanggungjawab untuk mengasuh dan melindungi anak. Anak yang mendapatkan pengasuhan dan perlindungan dari keluarganya dengan baik maka anak tersebut tidak terhambat di dalam mencapai hak kelangsungan hidup dan perkembangan. Jika keluarga tidak mampu melaksanakan tanggungjawab mengasuh dan melindungi anak, maka negara wajib membantu keluarga tersebut dalam bentuk program pendidikan atau pengasuhan bagi keluarga: keterampilan menjadi orangtua, keterampilan melindungi anak, kemampuan meningkatkan partisipasi anak dalam keluarga, penyelenggaraan program konseling bagi anak dan keluarga. Dan bilamana diperlukan, negara dapat memberikan dukungan atau bantuan ekonomi. Kegagalan keluarga dalam melaksanakan tanggungjawab mengasuh dan melindungi anak disertai dengan kegagalan negara di dalam membantu atau memberdayakan keluarga tersebut dalam mengasuh dan melindungi anak dapat berakibat pada anak beresiko mengalami kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya. Dalam era otonomi daerah, melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan penetapan Peraturan Pemerintah(PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten atau Kota, serta PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi Pemerintah Daerah telah memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan upaya perlindungan anak, untuk itu perlindungan anak adalah urusan wajib yang harus dilakukan pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota. Melihat pada data dan informasi yang telah diuraikan, maka perlindungan anak yang dilakukan bukan perlindungan anak dalam arti umum, tetapi perlindungan anak yang fokus pada perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi yang harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. B. Identifikasi Masalah Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam memberikan perhatian pada persoalan-persoalan anak. Pengakuan tentang pentingnya perlindungan terhadap
  • 3. anak sudah menjadi kesepakatan international melalui penandatanganan Konvensi Hak Anak (KHA). Konstitusi Indonesia secara eksplisit juga memberikan pengakuan terhadap hak anak. Hal ini seperti yang tercantum dalam Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Langkah maju dalam perlindungan anak dilakukan Indonesia dengan mengesahkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Berbagai UU yang relevan sebagai instrumen perundangan nasional yang juga memuat perlindungan anak. Dari analisis perundang-undangan yang disajikan di atas, terdapat berbagai persoalan terkait dengan pengaturan perundang-undangan khusus anak. Beberapa permasalahan adalah: 1. Saling tumpang tindih dan tidak sinkron sehingga menyulitkan dalam aplikasinya. 2. Belum secara detail menguraikan mengenai perlindungan anak dari kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya. 3. Sesuai muatannya, UUPA diharapkan mampu mewujudkan komitmen Indonesia untuk melindungi anak. Namun dalam perjalanannya UUPA belum secara jelas menciptakan sistem perlindungan anak yang holistik dan komprehensif termasuk layanannya dari tingkat preventif (pencegahan dini), pengurangan risiko, sampai pada penanganan kasus. Oleh karena itu, daerah seharusnya memiliki payung hukum berupa Perda yang mampu mengakomodir semua isu terkait perlindungan anak, mampu memberikan layanan secara holistik dan komprehensif, dan secara tegas memberikan mandat kepada lembaga untuk melakukan koordinasi kebijakan dan pengawasan, dan mandat kepada lembaga untuk memberikan layanan. Selain itu, Perda yang akan disusun harus dapat membuka keterlibatan institusi non pemerintah dan masyarakat untuk berperan secara luas. C. Tujuan dan Kegunaan Naskah Akademik Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik Raperda PA dirumuskan sebagai berikut : 1. Meningkatkan upaya perlindungan anak dengan membangun sistem perlindungan anak yang komprehensif. Sistem ini harus mampu mendeteksi dan merespon kerentanan anak dan keluarganya.
  • 4. 2. Menjamin layanan yang komprehensif meliputi layanan pencegahan dini, pengurangan resiko, dan layanan penanganan kasus anak yang menjadi korban kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah. Sedangkan kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Raperda PA. D. Metode Penelitian Penyusunan naskah akademik ini dilakukan dengan metode penelitian yuridis normatif yang dilakukan melalui studi literatur dan pustaka terutama menelaah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data hasil pemetaan perlindungan anak dengan pendekatan sistem yang merupakan landasan berpijak data bagi naskah akademik ini. BAB. II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIK A. Kajian Teoritis 1. Negara-negara Anggota PBB termasuk Indonesia sebagai negara yang telah menandatangani perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi internasional, bertanggung jawab untuk mematuhi perjanjian, protokol dan konvensi-konvensi yang telah diratifikasi dalam wilayah nasional mereka. Oleh sebab itu, pemerintah memikul seluruh tanggung jawab untuk mengimplementasikan kewajiban- kewajiban internasional ini, serta mandat kepemimpinan dalam melaksanakan peraturan dan mekanisme yang diperlukan untuk mewujudkan kewajiban tersebut. 2. Sebagai bentuk nyata dari komitmen Pemerintah Indonesia dalam perlindungan anak, telah disahkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Meskipun kita telah memiliki Undang-Undang tersebut, yang substansinya telah mencantumkan tentang hak-hak anak dan perlindungan anak, kewajiban dan tanggungjawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Untuk memberikan perlindungan pada anak terutama di daerah, masih perlu dijabarkan lagi dalam bentuk peraturan daerah. 3. Selain itu, Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai MDGs (Tujuan Pembangunan Millennium) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. MDGs yang terkait dengan perlindungan anak, adalah meliputi: a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
  • 5. Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak adalah dengan memastikan setiap anak, mendapatkan kehidupan yang layak, dan tidak terlantar serta bebas dari kemiskinan dan kelaparan (termasuk di dalamnya setiap anak berhak mendapatkan gizi yang baik, asi eksklusif). b. Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak adalah dengan memastikan setiap anak dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang pendidikan minimal SMU. c. Menurunkan Angka Kematian Anak Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak adalah dengan memastikan setiap anak mendapatkan akses akses atas pelayanan kesehatan, terutama di daerah-daerah miskin dan terpencil (termasuk di dalamnya hak untuk mendapatkan imunisasi). d. Memerangi HIV/AIDS, Malaria Dan Penyakit Menular Lainnya Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak adalah dengan memastikan setiap anak mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal apabila terjangkit HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menularnya. e. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Dalam mencapai tujuan ini, kaitannya dengan perlindungan anak adalah dengan memastikan setiap anak mendapatkan akses air minum dan sanitasi yang bersih. Keberhasilan dalam pencapaian MDGs di Indonesia tergantung pada pencapaian tata pemerintahan yang baik di pusat maupun daerah, kemitraan yang produktif pada semua tingkat masyarakat dan penerapan pendekatan yang komprehensif untuk mencapai pertumbuhan yang pro-masyarakat miskin, meningkatkan pelayanan publik, memperbaiki koordinasi antar pemangku kepentingan, meningkatkan alokasi sumber daya, pendekatan desentralisasi untuk mengurangi disparitas, memberdayakan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, serta perlindungan anak. Perlindungan terhadap anak sangat penting dilakukan dalam mendukung pencapaian MDGs, karena kepentingan anak merupakan hal mendasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah. 4. Kemudian, dalam penerapan perlindungan anak, perlu diperhatikan juga rangkaian tentang pengasuhan anak yang berkelanjutan, yang meliputi: a. Tahapan Primer – Layanan universal untuk anak dan keluarga
  • 6. Pencegahan primer adalah segala upaya yang secara langsung ditujukan kepada masyarakat untuk memperkuat kemampuan masyarakat dalam mengasuh anak dan melindungi anak secara aman, termasuk di dalamnya segala aktivitas yang ditujukan untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku sosial masyarakat melalui advokasi, kampanye kesadaran, penguatan keterampilan orang tua, promosi bentuk-bentuk alternatif penegakan disiplin tanpa kekerasan dan kesadaran tentang dampak buruk kekerasan terhadap anak. b. Tahapan Sekunder – Menargetkan kelompok spesifik anak dan keluarga yang berisiko Pelayanan ini masih bersifat preventif tapi fokus pada pemenuhan kebutuhan yang telah diidentifikasi dalam keluarga tertentu atau kelompok yang berisiko. Pencegahan sekunder atau layanan intervensi awal ditujukan kepada anak dan keluarga yang telah teridentifikasi rawan atau mengalami resiko perlakuan salah atau penelantaran. Layanan intervensi awal targetnya adalah keluarga yang telah melakukan perilaku yang mengandung resiko kekerasan, harus di cegah, agar tidak terjadi situasi yang secara nyata dapat menyebabkan dampak buruk terhadap anak. Sebagai contoh, Pelayanan dukungan keluarga dalam bentuk : mediasi dan nasehat hukum ketika keluarga menghadapi kekerasan dalam rumah tangga, pertengkaran, perceraian; meningkatkan keterampilan menjadi orangtua dan keterampilan melindungi anak; upaya penyembuhan salah satu anggota keluarga yang menghadapi masalah ketergantungan obat, minuman keras, berjudi, ketidakmampuan mengendalikan amarah; mendapatkan rujukan pada pelayanan lainnya, seperti dukungan ekonomi, tempat tinggal, jaminan sosial; dan Pelayanan dukungan keluarga ketika terjadi reintegrasi sosial setelah anak berkonflik dengan hukum. Untuk menanangani masalah tersebut pemberi layanan menyediakan berbagai macam layanan baik yang di lakukan oleh organisasi pemerintah maupun organisasi masyarakat. c. Tahapan Tersier – menargetkan anak-anak dan keluarga secara individu. Penanganan korban adalah langkah atau tanggapan segera untuk menangani anak yang secara serius telah mengalami kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran seperti psiko-sosial. Hal ini membutuhkan intervensi yang berkelanjutan, termasuk intervensi yang dilakukan oleh Negara ketika anak telah mengalami dan secara serius beresiko atau berdampak buruk terhadap anak. Untuk itu diperlukan pengawasan dan layanan dukungan keluarga seperti program bagi orang tua, konseling bagi
  • 7. individu dan keluarga, program terapi penyembuhan; dan atau penempatan anak baik yang bersifat sementara maupun permanen dalam pengasuhan alternatif. Langkah-langkah untuk mengambil keputusan harus melalui pengadilan, berdasarkan assessment dan rekomendasi dari instansi sosial. Intervensi di tingkat tersier adalah penting untuk merespons keadaan di mana seorang anak sangat berisiko atau mendapat perlakuan salah, dieksploitasi, ditelantarkan atau mengalami cedera. Intervensi ini mungkin melibatkan anak demi kepentingan terbaik bagi anak harus dipisahkan dari keluarga. Dalam beberapa situasi, intervensi yang pertama kali harus dilakukan adalah mencegah anak terpisah dari keluarga. Tetapi jika menurut hasil assessment hal itu demi kepentingan terbaik bagi anak maka anak tersebut harus dicarikan pengasuhan alternatif. Assessment dan keputusan penempatan anak dalam pengasuhan alternatif hanya boleh dilakukan oleh Negara. Intervensi ini dapat mencakup penggunaan pencegahan primer dan pelayanan intervensi sekunder, bersama dukungan dan tindakan pencegahan lainnya. Detail dari rencana dan program untuk anak-anak secara individu perlu ditentukan oleh konteks tertentu dan harus didasarkan pada prinsip kepentingan terbaik seperti yang disebutkan dalam KHA. B. Kajian Terhadap Asas atau Prinsip yang Terkait dengan Penyusunan Norma. Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek bidang kehidupan terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil penelitian. Elaborasi terkait prinsip-prinsip perlindungan anak yaitu prinsip-prinsip umum KHA yang harus menjiwai atau mainstreaming bagi setiap langkah legislasi atau pembuatan undang-undang dan kebijakan yang dilakukan oleh negara yang terdiri dari: Non Diskriminasi, kepentingan Terbaik bagi anak, Hak hidup, Kelangsungan hidup dan perkembangan, menghargai pandangan anak, yang terdiri dari : 1. Pasal 2 : Non Diskriminasi • Negara wajib menghormati dan menjamin hak anak dan dimasukan dalam sistem hukum yang ada tanpa diskriminasi ( ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik orang tua, status ekonomi, kecacatan, dan kelahiran )
  • 8. • Negara wajib mengambil langkah-langkah yang layak untuk menjamin anak terlindungi dari semua bentuk diskriminasi atau penghukuman berdasarkan latar belakang yang disebabkan oleh pandangan dan keyakinan orang tua anak / wali / keluarga. • Non diskriminasi juga berkaitan dengan KHA Pasal 3 (2) : Negara wajib menjamin pengasuhan dan perlindungan anak untuk kesejahteraan anak, memperhatikan hak dan tugas orang tua / wali melalui langkah-langkah legislatif dan administratif (KHA Pasal 4). Hal tersebut berkaitan dengan hak keperdataan anak. 2. Pasal 3; Kepentingan terbaik bagi anak (The Best Interests of The Child) harus menjadi landasan sistem hukum dan Kebijakan Pemerintah; Pasal 3 juga berkaitan dengan Pasal 40 (2) (b) (iii) atau pengadilan meliputi Jaminan Negara atas : Penanganan kasus anak sesegera mungkin tanpa penundaan; Oleh instansi yang berwenang (aparat penegak hukum); Independent; Mendapatkan bantuan yang layak; dan dengan mempertimbangkan umur atau situasi. Disamping itu kepentingan terbaik bagi anak juga berkaitan dengan pasal 37 (c) meliputi Jaminan Negara atas: pencabutan Kebebasan yaitu Anak yang dicabut kebebasannya harus dipisahkan dari tahanan dewasa, kecuali dengan pertimbangan demi kepentingan terbaik bagi anak. 3. Pasal 6 Hak Hidup; Kelangsungan Hidup; Perkembangan. Jaminan Negara atas anak yang berkonflik dengan hukum atau berhadapan dengan hukum dengan memperhatikan hak hidup anak dan mempromosikan kelangsungan hidup serta perkembangan anak secara maksimum. 4. Pasal 12 Menghargai Pendapat Anak: Negara menjamin : a. bahwa setiap anak yang mampu membentuk pandangan mempunyai hak untuk mengekspresikannya secara bebas pada semua hal yang berpengaruh pada dirinya. b. bahwa pandangan anak dipertimbangan sesuai dengan umur dan kematangan anak. c. Secara khusus memberikan hak anak untuk didengar dan pandangannya dipertimbangkan pada setiap proses peradilan dan administrative yang mempengaruhi dirinya.
  • 9. Hal ini mencakup rentang yang sangat luas dari sidang pengadilan dan termasuk kebijakan atau pembuatan keputusan yang mempengaruhi anak, contohnya, pendidikan, kesehatan, lingkungan, pengasuhan, adopsi. C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat. 1. Bagaimana praktik penyelenggaraan pencegahan dan penanganan kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran terhadap anak yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah bersangkutan saat ini. 2. Bagaimana kondisi kekerasan, ekploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran terhadap anak yang terjadi saat ini di daerah yang bersangkutan. (didukung dengan data dan memperhatikan budaya setempat dalam hal ini perlu kajian apakah tindakan terhadap anak berdasar budaya setempat dikatakan sebagai kekerasan terhadap anak berdasar asas universal perlindungan anak). 3. Bagaimana permasalahan yang terdapat di masyarakat dengan adanya kondisi kekerasan, ekspolitasi, perlakuan salah, dan penelantaran terhadap anak yang terjadi dikaitkan dengan praktek penyelenggaraan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. 4. Bagaimana implikasi penerapan Konvensi Hak Anak bagi perlindungan anak di daerah. D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem (atau pendekatan berbasis sistem) yang akan diatur dalam Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan daerah. Adapun untuk materi kajiannya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana dampak dari penerapan peraturan daerah terhadap nilai-nilai budaya setempat dan aspek kehidupan masyarakat ( apakah bertentangan atau tidak, dan jika hal itu terjadi bagaimana solusinya? ). 2. Apa yang akan dilakukan daerah yang bersangkutan untuk mengatasi persoalan yang timbul akibat penerapan sistem baru. 3. Bagaimana koordinasi antar SKPD di daerah terkait perlindungan anak atau apakah diperlukan suatu unit atau lembaga khusus di daerah yang diberikan mandat untuk mengatur dan menjalankan pelayanan kesejahteraan anak.