Makalah ini membahas tentang puisi, mulai dari pengertian puisi, unsur-unsur puisi fisik dan batin, jenis-jenis puisi lama seperti mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, dan talibun, serta puisi baru. Puisi dijelaskan sebagai karya sastra yang menggunakan bahasa yang padat dan kaya makna. Unsur-unsur puisi meliputi tipografi, diksi, imaji, kata konkret
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Puisi
1. MAKALAH PUISI
DI SUSUN OLEH :
ARUM MAWARTI
FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
2015/2016
2. PENGERTIAN PUISI
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari
poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata
puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata
poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal
dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani
sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang
yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-
dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang
sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak
kebenaran yang tersembunyi.
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang diungkapkan
dengan menggunakan bahasa yang padat, indah, dan kaya makna.
3. UNSUR – UNSUR PUISI
1. TIPOGRAFI
2. DIKSI
3. IMAJI
4. KATA KONGKRET
5. BAHASA FIGURATIF
6. VERIFIKASI
UNSUR FISIK PUISI UNSUR BATIN PUISI
1. TEMA
2. RASA
3. NADA
4. AMANAT
4. UNSUR FISIK PUISI
TIPOGRAFI
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-
kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
DIKSI
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa
bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan
, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis,
penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa
tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan
kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
IMAJI
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba
atau sentuh (imaji taktil).
Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan
merasakan seperti apa yang dialami penyair.
KATA KONGKRET
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan
atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
BAHASA FIGURATIF
Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek
dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau
kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun
macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,
sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
VERSIFIKASI
Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan
bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1)
onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada
puisi Sutardji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan
akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi
bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan
kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
5. UNSUR BATIN PUISI
TEMA
Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap
kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
RASA
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis
dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan
dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan
penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih
banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian
yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
NADA
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan
masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada
sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
AMANAT
Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang
mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum
penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
6. JENIS – JENIS PUISI
PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan. Aturan- aturan
itu antara lain :
•Jumlah kata dalam 1 baris
•Jumlah baris dalam 1 bait
•Persajakan (rima)
•Banyak suku kata tiap baris
Irama.
Ciri-ciri Puisi Lama
a) Merupakan puisi rakyat yang tak
dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan lewat mulut ke
mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat terikat oleh aturan-aturan
seperti jumlah baris tiap bait,
jumlah suku kata maupun rima.
Jenis – jenis puisi lama :
1. Mantra
2. Pantun
3. Karmina
4. Seloka
5. Gurindam
6. Syair
7. Talibun
7. JENIS – JENIS PUISI
JENIS – JENIS PUISI LAMA
1) Mantra
Mantra adalah kata atau ucapan yang mengandung
hikmah dan kekuatan gaib. Kekuatan mantra
dianggap dapat menyembuhkan atau
mendatangkan celaka. Mantra merupakan salah
satu jenis puisi yang paling tua.
Keberadaan mantra dalam masyarakat Melayu pada
mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan
lebih banyak berkaitan dengan adat kepercayaan
masyarakat setempat.
Ciri-ciri mantra antara lain:
•Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
•Bersifat lisan, sakti atau magis
•Adanya perulangan
•Metafora merupakan unsur penting
•Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara
dan lawan bicara) dan misterius
•Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam
hal suku kata, baris dan persajakan
Contoh :
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
8. JENIS – JENIS PUISI
JENIS – JENIS PUISI LAMA
2) Pantun
Pantun adalah puisi yang bercirikan
bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal
sebagai sampiran, 2 baris berikutnya
sebagai isi. Pembagian pantun menurut
isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Ciri-ciri pantun antara lain:
•Setiap bait terdiri 4 baris
•Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
•Baris 3 dan 4 merupakan isi
•Bersajak a – b – a – b
•Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
•Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
9. 3) Karmina
Karmina merupakan sebuah karya sastra
pantun yang sangat kilat.
Ciri-ciri karmina antara lain:
•Setiap bait merupakan bagian dari
keseluruhan.
•Bersajak aa-aa, aa-bb
•Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
•Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
•Semua baris diawali huruf capital.
•Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4
diakhiri tanda titik.
•Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu
rayuan dan perintah.
JENIS – JENIS PUISI
JENIS – JENIS PUISI LAMA
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
10. JENIS – JENIS PUISI
JENIS – JENIS PUISI LAMA
4) Seloka
Seloka adalah karya sastra yang berbentuk
sebuah pantun berkait yang terdiri atas
beberapa jalinan bait
.
Ciri-ciri seloka
•Ditulis empat baris memakai bentuk pantun
atau syair,
•Namun ada seloka yang ditulis lebih dari
empat baris.
•Baris kedua dan keempat pada bait pertama
dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait
kedua
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
11. JENIS – JENIS PUISI
JENIS – JENIS PUISI LAMA
5) Gurindam
Gurindam adalah puisi yang
berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat.
Ciri-ciri gurindam antara lain:
Baris pertama berisikan semacam
soal, masalah atau perjanjian
baris kedua berisikan jawabannya
atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama tadi.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
12. JENIS – JENIS PUISI
JENIS – JENIS PUISI LAMA
6) Syair
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab
dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita.
Ciri-ciri syair antara lain:
Terdiri dari 4 baris
Berirama aaaa
Keempat baris tersebut mengandung arti atau
maksud penyair
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
13. JENIS – JENIS PUISI
JENIS – JENIS PUISI LAMA
7) Talibun
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait
terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Ciri-ciri talibun antara lain:
Jumlah barisnya lebih dari empat baris,
tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan
seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya
tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satu bait berisi delapan baris,
susunannya empat sampiran dan empat isi.
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b
– c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b
– c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
14. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi
lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun
dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan
sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian
besar) : 4-5 suku kata.
15. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU
Puisi baru menurut isinya dibedakan menjadi
1. Balada
2. Himne
3. Ode
4. Epigram
5. Romance
6. Elegy
7. Satire
Puisi baru dilihat dari bentuknya
1. Distikon
2. Tersina
3. Quatrain
4. Quint
5. Sextet
6. Septima
7. Oktaf
16. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut isinya :
1. Balada
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
Ciri-ciri balada:
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-
masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima
a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah
menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait
pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait
berikutnya.
Contoh :
Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “
Balada Matinya Seorang Pemberontak”
17. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut isinya :
2. Himne
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau
pahlawan.
Ciri-ciri himne:
Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan,
seorang pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu
di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang.
Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi
pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan,
dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an.
Contoh :
18. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut isinya :
3. Ode
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
Ciri-ciri ode:
Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya
ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia,
bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau
peristiwa umum.
Contoh :
19. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut isinya :
4. Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat
membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman,
ikhtibar; ada teladan.
Contoh :
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang
di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun
pasti tergilas.
(Iqbal)
20. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut isinya :
5. Romance
Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta
kasih.
Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan
kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
Contoh :
Cinta
Sejak kehadiranmu hingga kini
Ruang hatiku beraroma wangi
Buaian bunga-bunga rindu menari
Yang kau tinggalkan di hati
Makin hari bersemi
Tanpa layu senyum ini
Tersirami cinta suci
Darimu kekasih hati
Jangan biarkan aku sendiri
Kuhanya ingin memiliki
Dirimu seutuhnya cinta sejati
Menjadi harga mati tak tertawar lagi
Andai ada pengganggu hati
Hati ini tegas menghadapi
Janganlah engkau ragu lagi hati ini
milikmu abadi ~ Kahlil Gibran
21. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut isinya :
6) Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
Ciri-ciri elegy:
Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau
keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena
kematian/kepergian seseorang.
Contoh :
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau
berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak
elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa
terdekap
(Chairil Anwar)
22. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut isinya :
7) Satire
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap
sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas
pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh :
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair
salon,
yang bersajak tentang anggur dan
rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa
pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi
kesenian.
(Rendra)
23. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut bentuknya :
1) Distikon
Distikon sering disebut sajak dua seuntai, maksudnya
terdiri atas dua baris dalam tiap baitnya
Ciri-ciri distikon:
2 baris; sajak 2 seuntai
• Distikon (Greek: 2 baris)
• Rima – aa–bb
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
24. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut bentuknya :
2) Tersina
Tersina sering disebut sajak tiga seuntai, maksudnya
terdiri atas tiga baris dalam tiap baitnya.
Ciri-ciri tersina :
Tersina (Itali: 3 irama)
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
25. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut bentuknya :
3) Quatrain
Quatrain adalah sajak empat seuntai yang tiap baitnya
terdiri atas empat baris.
Ciri-ciri quatrain :
• Quatrain (Perancis: 4 baris)
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
26. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut bentuknya :
4) Quint
Quint adalah sajak lima seuntai yang tiap baitnya terdiri
atas lima baris
Ciri-ciri Quint :
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5
baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint
(perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran
penyair untuk membina rima /aaaaa/
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
27. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut bentuknya :
5) Sextet
Sektet adalah sajak enam seuntai, tiap baitnya terdiri
atas enam baris.
Ciri-ciri Sextet :
• sextet (latin: 6 baris)
• Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’
• Rima akhir bebas
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
28. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut bentuknya :
6) Septima
Septima adalah sajak tujuh seuntai, tiap baitnya terdiri
atas tujuh baris.
Ciri-ciri Septima
• septime (Latin: 7 baris)
• Rima akhir bebas
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
29. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut bentuknya :
7) Oktaf
Oktaf adalah sajak delapan seuntai, maksudnya tiap bait
terdiri atas delapan baris.
Ciri-ciri Oktaf :
• Oktaf (Latin: 8 baris)
• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
30. JENIS – JENIS PUISI
PUISI BARU menurut bentuknya :
8) Soneta
Soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris
Ciri-ciri Soneta :
•Terdiri atas 14 baris
•Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2
terzina
•Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu
kesatuan yang disebut octav.
•Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan
yang disebut isi yang disebut sextet.
•Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
•Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan
daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya
subyektif.
•Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
•Penambahan baris pada soneta disebut koda.
•Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9
– 14 suku kata
•Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d –
c, d – c – d.
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)