1. Dokumen membahas tentang deteksi dini air asam tambang yang dapat terbentuk dari aktivitas pertambangan, termasuk cara-cara pencegahan dan pengendaliannya.
2. Terdapat 4 jenis batuan berdasarkan potensi pembentukan asam, dan hasil uji laboratorium mengidentifikasi beberapa conto batuan sebagai pembentuk asam.
3. Pengendalian dilakukan dengan menempatkan batuan non-pembentuk asam di luar, memb
Materi Kuliah Pengetahuan Lingkungan. Air Asam Tambang. Teknik Pertambangan STTNAS Yogyakarta
1.
2. DEFINISI
Air Asam Tambang (AAT) adalah istilah
umum yang digunakan untuk menerangkan
lindian (leachate), rembesan (seepage) atau
aliran (drainage) yang telah dipengaruhi
oleh oksidasi alamiah mineral sulfida yang
terkandung dalam batuan yang terpapar
(exposed) selama penambangan.
4. TUJUAN
DETEKSI DINI AIR ASAM TAMBANG
SUMBER AIR ASAM TAMBANG (AAT)
– MINERAL/BATUAN SULFIDA (PIRIT,
KALKOPIRIT, GALENA, SINABAR DLL, YG
TERKONTAMINASI DENGAN AIR & UDARA.
– SUMBER KEGIATAN PERTAMBANGAN
• KONSTRUKSI (PEMBUATAN JALAN), OB
• EKSPLOITASI (TBT, TT)
• WASTE DUMP
• STOCK PILE BIJIH/BATUBARA
• PEMBUANGAN TAILING
6. KAPAN AAT PERLU DI DETEKSI?
PROSPEKSI / EKSPLORASI
KONSTRUKSI
TBT DAN TAMBANG
TERBUKA (BIJIH,
BATUBARA MAUPUN MIN.
INDUSTRI, BATUAN
SAMPING)
DLL
7. AAT TIDAK TERBENTUK
JIKA
Mineral sulfida tdk reaktif
Banyak min bersifat
basa/penetral asam
Iklim kering/kelembaban rendah
Infiltrasi air hujan tidak terlalu
banyak
8. Penggolongan jenis batuan
pembentuk asam
tipe 1. bukan pembentuk asam
tipe-2. pempotensi PA kap. <
tipe-3. pempotensi PA kap. >
tipe-4. pembentuk Asam
9. PENGGOLONGAN JENIS BATUAN
PEMBENTUK ASAM
No. Golongan Jenis batuan Keterangan
1 Tipe 1 bukan pembentuk
asam
nilai pH uji NAG lebih besar atau sama dengan 4,5
dan atau nilai NAPP negatif;
2 Tipe 2 potensi pembentuk
asam kapasitas
rendah
pH uji NAG lebih kecil 4,5; nilai NAG pada pH 4,5
lebih kecil dari 5 kg H2SO4 per ton; NAPP 0 - 10 kg
H2SO4 per ton
3 Tipe 3 potensi pembentuk
asam kapasitas
tinggi
pH uji NAG lebih kecil 4,5; nilai NAG pada pH 4,5
lebih besar atau sama dengan 5 kg H2SO4 per ton;
NAPP lebih besar atau sama dengan 10 kg H2SO4
per ton
4 Tipe 4 pembentuk asam pH uji NAG lebih kecil 4,5; dan batuan (1:2) lebih
kecil dari 4,5; nilai NAG pada pH 4,5 lebih besar
atau sama dengan 5 kg H2SO4 per ton; NAPP lebih
besar atau sama dengan 10 kg H2SO4 per ton
10. MINERAL SULFIDA PEMBENTUK AAT
Mineral Komposisi
Pyrite FeS2
Marcasite FeS2
Chalcopyrite Cu FeS2
Chalcocite Cu2S
Sphalerite ZnS
Galena PbS
Millerite NiS
Pyrrhotite Fe1-xS ( 0<x<0.2)
Arsenopyrite FeAsS
Cinnabar HgS
11. PROSES PEMBENTUKAN
AAT
Pada kisaran pH 3,5 – 4,5; proses oksidasi
besi dipercepat oleh berbagai bakteri seperti
Metallogenium.
Di bawah pH 3,5 reaksi yang sama
dipercepat oleh Thiobacillus ferrooxidans.
Jika ion feri bereaksi dengan pirit lagi maka
pirit akan larut dan reaksi berikut ini akan
berlangsung
2 FeS2 (s) + 14 Fe3+ + 8 H2O 15 Fe2+ +
16 H+
13. Komponen Kegiatan pertambangan Sebagi Sumber
AMD
Sumber Contoh untuk Mengidentifikasi AMD
Dinding pit Inti bor dan cuttings
Underground exploration passages
Paritan (trenches)
Dinding pit (hanya untuk tambang yang aktif)
Penggalian batuan penutup pada
tambang bawah tanah
Inti bor
Lubang masuk kegiatan eksplorasi tambang bawah tanah
(Underground exloration adits)
Front dan dinding tambang (hanya untuk yang masih aktif)
Batuan penutup yang digali
Penimbunan batuan
samping/overburden
Inti bor
Lubang masuk kegiatan eksplorasi tambang bawah tanah
(Underground exloration adits)
Timbunan batuan (hanya untuk yang masih aktif)
Penimbunan bijih di stockpile Inti bor
Lubang masuk kegiatan eksplorasi tambang bawah tanah
(Underground exloration adits)
Timbunan batuan (hanya untuk yang masih aktif)
Tailing dari kegiatan pengolahan Residu dari pengujian metalurgi skala laboraorium atau uji pilot
plant
Kolam tailing
Sumber Pengambilan Contoh AAT
14. PENCEGAHAN AAT
Mencegah terbentuknya AAT
Meniadakan salah satu atau lebih unsur
pembentuk AAT
Cara kering (pemisahan, penimbunan,
pelapisan, dsb)
Cara basah (wet land)
17. Penggunaan Fosfat
Penggunaan larutan FePO4
• Di dalam kondisi pH > 2 FePO4 melakukan
presipitasi dalam fase terpisah di dalam larutan
• Di bawah pH 3, tingkat kejenuhan akan
menurun dengan penambahan FePO4 pada
permukaan pyrite.
18. Pelapisan
Sodium asetat komponen yang efektif sebagai larutan
untuk pelapisan yang bertujuan sebagai presipitasi Fe3+
dari FePO4.
• Larutan fosfat dengan H2O2 terbukti efektif
mencegah AAT di limbah tambang batubara
• Presipitasi ferri fosfat pada permukaan pyrite
efektif menurunkan secara signifikan
oksidasi pyrite.
19. Bakterisida
Bakteri pereduksi sulfat memiliki kemampuan
menguragi tingkat keasaman
• Bakteri pereduksi sulfat dengan surfaktan anion
sodium sulfat dan alkil benzen sulfonat dapat
menghambat terbentuknya asam
• Dalam waktu tertentu, bila bakterisida yang
telah ditentukan berkurang, maka bakteri
pengoksidasi sulfat dan besi dapat menjadi
menjadi katalisator reaksi produksi asam kembali
20. Pengkapsulan
Bahan-bahan yang dapat digunakan: Fly-ash,
cements, bentonite, jenis-jenis clay, campuran
beberapa bahan buatadan lain-lain
• Di dalam suatu percobaan terbukti dengan
pengkapsulan menghasilkan total besi 500 s/d
1000 kali lebih rendah dibandingkan tanpa
pengkapsulan
• Lapisan organik memiliki karakteristik
pembawa sifat basa yang tinggi, kapasitas
tukar kation dan permeabilitas yang rendah.
21. PENDEKATAN
HIDROLOGI
Prinsip: MENJAGA AGAR AIR TIDAK
MENGALIRI MATERIAL PIRIT (KEEP
WATER AWAY FROM PYRITIC
MATERIAL)
Tempatkan timbunan di atas permukaan air
tanah, padatkan dan lapisi dengan liat
Parit pengeak (diversion ditcth) untuk
mengurangi infiltrasi
24. KESIMPULAN
1. Deteksi air asam tambang dilakukan sedini
mungkin yaitu sejak kegiatan prospeksi atau
eksplorasi.
2. Hasil uji laboratorium terdapat 4 conto batuan
pembentuk asam yaitu kode conto 4246 (roof), 4247
(parting), 4253 (roof) dan 4254 (parting). Satu
batuan potensi pembentuk asam kapasitas tinggi
(kode 4252). Dua batuan potensi pembentuk asam
kapasitas rendah (kode 4255 dan 4256). Sisanya
delapan conto merupakan batuan bukan pembentuk
asam.
28. Jenjang 1 (10 m) batuan type 1
Jenjang 1 (10 m) batuan type 1
Penimbunan batuan type 1 di bagian luar timbunan
Pendorongan lereng akhir oleh dozer
Penempatan tanah
0,70 m subsoil
0,30 m topsoil
Jenjang 1 (10 m) tak membentuk asam
Jenjang 2 (10 m) tak membentuk asam
Batuan pembentuk asamJenjang 1 (10 m) tak membentuk asam
Pembentukan berm drainase dan awal jenjang berikutnya
29. Jenjang 2 (10 m) tak membentuk asam
Batuan pembentuk asamJenjang 1 (10 m) tak membentuk asam
Pendorongan jenjang ke dua oleh dozer
0,70 m subsoil
0,30 m topsoil
15 m
Jenjang 2 (10 m) tak membentuk asam
Batuan pembentuk asam
Jenjang 1 (10 m) tak membentuk asam
15 m
Penyelesaian jenjang ke dua