SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 16
2.
                                                                  SALINAN




                            MENTERI DALAM NEGERI
                             REPUBLIK INDONESIA

            PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
                          NOMOR 41 TAHUN 2012

                                     TENTANG

       PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

                   DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

     Men      a. bahwa peningkatan jumlah pedagang kaki lima di daerah
     imb         telah berdampak pada terganggunya kelancaran lalu lintas,
     ang         estetika dan kebersihan serta fungsi prasarana kawasan
                 perkotaan maka diperlukan penataan pedagang kaki lima;
              b. bahwa kegiatan pedagang kaki lima sebagai salah satu usaha
                 ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha perdagangan
                 sektor informal perlu dilakukan pemberdayaan untuk
                 meningkatkan dan mengembangkan usahanya;
              c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
                 dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
                 Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman
                 Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima;

     Men      1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
     ging        Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
     at          Lembaran    Negara   Republik  Indonesia Nomor    4437)
                 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
                 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan
                 Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
                 Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
                 Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
                 Indonesia Nomor 4848);
              2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
                 Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
                 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
                 Nomor 4725);
              3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
                 Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
                 Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik
                 Indonesia Nomor 4866);
              4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
                 Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

1.
-2-


                    Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
                    Nomor 4916);

                                     MEMUTUSKAN:

        Me :            PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK
        net             INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN
        ap              PEMBERDAYAAN PEDAGANG KALI LIMA.
        ka
        n

                                   BAB I
                              KETENTUAN UMUM

                                     Pasal 1

        Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pedagang Kaki Lima, yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku usaha
   yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha
   bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial,
   fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang
   bersifat sementara/tidak menetap.
2. Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui
   penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban
   dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan kepentingan umum,
   sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan
   lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Pemberdayaan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
   daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk
   penumbuhan iklim usaha dan pengembangan usaha terhadap PKL sehingga
   mampu tumbuh dan berkembang baik kualitas maupun kuantitas usahanya.
4. Lokasi PKL adalah tempat untuk menjalankan usaha PKL yang berada di lahan
   dan/atau bangunan milik pemerintah daerah dan/atau swasta.
5. Lokasi binaan adalah lokasi yang telah ditetapkan peruntukannya bagi PKL
   yang diatur oleh pemerintah daerah, baik bersifat permanen maupun
   sementara.
6. Tanda Daftar Usaha, yang selanjutnya disebut TDU, adalah surat yang
   dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran usaha
   PKL sekaligus sebagai alat kendali untuk pemberdayaan dan pengembangan
   usaha PKL di lokasi yang ditetapkan oleh pemeritah daerah.
7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat
   RPJMD, adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
8. Satuan Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah
   perangkat daerah pada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
9. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat
   daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
10. Rencana Strategis SKPD, yang selanjutnya disebut dengan Renstra SKPD,
    adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.
11. Menteri adalah Menteri Dalam Negeri.

                                           Pasal 2
-3-



(1) Menteri berwenang melakukan pembinaan dalam penataan dan pemberdayaan
    PKL.
(2) Gubernur dan Bupati/Walikota wajib melakukan penataan dan pemberdayaan
    PKL.
                                       Pasal 3

(1) Pembinaan dalam penataan dan pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 2 meliputi:
    a. pendataan;
    b. perencanaan penyediaan ruang bagi kegiatan sektor informal;
    c.   fasilitasi akses permodalan;
    d. penguatan kelembagaan;
    e.   pembinaan dan bimbingan teknis;
    f.   fasilitasi kerjasama antar daerah; dan
    g. mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha.
(2) Program penataan dan pemberdayaan PKL sebagimana dimaksud pada ayat (1)
    disusun dalam RPJMD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
    undangan yang mengatur tentang perencanaan pembangunan daerah.

                                   BAB II
                         RUANG LINGKUP DAN TUJUAN

                                    Pasal 4

Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi penataan dan
pemberdayaan PKL.

                                  Pasal 5

        Tujuan penataan dan pemberdayaan pedagang kali lima adalah:
a. memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui penetapan lokasi sesuai
   dengan peruntukannya;
b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha PKL menjadi usaha
   ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri; dan
c. untuk mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman dengan sarana
   dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan.

                                 BAB III
                              PENATAAN PKL

                              Bagian Kesatu
                                 Umum

                                 Pasal 6

(1) Penataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilakukan
    terhadap PKL dan lokasi tempat kegiatan PKL.
(2) Penataan lokasi tempat kegiatan   sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    dilakukan di kawasan perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan
    perundang-undangan yang mengatur tentang penataan ruang.

                                      Pasal 7
-4-

          Gubernur melakukan penataan PKL melalui:
a. fasilitasi penataan PKL lintas kabupaten/kota di wilayahnya;
b. fasilitasi kerjasama penataan PKL antar kabupaten/kota di wilayahnya; dan
c. pembinaan Bupati/Walikota di wilayahnya.

                                       Pasal 8

       Bupati/Walikota melakukan penataan PKL dengan cara:
a.   pendataan PKL;
b.   pendaftaran PKL;
c.   penetapan lokasi PKL;
d.   pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan
e.   peremajaan lokasi PKL.

                                  Bagian Kedua
                                 Pendataan PKL

                                    Pasal 9

(1) Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL melakukan
    pendataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a.
(2) Tahapan dalam melakukan pendataan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1) dilakukan bersama aparat kelurahan dengan cara antara lain:
     a. membuat jadwal kegiatan pelaksanaan pendataan;
     b. memetakan lokasi; dan
     c. melakukan validasi/pemutakhiran data.

                                    Pasal 10

(1) Pendataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilakukan
    berdasarkan:
    a. identitas PKL;
    b. lokasi PKL;
    c. jenis tempat usaha;
    d. bidang usaha; dan
    e. modal usaha.
(2) Data PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai dasar untuk
    penataan dan pemberdayaan PKL.

                                    Pasal 11

         Lokasi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b terdiri
         atas lokasi PKL sesuai peruntukannya dan lokasi PKL tidak sesuai
         peruntukannya.

                                       Pasal 12

(1) Lokasi PKL sesuai peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
    (1) huruf b terdiri atas:
    a. Lokasi PKL yang bersifat permanen; dan
    b. Lokasi PKL yang bersifat sementara.
-5-


(2) Lokasi PKL tidak sesuai dengan peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 10 ayat (1) huruf b merupakan lokasi bukan peruntukan tempat berusaha
    PKL.




                                      Pasal 13

(1) Lokasi PKL yang bersifat permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
    ayat (1) huruf a merupakan lokasi yang bersifat tetap yang diperuntukkan
    sebagai tempat usaha PKL.
(2) Lokasi PKL yang bersifat sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
    ayat (1) huruf b merupakan lokasi tempat usaha PKL yang terjadwal dan
    bersifat sementara.
(3) Lokasi PKL sebagaimana      dimaksud     pada   ayat   (2)   ditetapkan   oleh
    Bupati/Walikota.

                                      Pasal 14

Jenis tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c terdiri
atas jenis tempat usaha tidak bergerak dan jenis tempat usaha bergerak.

                                      Pasal 15

(1) Jenis tempat usaha tidak bergerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
    antara lain:
    a. gelaran;
    b. lesehan;
    c. tenda; dan
    d. selter.
(2) Jenis tempat usaha bergerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 antara
    lain:
     a. tidak bermotor; dan
     b. bermotor.

                                      Pasal 16

(1) Jenis tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf
    a antara lain gerobak beroda dan sepeda.
(2) Jenis tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf
    b terdiri atas:
    a. kendaraan bermotor roda dua;
    b. kendaraan bermotor roda tiga; dan
    c. kendaraan bermotor roda empat.

                                      Pasal 17

         Bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf d
         antara lain:
a. kuliner;
b. kerajinan;
-6-


c.   tanaman hias;
d.   burung;
e.   ikan hias;
f.   baju, sepatu dan tas; dan
g.   barang antik.


                                  Bagian Ketiga
                                 Pendaftaran PKL

                                    Pasal 18

(1) Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL melakukan
    pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b.
(2) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD
    yang membidangi urusan PKL bersama dengan lurah.
(3) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pengendalian PKL
    dan menjamin kepastian hukum berusaha.

                                    Pasal 19

(1) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan terhadap 2
    (dua) kategori PKL, yaitu PKL lama dan PKL baru.
(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melengkapi dan
    menyampaikan berkas pendaftaran usaha kepada SKPD yang membidangi
    urusan PKL.

                                        Pasal 20

(1) PKL kategori lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dengan
    kriteria sebagai berikut:
     a. PKL pada saat pendataan sudah berusaha di lahan atau lokasi sesuai
        peruntukannya; dan/atau
     b. PKL pada saat pendataan sudah berusaha di lahan atau lokasi yang tidak
        sesuai peruntukannya dan ditetapkan sebagai lokasi sementara;
(2) PKL yang sudah berusaha di lahan atau lokasi yang tidak sesuai
    peruntukannya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dilakukan
    relokasi.

                                     Pasal 21

(1) PKL kategori baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) merupakan
    PKL yang belum pernah berusaha sebagai PKL di kabupaten/kota setempat.
(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan permohonan
    pendaftaran untuk berusaha pada lokasi yang ditetapkan oleh Pemerintah
    Daerah melalui SKPD yang membidangi urusan PKL.

                                      Pasal 22

Tata cara pendaftaran usaha bagi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat
(2) meliputi:
a. permohonan TDU;
b. penerbitan TDU;
c. perpanjangan TDU; dan
-7-


d. pencabutan dan tidak berlakunya TDU.
                                       Pasal 23
(1) PKL mengajukan permohonan TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
    huruf a kepada Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL.
(2) Permohonan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus
     melampirkan berkas permohonan sebagai berikut:
    a. kartu tanda penduduk yang beralamat di kabupaten/kota setempat;
    b. pas photo terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar;
    c. mengisi formulir yang memuat tentang:
       1) nama;
       2) alamat/tempat tinggal/lama tinggal;
       3) bidang usaha yang dimohon;
       4) tempat usaha yang dimohon;
       5) waktu usaha;
       6) perlengkapan yang digunakan; dan
       7) jumlah modal usaha.
    d. mengisi formulir surat pernyataan belum memiliki tempat usaha;
    e. mengisi formulir surat pernyataan kesanggupan untuk menjaga keindahan,
        ketertiban, keamanan, kebersihan, dan kesehatan serta fungsi fasilitas
        umum; dan
    f. mengisi formulir surat pernyataan yang memuat:
       1) tidak memperdagangkan barang ilegal;
       2) tidak merombak, menambah, dan mengubah fungsi serta fasilitas yang
          ada ditempat atau lokasi PKL;
       3) tidak memindahtangankan TDU kepada pihak lain; dan
       4) kesanggupan mengosongkan, mengembalikan atau menyerahkan tempat
          usaha PKL apabila:
          a) lokasi dimaksud sewaktu-waktu dibutuhkan dan atau dikembalikan
             kepada fungsinya;
          b) lokasi usaha tidak ditempati selama satu bulan; dan
          c) setelah dievaluasi PKL dinilai layak menjadi usaha kecil.
(3) Permohonan TDU bagi PKL yang menggunakan jenis tempat usaha dengan
    kendaraan bermotor untuk kegiatan usaha harus bernomor polisi daerah
    kabupaten/kota setempat.
                                       Pasal 24
(1) SKPD yang membidangi urusan PKL mendistribusikan formulir sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f
    kepada lurah.
(2) PKL yang akan mendaftarkan usahanya meminta formulir sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) kepada lurah.

                                       Pasal 25

(1) SKPD yang membidangi      urusan      PKL   melakukan   pemeriksaan   berkas
    pendaftaran PKL.
(2) Berkas pendaftaran PKL yang telah memenuhi persyaratan menjadi dasar
    penerbitan TDU.

                                       Pasal 26

1) Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL menerbitkan
-8-

   TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b.
2) Penerbitan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan:
   a. TDU diterbitkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penerimaan
      surat permohonan pendaftaran diterima, lengkap dan benar;
   b. TDU hanya dapat digunakan untuk menempati 1 (satu) lokasi tempat usaha
      bagi PKL yang tidak bergerak dan 1 (satu) kendaraan bagi PKL yang
      bergerak;
   c. TDU berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal
      diterbitkan dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi
      perkembangan usaha; dan
   d. penerbitan TDU tidak dipungut biaya.

                                      Pasal 27

(1) Dalam hal berkas pendaftaran PKL tidak memenuhi persyaratan,
    Bupati/walikota melalui kepala SKPD yang membidangi urusan PKL
    menyampaikan surat penolakan penerbitan TDU.
(2) Surat penolakan penerbitan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
    alasan penolakan.
(3) Surat penolakan disampaikan kepada PKL paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
    sejak tanggal penerimaan surat permohonan pendaftaran.

                                         Pasal 28

(1) Perpanjangan TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c, dilakukan 1
    (satu) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku TDU.
(2) Permohonan perpanjangan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan
    PKL.

                                        Pasal 29

1) Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL dapat melakukan
   pencabutan TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d.
2) Pencabutan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
   apabila:
   a. pemegang TDU melanggar ketentuan yang terdapat di dalam surat
      pendaftaran;
   b. lokasi usaha yang bersangkutan tidak lagi ditetapkan sebagai tempat usaha
      PKL;
   c. pemegang TDU melanggar ketentuan perundang-undangan;
   d. tidak memperpanjang TDU;
   e. tidak melakukan usaha PKL lagi; dan/atau
   f. dipindahtangankan TDU PKL.
3) Tidak berlakunya TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d apabila:
   a. pemegang TDU meninggal dunia;
   b. atas permintaan tertulis dari pemegang TDU; dan
   c. pemegang TDU pindah lokasi usaha.
4) Dalam hal pemegang TDU meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat
   (3) huruf a, maka suami, isteri, dan/atau anak pemegang TDU dapat
   mengajukan permohonan TDU untuk menggunakan tempat usaha pada lokasi
   yang bersangkutan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
-9-


                                        Pasal 30
          PKL mempunyai hak antara lain:
a.   mendapatkan pelayanan pendaftaran usaha PKL;
b.   melakukan kegiatan usaha di lokasi yang telah ditetapkan;
c.   mendapatkan informasi dan sosialisasi atau pemberitahuan terkait dengan
     kegiatan usaha di lokasi yang bersangkutan;
d.   mendapatkan pengaturan, penataan, pembinaan, supervisi dan pendampingan
     dalam pengembangan usahanya; dan
e.   mendapatkan pendampingan dalam mendapatkan pinjaman permodalan
     dengan mitra bank.
                                        Pasal 31
           PKL mempunyai kewajiban antara lain:
a.   mematuhi ketentuan perundang-undangan;
b.   mematuhi waktu kegiatan usaha yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota;
c.   memelihara keindahan, ketertiban, keamanan, kebersihan dan kesehatan
     lingkungan tempat usaha;
d.   menempatkan dan menata barang dagangan dan/atau jasa serta peralatan
     dagangan dengan tertib dan teratur;
e.   tidak mengganggu lalu lintas dan kepentingan umum;
f.   menyerahkan tempat usaha atau lokasi usaha tanpa menuntut ganti rugi
     dalam bentuk apapun, apabila lokasi usaha tidak ditempati selama 1 (satu)
     bulan atau sewaktu-waktu lokasi tersebut dibutuhkan oleh pemerintah
     kabupaten/kota; dan
g.   menempati tempat atau lokasi usaha yang telah ditentukan oleh pemerintah
     daerah sesuai TDU yang dimiliki PKL.

                                        Pasal 32

           PKL dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.   melakukan kegiatan usahanya di ruang umum yang tidak ditetapkan untuk
     lokasi PKL;
b.   merombak, menambah dan mengubah fungsi serta fasilitas yang ada di tempat
     atau lokasi usaha PKL yang telah ditetapkan dan/ atau ditentukan
     Bupati/Walikota;
c.   menempati lahan atau lokasi PKL untuk kegiatan tempat tinggal;
d.   berpindah tempat atau lokasi dan/atau memindahtangankan TDU PKL tanpa
     sepengetahuan dan seizin Bupati/Walikota;
e.   menelantarkan dan/atau membiarkan kosong lokasi tempat usaha tanpa
     kegiatan secara terus-menerus selama 1 (satu) bulan;
f.   mengganti bidang usaha dan/atau memperdagangkan barang ilegal;
g.   melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak dan atau mengubah bentuk
     trotoar, fasilitas umum, dan/atau bangunan di sekitarnya;
h.   menggunakan badan jalan untuk tempat usaha, kecuali yang ditetapkan untuk
     lokasi PKL terjadwal dan terkendali;
i.   PKL yang kegiatan usahanya menggunakan kendaraan dilarang berdagang di
     tempat-tempat larangan parkir, pemberhentian sementara, atau trotoar; dan
j.   memperjualbelikan atau menyewakan tempat usaha PKL kepada pedagang
     lainnya.

                                   Bagian Keempat
                                 Penetapan Lokasi PKL
-10-



                                         Pasal 33

(1) Bupati/Walikota menetapkan lokasi atau kawasan sesuai peruntukannya
    sebagai lokasi tempat kegiatan usaha PKL.
(2) Penetapan lokasi atau kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
    dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial, budaya, estetika, ekonomi,
    keamanan, ketertiban, kesehatan, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan
    Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan
    Kabupaten/Kota.
(3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan lokasi binaan yang
    ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
(4) Lokasi binaan yang telah ditetapkan dilengkapi dengan papan nama lokasi dan
    rambu atau tanda yang menerangkan batasan jumlah PKL sesuai dengan
    peraturan perundang-undangan.

                                    Pasal 34

(1) Lokasi binaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3), terdiri atas:
   a. lokasi permanen; dan
   b. lokasi sementara.
(2) Lokasi PKL yang bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
    a dilengkapi dengan aksesabilitas, dan sarana serta prasarana antara lain
    fasilitas listrik, air, tempat sampah dan toilet umum.
(3) Lokasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diarahkan
    untuk menjadi kawasan atau pusat-pusat bidang usaha promosi, produksi
    unggulan daerah.
(4) Lokasi sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
    lokasi tempat usaha PKL yang terjadwal sampai jangka waktu yang ditetapkan
    oleh Pemerintah kabupaten/kota.

                                         Pasal 35

 Bupati/Walikota menetapkan jadwal usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam
 Pasal 34 ayat (4).

                                    Bagian Kelima
                      Pemindahan PKL dan Penghapusan Lokasi PKL

                                         Pasal 36

(1) PKL yang menempati lokasi yang tidak sesuai peruntukan sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dapat dilakukan pemindahan atau relokasi
    PKL ke tempat/ruang yang sesuai peruntukannya.
(2) Penghapusan lokasi tempat berusaha PKL yang telah dipindahkan ditertibkan
    dan ditata sesuai dengan fungsi peruntukannya.
(3) Pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Bupati/Walikota.


                                      Bagian Keenam
                                  Peremajaan Lokasi PKL
-11-



                                       Pasal 37

(1) Pemerintah kabupaten/kota dapat melakukan peremajaan lokasi PKL pada
    lokasi binaan.
(2) Peremajaan lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada            ayat   (1)   untuk
    meningkatkan fungsi prasarana, sarana dan utilitas kota.
                                     Bagian Ketujuh
                                 Larangan Bertransaksi

                                       Pasal 38

(1) Setiap orang dilarang melakukan transaksi perdagangan dengan PKL pada
    fasilitas-fasilitas umum yang dilarang untuk tempat usaha atau lokasi usaha
    PKL.
(2) Fasilitas umum yang dilarang untuk tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) dilengkapi dengan rambu atau tanda larangan untuk tempat atau
    lokasi usaha PKL.
(3) Bupati/Walikota mengenakan sanksi atas pelanggaran sebagaimana yang
    dimaksud pada ayat (1).


                                      BAB IV
                                 PEMBERDAYAAN PKL

                                   Pasal 39

(1) Gubernur melakukan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
    ayat (2) meliputi:
    a. fasilitasi kerjasama antar kabupaten/kota di wilayahnya; dan
    b. pembinaan dan supervisi pemberdayaan PKL yang dilaksanakan oleh
       bupati/walikota.
(2) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
    dilakukan melalui:
    a. kerjasama antar daerah kabupaten/kota; dan
    b. kemitraan dengan dunia usaha.

                                       Pasal 40

           Bupati/Walikota melakukan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud
           dalam Pasal 2 ayat (2) antara lain melalui:
a. peningkatan kemampuan berusaha;
b. fasilitasi akses permodalan;
c. fasilitasi bantuan sarana dagang;
d. penguatan kelembagaan;
e. fasilitasi peningkatan produksi;
f. pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi; dan
g. pembinaan dan bimbingan teknis.

                                   Bagian Kesatu
                   Pemberdayaan PKL Melalui Kerjasama Antar Daerah
-12-

                                         Pasal 41

(1) Menteri dapat memfasilitasi kerjasama PKL antar provinsi.
(2) Gubernur memfasilitasi kerjasama pemberdayaan PKL antar kabupaten/kota di
    wilayahnya.
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman pada peraturan
    perundang-undangan yang mengatur tentang kerjasama antar daerah.
                                   Bagian Kedua
                           Kemitraan Dengan Dunia Usaha

                                         Pasal 42

(1) Bupati/Walikota dalam melakukan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 39 ayat (2) huruf b antara lain dapat dilakukan melalui program
    tanggung jawab sosial perusahaan/CSR (Corporate Social Responsibility).
(2) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat difasilitasi oleh
    Pemerintah sesuai dengan bidang usaha berdasarkan data PKL.
(3) Bentuk kemitraan dengan dunia usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    antara lain:
    a. penataan peremajaan tempat usaha PKL;
    b. peningkatan kemampuan berwirausaha melalui bimbingan, pelatihan dan
       bantuan permodalan;
    c. promosi usaha dan event pada lokasi binaan; dan
    d. berperan aktif dalam penataan PKL di kawasan perkotaan agar menjadi lebih
       tertib, bersih, indah dan nyaman.


                                     BAB V
                     MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

                                     Bagian Kesatu
                                 Monitoring dan Evaluasi

                                         Pasal 43

(1) Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah
    melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penataan dan
    pemberdayaan PKL di daerah.
(2) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    dilakukan bersama kementerian terkait.
(3) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali
    dalam setahun dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

                                         Pasal 44

(1) Gubernur melakukan monitoring dan evaluasi terhadap          penataan   dan
    pemberdayaan PKL di kabupaten/kota di wilayahnya.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi
    dengan Bupati/Walikota.

                                         Pasal 45

(1) Bupati/Walikota melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penataan dan
-13-

   pemberdayaan PKL di wilayahnya.
(2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun
    dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.




                                      Bagian Kedua
                                       Pelaporan

                                         Pasal 46

(1) Bupati/Walikota menyampaikan laporan hasil pelaksanaan penataan dan
    pemberdayaan PKL kepada Gubernur.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan tembusan disampaikan
    kepada Menteri.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan paling lambat pada
    akhir bulan Februari tahun berikutnya.

                                         Pasal 47

(1) Gubernur menyampaikan laporan          hasil    pelaksanaan   penataan    dan
    pemberdayaan PKL kepada Menteri.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat pada
    akhir bulan Maret tahun berikutnya.

                                         Pasal 48

        Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan
        evaluasi terhadap laporan pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL
        yang disampaikan oleh Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam
        Pasal 46 dan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
        sebagai bahan pengambilan kebijakan lebih lanjut.

                                       BAB VI
                             PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

                                       Pasal 49

(1) Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan
    pembinaan terhadap pelaksanaan peraturan menteri ini.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
    a. koordinasi dengan kementerian terkait;
    b. sosialisasi peraturan menteri ini;
    c. peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah;
    d. bimbingan teknis, pelatihan, konsultasi, dan supervisi penataan dan
       pemberdayaan PKL; dan
    e. monitoring dan evaluasi.


                                       Pasal 50

(1) Gubernur melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penataan dan
-14-

     pemberdayaan PKL di kabupaten/kota di wilayahnya.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
    a. koordinasi dengan Menteri dan Bupati/Walikota;
    b. sosialisasi terkait peraturan menteri ini dan kebijakan Gubernur dalam
       penataan dan pemberdayaan PKL kepada bupati/walikota di wilayahnya;
    c. fasilitasi kerjasama antar Kabupaten/Kota dalam penataan dan
       pemberdayaan PKL lintas Kabupaten/Kota di wilayahnya;
    d. bimbingan teknis, pelatihan, konsultasi, serta supervisi penataan dan
       pemberdayaan PKL; dan
    e. monitoring dan evaluasi.

                                      Pasal 51

(1) Bupati/walikota melakukan pembinaan terhadap         pelaksanaan    kegiatan
    penataan dan pemberdayaan PKL di kabupaten/kota.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
    a. koordinasi dengan Gubernur;
    b. pendataan PKL;
    c. sosialisasi kebijakan tentang penataan dan pemberdayaan PKL;
    d. perencanaan dan penetapan lokasi binaan PKL;
    e. koordinasi dan konsultasi pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL;
    f. bimbingan teknis, pelatihan, supervisi kepada PKL;
    g. mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dalam
       penataan dan pemberdayaan PKL; dan
    h. monitoring dan evaluasi.

                                      Pasal 52

(1) Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan
    pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dan kebijakan provinsi
    di bidang penataan dan pemberdayaan PKL.
(2) Gubernur melakukan pengawasan       penataan   dan   pemberdayaan   PKL   di
    kabupaten/kota di wilayahnya.
(3) Bupati/Walikota melakukan pengawasan terhadap penataan dan pemberdayaan
    PKL yang dilaksanakan oleh SKPD.


                                        BAB VII
                                      PENDANAAN

                                        Pasal 53

           Biaya pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL bersumber dari:
a.   Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b.   Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
c.   Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota; dan
d.   Lain-lain sumber pendapatan yang sah dan tidak mengikat.


                                      BAB VIII
                                 KETENTUAN LAIN LAIN
-15-



                                        Pasal 54

(1) Penataan dan Pemberdayaan PKL di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan oleh
    Gubernur DKI Jakarta.
(2) Ketentuan mengenai penataan dan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 53 berlaku secara mutatis mutandis
    terhadap penataan dan pemberdayaan PKL di Provinsi DKI Jakarta.

                                        Pasal 55

(1) Penetapan lokasi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3), lokasi
    binaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3), jadwal usaha PKL
    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, pemindahan PKL dan penghapusan
    lokasi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), ditetapkan dengan
    Keputusan Kepala Daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan bertransaksi beserta sanksi
    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
    Kepala Daerah.


                                       BAB IX
                                KETENTUAN PERALIHAN

                                        Pasal 56

 Bagi daerah yang telah menetapkan RPJMD dapat melakukan perubahan RPJMD
 atau menyusun rencana penataan dan pemberdayaan PKL dalam Rencana Kerja
 Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan Rencana Kerja Pembangunan
 Daerah (RKPD) sebagai landasan penyusunan rancangan APBD sampai dengan
 ditetapkan RPJMD periode berikutnya.


                                       BAB X
                                 KETENTUAN PENUTUP

                                        Pasal 57

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

        Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan
        Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
        Indonesia.

                                                         Ditetapkan         di
                                                         Jakarta
                                                         pada tanggal 6 Juni
                                                         2012
                                                         MENTERI DALAM
                                                             NEGERI
                                                            REPUBLIK
                                                           INDONESIA

                                                                ttd
-16-

                                          GAMAWAN
                                            FAUZI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juni 2012
 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
             MANUSIA
      REPUBLIK INDONESIA,

                    ttd

           AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 607

Salinan    sesuai    dengan
aslinya
 KEPALA BIRO HUKUM


     ttd
ZUDAN                     ARIF
FAKRULLOH
  Pembina Tk.I (IV/b)
 NIP. 19690824 199903 1
001

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten LamaPresentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
TPRP Strategic Partner
 
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILI...
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILI...PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILI...
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILI...
Yudhi Aldriand
 
Peraturan bupati-no.-36-ttg.-izin-pemakaian-kekayaan-daerah
Peraturan bupati-no.-36-ttg.-izin-pemakaian-kekayaan-daerahPeraturan bupati-no.-36-ttg.-izin-pemakaian-kekayaan-daerah
Peraturan bupati-no.-36-ttg.-izin-pemakaian-kekayaan-daerah
ppbkab
 

Mais procurados (18)

Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
 
91pdsulsel002
91pdsulsel00291pdsulsel002
91pdsulsel002
 
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten LamaPresentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
Presentasi Draft Akhir KSP Baduy dan Banten Lama
 
Kebijakan BSPS
Kebijakan BSPSKebijakan BSPS
Kebijakan BSPS
 
Permenpu012014
Permenpu012014Permenpu012014
Permenpu012014
 
Perdes no 6 pungutan desa 2017
Perdes no 6 pungutan desa 2017Perdes no 6 pungutan desa 2017
Perdes no 6 pungutan desa 2017
 
Sni 02 1733-2004
Sni 02 1733-2004Sni 02 1733-2004
Sni 02 1733-2004
 
sosialisasi perka bkn urusan kelautan dan perikanan
sosialisasi perka bkn urusan kelautan dan perikanansosialisasi perka bkn urusan kelautan dan perikanan
sosialisasi perka bkn urusan kelautan dan perikanan
 
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
04. sinkronisasi urusan_pemerintahan_daerah_ii_kemendagri
 
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah - Perg...
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah - Perg...Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah - Perg...
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah - Perg...
 
Perdes pungutan 2018
Perdes pungutan 2018Perdes pungutan 2018
Perdes pungutan 2018
 
Permenperumra 04 2011
Permenperumra 04 2011Permenperumra 04 2011
Permenperumra 04 2011
 
Profil Kotaku Kabupaten Banyuwangi
Profil Kotaku Kabupaten BanyuwangiProfil Kotaku Kabupaten Banyuwangi
Profil Kotaku Kabupaten Banyuwangi
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DA...
 
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILI...
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILI...PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILI...
PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILI...
 
Peraturan bupati-no.-36-ttg.-izin-pemakaian-kekayaan-daerah
Peraturan bupati-no.-36-ttg.-izin-pemakaian-kekayaan-daerahPeraturan bupati-no.-36-ttg.-izin-pemakaian-kekayaan-daerah
Peraturan bupati-no.-36-ttg.-izin-pemakaian-kekayaan-daerah
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SerangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang
 

Destaque

Destaque (8)

Infovaardigheden 2012
Infovaardigheden 2012Infovaardigheden 2012
Infovaardigheden 2012
 
Prototyping is an attitude
Prototyping is an attitudePrototyping is an attitude
Prototyping is an attitude
 
50 Essential Content Marketing Hacks (Content Marketing World)
50 Essential Content Marketing Hacks (Content Marketing World)50 Essential Content Marketing Hacks (Content Marketing World)
50 Essential Content Marketing Hacks (Content Marketing World)
 
10 Insightful Quotes On Designing A Better Customer Experience
10 Insightful Quotes On Designing A Better Customer Experience10 Insightful Quotes On Designing A Better Customer Experience
10 Insightful Quotes On Designing A Better Customer Experience
 
How to Build a Dynamic Social Media Plan
How to Build a Dynamic Social Media PlanHow to Build a Dynamic Social Media Plan
How to Build a Dynamic Social Media Plan
 
Learn BEM: CSS Naming Convention
Learn BEM: CSS Naming ConventionLearn BEM: CSS Naming Convention
Learn BEM: CSS Naming Convention
 
20 Ideas for your Website Homepage Content
20 Ideas for your Website Homepage Content20 Ideas for your Website Homepage Content
20 Ideas for your Website Homepage Content
 
SEO: Getting Personal
SEO: Getting PersonalSEO: Getting Personal
SEO: Getting Personal
 

Semelhante a Permen no.41 th_2012

Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docxJuknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
razitakhalyla
 
RAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSDRAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSD
Ade Suerani
 
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Rizki Malinda
 
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Yudhi Aldriand
 
No. 7 ttg pendirian perusahaan daerah pakpak agro lestari (pd.pal)
No. 7 ttg pendirian perusahaan daerah pakpak agro lestari (pd.pal)No. 7 ttg pendirian perusahaan daerah pakpak agro lestari (pd.pal)
No. 7 ttg pendirian perusahaan daerah pakpak agro lestari (pd.pal)
ppbkab
 

Semelhante a Permen no.41 th_2012 (20)

Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
 
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docxJuknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN ...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN ... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN ...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MOD...
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MO...
 
RAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSDRAPERDA PENGADAAN PNSD
RAPERDA PENGADAAN PNSD
 
Perda Kabupaten Nunukan tentang Pedagang Kaki Lima
Perda Kabupaten Nunukan tentang Pedagang Kaki LimaPerda Kabupaten Nunukan tentang Pedagang Kaki Lima
Perda Kabupaten Nunukan tentang Pedagang Kaki Lima
 
52 perwal 2015 ttg tata cara penyelenggaraan pos
52 perwal 2015 ttg tata cara penyelenggaraan pos52 perwal 2015 ttg tata cara penyelenggaraan pos
52 perwal 2015 ttg tata cara penyelenggaraan pos
 
Kab bengkulu tengah_3_2012
Kab bengkulu tengah_3_2012Kab bengkulu tengah_3_2012
Kab bengkulu tengah_3_2012
 
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
 
Permen no.73 th_2011
Permen no.73 th_2011Permen no.73 th_2011
Permen no.73 th_2011
 
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman ...
 
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfPerpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
 
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
 
Permen PU Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan
Permen PU Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pedoman Revitalisasi KawasanPermen PU Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan
Permen PU Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan
 
PP_Nomor_6_Tahun_2021 (PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA DI DAERAH).pdf
PP_Nomor_6_Tahun_2021 (PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA DI DAERAH).pdfPP_Nomor_6_Tahun_2021 (PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA DI DAERAH).pdf
PP_Nomor_6_Tahun_2021 (PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA DI DAERAH).pdf
 
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Pe...
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Pe...Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Pe...
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Pe...
 
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
 
Salinan PP Nomor 12 Tahun 2023
Salinan PP Nomor 12 Tahun 2023Salinan PP Nomor 12 Tahun 2023
Salinan PP Nomor 12 Tahun 2023
 
No. 7 ttg pendirian perusahaan daerah pakpak agro lestari (pd.pal)
No. 7 ttg pendirian perusahaan daerah pakpak agro lestari (pd.pal)No. 7 ttg pendirian perusahaan daerah pakpak agro lestari (pd.pal)
No. 7 ttg pendirian perusahaan daerah pakpak agro lestari (pd.pal)
 

Permen no.41 th_2012

  • 1. 2. SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Men a. bahwa peningkatan jumlah pedagang kaki lima di daerah imb telah berdampak pada terganggunya kelancaran lalu lintas, ang estetika dan kebersihan serta fungsi prasarana kawasan perkotaan maka diperlukan penataan pedagang kaki lima; b. bahwa kegiatan pedagang kaki lima sebagai salah satu usaha ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha perdagangan sektor informal perlu dilakukan pemberdayaan untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima; Men 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan ging Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan at Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848); 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 1.
  • 2. -2- Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); MEMUTUSKAN: Me : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK net INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN ap PEMBERDAYAAN PEDAGANG KALI LIMA. ka n BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pedagang Kaki Lima, yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat sementara/tidak menetap. 2. Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Pemberdayaan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim usaha dan pengembangan usaha terhadap PKL sehingga mampu tumbuh dan berkembang baik kualitas maupun kuantitas usahanya. 4. Lokasi PKL adalah tempat untuk menjalankan usaha PKL yang berada di lahan dan/atau bangunan milik pemerintah daerah dan/atau swasta. 5. Lokasi binaan adalah lokasi yang telah ditetapkan peruntukannya bagi PKL yang diatur oleh pemerintah daerah, baik bersifat permanen maupun sementara. 6. Tanda Daftar Usaha, yang selanjutnya disebut TDU, adalah surat yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran usaha PKL sekaligus sebagai alat kendali untuk pemberdayaan dan pengembangan usaha PKL di lokasi yang ditetapkan oleh pemeritah daerah. 7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 8. Satuan Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah perangkat daerah pada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. 9. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 10. Rencana Strategis SKPD, yang selanjutnya disebut dengan Renstra SKPD, adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. 11. Menteri adalah Menteri Dalam Negeri. Pasal 2
  • 3. -3- (1) Menteri berwenang melakukan pembinaan dalam penataan dan pemberdayaan PKL. (2) Gubernur dan Bupati/Walikota wajib melakukan penataan dan pemberdayaan PKL. Pasal 3 (1) Pembinaan dalam penataan dan pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi: a. pendataan; b. perencanaan penyediaan ruang bagi kegiatan sektor informal; c. fasilitasi akses permodalan; d. penguatan kelembagaan; e. pembinaan dan bimbingan teknis; f. fasilitasi kerjasama antar daerah; dan g. mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha. (2) Program penataan dan pemberdayaan PKL sebagimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam RPJMD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang perencanaan pembangunan daerah. BAB II RUANG LINGKUP DAN TUJUAN Pasal 4 Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi penataan dan pemberdayaan PKL. Pasal 5 Tujuan penataan dan pemberdayaan pedagang kali lima adalah: a. memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui penetapan lokasi sesuai dengan peruntukannya; b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha PKL menjadi usaha ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri; dan c. untuk mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman dengan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan. BAB III PENATAAN PKL Bagian Kesatu Umum Pasal 6 (1) Penataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilakukan terhadap PKL dan lokasi tempat kegiatan PKL. (2) Penataan lokasi tempat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di kawasan perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penataan ruang. Pasal 7
  • 4. -4- Gubernur melakukan penataan PKL melalui: a. fasilitasi penataan PKL lintas kabupaten/kota di wilayahnya; b. fasilitasi kerjasama penataan PKL antar kabupaten/kota di wilayahnya; dan c. pembinaan Bupati/Walikota di wilayahnya. Pasal 8 Bupati/Walikota melakukan penataan PKL dengan cara: a. pendataan PKL; b. pendaftaran PKL; c. penetapan lokasi PKL; d. pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan e. peremajaan lokasi PKL. Bagian Kedua Pendataan PKL Pasal 9 (1) Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL melakukan pendataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a. (2) Tahapan dalam melakukan pendataan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bersama aparat kelurahan dengan cara antara lain: a. membuat jadwal kegiatan pelaksanaan pendataan; b. memetakan lokasi; dan c. melakukan validasi/pemutakhiran data. Pasal 10 (1) Pendataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilakukan berdasarkan: a. identitas PKL; b. lokasi PKL; c. jenis tempat usaha; d. bidang usaha; dan e. modal usaha. (2) Data PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai dasar untuk penataan dan pemberdayaan PKL. Pasal 11 Lokasi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b terdiri atas lokasi PKL sesuai peruntukannya dan lokasi PKL tidak sesuai peruntukannya. Pasal 12 (1) Lokasi PKL sesuai peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b terdiri atas: a. Lokasi PKL yang bersifat permanen; dan b. Lokasi PKL yang bersifat sementara.
  • 5. -5- (2) Lokasi PKL tidak sesuai dengan peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b merupakan lokasi bukan peruntukan tempat berusaha PKL. Pasal 13 (1) Lokasi PKL yang bersifat permanen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a merupakan lokasi yang bersifat tetap yang diperuntukkan sebagai tempat usaha PKL. (2) Lokasi PKL yang bersifat sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b merupakan lokasi tempat usaha PKL yang terjadwal dan bersifat sementara. (3) Lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Pasal 14 Jenis tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c terdiri atas jenis tempat usaha tidak bergerak dan jenis tempat usaha bergerak. Pasal 15 (1) Jenis tempat usaha tidak bergerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 antara lain: a. gelaran; b. lesehan; c. tenda; dan d. selter. (2) Jenis tempat usaha bergerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 antara lain: a. tidak bermotor; dan b. bermotor. Pasal 16 (1) Jenis tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a antara lain gerobak beroda dan sepeda. (2) Jenis tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b terdiri atas: a. kendaraan bermotor roda dua; b. kendaraan bermotor roda tiga; dan c. kendaraan bermotor roda empat. Pasal 17 Bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf d antara lain: a. kuliner; b. kerajinan;
  • 6. -6- c. tanaman hias; d. burung; e. ikan hias; f. baju, sepatu dan tas; dan g. barang antik. Bagian Ketiga Pendaftaran PKL Pasal 18 (1) Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL melakukan pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b. (2) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD yang membidangi urusan PKL bersama dengan lurah. (3) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pengendalian PKL dan menjamin kepastian hukum berusaha. Pasal 19 (1) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan terhadap 2 (dua) kategori PKL, yaitu PKL lama dan PKL baru. (2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melengkapi dan menyampaikan berkas pendaftaran usaha kepada SKPD yang membidangi urusan PKL. Pasal 20 (1) PKL kategori lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dengan kriteria sebagai berikut: a. PKL pada saat pendataan sudah berusaha di lahan atau lokasi sesuai peruntukannya; dan/atau b. PKL pada saat pendataan sudah berusaha di lahan atau lokasi yang tidak sesuai peruntukannya dan ditetapkan sebagai lokasi sementara; (2) PKL yang sudah berusaha di lahan atau lokasi yang tidak sesuai peruntukannya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dilakukan relokasi. Pasal 21 (1) PKL kategori baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) merupakan PKL yang belum pernah berusaha sebagai PKL di kabupaten/kota setempat. (2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan permohonan pendaftaran untuk berusaha pada lokasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah melalui SKPD yang membidangi urusan PKL. Pasal 22 Tata cara pendaftaran usaha bagi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) meliputi: a. permohonan TDU; b. penerbitan TDU; c. perpanjangan TDU; dan
  • 7. -7- d. pencabutan dan tidak berlakunya TDU. Pasal 23 (1) PKL mengajukan permohonan TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a kepada Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL. (2) Permohonan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus melampirkan berkas permohonan sebagai berikut: a. kartu tanda penduduk yang beralamat di kabupaten/kota setempat; b. pas photo terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar; c. mengisi formulir yang memuat tentang: 1) nama; 2) alamat/tempat tinggal/lama tinggal; 3) bidang usaha yang dimohon; 4) tempat usaha yang dimohon; 5) waktu usaha; 6) perlengkapan yang digunakan; dan 7) jumlah modal usaha. d. mengisi formulir surat pernyataan belum memiliki tempat usaha; e. mengisi formulir surat pernyataan kesanggupan untuk menjaga keindahan, ketertiban, keamanan, kebersihan, dan kesehatan serta fungsi fasilitas umum; dan f. mengisi formulir surat pernyataan yang memuat: 1) tidak memperdagangkan barang ilegal; 2) tidak merombak, menambah, dan mengubah fungsi serta fasilitas yang ada ditempat atau lokasi PKL; 3) tidak memindahtangankan TDU kepada pihak lain; dan 4) kesanggupan mengosongkan, mengembalikan atau menyerahkan tempat usaha PKL apabila: a) lokasi dimaksud sewaktu-waktu dibutuhkan dan atau dikembalikan kepada fungsinya; b) lokasi usaha tidak ditempati selama satu bulan; dan c) setelah dievaluasi PKL dinilai layak menjadi usaha kecil. (3) Permohonan TDU bagi PKL yang menggunakan jenis tempat usaha dengan kendaraan bermotor untuk kegiatan usaha harus bernomor polisi daerah kabupaten/kota setempat. Pasal 24 (1) SKPD yang membidangi urusan PKL mendistribusikan formulir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f kepada lurah. (2) PKL yang akan mendaftarkan usahanya meminta formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada lurah. Pasal 25 (1) SKPD yang membidangi urusan PKL melakukan pemeriksaan berkas pendaftaran PKL. (2) Berkas pendaftaran PKL yang telah memenuhi persyaratan menjadi dasar penerbitan TDU. Pasal 26 1) Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL menerbitkan
  • 8. -8- TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b. 2) Penerbitan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan: a. TDU diterbitkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penerimaan surat permohonan pendaftaran diterima, lengkap dan benar; b. TDU hanya dapat digunakan untuk menempati 1 (satu) lokasi tempat usaha bagi PKL yang tidak bergerak dan 1 (satu) kendaraan bagi PKL yang bergerak; c. TDU berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal diterbitkan dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi perkembangan usaha; dan d. penerbitan TDU tidak dipungut biaya. Pasal 27 (1) Dalam hal berkas pendaftaran PKL tidak memenuhi persyaratan, Bupati/walikota melalui kepala SKPD yang membidangi urusan PKL menyampaikan surat penolakan penerbitan TDU. (2) Surat penolakan penerbitan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai alasan penolakan. (3) Surat penolakan disampaikan kepada PKL paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penerimaan surat permohonan pendaftaran. Pasal 28 (1) Perpanjangan TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c, dilakukan 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku TDU. (2) Permohonan perpanjangan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL. Pasal 29 1) Bupati/Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan PKL dapat melakukan pencabutan TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d. 2) Pencabutan TDU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan apabila: a. pemegang TDU melanggar ketentuan yang terdapat di dalam surat pendaftaran; b. lokasi usaha yang bersangkutan tidak lagi ditetapkan sebagai tempat usaha PKL; c. pemegang TDU melanggar ketentuan perundang-undangan; d. tidak memperpanjang TDU; e. tidak melakukan usaha PKL lagi; dan/atau f. dipindahtangankan TDU PKL. 3) Tidak berlakunya TDU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d apabila: a. pemegang TDU meninggal dunia; b. atas permintaan tertulis dari pemegang TDU; dan c. pemegang TDU pindah lokasi usaha. 4) Dalam hal pemegang TDU meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, maka suami, isteri, dan/atau anak pemegang TDU dapat mengajukan permohonan TDU untuk menggunakan tempat usaha pada lokasi yang bersangkutan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
  • 9. -9- Pasal 30 PKL mempunyai hak antara lain: a. mendapatkan pelayanan pendaftaran usaha PKL; b. melakukan kegiatan usaha di lokasi yang telah ditetapkan; c. mendapatkan informasi dan sosialisasi atau pemberitahuan terkait dengan kegiatan usaha di lokasi yang bersangkutan; d. mendapatkan pengaturan, penataan, pembinaan, supervisi dan pendampingan dalam pengembangan usahanya; dan e. mendapatkan pendampingan dalam mendapatkan pinjaman permodalan dengan mitra bank. Pasal 31 PKL mempunyai kewajiban antara lain: a. mematuhi ketentuan perundang-undangan; b. mematuhi waktu kegiatan usaha yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota; c. memelihara keindahan, ketertiban, keamanan, kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat usaha; d. menempatkan dan menata barang dagangan dan/atau jasa serta peralatan dagangan dengan tertib dan teratur; e. tidak mengganggu lalu lintas dan kepentingan umum; f. menyerahkan tempat usaha atau lokasi usaha tanpa menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun, apabila lokasi usaha tidak ditempati selama 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu lokasi tersebut dibutuhkan oleh pemerintah kabupaten/kota; dan g. menempati tempat atau lokasi usaha yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai TDU yang dimiliki PKL. Pasal 32 PKL dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut: a. melakukan kegiatan usahanya di ruang umum yang tidak ditetapkan untuk lokasi PKL; b. merombak, menambah dan mengubah fungsi serta fasilitas yang ada di tempat atau lokasi usaha PKL yang telah ditetapkan dan/ atau ditentukan Bupati/Walikota; c. menempati lahan atau lokasi PKL untuk kegiatan tempat tinggal; d. berpindah tempat atau lokasi dan/atau memindahtangankan TDU PKL tanpa sepengetahuan dan seizin Bupati/Walikota; e. menelantarkan dan/atau membiarkan kosong lokasi tempat usaha tanpa kegiatan secara terus-menerus selama 1 (satu) bulan; f. mengganti bidang usaha dan/atau memperdagangkan barang ilegal; g. melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak dan atau mengubah bentuk trotoar, fasilitas umum, dan/atau bangunan di sekitarnya; h. menggunakan badan jalan untuk tempat usaha, kecuali yang ditetapkan untuk lokasi PKL terjadwal dan terkendali; i. PKL yang kegiatan usahanya menggunakan kendaraan dilarang berdagang di tempat-tempat larangan parkir, pemberhentian sementara, atau trotoar; dan j. memperjualbelikan atau menyewakan tempat usaha PKL kepada pedagang lainnya. Bagian Keempat Penetapan Lokasi PKL
  • 10. -10- Pasal 33 (1) Bupati/Walikota menetapkan lokasi atau kawasan sesuai peruntukannya sebagai lokasi tempat kegiatan usaha PKL. (2) Penetapan lokasi atau kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial, budaya, estetika, ekonomi, keamanan, ketertiban, kesehatan, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. (3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan lokasi binaan yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. (4) Lokasi binaan yang telah ditetapkan dilengkapi dengan papan nama lokasi dan rambu atau tanda yang menerangkan batasan jumlah PKL sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 34 (1) Lokasi binaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3), terdiri atas: a. lokasi permanen; dan b. lokasi sementara. (2) Lokasi PKL yang bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi dengan aksesabilitas, dan sarana serta prasarana antara lain fasilitas listrik, air, tempat sampah dan toilet umum. (3) Lokasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diarahkan untuk menjadi kawasan atau pusat-pusat bidang usaha promosi, produksi unggulan daerah. (4) Lokasi sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan lokasi tempat usaha PKL yang terjadwal sampai jangka waktu yang ditetapkan oleh Pemerintah kabupaten/kota. Pasal 35 Bupati/Walikota menetapkan jadwal usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4). Bagian Kelima Pemindahan PKL dan Penghapusan Lokasi PKL Pasal 36 (1) PKL yang menempati lokasi yang tidak sesuai peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dapat dilakukan pemindahan atau relokasi PKL ke tempat/ruang yang sesuai peruntukannya. (2) Penghapusan lokasi tempat berusaha PKL yang telah dipindahkan ditertibkan dan ditata sesuai dengan fungsi peruntukannya. (3) Pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Bagian Keenam Peremajaan Lokasi PKL
  • 11. -11- Pasal 37 (1) Pemerintah kabupaten/kota dapat melakukan peremajaan lokasi PKL pada lokasi binaan. (2) Peremajaan lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk meningkatkan fungsi prasarana, sarana dan utilitas kota. Bagian Ketujuh Larangan Bertransaksi Pasal 38 (1) Setiap orang dilarang melakukan transaksi perdagangan dengan PKL pada fasilitas-fasilitas umum yang dilarang untuk tempat usaha atau lokasi usaha PKL. (2) Fasilitas umum yang dilarang untuk tempat usaha PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan rambu atau tanda larangan untuk tempat atau lokasi usaha PKL. (3) Bupati/Walikota mengenakan sanksi atas pelanggaran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1). BAB IV PEMBERDAYAAN PKL Pasal 39 (1) Gubernur melakukan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) meliputi: a. fasilitasi kerjasama antar kabupaten/kota di wilayahnya; dan b. pembinaan dan supervisi pemberdayaan PKL yang dilaksanakan oleh bupati/walikota. (2) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dilakukan melalui: a. kerjasama antar daerah kabupaten/kota; dan b. kemitraan dengan dunia usaha. Pasal 40 Bupati/Walikota melakukan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) antara lain melalui: a. peningkatan kemampuan berusaha; b. fasilitasi akses permodalan; c. fasilitasi bantuan sarana dagang; d. penguatan kelembagaan; e. fasilitasi peningkatan produksi; f. pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi; dan g. pembinaan dan bimbingan teknis. Bagian Kesatu Pemberdayaan PKL Melalui Kerjasama Antar Daerah
  • 12. -12- Pasal 41 (1) Menteri dapat memfasilitasi kerjasama PKL antar provinsi. (2) Gubernur memfasilitasi kerjasama pemberdayaan PKL antar kabupaten/kota di wilayahnya. (3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kerjasama antar daerah. Bagian Kedua Kemitraan Dengan Dunia Usaha Pasal 42 (1) Bupati/Walikota dalam melakukan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) huruf b antara lain dapat dilakukan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan/CSR (Corporate Social Responsibility). (2) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat difasilitasi oleh Pemerintah sesuai dengan bidang usaha berdasarkan data PKL. (3) Bentuk kemitraan dengan dunia usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain: a. penataan peremajaan tempat usaha PKL; b. peningkatan kemampuan berwirausaha melalui bimbingan, pelatihan dan bantuan permodalan; c. promosi usaha dan event pada lokasi binaan; dan d. berperan aktif dalam penataan PKL di kawasan perkotaan agar menjadi lebih tertib, bersih, indah dan nyaman. BAB V MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Bagian Kesatu Monitoring dan Evaluasi Pasal 43 (1) Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL di daerah. (2) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bersama kementerian terkait. (3) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Pasal 44 (1) Gubernur melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penataan dan pemberdayaan PKL di kabupaten/kota di wilayahnya. (2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkoordinasi dengan Bupati/Walikota. Pasal 45 (1) Bupati/Walikota melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penataan dan
  • 13. -13- pemberdayaan PKL di wilayahnya. (2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Bagian Kedua Pelaporan Pasal 46 (1) Bupati/Walikota menyampaikan laporan hasil pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL kepada Gubernur. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan tembusan disampaikan kepada Menteri. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan paling lambat pada akhir bulan Februari tahun berikutnya. Pasal 47 (1) Gubernur menyampaikan laporan hasil pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL kepada Menteri. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat pada akhir bulan Maret tahun berikutnya. Pasal 48 Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan evaluasi terhadap laporan pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL yang disampaikan oleh Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 sebagai bahan pengambilan kebijakan lebih lanjut. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 49 (1) Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan peraturan menteri ini. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. koordinasi dengan kementerian terkait; b. sosialisasi peraturan menteri ini; c. peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah; d. bimbingan teknis, pelatihan, konsultasi, dan supervisi penataan dan pemberdayaan PKL; dan e. monitoring dan evaluasi. Pasal 50 (1) Gubernur melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penataan dan
  • 14. -14- pemberdayaan PKL di kabupaten/kota di wilayahnya. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. koordinasi dengan Menteri dan Bupati/Walikota; b. sosialisasi terkait peraturan menteri ini dan kebijakan Gubernur dalam penataan dan pemberdayaan PKL kepada bupati/walikota di wilayahnya; c. fasilitasi kerjasama antar Kabupaten/Kota dalam penataan dan pemberdayaan PKL lintas Kabupaten/Kota di wilayahnya; d. bimbingan teknis, pelatihan, konsultasi, serta supervisi penataan dan pemberdayaan PKL; dan e. monitoring dan evaluasi. Pasal 51 (1) Bupati/walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL di kabupaten/kota. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. koordinasi dengan Gubernur; b. pendataan PKL; c. sosialisasi kebijakan tentang penataan dan pemberdayaan PKL; d. perencanaan dan penetapan lokasi binaan PKL; e. koordinasi dan konsultasi pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL; f. bimbingan teknis, pelatihan, supervisi kepada PKL; g. mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dalam penataan dan pemberdayaan PKL; dan h. monitoring dan evaluasi. Pasal 52 (1) Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dan kebijakan provinsi di bidang penataan dan pemberdayaan PKL. (2) Gubernur melakukan pengawasan penataan dan pemberdayaan PKL di kabupaten/kota di wilayahnya. (3) Bupati/Walikota melakukan pengawasan terhadap penataan dan pemberdayaan PKL yang dilaksanakan oleh SKPD. BAB VII PENDANAAN Pasal 53 Biaya pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota; dan d. Lain-lain sumber pendapatan yang sah dan tidak mengikat. BAB VIII KETENTUAN LAIN LAIN
  • 15. -15- Pasal 54 (1) Penataan dan Pemberdayaan PKL di Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan oleh Gubernur DKI Jakarta. (2) Ketentuan mengenai penataan dan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 53 berlaku secara mutatis mutandis terhadap penataan dan pemberdayaan PKL di Provinsi DKI Jakarta. Pasal 55 (1) Penetapan lokasi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3), lokasi binaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3), jadwal usaha PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan bertransaksi beserta sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 56 Bagi daerah yang telah menetapkan RPJMD dapat melakukan perubahan RPJMD atau menyusun rencana penataan dan pemberdayaan PKL dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai landasan penyusunan rancangan APBD sampai dengan ditetapkan RPJMD periode berikutnya. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 57 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni 2012 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA ttd
  • 16. -16- GAMAWAN FAUZI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 607 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM ttd ZUDAN ARIF FAKRULLOH Pembina Tk.I (IV/b) NIP. 19690824 199903 1 001