Model pembelajaran STAD dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi barisan dan deret bilangan. STAD memungkinkan siswa saling membantu untuk memahami konsep matematika secara mendalam sesuai dengan teori humanistik. Selain itu, materi barisan dan deret mensyaratkan siswa untuk merancang model matematika dan menafsirkan hasil secara kritis.
Keefektifan Model STAD Mengembangkan Berpikir Kritis
1. Keefektifan Model STAD untuk Mengembangkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Barisan dan Deret Bilangan
Landasan Teori
Keefektifan pembelajaran (sambas;2009)
Model pembelajaran STAD
(Ali;2010)
(Surianta;2008)
(Rusman;2011)
Berpikir kritis
(Marcut;2005)
(Acharya;2011)
Teori belajar humanistik
(Rogers dalam Dwijayanti;2011)
(Baharudin dan Wahyuni dalam Prayito;2011)
( Alvin dalam Dwijayanti;2011)
(Rogers dalam Djiwandono;2006)
(Soemanto;2006)
(Hamachek dalam Soemanto;2006)
Alasan
1. Keterkaitan antara kemampuan berpikir kritis dengan pemilihan model STAD
Perubahan paradigma pendidikan saat ini yang berpengaruh pada perubahan
kurikulum, lebih menekankan pada siswa belajar bukan hanya guru mengajar.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengacu pada paham belajar bukan
mengajar, hal ini berimplikasi siswa dituntut selalu aktif baik dalam kelas maupun di
luar kelas. Siswa diajak berpikir dan beraktifitas untuk mendapatkan sendiri
pengetahuan yang diinginkannya. Tugas utama pengajar adalah memberikan
motivasi dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk dapat belajar,
hal ini tentunya menuntut model pembelajaran yang tepat agar sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Untuk menciptakan agar siswa berpikir kritis adalah dengan
menyediakan kondisi dimana siswa dapat berdiskusi untuk bersama-sama
2. menggambarkan penyelesaian dari suatu masalah. Kondisi pertama siswa merasa
bebas mengemukakan idenya,kemudian siswa juga harus mendengarkan ide dari
siswa lain(Marcut,2005). Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang
dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif
tipe STAD karena dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat terjadi
proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk memahami
konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika dengan
kelompoknya (Surianta,2008). Langkah-langkah pembelajaran STAD meliputi: (1).
Penyampaian tujuan dan motivasi, (2). Pembagian kelompok, (3). Presentasi dari
Guru, (3). Kegiatan belajar dalam Tim, (4). Kuis (Evaluasi), (5).
Penghargaan
Prestasi Tim. (Rusman,2011:217-218). Dengan pemilihan metode yang tepat dan
menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
memaksimalkan proses pembelajaran sehingga tidak hanya meningkatkan prestasi
belajar siswa tapi juga melatih siswa berpikir kritis.
2. Keterkaitan antara kemampuan berpikir kritis dengan teori humanistik
Tahap dalam pendekatan berpikir kritis ada tiga,yaitu:(1)pendahuluan,yang dimulai
dengan sedikit ulasan singkat dari guru yang cukup menarik perhatian siswa untuk
berpikir; (2)membangun pengetahuan; (3)tahap penggabungan, dimana siswa akan
saling bertukar pikiran dengan siswa lain dan menguji kebenaran ide
mereka(Acharya,2011). Menurut teori humanistik belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia. Tujuan utama para pendidik ialah
membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sebagai manusia yang unik dan membantunya
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek dalam
Soemanto,2006:136). Rogers (dalam Dwijayanti 2011:131) berpendapat bahwa
pembelajaran hendaknya berpusat pada peserta didik (learner centered). Rogers
dalam Djiwandono (2006:183-187) menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya
membuat belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal dan berarti. Prinsipprinsip penting belajar humanistik yang diidentifikasikan sebagai sentral dari filsafat
pendidikannya,yaitu: (1)keinginan untuk belajar; (2)belajar secara signifikan;
(3)belajar tanpa ancaman; (4)belajar atas inisiatif sendiri; (5)belajar dan berubah.
Salah satu karakteristik kelas humanistik menurut Alvin dalam dwijayanti
(2011:140),yaitu
membantu
peserta
didik
mengembangkan
sikap
kemandirian,kemerdekaan dan rasa ingin tahu. Strategi pembelajaran yang efektif
3. adalah strategi yang memotivasi supaya berpikir kritis dan membantu untuk
mengurangi kecemasan. Menurut Baharudin dan Wahyuni dalam Prayito (2011:192)
aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan
kualitas kognitif saja, selain itu pendekatan humanistik dalam pembelajaran
menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka ,dan nilainilai yang dimiliki setiap peserta didik. Pendidikan humanistik memandang proses
belajar bukan hanya sebagai sarana transformasi pengetahuan saja, tapi lebih dari
itu, proses belajar merupakan bagian dari mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan.
3. Keterkaitan kemampuan berpikir kritis dengan materi barisan dan deret
aritmatika
Barisan dan deret aritmatika merupakan salah satu materi matematika kelas IX pada
semester 2 yang membahas mengenai pola barisan,suku ke-n dan jumlah suku ke
n. Siswa dituntut untuk memiliki kompetensi dasar,yaitu: (1)Menentukan pola
barisan bilangan sederhana; (2)Menentukan suku ke-n barisan aritmatika dan
barisan geometri; (3) Menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret
geometri; (4) Menentukan jumlah n suku pertama deret aritmatika dan deret
geometri, maka menuntut siswa merancang model matematika dan menafsirkan
hasil yang ia peroleh. Berpikir kritis merupakan penggambaran keputusan tentang
apa yang diyakini atau apa yang dilakukan dalam merespon suatu
observasi,pengalaman,argument baik lisan maupun tertulis. Berpikir kritis membantu
dalam menentukan pembuktian yang cukup untuk bisa diterima bahwa kesimpulan
yang diperoleh itu benar (Acharya,2011). Pada materi barisan dan deret arimatika
siswa dituntut untuk dapat mengembangkan konsep dari materi yang ia peroleh dan
bukan sekedar hafalan sehingga apabila siswa belum menguasai konsep materi
sebelumnya maka akan kesulitan.
4. Keterkaitan antara model STAD dengan teori humanistik.
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru
yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. STAD dianggap
sebagai model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana menurut Nurhadi
dalam Ali (2010), akan tetapi kesederhanaan ini tidak lantas menjadikan STAD
sebagai model yang kurang bagus, sampai saat ini STAD masih kerap diterapkan di
kelas-kelas, tidak hanya itu,bahkan kalau kita melihat di perpustakaan pada
universitas pendidikan tentu saja dengan berbagai pengembangan dan variasi
penerapannya. Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan
4. oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD
karena dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat terjadi proses saling
membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk memahami konsep-konsep
matematika dan memecahkan masalah matematika dengan kelompoknya. Rogers
dalam djiwandono(2006:187) mengemukakan dalam pembelajaran humanistik dapat
menggunakan strategi peer-tutoring dimana siswa yang mengajari siswa lain. Salah
satu karakteristik kelas humanistik menurut Alvin dalam Dwijayanti (2011:140),yaitu
membiarkan peserta didik untuk saling membantu memahami masalah dan
solusinya secara mendalam. Hal ini menunjukkan model STAD dapat membuat
siswa bebas dalam belajar.
5. DAFTAR PUSTAKA
Acharya, Nara Hari. 2011.
Critical Thinking and Mathematics Problem Solving.
http://www.criticalthinkingblog.org/wp-content/uploads/2011/01/CriticalThinking-and-Problem-Solving-Method.pdf. [02/12/2011].
Ali,
M
Iqbal.
2010.
STAD
Student
Teams
Achievement
Divisions.
http://iqbalali.com/2010/01/31/stad-student-teams-achievement-divisions/.
[02/12/2011].
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta:PT.Gramedia.
Dwijayanti, Ida. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Humanistik
Berbasis Konstruktivisme Menggunakan ICT Segiempat kelas VII. Dalam
jurnal Aksioma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika volume 2.
Semarang:FPMIPA IKIP PGRI Semarang.
Marcut, Ioana. 2005. Critical thinking - applied to the methodology of teaching
mathematics.http://depmath.ulbsibiu.ro/educamath/em/vol1nr1/marcut/marcut
.pdf. [02/12/2011].
Prayito. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Humanistik
Berbasis Konstruktivisme Berbantuan E-Learning Materi Segitiga Kelas VII.
Dalam Aksioma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika volume 2.
Semarang:FPMIPA IKIP PGRI Semarang.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta:Rajawali Pers.
Sambas.
2009.
Konsep
Efektivitas
Pembelajaran.
http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html.
[02/12/2011].
6. Soemanto,Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Surianta, I Made. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type STAD
denganMEDIA VCD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas IX B SMP NEGERI 1 BANJARANGKAN TAHUN 2008/2009.
http://disdikklungkung.net/content/view/73/46/. [25/11/2011].