Benih kedelai dari tiga varietas (Wilis, Mutiara, Gema Anjasmara) diuji daya berkecambahnya menggunakan metode uji kertas digulung. Hasil pengamatan pada hari ke-7 menunjukkan jumlah kecambah normal, abnormal, tidak tumbuh, dan busuk untuk masing-masing varietas, yang kemudian dihitung nilai persentase daya berkecambahnya.
1. 1
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ( AGR 53 P )
ACARA II
UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH
Disusun oleh :
Arif nor fauzi
(11011004)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2013
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan dengan baik. Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada mata kuliah TEKNOLOGI BENIH pada
Fakultas Agroindustri Program Studi Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Laporan ini dapat diselesaikan dengan baik berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai
pihak,untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir.Wafit Dinarto.Msi dosen yang telah membimbing kami.
2. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dorongan,do’a,moril maupun materil.
3. Semua teman-teman dan sahabat-sahabat dari program studi agroteknologi
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,namun penulis berharap
semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 7 November 2013
Penulis
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………….…………………….…….
ii
…………………………….………………………….…….
iii
……………………………………………….…….
1
DAFTAR ISI
BAB I . PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
…………………………………….………
1
B.
Tujuan praktikum
………………………..……….………….
1
……………………………………………….…….
2
……………….….……………...…………
4
BAB II . DASAR TEORI
BAB III . MATERI DAN METODE
A.
Waktu dan Tempat
…………………………………..………..
4
B.
Alat dan Bahan
……………………………..……………..
4
C.
Cara Kerja
……………………………………...……………..
4
……………………….…………..
6
……………………………………………………………..
6
………………………….………………...
8
BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
B.
Pembahasan
BAB V . KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
…………………….………..……………………..
10
4. BAB I
ACARA II
UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH
A.Latar Belakang
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman, artinya benih
memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar
mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal.
Mutu benih mencakup tiga aspek yaitu :
a. Mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik
yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang
dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan
benih, tetapi juga fenotipe tanaman
b. Mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi
daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih
c.
Mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan,
keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih lain atau
gulma, dan kadar air
Pada praktikum kali ini akan menguji mutu benih dari salah satu aspek, yaitu aspek fisiologi.
Aspek fisiologi ditunjukan oleh viabilitas benih yang meliputi daya berkecambah dan vigor benih.
Viabilitas benih merupakan daya benih yang dapat ditunjukan oleh metabolismenya atau
pertumbuhannya. Viabilitas benih tidak sekedar gejala hidup yang dapat diamati tetapi daya hidup
itu harus dapat dijadikan indikasi mutu benih, khususnya fisiologi benih.
Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya berkecambah atau daya
tumbuh dan pengujian vigor benih. Perbedaan antara daya berkecambah dengan vigor benih
adalah bila informasi daya berkecambah ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada
lingkungan yang optimum, sedangkan vigor ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada
lingkungan yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang.
Untuk pengujian viabilitas benih, setiap peubah diharapkan mempunyai tolak ukur tersendiri.
Daya berkecambah atau daya tumbuh merupakan tolak ukur viabilitas potensial benih. Peubah
vigor benih atas vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan. Vigor kekuatan tumbuh benih dapat
diindikasikan misalnya dengan tolak ukur laju perkecambahan (speed of germination),
keserempakan tumbuh, laju pertumbuhan kecambah (seedling growth rate). Vigor daya simpan
dapat diindikasikan dengan tolak ukur daya hantar listrik, vigor benih terhadap deraan etanol/fisik,
dan sebagainya.
5. Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian daya berkecambah benih kedelai. Penentuan
daya berkecambah merupakan salah satu cara untuk mengetahui mutu fisiologi suatu benih.
Dengan mengetahui daya kecambah suatu benih maka kita akan bisa memperkirakan jumlah
benih yang akan tumbuh nantinya. Uji daya berkecambah benih dapat dilakukan di laboratorium
dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan berbagai
metode, seperti UDK (uji di atas kertas). UAK (uji antar kertas) dan UKD (uji kertas digulung). Pada
praktikum kali ini menggunakan metode UKD (uji kertas digulung).
B.Tujuan
Acara praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat :
1. Praktikan dapat melakukan uji daya berkecambah dengan metode uji kertas digulung
( UKD ).
2. Praktikan dapat mengidentifikasi kecambah normal dan tidak normal / abnormal.
3. Praktikan dapat menghitung nilai presentase daya berkecambah benih.
6. BAB II
Dasar Teori
Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada
kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit tanaman,
sebelum berkecambah benih relatif kecil dan dorman. Perkecamba han ditandai dengan
munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle keluar dari kulit benih, terus ke
bawah dan membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk.
Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang t idak dapat
dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan, hormon auxin terbentuk pada endosperm dan
kotiledon.
Hormon
tersebut
dipindah
ke
jaringan meristem dan digunakan untuk
pembentukan sel baru dan membebaskan energi kinetik (Edmondet al., 1975).
Perkecambahan
(germination)
merupakan
serangkaian
peristiwa-peristiwa
penting
yangterjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh tergantung pada
variabilitas b e n i h ,
kondisi
lingkungan
yang
cocok
dan
pada
beberapa
t a n a m a n t e r g a n t u n g p a d a u s a h a pemecahan dormansi.
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap
embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu
tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.
Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil,
dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun
lembaganya: monokotil dan dikotil.
Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus
misalnya dapat memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak
memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon.
Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel biologi. Sel-sel embrio
membesar dan biji melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim
perkecambahan awal. Ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari
dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup
lunak bagi embrio untuk dipecah.
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:
7. a. Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang
berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan
mempunyai tunas pucuk yang baik
b. Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan
koleoptil
c. Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna.
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk
berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah
abnormal :
a. Kecambah rusak
Kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau
tidak tumbuh.
b. Kecambah cacat atau tidak seimbang
Kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak
proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok
atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
c. Kecambah lambat
Kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal.
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih
abnormal ukurannya lebih kecil.
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa
pengujian, yang digolongkan menjadi:
a.
Benih segar tidak tumbuh
Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan
mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga
dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari
perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.
b.
Benih keras
Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu
menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih
segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang
impermeabel terhadap gas dan air.
c.
Benih mati
Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak
berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih
8. terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang
benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah
terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari
induknya.
9. BAB III
Materi dan Metode Praktikum
A.Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum identifikasi benih dan kecambah ini dilaksanakan pada hari jum;at tgl 25 –
10 -
2013. Dan pelaksaan praktikum ini bertempat di laboratorium Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
B.Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikun ini yaitu:
a. Benih kedelai ( wilis,mutiara,gema anjasmara )
b. Kertas pengecambah
c. germinator
d. air
e. Pinset
f.
Kaca pembesar
g. Silet atau cutter
h. Alat tulis
i.
Bak plastik
j.
Media pasir
C.Cara kerja
Alur kerja pada praktikum uji viabilitas benih adalah :
1. Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan benih kedelai dengan jenis varietas yang
telah disediakan sebanyak 200 butir.
2. Praktikan menyiapkan media perkecambahan berupa kertas merang sebanyak tiga lembar
untuk setiap pengujian,selanjutnya kertas merang dibasahi dengan air.
3. Benih kedelai sebanyak 50 butir ditempatkan diatas kertas merang rangkap dua yang
sudah dibasahi dengan air,menjadi empat baris ( 12 – 13 – 12 13 )
4. Benih yang sudah ditata diatas kertas kemudian ditutup selembar kertas merang yang
sudah dibasahi dan digulung.Selanjutnya kertas berisi benih yang telah digulung diberi
kode dan ditaruh di dalam germinator dalam posisi berdiri.
5. Media perkecambahan dijaga kelembabanya,bila perlu media disemprot air secukupnya
ketika media kering.
6. Praktikan mengamati dan menghitung jumlah benih yang berkecambah normal,kecambah
abnormal,benih busuk,benih tidak tumbuh pada hari ke – 7
10. 7. Gambar dan beri keterangan bagian-bagian dari kecambah normal dan kecambah
abnormal ( bila ada )
8. Hitung nilai daya berkecambah dengan rumus
Daya Berkecambah =
11. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Praktikum
Dari kegiatan praktikum identifikasi benih dan kecambah diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan perkecambahan benih kedelai
Keterangan :
1.
Plumula
2.
Coleoptile
3.
Endosperm
4.
Radikula
Gambar 1.Benih kedelai yang tumbuh normal
Keterangan :
1.
Endosperm
2.
Radikula
Gambar 2.Benih kedelai yang tumbuh abnormal
14. B.Pembahasan
Praktikum kali ini menggunakan metode uji kertas digulung (UKD) yang menggunakan kertas
sebagai media tumbuhnya. Media kertas dicelupkan ke dalam air lalu diletakan benih di
atasnya. Kertas yang telah berisi benih lalu digulung dan diletakan di dalam germinator yang
dibuat sedemikian rupa sehingga intensitas cahaya yang masuk dan kelembaban udara di
sekitarnya dapat diatur.
Jumlah kecambah normal pada benih kedelai sedikit. Pada benih kedelai ditemukan beberapa
benih yang busuk terutama pada varietas mutiara,jumlah benih busuk lebih dari 99% sehingga
tidak tumbuh sama sekali.Selain itu banyak dari benih yang dikecambahkan tumbuh abnormal
( radikel,plimule dan kotiledon tidak lengkap ).Pada benih kedelai juga ditemukan beberapa
kecambah yang berjamur.
Ketiga jenis benih tadi dikecambahkan dengan cara yang sama, media yang sama, dan
tempat yang sama. Media kertas yang digunakan pada ketiga jenis benih sama yaitu kertas
buram. Tempat tumbuh dan lingkungan tumbuhnya juga seragam, yaitu diletakan di dalam
germinator pada kondisi lingkungan laboratorium. Ditinjau dari kualitas benih yang digunakan
pada praktikum kali ini juga menggunakan benih dengan kualitas yang relatif sama bagusnya
pada ketiga jenis benih.
Ketika pengamatan, ditemukan pula beberapa benih yang mati, benih ini mati berhubungan
dengan tingginya kadar air yang menyebabkan struktur membran mitokondria tidak teratur
sehingga permeabilitas membran meningkat. Banyak metabolit antara lain gula, asam amino
dan lemak yang bocor keluar sel disebabkan peningkatan permeabilitas membran. Dengan
demikian substrat untuk respirasi berkurang sehingga energi yang dihasilkan untuk
berkecambah berkurang. Suhu dan kadar air tinggi merupakan faktor penyebab menurunnya
daya berkecambah dan vigor.
Jumlah kecambah normal dihitung dalam persen terhadap semua benih yang ditanam dan
menjadi gambaran persentase tanaman yang mampu tumbuh secara normal di lapang yang
berkondisi optimum. Benih yang abnormal dianggap tidak berpotensi tumbuh di lapang, sama
nilainya dengan benih yang mati.
Apabila penyebabnya faktor eksternal, seperti faktor lingkungan, suhu, kelembaban, hama,
penyakit, dll. Maka seharusnya perkecambahan benih kedelai dapat seragam, karena
keduanya dikecambahkan pada tempat dan lingkungan yang sama, bahkan pada germinator
yang sama. Jadi kemungkinan besar penyebabnya adalah faktor internal benih.
15. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan keseimbangan antara promotor dan
inhibitor perkecambahan, terutam asam giberelin (GA) dan asam absisat (ABA). Faktor
eksternal yang merupakan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya
dan
adanya
senyawa-senyawa
kimia
tertentu
yang
berperilaku
sebagai
inhibitor
perkecambahan (Dwidjoseputro. 1983).
Selain itu faktor internal yang lain adalah kemasakan benih. Jika benih yang sudah masak
maka kandungan cadangan makan pada benih tersebut sudah ada, sehingga waktu benih itu
ditanam maka perkecambahan akan mudah karena dalam melakukan perkecambahan benih
melakukan aktivitasnya dengan cadangan makanan tersebut (Pramono,2010).
Praktikan belum bisa mengidentifikasi secara pasti penyebab mengapa dari ketiga yang benih
kedelai dikecambahkan memiliki daya kecambah rata-rata yang relatif lebih rendah, padahal
keduanya menggunakan variabel yang hampir seragam seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Praktikan menduga penyebab hal tersebut ialah kualitas benih kedelai yang
mungkin sudah tidak bagus lagi pada saat digunakan sehingga setelah dikecambahkan
hasilnya tidak sesuai dengan standar kualitas benih yang ada.
Pada uji daya kecambah, benih dikatakan berkecambah bila dapat menghasilkan kecambah
dengan bagian-bagian yang normal atau mendekati normal. Beberapa jenis benih
menghasilkan benih keras yang dianggap hidup meski tidak berkecambah sewaktu diuji
berdasarkan prosedur yang dianut secara resmi. Kadang-kadang benih dorman membutuhkan
prosedur pengujian daya kecambah yang khusus. Ada suatu pengujian viabilitas yang
bertujuan untuk megetahui dengan cepat semua benih yang hidup, baik dorman maupun tidak
dorman. Pengirisan bagian embrio benih dan uji tetrazolium digunakan untuk tujuan ini ( Louis
N. Bass, 1994).
Ciri utama benih ialah kalau benih itu dapat dibedakan dari biji karena mempunyai daya hidup
yang disebut viabilitas. Namun, semua insane benih, apapun fungsi yang disandangnya,
senantiasa mendambakan benih vigor, tidak sekedar benih yang hidup (viable). Sekadar benih
yang mempunyai potensi hidup normal pun tidak cukup. Mengenai benih yang hidup, kalau
dibatasi secara negatif menjadi gampang. Indikasi bahwa benih itu mati. Kalaupun benih itu
menunjukkan gejala hidup saja, misalnya yang ditunjukkan oleh tingkat pernapasannya,
bahkan oleh sel-sel embrio yang tidak mati. Benih dapat dikategorikan mempunyai daya hidup
sekalipun benih itu tidak menunjukkan pertumbuhan. Kalau benih itu menumbuhkan akar
embrionalnya, benih itu hidup (Sjamsoe’oed Sadjad, 1999).
16. Tujuan pengujian benih adalah untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih,
yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih. Factor kualitas benih ditentukan oleh
presentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya
kecambah atau daya tumbuh benih, benih berkulit keras, terdapatnya biji-bijian herba yang
membahayakan benih, terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih
serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih yang dimaksud (Ance G.
Kartasapoetra,2003).
Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai berkembangnya bagian-bagian penting
dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal
pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian, pengujian daya tumbuh atau daya
berkecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah
benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah
ditentukan (Eko Pramono,2009).
Daya berkecambahnya benih dapat diartikan sebagai berkembangnya bagian-bagian penting
dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal
pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian, pengujian daya tumbuh atau daya
berkecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah
benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah
ditentukan.
Kemampuan tumbuh secara normal, yaitu dimana perkecambahan benih tersebut
menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman dan
tanaman yang baik dan normal, pada lingkungan yang telah disediakan yang sesuai bagi
kepentingan pertumbuhan dan perkembangannya.
Beberapa penilaian yang kurang atau tidak baik terhadap benih, yaitu apabila:
a)
Dalam perkecambahannya, tunas keluar terlebih dahulu daripada akarnya.
b)
Benih sama sekali tidak mengeluarkan akar, hanya tunas.
c)
Akar kecambah berbentuk spiral, ujungnya tumpul atau membesar serta mengkilat.
d)
Akar kecambah yang keluar bukan akar utama, melainkan akar samping.
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan yaitu sebagai berikut :
17. 1.
Tingakat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya belum tercapai maka tidak
mempunyai viabilitas yang tinggi. Oleh karena itu benih yang akan dihasilkan tidak akan
berkecambah karena benih tersebut belum mempunyai cadangan makanan yang cukup dan
juga pembentukan embrionya belum sempurna.
2.
Ukuran benih
Ukuran benih ini sangat berpengaruh karena benih yang besar dan berat mengandung
cadangan makanan dibandingkan benih-benih kecil sehingga daya perkecambahannya tinggi
dan itu juga dikarenakan bahan baku yang terdapat pada benih besar dan energi bagi embrio
sangat banyak.
3.
Dormansi
Suatu benih dikatakan dorman ketika benih itu viable tetapi tidak mau tumbuh walaupun
sudah berada di lingkungan yang memenuhi syarat perkecambahan.
Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan yaitu sebagai berikut :
a. Air
b. Temperatur
c. Cahaya
d. Media perkecambahan
18. BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Praktikan dapat melakukan uji daya kecambah benih dengan metode Uji Kertas
Digulung (UKD)
2.
Daya berkecambah benih dapat mempengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan
faktor dalam. Faktor dalam yaitu kemasakan benih, ukuran benih dan dormansi,
sedangkan faktor luar yaitu air, intensitas cahaya dan suhu.
3.
Benih yang abnormal dianggap tidak berpotensi tumbuh di lapang, sama nilainya
dengan benih yang mati.
4.
Lama waktu simpan dapat mempengaruhi kemampuan benih untuk dapat
berkecambah dengan normal.
5.
Umumnya kenormalan perkecambahan ditentukan berdasarkan ketegaran struktur
tumbuh yang terdiri dari akar primer, akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon,
koleoptil.
19. DAFTAR PUSTAKA
Al-Karaki. G.N. 2002. Seed size and water potential effects on water uptake, germination
and growth oflentil. Journal of Agronomy Crop Science. 181(4) :237-242.
Bass N. Louis. 1994. Prinsip dan Praktek Penympangan Benih. PT Raja Grafirdo Persada.
Jakarta.
Chanan, M. 2004. Pengaruh Masa Simpan Benih Terhadap Viabilitas Leda (Eucalyptus
deglupta Blume). J. Tropika 11 (2) : 215 – 220.
Gardner, F. B., R. B. Pearce dan R. L Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant (Fisiologi
Tanaman Budidaya, alih bahasa : H. Susilo). UI. Jakarta.
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.
Harrington, J. F. 1972. Seed Storage and Longevity In : Seed Biology. Academic Press.
New York
Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali,
Jakarta.
Kartasapoetra G, Ance. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum.
PT Rineka Cipta. Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogjakarta
Pramono, Eko. 2009. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandarlampung. Universitas
Lampung.
Sadjad, S. 1977 Policy Produksi Benih Berkualitas Tinggi untuk Menunjang Produksi
Pangan.Proc. Kursus Singkat Pengujian Benih. Bogor: IPB
Shankar, U. 2006. Seed size as a predictor of germination success and early seedling
growth in Hollong (Dipterocarpus macrocarpus vesque). New Forests 31(2):305- 320.
Sukarman dan M. Hasanah. 2005. Perbaikan mutu Benih Aneka Tanaman Perkebunan
Melalui Cara Panen dan Penangan Benih. Jurnal Litbang Pertanian. 22(1) : 16-23.
Suresha, N.L., H.C. Balachandra, H. Shivanna, 2007. Effect of seed size on germination
viability andseedling biomass in Sapindus emerginatus (Linn). Karnataka Journal
of
Agricultural. Science 20(2):326-327.
file:///G:/Bahan%20k-2/pengujian-kadar-benih-untuk-mahasiswa.html
Tatipata A., Prapto Y., Aziz P., Woerjono M. 2004. Kajian fisiologi dan biokimia deteorasi
benih kedelai dalam penyimpanan. Ilmu Pertanian 11 (2) : 76-87.