Makalah ini membahas tentang diksi, idiom, peribahasa, dan majas dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian dan syarat-syarat dari setiap unsur bahasa tersebut beserta contoh-contohnya. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami unsur-unsur penting dalam bahasa Indonesia agar dapat digunakan dengan baik dan benar.
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
1. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 1
MAKALAH
BAHASA INDONESIA
DIKSI, IDIOM, PERIBAHASA DAN MAJAS
DOSEN : MARDIAH, S. Pd., M. Pd
DISUSUN OLEH :
NASRUDDIN. ASN - NIM :601131010020
EKONOMI SYARI’AH (S1)
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TAHUN AJARAN 2013/2014
2. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa haturkan kehadirat Allah SWT.Atas limpahan rahmat dan
nikmatnya, kami dapat menyusun makalah Bahasa Indonesia dengan pokok pembahasan
“Diksi”. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai pelopor
pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi umat manusia.
Ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi serta
dukungan moral agar selalu belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Sebagai bentuk
kecintaan terhadap bangsa dan upaya sebagai warga Negara yang baik untuk terus berupaya
memajukan bangsa dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.
Sangat disadari banyak terdapat kekungan baik dari segi penulisan, pemahanan serta
keterbatasan literature sehingga diharapkan kritik serta saran sebagai bahan evaluasi bagi
penulis dan perbaikan pada masa yang akan datang. Kami berharap makalah ini mampu
memberikan kontribusi positif bagi kemajuan pola pikir dan berkembangan sumber daya
manusia untuk Indonesia yang lebih baik.
Tembilahan, 10 Desember 2013
Penyusun,
[NASRUDDIN. ASN – NIM : 601131010020]
3. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3
ABSTRAK ............................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 5
A. Latang Belakang ................................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
A. Diksi..................................................................................................................... 6
B. Idiom(Ungkapan) ................................................................................................ 9
C. Peribahasa ........................................................................................................... 10
D. Majas (Gaya Bahasa) .......................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 17
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 18
4. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 4
ABSTRAK
Kata kunci : Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
5. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia juga merupakan alat
ekpresei diri seseorang. Bahasa Indonesia juga menjadi alat Integrasi dan adaptasi
Sosial serta menjadi control dalam kehidupan social dalam kehidupan bermasyarakat.
Bahasa Indonesia memiliki tiga fungsi utama yaitu : 1) Fungsi Deskriptif
untuk menyampaikan informasi factual. 2) Fungsi Ekspresif ialah member informasi
mengenai pembicara itu sendiri, mengenai perasaan-perasaannya, kesenangan dan
pengalaman yang pernah dilaluinya.dan 3) Fungsi Sosial untuk melestarikan
hubungan-hubungan sosial antarmanusia.
Bahasa Indonesia juga menjadi Identitas bangsa atau Negara, bahasa Indonesia
menjadi cirri atau tanda yang membedakan Bangsa Indonesia dengan Negara lain.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia juga berfungsi
sebagai : Bahasa resmi kenegaraan; Bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan; Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah dalam menjalankan
administrasi Negara.
Dalam bidang seni budaya, bahasa Indonesia berperan menyatukan
komunikasi bagi sekian banyak suku bangsa yang terdapat di Indonesia. Namun
sayangnya hingga saat ini, bahkan dikalangan kaum intelektual masih ada yang tidak
mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.Baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam komunikasi sehari-hari sering kita temukan kaidah-kaidah dan aturan
penting dalam bahasa Indonesia yang diabaikan.Ada beberapa hal penting yang mesti
kita pahami baik dalam berkomunikasi lisan maupun dalam menulis agar apa yang
ingin kita sampaikan lebih mudah dipahami dan dimengerti.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dan sebutkan syarat-syarat Diksi ?
b. Apa itu Idiom ?
c. Apa yang dimaksud dengan Peribahasa ?
d. Jelaskan mengenai Majas ?
C. Tujuan Penulisan
Dengan disusunnya makalah Bahasa Indonesia “Diksi” ini diharapkan mampu
menjadi sumber materi acuan bagi mahasiswa untuk memahami tentang Diksi, Idiom,
Peribahasa dan Majas, sehingga dapat menunjang kemampuan untuk lebih memahami
dan menggunakanBahasa Indonesia yang baik dan benar.
6. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 6
BAB II PEMBAHASAN
DIKSI
A. DIKSI
1. Pengertian
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen
Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan).
Dalam menulis berita, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan
sebuah gagasan, hal atau pesan harus diperhatikan. Kata yang tidak tepat dalam
konteks kalimat tertentu akan mempunyai makna yang berbeda tidak sesuai
dengan maksud yang ingin disampaikan berakibat menimbulkan salah penafsiran.
Ketepatan pemilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti yang ada dalam pikiran atau yang disampaikan oleh penulis
atau pembicara. Persoalan ketepatan pemilihan kata akan berkaitan dengan
pemahaman dan perbendaharaan kosa kata seseorang.
Semakin banyak pemahaman dan perbendaharaan kosa kata seseorang
maka semakin mudah untuk memilih kata yang paling tepat untuk digunakan.Hal
ini menuntut kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana
hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya.Apakah sudah benar-
benar lengkap atau masih diperlukan penjelasan-penjelasan tambahan.
Dalam hal ini seseorang harus mengikuti perkembangan informasi
mengenai tiap makna kata dari waktu ke waktu, karena makna sebuah kata dapat
mengalami perkembangan dan perubahan seiring waktu.
2. Syarat-syarat Diksi
Ketepatan pemilihan kata menimbulkan kemampuan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca seperti yang
dipikirkan dan direncanakan oleh penulis.
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
7. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 7
1. Bahasa Standar dan Sub Estándar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai
tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki
status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-
pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis,
penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya. Bahasa non standar adalah
bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi.
Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai
dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam
bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu
wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar. Bahsa standar lebih efektif
dari pada bahasa non standar.
Bahasa non standar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-
kebutuhan umum. Jadi hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur
substandard dalam situasi yang formal.
2. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi
seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya adalah
kata-kata ilmiah melawan kata-kata populer. Bagian terbesar dari kosa kata
sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua
lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau rakyat jelata.
Maka kata ini dinamakan kata-kata populer. Kata-kata ini juga dipakai dalam
pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam
diskusi-diskusi ilmiah.
Contoh kata populer kata ilmiah :
- Sesuai Harmonis
- Pecahan Fraksi
- Aneh Eksentrik
- Bukti Argumen
- Kesimpulan konklusi
Jadi sebaiknya gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus
saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara
mempergunakan kata-kata popular.
8. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 8
3. Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian. Jargon adalah suatu
bahasa, dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh tetapi
istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid
yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai
bahasa perhubungan atau lingua franca.
Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu
bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau
kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa
yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu
sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur
jargon dalam sebuah tulisan umum. Karena itu, hindarilah jargon dalam
tulisan untuk pembaca umum.
4. Kata Percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam
percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan
ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar,
tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian
kata-kata populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata
ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar. Dalam penulisan jangan
menggunakan kata percakapan.
5. Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas;
bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang
yang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya
bukan hanya terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan
masyarakat. Maka sebaiknya penulis atau pembicara sejauh mungkin
menghindari pemakaian kata-kata slang.
6. Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara
seni. Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan
dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.
9. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 9
Contoh Artifisial :
“Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari
dedaunan, karena angin kepada kemuning.”
“Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih
kembali menampakkan bima sakti yang jauh.
Contoh Biasa :
“Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup
angin di daun.”
“Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.”
3. Fungsi Diksi
Ada beberapa Fungsi dari diksi antara lain :
a. Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah
paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
b. Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
c. Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
d. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
B. IDIOM (Ungkapan)
1. Pengertian
Kata Idiom (dari bahasa Belanda: idioom; bahasa Latin: idioma, "properti
khusus"; bahasa Yunani: ἰδίωμα - "ungkapan khusus") adalah ekspresi, kata, atau
frasa dengan makna kiasan yang dipahami dalam kaitannya dengan penggunaan
umum bahwa ekspresi yang terpisah dari arti harfiah atau definisi dari kata-kata
yang dibuat. Diperkirakan setidaknya ada 25.000 ekspresi idiomatis dalam bahasa
Inggris.
Dalam linguistik, idiom biasanya dianggap kiasan bertentangan dengan
prinsip compositionality, namun masalah ini tetap diperdebatkan.
Dalam frasaologi, mereka didefinisikan dengan cara yang sama sebagai
jenis sub-phraseme yang maknanya tidak. jumlah reguler dari makna
komponennya.
Yohanes Saeed mendefinisikan "idiom" sebagai kata-kata yang menjadi
ditempelkan satu sama lain sampai metamorphosing menjadi istilah fosil kolokasi-
10. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 10
kata yang umum ini digunakan dalam kelompok mengubah masing-masing
komponen kata dalam kelompok kata- dan menjadi ekspresi idiomatis.
Kata-kata makna khusus mengembangkan sebagai suatu entitas, sebagai
sebuah idiom. Selain itu, idiom adalah ekspresi, kata, atau frasa yang masuk akal
berarti sesuatu yang berbeda dari apa kata-kata secara harfiah berarti. Idiom
"berbelit-belit" berarti petunjuk atau mendiskusikan miring, tidak ada pemukulan
secara harfiah setiap orang atau benda, dan semak adalah metafora. Ketika
pembicara menggunakan idiom, pendengar akan salah arti sebenarnya, jika ia
tidak mendengar kiasan sebelum.
Idiom biasanya tidak diterjemahkan dengan baik, dalam beberapa kasus,
ketika idiom diterjemahkan ke bahasa lain. , baik artinya berubah atau tidak ada
artinya.
C. PERIBAHASA
Peribahasa sudah sangat dikenal oleh masyarakat, seringkali kita mendengar
orang yang menggunakan peribahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Peribahasa adalah bahasa kiasan berupa kalimat atau kelompok kata yang
tepat susunannya dan biasanya mengiakan suatu maksud tertentu. Secara umum
peribahasa terbagi atas :
1. Pepatah adalah peribahasa yang berisi nasehat atau ajaran dari orang tua atau
para leluhur.
Contoh : - Seperti ilmu padi, kiat berisi kian merunduk. Artinya orang yang
pandai dan berilmu biasanya tidak akan sombong.
- Dalam tampak muka, pergi tampak punggung. Artinya datang dengan baik
pergipun harus dengan baik pula.
- Sepala-pala mandi biar basah. Artinya dalam mengerjakan sesuatu hal
haruslah sampai tuntas, jangan setengah-setengah.
2. Perumpamaan merupakan peribahasa yang berisi perbandingan. Biasanya
menggunakan kata : seperti, bagai, bak, laksana, umpama, dan bagaikan.
Contoh : - Bagai air dan minyak. Artinya tidak akan pernah bisa bersatu.
- Bagai air di daun talas.
- Bagai mengalirkan air ke bukit.
3. Pemeo adalah peribahasa yang berupa semboyan.
Contoh :Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
11. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 11
4. Ungkapan adalah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk
menyatakan sesuatu maksud dengan arti kiasan.
Contoh :
Kambing hitam - Orang yang dipersalahkan
Durian runtuh - Rezeki yang banyak
Buah pikiran - gagasan atau ide
Tangan besi - otoriter
D. MAJAS (Gaya Bahasa)
1. Pengertian Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis.
2. Jenis-jenis Majas
Secara garis besar majas dapat dibedakan menjadi empat kelompok :
a. Majas Perbandingan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan
perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap
pendengar atau pembaca”. Ditinjau dari cara pengambilan perbandingannya,
Majas Perbandingan dibagi menjadi:
1. Asosiasi atau Perumpamaan, adalah perbandingan dua hal yang pada
hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh
penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.
Contoh :
- Semangatnya keras bagaikan baja.
- Mukanya pucat bagai mayat.
- Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama.
2. Metafora, adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung
berupa perbandingan analogis.Me·ta·fo·ra /métafora/ : Pemakaian kata atau
kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan
yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung
dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara.
12. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 12
Contoh:
- Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting/ berarti)
- Raja siang keluar dari ufuk timur
- Jonathan adalah bintang kelas dunia.
- Harta karunku (sangat berharga)
- Dia dianggap anak emas majikannya.
- Perpustakaan adalah gudang ilmu.
3. Personifikasi
Personifikasi adalahmajasyang membandingkan benda-benda tak bernyawa
seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.
Contoh:
- Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
- Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
- Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.
4. Alegori adalah Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau
penggambaran.Alegori: majas perbandingan yang bertautan satu dan yang
lainnya dalam kesatuan yang utuh.Misalnya :Suami sebagai nahkoda, Istri
sebagai juru mudi.
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol
bermuatan moral.
Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-
tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima
segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
5. Simbolikadalah majas yang melukiskan sesuatu denganmempergunakan
benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
Contoh:
- Ia terkenal sebagai buaya darat.
- Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
- Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
- Melati, lambang kesucian
- Teratai, lambang pengabdian
13. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 13
6. Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda
untuk menggantikan benda tersebut. Pengungkapannya berupa penggunaan
nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh:
- Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang
garam).
- Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api).
- Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat).
7. Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda
secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk
berikut.
a. Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
Contoh:
- Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
- Per kepala mendapat Rp. 300.000.
b. Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
Contoh:
- Dalam pertandingan final bulu tangkis RT.03 melawan RT. 07.
- Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.
8. Simile adalah pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan
dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan,umpama,
ibarat, bak dan bagai.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang
dimabuk cinta berkorban apa saja.
b. Majas Pertentangan
Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan
pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau
penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan
pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Majas Pertentangan dibedakan
menjadi berikut:
1. Antitesisadalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan
artinya.
Contoh:
14. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 14
- Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
- Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.
2. Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan
fakta yang ada.
Contoh :
- Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
- Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung
ini.
3. HiperbolaMajas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan
dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau
meminta perhatian.
Contoh :
- Suaranya menggelegar membelah angkasa.
- Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.
4. Litotesadalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan
dari kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk
merendahkan diri.
Contoh :
- Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
- Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti sayaini?
c. Majas Sindiran
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran
untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau
pembaca”. Majas sindirian dibagi menjadi:
1. Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan denganmaksud
menyindir.
Contoh:
- Ini baru siswa teladan, setiap hari pulang malam.
- Bagus sekali tulisanmu sampai tidak dapat dibaca.
2. Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh :
- Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang
terpelajar sepertimu.
- Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu itu.
15. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 15
3. Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya
diucapkan oleh orang yang sedang marah.
Contoh:
- Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
- Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!
d. Majas Penegasan
Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan
penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar
atau pembaca.Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk, yaitu sebagai berikut:
1. Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan
dengan maksud menegaskan arti suatu kata.
Contoh:
- Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
- Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.
2. Repetisiadalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh:
- Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
- Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah
kita sambut putra bangsa.
3. Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.
Contoh:
- Cinta adalah pengertian
- Cinta adalah kesetiaan
- Cinta adalah rela berkorban
4. Tautologiadalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah
kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan
itu menggunakan kata bersinonim.
Contoh:
- Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
- Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.
5. Klimaksadalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut dan makin
lama makin meningkat.
Contoh:
- Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut antri minyak.
16. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 16
- Ketua RT, RW, kepala desa, gubernur, bahkan presiden sekalipun tak
berhak mencampuri urusan pribadi seseorang.
6. Antiklimaksadalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut yang
makin lama menurun.
Contoh :
- Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam acara syukuran itu.
- Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT
RI ke -62.
7. Retorikadalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan
jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.
Contoh:
- Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
- Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan ?
17. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selain sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia juga merupakan alat
ekpresei diri seseorang. Bahasa Indonesia juga menjadi alat Integrasi dan adaptasi
Sosial serta menjadi control dalam kehidupan social dalam kehidupan bermasyarakat.
Bahasa Indonesia juga menjadi Identitas bangsa atau Negara, bahasa Indonesia
menjadi cirri atau tanda yang membedakan Bangsa Indonesia dengan Negara lain.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia juga berfungsi
sebagai : Bahasa resmi kenegaraan; Bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan; Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah dalam menjalankan
administrasi Negara.
Dalam bidang seni budaya, bahasa Indonesia berperan menyatukan
komunikasi bagi sekian banyak suku bangsa yang terdapat di Indonesia.Ada beberapa
hal penting yang mesti kita pahami baik dalam berkomunikasi lisan maupun dalam
menulis agar apa yang ingin kita sampaikan lebih mudah dipahami dan dimengerti.
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen
Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan).
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa
yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan
secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya.
Peribahasa adalah bahasa kiasan berupa kalimat atau kelompok kata yang
tepat susunannya dan biasanya mengiakan suatu maksud tertentu. Secara umum
peribahasa terdiri dari : Pepatah, Perumpamaan, Pemeo dan Ungkapan.
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis.
B. Saran
Sebagai warna Negara yang baik sudah sepantasnya kita dituntut mampu
berbahasa Indonesia yang baik dan benar dengan kaidah-kaidah dan aturan yang
resmi baik dalam kondisi formal maupun non-formal baik secara lisan serta tulisan.
18. UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI – FIAI – EKONOMI SYARI’AH – 2013/2014 | 18
DAFTAR PUSTAKA
Faizah. Hasnah, Mata Kuliah Dasar Umum “Bahasa Indonesia.” Cendikia Insani,
Pekanbaru, Februari 2008.
Atmowiloto.Arswendo, “Mengarang itu Gampang.”Gramedia, Jakarta 2004.
Sumber Online :
http://id.wikipedia.com/bahasa_indonesia/
http://id.wikipedia.com/diksi/
http://id.wikipedia.com/peribahasa/
http://savvior.blogspot.com/2010/10/diksi-atau-pilihan-kata.html
http://riski21208074.wordpress.com/2010/03/13/diksi/
http://raytkj.blogspot.com/2013/04/macam-macam-dan-pengertian-majas.html