1. I
TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN SDM
Dosen pengampu : Barnabas,ST.MM
“PENILAIAN KINERJA ”
DISUSUN OLEH :
ANDRE FRANCISKO SIAHAAN (43116320008)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA CIBUBUR
JAKARTA
2018
2. ii
DAFTAR ISI
Cover...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................1.
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Menurut Para Ahli .................................................................................. 2
2.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja? .............................................................. 3
2.3 Elemen Penilaian Kinerja?................................................................................... 4
2.4 Metode Penilaian Kinerja?................................................................................... 5
2.5 Masalah-Masalah dalam Penilaian Kinerja?........................................................................... 8
2.6 Study Kasus ........................................................................................................... 9
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14
3. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber keunggulan
kompetitif dan elemen kunci yang penting untuk meraih kesuksesan dalam
bersaing untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya
manusia bagi organisasi hal yang penting bagi pelayanan kepada masyarakat.
Sumber daya manusia adalah bagian dari manajemen. Yang merupakan unsur
manajemen yang di dalamnya terdapat tenaga kerja pada perusahaan. Manusia
selalu aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia
menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi.
Dibuatnya makalah ini juga sebagai prasyarat pemenuhan nilai mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia(MSDM).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian penilaian kinerja?
2. Apa Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja?
3. Apa saja Elemen Penilaian Kinerja?
4. Apa Metode Penilaian Kinerja?
5. Apa saja Masalah-Masalah dalam Penilaian Kinerja?
6. Study Kasus
1.3 TUJUAN PERMASALAHAN
Makalah ini dibuat Untuk mengetahui segala hal dan penjelasan yang di
bahas mengenai Penilaian Kinerja
4. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penilaian Kinerja
Ø Penilaian prestasi kerja menurut Utomo, Tri Widodo W. adalah proses untuk
mengukur prestasi kerja pegawai berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan,
dengan cara membandingkan sasaran (hasil kerjanya) dengan persyaratan
deskripsi pekerjaan yaitu standar pekerjaan yang telah ditetapkan selama
periode tertentu. Standar kerja tersebut dapat dibuat baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Ø Penilaian kinerja menurut Mondy dan Noe (1993:394) merupakan suatu
sistemformal yang secara berkala digunakan untuk mengevaluasi kinerja
individu dalammenjalankan tugas-tugasnya.
Ø Sedangkan Mejia, dkk (2004:222-223) mengungkapkan bahwa penilaian
kinerja merupakan suatu proses yang terdiri dari:
1. Identifikasi, yaitu menentukan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh
terhadap kesuksesan suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu
pada hasil analisa jabatan.
2. Pengukuran, merupakan inti dari proses sistempenilaian kinerja. Pada
proses ini, pihak manajemen menentukan kinerja pegawai yang bagaimana yang
termasuk baik dan buruk. Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan
perbandingan dengan nilai-nilai standar atau memperbandingkan kinerja antar
pegawai yang memiliki kesamaan tugas.
3. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja.
Pihak manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan
potensi pegawai di organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan
5. 3
emberian umpan balik dan pembinaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian penilaian kinerja,
terdapat benang merah yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa
penilaian kinerja merupakan suatu sistempenilaian secara berkala terhadap
kinerja pegawai yang mendukung kesuksesan organisasi atau yang terkait
dengan pelaksanaan tugasnya. Proses penilaian dilakukan dengan
membandingkan kinerja pegawai terhadap standar yang telah ditetapkan atau
memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas.
2.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan
pegawai yang dinilai, yaitu:
1. Performance Improvement. Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer
untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja.
2. Compensation adjustment. Membantu para pengambil keputusan untuk
menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.
3. Placement decision. Menentukan promosi, transfer, dan demotion.
4. Training and development needs mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal.
5. Carrer planning and development. Memandu untuk menentukan jenis karir
dan potensi karir yang dapat dicapai.
6. Staffing process deficiencies. Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai.
7. Informational inaccuracies and job-design errors. Membantu menjelaskan
apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam manajemen sumber daya manusia
terutama di bidang informasi job-analysis, job-design, dan sisteminformasi
manajemen sumber daya manusia.
8. Equal employment opportunity. Menunjukkan bahwa placement decision
tidak diskriminatif.
9. External challenges. Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh
6. 4
faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lainnya.
Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan melakukan penilaian
kinerja, faktor-faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu
departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan
kinerja pegawai.
10. Feedback. Memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi
pegawai itu sendiri.
2.3 Elemen Penilaian Kinerja
Ø Performance Standard
Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar yang jelas yang dijadikan tolok
ukur atau patokan terhadap kinerja yang akan diukur. Standar yang dibuat tentu
saja harus berhubungan dengan jenis pekerjaan yang akan diukur dan hasil yang
diharapkan akan terlihat dengan adanya penilaian kinerja ini.
Ø Kriteria Manajemen Kinerja (Criteria for Managerial Performance)
Kriteria penilaian kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi, yaitu kegunaan
fungsional (functional utility), keabsahan (validity), empiris (empirical base),
sensitivitas (sensitivity), pengembangan sistematis (systematic development),
dan kelayakan hukum (legal appropriateness).
Ø Pengukuran Kinerja (Performance Measures)
Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistempenilaian
(rating) yang relevan. Rating tersebut harus mudah digunakan sesuai dengan
yang akan diukur, dan mencerminkan hal-hal yang memang menentukan kinerja
Werther dan Davis (1996:346). Pengukuran kinerja juga berarti membandingkan
7. 5
antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja sebenarnya yang terjadi.
Pengukuran kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif. Obyektif berarti
pengukuran kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain selain yang
melakukan penilaian dan bersifat kuantitatif. Sedangkan pengukuran yang
bersifat subyektif berarti pengukuran yang berdasarkan pendapat pribadi atau
standar pribadi orang yang melakukan penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh
orang lain.
Ø Analisa Data Pengukuran
Setelah menetapkan standar pengukuran, kemudian mulailah dikumpulkan data-
data yang diperlukan. Data-data dapat dikumpulkan dengan melakukan
wawancara, survei langsung, atau meneliti catatan pekerjaan dan lain
sebagainya. Data-data tersebut dikumpulkan dan dianalisa apakah ada
perbedaan antara standar kinerja dengan kinerja aktual.
Ø Bias dan Tantangan dalam Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau metode
penilaian yang dilakukan oleh pihak manajemen harus adil, realistis, valid, dan
relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak
hanya berkaitan dengan masalah prestasi semata, namun juga menyangkut
masalah gaji, hubungan kerja, promosi/demosi, dan penempatan pegawai.
2.4 Metode Penilaian Kinerja
1. Rating Scales
Menilai kinerja pegawai dengan menggunakan skala untuk mengukur faktor-
faktor kinerja (performance factor). Misalnya dalam mengukur tingkat inisiatif
dan tanggung jawab pegawai. Skala yang digunakan adalah 1 sampai 5, yaitu 1
adalah yang terburuk dan 5 adalah yang terbaik. Jika tingkat inisiatif dan
8. 6
tanggung jawab pegawai tersebut biasa saja, maka ia diberi nilai 3 atau 4 dan
begitu seterusnya untuk menilai faktor-faktor kinerja lainnya.
2. Critical Incidents
Evaluator mencatat mengenai apa saja perilaku/pencapaian terbaik dan terburuk
(extremely good or bad behaviour) pegawai. Dalam metode ini, penilai harus
menyimpan catatan tertulis tentang tindakan-tindakan atau prilaku kerja yang
sangat positif (high favorable) dan perilaku kerja yang sangat negatif (high
unfavorable) selama periode penilaian.
3. Essay
Evaluator menulis deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan karyawan,
kinerjanya pada masa lalu, potensinya dan memberikan saran-saran untuk
pengembangan pekerja tersebut. Metode ini cenderung lebih memusatkan
perhatian pada perilaku ekstrim dalam tugas-tugas karyawan daripada pekerjaan
atau kinerja rutin yang mereka lakukan dari hari ke hari. Penilaian seperti ini
sangat tergantung kepada kemampuan menulis seorang penilai.
4. Work standard
Metode ini membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat keluaran yang diharapkan. Standar
mencerminkan keluaran normal dari seorang pekerja yang berprestasi rata-rata,
yang bekerja pada kecepatan atau kondisi normal. Agar standar ini dianggap
objektif, para pekerja harus memahami secara jelas bagaimana standar yang
ditetapkan.
5. Ranking
Penilai menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai dengan
peringkat yang disusun berdasarkan kinerja secara keseluruhan. Contohnya,
9. 7
pekerja terbaik dalam satu bagian diberi peringkat paling tinggi dan pekerja yang
paling buruk prestasinya diletakkan di peringkat paling bawah. Kesulitan terjadi
bila pekerja menunjukkan prestasi yang hampir sama atau sebanding.
6. Forced distribution
Penilai harus “memasukkan” individu dari kelompok kerja ke dalamsejumlah
kategori yang serupa dengan sebuah distribusi frekuensi normal. Contoh para
pekerja yang termasuk ke dalam10 persen terbaik ditempatkan ke dalam
kategori tertinggi, 20 persen terbaik sesudahnya ke dalamkategori berikutnya,
40 persen berikutnya ke dalamkategori menengah, 20 persen sesudahnya ke
dalam kategori berikutnya, dan 10 persen sisanya ke dalamkategori terendah.
Bila sebuah departemen memiliki pekerja yang semuanya berprestasi istimewa,
atasan “dipaksa” untuk memutuskan siapa yang harus dimasukan ke dalam
kategori yang lebih rendah.
7. Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS)
Evaluator menilai pegawai berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang
mencerminkan dimensi kinerja dan membuat skalanya. Misalnya penilaian
pelayanan pelanggan. Bila pegawai bagian pelayanan pelanggan tidak menerima
tip dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang berarti kinerja lumayan. Bila pegawai itu
membantu pelanggan yang kesulitan atau kebingungan, ia diberi skala 7 yang
berarti kinerjanya memuaskan, dan seterusnya. Metode ini mendeskripsikan
perilaku yang diharapkan sesuai dengan tingkat kinerja yang diharapkan.
10. 8
2. 5 Masalah-Masalah dalam Penilaian Kinerja
1. Kurangnya objektivitas
Salah satu kelemahan metode penilain kinerja tradisional adalah kurangnya
objektivitas. Dalammetode rating scale, misalnya, faktor-faktor yang lazim
digunakan seperti sikap, loyalitas dan kepribadian adalah faktor-faktor yang sulit
diukur. Penggunaan faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaan (job related
factors) dapat meningkatkan objektivitas.
2. Bias “Hallo error”
Bias “Hallo error” terjadi bila penilai mempersepsikan satu faktor sebagai kriteria
yang paling penting dan memberikan penilaian umum baik atau buruk
berdasarkan faktor tunggal ini.
3. Terlalu “longggar” / terlalu “ketat”
Penilai terlalu “longggar” (leniency) kecenderungan memberi nilai tinggi kepada
yang tidak berhak, penilai memberi nilai lebih tinggi dari seharusnya. Penilai
terlalu “ketat” (strictness) terlalu kritis atas kinerja seorang pekerja (terlalu
“ketat” dalammemberikan nilai). Penilaian yang terlalu ketat biasanya terjadi
bila manajer tidak mempunyai definisi atau batasan yang akurat tentang
berbagai faktor penilaian.
4. Kecenderungan memberikan nilai tengah
Kecenderungan memberi nilai tengah (Central tendency), terjadi bila pekerja di
beri nilai rata-rata secara tidak tepat atau di tengah-tengah skala penilaian,
Biasanya, penilai memberi nilai tengah karena ingin menghindari kontroversi
atau kritik.
5. Bias perilaku terbaru
11. 9
Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) , perilaku atau kinerja yang paling
akhir akan lebih mudah diingat daripada perilaku yang telah lama. Penilai
cenderung lebih banyak menilai kinerja yang tampak menjelang atau pada saat
proses penilaian dilakukan. Seharusnya penilaian kinerja mencakup periode
waktu tertentu.
6. Bias pribadi (stereotype)
Penyelia yang melakukan penilaian bisa saja memiliki bias yang berkaiatan
dengan karakteristik pribadi pekerja seperti suku, agama, gender atau usia.
Meskipun ada peraturan atau undang-undang yang melindugi pekerja,
diskriminasi tetap menjadi masalah dalampenilain kinerja.
2.6 Study Kasus
Kinerja anggota kepolisian dinilai perlu dievaluasi. Ada warga mengatakan
seharusnya label “Kami siap melayani anda” yang sering dilihat di kantor polisi
berubah menjadi “Kami siap melayani anda jika dibayar”. Terlepas dari siapa
warga tersebut, namun ini menjadi sebuah parameter tentang pelayanan yang
diberikan oleh pihak kepolisian. Entah apapun yang pernah terjadi disana,
tentunya para pembaca memiliki pengalaman pribadi mengenai hal ini.
Kondisi – kondisi seperti inilah bisa jadi yang membuat warga mulai kurang
mempercayai kinerja polisi. Sehingga rasa enggan ataupun menghargai sudah
mulai berkurang. Ingat sikap menghormati itu berbeda dengan sikap menghargai.
Sikap hormat itu dilakukan pada saat berhadapan dengan polisi saja. Namun
sikap menghargai itu, dimana pun orang bersangkutan berada meski tanpa
mengenakan seragam dinas, dia akan tetap di hargai. Mungkin kasus
penyerangan anak buah Hercules Rozario Marshal terhadap puluhan anggota
kepolisian yang sedang melakukan apel di kawasan pembangunan ruko PT Tjakra
Multi strategi di Srengseng, menjadi bukti juga bahwa polisi sudah mulai tidak
dihormati lagi. “Mereka (anak buah Hercule) sudah berani melawan petugas
12. 10
kepolisian yang sedang melaksanakan apel, itu keterlaluan sekali. Hal itu
menandakan bahwa citra polisi dimata masyarakat sudah turun,” kata Kisnu
WIdakso yang seorang kriminolog UI.
Ditambah lagi sering munculnya kasus – kasus yang semakin memperburuk citra
polisi di media – media nasional. Seperti kasus korupsi simulator SIM oleh Djoko
Susilo yang dari level atas, bahkan sampai pada level – level bawah. Seperti kasus
rekaman di youtube yang terjadi pada kasus seorang polisi di Bali yang menilang
seorang turis Belanda ketika tidak memakai helm. Polisi tersebut meminta uang
sebesar Rp. 200.000, yang kemudian diajak minum bir. Polisi tersebut
mengatakan kepada si turis bahwa 100.000 untuk beli bird an 100.000 untuk
pemerintah saya.
Komentar – komentar pun banyak dilontarkan dari Negara lain, termasuk Negara
kita juga. Anda mungkin bisa melihat sendiri apa isi – isi komentarnya. Itu
mungkin hanya sekelumit kasus yang bisa diabadikan dalam dunia digital,
selebihnya anda bisa melihat kondisi rill disekitar anda. Polisi Indonesia juga
banyak yang memiliki berat badan berlebih, jauh berbeda dengan polisi di luar
negeri yang masih memiliki berat ideal meski sudah tua. “Kalau berat badan
sudah berlebih, lalu bagaimana nanti kalau mengejar pencuri”, tukas seorang
warga.
Komisi Oang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mengatakan,
Presiden Joko Widodo harus membenahi institusi polisi. Menurut Kontras, sikap
polisi terhadap masyarakat tidak mencerminkan keamanan dan mengayomi.
Kordinator Kontras Haris Azwar menegaskan, polisi saat ini seolah menjadi
institusi yang menyeramkan, khususnya bagi orang dengan ekonomi rendah.
"Sekarang banyak orang tidak ingin berurusan dengan polisi karena mereka takut
dan tidak mau ribet," katanya dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Selasa
(4/11).
13. 11
Padahal, kata Haris, tugas Polri yang tertera pada Undang-Undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Polri mencakup tiga dasar, yaitu melakukan penegakan
hukum, pelayanan publik, dan menjaga ketertiban . "Tiga tugas ini jadi menarik
karena kalau di lapangan polisi sering melakukan penegakan hukum tapi juga
memunculkan rasa ketidakamanan," ungkapnya. Menurutnya, banyak
masyarakat yang berurusan dengan polisi tetapi malah makin suram. "Problem
polisi di lapangan kurang baik itu berasa saat di polres dan polsek. Karena jika
sudah ditingkat polda dan mabes cenderung lebih baik berkomunikasi," kata
Haris.
Haris mencontohkan diskriminasi di kepolisian dengan membandingkan kasus
perjudian yang pasti ditindak dan bahkan akan ada yang ditembak jika berusaha
kabur. Tapi, tidak dilaksanakan pada kasus kecelakaan yang melibatkan anak
Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Radjasa. Bahkan, menurutnya,
anaknya Hatta tidak dijerat hukum sedikit pun, dan dia bisa kembali melanjutkan
sekolahnya di luar negeri. "Jadi ada dikriminasi pada kelas rendah yang secara sisi
ekonomi kurang dan tidak punya keberanian menantang proses hukum. Itu
hanya akan jadi bantal pukul-pukulan polisi saja," katanya. Apalagi, lanjut Haris,
jika kasus diambil oleh polda, masalah akan lebih rumit. "Jika tidak mempunyai
backingan setingkat polda atau tidak punya uang sogokan besar, lupakan saja
untuk diurusi dengan layak," katanya.
Selain itu, masalah lain yang dinilai oleh Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan (Kontras), menilai kinerja Polri dalam penegakan hukum dan HAM
masih belum memuaskan. Menurut Kontras banyak proses penyelidikan kasus
yang ditangani polisi tidak menjunjung tinggi penghormatan kepada HAM.
Kordinator Kontras, Haris Azhar mengatakan jika polisi tidak melakukan prosedur
hukum dengan baik akan berpotensi mengkriminalsasi masyarakat dan
mengaburkan fakta-fakta yang seaungguhnya terjadi.
14. 12
Haris mencontohkan, tentang penanganan kasus Jakarta Internasional School
(JIS) yang melibatkan enam petugas kebersihan sekolah. Menurutnya, kasus
tersebut merupakan bentuk kearoganan polisi. Karena dalam proses penyidikan
di Polda Metri Jaya, para tersangka mengalami sejumlah tekanan dan
penyiksaan. "Bahkan, salah seorang tersangka, yaitu Azwar akhirnya meninggal
dalam tahanan," kata Haris pada diskusi yang dilaksanakan di kedai Tjikini,
Jakarta, Selasa (4/11). Meski, polisi mengatakan bahwa Azwar melakukan aksi
bunuh diri saat izin ke toilet dengan menenggak cairan pembersih saat
pembuatan BAP. Namun kejadian tersebut tetap janggal karena, menurut
kesaksian tidak ada seorangpun izin selama proses interogasi berlangsung.
"Selain itu, banyak luka lebam pada tubuh korban, yang diakui para keluarga
korban merupakan luka akibat dipukuli polisi saat interogasi," ujarnya.
Kasus seperti ini, lanjut Haris menunjukan bahwa aparat polisi terbukti masih
belum kerja secara profesional. Selain itu, polisi masih belum menjalankan tugas
dan kewajibannya sebagai penegak hukum. "Karena masih melakukan
pendekatan kekerasan serta tidak cermat dalam memberikan penghukuman
sehingga berpotensi mengkriminalisasikan warga," katanya.
15. 13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penilaian kinerja adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku
prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijakan selanjutnya. Penilaian
perilaku meliputi penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerja sama,
loyalitas, dedikasi, dan partisipasi karyawan. Menilai perilaku ini sulit karena
tidak ada standar fisiknya, sedangkan untuk penilaian hasil kerja relatif lebih
mudah karena ada stndar fisik yang dapat dipakai sebagai tolak ukurnya, seperti
meter, liter, dan kilogram. Aspek penting dari suatu sistem penilaian kerja adalah
memiliki standar yang jelas. Sasaran utama dari adanya standar tersebit ialah
teridentifikasinya unsur-unsur krital suatu pekerjaaan. Standar itulah yang
merupakan tolak ukur seseorang melakukan pekerjaannya.
16. 14
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Melayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara
Sutrisno, Edy. 2009.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group