SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 46
PERBARENGANTINDAK
PIDANA
( C O N C U R S U S atau Samenloop van
Strafbaarfeit )
Dahlia Andriani
• Gabungan tindak pidana yaitu apabila seseorang atau
lebih melakukan satu perbuatan dan dengan melakukan
satu perbuatan, ia melanggar beberapa peraturan pidana
atau apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan,
dan itu blum dijatuhi putusan hakim atas diri orang
tersebut dan terhadap beberapa pelanggaran dari
beberapaa peraturan pidana itu diadili sekaligus.
Persoalan Concursus ada dua
pandangan :
Pemberian pidana : HAZEWINKEL
SURINGA
Bentuk khususTindak Pidana : POMPE,
MOELYATNO, MEZGER
Bentuk Concursus :
•Concursus Idealis (Perbarengan Peraturan)
– Pasal 63 KUHP
•Voorgezette Handeling – Pasal 64 KUHP
•Concursus Realis (Perbarengan Perbuatan)
– Pasal 65 – 67 KUHP
Ajaran pemberian pidana (leerstuk van
straftoemeting).
Ada 4 macam sistem pemberian pidana ini :
1.Sistem Absorbsi = diterapkan ketentuan pidana terberat
2.Sistem Absorbsi dipertajam = terberat + 1/3
3.Sistem Komulasi = keseluruhan pidana diterapkan
4.Sistem Komulasi diperlunak = keseluruhan pidana
diterapkan tetapi maksimum pidananya tidak boleh lebih
dari pidana terberat + 1/3 nya.
Alasan Pembentuk Undang-undang
mengatur Concursus
• Orang akan menerima penjumlahan dari masing-masing
pidana yang di ancamkan
• Itu tidak adil
SISTEM PEMBERIAN PIDANA PADA
CONCURSUS
1.SISTEM ABSORBSI
Melanggar beberapa peraturan : yang dipakai satu
Jika ancaman pidana pokok berbeda dipakai ancaman
pidana pokok terberat (Pasal 63 ayat (1) KUHP)
Misal : Melakukan perkosaan di jalan umum
- melanggar Ps. 285 KUHP = Perkosaan = 12 th
- melanggar Ps. 281 KUHP = merusak kesopanan
umum = 2 th 8 bl
2. SISTEM ABSORBSIYANG DIPERTAJAM
Kejahatan dengan ancaman pidana pokok sejenis
Hanya dijatuhkan satu pidana (Pasal 65 ayat (1) KUHP)
Maksimum pidana tidak boleh lebih dari maksimum pidana
yang terberat ditambah 1/3.
Misal : 1) A melakukan kejahatan, masing- masing
diancam pidana penjara; 4 th; 5 th; dan 9 th = 18 th
(Tidak Boleh)
2) A melakukan kejahatan, masing di ancam
pidana kurungan 10 bl dan 8 bl = 1 th 6 bl (Boleh)
3. SISTEM KOMULASI
• Ancaman Pidana tidak sejenis
• Penjumlahan semata-mata tanpa dikurangi ( Pasal 66
KUHP)
• Misal : 2 th penjara; 1 th kurungan ; 6 th penjara = 9
tahun
4. SISTEM KOMULASI DIPERLUNAK
•Diterapkan semua ketentuan pidana
•Maksimum pidana tidak boleh lebih dari
ancaman pidana terberat ditambah 1/3.
BENTUK-BENTUK GABUNGANTINDAK
PIDANA
1. CONCURSUS IDEALIS – ( Eendaadse Samenloop ) :
Melakukan satu perbuatan melanggar beberapa aturan
pidana
Misal : Perkosaan di jalan umum
• Hanya dikenankan satu pidana yang terberat (Pasal 63
KUHP)
2. PERBUATAN BERLANJUT – Voorgezette Handeling
a. Melakukan beberapa perbuatan berupa kejahatan dan
pelanggaran
b. Antara perbuatan2 ada hubungan yg sedemikian rupa.
Ukurannya :
◊Timbul dari satu kehendak yang terlarang
◊Perbuatan sama jenisnya
◊Tidak dipisahkan oleh waktu yang lama
• Hanya dikenakan satu ancaman pidana.
• Kalau ada perbedaan diberlakukan pidana terberat (Pasal 64
ayat (1) KUHP)
3. CONCURSUS REALIS – Meerdedaadse Samenloop
• Melakukakan beberapa perbuatan pidana yang berupa
kejahatan
• Masing-masing berdiri sendiri
• Belum ada satupun yang diadili Hakim
• Maka Pemidanaannya :
1. Apabila Ancaman pidana sejenis : Hanya dikenakan satu
pidana (Pasal 65 ayat (1) KUHP)
• Misal : A melakukanTindak pidana yakni: a) Pencurian : 362
KUHP - penjara : 5 th; b) Penggelapan : 372 KUHP- penjara 4
th; c) Penipuan : 378 KUHP – penjara 4 th.
• Maksimum pidana tidak boleh lebih dari maksimum pidana
terberat ditambah 1/3 ( Pasal 65 ayat (2) KUHP - Absorbsi
dipertajam
2. Ancaman Pidana Pokok tidak sejenis
• Maka pidananya merpakan penjumlahan seluruh ancaman
pidana tapi jumlahnya tidak boleh lebih dari maksimum
pidana terberat ditambah 1/3 ( Pasal 66 ayat (1) KUHP -
Komulasi diperlunak).
Misal : A melakukan beberapa kejahatan :
• Diancam pidana = 2 th penjara
• Diancam pidana = 9 bln kurungan
2 tahun 9 bln (Tidak Boleh)
• Yang dibolehkan : 2 th + (1/3 X 2 th)
= 2 th 8 bl
ALASAN HAPUSNYA
KEWENANGAN MENUNTUT
DAN MENJALANI PIDANA
DITA & DAHLIA
1. Tidak adanya pengaduan pada Delik Aduan
(Pasal 72 KUHP sampai Pasal 75 KUHP)
2. Nebis in idem (Pasal 76 KUHP)
3. Matinya terdakwa (Pasal 77 KUHP)
4. Daluwarsa (Pasal 78 sampai Pasal 81 KUHP)
5. Adanya pembayaran denda maksimum kpd
pejabat tertentu untuk pelanggaran yg hanya
diancam dg denda saja (Pasal 82 KUHP)
6. Di Luar KUHP (Ada Abolisi dan Amnesti)
ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN
MENUNTUT DAN MENJALANI PIDANA
A. DELIK ADUAN
• Delik atauTindak pidana yang hanya dapat dituntut apabila
ada pengaduan dari pihak yang dirugikan.
• Penuntutan digantungkan pada persetujuan dari yang
dirugikan.
• Penghormatan hak azasi manusia.
- Mengapa delik aduan diatur
dalam KUHP ?
• Ada delik tertentu dimana orang yang dirugikan akan merasa
lebih dirugikan lagi apabila pelakunya dilakukan penuntutan.
• KUHP hanya mengenal delik aduan thd
Kejahatan sedangkan pelanggaran tidak.
Jenis Delik Aduan
1. Delik aduan Absolut (Absolute klachtdelicten)
 Tiap-tiap kejahatan yang dalam keadaan apapun tetap merupakan delik
aduan.
 Misalnya :
- Pasal 284 KUHP - Berbuat Zina
- Pasal 287 KUHP - Bersetubuh dg seorang perempuan
yang bukan isterinya yang usianya dibawah 15 th.
- Pasal 293 KUHP- membujuk seorang anak untuk berbuat
zinah dengan memberi hadiah.
- Pasal 332 KUHP – melarikan seorang perempuan.
 Sifat pengaduan : tidak boleh dibatasi (Onsplitsbaar)
 Pengaduan ditujukan terhadap perbuatannya.
2. Delik aduan yang relatif
• Kejahatan yang dalam keadaan tertentu merupakan delik
aduan.
• Antara pelaku dan korban ada hubungan keluarga
• Hubungan keluarga harus dinyatakan pada waktu
mengajukan pengaduan
• Penuntutan hanya dilakukan thd orang yg disebut dalam
pengaduan (Splitsbaar).
• Pengaduan ditujukan terhadap orangnya bukan pada
perbuatan.
Misalnya :
•Pasal 367 ayat (2) KUHP – Pencurian dalam
keluarga
•Pasal 369 ayat (2) KUHP – Pemerasan dengan
ancaman.
•KUHP tidak mengatur delik aduan dalam
Bab tersendiri. KUHP menentukan secara
LIMITATIF.
Yang berhak mengajukan pengaduan pada umumnya orang
yang dirugikan
Jika yang bersangkutan belum berumur 16 th /belum cukup
umur/dibawah pengampunan
Pasal 72 KUHP, menentukan pengaduan dapat dilakukan
oleh :
◦ Wakilnya yang sah dlm hukum perdata; atau oleh :
◦ Wali pengawas/pengampu
◦ Isterinya
◦ Keluarga sedarah garis lurus/meyamping sampai derajat ke 3 (tiga)
Ketentuan tsb di atas tidak berlaku dalam hal pengaduan berdasar Pasal
284 ayat (3) , Pasal 320 ayat (2), Pasal 321 ayat (3) KUHP
Namun apabila yang bersangkutan meninggal dunia maka
berdasar ketentuan Pasal 73 KUHP, Pengaduan dapat
dilakukan:
Orang tuanya
Anaknya
Suami/Isteri
Kecuali :Yang bersangkutan tidak menghendaki
Disamping ketentuan umum di atas ada
ketentuan khusus :
1. Untuk Perzinahan (Pasal 284 KUHP)
Yang berhak membuat pengaduan hanya suami/isteri yang
dirugikan (Ketentuan Pasal 72 dan 73 KUHP tidak berlaku)
Pencabutan kembali pengaduan dapat dilakukan sewaktu-
waktu, selama pemeriksaan sidang pengadilan belum
dimulai (ayat 4). Jadi ketentuan pasal 75 KUHP tidak
berlaku.
2. Untuk melarikan wanita (Pasal 332 KUHP).Yang berhak
mengadu :
a. Jika ybs. belum cukup umur :
-Wanita ybs. atau
- Orang yang seharusnya memberi izin bila ybs kawin.
b. Jika ybs. sudah cukup umur
-Wanita ybs, atau
- Suaminya
TENGGANGWAKTU PENGADUAN
Diatur dalam Pasal 74 ayat (1) KUHP -- (pengecualiannya :
Pasal 293 ayat (3) KUHP)
Apabila pengaduan disampaikan secara Lisan, maka saat
aduan lisan itu diucapkan pada pejabat yang berwenang
menerima pengaduan dianggap saat aduan diajukan.
Apabila pengaduan disampaikan secara Tertulis, maka saat
aduan adalah tanggal pengiriman surat aduan.
Apakah pengaduan dapat dicabut kembali
?
•Menurut ketentuan Pasal 75 KUHP :
Pengaduan yang telah diajukan dapat
dicabut.
•Namun Pengaduan yang telah dicabut tidak
dapat diajukan lagi.
B. NEBIS IN IDEMSeseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kali karena suatu
peristiwa pidana yang telah dijatuhi putusan hakim yang tidak
dapat diubah lagi.
Syarat untuk adanya Nebis in idem :
1. Adanya Putusan Hakim yg bersifat tetap.
2. Orang terhadap putusan itu dijatuhkan sama (Segi
Subyektif)
Misal : A dan B bersama- sama melakukan
tindak pidana
Yang baru tertangkap B.
3. Perbuatan yang dituntut untuk kedua kalinya sama
(Segi Obyektif)
Keputusan hakim yang bersifat tetap atau tidak dapat diubah,
(JONKERS) :
1. Penghukuman (Veroordeling)
Hakim memutuskan, terdakwa bersalah melakukan perbuatan
sebagaimana didakwakan.
2. Pembebasan dari penuntutan hukuman (Onstlag van all recht
velvolging)
Hakim memutuskan, perbuatan terdakwa terbukti namun karena
alasan yang mengecualikan dijatuhkannya hukuman
(Strafuitsluitingsgronden- Pasal 44, Pasal 48 Pasal 51 KUHP) atau
perbuatan sebagaimana didakwakan, tidak dapat dipidana.
3. Pembebasan (bebas murni – Vrijspraak)
Kesalahan terdakwa tidak terbukti.
Putusan Bebas mempunyai sifat NEGATIF :
•Pembebasan tidak menyatakan terdakwa
tidak melakukan tindak pidana sebagaimana
didakwakan oleh JPU, namun hakim hanya
menyatakan : …“bahwa terdakwa tidak
melakukan perbuatan sebagaimana
didakwakan JPU. Dan kesalahannya tidak
terbukti”…….
• Azas nebis in idem tidak berlaku untuk keputusan hakim
yang belum berhubungan dengan Pokok perkara
(Beschikking - “ penetapan”) yaitu :
• Tidak berwenangnya hakim memeriksa perkara perkara ybs.
• Tidak diterima tuntutan jaksa karena terdakwa tidak
melakukan tindak pidana
• Tidak diterimanaya perkara sebab penuntutannya telah
daluwarsa
Dasar pemikiran dari Nebis in idem
- Untuk menjaga martabat negara
• Hakim (sebagai wakil negara) harus membuat keputusan akhir
yang tidak dapat diubah.
- Demi rasa keadilan
• Keputusan hukum yang diberikan harusnya memberikan
kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi individu dan
masyarakat.
C. MATINYATERDAKWA
• Baik hak menuntut hukuman (Pasal 77 KUHP) maupun hak
menjalani pidana (Pasal 83 KUHP) gugur atau tidak berlaku
lagi apabila terdakwa/terpidana meninggal dunia.
• MenurutVOS ini sesuai prinsip : Hukuman yg ditujukan hanya
kpd “diri pembuat” – de dader persoonlijke
Konsekuensinya adalah :
Jika terdakwa meninggal pada tahapan:
1. Pengusutan pengusutan dihentikan
2. Penuntutan telah diajukan oleh JPU
mk Hakim menyatakan tdk menerima
perkara tsb.
Jika meninggalnya terdakwa setelah dijatuhi pidana
berdasar keputusan hakim yang tetap, maka berlakulah
ketentuan Pasal 83 KUHP.
D. DALUWARSA - Verjariing
• Dasar hukum daluwarsa adalah :
a. Dari tujuan pemidanaan tidak ada
manfaatnya dilakukan penuntutan
b. Demi kepastian hukum
c. Kesukaran mendapatkan barang bukti
• Alasan a, b disebut alasan Individuil – kepentingan individu
• Alasan c merupakan alasan praktis
Jangka waktu lewatnya tuntutan (Pasal
78 KUHP) :
Sesudah lewat 1 th – Untuk semua pelanggaran dan kejahat
dengan alat cetak
Sesudah lewat 6 th – Untuk semua kejahatan yang diancam
dengan denda, hukuman kurungan/penjara yang tidak melebihi
waktu 3 th.
Sesudah lewat 12 th – Untuk semua kejahatan yang diancam
dengan hukuman penjara yang melebihi waktu 3 th.
Sesudah lewat 18 th – Untuk semua kejahatan yang diancam
dengan hukuman mati atau hukuman seumur hidup.
Saat khusus permulaan tenggang daluwarsa
Dalam memalsu/meniru uang kertas –Tenggang daluwarsa
dimulai setelah uang yang dipalsukan itu digunakan.
Dalam hal salah satu kejahatan yang tercantum dalam
Pasal 328 - Pasal 330 KUHP. Pasal 333 KUHP –Tenggang
daluwarsa dimulai pada hari berikutnya sesudah
dibebaskan/dimerdekakan kembali orang yang dirampas
kemerdekaannya atau meninggal dunia.
Dalam hal pelanggaran peraturan Pencatan Sipil (Pasal 556
– Pasal 558 KUHP) –Tenggang daluwarsa dimulai pada hari
berikutnya sesudah daftar tersebut diserahkan pada
Panitera pengadilan.
PENCEGAHAN DALUWARSA (Stuiting)
dan PENANGGUHAN DALUWARSA (Schorsing)
• Pencegahan daluwarsa (Stuiting) Karena ada Perbuatan
penuntutan. Setelah itu mulai tenggang daluwarsa baru.
• Waktu antara berjalannya tenggang daluwarsa sampai
dihentikannya karena ada perbuatan penuntutan tidak
dihitung (Pasal 80 KUHP)
• Pencegahan daluwarsa (Stuiting)
1 Januari
31 DesMaret April
TIDAK DIHITUNG
Tgg. Daluwarsa Baru – 1 Tahun
Perbuatan penuntutan
• Pendapat luas
Pemeriksaan tersangka sampai penyerahan perkara oleh Jaksa
ke pengadilan (termasuk tindakan-tindakan pengusutan –
daad van opsporing)
• Pendapat yang sempit
Hanya perbuatan penuntut umum yang lansung menyangkut
proses acara pidana.
Yakni : menyerahkan perkara ke sidang pengadilan,
dilakukannya pemeriksaan tambahan, memohon revisi dll.
Penangguhan Daluwarsa (Schorsing)
• Terjadi karena ada perselisihan tentang hukum sebelum
putusan pokok (Pasal 81 KUHP).
• Perselisihan hukum (Prae judisiel) Perselisihan menurut
hukum perdata yang terlebih dahulu harus diselesaikan
sebelum acara pidana diteruskan.
• Misal : A dituduh menjual sebidang tanah
milik B. Padahal menurut A, ia
memperoleh tanah tersebut karena
warisan.
• Dalam hal ada penangguhan daluwarsa
Jangka waktu sebelum yang telah berjalan sebelum
penangguhan, turut diperhitungkan.
• Waktu selama ada pengguhan tidak turut diperhitungkan.
• Pengguhan daluwarsa (Schorsing)
1 Januari
31 DesMaret April
Turut diperhitungkan
Tgg. Daluwarsa Baru – 1 Tahun
Tidak Diperhitungkan
F.TELAH ADA PEMBAYARAN DENDA MAKSIMUM PADA
PEJABATTERTENTU UNTUK PELANGGAR-ANYANG
HANYA DIANCAM DENGAN DENDA (Pasal 82 KUHP)
• Penyelesaian perkara di luar pengadilan
• Dikenal adanya lembaga hukum dengan nama “Afkoop”.
• Penebusan tuntutan pidana karena pelanggaran (overtreding)
yang diatasnya tidak ditentukan hukuman pokok lain dari
denda dengan membayar secara sukarela maksimum denda.
Dalam hal telah diadakan tuntutan, telah juga membayar biaya
perkara.
G. AMNESTI dan ABOLISI
(Alasan penghapus penuntutan di luar KUHP)
• Diatur dalam UU No. 11Th. 1954 LN 1954 No. 146 ( Lihat pula
Pasal 14 UUD 1945)
• Diberikan Presiden demi Kepentingan Negara setelah
mendengar nasehat MA
• Semua akibat hukum pidana dihapuskan

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Rani
elsaref
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
sesukakita
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
Evirna Evirna
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
Lisa SYP
 

Mais procurados (20)

Materi Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu RaniMateri Viktimologi by Ibu Rani
Materi Viktimologi by Ibu Rani
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
Eksepsi dalam Hukum Acara Pidana (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2Hukum agraria nasional pert ke 2
Hukum agraria nasional pert ke 2
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korban
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Makalah Hukum Laut
Makalah Hukum LautMakalah Hukum Laut
Makalah Hukum Laut
 
Aliran aliran hukum pidana
 Aliran aliran hukum pidana  Aliran aliran hukum pidana
Aliran aliran hukum pidana
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Hukum pidana
Hukum pidanaHukum pidana
Hukum pidana
 
Hukum Perdata Internasional
Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional
Hukum Perdata Internasional
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 

Destaque (6)

Hak Kekayaan Intelektual [ HaKI ]
Hak Kekayaan Intelektual [ HaKI ]Hak Kekayaan Intelektual [ HaKI ]
Hak Kekayaan Intelektual [ HaKI ]
 
Asas hukum admnistrasi negara
Asas hukum admnistrasi negaraAsas hukum admnistrasi negara
Asas hukum admnistrasi negara
 
Pengenalan hukum administrasi negara
Pengenalan hukum administrasi negaraPengenalan hukum administrasi negara
Pengenalan hukum administrasi negara
 
Asas hukum administrasi negara
Asas hukum administrasi negaraAsas hukum administrasi negara
Asas hukum administrasi negara
 
Peristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adatPeristilahan hukum adat
Peristilahan hukum adat
 
Asas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum PidanaAsas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum Pidana
 

Semelhante a Perbarengan Tindak Pidana

Perbarengan ConcursusSamenloop.pptx
Perbarengan ConcursusSamenloop.pptxPerbarengan ConcursusSamenloop.pptx
Perbarengan ConcursusSamenloop.pptx
Suijinheki
 
8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan
Ronalto_Tan
 
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfdianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
yudaboyz
 
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntutPertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
yudikrismen1
 
(Bp. Y Ambeg) Pidana dan Pemidanaan 2023[1][1].pptx.pdf
(Bp. Y Ambeg) Pidana dan Pemidanaan 2023[1][1].pptx.pdf(Bp. Y Ambeg) Pidana dan Pemidanaan 2023[1][1].pptx.pdf
(Bp. Y Ambeg) Pidana dan Pemidanaan 2023[1][1].pptx.pdf
YovanIristian
 
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkapPPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
AhmadMuhtadi11
 
Hukum Pidana_Bayu Jakkobus Simorangkir_A1011211197.pptx
Hukum Pidana_Bayu Jakkobus Simorangkir_A1011211197.pptxHukum Pidana_Bayu Jakkobus Simorangkir_A1011211197.pptx
Hukum Pidana_Bayu Jakkobus Simorangkir_A1011211197.pptx
BayuSimorangkir
 

Semelhante a Perbarengan Tindak Pidana (20)

Perbarengan ConcursusSamenloop.pptx
Perbarengan ConcursusSamenloop.pptxPerbarengan ConcursusSamenloop.pptx
Perbarengan ConcursusSamenloop.pptx
 
Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah
 
8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan
 
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdfdianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
dianaumsu,+Penyusunan+Dokumen+Laporan+Pengaduan+dan+Kronologis.pdf
 
Pengayaan Sesi 8.pptx
Pengayaan Sesi 8.pptxPengayaan Sesi 8.pptx
Pengayaan Sesi 8.pptx
 
HK-PID-PERBARENGAN SAMENLOOP.pptx
HK-PID-PERBARENGAN SAMENLOOP.pptxHK-PID-PERBARENGAN SAMENLOOP.pptx
HK-PID-PERBARENGAN SAMENLOOP.pptx
 
Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)Hukum Pidana (Pengantar)
Hukum Pidana (Pengantar)
 
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptxPPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
 
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntutPertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
 
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum PidanaILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
ILMU HUKUM - Asas Asas Hukum Pidana
 
penyehat faham aturan.pptx
penyehat faham aturan.pptxpenyehat faham aturan.pptx
penyehat faham aturan.pptx
 
(Bp. Y Ambeg) Pidana dan Pemidanaan 2023[1][1].pptx.pdf
(Bp. Y Ambeg) Pidana dan Pemidanaan 2023[1][1].pptx.pdf(Bp. Y Ambeg) Pidana dan Pemidanaan 2023[1][1].pptx.pdf
(Bp. Y Ambeg) Pidana dan Pemidanaan 2023[1][1].pptx.pdf
 
Bab 7 jenis pidana
Bab 7   jenis pidanaBab 7   jenis pidana
Bab 7 jenis pidana
 
hukum_pidana.pdf
hukum_pidana.pdfhukum_pidana.pdf
hukum_pidana.pdf
 
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkapPPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
 
Hukum Pidana_Bayu Jakkobus Simorangkir_A1011211197.pptx
Hukum Pidana_Bayu Jakkobus Simorangkir_A1011211197.pptxHukum Pidana_Bayu Jakkobus Simorangkir_A1011211197.pptx
Hukum Pidana_Bayu Jakkobus Simorangkir_A1011211197.pptx
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
 
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh EksaminatorKumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
 
Pidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaanPidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaan
 
Upaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidanaUpaya hukum dalam acara pidana
Upaya hukum dalam acara pidana
 

Mais de alsalcunsoed (20)

Karya Tulis SMAN 1 Purbalingga
Karya Tulis SMAN 1 PurbalinggaKarya Tulis SMAN 1 Purbalingga
Karya Tulis SMAN 1 Purbalingga
 
Karya Tulis SMAN 1 Bawang
Karya Tulis SMAN 1 BawangKarya Tulis SMAN 1 Bawang
Karya Tulis SMAN 1 Bawang
 
Key answers 3
Key answers 3Key answers 3
Key answers 3
 
Name 1
Name 1Name 1
Name 1
 
Name 2
Name 2Name 2
Name 2
 
The key answers 2
The key answers  2The key answers  2
The key answers 2
 
Task
Task Task
Task
 
The Key Answer
The Key AnswerThe Key Answer
The Key Answer
 
Practice 3
Practice 3Practice 3
Practice 3
 
Speaking
SpeakingSpeaking
Speaking
 
Practice 1
Practice 1Practice 1
Practice 1
 
Practice 2
Practice 2Practice 2
Practice 2
 
Simple Future Tense
Simple Future TenseSimple Future Tense
Simple Future Tense
 
Reading Skills
Reading SkillsReading Skills
Reading Skills
 
Listening
ListeningListening
Listening
 
UAS Preparation
UAS PreparationUAS Preparation
UAS Preparation
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Part of Speech
Part of Speech Part of Speech
Part of Speech
 
Keabsahan Kebijakan Kartu Sakti
Keabsahan Kebijakan Kartu SaktiKeabsahan Kebijakan Kartu Sakti
Keabsahan Kebijakan Kartu Sakti
 
ARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional Indonesia
ARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional IndonesiaARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional Indonesia
ARBITRASE By Badan Arbitrase Nasional Indonesia
 

Último

UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
Sumardi Arahbani
 

Último (10)

pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 

Perbarengan Tindak Pidana

  • 1. PERBARENGANTINDAK PIDANA ( C O N C U R S U S atau Samenloop van Strafbaarfeit ) Dahlia Andriani
  • 2. • Gabungan tindak pidana yaitu apabila seseorang atau lebih melakukan satu perbuatan dan dengan melakukan satu perbuatan, ia melanggar beberapa peraturan pidana atau apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan, dan itu blum dijatuhi putusan hakim atas diri orang tersebut dan terhadap beberapa pelanggaran dari beberapaa peraturan pidana itu diadili sekaligus.
  • 3. Persoalan Concursus ada dua pandangan : Pemberian pidana : HAZEWINKEL SURINGA Bentuk khususTindak Pidana : POMPE, MOELYATNO, MEZGER
  • 4. Bentuk Concursus : •Concursus Idealis (Perbarengan Peraturan) – Pasal 63 KUHP •Voorgezette Handeling – Pasal 64 KUHP •Concursus Realis (Perbarengan Perbuatan) – Pasal 65 – 67 KUHP
  • 5. Ajaran pemberian pidana (leerstuk van straftoemeting). Ada 4 macam sistem pemberian pidana ini : 1.Sistem Absorbsi = diterapkan ketentuan pidana terberat 2.Sistem Absorbsi dipertajam = terberat + 1/3 3.Sistem Komulasi = keseluruhan pidana diterapkan 4.Sistem Komulasi diperlunak = keseluruhan pidana diterapkan tetapi maksimum pidananya tidak boleh lebih dari pidana terberat + 1/3 nya.
  • 6. Alasan Pembentuk Undang-undang mengatur Concursus • Orang akan menerima penjumlahan dari masing-masing pidana yang di ancamkan • Itu tidak adil
  • 7. SISTEM PEMBERIAN PIDANA PADA CONCURSUS 1.SISTEM ABSORBSI Melanggar beberapa peraturan : yang dipakai satu Jika ancaman pidana pokok berbeda dipakai ancaman pidana pokok terberat (Pasal 63 ayat (1) KUHP) Misal : Melakukan perkosaan di jalan umum - melanggar Ps. 285 KUHP = Perkosaan = 12 th - melanggar Ps. 281 KUHP = merusak kesopanan umum = 2 th 8 bl
  • 8. 2. SISTEM ABSORBSIYANG DIPERTAJAM Kejahatan dengan ancaman pidana pokok sejenis Hanya dijatuhkan satu pidana (Pasal 65 ayat (1) KUHP) Maksimum pidana tidak boleh lebih dari maksimum pidana yang terberat ditambah 1/3. Misal : 1) A melakukan kejahatan, masing- masing diancam pidana penjara; 4 th; 5 th; dan 9 th = 18 th (Tidak Boleh) 2) A melakukan kejahatan, masing di ancam pidana kurungan 10 bl dan 8 bl = 1 th 6 bl (Boleh)
  • 9. 3. SISTEM KOMULASI • Ancaman Pidana tidak sejenis • Penjumlahan semata-mata tanpa dikurangi ( Pasal 66 KUHP) • Misal : 2 th penjara; 1 th kurungan ; 6 th penjara = 9 tahun
  • 10. 4. SISTEM KOMULASI DIPERLUNAK •Diterapkan semua ketentuan pidana •Maksimum pidana tidak boleh lebih dari ancaman pidana terberat ditambah 1/3.
  • 11. BENTUK-BENTUK GABUNGANTINDAK PIDANA 1. CONCURSUS IDEALIS – ( Eendaadse Samenloop ) : Melakukan satu perbuatan melanggar beberapa aturan pidana Misal : Perkosaan di jalan umum • Hanya dikenankan satu pidana yang terberat (Pasal 63 KUHP)
  • 12. 2. PERBUATAN BERLANJUT – Voorgezette Handeling a. Melakukan beberapa perbuatan berupa kejahatan dan pelanggaran b. Antara perbuatan2 ada hubungan yg sedemikian rupa. Ukurannya : ◊Timbul dari satu kehendak yang terlarang ◊Perbuatan sama jenisnya ◊Tidak dipisahkan oleh waktu yang lama • Hanya dikenakan satu ancaman pidana. • Kalau ada perbedaan diberlakukan pidana terberat (Pasal 64 ayat (1) KUHP)
  • 13. 3. CONCURSUS REALIS – Meerdedaadse Samenloop • Melakukakan beberapa perbuatan pidana yang berupa kejahatan • Masing-masing berdiri sendiri • Belum ada satupun yang diadili Hakim • Maka Pemidanaannya : 1. Apabila Ancaman pidana sejenis : Hanya dikenakan satu pidana (Pasal 65 ayat (1) KUHP)
  • 14. • Misal : A melakukanTindak pidana yakni: a) Pencurian : 362 KUHP - penjara : 5 th; b) Penggelapan : 372 KUHP- penjara 4 th; c) Penipuan : 378 KUHP – penjara 4 th. • Maksimum pidana tidak boleh lebih dari maksimum pidana terberat ditambah 1/3 ( Pasal 65 ayat (2) KUHP - Absorbsi dipertajam
  • 15. 2. Ancaman Pidana Pokok tidak sejenis • Maka pidananya merpakan penjumlahan seluruh ancaman pidana tapi jumlahnya tidak boleh lebih dari maksimum pidana terberat ditambah 1/3 ( Pasal 66 ayat (1) KUHP - Komulasi diperlunak). Misal : A melakukan beberapa kejahatan : • Diancam pidana = 2 th penjara • Diancam pidana = 9 bln kurungan 2 tahun 9 bln (Tidak Boleh) • Yang dibolehkan : 2 th + (1/3 X 2 th) = 2 th 8 bl
  • 16. ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN MENUNTUT DAN MENJALANI PIDANA DITA & DAHLIA
  • 17. 1. Tidak adanya pengaduan pada Delik Aduan (Pasal 72 KUHP sampai Pasal 75 KUHP) 2. Nebis in idem (Pasal 76 KUHP) 3. Matinya terdakwa (Pasal 77 KUHP) 4. Daluwarsa (Pasal 78 sampai Pasal 81 KUHP) 5. Adanya pembayaran denda maksimum kpd pejabat tertentu untuk pelanggaran yg hanya diancam dg denda saja (Pasal 82 KUHP) 6. Di Luar KUHP (Ada Abolisi dan Amnesti) ALASAN HAPUSNYA KEWENANGAN MENUNTUT DAN MENJALANI PIDANA
  • 18. A. DELIK ADUAN • Delik atauTindak pidana yang hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. • Penuntutan digantungkan pada persetujuan dari yang dirugikan. • Penghormatan hak azasi manusia.
  • 19. - Mengapa delik aduan diatur dalam KUHP ? • Ada delik tertentu dimana orang yang dirugikan akan merasa lebih dirugikan lagi apabila pelakunya dilakukan penuntutan. • KUHP hanya mengenal delik aduan thd Kejahatan sedangkan pelanggaran tidak.
  • 20. Jenis Delik Aduan 1. Delik aduan Absolut (Absolute klachtdelicten)  Tiap-tiap kejahatan yang dalam keadaan apapun tetap merupakan delik aduan.  Misalnya : - Pasal 284 KUHP - Berbuat Zina - Pasal 287 KUHP - Bersetubuh dg seorang perempuan yang bukan isterinya yang usianya dibawah 15 th. - Pasal 293 KUHP- membujuk seorang anak untuk berbuat zinah dengan memberi hadiah. - Pasal 332 KUHP – melarikan seorang perempuan.  Sifat pengaduan : tidak boleh dibatasi (Onsplitsbaar)  Pengaduan ditujukan terhadap perbuatannya.
  • 21. 2. Delik aduan yang relatif • Kejahatan yang dalam keadaan tertentu merupakan delik aduan. • Antara pelaku dan korban ada hubungan keluarga • Hubungan keluarga harus dinyatakan pada waktu mengajukan pengaduan • Penuntutan hanya dilakukan thd orang yg disebut dalam pengaduan (Splitsbaar). • Pengaduan ditujukan terhadap orangnya bukan pada perbuatan.
  • 22. Misalnya : •Pasal 367 ayat (2) KUHP – Pencurian dalam keluarga •Pasal 369 ayat (2) KUHP – Pemerasan dengan ancaman. •KUHP tidak mengatur delik aduan dalam Bab tersendiri. KUHP menentukan secara LIMITATIF.
  • 23. Yang berhak mengajukan pengaduan pada umumnya orang yang dirugikan Jika yang bersangkutan belum berumur 16 th /belum cukup umur/dibawah pengampunan Pasal 72 KUHP, menentukan pengaduan dapat dilakukan oleh : ◦ Wakilnya yang sah dlm hukum perdata; atau oleh : ◦ Wali pengawas/pengampu ◦ Isterinya ◦ Keluarga sedarah garis lurus/meyamping sampai derajat ke 3 (tiga)
  • 24. Ketentuan tsb di atas tidak berlaku dalam hal pengaduan berdasar Pasal 284 ayat (3) , Pasal 320 ayat (2), Pasal 321 ayat (3) KUHP Namun apabila yang bersangkutan meninggal dunia maka berdasar ketentuan Pasal 73 KUHP, Pengaduan dapat dilakukan: Orang tuanya Anaknya Suami/Isteri Kecuali :Yang bersangkutan tidak menghendaki
  • 25. Disamping ketentuan umum di atas ada ketentuan khusus : 1. Untuk Perzinahan (Pasal 284 KUHP) Yang berhak membuat pengaduan hanya suami/isteri yang dirugikan (Ketentuan Pasal 72 dan 73 KUHP tidak berlaku) Pencabutan kembali pengaduan dapat dilakukan sewaktu- waktu, selama pemeriksaan sidang pengadilan belum dimulai (ayat 4). Jadi ketentuan pasal 75 KUHP tidak berlaku.
  • 26. 2. Untuk melarikan wanita (Pasal 332 KUHP).Yang berhak mengadu : a. Jika ybs. belum cukup umur : -Wanita ybs. atau - Orang yang seharusnya memberi izin bila ybs kawin. b. Jika ybs. sudah cukup umur -Wanita ybs, atau - Suaminya
  • 27. TENGGANGWAKTU PENGADUAN Diatur dalam Pasal 74 ayat (1) KUHP -- (pengecualiannya : Pasal 293 ayat (3) KUHP) Apabila pengaduan disampaikan secara Lisan, maka saat aduan lisan itu diucapkan pada pejabat yang berwenang menerima pengaduan dianggap saat aduan diajukan. Apabila pengaduan disampaikan secara Tertulis, maka saat aduan adalah tanggal pengiriman surat aduan.
  • 28. Apakah pengaduan dapat dicabut kembali ? •Menurut ketentuan Pasal 75 KUHP : Pengaduan yang telah diajukan dapat dicabut. •Namun Pengaduan yang telah dicabut tidak dapat diajukan lagi.
  • 29. B. NEBIS IN IDEMSeseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kali karena suatu peristiwa pidana yang telah dijatuhi putusan hakim yang tidak dapat diubah lagi. Syarat untuk adanya Nebis in idem : 1. Adanya Putusan Hakim yg bersifat tetap. 2. Orang terhadap putusan itu dijatuhkan sama (Segi Subyektif) Misal : A dan B bersama- sama melakukan tindak pidana Yang baru tertangkap B. 3. Perbuatan yang dituntut untuk kedua kalinya sama (Segi Obyektif)
  • 30. Keputusan hakim yang bersifat tetap atau tidak dapat diubah, (JONKERS) : 1. Penghukuman (Veroordeling) Hakim memutuskan, terdakwa bersalah melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan. 2. Pembebasan dari penuntutan hukuman (Onstlag van all recht velvolging) Hakim memutuskan, perbuatan terdakwa terbukti namun karena alasan yang mengecualikan dijatuhkannya hukuman (Strafuitsluitingsgronden- Pasal 44, Pasal 48 Pasal 51 KUHP) atau perbuatan sebagaimana didakwakan, tidak dapat dipidana. 3. Pembebasan (bebas murni – Vrijspraak) Kesalahan terdakwa tidak terbukti.
  • 31. Putusan Bebas mempunyai sifat NEGATIF : •Pembebasan tidak menyatakan terdakwa tidak melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh JPU, namun hakim hanya menyatakan : …“bahwa terdakwa tidak melakukan perbuatan sebagaimana didakwakan JPU. Dan kesalahannya tidak terbukti”…….
  • 32. • Azas nebis in idem tidak berlaku untuk keputusan hakim yang belum berhubungan dengan Pokok perkara (Beschikking - “ penetapan”) yaitu : • Tidak berwenangnya hakim memeriksa perkara perkara ybs. • Tidak diterima tuntutan jaksa karena terdakwa tidak melakukan tindak pidana • Tidak diterimanaya perkara sebab penuntutannya telah daluwarsa
  • 33. Dasar pemikiran dari Nebis in idem - Untuk menjaga martabat negara • Hakim (sebagai wakil negara) harus membuat keputusan akhir yang tidak dapat diubah. - Demi rasa keadilan • Keputusan hukum yang diberikan harusnya memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi individu dan masyarakat.
  • 34. C. MATINYATERDAKWA • Baik hak menuntut hukuman (Pasal 77 KUHP) maupun hak menjalani pidana (Pasal 83 KUHP) gugur atau tidak berlaku lagi apabila terdakwa/terpidana meninggal dunia. • MenurutVOS ini sesuai prinsip : Hukuman yg ditujukan hanya kpd “diri pembuat” – de dader persoonlijke
  • 35. Konsekuensinya adalah : Jika terdakwa meninggal pada tahapan: 1. Pengusutan pengusutan dihentikan 2. Penuntutan telah diajukan oleh JPU mk Hakim menyatakan tdk menerima perkara tsb. Jika meninggalnya terdakwa setelah dijatuhi pidana berdasar keputusan hakim yang tetap, maka berlakulah ketentuan Pasal 83 KUHP.
  • 36. D. DALUWARSA - Verjariing • Dasar hukum daluwarsa adalah : a. Dari tujuan pemidanaan tidak ada manfaatnya dilakukan penuntutan b. Demi kepastian hukum c. Kesukaran mendapatkan barang bukti • Alasan a, b disebut alasan Individuil – kepentingan individu • Alasan c merupakan alasan praktis
  • 37. Jangka waktu lewatnya tuntutan (Pasal 78 KUHP) : Sesudah lewat 1 th – Untuk semua pelanggaran dan kejahat dengan alat cetak Sesudah lewat 6 th – Untuk semua kejahatan yang diancam dengan denda, hukuman kurungan/penjara yang tidak melebihi waktu 3 th. Sesudah lewat 12 th – Untuk semua kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara yang melebihi waktu 3 th. Sesudah lewat 18 th – Untuk semua kejahatan yang diancam dengan hukuman mati atau hukuman seumur hidup.
  • 38. Saat khusus permulaan tenggang daluwarsa Dalam memalsu/meniru uang kertas –Tenggang daluwarsa dimulai setelah uang yang dipalsukan itu digunakan. Dalam hal salah satu kejahatan yang tercantum dalam Pasal 328 - Pasal 330 KUHP. Pasal 333 KUHP –Tenggang daluwarsa dimulai pada hari berikutnya sesudah dibebaskan/dimerdekakan kembali orang yang dirampas kemerdekaannya atau meninggal dunia. Dalam hal pelanggaran peraturan Pencatan Sipil (Pasal 556 – Pasal 558 KUHP) –Tenggang daluwarsa dimulai pada hari berikutnya sesudah daftar tersebut diserahkan pada Panitera pengadilan.
  • 39. PENCEGAHAN DALUWARSA (Stuiting) dan PENANGGUHAN DALUWARSA (Schorsing) • Pencegahan daluwarsa (Stuiting) Karena ada Perbuatan penuntutan. Setelah itu mulai tenggang daluwarsa baru. • Waktu antara berjalannya tenggang daluwarsa sampai dihentikannya karena ada perbuatan penuntutan tidak dihitung (Pasal 80 KUHP)
  • 40. • Pencegahan daluwarsa (Stuiting) 1 Januari 31 DesMaret April TIDAK DIHITUNG Tgg. Daluwarsa Baru – 1 Tahun
  • 41. Perbuatan penuntutan • Pendapat luas Pemeriksaan tersangka sampai penyerahan perkara oleh Jaksa ke pengadilan (termasuk tindakan-tindakan pengusutan – daad van opsporing) • Pendapat yang sempit Hanya perbuatan penuntut umum yang lansung menyangkut proses acara pidana. Yakni : menyerahkan perkara ke sidang pengadilan, dilakukannya pemeriksaan tambahan, memohon revisi dll.
  • 42. Penangguhan Daluwarsa (Schorsing) • Terjadi karena ada perselisihan tentang hukum sebelum putusan pokok (Pasal 81 KUHP). • Perselisihan hukum (Prae judisiel) Perselisihan menurut hukum perdata yang terlebih dahulu harus diselesaikan sebelum acara pidana diteruskan. • Misal : A dituduh menjual sebidang tanah milik B. Padahal menurut A, ia memperoleh tanah tersebut karena warisan.
  • 43. • Dalam hal ada penangguhan daluwarsa Jangka waktu sebelum yang telah berjalan sebelum penangguhan, turut diperhitungkan. • Waktu selama ada pengguhan tidak turut diperhitungkan.
  • 44. • Pengguhan daluwarsa (Schorsing) 1 Januari 31 DesMaret April Turut diperhitungkan Tgg. Daluwarsa Baru – 1 Tahun Tidak Diperhitungkan
  • 45. F.TELAH ADA PEMBAYARAN DENDA MAKSIMUM PADA PEJABATTERTENTU UNTUK PELANGGAR-ANYANG HANYA DIANCAM DENGAN DENDA (Pasal 82 KUHP) • Penyelesaian perkara di luar pengadilan • Dikenal adanya lembaga hukum dengan nama “Afkoop”. • Penebusan tuntutan pidana karena pelanggaran (overtreding) yang diatasnya tidak ditentukan hukuman pokok lain dari denda dengan membayar secara sukarela maksimum denda. Dalam hal telah diadakan tuntutan, telah juga membayar biaya perkara.
  • 46. G. AMNESTI dan ABOLISI (Alasan penghapus penuntutan di luar KUHP) • Diatur dalam UU No. 11Th. 1954 LN 1954 No. 146 ( Lihat pula Pasal 14 UUD 1945) • Diberikan Presiden demi Kepentingan Negara setelah mendengar nasehat MA • Semua akibat hukum pidana dihapuskan