Dokumen tersebut membahas tentang larangan zina dan pergaulan bebas dalam Islam, termasuk pengertian zina, penyebab, akibat, dan cara mencegahnya. Islam melarang zina dan menutup pintu-pintu yang bisa memicu zina, seperti larangan pandangan dan aurat, serta menganjurkan pola hidup yang menjauhkan dari godaan zina.
1. TUGAS AGAMA ISLAM
Menghindari Zina Dan Pergaulan Bebas
Berisi pengertian apakah itu zina,akibat,penyebab,larangan Zina
dalam Al-Quran
SMK N 1 BATAM
Tugas Kelompok
XTKJ2
Anggota:
Adrian Priabdi F
Ali Majid Wardana
Arya Nugraha
Maulana Ikhsan
M.Wahyu Khoiru R
Sulistyanto Wibowo
2. MENGHINDARI ZINA DAN PERGAULAN BEBAS
Pergaulan bebas adalah suatu bentuk prilaku menyimpang dari batas-batas norma ketimuran.
Zina adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT,dan terdapat dalam Al-Quran.
Penyebab Zina
Penyebab dari zina yaitu secara umum karena pergaulan bebas.
1) Lemahnya pegangan hidup atau kepercayaan Agama
2) Ketidak mampuan mengontrol diri
3) Kurangnya perhatian Orang Tua
4) Pelampiasan
5) Tergesernya Norma
6) Kurangnya pengetahuan
Akibat dari Zina
1) Merebaknya kenakalan remaja
2) Menyebabkan kehamilan
3) Timbul aborsi
4) AIDS
5) Penggunaan NARKOBA dan MIRAS
Cara Mencegah Zina dan Pergaulan Bebas
Dapat kita lakukan dengan bergaul yang positif,melakukan kegiatan yang bernilai Ibadah.
Jujur pada diri sendiri
1)
2)
3)
4)
Perlunya remaja berpikir masa depan
Menjaga keseimbangan pola hidup
Menanamkan nilai ketimuran
Melakukan aktifitas positif
Agama Islam | 1
3. 5) Sosialisasi Bahaya pergaulan bebas
6) Menegakan aturan hukum
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk.”( QS. Al Isra‟: 32 ).
Ayat ini mengharamkan mendekati zina, larangan untuk melakukan zina jelas lebih keras
lagi. Zina disebut sebagai “fâhisyah” yakni perbuatan keji atau kotor yang sudah mencapai
tingkat yang tinggi dan diakui kekejiannya oleh setiap orang yang berakal, bahkan oleh sebagian
banyak binatang, sebagaimana riwayat „Amru bin Maimun r. a ia berkata:
“Aku pernah melihat di zaman jahiliyyah seekor monyet sedang dikerumuni oleh monyet-monyet
lainnya. Monyet itu telah berzina lalu monyet-monyet lain merajamnya (melempari dengan batu)
dan aku ikut merajamnya bersama mereka”. [HR. Bukhari, No. 3560].
Dari Abu Umamah: Sesungguhnya seorang pemuda mendatangi Nabi Saw lalu berkata;
Wahai Rasulullah! Izinkan aku untuk berzina. Orang-orang mendatanginya lalu melarangnya,
mereka berkata; diamlah!. Rasulullah Saw bersabda; “Mendekatlah.”Ia mendekat lalu duduk
kemudian Rasulullah Saw bersabda; “Apa kau menyukainya (orang lain) berzina dengan
ibumu?” pemuda itu menjawab; Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, semoga Allah
menjadikanku sebagai penebus tuan. Nabi saw bersabda; Orang-orang juga tidak menyukainya
berzina dengan ibu-ibu mereka.” Rasulullah Saw bersabda; “Apa kau menyukainya berzina
dengan putrimu?”Tidak, demi Allah wahai Rasulullah semoga Allah menjadikanku sebagai
penebus Tuan. Nabi saw bersabda; Orang-orang juga tidak menyukai berzina dengan putri-putri
mereka.” … Kemudian Rasulullah Saw meletakkan tangan beliau pada pemuda itu dan berdoa;
“Ya Allah! Ampunilah dosanya, bersihkan hatinya, jagalah kemaluannya.” Setelah itu pemuda
itu tidak pernah melirik apa pun. [HR. Ahmad, No. 21185]
Maraknya pornografi-pornoaksi dan perzinaan di negeri ini tidak bisa dilepaskan dari
sistem kehidupan yang melingkupi, yakni Sekularisme-Kapitalisme. Ketika kebebasan
dilepaskan tanpa kendali agama, maka kenikmatan jasadiah dan materi akhirnya menjadi
parameter kebahagiaan sekaligus priotas utama. Bagaimana tidak menggiurkan, omset dari
pornografi dan pornoaksi di Indonesia sekitar Rp 48 trilyun/tahun lebih besar dari omzet BUMN
(Muammar Emka, pada MU edisi 39, hal 5). Menurut PBB, perdagangan manusia (wanita)
memberikan omzet USD 12 Milyar pertahun. Seorang mucikari di Albania mengaku membeli
seorang wanita seharga USD 2.500, dan dalam beberapa hari sudah balik modal. Deplu AS
(2003) menyatakan bahwa antara 800 ribu sampai 900 ribu orang diperdagangkan melintasi
batas-batas negara. [Victor Malarek (2006), The Natashas: The New Global Sex Trade (terj.), hal
24 -25]
Agama Islam | 2
4. Islam dengan keseluruhan hukum-hukumnya menutup rapat-rapat pintu perzinaan. Itu bukan
berarti Islam melenyapkan sama sekali naluri seksual. Namun Islam membatasinya hanya dalam
pernikahan dan perbudakan (QS al-Mukminun [24]: 5). Pemuasan naluri seksual selain dengan
cara itu terkategori sebagai perbuatan dosa besar.
Jika ditelisik, perbuatan zina sesungguhnya merupakan perbuatan lanjutan. Sebelum zina terjadi,
ada sejumlah aktivitas yang menjadi pintu pembukanya. Oleh Islam, semua pintu pembuka zina
ditutup rapat. Hal ini terlihat antara lain oleh:
1. Perintah untuk menjaga pandangan
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya,
dan memelihara kemaluannya; (QS al-Nur [24]: 30).
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya … (QS al-Nur [24]: 31).
Wahai Ali, jangan engkau ikuti pandangan dengan pandangan berikutnya, karena bagi engkau
adalah pandangan yg pertama, dan bukan hak engkau pandangan berikutnya. (HR. At Tirmidzi,
Abu Dawud, Ahmad, Al Baihaqi dan Al Hakim, hadits hasan).
Suatu ketika, al-Fadhl ibn „Abbâs membonceng Nabi SAW pada saat haji, lalu datang
seorang wanita dari Khats„am. Al-Fadhl lantas memandang wanita itu dan wanita itu pun
memandangnya. Maka Rasulullah memalingkan wajah Fadhl ke arah yang lain. (HR. al-Bukhârî
dari Ibn Abbas)
“Sesungguhnya Asma binti Abu Bakar masuk ke rumah Nabi SAW dengan menggunakan
pakaian yang tipis, maka Rasulullah berpaling daripadanya dan berkata :
,
„Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita telah menginjak dewasa (haid), maka tak boleh
terlihat dari tubuhnya kecuali ini dan ini, sambil beliau menunjuk muka dan telapak
tangannya”. (HR. Abu Dawud, Hadits Hasan Lighairihi, mempunyai saksi yang dikeluarkan
oleh Al Baihaqi dari jalan Ibnu Lahi‟ah dari „Iyadl bin „Abdillah)
2. Perintah untuk menutup aurat.
Agama Islam | 3
5. .. dan janganlah mereka (wanita yg beriman) menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa
nampak darinya. (QS al-Nur [24]: 31).
Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa yang dimaksud dengan „sesuatu yang biasa nampak‟ adalah
muka dan kedua telapak tangan, ini juga pendapat Ibnu „Umar, „Atha‟, „Ikrimah, Sa‟id bin
Jubair, Abu Sya‟tsa, Adl Dhahhak, Ibrahim An Nakha‟i dll (Ibnu Katsir)
Aurat lelaki terhadap lelaki adalah antara pusat dan lutut
“Jika salah seorang diantara kamu menikahkan hamba sahaya atau pembantunya, maka jangan
melihat sesuatu yang termasuk aurat. Adapun apa-apa yang ada dibawah pusar hingga lutut
adalah aurat”. (HR. Ahmad, Abi Dawud, Daruquthni, dan Baihaqi, di hasankan oleh Al Albani).
3. Larangan berkhalwat dg wanita asing tanpa mahram.
”Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita (asing) kecuali bersama
mahramnya”.(HR. Bukhari dari Ibn „Abbas).
4. Larangan ikhtilath (campur-baur laki laki dan perempuan, tanpa ada hal syar‟iy yg
mengharuskan bercampur baur, semisal saat haji, dll).
Rasulullah saw bersabda:
“Sebaik baik shaf laki laki adalah shaf yang pertama dan sejelek jeleknya adalah shaf yang
terakhir. Sebaik baik shaf wanita adalah yang terakhir dan sejelek jeleknya adalah shaf yang
pertama.”[HR. Abu Daud, Muslim, Ahmad, Darimi, Nasa‟i]
Dari Hamzah bin Abu Usaid Al Anshari dari Bapaknya Bahwasanya ia pernah mendengar
Rasulullah saw berbicara saat berada di luar masjid, sehingga banyak laki-laki dan perempuan
bercampur baur di jalan. Maka Rasulullah saw pun bersabda kepada kaum wanita:
“Hendaklah kalian memperlambat dalam berjalan (terakhir), sebab kalian tidak berhak untuk
memenuhi jalan. Hendaklah kalian berjalan di pinggiran jalan.” Sehingga ada seorang wanita
yang berjalan dengan menempel tembok, hingga bajunya menggantung tembok karena ia
mendempel tembok.” [HR. Abu Dawud, dihasankan oleh Al Albani]
5. Perintah untuk segera menikah jika sudah mampu, dan berpuasa jika belum mampu.
Agama Islam | 4
6. “Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang telah memiliki ba`ah (kemampuan) hendaklah
menikah, sebab itu lebih dapat menjaga pandangan dan kemaluan. Barangsiapa belum mampu
hendaklah berpuasa, sebab ia bisa menjadi tameng baginya.”[HR. Ibnu Majah, Bukhory,
Ahmad, Abu Dawud]
6. Dibolehkannya poligami.
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim
(bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua,
tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah)
seorang saja,atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya. [QS. An Nisa : 3]
7. Dimudahkannya urusan nikah.
Seorang wanita datang menemui Rasulullah saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku datang
untuk menghibahkan diriku untuk Anda.” Lalu Rasulullah saw memandangi wanita itu, beliau
arahkan pandangannya ke atas dan kebawah lalu beliau menundukkkan kepalanya. Maka wanita
itu melihat bahwa Rasulullah saw tidak memberi putusan apa-apa terkait dengan dirinya, maka ia
pun duduk. Tiba-tiba seorang sahabat berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, jika Anda tidak
berhasrat kepada wanita itu maka nikahkanlah aku dengannya.” Maka beliau pun bertanya:
“Apakah kamu mempunyai sesuatu (untuk dijadikan mahar)?” sahabat itu menjawab, “Tidak,
demi Allah wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Pergilah kepada keluargamu, dan lihatlah
apakah ada sesuatu.” Laki-laki itu pun pergi dan kembali seraya berkata, “Tidak, demi Allah
wahai Rasulullah, aku tidak mendapatkan sesuatu.” Beliau bersabda lagi: “Lihatlah, meskipun
yang ada hanyalah cincin dari besi.” Laki-laki itu pergi laki kemudian kembali dan berkata,
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah meskipun hanya cincin besi. Akan tetapi aku mempunya
kain ini.” Sahl berkata; Ia tidak memiliki kain kecuali setengah. Maka Rasulullah saw pun
bersabda: “Apa yang dapat kamu lakukan dengan kainmu itu. Jika kamu memakainya maka ia
tidak akan kebagian, dan jika ia memakainya maka tidak akan kebagian.” Akhirnya laki-laki itu
duduk hingga lama, lalu ia beranjak. Kemudian Rasulullah saw pun melihatnya hendak pulang.
Maka beliau memerintahkan seseorang agar memanggilnya. Ketika laki-laki itu datang, beliau
bertanya: “Surat apa yang kamu hafal dari Al Qur`an.” Ia berkata, “Yaitu surat ini.” Ia
menghitungnya. Beliau bersabda: “Apakah kamu menghafalnya dengan baik?” laki-laki itu
menjawab, “Ya.” Akhirnya beliau bersabda: “Sesungguhnya aku telah menikahkanmu dengan
wanita itu dengan mahar hafalan Al Qur`anmu.” [HR. Bukhory]
Agama Islam | 5
7. Sesungguhnya nikah yang paling besar berkahnya adalah yang paling ringan maharnya [HR.
Ahmad, An Nasa‟i, didalam sanadnya ada Isa bin Maimun, ia di dlo‟ifkan oleh Ibn Hajar]
8. Negara bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat menjadi pribadi yang pola pikir dan
pola sikapnya Islamy, dan ini adalah tujuan pertama dalam sistem pendidikan.
9. Memberikan ‘reward’ bagi yang mampu menahan diri dari berzina dalam situasi yg
kondusif untuk berzina.
Tentang 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allah, Rasul bersabda: …Seorang lelaki
yang diajak seorang perempuan cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku
takut kepada Allah!”… (Mutafaq „alaih)
10. Sanksi yang keras untuk pelaku zina.
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang
beriman.[QS. An Nûr : 2]
“Orang-orang Yahudi datang kepada Nabi Shallallahu‟alaihiwasallam dengan membawa
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang keduanya berzina. Maka Beliau memerintahkan
untuk merajam keduanya di tempat biasa untuk menyolatkan jenazah, disamping Masjid
Nabawi”. [HR Bukhory]
Demikianlah aturan-aturan Islam, yang apabila diterapkan secara sempurna maka penyakit
masyarakat ini dengan mudah bisa diatasi. Namun bila tidak, maka sama artinya mereka
menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah SWT.
Rasulullah bersabda:
Jika telah nampak dengan jelas zina dan riba dalam suatu kota, maka sesungguhnya mereka
telah menghalalkan adzab Allah atas mereka (HR. Al Hakim dalam al Mustadrak, ia
mengatakan hadits ini sanadnya sahih menurut Bukhari dan Muslim dan mereka berdua tidak
mengeluarkannya, Adz Dzahabi juga men sahihkannya). Allahu Ta‟ala A‟lam.
Agama Islam | 6