1. Orang tua memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian anak melalui kebiasaan sehari-hari yang dicontohkan.
2. Sekolah mendukung peran orang tua dalam pendidikan anak dengan menyediakan ilmu pengetahuan tambahan.
3. Mendidik anak dengan baik membawa pahala besar bagi orang tua, termasuk doa anak setelah kematian orang tua.
Afi parnawi. makalah. lingkungan sekolah.stai ibnu sina
Hadits mendidk anak
1. HADITS MENDIDK ANAK
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Hadits Tarbawi yang di ampu oleh Bpk Jawwada Mumtaz Al-Mubarok
Disusun Oleh :
1. Dwi Prihartini
2. Ida Fatna Rani
3. Mad Solihin
4. Miftahur Rofik
5. Ulfa Huraifah
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
Latar Belakang
Anak merupakan anugerah dan amanah dari Allah kepada manusia yang menjadi orang
tuanya. Oleh karena itu orang tua dan masyarakat bertanggung jawab penuh agar seorang
anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri,
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Namun untuk menjadi insan yang berguna, seorang anak memerlukan bimbingan dari ke dua
orang tuanya dengan segala aspek pendidikannya. Dan dalam makalah ini kami mencoba
untuk sedikit menguraikan tentang peran penting orang tua dalam mendidik seorang anak
agar nantinya bisa benar-benar menjadi manusia yang bermanfaat untuk dirinya ataupun
orang lain.
Rumusan Masalah
1. Mengapa orang tua perlu memberikan pendidikan terhadap anak ?
2. Upaya apa saja yang dilakukan dalam mendidik anak?
3. Apa pahala dari mendidik seorang anak ?
4. Bagaimana Tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak?
3. HADITS MENDIDK ANAK
1. Perlunya Orang Tua Memberikan Pendidikan Terhadap Anak
Artinya : “Diriwayatkan dari Abi Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda :
Tidaklah setiap anak terlahir kecuali dalam keadaan suci. Orang tuanya lah yang menjadian
dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori)[1]
Hadist diatas senada dengan pendapat John Lock, salah seorang ilmuan yang mencetuskan
teori empirisme menyebutkan bahwa seorang anak terlahir dengan keadaan seperti kertas
putih. Dan orang tualah sebagai manusia terdekat sekaligus pembentuk kesan pertama dalam
diri seorang anak yang akan menuliskan tinta di atasnya. Apakah akan dtulis dengan tinta
hitam, putih, atau bahkan merah, semua tergantung keduanya.
Dalam dunia pendidikan, orang tua menjadi pihak terdekat yang membentuk kepribadian
anak. Misalnya, jika anak dibiasakan makan dengan tangan kanan dan berdoa sebelum
makan, mengerjakan tugas rumah, dan saling menghargai, semua ini akan mengkristal dalam
diriya dan menjadi kata hati untuk selamanya. Penjelasan inilah yang di ibaratkan oleh John
Lock.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan kecerahan masa depan
anak, mereka di tuntut membimbing anak-anaknya dalam kehidupannya di dunia. Dalam hal
ini, orang tua menempati posisi sebagai tempat rujukan bagi anak, baik soal moral maupun
untuk memperoleh informasi. Sebagai rujukan moral, orang tua harus memberikan teladan
yang baik.
Sebagaiamana anjuran Rasuullah dalam hadits berikut :
Artinya :“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka”.
Oleh karena itu, bapak atau ibu dituntut untuk bertingkah laku yang baik dalam kebiasaannya
sehari-hari, harus mencerminkan sebagai orang yang taat baeragama. Dengan demikian,
orang tua dapat menempatkan dirinya sebagai panutan dan pemberi teladan bagi anak-
anaknya. Posisi seperti ini dulu juga pernah di perankan oleh Rosululloh SAW dalam
memimpin keluarga dan umatnya yang ternyata dapat membuahkan hasil yang memuaskan.
4. Untuk tercapainya pembinaan dalam keluarga, bermula dari kualitas islam orang tua dalam
arti yang hakiki (taat dan aktif), bukan sekedar menjadi pemeluk islam yang pasif. Karena
orang tua adalah sebagai pusat kehidupan rohani si anak. Dalam hal seorang anak
menghadapi problema hidup, maka orang tua baertindak sebagai penasehat dengan
memberikan pandangannya. Untuk itu, orang tua harus melibatkan ajaran-ajaran agama yang
harus di hayati dan di amalkan dalam kehidupan anak.
Mengenai prioritas utama untuk membina kehidupan beragama islam pada anak adalah
pengajaran dan praktek mengerjakan shalat, Rasulullah menjeaskan sebagai berikut:
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan Shalat,jika anak-anak itu telah berumur
tujuh tahun dan pukullah jika umurnya telah mencapai sepuluh tahun (belum/tidak mau
mengerjakan Shalat) dan pisahkanlah tempat tidur diantara anak-anakmu itu”. (al-Hadist,
Sunan Abi Dawud, Juz 1 hlm. 133)
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak orang tua memiliki “fungsi
edukasi” yang didasarkan atas prisip-prinsip mengajak ke arah yang baik dan di ridhoi oleh
Allah. Melarang atau mencegahnya untuk mengerjakan yang munkar, buruk atau jahat
dengan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah dan memerintahkan kepada anak-anak
untuk mentatati Allah dan mentaati utusan-Nya.
2). Upaya dalam mendidik seorang anak ?
Sebagaimana telah di singgung sebelumnya bahwa seorang anak itu layaknya kertas putih
yang selanjutnya tergantung peran orang tua dalam mendidiknya. Oleh karena itu peran orang
tua sangatlah menentukan perkembangan seorang anak sebagai pondasi dalam pencarian jati
dirinya.
Hal ini dikarenakan seorang anak masih cenderung meniru kebiasaan orang tua atau
lingkungan sekitar. Anak kecil akan selalu meniru kebiasaan orang dewasa, khususnya kedua
orang tua atau gurunya dalam hal yang baik ataupun buruk[2]. Apabila seorang bapak yang
melakukan shalat, maka sang anak akan mengikutinya. Jika seorang bapak mengisap rokok,
maka anaknya pun akan berusaha mengikutinya. Maka ada beberapa hal yang perlu kita
lakukan, sebagai berikut:
a. Bercerita tentang kisah para sahabat nabi, orang-orang shalih, para ulama ataupun tokoh
panutsn agar si anak meneladani jejak hidup mereka.
b. Mengikutsertakan anak dalam kebiasaan yang baik, seperti pergi ke masjid.
c. Tidak mmbiarkan anak meonton serial televisi, sebagai contoh film superman. Agar si
anak tidak mengalami tekanan akibat tidak bisa meniru tokoh tersebut.
d. Berikan kaset-kaset atau film islami yang menceritakan kisah-kisah para pemimpin dan
pejuang kaum muslimin.
5. Sekolah adalah sebagai pembantu bagi pendidikan anak, yang dalam banyak hal melebihi
pendidikan dalam keluarga, terutama dari segi cakupan ilmu pengetahuan yang di ajarkannya.
Karena dalam pendidikan keluarga dan sekolah mempunyai tujuan yang sama maka
hubungan antara keduanya harus selaras dan serasi. Masa pendidikan di sekolah merupakan
kesempatan dalam membina prribadi anak
3). Pahala Mendidik Anak?
“Apabila anak adam meninggal, maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga
perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang shalih dan mendoakan.”
(Hadist Riwayat Muslim)
Kandungan pokok dari hadist ini adalah tiga amal yang bermanfaat bagi manusia setelah ia
meninggal dunia, yang merupakan buah dari amal perbuatan seorang muslim dalam mendidik
anak, yang mungkin tidak akan kita dapatkan dari amal-amal perbuatan lain. Seorang anak
yang sudah dididik secara islami akan mengetahui bahwa berbuat baik kepada orang tua
merupakan ketaatan kepada Allah SWT. itulah pelajaran pertama yang dia dapatkan lalu dia
amalkan hingga dewasa. Diantara berbuat baik kepada orang tua adalah dengan
mendoakannya setelah keduanya meninggal dunia. Inilah bentuk pertama dari shadaqah
jariyah.
Setelah itu, mengajarkan kepada anak tentang shalat, berpuasa serta berakhlak mulia serta
perbuatan-perbuatan terpuji lainnya. Inilah yang di maksud dengan ilmu yang bermanfaat dan
ia merupakan bentuk kedua dari shadaqah jariyah.
Yang lebih menarik lagi, bentuk shadaqah jariyah yang ketiga, yaitu mengajarkan shalat
kepada anak, maka akn mendapatkan pahala dari shalatnya sebagaimana dia mendapatkan
pahala. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam
Muslim,
“Barang siapa mengajak kepada suatu petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang-
orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka, dan barang siapa
mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikuti
tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka.”
6. Seorang anak yang belajar merokok dari ayahnya, maka ayahnya akan mendapatkan dosa
dan keburukan sebagaimana dosa yang didapatkan oleh anaknya. Seperti juga jika seorang
pedagang yang pandai berdagang lalu mengajari anaknya cara berdagang, maka akan
mendapatkan keunrugan.
Dalam sebuah hadist lain juga disebutkan,
“Sesungguhnya Allah SWT akan menanyakan kepada setiap pemimpIn mengenai hal yang
dipimpinnya, apakah dia menjaganya atau menyia-nyiakannya? Bahkan seorang laki-laki
akan ditanyakan perihal keluarganya.”
Imam Ibnu al-Qayyim menegaskan tentang pertanggung jawaban ini dengan perkataannya:
“Sesungguhnya Allah SWT akan menanyakan kepada seorang ayah perihal anaknya pada
hari Kiamat sebelum anak ditanyakan perihal anaknya, karena seorang ayah mempunyai hak
dari ayahnya. Barangsiapa yang lalai dan engga mengajarkan anaknya tentang hal yang
bermanfaat, maka ia telah melakukan perbuatan yang paling buruk. Sebab, sebagian besar
kerusakan yang ada pada anak disebabkan oleh orangtuanya. Sering kali mereka lalai untuk
mengajarkan kepada anaknya tentang kewajiban-kewajiban agama, sehngga menjadikan
masa kecil anak-anaknya tidak bermanfaat. Setelah dewasa pun mereka tidak bermanfaat bagi
orangtuanya, sehingga sering kita lihat seorang bapak mencaci anaknya karena durhaka,
kemudian si anak membantahya”.
4) Tanggung Jawab Orang Tua Mendidik Anak
Tanggung jawab mendidik anak sudah mulai ketika seseorang memiliki Istri. Seorang
muslim harus memilih serang istri yang shalihah, mengingat bahwa ia memilih ibu untuk
mendidik anak-anaknya. Al-Qur’an memerintahkan :
Artinya : Dan jaganlah kamu nikahi wanita-wanita musyik sebelum mereka beriman. ( QS.
Al-Baqarah, 2:221)
Nabi saw bersabda :
“Anugrah yang paling berharga di dunia ini adalah wanita shalihah” (Muslim, Ahmad dan
Nasa’i)
Allah memuliakan wanita dan memilih mereka sebagai perantara untuk melahirkan
manusia. Melalui pernikahan, Islam melindungi hak-hak manusia, wanita dan anak-anak,
sementara suami memenuhi kebutuhan lahir, emosi, dan intelektual bagi seluruh anggota
7. keluarga. Setelah nikah, pasangan muslim diperintahkan untuk mengasuh keluarga mereka
dengan kebajikan dan membawa mereka ke tempat seperti yang mereka harapkan.[3]
Jadi, orang muslim dianjurkan agar mengingat Allah pada waktu melakukan
hubungan seksual agar memperoleh perlindungan bagi anak mereka, bahkan sebelum sampai
pada kehamilan. Hal ini menggambarkan bagaimana istri dan ketrunan dimohonkan agar
memperoleh kenikmatan lahir dan pemenuhan kebutuhan spiritual.
Ketika lahir anak hendaknya diberi nama yang baik. Sebagai contoh: Ibnu Umar
meriwayatkan bahwa ayah, Umar, memberi nama saudara perempuan yang bernama Ashiyah
(yang berarti “tidak tunduk : durhaka”). Maka Nabi menggantinya dengan memberi nama
Jamilah (yang berarti “cantik”).
Kelahiran anak membawa beberapa tanggung jawab baru bagi kedua orang tua dan
anak-anak yang lebih tua. Berkat karunia Allah, Nabi Mhammad Saw. Telah memperlihatkan
hal ini secara rinci. Bahkan, sangat penting untuk menganalisis beberapa hal yang lebih
penting tugas-tugas ini dalam kerangka bagaimana mendidik anak sesuai Al-Qur’an dan
sunnah.[4]
8. KESIMPULAN
1. Dalam dunia pendidikan, orang tua menjadi pihak terdekat yang membentuk kepribadian
anak. Misalnya, jika anak dibiasakan makan dengan tangan kanan dan berdoa sebelum
makan, mengerjakan tugas rumah, dan saling menghargai, semua ini akan mengkristal dalam
diriya dan menjadi kata hati untuk selamanya. Penjelasan inilah yang di ibaratkan oleh John
Lock.
2. Sekolah adalah sebagai pembantu bagi pendidikan anak, yang dalam banyak hal melebihi
pendidikan dalam keluarga, terutama dari segi cakupan ilmu pengetahuan yang di ajarkannya.
Karena dalam pendidikan keluarga dan sekolah mempunyai tujuan yang sama maka
hubungan antara keduanya harus selaras dan serasi. Masa pendidikan di sekolah merupakan
kesempatan dalam membina prribadi anak
3. tiga amal yang bermanfaat bagi manusia setelah ia meninggal dunia, yang merupakan
buah dari amal perbuatan seorang muslim dalam mendidik anak, . Diantara berbuat baik
kepada orang tua adalah dengan mendoakannya setelah keduanya meninggal dunia. Inilah
bentuk pertama dari shadaqah jariyah. bentuk shadaqah jariyah yang ketiga, yaitu
mengajarkan shalat kepada anak, maka akn mendapatkan pahala dari shalatnya sebagaimana
dia mendapatkan pahala.
4. Kelahiran anak membawa beberapa tanggung jawab baru bagi kedua orang tua dan anak-
anak yang lebih tua. Berkat karunia Allah, Nabi Mhammad Saw. Telah memperlihatkan hal
ini secara rinci. Bahkan, sangat penting untuk menganalisis beberapa hal yang lebih penting
tugas-tugas ini dalam kerangka bagaimana mendidik anak sesuai Al-Qur’an dan sunnah.
Setelah itu, mengajarkan kepada anak tentang shalat, berpuasa serta berakhlak mulia serta
perbuatan-perbuatan terpuji lainnya. Inilah yang di maksud dengan ilmu yang bermanfaat dan
ia merupakan bentuk kedua dari shadaqah jariyah.
9. DAFTAR PUSTAKA
Yahya, M. 40 Hadits Shahih Pedoman Mendidk Siswa ala Nabi. Yogyakarta : PT. LkiS
Printing Cemerlang, 2011
Mursi, Syaikh Muhammad Sa`id, Seni Mendidik Anak, Jakarta Timur : 2006 Cet Ketiga.
Barmawi, Bakir Yusuf, PEMBINAAN KEHIDUPAN BERAGAMA ISLAM PADA ANAK,
Semarang : CV. Toha Putra 1993
Rahbar, Faramaz bin Muhammad, Selamatkan Putra-Putrimu dari Lingkungan Tidak Islami,
Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2001
[1] Yahya, M. 40 Hadits Shahih Pedoman Mendidk Siswa ala Nabi. Yogyakarta : PT. LkiS Printing Cemerlang,
2011 Hal 1
[2] Mursi, Syaikh Muhammad Sa`id, Seni Mendidik Anak, Jakarta Timur : 2006 Cet ketiga.
Hal 11
[3] Rahbar, Faramaz bin Muhammad, Selamatkan Putra-Putrimu dari Lingkungan Tidak
Islami, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2001. Hal 21-22
[4] Ibid hal 22-26