SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 38
Baixar para ler offline
BAB V
   PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
    FARMASI DAN RUMAH SAKIT

5.1. Pendahuluan

    Air limbah industri farmasi dan rumah sakit merupakan salah
satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial.
Oleh karena itu air limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran umum. Masalah yang sering
muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah sakit adalah
terbatasnya dana yang ada untuk membangun fasilitas
pengolahan limbah serta biaya operasional, khususnya untuk
rumah sakit tipe kecil dan menengah.

     Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan
teknologi pengolahan air limbah yang murah, mudah
pengoperasiannya serta harganya terjangkau, khususnya untuk
industri kecil farmasi dan rumah sakit dengan kapasitas kecil
sampai sedang. Makalah ini membahas tentang rancang bangun
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah sakit secara
biologis yang sesuai untuk pengolahan air limbah rumah sakit
proses biofilter anaerob-aerob. Dengan sistem kombinasi
biofilter “Anaerob-Aerob” dapat menurunkan konsentrasi COD,
BOD serta zat padat tersuspensi dengan baik. Selain itu juga
dapat menurunkan kandungan amoniak dan deterjen.


5.2. Latar Belakang Masalah

    Berdasarkan keputusan Mentreri Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, yang
mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air
limbah sampai standar yang diijinkan, maka kebutuhan akan
teknologi pengolahan air limbah rumah sakit khususnya yang

                              121
murah dan hasilnya baik perlu dikembangkan. Hal ini mengingat
bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni teknologi yang
ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan di lain pihak dana
yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah air limbah
tersebut sangat terbatas sekali.

    Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya
dapat membangun unit alat pengolah air limbahnya sendiri
karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah
sakit tipe kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat
ini masih membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa
pengolahan sama sekali.

    Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan
teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah
operasinya serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah
sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang. Untuk mencapai
tujuan tersebut, terdapat kedala yang cukup besar yakni
kurangnya tersedianya teknologi pengolahan yang baik dan
harganya murah. Masalah ini menjadi kendala yang cukup besar
terutama untuk rumah sakit kecil, yang mana pihak rumah sakit
tidak/belum mampu untuk membangun unit alat pengilahan air
limbah sendiri, sehingga sampai saat ini masih banyak sekali
rumah sakit yang membuang air limbahnya ke saluran umum.

    Untuk pengolahan air limbah rumah sakit dengan kapasitas
yang besar, umumnya menggunakan teknlogi pengolahan air
limbah “Lumpur Aktif” atau Activated Sludge Process, tetapi untuk
kapasitas kecil cara tersebut kurang ekonmis karena biaya
operasinya cukup besar, kontrol oprasionalnya lebih sulit. Untuk
mengatasi hal tersebut, perlu menyebarluaskan informasi
teknologi khususya teknologi pengolahan air limbah rumah sakit
berserta aspek pemilihan teknologi serta keunggulan dan
kekurangannya.

    Dengan adanya informasi yang jelas, maka pihak pengelola
rumah sakit dapat memilih teknologi pengolahan limbah yang
sesuai dengan kodisi maupun jumlah air limbah yang akan diolah,
yang layak secara teknis, ekonomis dan memenuhi standar
lingkungan.



                              122
5.3. Tipe-tipe Rumah Sakit

      Rumah    Sakit   adalah     sarana   kesehatan    yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Rumah sakit meliputi
pelayanan rawat jalan, rawat-inap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan pelayanan
non medik.

Berdasarkan bentuk pelayanannya rumah sakit dapat dibedakan:
 a. Rumah Sakit Umum (RSU): yaitu Rumah Sakit yang
    memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit
    dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.
 b. Rumah Sakit Khusus (RSK): yaitu Rumah Sakit yang
    menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis
    penyakit tertentu atau disiplin ilmu.

      Berdasarkan pemilikan dan penyelenggaraannya, rumah
sakit dapat dibedakan atas RS pemerintah dan RS Swasta.
Rumah Sakit Pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh:
Departemen Kesehatan, Pemerintah daerah, ABRI, dan
Departemen lain termasuk BUMN. Disamping Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus seperti tersebut diatas, untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan jemaah haji Indonesia, telah
dibangun 4 buah Rumah Sakit Haji di Ujung Pandang, Medan,
Jakarta, dan Surabaya. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan Rumah Sakit Umum Pemerintah Departemen
Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi:
 a. RSU KELAS A, yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan
    kemampuan pelayanan medik spesialistik dan sub
    spesialistik yang luas. Terdapat 4 buah RSU Kelas A yaitu
    RSU Cipto mangunkusumo di Jakarta, RSU Dr. Sutomo di
    Surabaya, RSUP Adam Malik di Medan, dan RSUP DR.
    Wahidin Sudiro Husodo di Ujung Pandang.
 b. RSU KELAS B yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan
    kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub
    spesialistik terbatas.


                             123
c.    RSU KELAS C yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan
          kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-
          kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap.
    d. RSU KELAS D yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan
       kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar.


5.4.      Peraturan Perundangan Yang Mengatur Pengelolaan
          Lingkungan Rumah Sakit

        Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
        Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
         Lingkungan Hidup
        Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 jo PP No. 85 tahun
         1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
         Beracun, (Rumah Sakit termasuk penghasil limbah B3 dari
         sumber yang spesifik dengan kode limbah D.227).
        Peraturan      Menteri       Kesehatan       RI       No.
         986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan
         Lingkungan Rumah Sakit
        Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 928 tahun 1995 tentang
         penyusunan Amdal Bidang Kesehatan
        Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-
         58/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan
         Rumah Sakit
        Keputusan Direktur Jenderal PPM & PLP No. HK 00.06.6.44
         tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tatacara
         Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
        Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang
         Pengendalian Pencemaran Air
        Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
         Mengenai Dampak Lingkungan
        Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17
         Tahun 2001 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang
         Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
         Lingkungan Hidup.
        Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang
         Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.



                                 124
5.5. Limbah Rumah Sakit

     Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut,
akan menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat
yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua , yaitu limbah medis
dan limbah non medis. Limbah medis adalah limbah yang
dihasilkan langsung dari kegiatan medis. Limbah ini tergolong
dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3)
sehingga berpotensi membahayakan komunitas rumah sakit. Jika
pembuangan limbah medis tidak memenuhi syarat akan
menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar lokasi
pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang
dihasilkan di RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan
limbah organik dan bukan merupakan limbah B-3, sehingga
pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan sampah
kota yang ada.

      Dalam kaitan dengan pengelolaannya, limbah medis
dikelompokkan menjadi lima (5), yaitu:
(a). Golongan A, terdiri dari;
      - Dresing bedah, swab dan semua limbah yang
          terkontaminasi dari daerah ini.
      - Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi.
      - Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkai/jaringan
          hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan
          dengan swab dan dressing.
(b). Golongan B terdiri dari;
      - Syrenge bekas, jarum, cartride, pecahan gelas dan
          benda tajam lainnya.
(c). Golongan C terdiri dari;
      - Limbah dari laboratorium dan post partum, (kecuali
          yang termasuk dalam gol. A)
(d). Golongan D terdiri dari;
      - Limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu.
(e). Golongan E terdiri dari;
      - Pelapis bed-pan, disposable, urinoir, incontinence-pad
          dan stamag bags.

           Berdasarkan     potensi    bahaya yang  dapat
    ditimbulkannya, oleh Departemen Kesehatan RI limbah
    medis telah digolongkan sebagai berikut:

                              125
(a). Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki
     sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang
     dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum
     hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan
     gelas dan pisau bedah.
(b). Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien
     yang memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah
     laboratorium       yang   berkaitan   dengan      pemeriksaan
     mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
     penyakit menular.
(c). Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan,
     darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat
     pembedahan atau autopsi.
(d). Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat
     sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan
     terapi sitotoksik.
(e). Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa,
     obat yang terbuang karena karena batch yang tidak
     memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi,
     obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses
     produksi obat.
(f). Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan
     bahan kimia dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium,
     proses sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan
     buangan kimia yang termasuk dalam limbah farmasi dan
     sitotoksik.
(g). Limbah radioaktif, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan
     radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset
     radionuklida

      Selain limbah medis, R.S juga menghasilkan non-medis.
Jenis limbah non medis tersebut antara lain, limbah cair dari
kegiatan loundry, limbah domestik cair dan sampah padat.


5.6. Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit

      Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang
berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang
meliputi: limbah domistik cair yakni buangan kamar mandi, dapur,
air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah

                               126
yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas
cucian luka, cucian darah dll.; air limbah laboratorium; dan lainya.
Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domistik
maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengadung
senaywa pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah
dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air
limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya
banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah
tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis,
logam berat tersebut dapat menggagu proses pengolahannya.
Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka
air limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan
ditampung, kemudian diolah secara kimia-fisika, Selanjutnya air
olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain,
dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara
biologis. Diagram proses pengelolaan air limbah rumah sakit
secara umum dapat dilihat seperti pada Gambar 5.1.




      Gambar 5.1. Diagram Proses Pengelolaan Air Limbah
                        Rumah Sakit




                                127
Dari hasil analisa kimia terhadap berberapa contoh air
limbah rumah sakit yang ada di DKI Jakarta menunjukkan bahwa
konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi misalnya, BOD
31,52 - 675,33 mg/l, ammoniak 10,79 - 158,73 mg/l, deterjen
(MBAS) 1,66 - 9,79 mg/l. Hal ini mungkin disebabkan karena
sumber air limbah juga bervarisi sehingga faktor waktu dan
metoda pengambilan contoh sangat mempengaruhi besarnya
konsentarsi.


5.7. Teknologi Pengolahan Air Limbah

        Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik
umumnya menggunakan teknologi pengolahan air limbah secara
biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses
kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut dapat dilakukan
pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa
udara) atau kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses biologis
aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah
dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan proses
biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah
dengan beban BOD yang sangat tinggi. Dalam makalah ini uraian
dititik beratkan pada proses pengolahan air limbah secara
aerobik.

     Pengolahan air limbah secara biologis aerobik secara garis
besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses biologis dengan
biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan
biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan
sistem lagoon atau kolam. Proses biologis dengan biakan
tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan
aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan
yang ada dalam air dan mikro-organime yang digunakan
dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa
contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain : proses
lumpur aktif standar/konvesional (standard activated sludge), step
aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch
(kolam oksidasi sistem parit) dan lainnya.




                               128
Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses
pengolahan limbah dimana mikro-organisme yang digunakan
dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut
melekat pada permukaan media. Beberapa contoh teknologi
pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain : trickling filter
atau biofilter, rotating biological contactor (RBC), contact
aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya.

    Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon
atau kolam adalah dengan menampung air limbah pada suatu
kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga
dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara alami,
senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk
mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau
memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukam proses
aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan
cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization
pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang
dikategorikan sebagai proses biologis dengan biakan tersuspensi.

    Berdasarkan beberapa macam proses pengolahan air limbah
seperti uraian di atas, untuk proses pengolahan air limbah Rumah
Sakit tipe kecil (R.S. tipe D dan Puskesmas) sampai sedang (RS.
Tipe C) proses pengolahan yang paling sesuai yakni proses
pengolahan dengan Sistem Kombinasi Biofilter Anaerob dan
Aerob. Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah
dengan biofilter anaerb-aerob antara lain yakni :

 Pengelolaannya sangat mudah.
 Biaya operasinya rendah.
 Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang
  dihasilkan relatif sedikit.
 Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat
  menyebabkan euthropikasi.
 Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
 Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang
  cukup besar.
 Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.




                                129
5.7.1.   Pengolahan air Limbah Dengan Proses Biofilter
         Anaerob-Aerob

    Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit,
yakni yang berasal dari limbah domestik maupun air limbah yang
berasal dari kegiatan klinis rumah sakit dikumpulkan melalui
saluran pipa pengumpul. Selanjutnya dialirkan ke bak kontrol.
Fungsi bak kontrol adalah untuk mencegah sampah padat
misalnya plastik, kaleng, kayu agar tidak masuk ke dalam unit
pengolahan limbah, serta mencegah padatan yang tidak bisa
terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya agar tidak
masuk kedalam unit pengolahan limbah.

    Dari bak kontrol, air limbah dialirkan ke bak pengurai
anaerob. Bak pengurai anaerob dibagi menjadi dua buah ruangan
yakni bak pengendapan atau bak pengurai awal, biofilter anaerob
tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow. Air limpasan
dari bak pengurai anaerob selanjutnya dialirkan ke unit
pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri dari
beberapa buah ruangan yang berisi media dari bahan PVC
bentuk sarang tawon untuk pembiakan mikro-organisme yang
akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalan air limbah.

     Setelah melalui unit pengolahan lanjut, air hasil olahan
dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi air limbah
dikontakkan dengan khlor tablet agar seluruh mikroorganisme
patogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah sudah
dapat dibuang langsung ke sungai atau saluran umum.


5.7.2. Penguraian Anaerob

    Air limbah yang dihasilkan dari proses kegiatan rumah sakit
atau puskesmas dikumpulkan melalui saluran air limbah,
kemudian dilairkan ke bak kontrol untuk memisahkan kotoran
padat. Selanjutnya, sambil di bubuhi dengan larutan kapur atau
larutan NaOH air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Di
dalam bak pengurai anaerob tersebut polutan organik yang ada di
dalam air limbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara
anaerob, menghasilkan gas methan dan H2S. Dengan proses
tahap pertama konsentrasi COD dalam air limbah dapat

                              130
diturukkan sampai kira-kira 400-500 ppm (efisiensi pengolahan +
60-70 %). Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan
proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob.


5.7.3. Proses Pengolahan Lanjut

    Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan sistem biofilter
anaerob-aerob. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter
anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap
awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap
akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor. Air
limbah yang berasal dari proses penguraian anaerob dialirkan ke
bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir
dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai
senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion
(pengurai lumpur) dan penampung lumpur.

    Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan
ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan
bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi
dengan media plastik berbentuk sarang tawon. Jumlah bak
kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan
kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat
organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau facultatif aerobik Setelah beberapa hari operasi,
pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat
organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.

    Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak
kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan
media dari bahan kerikil, plastik (polyethylene), batu apung atau
bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara
sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel
pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak
dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun
yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut
dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen


                               131
serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi
penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di
namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). Dari bak aerasi, air
dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif
yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa
sirkulasi lumpur.

    Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak
khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan
dengan senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme
patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses
khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum.
Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain
dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen,
padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Dengan adanya
proses pengolahan lanjut tersebut konsentrasi BOD dalam air
olahan yang dihasilkan relatif rendah yakni sekitar 20-30 ppm.


5.8. Perhitungan Perencanaan IPAL Rumah Sakit Kapasitas
     20 M3 Per Hari

5.8.1. Kapasitas Disain

    Unit alat ini dirancang untuk dapat mengolah air limbah
sebesar 20 m3/hari. Skenario proses IPAL serta reduksi polutan
organik (BOD) ditunjukkan seperti pada berikut :




   Gambar 5.2. Skenario Proses IPAL Serta Reduksi Polutan
                       Organik (BOD)

                               132
5.8.2. Perhitungan Disain IPAL

Kapasitas Rencana       : 20 m3 per hari.
BOD Masuk               : 400 mg/lt.
SS Masuk                : 200 mg/lt
Efisiensi Pengolahan    : 90 – 95 %
BOD keluar              : 20 mg/lt
SS keluar               : 20 mg/lt

Bak ekualisasi

Kapasitas Rencana      : 20 per hari.
BOD Masuk              : 400 mg/lt.
BOD keluar             : 400 mg/lt
Waktu Tinggal (WTH)    : 12 jam
Volume bak             : 10 m3
Dimensi bak :
     Lebar             : 2,0 m
     Panjang           : 2,5 m
     Kedalaman         :2m
     Tinggi ruang bebas : 0,5 m
Chek Waktu Tinggal     : 12 jam

Pompa Air Limbah

Kapasitas               : 20 M3/hari
Tipe                    : Pompa Celup
Total Head              : 9 meter
Jumlah                  : 1 buah
Listrik                 : 250 watt, 220-240 volt

Biofilter Anaerob

BOD Masuk               : 400 mg/lt.
Efisiensi Pengolahan    : 60 %
BOD keluar              : 160 mg/lt

Untuk pengolahan air dengan proses biofilter standar Beban BOD
per volume media 0,4 – 4,7 kg BOD /m3.hari.
Ditetapkan beban BOD yang digunakan 2,5 kg BOD /m3.hari.

Beban BOD di dalam air limbah = 20 m3/hari X 400 g/m3 = 8.000
g/hari = 8 kg/hari

                              133
8 kg/hari
Volume media yang diperlukan =                            = 3,2 m3
                                                 3
                                         2,5 kg/m .hari

Volume Media = 70 % dari total Volume rekator.
Volume Reaktor yang diperlukan = 10/7 x 3,2 m3 = 4,6 m3

Waktu Tinggal Reaktor Anaerob yang dibutuhkan :

      4,6 m3
 =                 X 24 jam/hari = 5,52 jam
     20 m3/hari

Dimensi :
Lebar                   : 1,5 m
Panjang                 : 1,5 m
Kedalaman air efektif   : 2,0 m
Ruang Bebas             : 20 cm

Pengolahan Lanjut

Bak Pengendapan Awal

Kapasitas Rencana       : 20 m3 per hari.
BOD Masuk               : 160 mg/lt.
Efisiensi Pengolahan    : 25 %
BOD keluar              : 120 mg/lt
Waktu Tinggal (WTH)     : 2 jam
Volume bak              : 1,67 m3

Dimensi bak :
     Lebar                     : 1,5 m
     Panjang                   : 0,6 m
     Tinggi                    : 2,2 m
     Kedalaman Air efektif     : 2,0 m

Chek :
Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = + 2,162 Jam
Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 22,2 m3/m2.hari

Standar :
Waktu tinggal   = 2 jam
Beban permukaan = 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)


                              134
Biofilter Zona Anoksik (Anaerob)

Kapasitas Rencana          : 20 m3 per hari.
BOD Masuk                  : 120 mg/lt.
Efisiensi Pengolahan       : 60 %
BOD keluar                 : 48 mg/lt

Untuk pengolahan air dengan proses biofilter standar Beban BOD
per volume media 0,4 – 4,7 kg BOD /m3.hari.
Ditetapkan beban BOD yang digunakan = 1,0 kg BOD /m3.hari.

Beban BOD di dalam air limbah = 20 m3/hari X 120 g/m3
                              = 2.400 g/hari= 2,4 kg/hari

                                        2,4 kg/hari
Volume media yang diperlukan =                           = 2,4 m3.
                                                3
                                       1,0 kg/m .hari

Volume Media = 60 % dari total Volume rekator,
Volume Reaktor yang diperlukan = 10/6 x 2,4 m3 = 4,0 m3

Waktu Tinggal Reaktor Anaerob yang dibutuhkan =
       4 m3
=                  X 24 jam/hari = 4,8 jam
     20 m3/hari

Dimensi :
Lebar                      : 1,5 m
Panjang                    : 1,4 m
Kedalaman air efektif      : 2,0 m
Tinggi ruang bebas         : 0,2 m
Jumlah ruang               : di bagi menjadi 2 ruangan

Chek :
Waktu tinggal rata-rata = 4,8 jam
Tinggi ruang lumpur = 0,2 m
Tinggi Bed media pembiakan mikroba = 1,5 m
Tinggi air di atas bed media = 30 cm
Volume media pada biofilter anaerob = 3,6 m3.
BOD Loading per volume media = 1,0 Kg BOD/m3.hari.

Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari. (Ebie
Kunio, 1995)

                                 135
Biofilter Aerob

Kapasitas Rencana:       : 20 m3 per hari.
BOD Masuk                : 48 mg/lt.
Efisiensi Pengolahan     : 50 %
BOD keluar               : 24 mg/lt

Untuk pengolahan air dengan proses biofilter standar Beban BOD
per volume media 0,4 – 4,7 kg BOD /m3.hari.
Ditetapkan beban BOD yang digunakan = 1,0 kg BOD /m3.hari.

Beban BOD di dalam air limbah = 20 m3/hari X 48 g/m3
                              = 960 g/hari = 0,96 kg/hari.

Jumlah BOD yang dihilangkan = 0,5 x 0,96 kg/hari
                            = 0,48 kg/hari.

Beban BOD per volume media yang digunakan = 1,0 kg/m3.hari.

                                     0,96 kg/hari
Volume media yang diperlukan =                       = 0,96 m3
                                             3
                                    1,0 kg/m .hari

Volume media = 0,5 Volume Reaktor 
Volume Reaktor Biofilter Areob Yang diperlukan = 10/5 x 0,96m3
                                              = 1,92 m3
Dimensi Reaktor Biofilter Areob :
Lebar                     : 1,5 m
Panjang                   : 0,7 m
Kedalan air efektif       : 2,0 m
Tinggi ruang bebas        : 0,2 m

Chek :
Waktu tinggal total rata-rata : + 2,52 jam
Tinggi ruang lumpur : 0,2 m
Tinggi Bed media pembiakan mikroba : 1,5 m
Tinggi air di atas bed media : 30 cm
Reaktor dibagi menjadi dua ruangan yakni ruangan aerasi dan
ruangan biofilter.

Volume total media pada biofilter aerob = 1,5 m x 0,6 m x 1,5 m
                                        = 1,35 m3


                              136
Chek :
BOD Loading per volume media = 0,71 Kg BOD/m3.hari.
Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari.

Kebutuhan Oksigen :

Kebutuhan oksigen di dalam reaktor biofilter aerob sebanding
dengan jumlah BOD yang dihilangkan.

Jadi : Kebutuhan teoritis = Jumlah BOD yang dihilangkan
                          = 0,48 kg/hari.

Faktor keamanan ditetapkan        + 1,4 
Kebutuhan Oksigen Teoritis        = 1,4 x 0,48 kg/ hari
                                  = 0,672 kg/hari.

Temperatur udara rata-rata = 28 o C
Berat Udara pada suhu 28 o C = 1,1725 kg/m3.

Di asumsikan jumlah oksigen didalam udara 23,2 %. 

Jadi, Jumlah Kebutuhan Udara teoritis =

 0,672 kg/hari
                                                 = 2,47 m3/hari
             3
1,1725 kg/m x 0,232 g O2/g Udara

Efisiensi Difuser = 2,5 %

                                  2,47 m3/hari
Kebutuhan Udara Aktual =                               = 98,8 m3/hari
                                    0,025
                                                       = 0,069 m3/menit
Chek :
Ratio Volume Udara /Volume Air Limbah = 4,94

Blower Udara Yang diperlukan :
Jika efisiesnsi blower dianggap 60 %, maka diperlukan blower
dengan spesifikasi sebagai berikut :




                                 137
Spesifikasi Blower   :
Kapasitas            = 0,069 m3/menit
Head                 = 2000 mm-aqua
Jumlah               = 2 unit

Difuser :

Total transfer udara = 0,069 m3/menit = 69 liter/menit
Tipe Difuser yang digunakan : difuser gelembung kasar

Bak Pengendap Akhir

Kapasitas Rencana         : 20 m3 per hari.
BOD Masuk                 : 24 mg/lt.
Efisiensi Pengolahan      :5%
BOD keluar                : 22,8 mg/lt
Waktu Tinggal (WTH)       : 2 jam
Volume bak                : 1,67 m3

Dimensi bak :
Lebar                     : 1,5 m
Panjang                   : 2,2 m
Kedalaman Air efektif     : 2,0 m

Chek :
Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = + 2,16 Jam
Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 22,22 m3/m2.hari

Standar :
Waktu tinggal 2 jam
Beban permukaan = 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA)

Total Waktu Tinggal di dalam Reaktor Pengolahan Lanjut =
= 2.16 jam + 4,8 jam + 2,52 jam + 2.16 jam = 11,64 Jam

Total Waktu Tinggal Di dalmsistem IPAL = Waktu Tinggal Bak
Ekualisasi + Waktu Tinggal Reaktor Anaerob + Waktu Tinggal
Reaktor Pengolahan Lanjut
= 12 Jam + 5,52 Jam + 11,64 jam = 29,16 Jam.




                                138
Media Pembiakan Mikroba

Material                 : PVC sheet
Ketebalan                : 0,15 – 0,23 mm
Luas Kontak Spsesifik    : 200 – 226 m2/m3
Diameter lubang          : 2 cm x 2 cm
Warna                    : bening transparan.
Berat Spesifik           : 30 -35 kg/m3
Porositas Rongga         : 0,98

Total Media Biofilter Yang Diperlukan = 10 m3

Pompa Air Sirkulasi

Kapasitas                : 10 M3/hari
Tipe                     : Pompa Celup
Total Head               : 9 meter
Jumlah                   : 1 buah (satu untuk cadangan)
Listrik                  : 80-100 watt, 220-240 volt

Blower Udara
                                  3
Kapsitas                 : 0,213 m per menit
Total Head               : 280 cm air
Tipe                     : HiBLOW 60
Listrik                  : 100 watt
Jumlah                   : 2 unit

Bak Kontaktor Khlorine

Unit IPAL dapat dilengkapi dengan bak khlorinasi (bak kontaktor)
yang berfungsi untuk mengkontakkan khlorine dengan air hasil
pengolahan. Air limbah yang telah diolah sebelum dibuang ke
saluran umum dikontakkan dengan khlorine agar mikroorganisme
patogen yang ada di dalam air dapat dimatikan. Senyawa khlor
yang digunakan adalah kaporit dalam bentuk tablet.




                              139
140
                                                                               5.8.3. Gambar Teknis Disain IPAL




      Gambar 5.3. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Kombinasi
                              Biofilter Anaerob-Aerob
Gambar 5.4. Potongan Melintang Bak Ekulaisasi




  Gambar 5.5. Bak Ekualisasi (Tampak Atas)




                    141
Gambar 5.6. Potongan Melintang Biofilter Anaerobik




  Gambar 5.7. Biofilter Anaerobik (Tampak Atas)

                       142
Gambar 5.8. Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut (Tampak Atas)




Gambar 5.9. Potongan Mendatar Reaktor Biofilter Pengolahan
                  Lanjut (Tampak Atas)




                            143
Gambar 5.10. Potongan Melintang Reaktor Biofilter
               Pengolahan Lanjut




Gambar 5.11. Potongan C-C dan D-D Reaktor Biofilter
                Pengolahan Lanjut

                       144
Gambar 5.12. Potongan E–E Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut




Gambar 5.13. Potongan F-F Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut


                            145
Gambar 5.14. Potongan G-G dan H–H Reaktor Biofilter
                    Pengolahan Lanjut.




                       POTONGAN I-I

Gambar 5.15. Potongan I – I Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut



                             146
Gambar 5.16. Diagram Kelistrikan




Gambar 5.17. Kontrol Panel Kelistrikan

                147
5.8.4. Spesifikasi Teknis IPAL Biofilter Anaerob-Aerob
       Kapasitas 20-30 M3 per Hari

    Berdasarkan perhitungan teknis yang telah diuraikan diatas,
maka spesifikasi teknis IPAL dengan kapasitas 20-30 m3 per hari
adalah sebagai berikut :
Kapasitas Rencana (Disain)
Kapasitas                 : 20 – 30 m3/hari
Influent BOD              : 400 ppm
Influent SS               : 300 ppm
Effluent BOD              : 30 ppm
Effluent SS               : 20 ppm
Efisiensi Pengolahan      : 90-95 %
Bak Ekualisasi
Dimensi bak :
Lebar                     :2m
Panjang                   :2m
Kedalaman                 : 2,5 m
Tinggi ruang bebas        : 0,5 m
Bahan                     : Bata Beton cor
Unit Reaktor Anaerob
Dimensi Reaktor :
Panjang                   : 150 cm
Lebar                     : 150 cm
Tinggi                    : 230 cm
Bahan                     : Fiber Rainforced Palstic (FRP)
Media                     : Plastic Media (type honeycomb tube)
Spesific Area             : 200 – 226 m2/m3
Unit Reaktor Pengolahan Lanjut (Aerob)
Dimensi Reaktor :
Panjang             : 320 cm
Lebar               : 150 cm
Tinggi              : 230 cm
Bahan               : Plastic Media (type honeycomb tube)
Spesific Area       : 200 – 226 m2/m3


                               148
Media Biofilter

Material          : PVC sheet
Ketebalan         : 0,15 – 0,23 mm
Luas Kontak Spesifik : 200–226 m2/m3
Diameter lubang : 2 cm x 2 cm
Warna             : bening/transparan
Berat Spesifik    : 30 -35 kg/m3
Porositas Rongga : 0,98
Jumlah            :10 M3

Peralatan :

a. Blower Udara

Tipe          : HIBLOW 60
Kapasitas     : 60 liter per menit
Listrik       : 100 watt, 220 volt
Jumlah        : 2 unit


b. Pompa Air Limbah

Tipe       : Submersible Pump
             (Pompa Celup)
Kapasitas : 20 - 40 liter/menit
Listrik    : 100 watt
Total Head : 8 meter
Jumlah     : 1 unit
Material   : Stainless Steel

c. Pompa Sirkulasi

Tipe          : Submersible Pump
Kapasitas     : 20 liter/menit
Listrik       : 75 watt
Total Head    : 6-8 meter
Jumlah        : 1 unit




                                 149
5.9. Contoh Pembangunan IPAL Kapasitas 20-30 M3/Hari




    Gambar 5.18. Reaktor IPAL Dan Media Sarang Tawon




       Gambar 5.19. Reaktor IPAL Sebelum Dipasang


                          150
Gambar 5.20. Pembuatan Bak Ekualisasi




Gambar 5.21. Reaktor IPAL Telah Diletakkan Di Atas Pondasi


                           151
Gambar 5.22. Bekesting Reaktor IPAL




Gambar 5.23. Reaktor IPAL dan Bak Equalisasi Setelah Dicor


                           152
Gambar 5.24. Reaktor IPAL Yang Telah Terpasang




  Gambar 5.25. Reaktor IPAL Dilihat Dari Atas

                     153
Gambar 5.26. Reaktor IPAL Yang Telah Terpasang Rapih




   Gambar 5.27. IPAL Rumah Sakit Yang Telah Jadi



                        154
5.10. Analisa Kualitas Air Hasil Olahan

     Air limbah yang harus diolah adalah seluruh air limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan industri farmasi atau rumah sakit, yaitu
air yang berasal dari dapur, laundry, air limbah dari kegiatan
klinis, air limpasan tangki septik dan lainnya. Pengambilan dan
pengujian kualitas air dilakukan setelah IPAL beroperasi selama
tiga bulan.

     Parameter yang perlu diamati adalah konsentrasi COD, BOD,
TSS, kandungan amoniak dan deterjen. Hasilnya dibandingkan
dengan baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit yang telah
ditetapkan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995.

    Tabel 5.1. Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit


          Parameter           Kadar Maksimum (mg/l)

            BOD5                          75

            COD                          100

             TSS                         100

              pH                        6–9




                              155
5.11. Penutup

    Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terhadap
penerapan teknologi Biofilter Kombinasi Anaerob-Aerob untuk
pengolahan limbah industri farmasi dan rumah sakit, maka dapat
disimpulkan keunggulan teknologi ini, yaitu :
   Efisiensi pengolahan cukup tinggi.
   Pengelolaannya sangat mudah.
   Biaya operasinya rendah, untuk kapasitas IPAL 20 M3 per
    hari diperlukan dua unit blower masing-masing 60 watt.
   Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
   Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang
    cukup besar.
   Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
   Tahan terhadap perubahan beban pengolahan secara
    mendadak.




                             156
5.12. Daftar Pustaka
   -----, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon
    Gesuidou Kyoukai, 1984.
   -----, “Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah
    Yang Boleh Masuk Ke Dalam Sistem Sewerage PD PAL
    JAYA”, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA, 1995.
   Anonim. (1995), “Surat Keputusan Menteri Negara
    Lingkungan Hidup, Kep-51/MENKLH/10/1995”. Baku Mutu
    Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Badan
    Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta.
   Arvin, E dan Herremoes., “Concepts and Models for Biofilm
    Reactor Performance”, Water Science Technology, Vol.22,
    No.1/2, pp. 171-192, 1990.
   Benefield, Larry, D and Randal, Cliiford.W. (1990), “
    Biological Proccesses Design For Wastewater Treatment”.
    Prentice Hall, New York.
   Casey, T.J.(1997). “Unit Treatment Process In Water and
    Wastewater Engineering”. University College Dublin, Ireland :
    John wiley and Sons Ltd.
   Dojlido, jan R, and Best, Gerald A. (1993). “Chemistry of
    Water and Wastewater Pollution”. England. Ellis Horwood
    Limited.
   Droste, Ronald R. (1997). “Theory and Practice of Water and
    Wastewater Treatment”. John wiley and Sons Ltd.Toroto,
    Canada.
   Fair, Gordon Maskew et.al., " Elements Of Water Supply
    And Waste Water Disposal”, John Willey And Sons Inc.,
    1971.
   Gouda T., “ Suisitsu Kougaku – Ouyouben”, Maruzen
    kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.
   Grady, C.P.L and Lim, H.C.(1980). “Biological Wastewater
    Treatment”, Marcel Dekker Inc. New York.
   Henze. (1983). “Anaerobic Treatment of Wastewater in Fixed
    Bed Reactor”. Water Science Technology, Vol.15, 1983.
   Horan, N.J.(1990). “Biological Wastewater Treatment
    systems : Theory and Operation”. University of Leeds,
    England. John Wiley & Sons Ltd.

                               157
   Metclaf And Eddy (1978). " Waste Water Engineering”, Mc
    Graw Hill.
   Mosey, F.E. (1983), Water Science Technology, Vol.15,
    1983.
   Reynolds, T.D. (1982). “Unit Operations and Processes in
    Environmental Engineering”. Boston : B/C Engineering
    Division.
   Said,N.I. (2000). “ Pengolahan Air Limbah dengan Proses
    Biofilter Anaerob-Aerob”. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.1
    No.2. Jakarta.
   Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “ Eisei
    Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai,
    Tokyo, 1987.

   Viessman W, Jr., Hamer M.J., “ Water Supply And Polution
    Control “, Harper & Row, New York, 1985.




                             158

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi
Kurnia Zuliana
 
Makalah s umber daya air
Makalah s umber daya airMakalah s umber daya air
Makalah s umber daya air
Yadhi Muqsith
 

Mais procurados (20)

Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisSistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
 
Teori dasar pompa
Teori dasar pompaTeori dasar pompa
Teori dasar pompa
 
Pedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT Buku Utama
Pedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT Buku UtamaPedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT Buku Utama
Pedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT Buku Utama
 
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit PengolahanPerencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan
 
5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi5. unit koagulasi flokulasi
5. unit koagulasi flokulasi
 
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S)
 
Pompa dan perhitungannya fix
Pompa dan perhitungannya fixPompa dan perhitungannya fix
Pompa dan perhitungannya fix
 
Makalah s umber daya air
Makalah s umber daya airMakalah s umber daya air
Makalah s umber daya air
 
Timbulan lindi
Timbulan lindiTimbulan lindi
Timbulan lindi
 
UNIT PROSES - KOAGULASI
UNIT PROSES - KOAGULASIUNIT PROSES - KOAGULASI
UNIT PROSES - KOAGULASI
 
Cooling water system
Cooling water systemCooling water system
Cooling water system
 
Teknologi pengendalian partikulat
Teknologi pengendalian partikulatTeknologi pengendalian partikulat
Teknologi pengendalian partikulat
 
Presentasi biopori-ilmu alamiah dasar
Presentasi biopori-ilmu alamiah dasarPresentasi biopori-ilmu alamiah dasar
Presentasi biopori-ilmu alamiah dasar
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
 
Proposal kerja praktek
Proposal kerja praktekProposal kerja praktek
Proposal kerja praktek
 
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
 
Pengolahan leachate
Pengolahan leachatePengolahan leachate
Pengolahan leachate
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
 
Pedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT buku D
Pedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT buku DPedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT buku D
Pedoman Perencanaan Teknik Terinci IPLT buku D
 

Destaque

Nota teknis, sop, estimasi pengolahan limbah pt. gsa
Nota teknis, sop, estimasi pengolahan limbah pt. gsaNota teknis, sop, estimasi pengolahan limbah pt. gsa
Nota teknis, sop, estimasi pengolahan limbah pt. gsa
Edoy Mulyana
 
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN DRAINASENYA PADA JALAN CINERE-JAGORAWI
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN DRAINASENYA PADA JALAN CINERE-JAGORAWIPERENCANAAN GEOMETRIK DAN DRAINASENYA PADA JALAN CINERE-JAGORAWI
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN DRAINASENYA PADA JALAN CINERE-JAGORAWI
Murni Umiasih
 
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
National Cheng Kung University
 

Destaque (9)

Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipalPedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
 
Proses pengolahan limbah domestik By Fujikasui Engineering Indonesia -- 0878 ...
Proses pengolahan limbah domestik By Fujikasui Engineering Indonesia -- 0878 ...Proses pengolahan limbah domestik By Fujikasui Engineering Indonesia -- 0878 ...
Proses pengolahan limbah domestik By Fujikasui Engineering Indonesia -- 0878 ...
 
Biota Tanah
Biota TanahBiota Tanah
Biota Tanah
 
Pengolahan Limbah Laundry dengan metode Biosand Filter dan Karbon Aktif
Pengolahan Limbah Laundry dengan metode Biosand Filter dan Karbon AktifPengolahan Limbah Laundry dengan metode Biosand Filter dan Karbon Aktif
Pengolahan Limbah Laundry dengan metode Biosand Filter dan Karbon Aktif
 
Nota teknis, sop, estimasi pengolahan limbah pt. gsa
Nota teknis, sop, estimasi pengolahan limbah pt. gsaNota teknis, sop, estimasi pengolahan limbah pt. gsa
Nota teknis, sop, estimasi pengolahan limbah pt. gsa
 
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN DRAINASENYA PADA JALAN CINERE-JAGORAWI
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN DRAINASENYA PADA JALAN CINERE-JAGORAWIPERENCANAAN GEOMETRIK DAN DRAINASENYA PADA JALAN CINERE-JAGORAWI
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN DRAINASENYA PADA JALAN CINERE-JAGORAWI
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
 
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainase
 

Semelhante a MAKALAH

IPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
IPA AMDAL BIDANG KESEHATANIPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
IPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
Aris Khinuzuka
 
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum SingarajaMakalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Laksmi_Perwira
 
Makalah Limbah Farmasi
Makalah Limbah FarmasiMakalah Limbah Farmasi
Makalah Limbah Farmasi
Firda Khaerini
 
Makalah LIMBAH FARMASI
Makalah LIMBAH FARMASIMakalah LIMBAH FARMASI
Makalah LIMBAH FARMASI
Firda Khaerini
 

Semelhante a MAKALAH (20)

Hengkyprabowoirianto
HengkyprabowoiriantoHengkyprabowoirianto
Hengkyprabowoirianto
 
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKITDAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
 
proposal
proposalproposal
proposal
 
IPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
IPA AMDAL BIDANG KESEHATANIPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
IPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
 
4292.pdf
4292.pdf4292.pdf
4292.pdf
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum SingarajaMakalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
 
MATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdf
MATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdfMATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdf
MATERI LIMBAH B3 (PMK 2 TH 2023) KEPRI.pdf
 
lingkungan hidup
lingkungan hiduplingkungan hidup
lingkungan hidup
 
PPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptx
PPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptxPPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptx
PPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptx
 
Kebijakan Limbah Medis BLHD Kab_Tangsel_ OK (117).pptx
Kebijakan Limbah Medis BLHD Kab_Tangsel_ OK (117).pptxKebijakan Limbah Medis BLHD Kab_Tangsel_ OK (117).pptx
Kebijakan Limbah Medis BLHD Kab_Tangsel_ OK (117).pptx
 
Dinkes-Jabar-Pengelolaan-LIMBAH-MEDIS-FASYANKES.pptx
Dinkes-Jabar-Pengelolaan-LIMBAH-MEDIS-FASYANKES.pptxDinkes-Jabar-Pengelolaan-LIMBAH-MEDIS-FASYANKES.pptx
Dinkes-Jabar-Pengelolaan-LIMBAH-MEDIS-FASYANKES.pptx
 
Makalah Limbah Farmasi
Makalah Limbah FarmasiMakalah Limbah Farmasi
Makalah Limbah Farmasi
 
Materi Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptx
Materi Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptxMateri Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptx
Materi Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes.pptx
 
Expose Pendahuluan UKL UPL RS Nias-1a.pdf
Expose Pendahuluan UKL UPL RS Nias-1a.pdfExpose Pendahuluan UKL UPL RS Nias-1a.pdf
Expose Pendahuluan UKL UPL RS Nias-1a.pdf
 
Makalah LIMBAH FARMASI
Makalah LIMBAH FARMASIMakalah LIMBAH FARMASI
Makalah LIMBAH FARMASI
 
Expose Pendahuluan UKL UPL.pptx
Expose Pendahuluan UKL UPL.pptxExpose Pendahuluan UKL UPL.pptx
Expose Pendahuluan UKL UPL.pptx
 
PANDUAN LIMBAH B3.docx
PANDUAN LIMBAH B3.docxPANDUAN LIMBAH B3.docx
PANDUAN LIMBAH B3.docx
 

MAKALAH

  • 1. BAB V PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI FARMASI DAN RUMAH SAKIT 5.1. Pendahuluan Air limbah industri farmasi dan rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah sakit adalah terbatasnya dana yang ada untuk membangun fasilitas pengolahan limbah serta biaya operasional, khususnya untuk rumah sakit tipe kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah yang murah, mudah pengoperasiannya serta harganya terjangkau, khususnya untuk industri kecil farmasi dan rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang. Makalah ini membahas tentang rancang bangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah sakit secara biologis yang sesuai untuk pengolahan air limbah rumah sakit proses biofilter anaerob-aerob. Dengan sistem kombinasi biofilter “Anaerob-Aerob” dapat menurunkan konsentrasi COD, BOD serta zat padat tersuspensi dengan baik. Selain itu juga dapat menurunkan kandungan amoniak dan deterjen. 5.2. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keputusan Mentreri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air limbah sampai standar yang diijinkan, maka kebutuhan akan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit khususnya yang 121
  • 2. murah dan hasilnya baik perlu dikembangkan. Hal ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan di lain pihak dana yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah air limbah tersebut sangat terbatas sekali. Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun unit alat pengolah air limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat ini masih membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat kedala yang cukup besar yakni kurangnya tersedianya teknologi pengolahan yang baik dan harganya murah. Masalah ini menjadi kendala yang cukup besar terutama untuk rumah sakit kecil, yang mana pihak rumah sakit tidak/belum mampu untuk membangun unit alat pengilahan air limbah sendiri, sehingga sampai saat ini masih banyak sekali rumah sakit yang membuang air limbahnya ke saluran umum. Untuk pengolahan air limbah rumah sakit dengan kapasitas yang besar, umumnya menggunakan teknlogi pengolahan air limbah “Lumpur Aktif” atau Activated Sludge Process, tetapi untuk kapasitas kecil cara tersebut kurang ekonmis karena biaya operasinya cukup besar, kontrol oprasionalnya lebih sulit. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu menyebarluaskan informasi teknologi khususya teknologi pengolahan air limbah rumah sakit berserta aspek pemilihan teknologi serta keunggulan dan kekurangannya. Dengan adanya informasi yang jelas, maka pihak pengelola rumah sakit dapat memilih teknologi pengolahan limbah yang sesuai dengan kodisi maupun jumlah air limbah yang akan diolah, yang layak secara teknis, ekonomis dan memenuhi standar lingkungan. 122
  • 3. 5.3. Tipe-tipe Rumah Sakit Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Rumah sakit meliputi pelayanan rawat jalan, rawat-inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan pelayanan non medik. Berdasarkan bentuk pelayanannya rumah sakit dapat dibedakan: a. Rumah Sakit Umum (RSU): yaitu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik. b. Rumah Sakit Khusus (RSK): yaitu Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu. Berdasarkan pemilikan dan penyelenggaraannya, rumah sakit dapat dibedakan atas RS pemerintah dan RS Swasta. Rumah Sakit Pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh: Departemen Kesehatan, Pemerintah daerah, ABRI, dan Departemen lain termasuk BUMN. Disamping Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus seperti tersebut diatas, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jemaah haji Indonesia, telah dibangun 4 buah Rumah Sakit Haji di Ujung Pandang, Medan, Jakarta, dan Surabaya. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit Umum Pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi: a. RSU KELAS A, yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik yang luas. Terdapat 4 buah RSU Kelas A yaitu RSU Cipto mangunkusumo di Jakarta, RSU Dr. Sutomo di Surabaya, RSUP Adam Malik di Medan, dan RSUP DR. Wahidin Sudiro Husodo di Ujung Pandang. b. RSU KELAS B yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik terbatas. 123
  • 4. c. RSU KELAS C yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang- kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap. d. RSU KELAS D yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar. 5.4. Peraturan Perundangan Yang Mengatur Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit  Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan  Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup  Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 jo PP No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, (Rumah Sakit termasuk penghasil limbah B3 dari sumber yang spesifik dengan kode limbah D.227).  Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit  Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 928 tahun 1995 tentang penyusunan Amdal Bidang Kesehatan  Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep- 58/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit  Keputusan Direktur Jenderal PPM & PLP No. HK 00.06.6.44 tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tatacara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit  Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air  Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan  Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.  Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. 124
  • 5. 5.5. Limbah Rumah Sakit Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut, akan menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua , yaitu limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan langsung dari kegiatan medis. Limbah ini tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3) sehingga berpotensi membahayakan komunitas rumah sakit. Jika pembuangan limbah medis tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada. Dalam kaitan dengan pengelolaannya, limbah medis dikelompokkan menjadi lima (5), yaitu: (a). Golongan A, terdiri dari; - Dresing bedah, swab dan semua limbah yang terkontaminasi dari daerah ini. - Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi. - Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing. (b). Golongan B terdiri dari; - Syrenge bekas, jarum, cartride, pecahan gelas dan benda tajam lainnya. (c). Golongan C terdiri dari; - Limbah dari laboratorium dan post partum, (kecuali yang termasuk dalam gol. A) (d). Golongan D terdiri dari; - Limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu. (e). Golongan E terdiri dari; - Pelapis bed-pan, disposable, urinoir, incontinence-pad dan stamag bags. Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh Departemen Kesehatan RI limbah medis telah digolongkan sebagai berikut: 125
  • 6. (a). Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah. (b). Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. (c). Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. (d). Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. (e). Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa, obat yang terbuang karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat. (f). Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk dalam limbah farmasi dan sitotoksik. (g). Limbah radioaktif, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida Selain limbah medis, R.S juga menghasilkan non-medis. Jenis limbah non medis tersebut antara lain, limbah cair dari kegiatan loundry, limbah domestik cair dan sampah padat. 5.6. Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domistik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah 126
  • 7. yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll.; air limbah laboratorium; dan lainya. Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengadung senaywa pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat menggagu proses pengolahannya. Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka air limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara kimia-fisika, Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis. Diagram proses pengelolaan air limbah rumah sakit secara umum dapat dilihat seperti pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Diagram Proses Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit 127
  • 8. Dari hasil analisa kimia terhadap berberapa contoh air limbah rumah sakit yang ada di DKI Jakarta menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi misalnya, BOD 31,52 - 675,33 mg/l, ammoniak 10,79 - 158,73 mg/l, deterjen (MBAS) 1,66 - 9,79 mg/l. Hal ini mungkin disebabkan karena sumber air limbah juga bervarisi sehingga faktor waktu dan metoda pengambilan contoh sangat mempengaruhi besarnya konsentarsi. 5.7. Teknologi Pengolahan Air Limbah Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik umumnya menggunakan teknologi pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi. Dalam makalah ini uraian dititik beratkan pada proses pengolahan air limbah secara aerobik. Pengolahan air limbah secara biologis aerobik secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam. Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan mikro-organime yang digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain : proses lumpur aktif standar/konvesional (standard activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainnya. 128
  • 9. Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah dimana mikro-organisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Beberapa contoh teknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain : trickling filter atau biofilter, rotating biological contactor (RBC), contact aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukam proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan sebagai proses biologis dengan biakan tersuspensi. Berdasarkan beberapa macam proses pengolahan air limbah seperti uraian di atas, untuk proses pengolahan air limbah Rumah Sakit tipe kecil (R.S. tipe D dan Puskesmas) sampai sedang (RS. Tipe C) proses pengolahan yang paling sesuai yakni proses pengolahan dengan Sistem Kombinasi Biofilter Anaerob dan Aerob. Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan biofilter anaerb-aerob antara lain yakni :  Pengelolaannya sangat mudah.  Biaya operasinya rendah.  Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.  Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.  Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.  Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.  Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik. 129
  • 10. 5.7.1. Pengolahan air Limbah Dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah domestik maupun air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit dikumpulkan melalui saluran pipa pengumpul. Selanjutnya dialirkan ke bak kontrol. Fungsi bak kontrol adalah untuk mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah, serta mencegah padatan yang tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya agar tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah. Dari bak kontrol, air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Bak pengurai anaerob dibagi menjadi dua buah ruangan yakni bak pengendapan atau bak pengurai awal, biofilter anaerob tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow. Air limpasan dari bak pengurai anaerob selanjutnya dialirkan ke unit pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri dari beberapa buah ruangan yang berisi media dari bahan PVC bentuk sarang tawon untuk pembiakan mikro-organisme yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalan air limbah. Setelah melalui unit pengolahan lanjut, air hasil olahan dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi air limbah dikontakkan dengan khlor tablet agar seluruh mikroorganisme patogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah sudah dapat dibuang langsung ke sungai atau saluran umum. 5.7.2. Penguraian Anaerob Air limbah yang dihasilkan dari proses kegiatan rumah sakit atau puskesmas dikumpulkan melalui saluran air limbah, kemudian dilairkan ke bak kontrol untuk memisahkan kotoran padat. Selanjutnya, sambil di bubuhi dengan larutan kapur atau larutan NaOH air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Di dalam bak pengurai anaerob tersebut polutan organik yang ada di dalam air limbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerob, menghasilkan gas methan dan H2S. Dengan proses tahap pertama konsentrasi COD dalam air limbah dapat 130
  • 11. diturukkan sampai kira-kira 400-500 ppm (efisiensi pengolahan + 60-70 %). Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. 5.7.3. Proses Pengolahan Lanjut Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kontaktor khlor. Air limbah yang berasal dari proses penguraian anaerob dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media plastik berbentuk sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro- organisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, plastik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen 131
  • 12. serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Dengan adanya proses pengolahan lanjut tersebut konsentrasi BOD dalam air olahan yang dihasilkan relatif rendah yakni sekitar 20-30 ppm. 5.8. Perhitungan Perencanaan IPAL Rumah Sakit Kapasitas 20 M3 Per Hari 5.8.1. Kapasitas Disain Unit alat ini dirancang untuk dapat mengolah air limbah sebesar 20 m3/hari. Skenario proses IPAL serta reduksi polutan organik (BOD) ditunjukkan seperti pada berikut : Gambar 5.2. Skenario Proses IPAL Serta Reduksi Polutan Organik (BOD) 132
  • 13. 5.8.2. Perhitungan Disain IPAL Kapasitas Rencana : 20 m3 per hari. BOD Masuk : 400 mg/lt. SS Masuk : 200 mg/lt Efisiensi Pengolahan : 90 – 95 % BOD keluar : 20 mg/lt SS keluar : 20 mg/lt Bak ekualisasi Kapasitas Rencana : 20 per hari. BOD Masuk : 400 mg/lt. BOD keluar : 400 mg/lt Waktu Tinggal (WTH) : 12 jam Volume bak : 10 m3 Dimensi bak : Lebar : 2,0 m Panjang : 2,5 m Kedalaman :2m Tinggi ruang bebas : 0,5 m Chek Waktu Tinggal : 12 jam Pompa Air Limbah Kapasitas : 20 M3/hari Tipe : Pompa Celup Total Head : 9 meter Jumlah : 1 buah Listrik : 250 watt, 220-240 volt Biofilter Anaerob BOD Masuk : 400 mg/lt. Efisiensi Pengolahan : 60 % BOD keluar : 160 mg/lt Untuk pengolahan air dengan proses biofilter standar Beban BOD per volume media 0,4 – 4,7 kg BOD /m3.hari. Ditetapkan beban BOD yang digunakan 2,5 kg BOD /m3.hari. Beban BOD di dalam air limbah = 20 m3/hari X 400 g/m3 = 8.000 g/hari = 8 kg/hari 133
  • 14. 8 kg/hari Volume media yang diperlukan = = 3,2 m3 3 2,5 kg/m .hari Volume Media = 70 % dari total Volume rekator. Volume Reaktor yang diperlukan = 10/7 x 3,2 m3 = 4,6 m3 Waktu Tinggal Reaktor Anaerob yang dibutuhkan : 4,6 m3 = X 24 jam/hari = 5,52 jam 20 m3/hari Dimensi : Lebar : 1,5 m Panjang : 1,5 m Kedalaman air efektif : 2,0 m Ruang Bebas : 20 cm Pengolahan Lanjut Bak Pengendapan Awal Kapasitas Rencana : 20 m3 per hari. BOD Masuk : 160 mg/lt. Efisiensi Pengolahan : 25 % BOD keluar : 120 mg/lt Waktu Tinggal (WTH) : 2 jam Volume bak : 1,67 m3 Dimensi bak : Lebar : 1,5 m Panjang : 0,6 m Tinggi : 2,2 m Kedalaman Air efektif : 2,0 m Chek : Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = + 2,162 Jam Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 22,2 m3/m2.hari Standar : Waktu tinggal = 2 jam Beban permukaan = 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA) 134
  • 15. Biofilter Zona Anoksik (Anaerob) Kapasitas Rencana : 20 m3 per hari. BOD Masuk : 120 mg/lt. Efisiensi Pengolahan : 60 % BOD keluar : 48 mg/lt Untuk pengolahan air dengan proses biofilter standar Beban BOD per volume media 0,4 – 4,7 kg BOD /m3.hari. Ditetapkan beban BOD yang digunakan = 1,0 kg BOD /m3.hari. Beban BOD di dalam air limbah = 20 m3/hari X 120 g/m3 = 2.400 g/hari= 2,4 kg/hari 2,4 kg/hari Volume media yang diperlukan = = 2,4 m3. 3 1,0 kg/m .hari Volume Media = 60 % dari total Volume rekator, Volume Reaktor yang diperlukan = 10/6 x 2,4 m3 = 4,0 m3 Waktu Tinggal Reaktor Anaerob yang dibutuhkan = 4 m3 = X 24 jam/hari = 4,8 jam 20 m3/hari Dimensi : Lebar : 1,5 m Panjang : 1,4 m Kedalaman air efektif : 2,0 m Tinggi ruang bebas : 0,2 m Jumlah ruang : di bagi menjadi 2 ruangan Chek : Waktu tinggal rata-rata = 4,8 jam Tinggi ruang lumpur = 0,2 m Tinggi Bed media pembiakan mikroba = 1,5 m Tinggi air di atas bed media = 30 cm Volume media pada biofilter anaerob = 3,6 m3. BOD Loading per volume media = 1,0 Kg BOD/m3.hari. Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari. (Ebie Kunio, 1995) 135
  • 16. Biofilter Aerob Kapasitas Rencana: : 20 m3 per hari. BOD Masuk : 48 mg/lt. Efisiensi Pengolahan : 50 % BOD keluar : 24 mg/lt Untuk pengolahan air dengan proses biofilter standar Beban BOD per volume media 0,4 – 4,7 kg BOD /m3.hari. Ditetapkan beban BOD yang digunakan = 1,0 kg BOD /m3.hari. Beban BOD di dalam air limbah = 20 m3/hari X 48 g/m3 = 960 g/hari = 0,96 kg/hari. Jumlah BOD yang dihilangkan = 0,5 x 0,96 kg/hari = 0,48 kg/hari. Beban BOD per volume media yang digunakan = 1,0 kg/m3.hari. 0,96 kg/hari Volume media yang diperlukan = = 0,96 m3 3 1,0 kg/m .hari Volume media = 0,5 Volume Reaktor  Volume Reaktor Biofilter Areob Yang diperlukan = 10/5 x 0,96m3 = 1,92 m3 Dimensi Reaktor Biofilter Areob : Lebar : 1,5 m Panjang : 0,7 m Kedalan air efektif : 2,0 m Tinggi ruang bebas : 0,2 m Chek : Waktu tinggal total rata-rata : + 2,52 jam Tinggi ruang lumpur : 0,2 m Tinggi Bed media pembiakan mikroba : 1,5 m Tinggi air di atas bed media : 30 cm Reaktor dibagi menjadi dua ruangan yakni ruangan aerasi dan ruangan biofilter. Volume total media pada biofilter aerob = 1,5 m x 0,6 m x 1,5 m = 1,35 m3 136
  • 17. Chek : BOD Loading per volume media = 0,71 Kg BOD/m3.hari. Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari. Kebutuhan Oksigen : Kebutuhan oksigen di dalam reaktor biofilter aerob sebanding dengan jumlah BOD yang dihilangkan. Jadi : Kebutuhan teoritis = Jumlah BOD yang dihilangkan = 0,48 kg/hari. Faktor keamanan ditetapkan + 1,4  Kebutuhan Oksigen Teoritis = 1,4 x 0,48 kg/ hari = 0,672 kg/hari. Temperatur udara rata-rata = 28 o C Berat Udara pada suhu 28 o C = 1,1725 kg/m3. Di asumsikan jumlah oksigen didalam udara 23,2 %.  Jadi, Jumlah Kebutuhan Udara teoritis = 0,672 kg/hari = 2,47 m3/hari 3 1,1725 kg/m x 0,232 g O2/g Udara Efisiensi Difuser = 2,5 % 2,47 m3/hari Kebutuhan Udara Aktual = = 98,8 m3/hari 0,025 = 0,069 m3/menit Chek : Ratio Volume Udara /Volume Air Limbah = 4,94 Blower Udara Yang diperlukan : Jika efisiesnsi blower dianggap 60 %, maka diperlukan blower dengan spesifikasi sebagai berikut : 137
  • 18. Spesifikasi Blower : Kapasitas = 0,069 m3/menit Head = 2000 mm-aqua Jumlah = 2 unit Difuser : Total transfer udara = 0,069 m3/menit = 69 liter/menit Tipe Difuser yang digunakan : difuser gelembung kasar Bak Pengendap Akhir Kapasitas Rencana : 20 m3 per hari. BOD Masuk : 24 mg/lt. Efisiensi Pengolahan :5% BOD keluar : 22,8 mg/lt Waktu Tinggal (WTH) : 2 jam Volume bak : 1,67 m3 Dimensi bak : Lebar : 1,5 m Panjang : 2,2 m Kedalaman Air efektif : 2,0 m Chek : Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = + 2,16 Jam Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 22,22 m3/m2.hari Standar : Waktu tinggal 2 jam Beban permukaan = 20 –50 m3/m2.hari. (JWWA) Total Waktu Tinggal di dalam Reaktor Pengolahan Lanjut = = 2.16 jam + 4,8 jam + 2,52 jam + 2.16 jam = 11,64 Jam Total Waktu Tinggal Di dalmsistem IPAL = Waktu Tinggal Bak Ekualisasi + Waktu Tinggal Reaktor Anaerob + Waktu Tinggal Reaktor Pengolahan Lanjut = 12 Jam + 5,52 Jam + 11,64 jam = 29,16 Jam. 138
  • 19. Media Pembiakan Mikroba Material : PVC sheet Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm Luas Kontak Spsesifik : 200 – 226 m2/m3 Diameter lubang : 2 cm x 2 cm Warna : bening transparan. Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3 Porositas Rongga : 0,98 Total Media Biofilter Yang Diperlukan = 10 m3 Pompa Air Sirkulasi Kapasitas : 10 M3/hari Tipe : Pompa Celup Total Head : 9 meter Jumlah : 1 buah (satu untuk cadangan) Listrik : 80-100 watt, 220-240 volt Blower Udara 3 Kapsitas : 0,213 m per menit Total Head : 280 cm air Tipe : HiBLOW 60 Listrik : 100 watt Jumlah : 2 unit Bak Kontaktor Khlorine Unit IPAL dapat dilengkapi dengan bak khlorinasi (bak kontaktor) yang berfungsi untuk mengkontakkan khlorine dengan air hasil pengolahan. Air limbah yang telah diolah sebelum dibuang ke saluran umum dikontakkan dengan khlorine agar mikroorganisme patogen yang ada di dalam air dapat dimatikan. Senyawa khlor yang digunakan adalah kaporit dalam bentuk tablet. 139
  • 20. 140 5.8.3. Gambar Teknis Disain IPAL Gambar 5.3. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Kombinasi Biofilter Anaerob-Aerob
  • 21. Gambar 5.4. Potongan Melintang Bak Ekulaisasi Gambar 5.5. Bak Ekualisasi (Tampak Atas) 141
  • 22. Gambar 5.6. Potongan Melintang Biofilter Anaerobik Gambar 5.7. Biofilter Anaerobik (Tampak Atas) 142
  • 23. Gambar 5.8. Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut (Tampak Atas) Gambar 5.9. Potongan Mendatar Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut (Tampak Atas) 143
  • 24. Gambar 5.10. Potongan Melintang Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut Gambar 5.11. Potongan C-C dan D-D Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut 144
  • 25. Gambar 5.12. Potongan E–E Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut Gambar 5.13. Potongan F-F Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut 145
  • 26. Gambar 5.14. Potongan G-G dan H–H Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut. POTONGAN I-I Gambar 5.15. Potongan I – I Reaktor Biofilter Pengolahan Lanjut 146
  • 27. Gambar 5.16. Diagram Kelistrikan Gambar 5.17. Kontrol Panel Kelistrikan 147
  • 28. 5.8.4. Spesifikasi Teknis IPAL Biofilter Anaerob-Aerob Kapasitas 20-30 M3 per Hari Berdasarkan perhitungan teknis yang telah diuraikan diatas, maka spesifikasi teknis IPAL dengan kapasitas 20-30 m3 per hari adalah sebagai berikut : Kapasitas Rencana (Disain) Kapasitas : 20 – 30 m3/hari Influent BOD : 400 ppm Influent SS : 300 ppm Effluent BOD : 30 ppm Effluent SS : 20 ppm Efisiensi Pengolahan : 90-95 % Bak Ekualisasi Dimensi bak : Lebar :2m Panjang :2m Kedalaman : 2,5 m Tinggi ruang bebas : 0,5 m Bahan : Bata Beton cor Unit Reaktor Anaerob Dimensi Reaktor : Panjang : 150 cm Lebar : 150 cm Tinggi : 230 cm Bahan : Fiber Rainforced Palstic (FRP) Media : Plastic Media (type honeycomb tube) Spesific Area : 200 – 226 m2/m3 Unit Reaktor Pengolahan Lanjut (Aerob) Dimensi Reaktor : Panjang : 320 cm Lebar : 150 cm Tinggi : 230 cm Bahan : Plastic Media (type honeycomb tube) Spesific Area : 200 – 226 m2/m3 148
  • 29. Media Biofilter Material : PVC sheet Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm Luas Kontak Spesifik : 200–226 m2/m3 Diameter lubang : 2 cm x 2 cm Warna : bening/transparan Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3 Porositas Rongga : 0,98 Jumlah :10 M3 Peralatan : a. Blower Udara Tipe : HIBLOW 60 Kapasitas : 60 liter per menit Listrik : 100 watt, 220 volt Jumlah : 2 unit b. Pompa Air Limbah Tipe : Submersible Pump (Pompa Celup) Kapasitas : 20 - 40 liter/menit Listrik : 100 watt Total Head : 8 meter Jumlah : 1 unit Material : Stainless Steel c. Pompa Sirkulasi Tipe : Submersible Pump Kapasitas : 20 liter/menit Listrik : 75 watt Total Head : 6-8 meter Jumlah : 1 unit 149
  • 30. 5.9. Contoh Pembangunan IPAL Kapasitas 20-30 M3/Hari Gambar 5.18. Reaktor IPAL Dan Media Sarang Tawon Gambar 5.19. Reaktor IPAL Sebelum Dipasang 150
  • 31. Gambar 5.20. Pembuatan Bak Ekualisasi Gambar 5.21. Reaktor IPAL Telah Diletakkan Di Atas Pondasi 151
  • 32. Gambar 5.22. Bekesting Reaktor IPAL Gambar 5.23. Reaktor IPAL dan Bak Equalisasi Setelah Dicor 152
  • 33. Gambar 5.24. Reaktor IPAL Yang Telah Terpasang Gambar 5.25. Reaktor IPAL Dilihat Dari Atas 153
  • 34. Gambar 5.26. Reaktor IPAL Yang Telah Terpasang Rapih Gambar 5.27. IPAL Rumah Sakit Yang Telah Jadi 154
  • 35. 5.10. Analisa Kualitas Air Hasil Olahan Air limbah yang harus diolah adalah seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri farmasi atau rumah sakit, yaitu air yang berasal dari dapur, laundry, air limbah dari kegiatan klinis, air limpasan tangki septik dan lainnya. Pengambilan dan pengujian kualitas air dilakukan setelah IPAL beroperasi selama tiga bulan. Parameter yang perlu diamati adalah konsentrasi COD, BOD, TSS, kandungan amoniak dan deterjen. Hasilnya dibandingkan dengan baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995. Tabel 5.1. Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit Parameter Kadar Maksimum (mg/l) BOD5 75 COD 100 TSS 100 pH 6–9 155
  • 36. 5.11. Penutup Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terhadap penerapan teknologi Biofilter Kombinasi Anaerob-Aerob untuk pengolahan limbah industri farmasi dan rumah sakit, maka dapat disimpulkan keunggulan teknologi ini, yaitu :  Efisiensi pengolahan cukup tinggi.  Pengelolaannya sangat mudah.  Biaya operasinya rendah, untuk kapasitas IPAL 20 M3 per hari diperlukan dua unit blower masing-masing 60 watt.  Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.  Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.  Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.  Tahan terhadap perubahan beban pengolahan secara mendadak. 156
  • 37. 5.12. Daftar Pustaka  -----, “ Gesuidou Shissetsu Sekkei Shisin to Kaisetsu “, Nihon Gesuidou Kyoukai, 1984.  -----, “Pekerjaan Penentuan Standard Kualitas Air Limbah Yang Boleh Masuk Ke Dalam Sistem Sewerage PD PAL JAYA”, Dwikarasa Envacotama-PD PAL JAYA, 1995.  Anonim. (1995), “Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Kep-51/MENKLH/10/1995”. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta.  Arvin, E dan Herremoes., “Concepts and Models for Biofilm Reactor Performance”, Water Science Technology, Vol.22, No.1/2, pp. 171-192, 1990.  Benefield, Larry, D and Randal, Cliiford.W. (1990), “ Biological Proccesses Design For Wastewater Treatment”. Prentice Hall, New York.  Casey, T.J.(1997). “Unit Treatment Process In Water and Wastewater Engineering”. University College Dublin, Ireland : John wiley and Sons Ltd.  Dojlido, jan R, and Best, Gerald A. (1993). “Chemistry of Water and Wastewater Pollution”. England. Ellis Horwood Limited.  Droste, Ronald R. (1997). “Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment”. John wiley and Sons Ltd.Toroto, Canada.  Fair, Gordon Maskew et.al., " Elements Of Water Supply And Waste Water Disposal”, John Willey And Sons Inc., 1971.  Gouda T., “ Suisitsu Kougaku – Ouyouben”, Maruzen kabushiki Kaisha, Tokyo, 1979.  Grady, C.P.L and Lim, H.C.(1980). “Biological Wastewater Treatment”, Marcel Dekker Inc. New York.  Henze. (1983). “Anaerobic Treatment of Wastewater in Fixed Bed Reactor”. Water Science Technology, Vol.15, 1983.  Horan, N.J.(1990). “Biological Wastewater Treatment systems : Theory and Operation”. University of Leeds, England. John Wiley & Sons Ltd. 157
  • 38. Metclaf And Eddy (1978). " Waste Water Engineering”, Mc Graw Hill.  Mosey, F.E. (1983), Water Science Technology, Vol.15, 1983.  Reynolds, T.D. (1982). “Unit Operations and Processes in Environmental Engineering”. Boston : B/C Engineering Division.  Said,N.I. (2000). “ Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob”. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.1 No.2. Jakarta.  Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “ Eisei Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan Kai, Tokyo, 1987.  Viessman W, Jr., Hamer M.J., “ Water Supply And Polution Control “, Harper & Row, New York, 1985. 158