1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PAI merupakan pelajaran kehidupan, jadi PAI merupakan pelajaran yang
sangat konstektual karena sebagian besar materi yang diajarkan merupakan
cerminan kehidupan sehari-hari, jadi siswa dapat melihat secara langsung
praktek dari materi yang telah diajarkan tersebut dalam kehidupan mereka,
tentunya jika para peserta didik tersebut paham dan mengerti apa yang telah
mereka pelajari, akan tetapi hal itu ternyata belum dapat dimengerti oleh para
siswa tersebut, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang belum
bisa menghormati teman-temannya, orangtuanya, bahkan terkadang guruya,
padahal materi saling menghormati juga dipelajari dalam pelajaran PAI, akan
tetapi materi tersebut ternyata belum membekas dalam diri siswa. Oleh karena
pentingnya pelajaran ini maka seharusnya guru mata pelajaran ini harus
merupakan guru yang benar-benar berkompeten dalam menyampaikan materi
tersebut kepada siswa, masih banyak materi PAI yang lain yang tidak kalah
penting.
Selain penelitian berdasarkan perilaku siswa sehari-hari, tentunya juga
sangat diperlukan penilaian dalam bentuk numeral seperti pemberian skor hasil
belajar, karena hal inilah yang akan menjadi bentuk laporan guru kepada orang
tua siswa sebagai hal yang konkrit, penilaian sangat diperlukan dalam
pengajaran.
Selama ini prestasi yang dicapai oleh siswa pada mata pelajaran PAI
dirasakan kurang sehingga perlu inisiatif untuk meningkatkan hasil pembelajaran.
Seperti pada temuan di lapangan tempat peneliti mengajar, menunjukkan adanya
kesenjangan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang kita harapkan. Pada
studi pendahuluan bidang studi PAI menunjukkan daya serap siswa masih
rendah dalam memahami materi.
Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak,
hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih
1
2. didominasi oleh guru, sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan
penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang
mengakibatkan siswa tidak bisa menerapkan pada kehidupan nyata. Disini guru
dituntut untuk menerapkan model pembelajaran Learning Together sehingga
siswa dapat mengemukakan ide dan argumentasinya selama proses pembelajaran.
Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru juga
menjadi salah satu faktor tercapainya keberhasilan dalam pendidikan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi
belajar di sekolah, yang diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal
siswa. Faktor internal meliputi faktor dalam diri siswa seperti: kemampuan siswa,
bakat, minat, perhatian, motivasi, sikap, cara belajar, dan lain-lain. Sedangkan
faktor eksternal meliputi faktor dari luar siswa seperti kemampuan guru, suasana
belajar, fasilitas belajar, model pembelajaran yang digunakan di dalam kelas,
media pembelajaran yang digunakan, lingkungan sekolah, dan lain-lain (Slameto,
2013:54).
Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan rendahnya prestasi
belajar siswa pada pembelajaran PAI di kelas IX SMPN .......... disimpulkan
bahwa permasalahan tersebut bermuara pada pembelajaran yang masih bersifat
konvensional. Dari siswa kelas IX SMPN .................. yang berjumlah 24 anak,
hanya 3 anak (12,50%) yang mencapai kategori tuntas. Artinya sebagian besar
siswa belum mencapai tingkat penguasaan materi 70% ke atas atau mendapat
nilai 70, dengan tingkat keaktifan belajar sebesar 25% atau 6 orang siswa dari 24
siswa, serta perolehan nilai rata-rata hasil belajar sebesar 57,92 dengan standar
nilai KKM sebesar 70.
Pembelajaran masih belum didukung oleh pemilihan model pembelajaran
yang dapat merangsang aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dengan kenyataan
semacam ini, perlu adanya perubahan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran,
diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan pada akhirnya bisa meningkatkan
prestasi belajar siswa tersebut.
2
3. Salah satu model pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model
pembelajaran Learning Together (LT) . Pembelajaran Learning Together (LT)
muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara
rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-
masalah yang komplek. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat
menjadi aspek utama dalam pembelajaran Learning Together (LT) (Trianto,
2007:41).
Tujuan diterapkannya model pembelajaran Learning Together (LT) adalah
sebagai usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-
sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembe lajaran kooperatif
siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru (Trianto,
2007:41).
Keunggulan pembelajaran Learning Together (LT) dapat dicapai apabila
kondisi pembelajaran diciptakan secara efektif, diantara keunggulan tersebut
adalah dapat : (a) meningkatkan prestasi belajar, (b) meningkatkan hubungan
antar kelompok, (c) meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, (d)
memadukan dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan, (e) menumbuhkan
realisasi kebutuhan siswa untuk belajar berfikir, (f) meningkatkan perilaku dan
kehadiran di kelas, (g) relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus
untuk menerapkannya (Anitah, 2007:9).
Model pembelajaran Learning Together (LT) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif dengan penggunaan kelompok pembelajaran heterogen
dan menekankan terhadap interdependensi positif (perasaan kebersamaan),
interaksi face to face atau tatap muka yang saling mendukung, saling membantu
dan saling menghargai, serta tanggung jawab individual dan kelompok kecil demi
keberhasilan pembelajaran. Ciri interdependensi positif pada model pembelajaran
Learning Together (LT) siswa ditekankan bagaimana dapat mencapai tujuan
3
4. kelompok. Tujuan kelompok dapat tercapai apabila terdapat kerja sama dan
komunikasi yang baik antar siswa dalam proses pembelajaran.
Sedangkan interaksi tatap muka memiliki keuntungan untuk mempermudah
komunikasi antar siswa sehingga informasi-informasi yang diperlukan dalam
proses pembelajaran diterima dengan baik. Selanjutnya, tanggung jawab
individual ditujukan agar setiap siswa telah dapat menguasai materi atau konsep
sebelum diskusi kelompok berlangsung, sehingga saat diskusi proses bertukar
informasi dapat berjalan secara aktif. Kelompok kecil yang terdapat pada
Learning Together (LT) memberikan kemudahan pembagian tugas kepada
masing masing siswa dalam kerja kelompok, sehingga semua siswa dapat
berpartisipasi dalam diskusi kelompok.
Dengan segala asumsi yang ada pada model pembelajaran Learning
Together, maka penerapan model pembelajaran ini akan dapat merangsang
tumbuhkembangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, sehingga dengan
demikian akan berdampak pada meningkatnya prestasi belajar siswa. model
pembelajaran Learning Together ini dipilih karena merupakan tipe yang paling
sederhana dari berbagai model pembelajaran kooperatif dan diyakini cocok
dengan situasi siswa yang cenderung belajar lebih efisien dalam kelompok atau
belajar secara bersama-sama. Selain itu, tipe pembelajaran ini menunjukkan
adanya keseimbangan peran antara guru sebagai salah satu sumber belajar dan
peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara individual dan sosial
Jika masalah ini dibiarkan berlanjut, jelas akan berdampak buruk bagi
proses dan hasil belajar. Dengan adanya kenyataan tersebut, peneliti mencoba
melakukan upaya perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
(PTK) pada pembelajaran PAI materi memahami Surat at-Tin dengan
menggunakan model pembelajaran Learning Together.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti meminta bantuan teman sejawat
dan kepala sekolah untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses
pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah sebagai berikut :
1. Keaktifan siswa dalam belajar rendah.
4
5. 2. Model pembelajaran yang diambil tidak tepat
3. Guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan
kreatif
4. Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan penemuan
informasi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
C. Rumusan Masalah
Melalui refleksi diri dan diskusi dengan teman sejawat, dapat disimpulkan
rumusan masalahnya, yaitu
1. Bagaimana proses pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kooperatif
model learning together pada siswa kelas IX SMPN .................. dalam
pembelajaran PAI materi memahami Surat at-Tin?
2. Bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IX SMPN ..................
dalam pembelajaran PAI materi . memahami Surat at-Tin melalui penerapan
pembelajaran kooperatif model learning together?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas IX SMPN ..................
dalam pembelajaran PAI materi memahami Surat at-Tin melalui penerapan
pembelajaran kooperatif model learning together?
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini adalah :
5
6. E. Untuk mengetahui proses pembelajaran melalui penerapan pembelajaran
kooperatif model learning together siswa kelas IX SMPN ..................
dalam pembelajaran PAI materi memahami Surat at-Tin.
F. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IX
SMPN .................. dalam pembelajaran PAI materi memahami Surat at-Tin
melalui penerapan pembelajaran kooperatif model learning together.
G. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IX
SMPN .................. dalam pembelajaran PAI materi memahami Surat at-Tin
melalui penerapan pembelajaran kooperatif model learning together.
H. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat pada siswa, guru dan
sekolah sebagai berikut :
4. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan data empirik bagi kepentingan
peningkatan kualitas pengajaran di sekolah, khususnya yang berkaitan dengan
peningkatan prestasi siswa dalam belajar PAI, temuan penelitian ini
dapat dijadikan dasar acuan bagi pengelolaan pengembangan strategi
dan pengelolaan pembelajaran. Penelitian ini dapat dijadikan pola
pengembangan metode mengajar, strategi belajar mengajar dan pengelolaan
kelas.
5. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Pelaksanaan PTK akan sangat membantu siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran secara optimal. Dengan adanya pembaharuan dalam
pembelajaran akan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam
proses belajar mengajar, mengembangkan daya nalar dan mampu
berpikir secara kreatif, sehingga siswa termotivsi untuk mengikuti proses
pembelajaran.
b. Bagi guru (peneliti)
Pelaksanaan PTK dapat membuat guru sebagai peneliti sedikit demi
sedikit mengetahui strategi, media maupun metode pembelajaran yang
6
7. sesuai dengan tujuan atau kompetensi dasar pembelajaran. Selain itu guru
dapat menyadari bahwa alam penciptaan kondisi pembelajaran selain
penguasaan metode, strategi dan media juga diperlukan kreatifitas yang
tinggi sehingga apa yang diterapkan sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa yang sedang belajar.
c. Bagi sekolah
Hasil PTK sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem
pembelajaran, dan bagi guru yang lain dapat digunakan sebagai referensi
dalam memilih dan menerapkan suatu strategi, metode atau media yang
sesuai dengan tujuan atau kompetensi pembelajaran tertentu.
7