SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 53
KATA PENGANTAR

       Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

       Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada               selaku dosen
pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika
yang telah memberikan tugas untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat
menambah wawasan penyusun dan menambah ruang baca baru bagi seluruh
pembaca.

       Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat
banyak kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik maupun sarannya.
Sehingga di kemudian hari dapat menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat digunakan dengan baik dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.




Mengetahui




Dosen pembimbing                                 Palembang, November 2012

Prof. Dr. Zulkardi,




                                                                     Penyusun




                                                                             1
DAFTAR ISI




KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

     A. PENDAHULUAN
          1. Latar Belakang.......................................................................................3
          2. Tujuan....................................................................................................4
          3. Manfaat.................................................................................................4
          4. Rumusan Masalah..................................................................................4


     B. ISI DAN PEMBAHASAN
          1. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran............................................5
                     2.1.Pendekatan Konstruktivisme.....................................................5
                     2.2.Pendekatan Problem Solving.....................................................9
                     2.3.Pendekatan Kontekstual...........................................................13
                     2.4.Pendekatan PMRI....................................................................19
     C. PENUTUP
          1.     Kesimpulan........................................................................................ 28
          DAFTAR PUSTAKA...............................................................................29

          LAMPIRAN..............................................................................................31




                                                                                                                         2
A.   PENDAHULUAN


     1. Latar Belakang

      Pembelajaran matematika sekolah saat ini masih merupakan salah satu
      topik yang menjadi fokus perhatian para ahli pendidikan matematika. Hal
      ini dikarenakan masih banyak persoalan-persoalan dalam pembelajaran
      matematika di sekolah. Banyaknya permasalahan itu antara lain adalah
      metode pembelajaran yang digunakan dipandang belum sesuai untuk
      diterapkan pada proses pembelajaran.


      Selain   itu   guru-guru   belum   banyak     tahu   tentang   model-model
      pembelajaran yang mengoptimalkan aktivitas siswa, sehingga mereka
      hanya menggunakan pembelajaran secara konvensional. Pada hal, banyak
      model-model pembelajaran yang telah dikembangkan atau ditemukan para
      ahli dan peneliti yang dapat melibatkan aktivitas siswa secara fisik
      maupun     mental,   seperti   model    pembelajaran     problem    solving,
      pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kontekstual, dan lain-lain,
      walaupun belum ditemukan model pembelajaran matematika yang secara
      khusus memperhatikan kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan
      emosional disamping peningkatan hasil belajar matematika siswa.
      Sehingga, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa salah satu faktor yang
      mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa dalam matematika antara
      lain disebabkan cara mengajar yang dilakukan guru masih menggunakan
      pembelajaran konvensional, lebih menekankan pada latihan mengerjakan
      soal-soal rutin atau drill dan kurang melibatkan aktivitas mental siswa.


      Beragam metode dan penemuan-penemuan yang melahirkan berbagai
      pendekatan     pembelajaran    dikembangkan    guna    mendukung     proses
      pembelajaran matematika tersebut.Hal ini sesuai dengan tujuan umum
      diberikan matematika di jenjang persekolahan yaitu mempersiapkan siswa



                                                                                 3
agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan
    dunia yang selalu berubah dan berkembang melalui latihan bertindak atas
    dasar pemikiran secara logis, kritis, cermat, jujur, efektif dan dapat
    menggunakan pola pikir matematis dalam kehidupan sehari-hari dan
    dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdiknas, 2004).


    2. Tujuan


    Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar dan proses pembelajaran
  matematika
2. Mengetahui cara-cara pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme,
  problem solving, kontekstual, dan pmri
3. Manambah pehaman tentang peran guru sebagai pendidik


    3. Manfaat


    Adapaun manfaat dari penulisan makalah ini adalah
1. Dapat terpenuhinya tugas mata kuliah dasar-dasar dan proses pembelajaran
  matematika
2. Dapat bertambahnya pengetahuan mahasiswa khususnya mahasiswa
  pendidikan matematika tentang cara-cara pembelajaran dengan pendekatan
  kontruktivisme, problem solving, kontekstual, dan PMRI
3. Dapat meningkatkan kualitas dan peran guru dalam pembelajaran


4. Rumusan Masalah


1. Apa pendekatan pembelajaran itu?
2. Apa saja pendekatan pembelajaran itu ?
3. Bagaimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan
  pendekatan tersebut?



                                                                          4
B.   ISI DAN PEMBAHASAN


     1.   Macam-macam Pendekatan Pembelajaran
          1.1. Pendekatan Konstruktivisme


          1.1.1   Teori Konstruksivisme

      Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
      bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri” (Von
      Glasersfeld dalam Solha, 2011). Dalam proses konstruksi itu, menurut
      Von Glasserfeld (dalam Solha, 2011) diperlukan beberapa kemampuan
      berikut :

          a.   Kemampuan       mengingat    dan     mengungkapkan      kembali
               pengalaman.
          b. Kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi)
               mengenai persamaan dan perbedaan.
          c. Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada
               yang lain.

      Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu tidak dapat
      ditransmisi langsung oleh guru ke dalam pikiran siswa.Menurut Driver dan
      Bell,(dalam Solha,2011) untuk menkontruksi makna baru,siswa harus
      mempunyai              pengalaman           mengadakan          kegiatan
      mengamati,menebak,berbuat dan mencoba bahkan mampu menjawab
      pertanyaan “mengapa”.

      Pemahaman dapat dibangun oleh siswa sendiri secara aktif dan kreatif, hal
      ini sesuai dengan pendapat para ahli konstruktivisme, Whatley, Gunstone
      &Gray (dalam Nizarwati, 2009) mengatakan bahwa pengetahuan tidak
      diterima siswa secara pasif, melainkan dikonstruksi secara aktif oleh
      siswa, gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikiran guru tidak dapat
      dipindahkan langsung kepada siswa melainkan siswa sendirilah yang harus


                                                                              5
aktif membentuk pemikiran atau gagasan tersebut dalam otaknya.
Matthews (Nizarwati, 2009) membedakan dua tradisi besar dari
konstruktivisme, yaitu pertama konstruktivisme psikologis, bertitik tolak
dari perkembangan psikologis anak dalam membangun pengetahuannya.
Kedua, konstruktivisme sosiologis lebih
mendasarkan pada masyarakatlah         yang membangun pengetahuan.
Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu Konstruktivisme
personal, di kenal dengan sebutan konstruktivisme Piaget, dan
konstruktivisme yang lebih sosial di kenal dengan sebutan konstruktivisme
Vygotsky, sedangkan konstruktivisme sosiologis berdiri sendiri.


   2.1.1    Pengertian Pendekatan Konstruksivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran yang
memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman
siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil yang benar sesuai dengan
perkembangan yang dilalui siswa. Dan sebagai salah satu pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan pemahaman siswa,
pendekatan kontruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri
secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan
dari pengalaman belajar yang bermakna (Muslich, 2007). Novak dan
Gowin, 1985 (dalam Sa‟dijah, 2006) menjelaskan bahwa salah satu faktor
penting yang dapat mempengaruhi belajar anak adalah apa yang telah
diketahui   dan   dialaminya.    Hal   ini   sesuai     dengan    pandangan
konstruktivisme bahwa guru perlu memberi kesempatan kepada siswa
untuk   membangun      sendiri   pengetahuannya       secara   aktif   dengan
memperhatikan pengetahuan awal siswa.


2.1.3. Prinsip-prinsip pembelajaran konstruksivisme
Suparno (dalam Nizarwati,2011) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip
yang sering diambildari konstruktivisme antara lain:



                                                                            6
(1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
  (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa
  (3) mengajar adalah membantu siswa belajar
  (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
  (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa
  (6) guru adalah fasilitator.


2.1.4     Karakteristik Pendekatan Konstruktivisme

          Dari teori – teori tentang konstruktivisme diatas dapat disimpulkan
          bahwa    karakteristik   pendekatan   pembelajaran   konstruktivisme
          sebagai berikut :
        a) Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah
           dimiliki siswa sehingga pengetahuan akan dikonstruksi siswa secara
           bermakna.Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan pengalaman
           belajar yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa.
        b) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan
           relevan, sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial.
           Dengan demikian diharapkan matematika menjadi menarik baginya
           dan mereka termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dilakukan
           dengan cara menyediakan tugas – tugas matematika yang
           berhubungan dalam kehidupan sehari – hari.
        c) Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar. Hal ini dapat
           dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka, menyediakan
           masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau yang
           tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar.
        d) Mendorong terjadinya interaksi dan kerjasama dengan orang lain
           atau lingkungannya, mendorong terjadinya diskusi terhadap
           pengetahuan baru.
        e) Mendorong penggunaan berbagai representasi atau media.




                                                                              7
f) Mendorong       peningkatan      kesadaran    siswa     dalam    proses
           pembentukan pengetahuan melalui refleksi diri. Dalam hal ini
           penting   bagi    siswa   perlu     didorong   kemampuannya       untuk
           menjelaskan mengapa atau bagaimana memecahkan suatu masalah
           atau menganalisis bagaimana proses mereka mengkonstruksi
           pengetahuan, demikian juga mengkomunikasikan baik lisan maupun
           tulisan tentang apa yang sudah dan yang belum diketahuinya.


 2.1.5    Perangkat pembelajaran konstruktivisme


          Dengan     demikian     perangkat    pembelajaran       dan   pelaksanaan
          pembelajaran          matematika        menggunakan           pendekatan
          konstruktivisme.Menurut Nurhadi (2003), Driver & Oldam (dalam
          Nizarwati, 2009) sebagai berikut :


     1)     Tahap I. Pengaktifan pengetahuan prasyarat.
            Pada tahap ini siswa diingatkan kembali pengetahuan prasyaratnya
            untuk mempermudah pemahaman materi berikutnya dengan cara
            guru memberikan beberapa pertanyaan yang menggali pengetahuan
            prasyaratnya.
     2)     Tahap II. Pemerolehan pengetahuan baru.
            Pada tahap ini siswa diberikan permasalahan yang akan
            didiskusikan secara kelompok untuk mencoba mencari jawaban
            dan memberikan kesempatan mereka menemukan gagasan –
            gagasan. Kemudian hasilnya didiskusikan.
3)   Tahap III. Pengumpulan ide
     Pada tahap ini siswa melakukan diskusi kelas untuk mengumpulkan ide –
     ide mereka dengan kelompok lain siswa diminta untuk mengkonstruksi
     gagasan dari setiap kelompok untuk disepakati dan benar, guru bertindak
     sebagai fasilitator dalam mengkonstruksi gagasan baru tersebut.




                                                                                  8
4)    Tahap IV. Pemantapan Ide
         Pada tahap ini maka siswa diminta untuk menyelesaikan masalah
         matematika yang diberikan ( kuis / tes / soal latihan) yang sudah
         disiapkan guru untuk memantapkan pengetahuan siswa yang sudah
         dibangun


   5)    Tahap V. Refleksi
         Pada tahap ini siswa diarahkan membuat rangkuman materi yang sudah
         dipelajari dan guru mengecek kebenaran konsep tersebut dengan
         mengajukan pertanyaan – pertanyaan kemudian guru memberi tugas PR
         secara individu yang akan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya dan
         hasilnya dinilai untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
         terhadap konsep tersebut.


1.2. Pendekatan Problem Solving

        1.2.1. Teori Problem Solving

               Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
               Indonesia No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
               Pendidikan Dasar dan Menengah, ditetapkan salah satu tujuan mata
               pelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan
               memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
               masalah, merancang model matematika,menyelesaikan model dan
               menafsirkan solusi yang diperoleh. Pemahaman konsep merupakan
               salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan
               dapat   tercapai      dalam   belajar   matematika   yaitu   dengan
               menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari,
               menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep
               algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan
               masalah (Depdiknas, 2003). Dalam Jurnal Pendidikan Matematika
               Volume 3. NO. 2 Desember 2009.


                                                                                 9
1.2.2 Pembelajaran Pemecahan Masalah

            Pemecahan masalah dipandang sebagai                  suatu proses untuk
            menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan
            dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah
            tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-
            aturan     yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar
            terdahulu, melainkan lebih dari itu,merupakan proses untuk
            mendapatkan seperangkat aturan yang lebih tinggi. Apabila
            seseorang telah mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan
            yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang
            dihadapi   maka      ia   tidak       saja   dapat   memecahkan       suatu
            masalah,melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang
            baru. Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur atau
            strategi   yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan
            kemandirian dalam pikir ( Gegne dalam Indah 2011 : 12 )

            Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural
            urutan tindakan,tahap demi tahap secara sistematis,sebagai
            pemula(novice) memecahkan suatu masalah (Wena 2011 : 52 )

            Menurut Wardhani (dalam Indah 2011 : 13) “pemecahan masalah
            adalah proses penerapan pengetahuan yang telah diperoleh
            sebelumnya dalam situasi baru yang belum diketahui.

            Wankat     dan    Oreovocz        (     dalam    Made    2011     :    53)
            mengklasifikasikan        lima        tingkat   taksonomi    pemecahan
            masalah,yaitu sebagai berikut :

a. Rutin : tindakan rutin atau bersifat algoritmik yang dilakukan tanpa
   membuat suatu keputusan. Beberapa operasi Matematika seperti
   permasalahan kuadrat,operasi integral,analisis varians,termasuk masalah
   rutin.


                                                                                     10
b. Diagnostik      : Pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin.
              Beberapa rumus yang digunakan dalam menentukan tegangan suatu balok,
              dan diagnosis adalah memilih prosedur yang tepat untuk memecahkan
              masalah tersebut.
          c. Strategi               :     Pemilihan   prosedur    secara    rutin   untuk
              memecahkan suatu masalah.Strategi merupakan bagian dari tahap analisis
              dan evaluasi dalam taksonomi Bloom.
          d. Interpretasi : Kegiatan pemecahan msalah yang sesungguhnya,karena
              melibatkan kegiatan mereduksi masalah yang nyata,sehingga dapat
              dipecahkan.
          e. Generalisasi    : Pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk
              memecahkan masalah baru.

              Tanpa dipungkiri salam suatu sistem pembelajaran peran guru sangat
              dibutuhkan sebagai fasilitator siswa untuk dapat mengembangkan
              kemampuan-kemampuan yang telah mereka miliki agar ada manfaatnya di
              kemudian hari. Secara operasional dan ringkas kegiatan guru dan siswa
              selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut :




No.   Tahap               Kegiatan Guru                          Kegiatan Siswa
      Pembelajaran
1     Saya mampu/bisa     Membangkitkan motivasi dan             Menumbuhkan motivasi
                          membangun keyakinan diri sendiri       belajar dan keyakinan diri
                                                                 dalam menyelesaikan
                                                                 permasalahan




                                                                                         11
2   Mendefinisikan       Membimbing membuat daftar hal yang        Menganalisis dan
                         tidak diketahui dalam suatu               membuat daftar hal yang
                         permasalahan                              diketahui dan tidak
                                                                   diketahui dalam suatu
                                                                   permasalahan
3   Mengeksplorasi       Merangsang siswa untuk mengajukan         Mengajukan pertanyaan-
                         pertanyaan-pertanyaan dan                 pertanyaan pada
                         membimbing unruk menganalisis             guru,untuk melakukan
                         dimensi-dimensi permasalahan yan          pengkajian lebih dalam
                         dihadapi                                  terhadap permasalahan-
                                                                   permasalahan yang
                                                                   dibahas
4   Merencanakan         Membimbing mengembangkan cara             Berlatih mengembangkan
                         berfikir logis siswa untuk menganalisis   cara berpikir logis untuk
                         masalah                                   menganalisis masalah yang
                                                                   dihadapi
5   Mengerjakan         Membimbing siswa secara matematis          Mencari berbagai
                        untuk memperkirakan jawaban yang           alternatif pemecahan
                        mungkin untuk memecahkan masalah           masalah
                        yang dihadapi
6   Mengoreksi          Membimbing siswa untuk mengecek            Mengecek kebenaran
    kembali             kembali jawaban yang dibuat                jawaban yang ada
7   Generalisasi        Membimbing siswa untuk mengajukan          Memilih/menentukan
                        pertanyaan :                               jawaban yang paling tepat
                            - Apa yang telah saya pelajari         dari beberapa alternatif
                                dalam bahasan ini?                 solusi yang diperoleh
                            - Bagaimana agar pemecahan
                                yang dilakukan bisa lebih
                                efisien?
                            - Jika pemecahan yang dilakukan
                                masih kurang benar,apa yang
                                harus saya lakukan?
                            - Dalam hal ini dorong siswa
                                untuk melakukan umpan
                                balik/refleksi dalam mengoreksi
                                kembali kesalahan yang
                                mungkin ada
      Sumber : Wankat dan Oreovocz (dalam Wena 2011 : 58-59)

             1.2.2. Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika
             Tim MKPBM UPI (2001 : 83) Pemecahan masalah merupakan bagian dari
             kurikulum Matematika yang sangat penting karena dalam proses
             pembelajaran maupun penyelesaiaanya,siswa dimungkinkan memperoleh




                                                                                         12
pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
      dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat rutin.


1.3. Pendekatan Kontekstual


      1.3.1   Teori Kontekstual


      MenurutSanjaya (2008:255) “kontekstual adalah suatu strategi
      pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
      penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
      menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
      siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”. Sehubungan
      dengan pendapat itu, Sanjaya juga menjelaskan lima karakteristik
      penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
      kontekstual yaitu :
      a) Dalam kontekstual, pembelajaran merupakan proses pengaktifan
         pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak
         terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
      b) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
         memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu
         dipelajari dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian
         memperhatikan detailnya.
      c) Pemahaman pengetahuan, artinya yang diperoleh bukan untuk dihapal
         tetapi untuk dipahami dan diyakini.
      d) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya
         pengetahuan dan pengalamanyang diperolehnya harus dapat
         diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan
         perilaku siswa.
      e) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.




                                                                              13
Kontekstual mempunyai 7 komponen yang diterapkan dalam
pembelajaran, yaitu konstruktivisme, penemuan (Inquiry), bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
Ketujuh komponen pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diatas
diuraikan secara rinci sebagai berikut:

   1) Konstuktivisme (Contructivism)
   Konstuktivisme adalah proses membangaun atau menyusun
   pengetahuan baru dalam dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
   pengalaman. Berdasarkan pengertian tersebut, kontekstua pada
   dasarnya mendorong siswa agar bisa mengkonstuksi pengetahuannya
   melalui proses pengamatan dan pengalaman. Melalui pembelajaran
   yang kontekstual siswa didorong untuk mampumengkonstuksi
   pengethuan sendiri melalui pengalaman nyata.


   Menurut Tati (2009:10), terdapat cara dalam memfasilitasi proses
   Konstuktivisme yang dilakukan guru, yaitu:
   (a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa dengan
       memberdayakan pengetahuan dan pengalamanyang telah dimiliki
       sebelumnya.
   (b) Member kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
       menerapkan idenya sendiri.
   (c) Mendorong siswa agar mampu menerapkan strategi dan suasana
       belajar bagi diri mereka sendiri.


   2) Menemukan (Inquiry)
   Beajar “menemukan” merupakan proses belajar yang memungkinkan
   siswa menemukan untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman
   yang nyata. Proes pembelajaran dilaksanakan dengan membuat siswa
   melakukan beberapa aktivitas yang kemudian dapat diterima ke dalam
   struktur kognitifnya. Menemukan ini bukan berarti siswa benar-benar



                                                                         14
enemukan hal baru, akan tetapi siswa digiring untuk menemukan
sendiri konsep yang sedang dipelajarinya.


Jadi, menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan
pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara
sistematis.pengetahuan bukan hanya proses mengingat, akan tetapi
hasil dari proses menemukan.


3) Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Dalam proses pembelajaran melalui kontekstual, guru tidak dapat
menyampaikan materibagitu saja, akan tetapi memancing siswa dapat
menemukan sendiri. Menurut Muslich(2007:45), dalam proses
pembelajaran kegiatan bertanya berguna untuk:
(a) Menggali informasi
(b) Mengecek pemahaman siswa
(c) Membangkitkan respon siswa
(d) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
(e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
(f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikendaki guru
(g) Membangkitkan lebih banyak lagi pengetahuan siswa
(h) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa


Karena itu peran bertanya sangat penting dalam pembelajaran
kontekstual untuk mendorong kemampuan berfikir siswa.

4) Masyarakat Belajar (Leraning Community)
Masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran
melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang
anggotanya bersifat hoterogen. Artinya dalam pembentukkan
kelompok, siswa dibagi secara merata antara siswa yang memiliki



                                                                    15
keampuan tinggi dengan kemampuan biasa. Sehingga mereka akan
saling belajar, yang cepat belajar didorong untuk membantu yang
lambat belajar, saling memberikan informasi yang diperlukan dalam
pembelajaran.


5) Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan pemodelan adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap
siswa.


Dalam pembelajaran kontekstual diperlukan adanya model untuk
mewujudkan konteks real yang dikena siswa. Model tersebutdapat
berupa benda konkorit, ilustrasi atau cara mengoperasikan sesuatu
seperti cara menyelesaikan soal, sehingga pembelajaran kontekstual
dapat berjalan degan baik.


6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipeajari,
yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian
atau peristiwa pembelajaran yang dilaluinya dalam proses
pembelajaran, setiap berakhirnya proses pembelajaran, guru
memberikan kepada siswa untuk mengingat kembali apa yang telah
dipelajarinya, sehingga ia dapat menyimpulakan tentang pengalaman
belajarnya.


Dalam refleksi, siswa akan merasa memperoleh sesuatau yang berguna
bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.


7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment)
Dalam pembelajaran dengan kontekstual, keberhasilan pembelajaran
tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual



                                                                      16
saja, akan tettapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu,
   penilaian keberhasialan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar
   seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian
   nyata. Tes hanyalah salah satu alat penilaian.


   Menurut Tuti (2009:14), terdapat 6 karakteristik Authentic Assesment,
   yaitu:
   (1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajarn berlangsung
   (2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
   (3) Yang diukur kemampuan dan performen, bukan hanyamengingat
        fakta
   (4) Berkesinambungan,
   (5) Terintegrasi
   (6) Dapat digunakan sebagai umpan balik



   Menurut Widdiharto (2004:23), terdapat kelebihan pembelajaran
   kontekstual atara lain:

   1. Siswa lebih tertarik dalam beljar karena materi yang disajikan
        terkait dekat dengan kehidupan sehari-hari.
   2. Materi yang disajikan lebih lama membekas dipikiran siswa karena
        dilibatkan aktif dalam pembelajaran.
   3. Siswa berfikir alternative dalam membuat pemodelan.



1.3.2   Implementasi Pembelajaran Kontekstual Pada Pelajaran
        Matematika


Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa
saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Adapun kegiatan




                                                                           17
pembelajaran menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
yaitu:
a. Pendahuluan
   Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
   pemebelajaran yang ditunjuk untuk membangkitkan motivasi dan
   memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
   pembelajaran.
b. Inti
   Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
   kompetensi dasar. Dengan pemberian soal yang kontekssesuai
   kehidupan nyata, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara
   interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, cukup bagi prakarsa,
   kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
   perkebangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti, dalam
   pembelajaran kontekstual meliputi :
              Learning Community
              Contructivism, Inquiryand Questioning
              Modeling
c. Penutup
   Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
   aktivitas pembelajaran yang dapat diakukan dalam bentuk rangkuman
   atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak
   lanjut.MenurutHadi (dalam Widdiharto, 2004), pembelajarn
   matematika yang kontekstual meliputi langkah sebagai berikut:
   a. Pendahuluan
          -   Memulai pelajaran dengan mengajukan soal yang real bagi
              siswasesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuan nya
              sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara
              bermakna.
          -   Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin
              dicapai dalam pelajaran tersebut.


                                                                            18
b. Pengembangan
            Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif, siswa diberi
            kesempatan menjelaskan dan member alas an terhadap jawaban
            yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain,
            menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang
            diberikannhya, memahami jawaban teman atau siswa lain, member
            alternative penyelesaian yang lain.
         c. Penutup
            -   Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau
                terhadap hasil pelajaran.
            Dengan demikian, melalui pembelajaran kontekstual dalam
            pelajaran matematika membuat siswa lebih tertarik dalam belajar
            matematika. Sehingga dihrapkan siswa memperoleh hasil belajar
            yang lebih baik.


1.4. Pendekatan PMRI


        1.4.1   Teori Pendidikan Matematika Realistik Indonesia ( PMRI )

      Kata “realistik” merujuk pada pendekatan dalam pendidikan matematika
      yang telah dikembangkan di Belanda selama kurang lebih 30 tahun.
      Pendekatan    ini   mengacu     pada   pendapat   Freudenthal     (dalam
      Misdalina,2009:4) yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan
      dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti
      matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata
      sehari-hari. Dan aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan
      kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika
      dengan bimbingan orang dewasa. Proses penemuan kembali tersebut harus
      dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia nyata.
      Menurut (Slettenhaar, 2000) realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak
      mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh



                                                                            19
siswa melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan. Pendekatan ini
kemudian dikenal dengan RME. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah
bahwa pembelajaran matematika dalam pendekatan matematika realistik
harus dekat dengan kehidupan sehari-hari anak dan sesuai dengan
pengalaman anak. Dan dalam kaitannya matematika sebagai kegiatan
manusia maka anak harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali
ide dan konsep matematika sebagai akibat dari pengalaman anak dalam
berinteraksi dengan dunia nyata.


Salah satu pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran yang
memuat unsur konstruktif, interaktif dan reflektif adalah pembelajaran
matematika realistik, yang di negeri asalnya, Belanda, disebut Realistic
Mathematics Education (RME) dan telah berkembang sejak tahun 1970-
an. Adapun filosofi yang mendasari pembelajaran matematika realistik
adalah    bahwa   matematika       dipandang   sebagai   aktivitas   manusia
(Freudenthal,1991; Treffers & Goffre, 1985; Gravemeijer, 1994; Moor, E.
1994; de Lange, 1996). Sehingga matematika tersebut harus tidak
diberikan kepada siswa dalam bentuk „hasil-jadi‟, melainkan siswa harus
mengkonstruk sendiri isi pengetahuan melalui penyelesaian masalah-
masalah kontekstual secara interaktif, baik secara informal maupun secara
formal, sehingga mereka menemukan sendiri atau dengan bantuan orang
dewasa/guru (guided reinvention), apakah jawaban mereka benar atau
salah. RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika,
bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus
diajarkan. Sehingga, Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh
dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi (passive
receivers of ready-made mathematics).
         Sejak tahun 2001, Indonesia, mulai mengadaptasi dan menerapkan
RME di beberapa sekolah tingkat SD/MI, dan diberi nama Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Hal ini disebabkan konsep RME
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di



                                                                          20
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan bagaimana mengembangkan
daya nalar yang bersifat demokratis. Beberapa hasil penelitian terhadap
pendekatan matematika realistik menemukan bahwa penalaran, prestasi
dan minat belajar matematika siswa lebih baik bila dibandingkan dengan
pembelajaran biasa (Hasratuddin, 2002; Zulkardi, 2002; Armanto, 2004;
Saragih, 2007; Arifin, 2008). Dari uraian di atas, kiranya perlu ditemu-
lakukan pembelajaran matematika melalui pendekatan matematika
realistik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan
emosional siswa.


   a.   Pengertian Pendekatan PMRI

PMRI adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang akan menggiring
siswa memahami konsep matematika dengan mengkontruksi sendiri
melalui pengetahuan sebelumnya yang berhubungan dengan kehidupan
sehariharinya, menemukan sendiri konsep tersebut sehingga belajarnya
menjadi bermakna. Masalah yang timbul adalah buku matematika tentang
integral yang ada saat ini, banyak beredar dalam bentuk abstrak. Siswa
diberi materi integral dengan rumusrumus dan contoh soal, yang kemudian
siswa dilatih secara drill agar terampil menyelesaikan soal tersebut. Oleh
karena itu diperlukan masalah kontekstual yang sesuai dengan siswa itu
sendiri,     sehingga   siswa   dapat   mengkontruksi   sendiri.   Menurut
Gravemeijer dan Doorman (1999: 111), siswa dapat menemukan konsep
integral dengan mengkaitkannya pada materi kinematika dengan
menggunakan pendekatan matematika realistik.

   b.      Tahapan pembelajaran PMRI
Tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran matematika realistik, diawali
dengan pemberian tantangan atau masalah kontekstual, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memahami dan menyeelesaikan secara
individu atau kelompok, kemudian mendiskusikan hasil secara klasikal


                                                                        21
sebagai refleksi. Pembelajaran matematika realistik memiliki konsep dan
paradigma yang kuat dalam proses pembelajaran yaitu adanya prinsip
reinvention. Hal ini, menunjukkan bahwa matematika itu tidak diberikan
kepada siswa sebagai sesuatu yang sudah jadi, melainkan siswa harus
mengkonstruk atau menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip atau
prosedur-prosedur     matematika       tersebut        melalui        penyelesaian
masalahmasalah kontekstual yang realistik bagi anak.


  c.     Karakteristik Proses Pembelajaran PMRI

Proses    pembelajaran   berlangsung        dari    situasi   nyata,    kemudian
mengorganisasikan, menyusun masalah, mengidentifikasi aspek-aspek
masalah secara matematis dan kemudian melalui interaksi diharapkan
siswa menemukan konsep matematis itu sendiri, yang nantinya dapat
diaplikasikannya dalam masalah dan situasi yang berbeda. Dengan
demikian, proses belajar matematika berlangsung dalam interaksi
lingkungan sosial. Pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi kelompok
yang beranggotakan tiga sampai lima orang. Hal ini dilakukan dengan
tujuan    mengaktifkan   siswa     secara     interaktif      dalam     kelompok,
memudahkan peneliti/pengajar dalam memberikan bantuan melalui bentuk
pertanyaanpertanyaan (scaffolding), dan menumbuhkan pengetahuan
siswa. Starting point pembelajaran matematika realistik dalam penelitian
ini adalah memberikan masalah kontekstual berupa tantangan kepada
siswa. Masalah tersebut dapat berupa latihan, pembentukan atau penemuan
konsep, prosedur atau strategi penyelesaian nonrutin maupun aturanaturan
dalam matematika (Treffers, 1987).


Jika aksi mental siswa yang diharapkan tidak muncul dari siswa, seperti
ketidakmampuan       siswa   mengaitkan            konsepkonsep        matematika
sebelumnya dengan informasi yang terdapat dalam masalah, maka guru
dapat memberikan bantuan probing secara tidak langsung, yaitu dengan



                                                                                22
memberikan pertanyaan-pertanyaan berupa scaffolding kepada siswa,
sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa,
atau siswa dengan konteks masalah. Aktivitas berupa pemberian bantuan
oleh guru melalui pertanyaan-pertanyaan, akan digunakan dalam proses
pembelajaran sampai siswa memiliki kemampuan untuk melakukan
refleksi atas aksi mental yang dilakukannya, dan bukan menghakimi
maupun menghukum siswa. Fungsi guru dalam pembelajaran matematika
realistik adalah sebagai fasilitator, mediator dan harus bersikap memahami
siswa bahwa kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah bukan karena
kemauannya, tetapi disebabkan kekurangan informasi yang ia miliki. Jadi,
guru harus memiliki pandangan bahwa memahami berarti memaafkan
segalanya. Proses refleksi dalam pembelajaran akan diberi waktu khusus
pada kegiatan diskusi penyelesaian masalah dalam kelompok atau secara
klasikal. Hal ini dilakukan, karena pada tahap ini siswa akan berinteraksi
secara aktif dengan siswa yang lain, guru, materi dan lingkungan, sehingga
diharapkan akan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Kegiatan ini dilakukan untuk setiap topik yang diajarkan pada
pembelajaran dalam penelitian ini. Jadi, kesempatan siswa untuk
berinteraksi secara interaktif, sangat dituntut dalam pembelajaran yang
dilakukan. Hal ini bertujuan disamping untuk menemukan penyelesaian
masalah dengan cara saling berinteraksi antara anggota kelompok, guru
maupun lingkungan belajar yang nantinya diharapkan akan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional siswa.


Dengan demikian, pemberian masalah kontekstual atau tantangan sangat
menentukan kegiatan untuk melakukan konstruksi masalah, interaksi siswa
maupun kegiatan refleksi dalam pembelajaran matematika realistik.
Armanto (2004), mengatakan bahwa fungsi masalah kontekstual dalam
pembelajaran matematika realistik, diawal pembelajaran berfungsi sebagai
membantu pembentukan konsep, sifat atau cara pemecahan (model),
ditengah proses pembelajaran berfungsi sebagai memantapkan konsep



                                                                        23
matematis yang sudah dibangun atau ditemukan oleh siswa, di akhir
pembelajaran berfungsi membantu siswa mengaplikasikan konsep yang
telah diperoleh.


Karakteristik      inilah   salah   satu   yang    membedakan     pembelajaran
matematika realistik dengan pembelajaran biasa. Pada pembelajaran biasa,
masalah (rutin) hanya berfungsi sebagai aplikasi dari suatu teori atau
formula yang diberikan. Pembelajaran mengacu pada sistem transfer of
knowledge, guru berfungsi hanya sebagai informan tunggal, dan siswa
hanya dapat mengembangkan domain kognitifnya pada tahap aplikasi
terhadap formula yang diberikan. Proses pembelajaran seperti ini tidak
mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan kecerdasan interpersonal
siswa (Atwood, 1998).


  d.   Model Pembelajaran PMRI

  Model pembelajaran berdasarkan pendekatan realistik, model tersebut
  harus merepresentasikan karakteristik PMRI baik pada tujuan, materi,
  metode dan evaluasi.
  i.   Tujuan. Tujuan haruslah memuat tiga tahap tujuan dalam PMRI:
       tahap rendah (procedural), Tahap menengah (pemecahan masalah),
       and tahap tinggi (matematisasi dan generalisasi). Dua tujuan
       terakhir,      menekankan       pada       kemampuan     berargumentasi,
       berkomunikasi dan pembentukan sikap kritis.
  ii. Materi. Desain suatu „open material‟ yang disituasikan dalam
       realitas, berangkat dan konteks yang berarti; yang membutuhkan;
       keterkaitan garis pelajaran terhadap unit atau topik lain yang real
       secara original seperti pecahan dan persentase; dan alat dalam
       bentuk model atau gambar, diagram dan situasi atau simbol yang
       dihasilkan pada saat proses pembelajaran;




                                                                             24
iii.   Aktivitas. Atur aktivitas siswa sehingga mereka dapat berinteraksi
              sesamanya, diskusi, negosiasi, dan kolaborasi. Pada situasi ini
              mereka mempunyai kesempatan untuk bekerja, berfikir adan
              berkomunikasi tentang matematika. Peranan guru hanya sebatas
              fasilitator atau pembimbing.
       iv.    Evaluasi. Materi evaluasi harus dibuat dalam bentuk „open
              question‟ yang memancing siswa untuk menjawab secara bebas dan
              menggunakan beragam strategi atau beragam jawaban atau freen
              productions. Evaluasi harus mencakup formatif dan sumatif.
              Gambar berikut ini adalah bagaimana semua karakterikstik PMRI
              di representasikan dalam model pembelajaran.




Gambar 2. Model Pembelajaran Matematika berdasarkan Pendekatan PMRI
                               (Zulkardi, 2002).

   e. Prinsip-prinsip PMRI
              PMRI memiliki tiga prinsip utama (Zulkardi,2002), yaitu;
          1) Guided Reinvention (menemukan kembali) and Progressive
              Mathematization (bermatematika secara progresif)
              Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasikan melalui prosedur
              penyelesaian masalah secara informal. Strategi siswa secara
              informal sering ditafsirkan sebagai prosedur secara formal.
              Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah yang kontekstual atau


                                                                              25
realistik yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan
         menemukan kembali sifat, teorema, definisi, atau prosedur.
      2) Didactical Phenomenology (fenomena didaktik)
         Situasi yang berisikan fenomena mendidik yang dijadikan bahan
         dan area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat
         dari keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai
         tingkatan matematika secara formal.
      3) Self-developed Models (pengembangan model mandiri)
         Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan bagi
         siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari informal ke
         formal matematika. Siswa membuat model sendiri dalam
         menyelesaikan masalah, dengan suatu proses generalisasi dan
         formalisasi, model tersebut akhirnya menjadi suatu model sesuai
         penalaran matematika.


f. Konsepsi PMRI
         Ada beberapa konsepsi PMRI tentan guru, siswa, dan pembelajaran
         yang mempertegas bahwa konsep PMRI dapat meningkatkan
         pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya
         nalar (Hadi Sutarto dalam buku Supinah 2008:20).
            a) Konsepsi PMRI tentang siswa;
             1.    Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-
                   ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.
             2.    Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk
                   pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.
             3.    Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan
                   meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan,
                   penyusunan kembali, dan penolakan.
             4.    Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya
                   sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman.




                                                                           26
5.    Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya, dan jenis
         kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematika.


a. Konsepsi PMRI tentang guru;
   1. Guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
   2. Guru harus mampu membangun pembelajaran yang
        interaktif.
   3. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
        secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan
        riil.
   4. Guru tidak terpancing pada materi yang ada di dalam
        kurikulum, tetapi aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia
        riil, baik fisik maupun sosial.
b. Konsepsi PMRI tentang pembelajaran matematika;
   1. Memulai pembejaran dengan mengajukan masalah yang riil
        bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat
        pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam
        pembelajaran matematika.
   2. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai
        dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran
        tersebut.
   3. Siswa mengembangkan model-model simbolik secara
        informal terhadap permasalahan yang diajukan.
   4. Pembelajaran berlangsung secara interaktif, dan melakukan
        refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau hasil
        pembelajaran, yaitu siswa menjelaskan dan memberikan
        alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami
        jawaban temannya, setuju terhadap jawaban temannya,
        menyatakan        ketidaksetujuan,   mencari    alternatif
        penyelesaian yang lain.




                                                                27
C.   PENUTUP


     1.   Kesimpulan


      Berbagai pendekatan-pendekatan pembelajaran telah banyak ditemukan
      serta dikembangkan oleh para ahli dan peneliti guna membantu
      menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam
      pembelajaran    di    sekolah     umunya,serta   pembelajaran    matematika
      khususnya. Diantaranya          pendekatan-pendekatan tersebut ada empat
      pendekatan yaitu pendekatan konstruktivisme,problem solving,pendekatan
      kontekstual,    dan      PMRI.Masing-masing        pendekatan       memiliki
      prinsip,karakteristik,dan ciri perangkat pembelajaran sendiri. Sehingga,
      berbagai pendekatan pembelajaran ini dapat dikembangkan guru guna
      mendukung proses pembelajaran di kelas,terkhusus mata pelajaran
      matematika. Hal ini sesuai dengan tujuan umum diberikan matematika di
      jenjang   persekolahan    yaitu    mempersiapkan     siswa   agar   sanggup
      menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu
      berubah dan berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
      secara logis, kritis, cermat, jujur, efektif dan dapat menggunakan pola pikir
      matematis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
      ilmu pengetahuan.




                                                                                 28
DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari,Shinta.2012. “Kemampuan Penalaran Matematika Siswa dengan
Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia ( PMRI) di Kelas VII SMP N 6 Palembang”.Skripsi.Palembang:
Universitas Sriwijaya.

Gravemeijer, K. & Doorman, M. 1999. Context Problems in Realistic
Mathematics Education: A Calculus Course as an Example. Educational Studies
in Mathematics Vol. 39: 111-129. Kluwer Academic Publisher.
Depdiknas. 2003. Kurikulum dan Hasil Belajar: Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Matematika SLTP dan MTs. Balitbang Depdiknas.Jakarta.


Misdalina.2009.    “PENGEMBANGAN            MATERI       INTEGRAL      UNTUK
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) MENGGUNAKAN PENDEKATAN
PENDIDIKAN         MATEMATIKA       REALISTIK        INDONESIA     (PMRI)    DI
PALEMBANG”.         Palembang.Universitas   Sriwijaya.   www.eprint.unsri.ac.id.
Diakses tanggal 31 Oktober 2012
Muslich.2007.KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta:Bumi Aksara

Nizarwati.2009.    “PENGEMBANGAN            PERANGKAT          PEMBELAJARAN
BERORIENTASI KONSTRUKTIVISME UNTUK MENGAJARKAN KONSEP
PERBANDINGAN             TRIGONOMETRI            SISWA          KELAS         X
SMA”.Palembang.Universitas Sriwijaya. www.eprint.unsri.ac.id. Diakses tanggal
31 Oktober 2012.


Nurbaiti, Nyayu Marisa.2009. “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pada
Pelajaran     Matematika      di    kelas      VII       SMP      Negeri     10
Palembang”.Skripsi.Palembang:Universitas Sriwijaya.

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Taeching and Learning)
dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.



                                                                              29
Wena,Made.2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta:Bumi Aksara

Pratiwi, Indah Riezky.2012. “Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika di
SMAN 15 Palembang”.Skripsi.Palembang:Universitas Sriwijaya.

Sa‟dijah, Cholis. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
Beracuan Konstruktivisme untuk Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika
(MATHEDU) 2(1), 111 – 122. Surabaya : Program Studi Pendidikan Matematika
PPs UNESA.

Sanjaya.2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Slettenhaar. 2000. Adapting Realistic Mathematics Education in the Indonesian
Contex. Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konperensi
Nasional Matematika X ITB, 17-20 Juli 2000.

Solha.2011. “ Pengembangan modul berbasis pendekatan konstruktivisme pada
materi keliling dan luas lingkaran SMP Kelas VIII”.Skripsi.Palembang:
Universitas Sriwijaya.


TIM MKPBM UPI,2001. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer untuk Mahasiswa,Guru Bidang Studi Matematika.Bandung:UPI.

Widdiharto.2004.Model-Model Pembelajaran Matematika SMP.Yogyakarta :
Widyaiswara PPPG Matematika

Zulkardi., Developing A Learning Environment On Realistic Mathematics
Education For Indonesian Student Teachers. The Nederlands.2002.




                                                                                30
Lampiran I RPP Pendekatan Konstruktivisme


                  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


                      Nama Sekolah           : SMP/MTs .....
                      Mata Pelajaran         : Matematika
                      Kelas/Semester         : VIII/2
                      Pertemuan Ke-          :1


Standar Kompetensi      : 4.Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran

Kompetensi Dasar        : 4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran

Indikator               : 4.2.1. Mampu memahami arti luas lingkaran
                          4.2.2. Mampu menghitung luas lingkaran


Alokasi Waktu           : 2 × 40 menit


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini dengan baik melalui diskusi kelompok
menggunakan pendekatan konstruktivisme, diharapkan siswa dapat :
       -Memahami luas lingkaran
       -Menghitung luas lingkaran


B. Materi Ajar
Luas Lingkaran
Pak Budi mempunyai sumur untuk menampung air hujan,agar air di dalamnya
tidak kotor,maka Pak Budi akan menutup sumur tersebut dengan tutup yang
berbentuk lingkaran terbuat dari seng.Berapakah luas seng tersebut? Untuk
menjawab masalah ini lakukan kegiatan berikut
Alat dan bahan
Kertas,jangka,penggaris,gunting,busur derajat,pensil dan lem kertas.


                                                                            31
1. Dengan menggunakan busur dan penggaris,lukislah sebuah lingkaran
       dengan jari-jari 3 cm di kertas origami
   2. Bagilah daerah lingkaran tersebut menjadi 16 juring yang kongruen (sama
       besar). Kamu dapat menggunakan jangka untuk membagi sudut pusat
       sama besar.
   3. Arsirlah daerah setengah lingkaran
   4. Guntinglah setiap juring yang telah kamu buat
   5. Susun dan rekatkan menggunakan lem juring-juring tersebut di dalam
       kotak yang telah disediakan di bawah ini,sedemikian hingga berbentuk
       seperti segi-n,misalnya jajargenjang.
   6. Tentukan luas daerah bangun yang telah kamu temukan tersebut.

        Luas jajargenjang       = axt
                                = (¼ keliling lingkaran) x (2 x jari-jari)
                                = (¼        ) x (2r)
                                = ¼x4
                                =


Dari juring lingkaran yang sudah disusun tadi,ternyata bangun datar yang
terbentuk adalah jajargenjang dan ternyata luas kedua bangun tersebut sama.
Karena kedua bangun tersebut tersusun atas juring-juring lingkaran yang sudah di
gunting tadi. Berarti mencari luas lingkaran sama saja dengan mencari luas
bangun datar yang sudah ditemukan tadi.

                              Luas Lingkaran
                                 L=     )


Dengan : L = Luas lingkaran
           = 3,14 atau 22/7
           r = Jari-jari lingkaran


C. Metode Pembelajaran
- Metode       : Tanya jawab dan diskusi
-Pendekatan    : Pembelajaran berdasarkan Konstruktivisme



                                                                               32
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
   Kegiatan Guru                     Kegiatan Siswa        Pembelajaran     Alokasi
                                                          Konstruktivisme   Waktu
 Guru menginformasikan         Siswa mendengarkan                           2 menit
 Standar Kompetensi, KD,       dengan seksama
 indikator dan tujuan          SK,KD,dan indikator
 Pembelajaran                  dan tujuan pembelajaran
                               yang harus mereka
                               capai.

 Guru memotivasi siswa         Siswa memberikan                             2 menit
 dengan mengemukakan           contoh lain dalam
 bahwa materi yang akan        kehidupan sehari-hari
 dipelajari bisa ditemukan     yang berhubungan
 dalam kehidupan sehari-hari   dengan materi
 misalnya roda sepeda,jam      lingkaran,seperti
 dinding,dll                   -CD
                               -Biskuit


 Guru mengaktifkan             Siswa menjawab             Pengaktifan       5 menit
 pengetahuan prasyarat yang    pertanyaan yang            pengetahuan
 harus dimiliki siswa dengan   diberikan oleh guru dan    prasyarat
 mengajukan pertanyaan-        bertanya kembali jika
 pertanyaan sebagai berikut:   masih ada yang belum
 a. Apa yang dimaksud          jelas tentang materi
    dengan jari-jari           prasyarat yang diberikan
    lingkaran?                 oleh guru.
 b. Bagaimana Kita bisa
    mengitung Luas
    lingkaran?



                                                                            33
Kegiatan Inti
   Kegiatan Guru                 Kegiatan Siswa         Pembelajaran       Alokasi
                                                       Konstruktivisme     Waktu
 Menginstruksikan Siswa      Siswa membentuk           Pengelompokan       3 menit
 untuk membentuk             kelompok dan menerima
 kelompok 5-6 orang          LKS mengenai luas
 berdasarkan tempat duduk    lingkaran
 terdekat


 Guru mengajak siswa untuk   Siswa menemukan           Pemerolehan         5 menit
 membaca dan memahami        informasi dari lembar     pengetahuan baru.
 Lembar Kerja Siswa          kerja yang telah di
 terlebih dahulu             berikan oleh guru
                             mengenai materi.


 Guru menjelaskan prosedur   Melakukan prosedur                            3 menit
 mengerjakan LKS dan         kegiatan pengerjaan LKS
 mengingatkan bahwa suatu    dan bertanya jika belum
 kelompok harus bekerja      mengerti maksud dari
 sama dalam menyelesaikan    langkah-langkah
 masalah dalam LKS           menghitung luas
                             lingkaran


 Guru mengontrol kegiatan    Siswa berdiskusi dan                          20 menit

 dan pekerjaan yang          berargumen dalam

 dilakukan siswa             kelompok untuk
                             menemukan gagasan
                             tentang luas lingkaran
                             dengan menjawab
                             masalah dalam LKS.




                                                                           34
Guru memberikan petunjuk     Siswa mengaitkan           Pengaitan         7 menit
      terhadap masalah yang        pengetahuan yang telah
      dihadapi siswa jika          dimiliki dengan
      diperlukan pada saat siswa   pengetahuan yang baru
      bekerja di dalam kelompok    diterima yaitu jari-jari
                                   lingkaran dengan
                                   menyelesaikan masalah
                                   pada LKS


      Guru menjawab pertanyaan     Siswa mengajukan           Pengumpulan ide   8 menit
      dengan cara menanyakan       pertanyaan –pertanyaan
      kembali pertanyaan dengan    dalam aktivitas
      kalimat berbeda              pembelajaran bersama
      (memberikan umpan balik)     teman sekelompoknya.


      Guru bertindak sebagai       Siswa melakukan diskusi    Pemantapan Ide    10 menit
      moderator dan fasilitator    kelas, membandingkan
      dalam mengkonstruk           dan mengumpulkan ide
      gagasan baru siswa.Guru      dengan teman-temannya
      memberikan penguatan         dalam kelompok
                                   lain,mengkonstruksi
                                   gagasan-gagasannya
                                   tentang luas lingkaran
                                   dari setiap kelompok
                                   untuk mendapatkan
                                   gagasan yang disepakati
                                   dan benar
     Kegiatan Penutup :

Kegiatan Guru                      Kegiatan Siswa             Pendekatan        Alokasi
                                                              Konstruktivisme   Waktu



                                                                                35
Membantu peserta didik         Siswa membuat sendiri       Refleksi   3 menit
 membuat                        rangkuman mengenai
 rangkuman/simpulan             hal-hal yang mereka
 pelajaran yang telah           dapat selama
 dipelajari                     pembelajaran


 Melakukan penilaian            Siswa mengerjakan

 dan/atau refleksi terhadap     sebuah soal yang

 kegiatan yang sudah            diberikan guru                         10 menit

 dilaksanakan secara            Siswa diberi kesempatan

 konsisten dan terprogram;      untuk menilai proses

 memberikan sebuah soal         pembelajaran yang

 dan siswa diminta              berlangsung hari tersebut

 mengerjakan secara
 individu


 Merencanakan kegiatan
                                Siswa menerima tugas                   2 menit
 tindak lanjut dalam bentuk
                                dari guru untuk
 pembelajaran remedi,
                                dikerjakan dan di bahas
 program pengayaan,
                                pertemuan berikutnya
 layanan konseling dan/atau
 memberikan tugas baik
 tugas individual maupun
 kelompok sesuai dengan
 hasil belajar peserta didik;


E. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
- Penggaris dan alat tulis
- Jangka
- Kertas origami



                                                                       36
- Gunting
- LKS
- Buku Teks


F.       Penilaian Hasil Belajar
     a. Proses : Observasi pada saat diskusi kelompok,mengerjakan soal-soal yang
                        ada di LKS
     b. Hasil belajar : Kuis/Tes
   No      Indikator Soal          Butir Soal                        Kunci Jawaban             Skor

     1     Menghitung              Berapakah luas daerah             1386 cm                   2
           luas lingkaran          lingkaran dengan panjang
                                   jari-jari 21cm
                                   Berapakah luas daerah             2.119 cm                  5
                                   arsiran pada bangun berikut!




                                                     14 cm
   Jumlah Skor                                                                                 7

   Skor maksimum                                                                               7



                                               NILAI = Skor yang didapat x 100
                                                             Skor maksimum


Mengetahui,                                                           ........., ......, ............... 2012

Kepala SMP/MTs …………….                                                 Guru Mapel Matematika.




( ..................................................... )             ( ...................................... )

NIP/NIK …………..……………….                                                 NIP/NIK…….…………….




                                                                                                                   37
Lampiran II RPP Pendekatan Problem Solving


                RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


                        Mata Pelajaran         : Matematika
                        Kelas                  : VII
                        Pertemuan Ke           :I
                        Alokasi Waktu          : 2 x 40’


Standar Kompetensi
     1. menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidak samaan linear satu
         variable, dan perbandingan dalam pemecahan masalah


Kompetensi Dasar
     3.3 menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan aritmatika sosial yang
         sederhana.
Indikator
     3.3.1 menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan nilai sebagiaan


A.       Tujuan Pembelajaran
         Siswa dapat melakukan simulasi aritmatika sosial tentang kegiatan
         ekonomi sehari-hari
         Siswa dapat menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan nilai
         sebagiaan


B.       Materi Pembelajaran
         Harga beli, Harga jual, Untung, dan Rugi
         Menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan nilai sebagiaan


C.       Metode Pembelajaran
         Metode : Tanya jawab,diskusi kelompok, dan pemberian tugas


                                                                                38
Pendekatan : Pendekatan berdasarkan Pemecahan masalah (Problem
     Solving)


D.   Langkah-langkah Pembelajaran


       Tahapan                 Uraian Kegiatan        Alokasi Waktu
     Pendahuluan        Guru menginformasikan               5‟
                        SK, KD, Indikator, dan
                        Tujuan pembelajaran


                        Guru memberikan                     5‟
                        apersepsi


                        Siswa membentuk                     5‟
                        kelompok berdasarkan
                        tempat duduk yang
                        terdekat, satu kelompok
                        terdiri dari 4 siswa dan
                        guru membagikan LKS


     Kegiatan Inti     Siswa membahas LKS                  55‟
                       dengan
                       melakukan :
                        Siswa menemukan                     5‟
                        informasi dari LKS
                        tentang harga beli, harga
                        jual, untung, rugi, nilai
                        keseluruhan, dan nilai per         10‟
                        unit
                        Siswa memahami masalah




                                                                      39
dari LKS tentang nilai      20‟
                              keseluruhan dan nilai per
                              unit
                              Siswa merencanakan
                              penyelesaiaan masalah       15‟
                              tentang nilai keseluruhan
                              dan nilai per unit
                              Siswa menyelesaikan         5‟
                              masalah tentang nilai
                              keseluruhan dan nilai per
                              unit
                              Siswa membuat
                              kesimpulan dan
                              memeriksa kembali
                              langkah-langkah diatas
                              Guru membimbing siswa
                              dalam melaksanakan
                              kegiatan di atas


        Penutup               Guru memberikan tugas       10‟


Sumber dan Media Pembelajaran
Lembaran LKS Buatan Guru
Penilaian Hasil Belajar
     Teknik Penilaian         :
             Penilaian kognitif
               Tes tertulis
             LKS
             Tugas
             Penilaian Afektif
             Proses diskusi


                                                                40
Aktifitas Kelompok
        Bentuk Instrumen                       :            - Penilaian proses
                                                            - Tugas rumah
        Instrumen                              :
        Penilaian proses


Mengetahui,                                                               ........., ......, ............... 2012

Kepala SMP/MTs …………….                                                     Guru Mapel Matematika.




( ..................................................... )                 ( ...................................... )

NIP/NIK …………..……………….                                                     NIP/NIK…….…………….




                                                                                                                       41
Lampiran III RPP Pendekatan Kontekstual

                 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

                                       (RPP)


Nama Sekolah         : SMP Negeri 10 Palembang

Mata Pelajaran       : Matematika

Kelas/Semester       : VII / 2

Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta

                         menentukan ukurannya.

Kompetensi Dasar     :6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi

                          dan sudutnya.

Indikator            : Menjelskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar

                       sudutnya.

Alokasi Waktu        : 2 x 40 menit


A.   Tujuan Pembelajaran
     Siswa dapat nememukan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya.


B.   Materi Pembelajaran
                                      Jenis-jenis segitiga berdasarkan sudutnya.
                                      Perhatikan gambar disamping, atap pada
                                      rumah membentuk suatu segitiga.
                                      Segitiga mempunyai beberapa jenis yang
                                      dilihat dari unsur-unsurnya, antara lain jenis
                                      segitiga berdasarkan besar sudutnya. Jenis-



                                                                                       42
jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya.
     (i) Segitiga lancip
         Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga
         sudutnya merupakan sudut lancip, sehigga
         sudut-sudut yang terdapat pada segitiga
         tersebut besarnya adalah    dan      . Pada
         Gambar (i) di samping, ketiga sudut pada
         ABC adalah sudut lancip.
     (ii) Segitiga tumpul
         Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah
         satu sudutnya merupakan sudut tumpul.
         Pada gambar (ii) di samping.    ABC adalah
         sudut tumpul.
     (iii) Segitiga siku-siku
         Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu
         sudutnya merupakan sudut siku-siku (besarnya
             ).
         Pada Gambar (iii) di bawah.    ABC siku-
         siku di titik C.


C.   Metode Pembelajaran
         Metode       : Tanya Jawab, diskusi kelompok, dan pemberian tugas
         Pendekatan : Kontekstual


D.   Langkah-langkah Pebelajaran
     1. Pendahuluan (5 menit)
        a. Dengan Tanya jawab diingatkan kembali tentang jenis-jenis sudut
            yaitu sudut lancip, sudut tumpul, dan sudut siku-siku.
        b. Guru bertanya kepada siswa mengenai materi jenis sudut yang
            berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.




                                                                             43
c. Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran,
       yaitu siswa dapat menemukan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar
       sudutnya.
2. Kegiatan Inti (55 menit)
   a. Learning Community
           Siswa bergabung kembali dengan kelompoknya masing-masing
           sehingga tercipta suasana masyarakat belajar yang dapat
           membuat siswa aktif dan diskusi bberjalan efektif.
   b. Contructivism, Inquiry and Questioning
           Siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya dan
           guru    memotivasi      siswa     agar   dapat     mengkontruksi
           pengetahuannya dan melakukan Tanya jawab sehingga dapat
           menemukan konsep yang diharapkan dari masalah pada LKS.
           Masalah       : dari Gambar padaLKS, siswa memahami gambar
           dengan menemukan bentuk segitiga pada gambar.
   c. Modeling
           Pemodelan dilakukan oleh salah satu kelompok npada saat
           melengkapi LKS 3 dengan menjelaskan cara menggambar
           segitga dan menyebutkan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar
           sudutnya.
           Salah     satu     kelompok     mempersentasikan     hasil   kerja
           kelompoknya dan kelompok lain memberikan komentar atau
           pernyataan.


3. Penutup (20 menit)
   a. Refleksi
           Siswa menyelesaikan LKS 3 dengan cara mendiskusikannya
           bersama teman sekelompoknya
           Sebagai fasilisator, guru tetap mamantau suasana kelas.
           Salah seorang kelompok diminta menuliskan penyelesaikan
           LKS di depan kelas yang kebenaran jawabannya telah diperiksa


                                                                           44
oleh guru, sehingga kelompok lain dapat memeriksa jawaban
                    mereka masing-masing. Dengan begitu, siswa dapat merefleksi
                    kemampuan mereka.
                    Guru   membimbing            siswa   dalam   membuat   rangkuman
                    berdasarkan hasil yang telah dilakukan.
                    Guru menggali informasi mengenai pendapat siswa selama
                    proses pembelajaran dan mengulang materi yang sukar
                    dipahami siswa.
                    Siswa diberikan PR sebagai tugas individu. Serta guru
                    menjelaskan materi yang akan dipeajari pada pertemuan
                    berikutnya.
E.   Evaluasi
     a. Authentic Assesment
        Penilaian dalam pembelajaran kontekstual menggunakan Authentic
        Assesment yang meliputi :
              Evaluasi proses belajar :
                -   Diskusi dan presentasi
                -   Observasi terhadap aktivitas kelompok dan individu pada saat
                    menyelesaikan LKS
                -   Evaluasi hasil belajar : LKS dan Tes



F.   Sumber Belajar
     a. Buku pelajaran matematika BSE : Wintarti, dkk. 2008. Contextual
        Teaching and Learning Matematika SMP Kelas VII. Jakarta : Pusat
        Perbukuan Depdiknas.
     b. LKS


G.   Penilaian
     1. Teknik                    : Tes tertulis dan tes lisan
     2. Bentuk Instrumen          : Tes uraian



                                                                                  45
Lampiran IV RPP Pendekatan PMRI

                RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

                                        (RPP)

                       Nama Sekolah             : SMP N 6 Palembang

                       Mata Pelajaran                 : Matematika

                       Kelas/Semester                 : VII / I

                       Alokasi Waktu                  : 2 x 40 menit




Standar Kompetensi

        3. menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
            variabel, dan perbandingan dalam penyelesaian masalah.

Kompetensi Dasar

        3.3 Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmatika
social yang sederhana.

Indikator

        1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan harga penjualan, harga
            pembelian, untung dan rugi.
        2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan diskon dan pajak
            dalam ekonomi
        3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bruto,netto, dan tarra.


   I.       Tujuan Pembelajaran
            1. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan harga
                penjualan, harga pembelian,untung, dan rugi.




                                                                                 46
2. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan diskon
         dan pajak dalam ekonomi.
      3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bruto,
         netto, dan tara.
II.   Materi Pembelajaran
      1. Harga jual, harga beli, untung, dan rugi
         Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa jual-beli
         suatu barang. Pada kegiatan jual beli tersebut terdapat harga
         pembelian, harga penjualan, untung atau rugi. Perhatikan masalah
         dibawah ini.
         Seorang pedagang buah-buahanmembeli buah rambutan dengan
         harga Rp 2.750,00 per kg. selanjutnya pedagang itu menjual
         dengan harga Rp 3.000,00 per kg.
         Pada kegiatan jual-beli tersebut Harga pembelian adalah Rp
         2.750,00 per kg dan harga penjualan adalah Rp 3.000,00.


         Jadi, nilai uang dari suatu barang yang dibeli disebut harga
         pembelian, sedangkan niali uang dari suatu barang yang dijual
         disebut harga penjualan.


         Jika seorang pedagang menjual barang dagangannya lebih dari
         harga pembelian maka penjual tersebut dikatakan Untung dan jika
         seorang pedagang menjual barang dagangannya kurang dari harga
         pembelian maka penjual tersebut dikatakan Rugi


         Untung                 = Harga Penjualan – Harga Pembelian
         Rugi                   = Harga Pembelian – Harga Penjualan


      2. Diskon dan Pajak dalam ekonomi
         a. Sebuah took kadang-kadang memberikan rabat atau diskon
             untuk lebih menarik para pembelinya. Rabat atau diskon juga



                                                                          47
disebut korting atau potongan harga. Jadi rabat atau diskon
       adalah penurunan harga yang diberikan oleh penjual kepada
       pembeli.
       Pada akhir tahun lalu Ida pergi ke toko pakaian untuk membeli
       1 (satu) stel pakaian dengan harga Rp 135.000,00. Berapa
       rupiah Ida harus membayar jika toko pakaian itu memberikan
       diskon sebesar 25% kepada Ida?
       Diskon yang diberikan kepada Ida adalah 25%, dan jika
       dibentuk dalam rupiah berarti diskon yang diterima Ida adalah
                      = Rp 33.750,00

       Jadi diskon adalah Diskon x harga = Diskon dalam rupiah
   b. Jika kita membeli suatu barang, biasanya dikenakan pajak.
       Pajak tersebut ada yang sudah termasuk dalam label harga, ada
       juga yang belum. Pajak tersebut disebut Pajak Pertambahan
       NIlai atau disingkat PPN yang besarnya ditetapkan pemerintah
       sebesar 10%.
       Pada supermarket “BETA” hampr semua label harga barang
       yang dijual belum termasuk PPN sebesar 10%. Jika Pak Mega
       membeli sebuah TV dengan label harga sebesar Rp 1.500.00,00
       berapa pajak yang harus dibayar Pak Mega?
       Pajak yang harus dibayar Pak Mega


       Jadi, pajak adalah Pajak x Harga = Pajak dalam rupiah
3. Bruto, Netto, dan Tarra
   Netto adalah berat barang itu tanpa berat karung/bungkusnya.
   Bruto adalah berat tota, yaitu barang itu beserta berat
   karung/bungkusnya. Tarra adalah berat bungkusnya saja.
                                Bruto = Netto + Tarra
                                Netto = Bruto – Tarra
                                Tarra = Bruto – Netto



                                                                  48
III.   Strategi Pembelajaran
       Pendekatan Pembelajaran             : Pendidikan Matematika Realistik
       Indonesia (PMRI)
       Metode Pembelajaran          : Diskusi dan Presentasi
IV.    Langkah-langkah Pembelajaran
       No Kegiatan Guru                  Kegiatan Siswa            Prinsip         /
                                                                   Karakteristik
                                                                   PMRI
            A. Pendahuluan                                            14 Menit
       1.    Guru memberikan suatu Siswa
             konteks       permasalhan memperhatikan dan
             yang bertujuan untuk mendengarkan
             menginformasikan            penjelasan         dari
             tujuan pembelajaran         guru
       2.    Guru           memotivasi Siswa memberikan Intertwinment
             sisawa              dengan contoh dari materi
             mengemukakan bahwa yang                       akan
             materi       yang     akan dipelajari         yang
             dipelajari      bermanfaat berhubungan
             dalam           kehidupan dengan kehidupan
             sehari-hari                 sehari-hari
       3.    Guru          mengaktifkan Siswa        menjawab
             pengetahuan      prasyarat pertanyaan         yang
             siswa               dengan diberikan oleh guru
             mengajukan                  dan           bertanya
             pertanyaan-pertanyaan       kembali         apabila
             mengenai            materi masih      ada     yang
             sebelumnya                  belum jelas tentang
                                         pertanyaan        yang
                                         diajukan oleh guru




                                                                                   49
B. Kegiatan INti                                          57 menit
4.    Guru                             Siswa        menuju Interaktivitas
      mengelompokkansiswa              anggota
      ke     dalam       beberapa kelompoknya
      kelompok.               Setiap masing-masing
      kelompok terdiri dari 4-
      5       orang         dengan
      komposisi kemampuan
      siswa pintar, sedang,
      dan kurang.
5.    Guru           memberikan Siswa              membaca
      sebuah masalah dengan dan                   memahami
      pendekatan PMRI untuk masalah                     yang
      membangkitkan                    diberikan
      pemahaman               siswa
      terhadap                materi                           Masalah
      tersebut:                                                kontekstual
      Untuk            memenuhi
      keutuhan        warungnya
      Pak     Amir       membeli
      beras di agen Bulog
      dengan      harga          Rp
      7.510,-         per        kg.
      kemudian        Pak      Amir
      menjual         beras      itu                           Menggunakan
      kembali secara eceran Siswa                              model
      di warungnya dengan merepresentasikan
      harga Tp 8.000,-                 pemikiran    mereka
      Petunjuk                         terhadap      situasi Guided
            1. Buatlah                 yang diberikan          Reinvention/




                                                                              50
gambaran      dari    Progressive
   siutasi      diatas   Mathematization
   berdasarkan
   pemikiran
   masing-masing!
2. Perhatikan harga
   penjualan      dan    Didactical
   harga                 Phenomenologi,
   pembelian,            Kontribusi
   apakah                Siswa
   pedagang
   tersebut untung
   atau         rugi?
   Berapakh              Konstribusi
   keuntungan atau       Siswa
   kerugian
   pedagang
   tersebut?
3. Jika beras dijual
   dengan harga Rp
   7.000,-     apakah    Self-developed
   pedagang              Models/
   tersebut untung       Pengembangan
   atau         rugi?    model mandiri
   Mengapa
   demikian?
   berikan alas an!
4. Tuliskan deagan
   bahsa       kalian
   sendiri
   bagaimana



                                          51
seseorang
              dikatakan
              untung         dan
              bagaimana
              seseorang
              dikatakan rugi?
        5. Berdasarkan
              data          yang
              diperoleh
              buatlah     rumus
              untuk       untung
              dan rugi
6.   Guru            mengontrol Siswa        berdiskusi, Interaktivitas
     kegiatan dan pekerjaan bernegosiasi,           dan
     siswa.                Guru beragumen        dalam
     memberikan         petunjuk kelompok         untuk
     terhadap    masalahyang menyelesaikan
     diberikan kepada siswa masalah tersebut.
     jika diperlukan.
7.   Guru meminta siswa Salah satu siswa Interaktivitas
     menampilkan jawaban dari                kelompok
     yang     telah       mereka menuliskan
     kerjakan di depan kelas       jawaban          dan
                                   mempresentasikan
                                   jawaban     mereka,
                                   sedangkan kelopok
                                   lain   menanggapi,
                                   menyanggah       dan
                                   memberikan
                                   pendapat/komentar




                                                                          52
yang           relevan
                                     dengan pemecahan
                                     masalah
8.    Guru           memberikan Siswa                            Interaktivitas
      arahan dan menjelaskan memperhatikan
      cara            pemecahan penjelasan               guru.
      masalah       yang     paling Dan bertanya jika
      tepat terhadap masalah ada masalah yang
      tersebut.                      belum diketahui.
     C. Penutup                                                  9 menit
9.    Guru membantu siswa Siswa                   membuat
      merangkum             mataeri rangkuman materi
      yang telah dipelajari          yang                telah
                                     dipelajari
10. Guru memberikan PR Siswa                    diberi     PR
      kepada       siswa       yang yang terdapat pada
      harus dikerjakan secara bahan                      ajar,
      individu                       dikerjakan      secara
                                     individu             dan
                                     dikumpulkan pada
                                     pertemuan
                                     berikutnya
11. Guru                             Siswa
      menginformasikan               mendengarkan
      tentang      materi      yang informasi            guru,
      akan        dipelajari     di tentang materi yang
      pertemuan berikutnya.          akan dipelajari di
                                     pertemuan
                                     berikutnya




                                                                                  53

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Proposal PTK richy maryadi 5215083397
Proposal PTK richy maryadi 5215083397Proposal PTK richy maryadi 5215083397
Proposal PTK richy maryadi 5215083397
richimaryadi
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Operator Warnet Vast Raha
 

Mais procurados (20)

2. model pembelajaran lengkap
2. model pembelajaran lengkap2. model pembelajaran lengkap
2. model pembelajaran lengkap
 
Pengantar pjbl
Pengantar pjblPengantar pjbl
Pengantar pjbl
 
Proposal PTK richy maryadi 5215083397
Proposal PTK richy maryadi 5215083397Proposal PTK richy maryadi 5215083397
Proposal PTK richy maryadi 5215083397
 
Buku pbl
Buku pblBuku pbl
Buku pbl
 
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
 
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENELITIAN TINDAKAN KELASPENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
 
Penelitian tindakan kelas model murder eka sastrawati
Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawatiPenelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati
Penelitian tindakan kelas model murder eka sastrawati
 
Makalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nhtMakalah model pembelajaran nht
Makalah model pembelajaran nht
 
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDContoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
 
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Ptk ips kelas ii
Ptk ips kelas iiPtk ips kelas ii
Ptk ips kelas ii
 
Judul usulan penelitian
Judul usulan penelitianJudul usulan penelitian
Judul usulan penelitian
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
 
Rpp smk agustus 2019
Rpp  smk agustus  2019Rpp  smk agustus  2019
Rpp smk agustus 2019
 
Problem solving dan problem posing
Problem solving dan problem posingProblem solving dan problem posing
Problem solving dan problem posing
 
Ptk ips
Ptk ipsPtk ips
Ptk ips
 
RPP SMK Komunikasi Bisnis Kelas XI
RPP SMK Komunikasi Bisnis Kelas XIRPP SMK Komunikasi Bisnis Kelas XI
RPP SMK Komunikasi Bisnis Kelas XI
 

Semelhante a Makalah dppm

Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Antonius Lela Nihamaking
 
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakterPenerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Vivi Vey
 
Laporan final tugas akhir smt
Laporan final tugas akhir smtLaporan final tugas akhir smt
Laporan final tugas akhir smt
anihdx
 
PROBLEM SOLVING
PROBLEM SOLVINGPROBLEM SOLVING
PROBLEM SOLVING
REVINA SRI UTAMI,S.Pd
 

Semelhante a Makalah dppm (20)

Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPMakalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
 
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
 
makalah Ctl dan paikem
makalah Ctl dan paikem makalah Ctl dan paikem
makalah Ctl dan paikem
 
model pembelajaran TAI
model pembelajaran TAImodel pembelajaran TAI
model pembelajaran TAI
 
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Model Pembelajaran “ANTUSIAS”
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Model Pembelajaran “ANTUSIAS”Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Model Pembelajaran “ANTUSIAS”
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Model Pembelajaran “ANTUSIAS”
 
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakterPenerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
 
MAKALAH KEL.3 S.P. B.INDO.pdf
MAKALAH KEL.3 S.P. B.INDO.pdfMAKALAH KEL.3 S.P. B.INDO.pdf
MAKALAH KEL.3 S.P. B.INDO.pdf
 
Laporan final tugas akhir smt
Laporan final tugas akhir smtLaporan final tugas akhir smt
Laporan final tugas akhir smt
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppm
 
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)
 
SPPKB
SPPKBSPPKB
SPPKB
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsep
 
Prosedur pengembangan modul pdf
Prosedur pengembangan modul pdfProsedur pengembangan modul pdf
Prosedur pengembangan modul pdf
 
PROBLEM SOLVING
PROBLEM SOLVINGPROBLEM SOLVING
PROBLEM SOLVING
 
Best Practice_Andrian.pdf
Best Practice_Andrian.pdfBest Practice_Andrian.pdf
Best Practice_Andrian.pdf
 
Modul kelompok 1
Modul kelompok 1Modul kelompok 1
Modul kelompok 1
 
Laporan best practice andi patria 201903013
Laporan best practice andi patria 201903013Laporan best practice andi patria 201903013
Laporan best practice andi patria 201903013
 
Model inquiry
Model inquiryModel inquiry
Model inquiry
 
Problem based learning
Problem based learningProblem based learning
Problem based learning
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
 

Makalah dppm

  • 1. KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika yang telah memberikan tugas untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat menambah wawasan penyusun dan menambah ruang baca baru bagi seluruh pembaca. Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik maupun sarannya. Sehingga di kemudian hari dapat menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat digunakan dengan baik dan bermanfaat bagi kita semua. Amin. Mengetahui Dosen pembimbing Palembang, November 2012 Prof. Dr. Zulkardi, Penyusun 1
  • 2. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................1 DAFTAR ISI...........................................................................................................2 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang.......................................................................................3 2. Tujuan....................................................................................................4 3. Manfaat.................................................................................................4 4. Rumusan Masalah..................................................................................4 B. ISI DAN PEMBAHASAN 1. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran............................................5 2.1.Pendekatan Konstruktivisme.....................................................5 2.2.Pendekatan Problem Solving.....................................................9 2.3.Pendekatan Kontekstual...........................................................13 2.4.Pendekatan PMRI....................................................................19 C. PENUTUP 1. Kesimpulan........................................................................................ 28 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................29 LAMPIRAN..............................................................................................31 2
  • 3. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembelajaran matematika sekolah saat ini masih merupakan salah satu topik yang menjadi fokus perhatian para ahli pendidikan matematika. Hal ini dikarenakan masih banyak persoalan-persoalan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Banyaknya permasalahan itu antara lain adalah metode pembelajaran yang digunakan dipandang belum sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Selain itu guru-guru belum banyak tahu tentang model-model pembelajaran yang mengoptimalkan aktivitas siswa, sehingga mereka hanya menggunakan pembelajaran secara konvensional. Pada hal, banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan atau ditemukan para ahli dan peneliti yang dapat melibatkan aktivitas siswa secara fisik maupun mental, seperti model pembelajaran problem solving, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kontekstual, dan lain-lain, walaupun belum ditemukan model pembelajaran matematika yang secara khusus memperhatikan kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional disamping peningkatan hasil belajar matematika siswa. Sehingga, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa dalam matematika antara lain disebabkan cara mengajar yang dilakukan guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, lebih menekankan pada latihan mengerjakan soal-soal rutin atau drill dan kurang melibatkan aktivitas mental siswa. Beragam metode dan penemuan-penemuan yang melahirkan berbagai pendekatan pembelajaran dikembangkan guna mendukung proses pembelajaran matematika tersebut.Hal ini sesuai dengan tujuan umum diberikan matematika di jenjang persekolahan yaitu mempersiapkan siswa 3
  • 4. agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berubah dan berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, cermat, jujur, efektif dan dapat menggunakan pola pikir matematis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan (Depdiknas, 2004). 2. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah 1. Memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar dan proses pembelajaran matematika 2. Mengetahui cara-cara pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme, problem solving, kontekstual, dan pmri 3. Manambah pehaman tentang peran guru sebagai pendidik 3. Manfaat Adapaun manfaat dari penulisan makalah ini adalah 1. Dapat terpenuhinya tugas mata kuliah dasar-dasar dan proses pembelajaran matematika 2. Dapat bertambahnya pengetahuan mahasiswa khususnya mahasiswa pendidikan matematika tentang cara-cara pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme, problem solving, kontekstual, dan PMRI 3. Dapat meningkatkan kualitas dan peran guru dalam pembelajaran 4. Rumusan Masalah 1. Apa pendekatan pembelajaran itu? 2. Apa saja pendekatan pembelajaran itu ? 3. Bagaimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tersebut? 4
  • 5. B. ISI DAN PEMBAHASAN 1. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran 1.1. Pendekatan Konstruktivisme 1.1.1 Teori Konstruksivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri” (Von Glasersfeld dalam Solha, 2011). Dalam proses konstruksi itu, menurut Von Glasserfeld (dalam Solha, 2011) diperlukan beberapa kemampuan berikut : a. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. b. Kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan. c. Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu tidak dapat ditransmisi langsung oleh guru ke dalam pikiran siswa.Menurut Driver dan Bell,(dalam Solha,2011) untuk menkontruksi makna baru,siswa harus mempunyai pengalaman mengadakan kegiatan mengamati,menebak,berbuat dan mencoba bahkan mampu menjawab pertanyaan “mengapa”. Pemahaman dapat dibangun oleh siswa sendiri secara aktif dan kreatif, hal ini sesuai dengan pendapat para ahli konstruktivisme, Whatley, Gunstone &Gray (dalam Nizarwati, 2009) mengatakan bahwa pengetahuan tidak diterima siswa secara pasif, melainkan dikonstruksi secara aktif oleh siswa, gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikiran guru tidak dapat dipindahkan langsung kepada siswa melainkan siswa sendirilah yang harus 5
  • 6. aktif membentuk pemikiran atau gagasan tersebut dalam otaknya. Matthews (Nizarwati, 2009) membedakan dua tradisi besar dari konstruktivisme, yaitu pertama konstruktivisme psikologis, bertitik tolak dari perkembangan psikologis anak dalam membangun pengetahuannya. Kedua, konstruktivisme sosiologis lebih mendasarkan pada masyarakatlah yang membangun pengetahuan. Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu Konstruktivisme personal, di kenal dengan sebutan konstruktivisme Piaget, dan konstruktivisme yang lebih sosial di kenal dengan sebutan konstruktivisme Vygotsky, sedangkan konstruktivisme sosiologis berdiri sendiri. 2.1.1 Pengertian Pendekatan Konstruksivisme Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil yang benar sesuai dengan perkembangan yang dilalui siswa. Dan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan pemahaman siswa, pendekatan kontruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna (Muslich, 2007). Novak dan Gowin, 1985 (dalam Sa‟dijah, 2006) menjelaskan bahwa salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi belajar anak adalah apa yang telah diketahui dan dialaminya. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme bahwa guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya secara aktif dengan memperhatikan pengetahuan awal siswa. 2.1.3. Prinsip-prinsip pembelajaran konstruksivisme Suparno (dalam Nizarwati,2011) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang sering diambildari konstruktivisme antara lain: 6
  • 7. (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa (3) mengajar adalah membantu siswa belajar (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa (6) guru adalah fasilitator. 2.1.4 Karakteristik Pendekatan Konstruktivisme Dari teori – teori tentang konstruktivisme diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pendekatan pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut : a) Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sehingga pengetahuan akan dikonstruksi siswa secara bermakna.Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. b) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan, sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial. Dengan demikian diharapkan matematika menjadi menarik baginya dan mereka termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan tugas – tugas matematika yang berhubungan dalam kehidupan sehari – hari. c) Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka, menyediakan masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau yang tidak hanya mempunyai satu jawaban yang benar. d) Mendorong terjadinya interaksi dan kerjasama dengan orang lain atau lingkungannya, mendorong terjadinya diskusi terhadap pengetahuan baru. e) Mendorong penggunaan berbagai representasi atau media. 7
  • 8. f) Mendorong peningkatan kesadaran siswa dalam proses pembentukan pengetahuan melalui refleksi diri. Dalam hal ini penting bagi siswa perlu didorong kemampuannya untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana memecahkan suatu masalah atau menganalisis bagaimana proses mereka mengkonstruksi pengetahuan, demikian juga mengkomunikasikan baik lisan maupun tulisan tentang apa yang sudah dan yang belum diketahuinya. 2.1.5 Perangkat pembelajaran konstruktivisme Dengan demikian perangkat pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme.Menurut Nurhadi (2003), Driver & Oldam (dalam Nizarwati, 2009) sebagai berikut : 1) Tahap I. Pengaktifan pengetahuan prasyarat. Pada tahap ini siswa diingatkan kembali pengetahuan prasyaratnya untuk mempermudah pemahaman materi berikutnya dengan cara guru memberikan beberapa pertanyaan yang menggali pengetahuan prasyaratnya. 2) Tahap II. Pemerolehan pengetahuan baru. Pada tahap ini siswa diberikan permasalahan yang akan didiskusikan secara kelompok untuk mencoba mencari jawaban dan memberikan kesempatan mereka menemukan gagasan – gagasan. Kemudian hasilnya didiskusikan. 3) Tahap III. Pengumpulan ide Pada tahap ini siswa melakukan diskusi kelas untuk mengumpulkan ide – ide mereka dengan kelompok lain siswa diminta untuk mengkonstruksi gagasan dari setiap kelompok untuk disepakati dan benar, guru bertindak sebagai fasilitator dalam mengkonstruksi gagasan baru tersebut. 8
  • 9. 4) Tahap IV. Pemantapan Ide Pada tahap ini maka siswa diminta untuk menyelesaikan masalah matematika yang diberikan ( kuis / tes / soal latihan) yang sudah disiapkan guru untuk memantapkan pengetahuan siswa yang sudah dibangun 5) Tahap V. Refleksi Pada tahap ini siswa diarahkan membuat rangkuman materi yang sudah dipelajari dan guru mengecek kebenaran konsep tersebut dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kemudian guru memberi tugas PR secara individu yang akan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya dan hasilnya dinilai untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep tersebut. 1.2. Pendekatan Problem Solving 1.2.1. Teori Problem Solving Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, ditetapkan salah satu tujuan mata pelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2003). Dalam Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3. NO. 2 Desember 2009. 9
  • 10. 1.2.2 Pembelajaran Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan- aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu,merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan suatu masalah,melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam pikir ( Gegne dalam Indah 2011 : 12 ) Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural urutan tindakan,tahap demi tahap secara sistematis,sebagai pemula(novice) memecahkan suatu masalah (Wena 2011 : 52 ) Menurut Wardhani (dalam Indah 2011 : 13) “pemecahan masalah adalah proses penerapan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dalam situasi baru yang belum diketahui. Wankat dan Oreovocz ( dalam Made 2011 : 53) mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi pemecahan masalah,yaitu sebagai berikut : a. Rutin : tindakan rutin atau bersifat algoritmik yang dilakukan tanpa membuat suatu keputusan. Beberapa operasi Matematika seperti permasalahan kuadrat,operasi integral,analisis varians,termasuk masalah rutin. 10
  • 11. b. Diagnostik : Pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin. Beberapa rumus yang digunakan dalam menentukan tegangan suatu balok, dan diagnosis adalah memilih prosedur yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. c. Strategi : Pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan suatu masalah.Strategi merupakan bagian dari tahap analisis dan evaluasi dalam taksonomi Bloom. d. Interpretasi : Kegiatan pemecahan msalah yang sesungguhnya,karena melibatkan kegiatan mereduksi masalah yang nyata,sehingga dapat dipecahkan. e. Generalisasi : Pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk memecahkan masalah baru. Tanpa dipungkiri salam suatu sistem pembelajaran peran guru sangat dibutuhkan sebagai fasilitator siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah mereka miliki agar ada manfaatnya di kemudian hari. Secara operasional dan ringkas kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut : No. Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pembelajaran 1 Saya mampu/bisa Membangkitkan motivasi dan Menumbuhkan motivasi membangun keyakinan diri sendiri belajar dan keyakinan diri dalam menyelesaikan permasalahan 11
  • 12. 2 Mendefinisikan Membimbing membuat daftar hal yang Menganalisis dan tidak diketahui dalam suatu membuat daftar hal yang permasalahan diketahui dan tidak diketahui dalam suatu permasalahan 3 Mengeksplorasi Merangsang siswa untuk mengajukan Mengajukan pertanyaan- pertanyaan-pertanyaan dan pertanyaan pada membimbing unruk menganalisis guru,untuk melakukan dimensi-dimensi permasalahan yan pengkajian lebih dalam dihadapi terhadap permasalahan- permasalahan yang dibahas 4 Merencanakan Membimbing mengembangkan cara Berlatih mengembangkan berfikir logis siswa untuk menganalisis cara berpikir logis untuk masalah menganalisis masalah yang dihadapi 5 Mengerjakan Membimbing siswa secara matematis Mencari berbagai untuk memperkirakan jawaban yang alternatif pemecahan mungkin untuk memecahkan masalah masalah yang dihadapi 6 Mengoreksi Membimbing siswa untuk mengecek Mengecek kebenaran kembali kembali jawaban yang dibuat jawaban yang ada 7 Generalisasi Membimbing siswa untuk mengajukan Memilih/menentukan pertanyaan : jawaban yang paling tepat - Apa yang telah saya pelajari dari beberapa alternatif dalam bahasan ini? solusi yang diperoleh - Bagaimana agar pemecahan yang dilakukan bisa lebih efisien? - Jika pemecahan yang dilakukan masih kurang benar,apa yang harus saya lakukan? - Dalam hal ini dorong siswa untuk melakukan umpan balik/refleksi dalam mengoreksi kembali kesalahan yang mungkin ada Sumber : Wankat dan Oreovocz (dalam Wena 2011 : 58-59) 1.2.2. Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika Tim MKPBM UPI (2001 : 83) Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum Matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiaanya,siswa dimungkinkan memperoleh 12
  • 13. pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat rutin. 1.3. Pendekatan Kontekstual 1.3.1 Teori Kontekstual MenurutSanjaya (2008:255) “kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”. Sehubungan dengan pendapat itu, Sanjaya juga menjelaskan lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yaitu : a) Dalam kontekstual, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. b) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu dipelajari dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. c) Pemahaman pengetahuan, artinya yang diperoleh bukan untuk dihapal tetapi untuk dipahami dan diyakini. d) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalamanyang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. e) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. 13
  • 14. Kontekstual mempunyai 7 komponen yang diterapkan dalam pembelajaran, yaitu konstruktivisme, penemuan (Inquiry), bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Ketujuh komponen pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diatas diuraikan secara rinci sebagai berikut: 1) Konstuktivisme (Contructivism) Konstuktivisme adalah proses membangaun atau menyusun pengetahuan baru dalam dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Berdasarkan pengertian tersebut, kontekstua pada dasarnya mendorong siswa agar bisa mengkonstuksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Melalui pembelajaran yang kontekstual siswa didorong untuk mampumengkonstuksi pengethuan sendiri melalui pengalaman nyata. Menurut Tati (2009:10), terdapat cara dalam memfasilitasi proses Konstuktivisme yang dilakukan guru, yaitu: (a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalamanyang telah dimiliki sebelumnya. (b) Member kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri. (c) Mendorong siswa agar mampu menerapkan strategi dan suasana belajar bagi diri mereka sendiri. 2) Menemukan (Inquiry) Beajar “menemukan” merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa menemukan untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman yang nyata. Proes pembelajaran dilaksanakan dengan membuat siswa melakukan beberapa aktivitas yang kemudian dapat diterima ke dalam struktur kognitifnya. Menemukan ini bukan berarti siswa benar-benar 14
  • 15. enemukan hal baru, akan tetapi siswa digiring untuk menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajarinya. Jadi, menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.pengetahuan bukan hanya proses mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan. 3) Bertanya (Questioning) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam proses pembelajaran melalui kontekstual, guru tidak dapat menyampaikan materibagitu saja, akan tetapi memancing siswa dapat menemukan sendiri. Menurut Muslich(2007:45), dalam proses pembelajaran kegiatan bertanya berguna untuk: (a) Menggali informasi (b) Mengecek pemahaman siswa (c) Membangkitkan respon siswa (d) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa (e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa (f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikendaki guru (g) Membangkitkan lebih banyak lagi pengetahuan siswa (h) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa Karena itu peran bertanya sangat penting dalam pembelajaran kontekstual untuk mendorong kemampuan berfikir siswa. 4) Masyarakat Belajar (Leraning Community) Masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya bersifat hoterogen. Artinya dalam pembentukkan kelompok, siswa dibagi secara merata antara siswa yang memiliki 15
  • 16. keampuan tinggi dengan kemampuan biasa. Sehingga mereka akan saling belajar, yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, saling memberikan informasi yang diperlukan dalam pembelajaran. 5) Pemodelan (Modeling) Yang dimaksud dengan pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran kontekstual diperlukan adanya model untuk mewujudkan konteks real yang dikena siswa. Model tersebutdapat berupa benda konkorit, ilustrasi atau cara mengoperasikan sesuatu seperti cara menyelesaikan soal, sehingga pembelajaran kontekstual dapat berjalan degan baik. 6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipeajari, yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang dilaluinya dalam proses pembelajaran, setiap berakhirnya proses pembelajaran, guru memberikan kepada siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya, sehingga ia dapat menyimpulakan tentang pengalaman belajarnya. Dalam refleksi, siswa akan merasa memperoleh sesuatau yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. 7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment) Dalam pembelajaran dengan kontekstual, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual 16
  • 17. saja, akan tettapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasialan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Tes hanyalah salah satu alat penilaian. Menurut Tuti (2009:14), terdapat 6 karakteristik Authentic Assesment, yaitu: (1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajarn berlangsung (2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif (3) Yang diukur kemampuan dan performen, bukan hanyamengingat fakta (4) Berkesinambungan, (5) Terintegrasi (6) Dapat digunakan sebagai umpan balik Menurut Widdiharto (2004:23), terdapat kelebihan pembelajaran kontekstual atara lain: 1. Siswa lebih tertarik dalam beljar karena materi yang disajikan terkait dekat dengan kehidupan sehari-hari. 2. Materi yang disajikan lebih lama membekas dipikiran siswa karena dilibatkan aktif dalam pembelajaran. 3. Siswa berfikir alternative dalam membuat pemodelan. 1.3.2 Implementasi Pembelajaran Kontekstual Pada Pelajaran Matematika Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Adapun kegiatan 17
  • 18. pembelajaran menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: a. Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pemebelajaran yang ditunjuk untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. b. Inti Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Dengan pemberian soal yang kontekssesuai kehidupan nyata, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkebangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti, dalam pembelajaran kontekstual meliputi : Learning Community Contructivism, Inquiryand Questioning Modeling c. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat diakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.MenurutHadi (dalam Widdiharto, 2004), pembelajarn matematika yang kontekstual meliputi langkah sebagai berikut: a. Pendahuluan - Memulai pelajaran dengan mengajukan soal yang real bagi siswasesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuan nya sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara bermakna. - Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut. 18
  • 19. b. Pengembangan Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif, siswa diberi kesempatan menjelaskan dan member alas an terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikannhya, memahami jawaban teman atau siswa lain, member alternative penyelesaian yang lain. c. Penutup - Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran. Dengan demikian, melalui pembelajaran kontekstual dalam pelajaran matematika membuat siswa lebih tertarik dalam belajar matematika. Sehingga dihrapkan siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 1.4. Pendekatan PMRI 1.4.1 Teori Pendidikan Matematika Realistik Indonesia ( PMRI ) Kata “realistik” merujuk pada pendekatan dalam pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda selama kurang lebih 30 tahun. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudenthal (dalam Misdalina,2009:4) yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Dan aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia nyata. Menurut (Slettenhaar, 2000) realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh 19
  • 20. siswa melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan. Pendekatan ini kemudian dikenal dengan RME. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa pembelajaran matematika dalam pendekatan matematika realistik harus dekat dengan kehidupan sehari-hari anak dan sesuai dengan pengalaman anak. Dan dalam kaitannya matematika sebagai kegiatan manusia maka anak harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika sebagai akibat dari pengalaman anak dalam berinteraksi dengan dunia nyata. Salah satu pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran yang memuat unsur konstruktif, interaktif dan reflektif adalah pembelajaran matematika realistik, yang di negeri asalnya, Belanda, disebut Realistic Mathematics Education (RME) dan telah berkembang sejak tahun 1970- an. Adapun filosofi yang mendasari pembelajaran matematika realistik adalah bahwa matematika dipandang sebagai aktivitas manusia (Freudenthal,1991; Treffers & Goffre, 1985; Gravemeijer, 1994; Moor, E. 1994; de Lange, 1996). Sehingga matematika tersebut harus tidak diberikan kepada siswa dalam bentuk „hasil-jadi‟, melainkan siswa harus mengkonstruk sendiri isi pengetahuan melalui penyelesaian masalah- masalah kontekstual secara interaktif, baik secara informal maupun secara formal, sehingga mereka menemukan sendiri atau dengan bantuan orang dewasa/guru (guided reinvention), apakah jawaban mereka benar atau salah. RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan. Sehingga, Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi (passive receivers of ready-made mathematics). Sejak tahun 2001, Indonesia, mulai mengadaptasi dan menerapkan RME di beberapa sekolah tingkat SD/MI, dan diberi nama Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Hal ini disebabkan konsep RME sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di 20
  • 21. Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan bagaimana mengembangkan daya nalar yang bersifat demokratis. Beberapa hasil penelitian terhadap pendekatan matematika realistik menemukan bahwa penalaran, prestasi dan minat belajar matematika siswa lebih baik bila dibandingkan dengan pembelajaran biasa (Hasratuddin, 2002; Zulkardi, 2002; Armanto, 2004; Saragih, 2007; Arifin, 2008). Dari uraian di atas, kiranya perlu ditemu- lakukan pembelajaran matematika melalui pendekatan matematika realistik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional siswa. a. Pengertian Pendekatan PMRI PMRI adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang akan menggiring siswa memahami konsep matematika dengan mengkontruksi sendiri melalui pengetahuan sebelumnya yang berhubungan dengan kehidupan sehariharinya, menemukan sendiri konsep tersebut sehingga belajarnya menjadi bermakna. Masalah yang timbul adalah buku matematika tentang integral yang ada saat ini, banyak beredar dalam bentuk abstrak. Siswa diberi materi integral dengan rumusrumus dan contoh soal, yang kemudian siswa dilatih secara drill agar terampil menyelesaikan soal tersebut. Oleh karena itu diperlukan masalah kontekstual yang sesuai dengan siswa itu sendiri, sehingga siswa dapat mengkontruksi sendiri. Menurut Gravemeijer dan Doorman (1999: 111), siswa dapat menemukan konsep integral dengan mengkaitkannya pada materi kinematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik. b. Tahapan pembelajaran PMRI Tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran matematika realistik, diawali dengan pemberian tantangan atau masalah kontekstual, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami dan menyeelesaikan secara individu atau kelompok, kemudian mendiskusikan hasil secara klasikal 21
  • 22. sebagai refleksi. Pembelajaran matematika realistik memiliki konsep dan paradigma yang kuat dalam proses pembelajaran yaitu adanya prinsip reinvention. Hal ini, menunjukkan bahwa matematika itu tidak diberikan kepada siswa sebagai sesuatu yang sudah jadi, melainkan siswa harus mengkonstruk atau menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip atau prosedur-prosedur matematika tersebut melalui penyelesaian masalahmasalah kontekstual yang realistik bagi anak. c. Karakteristik Proses Pembelajaran PMRI Proses pembelajaran berlangsung dari situasi nyata, kemudian mengorganisasikan, menyusun masalah, mengidentifikasi aspek-aspek masalah secara matematis dan kemudian melalui interaksi diharapkan siswa menemukan konsep matematis itu sendiri, yang nantinya dapat diaplikasikannya dalam masalah dan situasi yang berbeda. Dengan demikian, proses belajar matematika berlangsung dalam interaksi lingkungan sosial. Pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi kelompok yang beranggotakan tiga sampai lima orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengaktifkan siswa secara interaktif dalam kelompok, memudahkan peneliti/pengajar dalam memberikan bantuan melalui bentuk pertanyaanpertanyaan (scaffolding), dan menumbuhkan pengetahuan siswa. Starting point pembelajaran matematika realistik dalam penelitian ini adalah memberikan masalah kontekstual berupa tantangan kepada siswa. Masalah tersebut dapat berupa latihan, pembentukan atau penemuan konsep, prosedur atau strategi penyelesaian nonrutin maupun aturanaturan dalam matematika (Treffers, 1987). Jika aksi mental siswa yang diharapkan tidak muncul dari siswa, seperti ketidakmampuan siswa mengaitkan konsepkonsep matematika sebelumnya dengan informasi yang terdapat dalam masalah, maka guru dapat memberikan bantuan probing secara tidak langsung, yaitu dengan 22
  • 23. memberikan pertanyaan-pertanyaan berupa scaffolding kepada siswa, sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, atau siswa dengan konteks masalah. Aktivitas berupa pemberian bantuan oleh guru melalui pertanyaan-pertanyaan, akan digunakan dalam proses pembelajaran sampai siswa memiliki kemampuan untuk melakukan refleksi atas aksi mental yang dilakukannya, dan bukan menghakimi maupun menghukum siswa. Fungsi guru dalam pembelajaran matematika realistik adalah sebagai fasilitator, mediator dan harus bersikap memahami siswa bahwa kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah bukan karena kemauannya, tetapi disebabkan kekurangan informasi yang ia miliki. Jadi, guru harus memiliki pandangan bahwa memahami berarti memaafkan segalanya. Proses refleksi dalam pembelajaran akan diberi waktu khusus pada kegiatan diskusi penyelesaian masalah dalam kelompok atau secara klasikal. Hal ini dilakukan, karena pada tahap ini siswa akan berinteraksi secara aktif dengan siswa yang lain, guru, materi dan lingkungan, sehingga diharapkan akan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kegiatan ini dilakukan untuk setiap topik yang diajarkan pada pembelajaran dalam penelitian ini. Jadi, kesempatan siswa untuk berinteraksi secara interaktif, sangat dituntut dalam pembelajaran yang dilakukan. Hal ini bertujuan disamping untuk menemukan penyelesaian masalah dengan cara saling berinteraksi antara anggota kelompok, guru maupun lingkungan belajar yang nantinya diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional siswa. Dengan demikian, pemberian masalah kontekstual atau tantangan sangat menentukan kegiatan untuk melakukan konstruksi masalah, interaksi siswa maupun kegiatan refleksi dalam pembelajaran matematika realistik. Armanto (2004), mengatakan bahwa fungsi masalah kontekstual dalam pembelajaran matematika realistik, diawal pembelajaran berfungsi sebagai membantu pembentukan konsep, sifat atau cara pemecahan (model), ditengah proses pembelajaran berfungsi sebagai memantapkan konsep 23
  • 24. matematis yang sudah dibangun atau ditemukan oleh siswa, di akhir pembelajaran berfungsi membantu siswa mengaplikasikan konsep yang telah diperoleh. Karakteristik inilah salah satu yang membedakan pembelajaran matematika realistik dengan pembelajaran biasa. Pada pembelajaran biasa, masalah (rutin) hanya berfungsi sebagai aplikasi dari suatu teori atau formula yang diberikan. Pembelajaran mengacu pada sistem transfer of knowledge, guru berfungsi hanya sebagai informan tunggal, dan siswa hanya dapat mengembangkan domain kognitifnya pada tahap aplikasi terhadap formula yang diberikan. Proses pembelajaran seperti ini tidak mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan kecerdasan interpersonal siswa (Atwood, 1998). d. Model Pembelajaran PMRI Model pembelajaran berdasarkan pendekatan realistik, model tersebut harus merepresentasikan karakteristik PMRI baik pada tujuan, materi, metode dan evaluasi. i. Tujuan. Tujuan haruslah memuat tiga tahap tujuan dalam PMRI: tahap rendah (procedural), Tahap menengah (pemecahan masalah), and tahap tinggi (matematisasi dan generalisasi). Dua tujuan terakhir, menekankan pada kemampuan berargumentasi, berkomunikasi dan pembentukan sikap kritis. ii. Materi. Desain suatu „open material‟ yang disituasikan dalam realitas, berangkat dan konteks yang berarti; yang membutuhkan; keterkaitan garis pelajaran terhadap unit atau topik lain yang real secara original seperti pecahan dan persentase; dan alat dalam bentuk model atau gambar, diagram dan situasi atau simbol yang dihasilkan pada saat proses pembelajaran; 24
  • 25. iii. Aktivitas. Atur aktivitas siswa sehingga mereka dapat berinteraksi sesamanya, diskusi, negosiasi, dan kolaborasi. Pada situasi ini mereka mempunyai kesempatan untuk bekerja, berfikir adan berkomunikasi tentang matematika. Peranan guru hanya sebatas fasilitator atau pembimbing. iv. Evaluasi. Materi evaluasi harus dibuat dalam bentuk „open question‟ yang memancing siswa untuk menjawab secara bebas dan menggunakan beragam strategi atau beragam jawaban atau freen productions. Evaluasi harus mencakup formatif dan sumatif. Gambar berikut ini adalah bagaimana semua karakterikstik PMRI di representasikan dalam model pembelajaran. Gambar 2. Model Pembelajaran Matematika berdasarkan Pendekatan PMRI (Zulkardi, 2002). e. Prinsip-prinsip PMRI PMRI memiliki tiga prinsip utama (Zulkardi,2002), yaitu; 1) Guided Reinvention (menemukan kembali) and Progressive Mathematization (bermatematika secara progresif) Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasikan melalui prosedur penyelesaian masalah secara informal. Strategi siswa secara informal sering ditafsirkan sebagai prosedur secara formal. Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah yang kontekstual atau 25
  • 26. realistik yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan menemukan kembali sifat, teorema, definisi, atau prosedur. 2) Didactical Phenomenology (fenomena didaktik) Situasi yang berisikan fenomena mendidik yang dijadikan bahan dan area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkatan matematika secara formal. 3) Self-developed Models (pengembangan model mandiri) Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari informal ke formal matematika. Siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah, dengan suatu proses generalisasi dan formalisasi, model tersebut akhirnya menjadi suatu model sesuai penalaran matematika. f. Konsepsi PMRI Ada beberapa konsepsi PMRI tentan guru, siswa, dan pembelajaran yang mempertegas bahwa konsep PMRI dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar (Hadi Sutarto dalam buku Supinah 2008:20). a) Konsepsi PMRI tentang siswa; 1. Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide- ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya. 2. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri. 3. Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan. 4. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman. 26
  • 27. 5. Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya, dan jenis kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematika. a. Konsepsi PMRI tentang guru; 1. Guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. 2. Guru harus mampu membangun pembelajaran yang interaktif. 3. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil. 4. Guru tidak terpancing pada materi yang ada di dalam kurikulum, tetapi aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial. b. Konsepsi PMRI tentang pembelajaran matematika; 1. Memulai pembejaran dengan mengajukan masalah yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran matematika. 2. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. 3. Siswa mengembangkan model-model simbolik secara informal terhadap permasalahan yang diajukan. 4. Pembelajaran berlangsung secara interaktif, dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau hasil pembelajaran, yaitu siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya, setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain. 27
  • 28. C. PENUTUP 1. Kesimpulan Berbagai pendekatan-pendekatan pembelajaran telah banyak ditemukan serta dikembangkan oleh para ahli dan peneliti guna membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran di sekolah umunya,serta pembelajaran matematika khususnya. Diantaranya pendekatan-pendekatan tersebut ada empat pendekatan yaitu pendekatan konstruktivisme,problem solving,pendekatan kontekstual, dan PMRI.Masing-masing pendekatan memiliki prinsip,karakteristik,dan ciri perangkat pembelajaran sendiri. Sehingga, berbagai pendekatan pembelajaran ini dapat dikembangkan guru guna mendukung proses pembelajaran di kelas,terkhusus mata pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan tujuan umum diberikan matematika di jenjang persekolahan yaitu mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berubah dan berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, cermat, jujur, efektif dan dapat menggunakan pola pikir matematis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. 28
  • 29. DAFTAR PUSTAKA Ambarsari,Shinta.2012. “Kemampuan Penalaran Matematika Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia ( PMRI) di Kelas VII SMP N 6 Palembang”.Skripsi.Palembang: Universitas Sriwijaya. Gravemeijer, K. & Doorman, M. 1999. Context Problems in Realistic Mathematics Education: A Calculus Course as an Example. Educational Studies in Mathematics Vol. 39: 111-129. Kluwer Academic Publisher. Depdiknas. 2003. Kurikulum dan Hasil Belajar: Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika SLTP dan MTs. Balitbang Depdiknas.Jakarta. Misdalina.2009. “PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI PALEMBANG”. Palembang.Universitas Sriwijaya. www.eprint.unsri.ac.id. Diakses tanggal 31 Oktober 2012 Muslich.2007.KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:Bumi Aksara Nizarwati.2009. “PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI KONSTRUKTIVISME UNTUK MENGAJARKAN KONSEP PERBANDINGAN TRIGONOMETRI SISWA KELAS X SMA”.Palembang.Universitas Sriwijaya. www.eprint.unsri.ac.id. Diakses tanggal 31 Oktober 2012. Nurbaiti, Nyayu Marisa.2009. “Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pada Pelajaran Matematika di kelas VII SMP Negeri 10 Palembang”.Skripsi.Palembang:Universitas Sriwijaya. Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Taeching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. 29
  • 30. Wena,Made.2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta:Bumi Aksara Pratiwi, Indah Riezky.2012. “Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika di SMAN 15 Palembang”.Skripsi.Palembang:Universitas Sriwijaya. Sa‟dijah, Cholis. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme untuk Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika (MATHEDU) 2(1), 111 – 122. Surabaya : Program Studi Pendidikan Matematika PPs UNESA. Sanjaya.2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Slettenhaar. 2000. Adapting Realistic Mathematics Education in the Indonesian Contex. Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konperensi Nasional Matematika X ITB, 17-20 Juli 2000. Solha.2011. “ Pengembangan modul berbasis pendekatan konstruktivisme pada materi keliling dan luas lingkaran SMP Kelas VIII”.Skripsi.Palembang: Universitas Sriwijaya. TIM MKPBM UPI,2001. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer untuk Mahasiswa,Guru Bidang Studi Matematika.Bandung:UPI. Widdiharto.2004.Model-Model Pembelajaran Matematika SMP.Yogyakarta : Widyaiswara PPPG Matematika Zulkardi., Developing A Learning Environment On Realistic Mathematics Education For Indonesian Student Teachers. The Nederlands.2002. 30
  • 31. Lampiran I RPP Pendekatan Konstruktivisme Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SMP/MTs ..... Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VIII/2 Pertemuan Ke- :1 Standar Kompetensi : 4.Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran Kompetensi Dasar : 4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran Indikator : 4.2.1. Mampu memahami arti luas lingkaran 4.2.2. Mampu menghitung luas lingkaran Alokasi Waktu : 2 × 40 menit A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini dengan baik melalui diskusi kelompok menggunakan pendekatan konstruktivisme, diharapkan siswa dapat : -Memahami luas lingkaran -Menghitung luas lingkaran B. Materi Ajar Luas Lingkaran Pak Budi mempunyai sumur untuk menampung air hujan,agar air di dalamnya tidak kotor,maka Pak Budi akan menutup sumur tersebut dengan tutup yang berbentuk lingkaran terbuat dari seng.Berapakah luas seng tersebut? Untuk menjawab masalah ini lakukan kegiatan berikut Alat dan bahan Kertas,jangka,penggaris,gunting,busur derajat,pensil dan lem kertas. 31
  • 32. 1. Dengan menggunakan busur dan penggaris,lukislah sebuah lingkaran dengan jari-jari 3 cm di kertas origami 2. Bagilah daerah lingkaran tersebut menjadi 16 juring yang kongruen (sama besar). Kamu dapat menggunakan jangka untuk membagi sudut pusat sama besar. 3. Arsirlah daerah setengah lingkaran 4. Guntinglah setiap juring yang telah kamu buat 5. Susun dan rekatkan menggunakan lem juring-juring tersebut di dalam kotak yang telah disediakan di bawah ini,sedemikian hingga berbentuk seperti segi-n,misalnya jajargenjang. 6. Tentukan luas daerah bangun yang telah kamu temukan tersebut. Luas jajargenjang = axt = (¼ keliling lingkaran) x (2 x jari-jari) = (¼ ) x (2r) = ¼x4 = Dari juring lingkaran yang sudah disusun tadi,ternyata bangun datar yang terbentuk adalah jajargenjang dan ternyata luas kedua bangun tersebut sama. Karena kedua bangun tersebut tersusun atas juring-juring lingkaran yang sudah di gunting tadi. Berarti mencari luas lingkaran sama saja dengan mencari luas bangun datar yang sudah ditemukan tadi. Luas Lingkaran L= ) Dengan : L = Luas lingkaran = 3,14 atau 22/7 r = Jari-jari lingkaran C. Metode Pembelajaran - Metode : Tanya jawab dan diskusi -Pendekatan : Pembelajaran berdasarkan Konstruktivisme 32
  • 33. D. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pembelajaran Alokasi Konstruktivisme Waktu Guru menginformasikan Siswa mendengarkan 2 menit Standar Kompetensi, KD, dengan seksama indikator dan tujuan SK,KD,dan indikator Pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang harus mereka capai. Guru memotivasi siswa Siswa memberikan 2 menit dengan mengemukakan contoh lain dalam bahwa materi yang akan kehidupan sehari-hari dipelajari bisa ditemukan yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari dengan materi misalnya roda sepeda,jam lingkaran,seperti dinding,dll -CD -Biskuit Guru mengaktifkan Siswa menjawab Pengaktifan 5 menit pengetahuan prasyarat yang pertanyaan yang pengetahuan harus dimiliki siswa dengan diberikan oleh guru dan prasyarat mengajukan pertanyaan- bertanya kembali jika pertanyaan sebagai berikut: masih ada yang belum a. Apa yang dimaksud jelas tentang materi dengan jari-jari prasyarat yang diberikan lingkaran? oleh guru. b. Bagaimana Kita bisa mengitung Luas lingkaran? 33
  • 34. Kegiatan Inti Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pembelajaran Alokasi Konstruktivisme Waktu Menginstruksikan Siswa Siswa membentuk Pengelompokan 3 menit untuk membentuk kelompok dan menerima kelompok 5-6 orang LKS mengenai luas berdasarkan tempat duduk lingkaran terdekat Guru mengajak siswa untuk Siswa menemukan Pemerolehan 5 menit membaca dan memahami informasi dari lembar pengetahuan baru. Lembar Kerja Siswa kerja yang telah di terlebih dahulu berikan oleh guru mengenai materi. Guru menjelaskan prosedur Melakukan prosedur 3 menit mengerjakan LKS dan kegiatan pengerjaan LKS mengingatkan bahwa suatu dan bertanya jika belum kelompok harus bekerja mengerti maksud dari sama dalam menyelesaikan langkah-langkah masalah dalam LKS menghitung luas lingkaran Guru mengontrol kegiatan Siswa berdiskusi dan 20 menit dan pekerjaan yang berargumen dalam dilakukan siswa kelompok untuk menemukan gagasan tentang luas lingkaran dengan menjawab masalah dalam LKS. 34
  • 35. Guru memberikan petunjuk Siswa mengaitkan Pengaitan 7 menit terhadap masalah yang pengetahuan yang telah dihadapi siswa jika dimiliki dengan diperlukan pada saat siswa pengetahuan yang baru bekerja di dalam kelompok diterima yaitu jari-jari lingkaran dengan menyelesaikan masalah pada LKS Guru menjawab pertanyaan Siswa mengajukan Pengumpulan ide 8 menit dengan cara menanyakan pertanyaan –pertanyaan kembali pertanyaan dengan dalam aktivitas kalimat berbeda pembelajaran bersama (memberikan umpan balik) teman sekelompoknya. Guru bertindak sebagai Siswa melakukan diskusi Pemantapan Ide 10 menit moderator dan fasilitator kelas, membandingkan dalam mengkonstruk dan mengumpulkan ide gagasan baru siswa.Guru dengan teman-temannya memberikan penguatan dalam kelompok lain,mengkonstruksi gagasan-gagasannya tentang luas lingkaran dari setiap kelompok untuk mendapatkan gagasan yang disepakati dan benar Kegiatan Penutup : Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pendekatan Alokasi Konstruktivisme Waktu 35
  • 36. Membantu peserta didik Siswa membuat sendiri Refleksi 3 menit membuat rangkuman mengenai rangkuman/simpulan hal-hal yang mereka pelajaran yang telah dapat selama dipelajari pembelajaran Melakukan penilaian Siswa mengerjakan dan/atau refleksi terhadap sebuah soal yang kegiatan yang sudah diberikan guru 10 menit dilaksanakan secara Siswa diberi kesempatan konsisten dan terprogram; untuk menilai proses memberikan sebuah soal pembelajaran yang dan siswa diminta berlangsung hari tersebut mengerjakan secara individu Merencanakan kegiatan Siswa menerima tugas 2 menit tindak lanjut dalam bentuk dari guru untuk pembelajaran remedi, dikerjakan dan di bahas program pengayaan, pertemuan berikutnya layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; E. Alat/Bahan dan Sumber Belajar - Penggaris dan alat tulis - Jangka - Kertas origami 36
  • 37. - Gunting - LKS - Buku Teks F. Penilaian Hasil Belajar a. Proses : Observasi pada saat diskusi kelompok,mengerjakan soal-soal yang ada di LKS b. Hasil belajar : Kuis/Tes No Indikator Soal Butir Soal Kunci Jawaban Skor 1 Menghitung Berapakah luas daerah 1386 cm 2 luas lingkaran lingkaran dengan panjang jari-jari 21cm Berapakah luas daerah 2.119 cm 5 arsiran pada bangun berikut! 14 cm Jumlah Skor 7 Skor maksimum 7 NILAI = Skor yang didapat x 100 Skor maksimum Mengetahui, ........., ......, ............... 2012 Kepala SMP/MTs ……………. Guru Mapel Matematika. ( ..................................................... ) ( ...................................... ) NIP/NIK …………..………………. NIP/NIK…….……………. 37
  • 38. Lampiran II RPP Pendekatan Problem Solving RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII Pertemuan Ke :I Alokasi Waktu : 2 x 40’ Standar Kompetensi 1. menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidak samaan linear satu variable, dan perbandingan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 3.3 menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan aritmatika sosial yang sederhana. Indikator 3.3.1 menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan nilai sebagiaan A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat melakukan simulasi aritmatika sosial tentang kegiatan ekonomi sehari-hari Siswa dapat menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan nilai sebagiaan B. Materi Pembelajaran Harga beli, Harga jual, Untung, dan Rugi Menghitung nilai keseluruhan, nilai per-unit, dan nilai sebagiaan C. Metode Pembelajaran Metode : Tanya jawab,diskusi kelompok, dan pemberian tugas 38
  • 39. Pendekatan : Pendekatan berdasarkan Pemecahan masalah (Problem Solving) D. Langkah-langkah Pembelajaran Tahapan Uraian Kegiatan Alokasi Waktu Pendahuluan Guru menginformasikan 5‟ SK, KD, Indikator, dan Tujuan pembelajaran Guru memberikan 5‟ apersepsi Siswa membentuk 5‟ kelompok berdasarkan tempat duduk yang terdekat, satu kelompok terdiri dari 4 siswa dan guru membagikan LKS Kegiatan Inti Siswa membahas LKS 55‟ dengan melakukan : Siswa menemukan 5‟ informasi dari LKS tentang harga beli, harga jual, untung, rugi, nilai keseluruhan, dan nilai per 10‟ unit Siswa memahami masalah 39
  • 40. dari LKS tentang nilai 20‟ keseluruhan dan nilai per unit Siswa merencanakan penyelesaiaan masalah 15‟ tentang nilai keseluruhan dan nilai per unit Siswa menyelesaikan 5‟ masalah tentang nilai keseluruhan dan nilai per unit Siswa membuat kesimpulan dan memeriksa kembali langkah-langkah diatas Guru membimbing siswa dalam melaksanakan kegiatan di atas Penutup Guru memberikan tugas 10‟ Sumber dan Media Pembelajaran Lembaran LKS Buatan Guru Penilaian Hasil Belajar Teknik Penilaian : Penilaian kognitif Tes tertulis LKS Tugas Penilaian Afektif Proses diskusi 40
  • 41. Aktifitas Kelompok Bentuk Instrumen : - Penilaian proses - Tugas rumah Instrumen : Penilaian proses Mengetahui, ........., ......, ............... 2012 Kepala SMP/MTs ……………. Guru Mapel Matematika. ( ..................................................... ) ( ...................................... ) NIP/NIK …………..………………. NIP/NIK…….……………. 41
  • 42. Lampiran III RPP Pendekatan Kontekstual RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP Negeri 10 Palembang Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII / 2 Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar :6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya. Indikator : Menjelskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya. Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat nememukan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya. B. Materi Pembelajaran Jenis-jenis segitiga berdasarkan sudutnya. Perhatikan gambar disamping, atap pada rumah membentuk suatu segitiga. Segitiga mempunyai beberapa jenis yang dilihat dari unsur-unsurnya, antara lain jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya. Jenis- 42
  • 43. jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya. (i) Segitiga lancip Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya merupakan sudut lancip, sehigga sudut-sudut yang terdapat pada segitiga tersebut besarnya adalah dan . Pada Gambar (i) di samping, ketiga sudut pada ABC adalah sudut lancip. (ii) Segitiga tumpul Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul. Pada gambar (ii) di samping. ABC adalah sudut tumpul. (iii) Segitiga siku-siku Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku (besarnya ). Pada Gambar (iii) di bawah. ABC siku- siku di titik C. C. Metode Pembelajaran Metode : Tanya Jawab, diskusi kelompok, dan pemberian tugas Pendekatan : Kontekstual D. Langkah-langkah Pebelajaran 1. Pendahuluan (5 menit) a. Dengan Tanya jawab diingatkan kembali tentang jenis-jenis sudut yaitu sudut lancip, sudut tumpul, dan sudut siku-siku. b. Guru bertanya kepada siswa mengenai materi jenis sudut yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. 43
  • 44. c. Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran, yaitu siswa dapat menemukan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya. 2. Kegiatan Inti (55 menit) a. Learning Community Siswa bergabung kembali dengan kelompoknya masing-masing sehingga tercipta suasana masyarakat belajar yang dapat membuat siswa aktif dan diskusi bberjalan efektif. b. Contructivism, Inquiry and Questioning Siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya dan guru memotivasi siswa agar dapat mengkontruksi pengetahuannya dan melakukan Tanya jawab sehingga dapat menemukan konsep yang diharapkan dari masalah pada LKS. Masalah : dari Gambar padaLKS, siswa memahami gambar dengan menemukan bentuk segitiga pada gambar. c. Modeling Pemodelan dilakukan oleh salah satu kelompok npada saat melengkapi LKS 3 dengan menjelaskan cara menggambar segitga dan menyebutkan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya. Salah satu kelompok mempersentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain memberikan komentar atau pernyataan. 3. Penutup (20 menit) a. Refleksi Siswa menyelesaikan LKS 3 dengan cara mendiskusikannya bersama teman sekelompoknya Sebagai fasilisator, guru tetap mamantau suasana kelas. Salah seorang kelompok diminta menuliskan penyelesaikan LKS di depan kelas yang kebenaran jawabannya telah diperiksa 44
  • 45. oleh guru, sehingga kelompok lain dapat memeriksa jawaban mereka masing-masing. Dengan begitu, siswa dapat merefleksi kemampuan mereka. Guru membimbing siswa dalam membuat rangkuman berdasarkan hasil yang telah dilakukan. Guru menggali informasi mengenai pendapat siswa selama proses pembelajaran dan mengulang materi yang sukar dipahami siswa. Siswa diberikan PR sebagai tugas individu. Serta guru menjelaskan materi yang akan dipeajari pada pertemuan berikutnya. E. Evaluasi a. Authentic Assesment Penilaian dalam pembelajaran kontekstual menggunakan Authentic Assesment yang meliputi : Evaluasi proses belajar : - Diskusi dan presentasi - Observasi terhadap aktivitas kelompok dan individu pada saat menyelesaikan LKS - Evaluasi hasil belajar : LKS dan Tes F. Sumber Belajar a. Buku pelajaran matematika BSE : Wintarti, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika SMP Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas. b. LKS G. Penilaian 1. Teknik : Tes tertulis dan tes lisan 2. Bentuk Instrumen : Tes uraian 45
  • 46. Lampiran IV RPP Pendekatan PMRI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP N 6 Palembang Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII / I Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi 3. menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, dan perbandingan dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar 3.3 Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmatika social yang sederhana. Indikator 1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan harga penjualan, harga pembelian, untung dan rugi. 2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan diskon dan pajak dalam ekonomi 3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bruto,netto, dan tarra. I. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan harga penjualan, harga pembelian,untung, dan rugi. 46
  • 47. 2. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan diskon dan pajak dalam ekonomi. 3. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bruto, netto, dan tara. II. Materi Pembelajaran 1. Harga jual, harga beli, untung, dan rugi Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa jual-beli suatu barang. Pada kegiatan jual beli tersebut terdapat harga pembelian, harga penjualan, untung atau rugi. Perhatikan masalah dibawah ini. Seorang pedagang buah-buahanmembeli buah rambutan dengan harga Rp 2.750,00 per kg. selanjutnya pedagang itu menjual dengan harga Rp 3.000,00 per kg. Pada kegiatan jual-beli tersebut Harga pembelian adalah Rp 2.750,00 per kg dan harga penjualan adalah Rp 3.000,00. Jadi, nilai uang dari suatu barang yang dibeli disebut harga pembelian, sedangkan niali uang dari suatu barang yang dijual disebut harga penjualan. Jika seorang pedagang menjual barang dagangannya lebih dari harga pembelian maka penjual tersebut dikatakan Untung dan jika seorang pedagang menjual barang dagangannya kurang dari harga pembelian maka penjual tersebut dikatakan Rugi Untung = Harga Penjualan – Harga Pembelian Rugi = Harga Pembelian – Harga Penjualan 2. Diskon dan Pajak dalam ekonomi a. Sebuah took kadang-kadang memberikan rabat atau diskon untuk lebih menarik para pembelinya. Rabat atau diskon juga 47
  • 48. disebut korting atau potongan harga. Jadi rabat atau diskon adalah penurunan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli. Pada akhir tahun lalu Ida pergi ke toko pakaian untuk membeli 1 (satu) stel pakaian dengan harga Rp 135.000,00. Berapa rupiah Ida harus membayar jika toko pakaian itu memberikan diskon sebesar 25% kepada Ida? Diskon yang diberikan kepada Ida adalah 25%, dan jika dibentuk dalam rupiah berarti diskon yang diterima Ida adalah = Rp 33.750,00 Jadi diskon adalah Diskon x harga = Diskon dalam rupiah b. Jika kita membeli suatu barang, biasanya dikenakan pajak. Pajak tersebut ada yang sudah termasuk dalam label harga, ada juga yang belum. Pajak tersebut disebut Pajak Pertambahan NIlai atau disingkat PPN yang besarnya ditetapkan pemerintah sebesar 10%. Pada supermarket “BETA” hampr semua label harga barang yang dijual belum termasuk PPN sebesar 10%. Jika Pak Mega membeli sebuah TV dengan label harga sebesar Rp 1.500.00,00 berapa pajak yang harus dibayar Pak Mega? Pajak yang harus dibayar Pak Mega Jadi, pajak adalah Pajak x Harga = Pajak dalam rupiah 3. Bruto, Netto, dan Tarra Netto adalah berat barang itu tanpa berat karung/bungkusnya. Bruto adalah berat tota, yaitu barang itu beserta berat karung/bungkusnya. Tarra adalah berat bungkusnya saja. Bruto = Netto + Tarra Netto = Bruto – Tarra Tarra = Bruto – Netto 48
  • 49. III. Strategi Pembelajaran Pendekatan Pembelajaran : Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Metode Pembelajaran : Diskusi dan Presentasi IV. Langkah-langkah Pembelajaran No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Prinsip / Karakteristik PMRI A. Pendahuluan 14 Menit 1. Guru memberikan suatu Siswa konteks permasalhan memperhatikan dan yang bertujuan untuk mendengarkan menginformasikan penjelasan dari tujuan pembelajaran guru 2. Guru memotivasi Siswa memberikan Intertwinment sisawa dengan contoh dari materi mengemukakan bahwa yang akan materi yang akan dipelajari yang dipelajari bermanfaat berhubungan dalam kehidupan dengan kehidupan sehari-hari sehari-hari 3. Guru mengaktifkan Siswa menjawab pengetahuan prasyarat pertanyaan yang siswa dengan diberikan oleh guru mengajukan dan bertanya pertanyaan-pertanyaan kembali apabila mengenai materi masih ada yang sebelumnya belum jelas tentang pertanyaan yang diajukan oleh guru 49
  • 50. B. Kegiatan INti 57 menit 4. Guru Siswa menuju Interaktivitas mengelompokkansiswa anggota ke dalam beberapa kelompoknya kelompok. Setiap masing-masing kelompok terdiri dari 4- 5 orang dengan komposisi kemampuan siswa pintar, sedang, dan kurang. 5. Guru memberikan Siswa membaca sebuah masalah dengan dan memahami pendekatan PMRI untuk masalah yang membangkitkan diberikan pemahaman siswa terhadap materi Masalah tersebut: kontekstual Untuk memenuhi keutuhan warungnya Pak Amir membeli beras di agen Bulog dengan harga Rp 7.510,- per kg. kemudian Pak Amir menjual beras itu Menggunakan kembali secara eceran Siswa model di warungnya dengan merepresentasikan harga Tp 8.000,- pemikiran mereka Petunjuk terhadap situasi Guided 1. Buatlah yang diberikan Reinvention/ 50
  • 51. gambaran dari Progressive siutasi diatas Mathematization berdasarkan pemikiran masing-masing! 2. Perhatikan harga penjualan dan Didactical harga Phenomenologi, pembelian, Kontribusi apakah Siswa pedagang tersebut untung atau rugi? Berapakh Konstribusi keuntungan atau Siswa kerugian pedagang tersebut? 3. Jika beras dijual dengan harga Rp 7.000,- apakah Self-developed pedagang Models/ tersebut untung Pengembangan atau rugi? model mandiri Mengapa demikian? berikan alas an! 4. Tuliskan deagan bahsa kalian sendiri bagaimana 51
  • 52. seseorang dikatakan untung dan bagaimana seseorang dikatakan rugi? 5. Berdasarkan data yang diperoleh buatlah rumus untuk untung dan rugi 6. Guru mengontrol Siswa berdiskusi, Interaktivitas kegiatan dan pekerjaan bernegosiasi, dan siswa. Guru beragumen dalam memberikan petunjuk kelompok untuk terhadap masalahyang menyelesaikan diberikan kepada siswa masalah tersebut. jika diperlukan. 7. Guru meminta siswa Salah satu siswa Interaktivitas menampilkan jawaban dari kelompok yang telah mereka menuliskan kerjakan di depan kelas jawaban dan mempresentasikan jawaban mereka, sedangkan kelopok lain menanggapi, menyanggah dan memberikan pendapat/komentar 52
  • 53. yang relevan dengan pemecahan masalah 8. Guru memberikan Siswa Interaktivitas arahan dan menjelaskan memperhatikan cara pemecahan penjelasan guru. masalah yang paling Dan bertanya jika tepat terhadap masalah ada masalah yang tersebut. belum diketahui. C. Penutup 9 menit 9. Guru membantu siswa Siswa membuat merangkum mataeri rangkuman materi yang telah dipelajari yang telah dipelajari 10. Guru memberikan PR Siswa diberi PR kepada siswa yang yang terdapat pada harus dikerjakan secara bahan ajar, individu dikerjakan secara individu dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya 11. Guru Siswa menginformasikan mendengarkan tentang materi yang informasi guru, akan dipelajari di tentang materi yang pertemuan berikutnya. akan dipelajari di pertemuan berikutnya 53