SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 7
Baixar para ler offline
20 Kesalahan Dalam Beraqidah
Sunday, 03 October 2004
Kondisi umat Islam sekarang ini sudah sedemikian memprihatinkan. Krisis multi dimensi dalam tatanan
kehidupan beragama semakin terasa. Sosok muslim ideal yang sesuai dengan syariat telah ditinggalkan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengamalan sehari-hari mereka tampilkan, baik dalam bentuk lisan, amalan
atau keyakinan. Dan lebih parah lagi mereka tidak sadar bahwa bila telah melakukan suatu kesalahan.Oleh
karena itu kami akan mengangkat kesalahan-kesalahan umat Islam dalam permasalahan aqidah yang telah
menyebar dan begitu popoler di masyarakat. Semoga kita bisa mengambil manfaat darinya.
Kondisi umat Islam sekarang ini sudah sedemikian memprihatinkan. Krisis multi dimensi dalam tatanan
kehidupan beragama semakin terasa. Sosok muslim ideal yang sesuai dengan syariat telah ditinggalkan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengamalan sehari-hari mereka tampilkan, baik dalam bentuk lisan, amalan
atau keyakinan. Dan lebih parah lagi mereka tidak sadar bahwa bila telah melakukan suatu kesalahan.
Oleh karena itu kami akan mengangkat kesalahan-kesalahan umat Islam dalam permasalahan aqidah yang
telah menyebar dan begitu popoler di masyarakat. Semoga kita bisa mengambil manfaat darinya.
1. Kesalahan memahami kalimat lailahailallah
Ini merupakan kesalahan esensial di tengah masyarakat muslimin dewasa ini. Mereka mencukupkan Laa
ilaahaillallah hanya di lisan saja tanpa menyadari, bahwa kalimat tauhid ini menuntut perkara-perkara lain.
Diantara perkara-perkara yang dituntut adalah nafi dan itsbat. Nafi maknanya ialah seseorang yang telah
mengucapkan kalimat tauhid ini harus membuang semua bentuk peribadaatan kepada selain Allah. Makna
itsbat adalah menetapkan semua bentuk-bentuk peribadatan hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu
bagiNya.Maksudnya adalah pemurnian agama itu hanya untuk Allah dan kufur (mengingkari) terhadap
sesembahan selainNya. Berdasarkan firman Allah,
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) "Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thagut itu.” QS. An-Nahl 36)
Oleh karena itu dalam melafazkan kalimat tauhid ini harus ada konsekwensi yang mesti dipenuhi. Yaitu
mengesakan Allah yang disertai ketaatan dan ketundukan untuk melaksanakan perintahNya dan mejauhi
larangan-laranganNya. Bukan hanya sekedar beribadah kepada Allah saja tanpa diiringi dengan
pengingkaran terhadap thagut.
2. Istihzaa‟ (memperolok) perkara-perkara agama
Sebagai misal meperolok-olokkan masalah jenggot, jilbab, menaikkan pakaian diatas mata kaki, Islam
sudah tidak relevan dengan zaman kerena membatasi kebebasan waanita, hukum waris dan lain
sebagainya.Ketahuilah, jika olok-olokan itu ditujukan kepada syariat maka, sungguh dia telah menjadi kafir
dan keluar dari ajaran agama Islam. Karena menghina syariat berarti menghina pembuat syariat, yaitu
Allah. Begitu pula ia telah menghina Rasulullah n *) *)[lih. At-Tauhid oleh Shalih Fauzan hal.42].
berdasarkan dalil,
"Katakanlah,"Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah
kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS At-Taubah: 65-66)
Dan seandainya olok-olokkan itu ditujukan kepada orangnya (pelaku syariat), maka dia termasuk orang
yang fasiq dan sudah tergelincir di tempat yang sangat berbahaya.
3. Ungkapan sebagian orang, “Ini sudah kehendak takdir”, atau, “Jika zaman sudah berkehendak
maka akan menjadi begini dan begini”.
Ini juga merupakan kesalahan yang harus segera ditinggalkan. Karena zaman dan takdir tidak memiliki
kehendak. Kehendak dan takdir kepunyaan Allah. Perhatikanlah firman Allah,
"Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.(QS
Al-Furqan: 2 )
Termasuk sifat Allah adalah berbuat sesuai dengan kehendakNya. Tidak akan pernah ada satu kejadianpun
kecuali dengan iradahNya. Tidak akan ada di alam ini satupun yang keluar dari ketentuan takdirNya, dan
tidak akan muncul kecuali karena takdirNya pula. Apa yang ditakdirkan tidak akan pernah meleset. *)
*)[Syarh Lum‟atul I‟tiqad hal. 89 oleh Syaikh Shalih al-Utsaimin]
4. Perkataan yang masyhur dari kalangan ilmuwan atau pelajar yang mempelajari ilmu Biologi,
Kimia atau yang lain, “Partikel ini tidak mungkin bisa hancur” atau “Tidak mungkin zat ini akan terbentuk”
dan ucapan-ucapan lain yang senada.
Mereka tidak sadar, bahwa ucapan termasuk bathil. Perlu diingat, semua yang ada di alam ini asalnya tidak
ada. Allahlah yang menciptakannya dan semua makhluk pasti akan mengalami kehancuran atau kematian.
Kemudian Allah hidupkan pada saat yang lain sesuai dengan kehendak Allah.
"Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk : 2)
Jadi tidak ada satu makhlukpun yang hancur atau tercipta dengan sendirinya. Adapun makhluk yang bakal
Allah kekalkan adalah Syurga dan Neraka disertai dengan kenikmatan atau adzab didalamnya, begitu juga
dengan penghuninya. Sedangkan yang lain akan mengalami kehancuran. *) *)[tiap-tiap yang berjiwa pasti
merasakan kematian]
5. Mengeluh dan mencela waktu.
Kesalahan seperti ini lebih banyak dilakukan oleh para penyair, seniman dan sastrawan melalui karya-
karyanya. Kemudian diikuti oleh masyarakat umum sehingga menjadi suatu yang lumrah di kalangan
masyarakat.
Contohnya, “Zaman telah menguasaiku” atau “Zaman telah berkhianat” atau “Zaman telah gila” dan lain
sebagainya.
Untuk lebih jelas, perhatikanlah penjelasan berikut ini.
Jika yang dimaksud hanya untuk memberikan tentang sifat suatu „zaman‟, maka hal itu diperbolehkan.
Contoh, “Hari ini sangat panas” atau “sangat dingin” dengan syarat tanpa disertai celaan, berdasarkan
firman Allah atas ucapan Luth alaihis salam,
"Ini adalah hari yang amat sulit".. (QS. Huud : 77)
Jika celaan terhadap waktu diiringi dengan keyakinan bahwa „waktu‟ adalah penentu terhadap berbagai
kejadian (musibah dan bencana), maka hal ini termasuk perbuatan syirik akbar (besar) karena
berkeyakinan ada kekuatan atau kekuasaan selain Allah. Berdasarkan dalil,
"Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit
ari". (QS. Al-Faathir : 13)
Jika terjadi celaan terhadap waktu namun si pencela masih berkeyakinan bahwa Allahlah pelakunya dan
penentunya, maka hal ini termasuk larangan. *) *)[Untuk lebih jelas, lihat Syarh Lum‟atul I‟tiqad hal. 22
atau Al-Manahi Al-Syar‟iyah hal 74 oleh Syeikh Salim Al-Hilali] Dalilnya,
Janganlah kalian mencela waktu karena sesungguhnya Allah itu adalah penentu waktu.
Maksudnya, Dialah Allah yang mengatur dan mengusai waktu (masa), berdasarkan dalil,
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda,
Allah berfirman, “Aku disakiti oleh Anak Adam ia mencela waktu, Aku adalah pengatur waktu. Aku
membolak-balikkan siang dan malam.” (HR. Muslim 5862)
Oleh karena itu kita harus meyakini bahwa kekuasaan mutlak hanya berada di tangan Allah. Keyakinan yang
sebenar-benarnya disertai dengan membenarkan secara lisan dan amalan *) *)[Tentang celaan tidak hanya
terbatas pada waktu saja, karena kita juga dilarang mencela kendaraan, angin, ayam jantan dan penyakit
panas. Lihat Hashaidul Alsun hal. 156-159 oleh Husein Al-Uwaisyah]
6. Ketika seseorang memperingatkan orang lain dengan sunnah terutama yang menyangkut
perkara yang zahir seperti, “Pakailah jilbab !” atau, “Peliharalah janggutmu” atau, “Naikkanlah
pakaianmu diatas mata kaki”, maka dia akan menjawab, “Hal itu tidak penting karena taqwa itu tempatnya
di hati.”
Ketahuilah, bahwa jawaban itu merupakan jawaban yang benar, namun dibalik jawaban itu terselubung niat
yang bathil. Rasulullah juga pernah mengatakannya, akan tetapi kapankah beliau mengucapkannya? Beliau
mengucapkannya ketika memberikan nasehat kepada para shahabatnya agar mereka berpegang teguh
dengan adab-adab Islam. Beliau berkata,
"Janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling bersaing,
jangan saling bermusuhan, janganlah membeli diatas pembelian orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba
Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, jangan ia mendhalimi
saudaranya, jangan mentelantarkannya, jangan menghinanya. Taqwa tempatnya disini (Beliau
mengisyaratkan ke dada tiga kali) Cukuplah keburukan bagi seseorang yang dia meremehkan saudaranya
sesama muslim. Setiap muslim diharamkan kepada muslim yang lain darah, harta dan kehormatannya."
(Shahih Muslim 2564)
Begitulah, Rasulullah mengucapkan perkataan itu dalam perkara-perkara mu‟amalah. Sedangkan pada diri
orang yang dinasehati tersebut jelaslah tidak menginginkan untuk mengamalkan nasehat dan sunnah.
Seandainya hal itu benar-benar ada pada hatinya. Maka secara otomatis anggota tubuhnya akan tunduk dan
segera merealisasikan taqwa dalam bentuk amalan, sebagaimana yang dilakukan oleh para shahabat ketika
di nasehati Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.
7. Perkataan sebagian orang setelah terjadi satu kejadian yang tidak di sukai, “Seandainya tadi ini
yang dikerjakan tentu terjadi begini dan begini”
Hal ini termasuk larangan karena berpaling dari takdir Allah l berdasarkan sabda Rasulullah ,
“Bersungguh-sungguhlah pada suatu yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah dan janganlah
merasa lemah ! Jika kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan, “Seandainya saya mengerjakan
begini maka akan terjadi begini” akan tetapi ucapkanlah, “Allah sudah mentakdirkan dan apa yang Dia
dikehendaki Allah pasti akan terjadi”. Sesungguhnya ucapan, „Seandainya‟ akan membuka peluang
syaithan.” (HR. Muslim)
Akan tetapi kadang timbul pertanyaan, “Apakah semua ucapan „Seandainya‟ itu dilarang secara mutlak
dalam semua permasalahan atau tidak ?” Jawabnya adalah sebagai berikut:
a. Jika lafaz „seandainya‟dimaksudkan sekedar pemberitahuan, maka hal diperbolehkan. Misalnya,
“Seandainya engkau datang, aku pasti akan memuliakanmu !” atau “Seandainya aku tahu engkau ada pasti
aku akan mengunjungimu !”
b. Jika dimaksudkan untuk pengharapan terhadap perkara yang di syari‟atkan, maka hal itu dianjurkan
bahkan disunnahkan.
Contoh, “Seandainya aku memiliki kemampuan, maka aku akan berhaji” atau “Seandainya aku memiliki
harta, maka aku akan bershadaqah” Hal ini berdasarkan kisah dua orang yang diceritakan oleh Rasulullah n
dalam yang masyhur,
”Dunia ini hanya milik empat golongan. Kemudian Beliau menyebutkan dua orang. Seseorang yang diberi
harta oleh Allah k lalu ia menginfakkan hartanya di jalan Allah, dan seseorang yang tidak diberi harta tetapi
dia berkata, “Seandainya aku memiliki harta seperti Fulan, sungguh aku pasti beramal sebagaimana dia
beramal.” (Shahih Jami‟ 3024)
c. Sikap mengeluh terhadap sesuatu yang telah terjadi. Maka hal ini terlarang berdasarkan hadits diatas.
8. Do‟a yang diucapkan sebagian orang kepada sebagian yang lain, “Semoga Allah memanjangkan
umurmu” atau, “Semoga Allah mengekalkan hari-harimu”.
Hal ini tidak diperbolehkan karena tidak akan pernah ada seorangpun yang kekal. Berdasarkan firman Allah
l ,
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai Kebesaran dan
Kemuliaan.(QS. Ar-Rahman : 26-27)
Jika ingin mendo‟akan orang lain, ucapkanlah, “Semoga Allah memanjangkan umurmu dalam ketaatan”
karena hidup tidak akan berguna jika jauh daari ketaatan kepada Allah l .
9. Salah memahami „Ibadah‟.
Sebagian orang menyangka bahwa ibadah hanya berkisar pada shalat, puasa, zakat dan haji. Padahal
ibadah itu mencakup seluruh cabang-cabang iman yang jumlahnya sekitar tujuhpuluh lebih.
"Iman itu ada 70 atau 60 cabang lebih. Yang paling afdhal adalah ucapan laa ilaaha illaallaah dan yang
paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu termasuk cabang dari iman". (HR. Muslim)
Maka jelaslah, bahwa ibadah itu mencakup seluruh aspek kehidupan meliputi aspek mu‟amalah,
perekonomian, dan persenjataan (yang sesuai dengan syari‟at).
10. Munculnya syubhat, “Terkadang kecanggihan teknologi bisa membantah nash (teks) dari Al-Qur‟an
maupun dari Hadits.”
Ketahuilah, wajib bagi seorang muslim berkeyakinan bahwa yang ada dalam Al-Qur‟an ataupun Hadits yang
shahih tidak mungkin bertentangan dengan teknologi yang benar. Ini merupakan kenyataan yang wajib bagi
kita untuk mengimaninya dan membenarkan yang telah dijelaskan Allah dan RasulNya.
Misalnya, muncul keragu-raguan sebagian orang terhadap firman Allah l,
"Dan Dia mengetahui apa-apa yang ada di dalam rahim". (QS Luqman : 34)
Berdasarkan ayat diatas, apa-apa yang ada di dalam rahim hanyalah Allah yang mengetahuinya dan
merupakan rahasiaNya. Namun kenyataannya (menurut mereka), para dokter juga bisa mengetahui apa
yang di rahim dengan peralatan modern. Yaitu tentang jenis kelamin janin. Inilah salah satu contoh syubhat
yang bisa menggoyahkan keimanan.
Maka sebagai jawabannya adalah sebagai berikut.
Lafazh “maa” pada ayat tersebut termasuk lafaz yang bermakna umum. Artinya bisa mencakup semua yang
berkaitan dengan janin dalam ciptaannya. Bentuk, warna, panjang, rizqi, amalan, keadaannya di dunia
(sengsara atau bahagia), ajalnya dan lain sebagainya. Berdasarkan hadits Ibnu Mas‟ud z ,
"Sesungguhnya salah seorang diantara kalian, dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama 40 hari
berupa nutfah, kemudian menjadi segumpal darah yang menggantung selama 40 hari, kemudian menjadi
segumpal daging selama 40 har. Kemudian seorang Malaikat diutus kepada janin tersebut, lalu ia
meniupkan ruh dan diperintahkan dengan empat perkara yaitu tentang rizkinya, ajalnya, amalannya dan
celaka atau bahagia. (HR. Bukhari)
Pengetahuan terhadap janin masuk dalam takdir Allah l dan dokter tidak akan bisa mengetahuinya kecuali
setelah diciptakan, disempurnakan bentuknya, hampir keluar dari rahim ibunya. Bagaimana sebelum itu,
maka mereka tidak akan bisa mengetahuinya, walaupun menggunakan alat yang canggih sekalipun. Oleh
karena itu jelaslah bahwa nash itu tidak akan bertentangan dengan teknologi yang benar.
11. Masyhurnya beberapa nama yang selayaknya di ganti karena mengandung tazkiyah
(penyucian) terhadap diri. Seperti: Iman, Fitnah, Abrar, Mallak dan lain sebagainya.
Rasulullah pernah merubah nama “Murroh” menjadi Zaenab atau Juwairiyah. *) *)[lihat Fathul Baari no.
6192, Muslim 2140]
12. Dugaan sebagian orang “Semua perkara itu sudah ditakdirkan, maka kita tidak perlu berdo‟a kepada
Allah.”
Ini juga termasuk kesalahan yang menyebar di tengah umat. Perlu diketahui bahwa do‟a termasuk sebab,
berdasarkan sabda Rasulullah,
"Tidak ada yang bisa merubah takdir kecuali do‟a". (Dihasankan oleh Al-Albani)
Maksudnya, bahwa do‟a termasuk penyebab. Kadang-kadang Allah menghindarkan musibah seseorang
disebabkan do‟a. Atau Allah memberikan kebaikan anak dan rizki juga disebabkan do‟a. Berdasarkan hadits
dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam ,
"Tidaklah seorang hamba berdo‟a, tidak meminta keburukan atau untuk memutuskan tali silaturrahim
kecuali Allah akan memberikan satu diantara tiga hal. Yaitu dikabulkan doanya, atau Allah hindarkan dia
dari keburukan atau Allah simpan doanya di sisi Allah untuk dia. Mereka berkata, “Kalau begitu kami akan
memperbanyak do‟a” Rasulullah menjawab, “Allah lebih memperbanyak (pengabulanNya).” (HR Tirmidzi)
Do‟a merupakan ibadah dan kita diperintahkan untuk berdo‟a. Do‟a merupakan sebab dari takdir dan
sesungguhnya do‟a juga sudah ditakdirkan oleh Allah.
Dan Rabbmu berfirman, “Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan
hina dina.". (QS 40 : 60)
Jawaban seseorang ketika dilarang dari penyimpangan, ia menjawab,“Karena kebanyakan orang
melakukannya.” Jelas ini merupakan jawaban yang tidak berdasar (hujjah) dan jauh dari kebenaran.
Sebagaimana kita saksikan bahwa kebanyakan orang pada zaman sekarang tidak memahami syari‟ah Islam
serta banyak menyimpang dari Islam. Hal ini dipertegas dengan firman Allah,
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu
dari jalan-Nya (QS Al-An‟am: 116)
Ditambah lagi dengan sedikitnya Ahlus Sunnah dibandingkan dengan banyaknya Ahlul bid‟ah, belum lagi
orang-orang kafir. Oleh karena itu, wajib bagi kita mengikuti yang sedikit tetapi berada di atas kebenaran.
14. Sebagian orang menggantungkan tulisan yang berlafadz Allah dan Muhammad secara sejajar
di dinding-dinding rumah, papan-papan atau kitab-kitab dan lainnya.
Hal ini termasuk larangan. Karena memiliki makna menjadikan tandingan bagi Allah k . Lebih parah lagi,
seandainya yang menyaksikannya dari kalangan orang-orang awam yang tidak mengetahui maknannya.
Mereka menganggap bahwa, seolah ada kesejajaran kedudukan antara Allah dan Muhammad. Perhatikanlah
firman Allah,
"Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al-
Baqarah: 22)
Dan jika lafadz Muhammad dihilangkan, maka tinggalah lafadz Allah saja. Dan ini juga termasuk kesalahan.
Karena lafadz Allah saja termasuk dari dzikir sufiyah yang lazimnya, dengan mengucap „Allah…Allah…Allah‟.
Oleh karenanya, selayaknya kita meninggalkan hal yang semacam ini (menggantungkan lafadz semacam
ini) . Hal ini belum pernah dicontohkan oleh Salaf As-Shalih g .
15. Persaksian ucapan dengan „Syahid‟ terhadap orang yang meninggal di jihad fisabilillah.
Maka semacam ini termasuk kesalahan juga. Karena hanya Allahlah yang mengetahui keadaan hati orang
tersebut.
Allah yang lebih mengetahui terhadap orang-orang yang jihad fi sabilillah.
Kita tidak bisa mengetahui hakekat hati orang yang meninggal tersebut. Apakah benar-benar ikhlas niatnya
ataukah tidak ? Sehingga masih berharap dunia. Atau apakah aqidahnya sudah lurus ataukah belum?
Selayaknya kita hanya mengatakan sebagaimana yang dikatakan Rasulullah n secara umum,
Barangsiapa yang meninggal atau terbunuh di jalan Allah maka dia adalah syahid.
Oleh karena itu kita dilarang menetapkan seseorang tertentu yang meninggal di jalan Allah dengan sebutan
„syahid Fulan‟, karena ta‟yin itu membutuhkan dalil. Jadi lafadz ãä menunjukkan keumuman, bukan ta‟yin
(pengkhususan) terhadap seseorang tertentu. Sehingga selayaknya kita mendoakan dengan mengatakan,
“Semoga dia termasuk syahid”, bukan dengan “syahid Fulan.”
16. Merasa ada keberuntungan atau kesialan berkaitan dengan mushaf (al-Qur‟an).
Maksudnya, ketika membuka mushaf kemudian menjumpai ayat yang didalamnya ada kebaikan, maka
optimis mendapatkannya. Dan sebaliknya, ketika membaca ayat yang didalamnya ada keburukan (adzab),
maka merasa pesimis terhindar darinya. Oleh karena itu para ulama melarang hal semacam ini.
17. Penulisan SAW untuk mempersingkat
Kalangan ulama musthalah hadits, melarang hal ini. Karena termasuk menghilangkan pahala shalawat atas
Rasulullah bagi seseorang. Dan seandainya saja seseorang menulis shalawat secara lengkap, maka
penulisnya akan mendapat pahala. Begitu pula orang-orang yang membacanya.
"Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali
karenanya. "(Abu Daud)
Maka tidak selayaknya bagi seorang muslim meninggalkan pahala yang besar hanya karena untuk
mempercepat dan mempersingkat tulisan.
18. Mengiringi doa dan masyi‟ah (kehendak) seperti doa sebagian orang “mudah-mudahan Allah
merahmatimu, Insya Allah!” atau “semoga Allah memberikan rizqi kepadamu, Insya Allah !”
Perhatikanlah dua contoh doa di atas sehingga nampak jelas. Maka doa tersebut termasuk larangan jika
dalam masyi‟ah tersebut, kita bersikap masa bodoh terhadap doa kita (dikabulkan atau tidak terserah Allah
Ta'ala) tanpa adanya harapan.
Berdasarkan sabda Rasulullah ,
"Janganlah salah seorang dari kalian berkata-kata,”Ya Allah ampunilah aku jika engkau berkehendak dan
rahmatilah aku jika engkau berkehendak…”(Bukhari kitab Ad-Da‟awat 6339, Muslim Kitab Dzikir dan Do‟a
no. 2679).
Akan tetapi diperbolehkan berdo‟a disertai masyi‟ah (khat) dengan syarat bertabaruk dan mengharapkan
dengan sangat dikabulkan doanya.
19. Mencaci-maki syetan.
Hal ini juga termasuk larangan berdasarkan sabda Nabi ,
" Janganlah kalian mencela syetan dan berlindunglah kepada Allah dari keburukkannya" (As-Shahihah no.
2422 dikeluarkan Ad-Dalimi dan selainnya).
Dan hadits yang lain,Dari Abu Malik, dari seorang laki-lak, dia berkata, “Aku membonceng Rasulullah n
maka terantuklah tungganganya.” Maka aku katakana, “Celakalah setan.” Maka beliau bersabda,“Janganlah
engkau katakan „celaka setan‟. Jika engkau mengatakan hal itu, setan akan merasa dirinya besar sampai
sebesar rumah dan dia akan berkata „dengan kekuatanku !‟akan tetapi katakanlah,‟Bismillah‟. Maka jika
engkau katakan demikian, dia akan merasa kecil sekecil lalat.” (Dikeluarkan Abu Daud, dan selainnya. Lihat
Al-Kalam At-Thayib 237)*) *)[Ucapan “Celakalah engkau syaitan!” memberikan kesan, bahwa setan
memiliki andil dalam suatu kejadian. Sehingga setan menjadi bangga dengan hal itu. red]
Dan perlu diketahui bahwa pencelaan/pencacimakian kita terhadap setan tidak berpengaruh sedikitpun
terhadap keputusan Allah karena kita mencaci atau tidak, syetan sudah dilaknat oleh Allah.
20. Merasa akan mendapat sial pada bulan safar, dengan berkeyakinan akan banyak terjadi
“bala” sehingga menunda safar (berpergian), pernikahan dan lain-lainnya.
Perhatikanlah sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam,
"Tidak ada penyakit menular, tidak ada tathayur, tidak ada hammah tidak ada safar". (HR. Bukhari 5757,
Muslim 2220)
Menurut sebagian ulama, yang dimaksud dengan shafara adalah bulan safar. Dan ini berdasarkan pendapat
yang rajih. Oleh karena itu selayaknya bagi kita memperlakukan bulan ini seperti bulan-bulan yang lain,
tanpa dihinggapi rasa khawatir dan dibayangi kesialan terhadap seseuatupun yang akan terjadi.
Demikianlah duapuluh kesalahan dalam beraqidah yang telah menyebar dan begitu populer di tengah umat.
Pun masih banyak didapati kesalahan-kesalahan aqidah yang lain. Semoga Allah senantiasa membimbing
kita, sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Amiin. Wallahu „alam.
diambil dari majalah As-Sunnah – Solo; edisi 5 tahun 2002 “Amar Makruf Nahi Mungkar”,
diketik ulang oleh ummu raihanah untuk Jilbab Online

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Cobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-Nya
Cobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-NyaCobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-Nya
Cobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-NyaErwin Wahyu
 
Materi surat yunus dan maidah (samiul )
Materi surat yunus dan maidah (samiul )Materi surat yunus dan maidah (samiul )
Materi surat yunus dan maidah (samiul )Nisrokhah6
 
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinahMengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinahAlvie Messi
 
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUHTULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUHandri zulfikar
 
Qs. Al-Anfal/8:72 Tentang Mujahadah An-Nafs
Qs. Al-Anfal/8:72 Tentang Mujahadah An-NafsQs. Al-Anfal/8:72 Tentang Mujahadah An-Nafs
Qs. Al-Anfal/8:72 Tentang Mujahadah An-NafsJuaria Muin
 
Tugas agama - Memahami kandungan QS Al Anfal ayat 72, Al Hujarat ayat 10 dan ...
Tugas agama - Memahami kandungan QS Al Anfal ayat 72, Al Hujarat ayat 10 dan ...Tugas agama - Memahami kandungan QS Al Anfal ayat 72, Al Hujarat ayat 10 dan ...
Tugas agama - Memahami kandungan QS Al Anfal ayat 72, Al Hujarat ayat 10 dan ...Debby Zalina
 
Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27lilissofiani
 
toleransi dalam islam
toleransi dalam islamtoleransi dalam islam
toleransi dalam islamRoyyan Faizin
 
Etika dalam perbezaan pendapat
Etika dalam perbezaan pendapatEtika dalam perbezaan pendapat
Etika dalam perbezaan pendapatAr Rayyan
 
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzanmembiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzanAn Nes Niwayatul
 
Bersegera melaksanakan Syariat
Bersegera melaksanakan SyariatBersegera melaksanakan Syariat
Bersegera melaksanakan SyariatErwin Wahyu
 
Pentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk KitaPentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk KitaErwin Wahyu
 

Mais procurados (20)

Jalan dakwah
Jalan dakwahJalan dakwah
Jalan dakwah
 
Cobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-Nya
Cobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-NyaCobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-Nya
Cobaan Tanda Cinta Allah kepada Hamba-Nya
 
Materi surat yunus dan maidah (samiul )
Materi surat yunus dan maidah (samiul )Materi surat yunus dan maidah (samiul )
Materi surat yunus dan maidah (samiul )
 
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinahMengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
Mengkaji surah al kafirun dan al-bayyinah
 
Tetap istiqamah
Tetap istiqamahTetap istiqamah
Tetap istiqamah
 
Presentasi Makna Syahadah
Presentasi Makna SyahadahPresentasi Makna Syahadah
Presentasi Makna Syahadah
 
Firar
FirarFirar
Firar
 
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUHTULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
TULISAN TERAKHIR HASAN AL BANNA SEBELUM DIBUNUH
 
Istiqamah
IstiqamahIstiqamah
Istiqamah
 
tafsir surah al hujurat
tafsir surah al hujurattafsir surah al hujurat
tafsir surah al hujurat
 
Qs. Al-Anfal/8:72 Tentang Mujahadah An-Nafs
Qs. Al-Anfal/8:72 Tentang Mujahadah An-NafsQs. Al-Anfal/8:72 Tentang Mujahadah An-Nafs
Qs. Al-Anfal/8:72 Tentang Mujahadah An-Nafs
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Tugas agama - Memahami kandungan QS Al Anfal ayat 72, Al Hujarat ayat 10 dan ...
Tugas agama - Memahami kandungan QS Al Anfal ayat 72, Al Hujarat ayat 10 dan ...Tugas agama - Memahami kandungan QS Al Anfal ayat 72, Al Hujarat ayat 10 dan ...
Tugas agama - Memahami kandungan QS Al Anfal ayat 72, Al Hujarat ayat 10 dan ...
 
Kewajiban Dakwah
Kewajiban DakwahKewajiban Dakwah
Kewajiban Dakwah
 
Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27Hadits arbain ke 27
Hadits arbain ke 27
 
toleransi dalam islam
toleransi dalam islamtoleransi dalam islam
toleransi dalam islam
 
Etika dalam perbezaan pendapat
Etika dalam perbezaan pendapatEtika dalam perbezaan pendapat
Etika dalam perbezaan pendapat
 
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzanmembiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
membiasakan perilaku terpuji (akhlak terpuji) husnudzan
 
Bersegera melaksanakan Syariat
Bersegera melaksanakan SyariatBersegera melaksanakan Syariat
Bersegera melaksanakan Syariat
 
Pentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk KitaPentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk Kita
 

Destaque

MSP for FSW Document Zambia
MSP for FSW Document ZambiaMSP for FSW Document Zambia
MSP for FSW Document ZambiaEmanuelMwamba
 
Biological and Behavioral Surveillance Toolkit
Biological and Behavioral Surveillance ToolkitBiological and Behavioral Surveillance Toolkit
Biological and Behavioral Surveillance ToolkitEmanuelMwamba
 
Zambia VMMC Operational plan
Zambia VMMC Operational planZambia VMMC Operational plan
Zambia VMMC Operational planEmanuelMwamba
 
Современные направления в обучении иностранному языку
Современные направления в обучении иностранному языкуСовременные направления в обучении иностранному языку
Современные направления в обучении иностранному языкуekaterina.tour
 
Písmomalířství 21.4.2015
Písmomalířství 21.4.2015Písmomalířství 21.4.2015
Písmomalířství 21.4.2015Michala Brožová
 
OP Transport 2020 2030
OP Transport 2020 2030OP Transport 2020 2030
OP Transport 2020 2030Vermin Clone
 
Building and Construction Modules
Building and Construction ModulesBuilding and Construction Modules
Building and Construction ModulesTom Edgson
 

Destaque (20)

MSP for FSW Document Zambia
MSP for FSW Document ZambiaMSP for FSW Document Zambia
MSP for FSW Document Zambia
 
Ребусы. Составь слово по первым буквам - 2
Ребусы. Составь слово по первым буквам - 2Ребусы. Составь слово по первым буквам - 2
Ребусы. Составь слово по первым буквам - 2
 
Tausug wedding practices
Tausug wedding practicesTausug wedding practices
Tausug wedding practices
 
Biological and Behavioral Surveillance Toolkit
Biological and Behavioral Surveillance ToolkitBiological and Behavioral Surveillance Toolkit
Biological and Behavioral Surveillance Toolkit
 
Zambia VMMC Operational plan
Zambia VMMC Operational planZambia VMMC Operational plan
Zambia VMMC Operational plan
 
Презентация
ПрезентацияПрезентация
Презентация
 
Avtomatizaciya r
Avtomatizaciya rAvtomatizaciya r
Avtomatizaciya r
 
Презентация
ПрезентацияПрезентация
Презентация
 
Презентация
ПрезентацияПрезентация
Презентация
 
Презентация
ПрезентацияПрезентация
Презентация
 
Презентация
ПрезентацияПрезентация
Презентация
 
Современные направления в обучении иностранному языку
Современные направления в обучении иностранному языкуСовременные направления в обучении иностранному языку
Современные направления в обучении иностранному языку
 
Позиция звука Ш
Позиция звука ШПозиция звука Ш
Позиция звука Ш
 
Игра "Доскажи словечко"
Игра "Доскажи словечко"Игра "Доскажи словечко"
Игра "Доскажи словечко"
 
Составь пары по звучанию
Составь пары по звучаниюСоставь пары по звучанию
Составь пары по звучанию
 
Kekuatan pola pikir novi catur m
Kekuatan pola pikir novi catur mKekuatan pola pikir novi catur m
Kekuatan pola pikir novi catur m
 
Písmomalířství 21.4.2015
Písmomalířství 21.4.2015Písmomalířství 21.4.2015
Písmomalířství 21.4.2015
 
OP Transport 2020 2030
OP Transport 2020 2030OP Transport 2020 2030
OP Transport 2020 2030
 
Building and Construction Modules
Building and Construction ModulesBuilding and Construction Modules
Building and Construction Modules
 
Takahimara
TakahimaraTakahimara
Takahimara
 

Semelhante a 20 kesalahan dalam beraqidah

(PRILAKU TAAT KEPADA ATURAN,KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN DAN KERJA KERAS)
(PRILAKU TAAT KEPADA ATURAN,KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN DAN KERJA KERAS)(PRILAKU TAAT KEPADA ATURAN,KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN DAN KERJA KERAS)
(PRILAKU TAAT KEPADA ATURAN,KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN DAN KERJA KERAS)Tri Anggoro Broto
 
Week 4 konsep syahadah&tuntutannya
Week 4 konsep syahadah&tuntutannyaWeek 4 konsep syahadah&tuntutannya
Week 4 konsep syahadah&tuntutannyaredrumming
 
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...Putrybq
 
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6Ra Hardianto
 
Bahaya maksiat
Bahaya maksiatBahaya maksiat
Bahaya maksiatalaulawy
 
Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Muhsin Hariyanto
 
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Muhsin Hariyanto
 
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahAhlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahMuhamad Yogi
 
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujurSaatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujurRa Hardianto
 
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorangHelmon Chan
 
Ma’rifatul dienul islam
Ma’rifatul dienul islamMa’rifatul dienul islam
Ma’rifatul dienul islamSuseno Suseno
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Seri Sejarah Ekonomi Islam: faktor faktor yang mempengaruhi pemikiran ekonomi...
Seri Sejarah Ekonomi Islam: faktor faktor yang mempengaruhi pemikiran ekonomi...Seri Sejarah Ekonomi Islam: faktor faktor yang mempengaruhi pemikiran ekonomi...
Seri Sejarah Ekonomi Islam: faktor faktor yang mempengaruhi pemikiran ekonomi...Muhammad Jamhuri
 
Seri Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; pandangan islam tentang perkembangan ek...
Seri Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; pandangan islam tentang perkembangan ek...Seri Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; pandangan islam tentang perkembangan ek...
Seri Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; pandangan islam tentang perkembangan ek...Muhammad Jamhuri
 
2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslimShahirah Said
 

Semelhante a 20 kesalahan dalam beraqidah (20)

(PRILAKU TAAT KEPADA ATURAN,KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN DAN KERJA KERAS)
(PRILAKU TAAT KEPADA ATURAN,KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN DAN KERJA KERAS)(PRILAKU TAAT KEPADA ATURAN,KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN DAN KERJA KERAS)
(PRILAKU TAAT KEPADA ATURAN,KOMPETITIF DALAM KEBAIKAN DAN KERJA KERAS)
 
Aqidah salaf dan khalaf ust hasrizal
Aqidah salaf dan khalaf ust hasrizalAqidah salaf dan khalaf ust hasrizal
Aqidah salaf dan khalaf ust hasrizal
 
Week 4 konsep syahadah&tuntutannya
Week 4 konsep syahadah&tuntutannyaWeek 4 konsep syahadah&tuntutannya
Week 4 konsep syahadah&tuntutannya
 
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
Baiq Septia Rizkia Putri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S...
 
Pedoman Krr Islam
Pedoman Krr IslamPedoman Krr Islam
Pedoman Krr Islam
 
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
Pokok pokok-manhaj-salaf-1-6
 
Bahaya maksiat
Bahaya maksiatBahaya maksiat
Bahaya maksiat
 
Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
 
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
 
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahAhlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
 
Seputar Sekularisme
Seputar SekularismeSeputar Sekularisme
Seputar Sekularisme
 
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujurSaatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
Saatnya ahlu-haq-berlaku-jujur
 
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
5 (lima) perkara yang dapat meningkatkan iman seseorang
 
Ma’rifatul dienul islam
Ma’rifatul dienul islamMa’rifatul dienul islam
Ma’rifatul dienul islam
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
 
Seri Sejarah Ekonomi Islam: faktor faktor yang mempengaruhi pemikiran ekonomi...
Seri Sejarah Ekonomi Islam: faktor faktor yang mempengaruhi pemikiran ekonomi...Seri Sejarah Ekonomi Islam: faktor faktor yang mempengaruhi pemikiran ekonomi...
Seri Sejarah Ekonomi Islam: faktor faktor yang mempengaruhi pemikiran ekonomi...
 
Seri Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; pandangan islam tentang perkembangan ek...
Seri Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; pandangan islam tentang perkembangan ek...Seri Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; pandangan islam tentang perkembangan ek...
Seri Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; pandangan islam tentang perkembangan ek...
 
2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim2. akidah teras pembangunan muslim
2. akidah teras pembangunan muslim
 
Bab x
Bab xBab x
Bab x
 
19245815 perkara-yang-merosakkan-aqidah (1)
19245815 perkara-yang-merosakkan-aqidah (1)19245815 perkara-yang-merosakkan-aqidah (1)
19245815 perkara-yang-merosakkan-aqidah (1)
 

20 kesalahan dalam beraqidah

  • 1. 20 Kesalahan Dalam Beraqidah Sunday, 03 October 2004 Kondisi umat Islam sekarang ini sudah sedemikian memprihatinkan. Krisis multi dimensi dalam tatanan kehidupan beragama semakin terasa. Sosok muslim ideal yang sesuai dengan syariat telah ditinggalkan. Kesalahan-kesalahan dalam pengamalan sehari-hari mereka tampilkan, baik dalam bentuk lisan, amalan atau keyakinan. Dan lebih parah lagi mereka tidak sadar bahwa bila telah melakukan suatu kesalahan.Oleh karena itu kami akan mengangkat kesalahan-kesalahan umat Islam dalam permasalahan aqidah yang telah menyebar dan begitu popoler di masyarakat. Semoga kita bisa mengambil manfaat darinya. Kondisi umat Islam sekarang ini sudah sedemikian memprihatinkan. Krisis multi dimensi dalam tatanan kehidupan beragama semakin terasa. Sosok muslim ideal yang sesuai dengan syariat telah ditinggalkan. Kesalahan-kesalahan dalam pengamalan sehari-hari mereka tampilkan, baik dalam bentuk lisan, amalan atau keyakinan. Dan lebih parah lagi mereka tidak sadar bahwa bila telah melakukan suatu kesalahan. Oleh karena itu kami akan mengangkat kesalahan-kesalahan umat Islam dalam permasalahan aqidah yang telah menyebar dan begitu popoler di masyarakat. Semoga kita bisa mengambil manfaat darinya. 1. Kesalahan memahami kalimat lailahailallah Ini merupakan kesalahan esensial di tengah masyarakat muslimin dewasa ini. Mereka mencukupkan Laa ilaahaillallah hanya di lisan saja tanpa menyadari, bahwa kalimat tauhid ini menuntut perkara-perkara lain. Diantara perkara-perkara yang dituntut adalah nafi dan itsbat. Nafi maknanya ialah seseorang yang telah mengucapkan kalimat tauhid ini harus membuang semua bentuk peribadaatan kepada selain Allah. Makna itsbat adalah menetapkan semua bentuk-bentuk peribadatan hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya.Maksudnya adalah pemurnian agama itu hanya untuk Allah dan kufur (mengingkari) terhadap sesembahan selainNya. Berdasarkan firman Allah, "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu.” QS. An-Nahl 36) Oleh karena itu dalam melafazkan kalimat tauhid ini harus ada konsekwensi yang mesti dipenuhi. Yaitu mengesakan Allah yang disertai ketaatan dan ketundukan untuk melaksanakan perintahNya dan mejauhi larangan-laranganNya. Bukan hanya sekedar beribadah kepada Allah saja tanpa diiringi dengan pengingkaran terhadap thagut. 2. Istihzaa‟ (memperolok) perkara-perkara agama Sebagai misal meperolok-olokkan masalah jenggot, jilbab, menaikkan pakaian diatas mata kaki, Islam sudah tidak relevan dengan zaman kerena membatasi kebebasan waanita, hukum waris dan lain sebagainya.Ketahuilah, jika olok-olokan itu ditujukan kepada syariat maka, sungguh dia telah menjadi kafir dan keluar dari ajaran agama Islam. Karena menghina syariat berarti menghina pembuat syariat, yaitu Allah. Begitu pula ia telah menghina Rasulullah n *) *)[lih. At-Tauhid oleh Shalih Fauzan hal.42]. berdasarkan dalil, "Katakanlah,"Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS At-Taubah: 65-66) Dan seandainya olok-olokkan itu ditujukan kepada orangnya (pelaku syariat), maka dia termasuk orang yang fasiq dan sudah tergelincir di tempat yang sangat berbahaya.
  • 2. 3. Ungkapan sebagian orang, “Ini sudah kehendak takdir”, atau, “Jika zaman sudah berkehendak maka akan menjadi begini dan begini”. Ini juga merupakan kesalahan yang harus segera ditinggalkan. Karena zaman dan takdir tidak memiliki kehendak. Kehendak dan takdir kepunyaan Allah. Perhatikanlah firman Allah, "Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.(QS Al-Furqan: 2 ) Termasuk sifat Allah adalah berbuat sesuai dengan kehendakNya. Tidak akan pernah ada satu kejadianpun kecuali dengan iradahNya. Tidak akan ada di alam ini satupun yang keluar dari ketentuan takdirNya, dan tidak akan muncul kecuali karena takdirNya pula. Apa yang ditakdirkan tidak akan pernah meleset. *) *)[Syarh Lum‟atul I‟tiqad hal. 89 oleh Syaikh Shalih al-Utsaimin] 4. Perkataan yang masyhur dari kalangan ilmuwan atau pelajar yang mempelajari ilmu Biologi, Kimia atau yang lain, “Partikel ini tidak mungkin bisa hancur” atau “Tidak mungkin zat ini akan terbentuk” dan ucapan-ucapan lain yang senada. Mereka tidak sadar, bahwa ucapan termasuk bathil. Perlu diingat, semua yang ada di alam ini asalnya tidak ada. Allahlah yang menciptakannya dan semua makhluk pasti akan mengalami kehancuran atau kematian. Kemudian Allah hidupkan pada saat yang lain sesuai dengan kehendak Allah. "Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk : 2) Jadi tidak ada satu makhlukpun yang hancur atau tercipta dengan sendirinya. Adapun makhluk yang bakal Allah kekalkan adalah Syurga dan Neraka disertai dengan kenikmatan atau adzab didalamnya, begitu juga dengan penghuninya. Sedangkan yang lain akan mengalami kehancuran. *) *)[tiap-tiap yang berjiwa pasti merasakan kematian] 5. Mengeluh dan mencela waktu. Kesalahan seperti ini lebih banyak dilakukan oleh para penyair, seniman dan sastrawan melalui karya- karyanya. Kemudian diikuti oleh masyarakat umum sehingga menjadi suatu yang lumrah di kalangan masyarakat. Contohnya, “Zaman telah menguasaiku” atau “Zaman telah berkhianat” atau “Zaman telah gila” dan lain sebagainya. Untuk lebih jelas, perhatikanlah penjelasan berikut ini. Jika yang dimaksud hanya untuk memberikan tentang sifat suatu „zaman‟, maka hal itu diperbolehkan. Contoh, “Hari ini sangat panas” atau “sangat dingin” dengan syarat tanpa disertai celaan, berdasarkan firman Allah atas ucapan Luth alaihis salam, "Ini adalah hari yang amat sulit".. (QS. Huud : 77) Jika celaan terhadap waktu diiringi dengan keyakinan bahwa „waktu‟ adalah penentu terhadap berbagai kejadian (musibah dan bencana), maka hal ini termasuk perbuatan syirik akbar (besar) karena berkeyakinan ada kekuatan atau kekuasaan selain Allah. Berdasarkan dalil, "Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari". (QS. Al-Faathir : 13)
  • 3. Jika terjadi celaan terhadap waktu namun si pencela masih berkeyakinan bahwa Allahlah pelakunya dan penentunya, maka hal ini termasuk larangan. *) *)[Untuk lebih jelas, lihat Syarh Lum‟atul I‟tiqad hal. 22 atau Al-Manahi Al-Syar‟iyah hal 74 oleh Syeikh Salim Al-Hilali] Dalilnya, Janganlah kalian mencela waktu karena sesungguhnya Allah itu adalah penentu waktu. Maksudnya, Dialah Allah yang mengatur dan mengusai waktu (masa), berdasarkan dalil, Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda, Allah berfirman, “Aku disakiti oleh Anak Adam ia mencela waktu, Aku adalah pengatur waktu. Aku membolak-balikkan siang dan malam.” (HR. Muslim 5862) Oleh karena itu kita harus meyakini bahwa kekuasaan mutlak hanya berada di tangan Allah. Keyakinan yang sebenar-benarnya disertai dengan membenarkan secara lisan dan amalan *) *)[Tentang celaan tidak hanya terbatas pada waktu saja, karena kita juga dilarang mencela kendaraan, angin, ayam jantan dan penyakit panas. Lihat Hashaidul Alsun hal. 156-159 oleh Husein Al-Uwaisyah] 6. Ketika seseorang memperingatkan orang lain dengan sunnah terutama yang menyangkut perkara yang zahir seperti, “Pakailah jilbab !” atau, “Peliharalah janggutmu” atau, “Naikkanlah pakaianmu diatas mata kaki”, maka dia akan menjawab, “Hal itu tidak penting karena taqwa itu tempatnya di hati.” Ketahuilah, bahwa jawaban itu merupakan jawaban yang benar, namun dibalik jawaban itu terselubung niat yang bathil. Rasulullah juga pernah mengatakannya, akan tetapi kapankah beliau mengucapkannya? Beliau mengucapkannya ketika memberikan nasehat kepada para shahabatnya agar mereka berpegang teguh dengan adab-adab Islam. Beliau berkata, "Janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling bersaing, jangan saling bermusuhan, janganlah membeli diatas pembelian orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, jangan ia mendhalimi saudaranya, jangan mentelantarkannya, jangan menghinanya. Taqwa tempatnya disini (Beliau mengisyaratkan ke dada tiga kali) Cukuplah keburukan bagi seseorang yang dia meremehkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim diharamkan kepada muslim yang lain darah, harta dan kehormatannya." (Shahih Muslim 2564) Begitulah, Rasulullah mengucapkan perkataan itu dalam perkara-perkara mu‟amalah. Sedangkan pada diri orang yang dinasehati tersebut jelaslah tidak menginginkan untuk mengamalkan nasehat dan sunnah. Seandainya hal itu benar-benar ada pada hatinya. Maka secara otomatis anggota tubuhnya akan tunduk dan segera merealisasikan taqwa dalam bentuk amalan, sebagaimana yang dilakukan oleh para shahabat ketika di nasehati Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. 7. Perkataan sebagian orang setelah terjadi satu kejadian yang tidak di sukai, “Seandainya tadi ini yang dikerjakan tentu terjadi begini dan begini” Hal ini termasuk larangan karena berpaling dari takdir Allah l berdasarkan sabda Rasulullah , “Bersungguh-sungguhlah pada suatu yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah dan janganlah merasa lemah ! Jika kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan, “Seandainya saya mengerjakan begini maka akan terjadi begini” akan tetapi ucapkanlah, “Allah sudah mentakdirkan dan apa yang Dia dikehendaki Allah pasti akan terjadi”. Sesungguhnya ucapan, „Seandainya‟ akan membuka peluang syaithan.” (HR. Muslim) Akan tetapi kadang timbul pertanyaan, “Apakah semua ucapan „Seandainya‟ itu dilarang secara mutlak dalam semua permasalahan atau tidak ?” Jawabnya adalah sebagai berikut: a. Jika lafaz „seandainya‟dimaksudkan sekedar pemberitahuan, maka hal diperbolehkan. Misalnya, “Seandainya engkau datang, aku pasti akan memuliakanmu !” atau “Seandainya aku tahu engkau ada pasti aku akan mengunjungimu !”
  • 4. b. Jika dimaksudkan untuk pengharapan terhadap perkara yang di syari‟atkan, maka hal itu dianjurkan bahkan disunnahkan. Contoh, “Seandainya aku memiliki kemampuan, maka aku akan berhaji” atau “Seandainya aku memiliki harta, maka aku akan bershadaqah” Hal ini berdasarkan kisah dua orang yang diceritakan oleh Rasulullah n dalam yang masyhur, ”Dunia ini hanya milik empat golongan. Kemudian Beliau menyebutkan dua orang. Seseorang yang diberi harta oleh Allah k lalu ia menginfakkan hartanya di jalan Allah, dan seseorang yang tidak diberi harta tetapi dia berkata, “Seandainya aku memiliki harta seperti Fulan, sungguh aku pasti beramal sebagaimana dia beramal.” (Shahih Jami‟ 3024) c. Sikap mengeluh terhadap sesuatu yang telah terjadi. Maka hal ini terlarang berdasarkan hadits diatas. 8. Do‟a yang diucapkan sebagian orang kepada sebagian yang lain, “Semoga Allah memanjangkan umurmu” atau, “Semoga Allah mengekalkan hari-harimu”. Hal ini tidak diperbolehkan karena tidak akan pernah ada seorangpun yang kekal. Berdasarkan firman Allah l , Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan.(QS. Ar-Rahman : 26-27) Jika ingin mendo‟akan orang lain, ucapkanlah, “Semoga Allah memanjangkan umurmu dalam ketaatan” karena hidup tidak akan berguna jika jauh daari ketaatan kepada Allah l . 9. Salah memahami „Ibadah‟. Sebagian orang menyangka bahwa ibadah hanya berkisar pada shalat, puasa, zakat dan haji. Padahal ibadah itu mencakup seluruh cabang-cabang iman yang jumlahnya sekitar tujuhpuluh lebih. "Iman itu ada 70 atau 60 cabang lebih. Yang paling afdhal adalah ucapan laa ilaaha illaallaah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu termasuk cabang dari iman". (HR. Muslim) Maka jelaslah, bahwa ibadah itu mencakup seluruh aspek kehidupan meliputi aspek mu‟amalah, perekonomian, dan persenjataan (yang sesuai dengan syari‟at). 10. Munculnya syubhat, “Terkadang kecanggihan teknologi bisa membantah nash (teks) dari Al-Qur‟an maupun dari Hadits.” Ketahuilah, wajib bagi seorang muslim berkeyakinan bahwa yang ada dalam Al-Qur‟an ataupun Hadits yang shahih tidak mungkin bertentangan dengan teknologi yang benar. Ini merupakan kenyataan yang wajib bagi kita untuk mengimaninya dan membenarkan yang telah dijelaskan Allah dan RasulNya. Misalnya, muncul keragu-raguan sebagian orang terhadap firman Allah l, "Dan Dia mengetahui apa-apa yang ada di dalam rahim". (QS Luqman : 34) Berdasarkan ayat diatas, apa-apa yang ada di dalam rahim hanyalah Allah yang mengetahuinya dan merupakan rahasiaNya. Namun kenyataannya (menurut mereka), para dokter juga bisa mengetahui apa yang di rahim dengan peralatan modern. Yaitu tentang jenis kelamin janin. Inilah salah satu contoh syubhat yang bisa menggoyahkan keimanan. Maka sebagai jawabannya adalah sebagai berikut.
  • 5. Lafazh “maa” pada ayat tersebut termasuk lafaz yang bermakna umum. Artinya bisa mencakup semua yang berkaitan dengan janin dalam ciptaannya. Bentuk, warna, panjang, rizqi, amalan, keadaannya di dunia (sengsara atau bahagia), ajalnya dan lain sebagainya. Berdasarkan hadits Ibnu Mas‟ud z , "Sesungguhnya salah seorang diantara kalian, dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi segumpal darah yang menggantung selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama 40 har. Kemudian seorang Malaikat diutus kepada janin tersebut, lalu ia meniupkan ruh dan diperintahkan dengan empat perkara yaitu tentang rizkinya, ajalnya, amalannya dan celaka atau bahagia. (HR. Bukhari) Pengetahuan terhadap janin masuk dalam takdir Allah l dan dokter tidak akan bisa mengetahuinya kecuali setelah diciptakan, disempurnakan bentuknya, hampir keluar dari rahim ibunya. Bagaimana sebelum itu, maka mereka tidak akan bisa mengetahuinya, walaupun menggunakan alat yang canggih sekalipun. Oleh karena itu jelaslah bahwa nash itu tidak akan bertentangan dengan teknologi yang benar. 11. Masyhurnya beberapa nama yang selayaknya di ganti karena mengandung tazkiyah (penyucian) terhadap diri. Seperti: Iman, Fitnah, Abrar, Mallak dan lain sebagainya. Rasulullah pernah merubah nama “Murroh” menjadi Zaenab atau Juwairiyah. *) *)[lihat Fathul Baari no. 6192, Muslim 2140] 12. Dugaan sebagian orang “Semua perkara itu sudah ditakdirkan, maka kita tidak perlu berdo‟a kepada Allah.” Ini juga termasuk kesalahan yang menyebar di tengah umat. Perlu diketahui bahwa do‟a termasuk sebab, berdasarkan sabda Rasulullah, "Tidak ada yang bisa merubah takdir kecuali do‟a". (Dihasankan oleh Al-Albani) Maksudnya, bahwa do‟a termasuk penyebab. Kadang-kadang Allah menghindarkan musibah seseorang disebabkan do‟a. Atau Allah memberikan kebaikan anak dan rizki juga disebabkan do‟a. Berdasarkan hadits dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam , "Tidaklah seorang hamba berdo‟a, tidak meminta keburukan atau untuk memutuskan tali silaturrahim kecuali Allah akan memberikan satu diantara tiga hal. Yaitu dikabulkan doanya, atau Allah hindarkan dia dari keburukan atau Allah simpan doanya di sisi Allah untuk dia. Mereka berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak do‟a” Rasulullah menjawab, “Allah lebih memperbanyak (pengabulanNya).” (HR Tirmidzi) Do‟a merupakan ibadah dan kita diperintahkan untuk berdo‟a. Do‟a merupakan sebab dari takdir dan sesungguhnya do‟a juga sudah ditakdirkan oleh Allah. Dan Rabbmu berfirman, “Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.". (QS 40 : 60) Jawaban seseorang ketika dilarang dari penyimpangan, ia menjawab,“Karena kebanyakan orang melakukannya.” Jelas ini merupakan jawaban yang tidak berdasar (hujjah) dan jauh dari kebenaran. Sebagaimana kita saksikan bahwa kebanyakan orang pada zaman sekarang tidak memahami syari‟ah Islam serta banyak menyimpang dari Islam. Hal ini dipertegas dengan firman Allah, Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya (QS Al-An‟am: 116) Ditambah lagi dengan sedikitnya Ahlus Sunnah dibandingkan dengan banyaknya Ahlul bid‟ah, belum lagi orang-orang kafir. Oleh karena itu, wajib bagi kita mengikuti yang sedikit tetapi berada di atas kebenaran.
  • 6. 14. Sebagian orang menggantungkan tulisan yang berlafadz Allah dan Muhammad secara sejajar di dinding-dinding rumah, papan-papan atau kitab-kitab dan lainnya. Hal ini termasuk larangan. Karena memiliki makna menjadikan tandingan bagi Allah k . Lebih parah lagi, seandainya yang menyaksikannya dari kalangan orang-orang awam yang tidak mengetahui maknannya. Mereka menganggap bahwa, seolah ada kesejajaran kedudukan antara Allah dan Muhammad. Perhatikanlah firman Allah, "Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al- Baqarah: 22) Dan jika lafadz Muhammad dihilangkan, maka tinggalah lafadz Allah saja. Dan ini juga termasuk kesalahan. Karena lafadz Allah saja termasuk dari dzikir sufiyah yang lazimnya, dengan mengucap „Allah…Allah…Allah‟. Oleh karenanya, selayaknya kita meninggalkan hal yang semacam ini (menggantungkan lafadz semacam ini) . Hal ini belum pernah dicontohkan oleh Salaf As-Shalih g . 15. Persaksian ucapan dengan „Syahid‟ terhadap orang yang meninggal di jihad fisabilillah. Maka semacam ini termasuk kesalahan juga. Karena hanya Allahlah yang mengetahui keadaan hati orang tersebut. Allah yang lebih mengetahui terhadap orang-orang yang jihad fi sabilillah. Kita tidak bisa mengetahui hakekat hati orang yang meninggal tersebut. Apakah benar-benar ikhlas niatnya ataukah tidak ? Sehingga masih berharap dunia. Atau apakah aqidahnya sudah lurus ataukah belum? Selayaknya kita hanya mengatakan sebagaimana yang dikatakan Rasulullah n secara umum, Barangsiapa yang meninggal atau terbunuh di jalan Allah maka dia adalah syahid. Oleh karena itu kita dilarang menetapkan seseorang tertentu yang meninggal di jalan Allah dengan sebutan „syahid Fulan‟, karena ta‟yin itu membutuhkan dalil. Jadi lafadz ãä menunjukkan keumuman, bukan ta‟yin (pengkhususan) terhadap seseorang tertentu. Sehingga selayaknya kita mendoakan dengan mengatakan, “Semoga dia termasuk syahid”, bukan dengan “syahid Fulan.” 16. Merasa ada keberuntungan atau kesialan berkaitan dengan mushaf (al-Qur‟an). Maksudnya, ketika membuka mushaf kemudian menjumpai ayat yang didalamnya ada kebaikan, maka optimis mendapatkannya. Dan sebaliknya, ketika membaca ayat yang didalamnya ada keburukan (adzab), maka merasa pesimis terhindar darinya. Oleh karena itu para ulama melarang hal semacam ini. 17. Penulisan SAW untuk mempersingkat Kalangan ulama musthalah hadits, melarang hal ini. Karena termasuk menghilangkan pahala shalawat atas Rasulullah bagi seseorang. Dan seandainya saja seseorang menulis shalawat secara lengkap, maka penulisnya akan mendapat pahala. Begitu pula orang-orang yang membacanya. "Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali karenanya. "(Abu Daud) Maka tidak selayaknya bagi seorang muslim meninggalkan pahala yang besar hanya karena untuk mempercepat dan mempersingkat tulisan.
  • 7. 18. Mengiringi doa dan masyi‟ah (kehendak) seperti doa sebagian orang “mudah-mudahan Allah merahmatimu, Insya Allah!” atau “semoga Allah memberikan rizqi kepadamu, Insya Allah !” Perhatikanlah dua contoh doa di atas sehingga nampak jelas. Maka doa tersebut termasuk larangan jika dalam masyi‟ah tersebut, kita bersikap masa bodoh terhadap doa kita (dikabulkan atau tidak terserah Allah Ta'ala) tanpa adanya harapan. Berdasarkan sabda Rasulullah , "Janganlah salah seorang dari kalian berkata-kata,”Ya Allah ampunilah aku jika engkau berkehendak dan rahmatilah aku jika engkau berkehendak…”(Bukhari kitab Ad-Da‟awat 6339, Muslim Kitab Dzikir dan Do‟a no. 2679). Akan tetapi diperbolehkan berdo‟a disertai masyi‟ah (khat) dengan syarat bertabaruk dan mengharapkan dengan sangat dikabulkan doanya. 19. Mencaci-maki syetan. Hal ini juga termasuk larangan berdasarkan sabda Nabi , " Janganlah kalian mencela syetan dan berlindunglah kepada Allah dari keburukkannya" (As-Shahihah no. 2422 dikeluarkan Ad-Dalimi dan selainnya). Dan hadits yang lain,Dari Abu Malik, dari seorang laki-lak, dia berkata, “Aku membonceng Rasulullah n maka terantuklah tungganganya.” Maka aku katakana, “Celakalah setan.” Maka beliau bersabda,“Janganlah engkau katakan „celaka setan‟. Jika engkau mengatakan hal itu, setan akan merasa dirinya besar sampai sebesar rumah dan dia akan berkata „dengan kekuatanku !‟akan tetapi katakanlah,‟Bismillah‟. Maka jika engkau katakan demikian, dia akan merasa kecil sekecil lalat.” (Dikeluarkan Abu Daud, dan selainnya. Lihat Al-Kalam At-Thayib 237)*) *)[Ucapan “Celakalah engkau syaitan!” memberikan kesan, bahwa setan memiliki andil dalam suatu kejadian. Sehingga setan menjadi bangga dengan hal itu. red] Dan perlu diketahui bahwa pencelaan/pencacimakian kita terhadap setan tidak berpengaruh sedikitpun terhadap keputusan Allah karena kita mencaci atau tidak, syetan sudah dilaknat oleh Allah. 20. Merasa akan mendapat sial pada bulan safar, dengan berkeyakinan akan banyak terjadi “bala” sehingga menunda safar (berpergian), pernikahan dan lain-lainnya. Perhatikanlah sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, "Tidak ada penyakit menular, tidak ada tathayur, tidak ada hammah tidak ada safar". (HR. Bukhari 5757, Muslim 2220) Menurut sebagian ulama, yang dimaksud dengan shafara adalah bulan safar. Dan ini berdasarkan pendapat yang rajih. Oleh karena itu selayaknya bagi kita memperlakukan bulan ini seperti bulan-bulan yang lain, tanpa dihinggapi rasa khawatir dan dibayangi kesialan terhadap seseuatupun yang akan terjadi. Demikianlah duapuluh kesalahan dalam beraqidah yang telah menyebar dan begitu populer di tengah umat. Pun masih banyak didapati kesalahan-kesalahan aqidah yang lain. Semoga Allah senantiasa membimbing kita, sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Amiin. Wallahu „alam. diambil dari majalah As-Sunnah – Solo; edisi 5 tahun 2002 “Amar Makruf Nahi Mungkar”, diketik ulang oleh ummu raihanah untuk Jilbab Online