2. Pengertian
Al ghozali dalam ihya’ memandang bahwa ma’rifah datang sebelum
mahabbah tetapi Al Kalabi dalam al-ta’arruf menyebut dan
menjelaskan ma’rifah sesudah mahabbah.
Ada pula yang berpendapat bahwa ma’rifah dan mahabbah merupakan
kembar 2 yang selalu disebut bersamaan. Dengan kata lain mahabbah
dan ma’rifah menggambarkan dua aspek dari hubungan rapat yang ada
antara seorang sufi dengan Tuhan.
Mahabbah menggambarkan hubungan rapat dalam bentuk cinta, dan
ma’rifah menggambarkan hubungan rapat dalam bentuk gnosis,
pengetahuan dengan hati nurani.
3. Kesimpulan
Ma’rifah : memahami sesuatu dengan
memikirkan dan merenungkan terhadap
pengaruhnya.
Ma’rifatullah : memahami Allah dengan
memikirkan dan merenungkan pengaruh-
Nya terhadap seluruh makhluk ciptaan-Nya.
4. Dari leiteratur yang diberikan tentang ma’rifah, ma’rifah
berarti pengetahuan Tuhan dari dekat, sehingga hati
sanubari dapat melihat Tuhan. Oleh karena itu orang
sufi mengatakan :
Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia
terbuka, mata kepalanya akan tertutup, dan diketika itu yang
dikihatnya hanya Allah.
Ma’rifah adalah cermin, kalau seorang arif melihat kecemin
itu yang akan dilihatnya hanyalah Allah.
Yang dilihat seorang arif baik sewaktu tidur maupun sewaktu
bangun hanya Allah.
Sekiranya ma’rifah mengambil bentuk materi, semua orang
yang melihat padanya akan mati karena tidak tahan melihat
kecantikan serta keindahannya, dan semua cahaya akan
menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang paling
5. Menurut Zunnun Al-Misrilah ada 3 macam
pengetahuan tentang Tuhan :
Pengetahuan awam : Tuhan satu dengan perantara ucapan
syahadat.
Pengetahuan ulama : Tuhan satu menurut logika akal.
Pengetahuan sufi : Tuhan satu dengan perantara hati-
sanubari.
Pengetahuan dalam arti 1 dan 2 belum merupakan
pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Keduanya disebut
ilmu bukan ma’rifah. Pengetahuan dalam arti ke-3 lah
yang merupakan pengetahuan hakiki tentang Tuhan
dan pengetahuan ini disebut ma’rifah. Ma’rifah hanya
terdapat pada kaum sufi, yang sanggup melihat Tuhan
dengan hati sanubari mereka.
6. Alat penghubung dengan Tuhan
Menurut al-qusyairi ada 3 alat dalam tubuh manusia yang dipergunakan sufi dalam
hubungan meraka dengan Tuhan.
Al-Qolb, untuk mengetahui sifat-sifatTuhan,
Ruh untuk mencintai Tuhan
Sir untuk melihat Tuhan.
Sir lebih halus dari Ruh dan Ruh lebih halus dari Qalb. Qalb tidak sama dengan jantung
atau heart dalam bahasa inggris karena Qalb, selain dari alat untuk merasa adalah juga alat
untuk berfikir.
Perbedaan Qalb dengan Aql , ialah bahwa Aql tidak bisa memperoleh pengetahuan yang
sebenarnya tentang Tuhan, sedang Qalb bisa mengetahui hakekat dari segala yang ada, dan
jika dilimpahi cahaya Tuhan bisa mengetahui cahaya-cahaya Tuhan.
Kelihatannya Sir bertempat di Ruh, dan Ruh bertempat di Qalb, dan Sir timbul dan dapat
menerima illuminasi dari Allah kalau Qalb dan Ruh telah suci sesuci-sucinya dan kosong
sekosong-kosongnya. Kosongnya, tidak berisi apapun. Diwaktu itulah Tuhan menurunkan
cahaya-Nya kepada sang sufi dan yang dilihat oleh sufi itupun hanya Allah. Disini
sampailah ia ke tingkat ma’rifah.
7. Memperoleh ma’rifah merupakan proses yang bersifat
kontinu. Makin banyak seorang sufi memperoleh ma’rifah
dari Tuhan, makin banyak yang diketahuinya tentang
rahasia-rahasia Tuhan, dan ia pun makin dekat dengan
Tuhan.
Tetapi memperoleh ma’rifah yang penuh tentang Tuhan,
tidak mungkin karena manusia bersifat finit, sedang Tuhan
bersifat infinit. Sebagai kata al-junaed “ cangkir teh tak
akan bisa menampung segala air yang ada di laut”.
Ma’rifah serupa ini diakui oleh Ahli Sunnah dan Jama’ah
karena ma’rifah ini diterima oleh al-ghozali. Dan al ghozali
lah yang membuat tasawuf menjadi halal bagi kaum
syari’at, sesudah kaum ulama memandangnya sebagai hal
menyeleweng dari islam, yaitu tasawwuf sebagai yang
diajarkan al bistami dan al hallaj ittihad dan hulul. Bagi al
ghozali ma’rifah ialah mengetahui rahasia Allah dan
8. Ma’rifah bagi al ghozali ialah juga memandang kepada
wajah Allah SWT. Tetapi bagi al ghozali ma’rifah terlebih
dahulu dalam tertib dari mahabbah karena mahabbah
timbul dari a’rifah. Dan mahabbah baginya bukan
mahabbah sebagai yang diucapkan oleh Rabi’ah, tetapi
mahabbah dalam bentuk cinta seseorang kepada yang
berbuat baik kepadanya, cinta yang timbul dari kasih dan
rahmat Tuhan kepada manusia yang memberi manusia
hidup, rezeki, kesenangan dan lain-lain.
Menurut al ghozali ma’rifah dan mahabbah inilah
setinggi-tinggi tingkat yang dapat dicapai seorang sufi.
Dan pengetahuan yang diperoleh dari ma’rifah lebih
tinggi mutunya dari pengetahuan yang diperoleh dengan
akal.
9. Urgensi Mengenal Allah
Seseorang yang mengenal Allah akan:
Mengetahui tujuan hidupnya.
Hidup sesuai dengan keinginan Allah.
Selamat dunia akhirat.
10. Hikmah mengenal Allah :
Mendapatkan kenikmatan dalam beribadah.
Mendapatkan kelapangan dalam hidupnya.
QS. Thoha : 124
Mendapatkan kesungguhan hati dalam
melaksanakan perintah Allah.