SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 161
1 
HUKUM KETENAGAKERJAAN 
REFERENSI BUKU; 
1. ASPEK HUKUM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (ABDUL KHAKIM, SH., MH)., 
PT. CITRA ADITYA BAKTI, 2010). 
2. PANDUAN PRAKTIS HUKUM KETENAGAKERJAAN 
(WHIMBO PITOYO SE., SH., MBA., VISI MEDIA, 2010). 
3. DINAMIKA & KAJIAN TEORI HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA (DR. AGUSMIDAH, SH., MH., 
GHALI INDONESIA, 2010). 
4. DILEMATIKA HUKUM KETENAGAKERJAAN, TINJAUAN POLITIK HUKUM (DR AGUSMIDAH , SH., 
M.HUM, PT. SOFTMEDIA, 2011). 
5. SINKRONISASI HUKUM PERBURUHAN TERHADAP KONVENSI ILO (ASRI WIJAYANTI, CV. KARYA 
PUTRA DARWATI, 2012).
2 
PENGERTIAN HUKUM KETENAGAKERJAAN; 
PASAL 1 AYAT (1) UU NO.13 TAHUN 2003 TENTANG 
KETENAGAKERJAAN; 
KETENAGAKERJAAN ADALAH SEGALA HAL YANG YANG 
BERHUBUNGAN DENGAN TENAGA KERJA PADA WAKTU 
SEBELUM, SELAMA DAN SESUDAH MASA KERJA.
SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN: 
PANCASILA 
UUD 1945 PASAL 27 AYAT ( 2 ) 
UNDANG-UNDANG NO.13 TAHUN 2003 
UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 2004 TTH PPHI 
UNDANG-UNDANG 21 TAHUN 2000 TTG SP/SB 
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 1981 
KONVENSI ILO 
DAN PERATURAN LAINYA
4 
PERMASALAHAN KETENAGAKERJAAN SAAT INI 
DALAM KONFERENSI INTERNASIONAL ASOSIASI PEMBANGUNAN 
MANUSIA DAN KAPABILITAS (HUMAN DEVELOPMENT AND 
CAPABILITY ASSOCIATION) DI JKT, RABU, TGL 5/9/2012. 
ERIC MASKIN, PERAIH NOBEL EKONOMI 2007, BERPENDAPAT; 
GLOBALISASI BELAKANGAN JUSTRU MENINGKATKAN KESENJANGAN 
KESEJAHTERAAN DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG. 
GURU BESAR EKONOMI UNIVERSITAS CORNEL, AS, KAUSIK BASU 
MENYATAKAN, PERTUMBUHAN EKONOMI YANG DIIKUTI DENGAN 
MELEBARNYA KESENJANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 
ADALAH FENOMENA UMUM DI NEGARA BERKEMBANG PADA 
ERA GLOBALISASI. 
SOLUSI; KETERAMPILAN BURUH KUNCI TEKANAN KESENJANGAN 
KOMPAS, KAMIS, 6 SEPTEMBER, 2012, HAL.1
5 
PENGANGURAN DI KALTIM 
TAHUN JULAH ORANG PERSENTASE 
2010 166,557 10,10 
2011 173,693 9,84 
2013, TARGET 151,569 7,42 
TAHUN LOWONGAN 
2011 3,000 
2012 3,537 
MENURUT KABID. TENAGA KERJA DISNAKERTRANS KALTIM; 
PENYEBAB PENGANGGURAN BISA DARI, PERTAMBAHAN 
PENDUDUK, LEMAHNYA SKILL DAN KEAHLIAN ATAU ANGKA 
TRANSMIGRASI, KALTIM POST, SELASA, 15 MEI 2012, HAL. 37. 
PENGAGURAN JUGA DISEBABKAN, PENDATANG NON 
TRANSMIGRASI.
SEJARAH HUKUM KETENAGAKERJAAN 
Dalam era industrialisasi, Perselisihan Hub.Industrial menjadi semakin 
kompleks, utk penyelesaiannya diperlukan institusi yg mendukung 
mekanisme penyelesaian perselisihan yg cepat, tepat, adil dan 
murah; 
UU 22 tahun 1957 dan UU 12 tahun 1964, sudah tidak sesuai lagi dg 
perkembangan keadaan dan kebutuhan tersebut; 
UU yg baru ini diperlukan karena : 
1. Sejak diberlakukannya UU. No.5 Thn 1986 ttg PTUN, maka 
Putusan P4P ygy semula bersifat Final dpt diajukan gugatan pd 
PTTUN yg selanjutnya dpt dimohonkan Kasasi pd Mahkamah 
Agung; 
2. Adanya kewenangan Menakertrans untuk 
menunda/membatalkan putusan P4P atau biasa disebut Hak 
Veto Menteri dan ini dianggap campur tangan pemerintah yg 
tidak sesuai lagi dengan paradigma yg berkembang dalam 
masyarakat; 
3. UU No.22 Thn 1957 mengatur hanya 1(satu) SP/SB yg dpt menjadi 
pihak dlm Penyelesaian Perselisihan HI.
MATRIK PERSANDINGAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN 
BERDASARKAN PPHI DENGAN UU NO. 22/57 
DAN UU NO. 12/1964 
NO POKOK MATERI UU NO. 22/1957 UU NO. 12/1964 UU N0. 2/2004 
1 Kelembagaan • Pemerantaraan 
• Arbitrase 
• P4 Daerah 
• P4 Pusat 
• P.T.U.N 
• Mahkamah Agung 
Mengikuti kelembagaan 
menurut UU No. 
22/1957 
• Mediasi 
• Konsiliasi 
• Arbitrase 
• Pengadilan PHI 
(masuk dalam 
kompetensi lingkup 
Badan Peradilan 
Umum) 
• Mahkamah Agung 
2 Jenis Perselisihan • Hak 
• Kepentingan 
• PHK • Hak 
• Kepentingan 
• PHK 
• Antar SP/SB 
3 Pihak-pihak yang 
berselisih 
• Majikan atau 
perkumpulan majikan 
• SP/SB atau Gabungan 
SP/SB 
• Pekerja (perorangan) 
• SP/SB 
• Pengusaha 
• Gabungan 
Pengusaha 
4 Waktu Penyelesaian Relatif cukup lama 
• Tidak diatur batas waktu 
di P4D atau P4P 
Singkat 
• Paling lama 140 hari 
kerja
Pengertian : 
1. Hubungan Kerja 
adalah hubungan yang terjalin antara penerima kerja dan 
pemberi kerja berdasarkan perjanjian kerja baik untuk waktu 
tertentu maupun tidak tertentu yang mengandung adanya 
unsur pekerjaan, upah dan hubungan dibawah perintah. 
2. Hubungan Industrial 
Suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku 
proses produksi barang dan jasa yaitu pekerja, pengusaha 
dan pemerintah
PEMERINTAH 
PEKERJA PENGUSAHA 
Tiga Unsur tersebut punya peran masing-masing : 
Pemerintah : Pengusaha : Pekerja : 
-Regulator - Investor - Operator 
-Fasilisator 
-Mediator 
-Katasilator
 BERLAKU UNTUK SEMUA PERUSAHAAN BAIK MILIK 
SWASTA MAUPUN BUMN 
 BERLAKU UNTUK SEMUA PERUSAHAAN ATAU 
BENTUK USAHA MILIK ORANG PERORANGAN, 
PERSEKUTUAN ATAU BADAN HUKUM 
 BERLAKU UNTUK USAHA-USAHA SOSIAL DAN 
USAHA-USAHA LAIN YANG TIDAK BERBENTUK 
PERUSAHAAN TETAPI MEMPUNYAI PENGURUS DAN 
MEMPEKERJAKAN ORANG LAIN DENGAN MEMBAYAR 
UPAH 
7
11 
SYARAT KERJA 
HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN 
PEKERJA/BURUH YANG BELUM DIATUR DALAM 
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 
PERJANJIAN 
KERJA 
PERJANJIAN ANTARA PEKERJA/BURUH 
DENGAN PENGUSAHA ATAU PRMBERI KERJA 
YANG MEMUAT SYARAT SYARAT KERJA, HAK 
DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
ADALAH PERIKATAN ANTARA PEKERJA DENGAN 
PEMBERI KERJA YANG MEMPUNYAI : 
1.ADA PEKERJAAN 
2.ADA PERINTAH 
3.ADA UPAH 
12
13 
DASAR PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA 
a. KECAKAPAN KEDUA BELAH PIHAK 
b. KEMAMPUAN ATAU KECAPAKAPAN MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM 
c. ADANYA PEKERJAAN YANG DIPERJANJIAKAN DAN 
d. PEKERJAAN YANG DIPERJANJIKAN TIDAK BERTENTANGAN DENGAN 
KETERTIBAN UMUM, KESUSILAAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 
YANG BERLAKU 
CATATAN : 
-ADAN B DAPAT DIBATALKAN 
-CDAN D BATAL DEMI HUKUM
14 
JENIS PERJANJIAN KERJA, PSL 56 
AYAT (1): 
1. PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU 
2. PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK 
TERTENTU
PERJANJIAN 
KERJA WAKTU TERTENTU 
15 
Perjanjian antara pekerja/buruh dengan 
pengusaha untuk mengadakan hubungan 
kerja dalam waktu tertentu atau untuk 
pekerjaan tertentu
PENGATURAN PKWT 
PEKERJAAN SEKALI SELESAI, SEMENTARA SIFATNYA 
16 
1. Didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu. 
2. Dibuat untuk paling lama 3 tahun 
3. Apabila selesai dari yang diperjanjikan, putus demi hukum 
4. Harus dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan 
selesai 
5. Karena kondisi tertentu, pekerjaan belum dapat 
diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan. 
6. Pembaharuan dilakukan setelah melebihi masa tenggang 
waktu 30 hari setelah berakhir perjanjian kerja 
7. Selama tenggang waktu tidak ada hubungan kerja 
8. Para pihak dapat mengatur lain ketentuan pembaharuan dan 
tenggang waktunya
PENGATURAN PKWT 
PEKERJAAN BERSIFAT MUSIMAN 
17 
- Pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada musim atau 
cuaca 
- Hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim 
tertentu 
- Pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau 
target, sebagai pekerjaan musiman 
- Diberlakukan untuk pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan 
tambahan 
- Untuk pekerjaan memenuhi pesanan atau target sebagai pekerjaan 
tambahan, pengusaha harus membuat daftar nama pekerja/buruh 
- Tidak dapat dilakukan pembaharuan
PENGATURAN PKWT 
BERHUBUNGAN DENGAN PRODUK BARU 
18 
- Dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan 
dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk 
tambahan 
yang masih dalam percobaan atau penjajagan 
- Dapat dilakukan paling lama 2 tahun dan dapat 
diperpanjang satu kali paling lama 1 tahun 
- Hanya boleh diberlakukan untuk melakukan 
pekerjaan diluar kegiatan utama atau diluar 
pekerjaan yang 
biasa dilakukan perusahaan
PEKERJA HARIAN LEPAS 
19 
- Wajib membuat Perjanjian Kerja Harian Lepas secara tertulis 
- Perjanjian kerja harian lepas dapat dibuat berupa daftar pekerja yang 
melakukan pekerjaan, sekurang-kurangnya memuat : nama/alamat 
perusahaan, nama/alamat pekerja, jenis pekerjaan yang dilakukan, 
besarnya upah dan/atau imbalan lainnya. 
- Daftar pekerja disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab 
dibidang ketenagakerjaan setempat, selambat-lambatnya 7 hari kerja 
sejak mempekerjakan pekerja 
- Pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume 
pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran 
- Dilakukan kurang dari 21 hari dalam 1 bulan 
- Apabila bekerja lebih dari 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut, 
berubah menjadi PKWTT 
- Perjanjian Kerja Harian Lepas dikecualikan dari ketentuan jangka waktu 
PKWT pada umumnya
PENCATATAN PKWT 
- Wajib dicatatkan kepada instansi yang bertanggung jawab 
dibidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota setempat, 
selambat-lambatnya 7 hari kerja sejakpenandatanganan 
20 
- Pekerja harian lepas, dicatatkan daftar pekerja/buruh 
kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang 
ketenagakerjaan setempat.
PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWTT 
21 
1. Tidak dibuat dalam bahas Indonesia dan huruf latin, sejak 
adanya hubungan kerja. 
2. Pekerjaan bersifat musiman tidak dibuat untuk satu jenis 
pekerjaan pada musim tertentu dan tidak dibuat terhadap 
pekerjaan tambahan, sejak adanya hubungan kerja. 
3. Pekerjaan produk baru, dilakukan tidak sesuai dengan 
ketentuan jangka waktu dan perpanjangan serta dilakukan 
pembaharuan, sejak dilakukan penyimpangan 
4. Pembaharuan untuk pekerjaan sekali selesai atau sementara 
sifatnya, tidak melalui tenggang waktu 30 hari 
5. Hak pekerja dan prosedur penyelesaiannya dilakukan sesuai 
ketentuan perundang-undangan bagi PKWTT
22 
I 
2 TH 
II Jeddah 
1 TH 
30 hari 
III 
1 x max 2 th 
I II Jeddah 
III 
30 hari 1 x max 2 th 
1 TH 1 TH 
PKWTT 
PKWT 
2 TH 1 TH 1 TH 1 TH 
PKWT 
1 TH 1 TH 1 TH 
PKWTT 
1 
2 
3 
4 
1 TH
PERJANJIAN 
KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU 
23 
Perjanjian antara pekerja/buruh dengan 
pengusaha untuk mengadakan hubungan 
kerja dalam waktu tidak tertentu atau 
parmanent, Psl 60 ayat (1)
24 
PERATURAN PERUSAHAAN 
Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh Pengusaha yang memuat 
syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan
25 
DASAR HUKUM 
PERATURAN PERUSAHAAN 
1. Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang 
Ketenagakerjaan 
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 
48/Men/2004 tanggal 8 April 2004 tentang Tata Cara 
Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta 
Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
26 
TUJUAN 
PERATURAN PERUSAHAAN 
1. memberikan kepastian syarat-syarat kerja di perusahaan 
2. meningkatkan kegairahan dan ketenangan bekerja 
3. meningkatkan produktivitas kerja, akhirnya akan 
meningkatkan taraf hidup pekerja dan keluarganya
27 
MATERI 
PERATURAN PERUSAHAAN 
a. Hak dan kewajiban Pengusaha 
b. Hak dan kewajiban pekerja 
c. Syarat kerja 
d. Tata tertib perusahaan 
e. Jangka waktu berlakunya
28 
PEMBUATAN 
PERATURAN PERUSAHAAN 
1. Disusun dan menjadi tanggung jawab perusahaaan 
2. Memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja 
3. Dalam hal telah terbentuk Serikat Pekerja (SP), maka wakil 
pekerja adalah pengurus SP 
4. Perwakilan pekerja dipilih secara demokratis
29 
PROSES MENDAPATKAN SARAN DAN 
PERTIMBANGAN 
1. Pengusaha harus menyampaikan naskah rancangan 
Peraturan Perusahaan (PP) kepada perwakilan 
Pekerja/Buruh 
2. Saran dan pertimbangan harus sudah diterima Pengusaha 
dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak 
diterimanya naskah Peraturan Perusahaan (PP) 
3. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja, tidak 
memberikan saran dan pertimbangan, Pengusaha dapat 
mengajukan permohonan pengesahan disertai bukti
30 
PERWAKILAN PEKERJA/BURUH 
1. Dipilih Pekerja/Buruh secara demokratis mewakili setiap unit 
kerja yang ada di perusahaan 
2. SP/SB menjadi wakil pekerja/buruh dan wakil pekerja/buruh 
yang tidak menjadi anggota SP/SB 
3. Dapat tidak memberikan saran dan pertimbangan terhadap 
Peraturan Perusahaan (PP)
31 
PERSYARATAN 
PERMOHONAN PENGESAHAN 
PERATURAN PERUSAHAAN 
1. Mengajukan permohonan secara tertulis 
2. Melampirkan naskah Peraturan Perusahaan rangkap 3 (tiga) 
yang telah ditandatangani oleh Pengusaha 
3. Melampirkan bukti telah dimintakan saran dan pertimbangan 
dari perwakilan Pekerja/Buruh
32 
PERMOHONAN PENGESAHAN 
PERATURAN PERUSAHAAN 
1. Nama dan alamat perusahaan 
2. Nama Pimpinan perusahaan 
3. Wilayah operasi perusahaan 
4. Status perusahaan 
5. Jenis atau bidang usaha 
6. Jumlah pekerja menurut jenis kelamin 
7. Status hubungan kerja 
8. Upah tertinggi dan terendah 
9. Nama dan alamat SP/SB (bila ada) 
10. Nomor pencatatan SP/SB (bila ada) 
11. Masa berlaku PP 
12. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang ke berapa
33 
PENGESAHAN 
PERATURAN PERUSAHAAN 
1. Pengesahan sudah diberikan dalam waktu 30 (tiga puluh) 
hari kerja sejak naskah diterima 
2. Dalam hal pembuatan telah sesuai ketentuan dan apabila 
waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terlampaui, Peraturan 
Perusahaan dianggap telah mendapatkan pengesahan 
3. Dalam hal tidak memenuhi persyaratan, harus 
diberitahukan secara tertulis kepada Pengusaha 
4. Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja 
sejak tanggal pemberitahuan, Pengusaha wajib 
mengembalikan kepada Menteri atau pejabat yang 
ditunjuk
34 
PROSES PENGESAHAN 
PERATURAN PERUSAHAAN 
1. Meneliti kelengkapan dokumentasi dan materi Peraturan Perusahaan 
2. Mengembalikan permohonan Pengusaha dalam waktu paling lama 7 
(tujuh) hari kerja sejak diterima permohonan, untuk dilengkapi atau 
diperbaiki 
3. Perusahaan wajib menyampaikan naskah Peraturan Perusahaan dalam 
waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal diterimanya 
pengembalian Peraturan Perusahaan 
4. Apabila tidak dikembalikan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari 
kerja, dapat dianggap perusahaan belum memiliki Peraturan Perusahaan 
5. Pengesahan Peraturan Perusahaan wajib menerbitkan Surat Keputusan 
dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja 
6. Dalam hal waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terlampaui dan Peraturan 
Perusahaan telah memenuhi syarat, Peraturan Perusahaan dianggap telah 
mendapatkan pengesahan 
7. Catatan : 
Akibat No. 4 perusahaan dikenakan sanksi pidana pelanggaran 
sebagaimana diatur pasal 188 UU Ketenagakerjaan
35 
PERUBAHAN 
PERATURAN PERUSAHAAN 
1. Perubahan harus berdasarkan kesepakatan antara 
Pengusaha dan SP/SB dan atau wakil pekerja/buruh 
2. Perubahan harus mendapatkan pengesahan kembali 
3. Perubahan dianggap tidak ada apabila belum 
mendapatkan pengesahan.
36 
PEMBAHARUAN 
PERATURAN PERUSAHAAN 
1. Pengusaha wajib mengajukan pembaharuan paling lama 30 (tiga 
puluh) hari kerja sebelum berakhirnya masa berlaku Peraturan 
Perusahaan 
2. Pembaharuan dilakukan sebagaimana pengaturan permohonan 
pengesahan Peraturan Perusahaan 
3. Dalam pembaharuan, apabila terdapat perubahan materi dari 
Peraturan Perusahaan sebelumnya, perubahan tersebut harus 
didasarkan atas kesepakatan Pengusaha dengan wakil 
Pekerja/Buruh 
4. Ketentuan dalam Peraturan Perusahaan yang telah berakhir masa 
berlakunya, tetap berlaku sampai ditandatanganinya PKB atau 
disahkan Peraturan Perusahaan baru 
5. Dalam hal perundingan pembuatan PKB telah dilakukan, belum 
mencapai kesepakatan, Pengusaha wajib mengajukan 
permohonan pengesahan pembaharuan Peraturan Perusahaan
37 
KETENTUAN PERATURAN PERUSAHAAN 
1. Pengusaha mempekerjakan pekerja sekurang-kurangnya 
10 (sepuluh) orang wajib membuat Peraturan Perusahaan 
2. Melalui berlaku sejak disahkan 
3. Masa berlakunya 2 (dua) tahun dan wajib diperbaharui 
setelah habis masa berlakunya 
4. Selama berlakunya PP, Pengusaha wajib melayani 
kehendak SP/SB untuk pembuatan PKB 
5. Selama perundingan belum mencapai kesepakatan, PP 
berlaku sampai habis jangka waktu berlakunya 
6. Ketentuan dalam PP tidak boleh bertentangan dengan 
peraturan perundang-undangan yang berlaku 
7. Perubahan PP hanya dapat dilakukan atas dasar 
kesepakatan Pengusaha dan wakil pekerja 
8. Perubahan PP harus mendapat pengesahan 
9. Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi PP 
serta memberikan naskah PP atau perubahannya kepada 
pekerja
38 
SANKSI 
Tindak Pidana Pelanggaran 
Denda paling sedikit Rp. 5.000.000 dan paling banyak 
Rp. 50.000.000 (pasal 188) : 
a. Tidak membuat Peraturan Perusahaan 
Pasal 108 ayat ( 1) 
b. Tidak melakukan pembaharuan 
Pasal 111 ayat ( 3 ) 
c. Tidak memberitahukan dan menjelaskan isi serta 
memberikan naskah Peraturan Perusahaan atau 
perubahannya kepada pekerja. 
Pasal 114
39
40 
PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) 
Perjanjian yang merupakan hasil 
perundingan antara Serikat Pekerja/Serikat 
Buruh yang tercatat pada instansi yang 
bertanggung jawab di bidang 
ketenagakerjaan dengan Pengusaha, atau 
beberapa Pengusaha atau perkumpulan 
Pengusaha yang memuat syarat-syarat 
kerja, hak dan kewajiban kedua belah 
pihak
41 
DASAR HUKUM PEMBUATAN PKB 
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 
tentang Ketenagakerjaan 
Bagian Ketujuh Pasal 116 – 133 
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan 
Transmigrasi No. 48/Men/2004 tanggal 8 
April 2004 Tentang Tata Cara Pembuatan 
dan Pengesahan Peraturan Perusahaan 
serta Pembuatan dan Pendaftaran 
Perjanjian Kerja Bersama
42 
TUJUAN 
PERJANJIAN KERJA BERSAMA 
1. Mengusahakan perbaikan syarat-syarat kerja 
2. Meningkatkan kegairahan dan ketenangan bekerja di 
perusahaan
43 
MATERI 
PERJANJIAN KERJA BERSAMA 
a. Nama, tempat kedudukan serta alamat SP/SB 
b. Nama, tempat kedudukan serta alamat Pengusaha 
c. Nama serta tanggal pencatatan SP/SB 
d. Hak dan kewajiban Pengusaha 
e. Hak dan kewajiban SP/SB beserta pekerja 
f. Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya PKB 
g. Tanda tangan para pihak pembuat PKB 
h. Penandatanganan oleh wakil harus ada surat kuasa 
dilampirkan pada PKB
44 
PEMBUATAN PKB 
1. Hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB, berlaku bagi seluruh 
pekerja di perusahaan yang bersangkutan 
2. Perusahaan yang memiliki cabang, dibuat PKB Induk 
berlaku di semua cabang dan dapat dibuat PKB turunan 
yang berlaku di masing-masing cabang 
3. PKB Induk menurut ketentuan yang berlaku umum di 
seluruh cabang perusahaan, PKB turunan memuat 
pelaksanaan PKB induk yang disesuaikan dengan 
kondisi cabang perusahaan masing-masing 
4. PKB turunan belum disepakati, PKB induk tetap berlaku
45 
PERSYARATAN PEMBUATAN PKB 
1. Dirundingkan SP/SB atau beberapa SP/SB yang tercatat 
pada instansi yang bertanggung jawab di bidang 
ketenagakerjaan dengan Pengusaha atau beberapa 
Pengusaha. 
2. Harus didasari itikad baik dan kemauan bebas kedua 
belah pihak 
3. Dilakukan secara menyeluruh untuk mufakat 
4. Lamanya perundingan ditetapkan berdasarkan 
kesepakatan dan dituangkan dalam Tata Tertib 
Perundingan
46 
PERUNDINGAN PEMBUATAN PKB 
1. Tempat perundingan dilakukan di kantor perusahaan 
atau kantor SP/SB atau tempat lain sesuai dengan 
kesepakatan kedua belah pihak. 
2. Biaya perundingan menjadi beban Pengusaha, kecuali 
disepakati oleh kedua belah pihak. 
3. Tim perunding sesuai dengan kedudukan dengan 
ketentuan masing-masing pihak paling banyak 9 orang 
dengan kuasa penuh. 
4. SP/SB yang tidak terwakili dalam tim perunding dapat 
menyampaikan aspirasinya secara tertulis kepada Tim 
Perunding sebelum dimulai perundingan
47 
SYARAT SP/SB UNTUK MERUNDINGKAN PKB 
1. SP/SB telah tercatat berdasarkan UU No. 21 Tahun 2000 
2. Memenuhi pengesahan sebagaimana diatur pasal 119 dan pasal 
120 UU Nomor 13 Tahun 2003 
3. Mengajukan permintaan secara tertulis
48 
SERIKAT PEKERJA MEMBUAT PKB 
1. dalam hal 1 (satu) SP memiliki anggota lebih dari 50 % dari 
jumlah pekerja 
2. mendapat dukungan lebih 50 % dari jumlah seluruh 
pekerja/buruh di perusahaan melalui pemungutan suara 
3. bila tidak mendapat dukungan, SP dapat mengajukan kembali 
perundingan PKB, setelah 6 (enam) bulan sejak dilakukan 
pemungutan suara 
4. dalam hal lebih dari 1 (satu) SP maka SP yang memiliki jumlah 
keanggotaan lebih dari 50 % dari jumlah pekerja 
5. melakukan koalisi, sehingga tercapai lebih 50 % dari jumlah 
pekerja 
6. membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan 
secara proporsional 
7. pemungutan suara diselenggarakan panitia (wakil pekerja dan 
pengurus SP) disaksikan oleh Pengusaha dan pihak pejabat yang 
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan 
8. keanggotaan SP dibuktikan dengan Kartu Anggota
49 
PROSES PELAKSANAAN HAK 
LEBIH DARI 1 SP/SB 
1. SP/SB yang berhak mewakili pekerja melakukan perundingan 
PKB adalah SP yang mewakili anggota lebih dari 50 % dari 
seluruh jumlah pekerja. 
2. Penentuan SP/SB yang berhak dilakukan melalui verifikasi 
yang dilakukan oleh Panitia yang terdiri dari wakil pengurus 
SP/SB disaksikan wakil instansi yang bertanggung jawab di 
bidang ketenagakerjaan dan Pengusaha. 
3. Verifikasi dilakukan berdasarkan Kartu Tanda Anggota (KTA), 
apabila terdapat KTA lebih dari satu, KTA yang terakhir yang 
sah 
4. Pelaksanaan dilakukan di tempat-tempat lainnya diatur 
sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu proses 
produksi dalam waktu 1 hari kerja yang disepakati SP/SB. 
5. Pengusaha maupun SP/SB dilarang melakukan tindakan yang 
mempengaruhi pelaksanaan verifikasi.
Lanjutan …… 
6. SP/SB diberikan kesempatan untuk menjelaskan program 
pembuatan PKB dalam waktu 14 hari dan dilakukan 3 hari 
setelah tanggal diumumkannya pemungutan suara. 
7. Pelaksanaan penjelasan tersebut dilakukan diluar jam kerja 
50 
pada tempat-tempat yang disepakati SP dan Pengusaha. 
8. Dalam waktu paling lambat 7 hari sebelum pemungutan 
suara, SP dapat membuktikan keanggotannya pada 
Pengusaha, maka pemungutan suara tidak perlu 
dilaksanakan 
9. Panitia pemungutan suara menyelesaikan waktu 
pelaksanaan pemungutan suara diluar jam kerja sehingga 
tidak mengganggu proses produksi. 
10. Tempat pemungutan suara ditetapkan berdasarkan 
kesepakatan antara panitia dengan Pengusaha. 
11. Hasil pemungutan suara, setelah ditandatangani oleh panitia 
dan saksi-saksi
51 
TATA TERTIB PERUNDINGAN 
a. Tujuan pembuatan tata tertib 
b. Susunan tim perunding 
c. Lamanya masa perundingan 
d. Materi perundingan 
e. Tempat perundingan 
f. Tata cara perundingan 
g. Cara penyelesaian apabila terjadi kebuntuan perundingan 
h. Sahnya perundingan 
i. Biaya perundingan
52 
PENDAFTARAN PKB 
1. Pengusaha mendaftarkan kepada instansi yang 
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan 
2. Pengajuan pendaftaran, melampirkan naskah PKB dalam 
rangkap 3 bermaterai cukup yang telah dibubuhkan tanda 
tangan Pengusaha dan SP/SB 
3. Penelitian dalam waktu 7 hari kerja sejak tanggal 
diterimanya permohonan, meliputi kelengkapan 
pernyataan formal dan materi PKB. 
4. Persyaratan dan materi telah terpenuhi, dalam waktu 7 hari 
kerja sejak selesainya penelitian, harus menerbitkan Surat 
Keputusan Pendaftaran. 
5. Apabila persyaratan dan atau materi bertentangan dengan 
per-UU-an, memberi catatan pada surat keputusan 
pendaftran. 
6. Catatan menurut pasal-pasal yang bertentangan dengan 
per-UU-an
53 
PENGAJUAN PENDAFTARAN PKB 
1. Nama dan alamat perusahaan 
2. Nama Pimpinan perusahaan 
3. Wilayah operasi perusahaan 
4. Status permodalan perusahaan 
5. Jenis atau bidang usaha 
6. Jumlah pekerja menurut jenis kelamin 
7. Status hubungan kerja 
8. Upah tertinggi dan terendah 
9. Nama dan alamat SP/SB 
10. Nomor pencatatan SP/SB 
11. Jumlah anggota SP 
12. Masa berlaku PKB 
13. Pendaftaran yang ke ……
54 
INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB 
DI BIDANG KETENAGAKERJAAN 
1. Kabupaten/Kota, lingkup berlakunya hanya mencakup 
satu Kabupaten/Kota 
2. Propinsi, lingkup berlakunya lebih dari satu 
Kabupaten/Kota 
3. Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial, lingkup 
berlakunya meliputi lebih dari satu propinsi
55 
MAKSUD PENDAFTARAN 
1. Sebagai alat monitoring dan evaluasi pengaturan syarat 
kerja di perusahaan 
2. Sebagai rujukan utama dalam hal terjadi perselisihan 
pelaksanaan PKB
56 
MASA BERLAKUNYA PKB 
1. Berlakunya 2 (dua) tahun 
2. Dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan 
kesepakatan secara tertulis 
3. Perundingan pembuatan dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) 
bulan sebelum berakhir 
4. Dalam hal tidak mencapai kesepakatan, tetap berlaku untuk 
paling lama 1 (satu) tahun 
5. Dapat mengadakan perubahan
57 
PERPANJANGAN ATAU PEMBAHARUAN PKB 
1. Dalam hal terdapat 1 (satu) SP, tidak mempersyaratkan jumlah 
anggota SP 
2. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) SP, SP yang anggotanya lebih 
dari 50 %, bersama-sama SP yang membuat terdahulu 
3. Dalam hal tidak ada SP yang anggotanya lebih dari 50 % dapat 
membuat koalisi 
4. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi SP membentuk Tim 
Perunding, yang keanggotannya ditentukan secara proporsional
58 
PERUBAHAN PKB 
1. Perubahan PKB yang sedang berlaku, harus berdasarkan 
kesepakatan 
2. Perubahan menjadi bagian yang terpisahkan dari PKB yang 
sedang berlaku.
59 
KEWAJIBAN PARA PIHAK 
1. Wajib melaksanakan ketentuan yang ada dalam PKB 
2. Wajib memberitahukan atas perubahannya kepada pekerja 
3. Pengusaha harus mencetak dan membagikan kepada setiap 
pekerja atas biaya perusahaan 
4. Pengusaha mendaftarkan
60 
KEWAJIBAN PENGUSAHA, SP/SB 
1. Melaksanakan ketentuan yang ada dalam PKB 
2. Wajib memberitahukan isi PKB dan perubahannya 
kepada seluruh pekerja
61 
PERUNDINGAN PEMBUATAN PKB 
TIDAK MENCAPAI KESEPAKATAN 
1. Menjadwalkan kembali perundingan dengan waktu paling lama 
30 hari setelah perundingan gagal, apabila perundingan 
pembuatan PKB tidak selesai disepakati dalam Tata Tertib 
2. Membuat pernyataan secara tertulis tidak dapat diselesaikan 
memuat : 
a. Materi yang belum disepakati 
b. Pendirian para pihak 
c. Risalah perundingan 
d. Tempat, tanggal dan tanda tangan para pihak. 
3. Salah satu pihak atau kedua belah pihak melaporkan kepada 
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. 
4. Penyelesaian instansi, sesuai mekanisme penyelesaian 
Perselisihan Hubungan Industrial UU Nomor 2 Tahun 2004.
62 
PENYELESAIAN MELALUI MEDIASI 
1. Penyelesaian melalui mediasi, para pihak atau salah satu pihak tidak 
menerima anjuran, berdasarkan kesepakatan para pihak mediator 
melaporkan kepada Menteri untuk menetapkan langkah-langkah 
penyelesaian. 
2. Laporan mediator memuat 
a. Materi yang belum disepakati 
b. Pendirian para pihak 
c. Pendirian para pihak 
d. Kesimpulan perundingan 
e. Pertimbangan dan saran penyelesaian 
3. Menteri dapat menunjuk pejabat untuk menyelesaikan pembuatan PKB. 
4. Penyelesaian pembuatan PKB juga tidak mencapai kesepakatan, salah 
satu pihak dapat mengajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial daerah 
hukum tempat pekerja bekerja. 
5. Daerah hukum tempat pekerja bekerja melebihi 1 daerah hukum 
gugatan diajukan pada PHI yang daerah hukumnya mencakup domisili 
perusahaan.
63 
KETENTUAN KHUSUS 
1. dalam 1 (satu) perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB 
2. mulai berlaku sejak ditandatangani, kecuali ditentukan lain 
3. perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan PKB 
4. dalam hal Perjanjian Kerja tidak memuat aturan yang diatur 
dalam PKB, maka berlaku aturan-aturan dalam PKB 
5. dilarang mengganti PKB dengan PP 
6. apabila tidak ada lagi SP, maka ketentuan yang ada dalam PP 
tidak boleh lebih rendah dari PKB 
7. SP bubar atau pengalihan kepemilikan, PKB tetap berlaku 
sampai berakhir 
8. dalam hal merger, yang berlaku adalah PKB yang paling 
menguntungkan pekerja 
9. merger antara perusahaan yang belum memiliki PKB dengan 
yang telah memiliki PKB, maka yang berlaku adalah PKB tersebut
Pengaturan Pengupahan Kaitannya Dengan 
Struktur Dan Skala Upah Serta Perlindungan Upah 
1
1. KONSTITUSIONAL UUD 1945 PSL 27 AYAT (2) 
2. EKONOMI 
- KEBUTUHAN HIDUP 
- GLOBALISASI 
 PRODUKTIVITAS/COMPETITIVE 
ADVANTAGE. 
- MENGGERAKKAN PEREKONOMIAN 
- INDUSTRIAL PEACE. 
3. SOSIAL 
- HUBUNGAN ANTAR MANUSIA 
- PRESTIGE/HARGA DIRI 
3
 PERTAMA : 
SETIAP PEKERJA/BURUH BERHAK MEMPEROLEH 
PENGHASILAN YANG MEMENUHI PENGHIDUPAN YANG 
LAYAK BAGI KEMANUSIAAN. 
 KEDUA : 
UPAH MINIMUM DIARAHKAN KEPADA PENCAPAIAN 
KEBUTUHAN HIDUP LAYAK 
 KETIGA : 
PENGUSAHA MENYUSUN STRUKTUR DAN SKALA 
UPAH DENGAN MEMPERHATIKAN GOLONGAN, 
JABATAN, MASA KERJA, PENDIDIKAN DAN 
KOMPETENSI 
4 
LANDASAN SISTEM PENGUPAHAN 
UU NO.13 TH.2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
 KEEMPAT : 
DALAM HAL KOMPONEN UPAH TERDIRI DARI UPAH 
POKOK DAN TUNJANGAN TETAP, MAKA BESARNYA 
UPAH POKOK SEDIKIT-DIKITNYA 75% DARI JUMLAH 
UPAH POKOK DAN TUNJANGAN TETAP. 
 KELIMA : 
REFORMASI DAN PEMBENTUKAN DEWAN 
PENGUPAHAN (NASIONAL, PROVINSI DAN 
KABUPATEN/KOTA). 
5
Upah Bulanan 
Terendah Yang Terdiri 
dari Upah Pokok dan 
Tunjangan Tetap 
6
Upah Pokok (Base 
Salary) 
Upah dasar yang 
dibayarkan, tidak 
termasuk lembur, 
insentif, dan lain-lain. 
7
Tunjangan (Allowance) 
Pembayaran dalam bentuk 
“cash” diluar upah pokok, dan 
bisa bersifat melekat atau 
tidak : 
• Uang transport 
• Uang perumahan 
• Uang makan 
• Uang cuti 
8
Fasilitas (Perquisite) 
Melekat kepada jabatan yang 
biasanya diberikan kepada eselon 
tertentu pada suatu perusahaan : 
• Mobil dinas 
• Cuti ke luar negeri 
• Keanggotaan klas 
• Perjalanan klas utama 
• dan lain-lain 
9
Kesejahteraan (Benefits) 
Pemberian dalam bentuk 
“noncash” diluar upah pokok : 
• Pengobatan 
• Cuti yang dibayar 
• Pendidikan 
• Bantuan Hukum 
• dan lain-lain 10
Pengusaha dalam menetapkan upah tidak 
boleh melakukan diskriminasi terhadap 
pekerja/buruh atas dasar perbedaan jenis 
kelamin, suku, ras, agama, warna kulit dan 
aliran politik untuk pekerjaan yang sama 
nilainya. 
11
a. UPAH POKOK 
ADALAH IMBALAN DASAR YANG DIBAYARKAN 
KEPADA PEKERJA/BURUH MENURUT JENIS 
PEKERJAAN YANG BESARNYA DITETAPKAN 
BERDASARKAN KESEPAKATAN. 
b. TUNJANGAN TETAP 
ADALAH PEMBAYARAN KEPADA PEKERJA/BURUH 
YANG DILAKUKAN SECARA TERATUR DAN TIDAK 
DIKAITKAN DENGAN KEHADIRAN PEKERJA/BURUH 
ATAU PENCAPAIAN PRESTASI KERJA TERTENTU. 
c. KOMPOSISI UPAH POKOK : TUNJANGAN TETAP 
(75 : 25) 
12
Kesempatan yang diberikan 
kepada pengusaha untuk dapat 
membayar upah pekerja lebih 
rendah dari ketentuan upah 
minimum yang berlaku atas 
persetujuan Gubernur, untuk paling 
lama 12 (dua belas) bulan. Setelah 
berakhir jangka waktu yang 
diijinkan, pengusaha tidak wajib 
membayar kekurangan upah 
selama penangguhan. 
13
1) Membayar upah minimum sesuai upah 
minimum yang lama, atau; 
2) Membayar upah minimum lebih tinggi dari upah 
minimum lama tetapi lebih rendah dari upah 
minimum baru, atau; 
3) Menaikkan upah minimum secara bertahap. 
14
KEPMEN 
No : KEP.102/MEN/VI/2004 
Tentang 
WAKTU KERJA LEMBUR DAN 
UPAH KERJA LEMBUR
KEPMEN 
No : KEP.102/MEN/VI/2004 
- Pengecualian untuk perusahaan sektor usaha tertentu atau 
pekerjaan tertentu 
- Waktu lembur : maksimum 3 jam / hari dan 14 jam / minggu 
(tidak termasuk waktu mingguan / libur resmi) 
- Dasar Perhitungan Upah Lembur terdiri : (Pasal 10) 
a. Upah pokok + Tunjangan tetap, 
maka dasar perhitungan upah lembur = 100 % 
b. Upah pokok + Tunjangan Tetap + Tunjangan tidak 
tetap. 
Jika upah pokok + tunjangan tetap < 75 % keseluruhan 
upah, maka dasar perhitungan upah lemburnya 75 % 
dari keseluruhan upah
YANG TIDAK BERHAK MENDAPAT UPAH 
LEMBUR 
1. Golongan jabatan tertentu yang 
mendapat upah lebih tinggi 
2. Yang mempunyai tanggung jawab 
sebagai pemikir, pelaksana dan 
pengendali jalannya perusahaan dan 
waktu kerjanya tidak dibatasi menurut 
waktu kerja
SYARAT KERJA LEMBUR 
1. Ada perintah tertulis dari pengusaha 
2. Persetujuan tertulis dari pekerja / buruh 
3. Persetujuan tertulis dibuat dalam daftar 
pekerja / buruh dan ditandatangani oleh yang 
bersangkutan 
4. Pengusaha membuat daftar pelaksana kerja 
lembur (memuat nama pekerja / buruh dan 
lamanya waktu kerja lembur)
KEWAJIBAN PERUSAHAAN SELAMA 
WAKTU KERJA LEMBUR 
a. Bayar upah kerja lembur 
b. Memberi kesempatan untuk 
istirahat yang cukup 
c. Memberi makanan dan minuman 
kurang lebih 1.400 Kalori (jika 
lembur selama 3 jam atau lebih)
PERHITUNGAN WAKTU KERJA LEMBUR 
A. Berdasarkan pada upah bulanan 
- Upah Lembur per jam 
= 1/173 x Upah/bulan 
B. Berdasarkan pada upah harian 
- Perhitungan upah lembur per jam sama 
dengan perhitungan upah sebulan 
- 25 x Upah/hari ………….. (6 hari kerja) 
- 21 x Upah/hari ………….. (5 hari kerja)
PERHITUNGAN WAKTU KERJA LEMBUR 
C. Untuk upah satuan hasil, upah sebulan 
adalah upah rata-rata 12 bulan 
terakhir 
D. Pekerja yang bekerja kurang dari 12 
bulan sama dengan upah 
sebulan berdasarkan upah rata- rata 
selama bekerja, tetapi tidak boleh 
lebih rendah dari upah minimum
CARA PERHITUNGAN WAKTU KERJA 
LEMBUR 
A. LEMBUR HARI KERJA BIASA 
1). 1 (satu) jam pertama 
= 1,5 x Upah / jam 
2). Setiap jam lembur berikut 
= 2 x Upah / jam
CARA PERHITUNGAN WAKTU KERJA 
LEMBUR 
B. LEMBUR HARI ISTIRAHAT MINGGUAN / 
LIBUR RESMI 
a. Untuk 7 jam pertama 
= 2 x Upah/jam 
b. Jam ke 8 
= 3 x Upah/jam 
c. Jam ke 9 dan seterusnya 
= 4 x Upah/jam
CARA PERHITUNGAN WAKTU KERJA 
LEMBUR 
C. LEMBUR HARI LIBUR RESMI JATUH 
PADA HARI KERJA TERPENDEK 
a. Untuk 5 jam pertama 
= 2 x Upah/jam 
b. Jam ke 6 
= 3 x Upah/jam 
c. Jam ke 7 dan seterusnya 
= 4 x Upah/jam
CARA PERHITUNGAN WAKTU KERJA 
LEMBUR 
D. LEMBUR PADA HARI ISTIRAHAT MINGGUAN / LIBUR 
RESMI ( 5 HARI KERJA 40 JAM SEMINGGU) 
a. Untuk 8 jam pertama 
= 2 x Upah/jam 
b. Jam ke 9 
= 3 x Upah/jam 
c. Jam ke 10 dan seterusnya 
= 4 x Upah/jam
Dengan ditetapkannya Kepmen No. KEP- 
102/MEN/VI/2004, maka : 
• KEPMENAKER No : KEP.72/MEN/1984 
• KEPMENAKER No : KEP. 608/MEN/1989 
• PERMENAKER No : PER.06/MEN/1993 
DINYATAKAN TIDAK BERLAKU LAGI
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA 
(JAMSOSTEK) 
& 
PENYELENGGARAANNYA 
89
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA 
DASAR HUKUM : 
1. Peraturan Pemerintah nomor 14 Tahun 1993 
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 
PER-12/MEN/VI/2007 
4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 
Tentang Penetapan PT. Jamsostek (Persero) 
selaku Badan Penyelenggara Jamsostek 
90
PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA 
KERJA ( UU RI NO.3 TAHUN 1992) 
BAB II PASAL 3 Nomor 2 
Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja 
BAB II PASAL 4 Nomor 
1. Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 3, wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi 
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan 
kerja sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. 
2. Program jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang 
melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja diatur lebih 
lanjut dengan peraturan pemerintah 
91
PENGERTIAN JAMSOSTEK 
• Adalah Bentuk Perlindungan bagi Tenaga Kerja 
terhadap Resiko Sosial seperti kecelakaan, 
cacat, sakit,hari tua, meninggal dunia. 
• Resiko Sosial adalah resiko yang terjadi pada 
tenaga kerja yang mengakibatkan 
berkurangnya bahkan hilangnya penghasilan 
92
93 
JAMINAN SOSIAL T.K 
DILANDASI OLEH FILOSOFI 
“KEMANDIRIAN” DAN “HARGA DIRI 
MANUSIA” DALAM MENGHADAPI 
RESIKO SOSIAL EKONOMI 
“KEMANDIRIAN” 
BERARTI TIDAK TERGANTUNG 
PADA ORANG LAIN, DALAM 
MENANGGULANGI RESIKO 
SOSIAL YANG TIMBUL 
2
94 
HARGA DIRI 
JAMINAN SOSIAL TERSEBUT 
DIPEROLEH SEBAGAI HAK DAN BUKAN 
DARI BELAS KASIHAN ORANG LAIN 
AGAR PEMBIAYAAN DAN 
KEMANFAATANNYA BISA OPTIMAL, MAKA 
PELAKSANAANNYA DILAKUKAN DENGAN 
SYSTEM GOTONG ROYONG, YAKNI 
3
95 
YANG MUDA 
MEMBANTU YANG TUA 
YANG SEHAT 
MEMBANTU YANG SAKIT 
YANG MEMPUNYAI 
PENGHASILAN TINGGI MEMBANTU 
YANG BERPENGHASILAN RENDAH 
4
PROGRAM JAMSOSTEK 
• JAMINAN KECELAKAAN KERJA 
• JAMINAN HARI TUA 
• JAMINAN KEMATIAN 
• JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN 
96
KEPESERTAAN JAMSOSTEK 
• UU No 3 / 1992 : 
• Pasal 3 ayat (2) : 
Setiap Tenaga Kerja berhak atas Jaminan Sosial 
Tenaga Kerja 
• Pasal 17 : 
Pengusaha dan Tenaga Kerja wajib ikut 
serta dalam program Jaminan Sosial Tenaga 
Kerja 
97
PESERTA JAMSOSTEK : 
• SETIAP ORANG / BADAN USAHA YANG 
MEMPEKERJAKAN 10 ORANG ATAU MEMBAYAR 
TOTAL UPAH Rp. 1 JUTA WAJIB MENJADI 
PESERTA JAMSOSTEK 
• BADAN USAHA MELIPUTI : 
PT, CV, FIRMA,BUMN, BUMD, KOPERASI 
YAYASAN, UD, JOINT VENTURE, DLL 
98
SANKSI PELANGGARAN 
• Pasal 29 ayat (1) 
• Bagi Pengusaha yang dalam katagori Wajib 
apabila tidak mematuhi dikenakan sanksi 
kurungan 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya 
Rp. 50.juta 
• Ayat (2) : 
• Apabila masih melanggar dikenakan sanksi 
pidana 8 (delapan) bulan kurungan 
99
• Sanksi Administratif berupa Pencabutan Izin 
Usaha. 
• Bagi Perusahaan yang tidak termasuk katagori 
wajib Jamsostek apabila terjadi kecelakaan 
kerja maka wajib membayar seluruh biaya 
yang timbul akibat kecelakaan yang menimpa 
tenaga kerja 
100
MANFAAT JAMSOSTEK 
• JAMINAN KECELAKAAN KERJA : 
1. Biaya Transportasi ke RS : 
- Angkutan Drt/Sungai : Rp. 400.000,-- 
- Angkutan Laut : Rp. 750.000,-- 
- Angkutan Udara : Rp. 1.500.000,-- 
2. Sementara Tidak Mampu Bekerja : 
- 4 bulan Pertama = 100 % Upah 
- 4 bulan Kedua = 75 % Upah 
- 4 bulan Ketiga = 50 % Upah 
101
102 
• 3. Biaya Perawatan di RS Pemerintah 
Kelas I dan RS Swasta Kelas II. 
Maximal Biaya Rp. 12 juta. 
4. Tunjangan Cacat : 
- Cacat Total = 70% x 80 bln upah + 
Rp. 200 Ribu selama 24 bulan 
- Cacat sebagian = %tase tabel (2%s/d 70 %) 
x 80 bulan Upah 
- Cacat Fungsi = %(KF) x % tase tabel x 80 
bulan upah
103 
• 5.Rehabilitasi berupa alat bantu (orthose) 
atau alat pengganti (prothese) merujuk 
kepada Tarif yang berlaku pada Rumah 
Sakit Suharso Solo + 40% 
• 6. Meninggal Dunia : 
Penggantian = 60% x 80 bulan Upah 
Rp. 200 ribu selama 24 bulan 
Uang Kubur Rp. 2.000.000,--
MANFAAT JAMINAN KEMATIAN 
• Santuan yang dibayarkan kepada ahli waris 
apabila tenaga kerja meninggal dunia akibat 
sakit : 
1.Seluruh Tabungan selama menjadi peserta + 
Pengembangan (Bunga). 
2.Santunan Kematian Rp. 10 juta 
3.Biaya Penguburan Rp. 2.000.000,-- 
4.Rp. 200 ribu selama 24 bulan 
104
MANFAAT JPK 
• JPK merupakan pelayanan kesehatan secara 
langsung diberikan kepada tenaga kerja 
berikut keluarganya (suami/isteri dan anak 
maximal 3 orang) 
• Bentuk layanan berupa : 
1. Rawat jalan Tingkat I terdiri dari : 
a. Bimbingan dan Konsultasi Kesehatan 
b. Pemeriksaan Kehamilan, Nipas dan 
ibu menyusui 
105
106 
• c. Keluarga berencana 
d. Imunisasi bayi, anak dan ibu hamil 
e. Pemeriksaan dan pengobatan pada dokter 
umum 
f. Pemeriksaan dan pengobatan pada dokter 
gigi 
g. Pemeriksaan laboratorium sederhana 
h. Tindakan medis sederhana 
i. Pemberian Obat-obatan (DOEN Plus) 
j. Rujukan ke rawat tingkat lanjutan ( Tk.II ).
107 
• 2. Rawat Jalan Tingkat II meliputi : 
a. Pemeriksaan dan pengobatan oleh 
dokter spesialis 
b. Pemeriksaan penunjang diagnostik 
lanjutan 
c. Pemberian obat-obatan DOEN Plus 
atau generik 
d. Tindakan khusus lainnya.
108 
• 3.Rawat Inap meliputi : 
a. Pemeriksaan Dokter 
b. Tindakan Medis 
c. Penunjang Diagnostik 
d. Pemberian Obat-obatan 
e. Menginap / makan 
Rawat Inap pada RS Pemerintah kelas II 
atau RS Swasta Kelas III.
109 
• 4. Pemeriksaan & Pertolongan Persalinan 
Pemeriksaan Kehamilan meliputi : 
a. Pemeriksaan kehamilan oleh Dokter 
b. Pertolongan Persalinan oleh Dokter/ 
Bidan atau Dukun beranak yg diakui 
c. Perawatan Ibu & Bayi 
d. Pemberian Obat-obatan 
e. Rujukan ke RS atau RS Bersalin.
110 
• Pertolongan persalinan bagi tenaga kerja atau 
isteri tenaga kerja dilakukan pada PPK I atau 
Rumah Sakit Bersalin dgn ketentuan sbb : 
a. Persalinan kesatu, kedua, ketiga. 
b. TK / Isteri TK pada permulaan peserta telah 
mempunyai lebih dari 3 anak tidak berhak 
mendapatkan pertolongan persalinan 
c. Pelayanan Persalinan atau Partus diberikan 
bagi tk/isteri tk yg melahirkan, dgn masa 
kehamilan sekurang-kurangnya 26 minggu.
111 
• c. Untuk Persalinan dgn penyulit 
yg memerlukan tindakan spesialistik, 
maka berlaku ketentuan rawat inap di RS 
d. Biaya Persalinan Normal diganti sebesar 
Rp. 500.000,-- sampai dengan 3 anak 
e. Persalinan Kembar 2 dst dianggap sbg 
persalinan ke 2 dst.
112 
• 5. Penunjang Diagnostik meliputi : 
a. Pemeriksaan Laboratorium 
b. Pemeriksaan Radiologi 
c. Pemeriksaan : 
- Electro Encephalography (EEG) 
- Electro Cardiography (ECG) 
- Ultra Sonography (USG) 
- Computerized Tomography Scanning 
d. Pemeriksaan diagnostik lanjutan lainnya.
113 
• 6. Pelayanan Khusus 
Pelayanan Khusus hanya diberikan kpd 
TK peserta Jamsostek. 
Pelayayan Khusus meliputi : 
a. Penggantian Kacamata 
b. Prosthese mata 
c. Prosthese Gigi 
d. Alat bantu dengar 
e. Prosthese anggota gerak
114 
• 7. Pelayanan Gawat Darurat meliputi : 
a. Pemeriksaan & Pengobatan 
b. Tindakan medik 
c. Pemberian obat-obatan 
d. Rawat inap. 
Pelayanan Gawat Darurat/ Emergency 
dilakukan seluruh Rumah Sakit terdekat.
115 
• Yang termasuk dalam Katagori emergency 
adalah sbb : 
a. Kecelakaan & Ruda paksa bukan KK 
b. Serangan Jantung 
c. Serangan asma berat 
d. Kejang 
e. Pendarahan berat 
f. Muntah berak disertai dehidrasi 
g. Kehilangan kesadaran (koma), elepsi 
h. Keadaan gelisah (penderita gangguan jiwa 
i. Persalinan mendadak, ketuban pecah dini
HAL-HAL YG TIDAK DITANGGUNG 
A. Pelayanan : 
1. Pelayanan Kesehatan diluar Pelayanan 
yg ditunjuk oleh PT. Jamsostek 
2. Penyakit atau cidera yg diakibatkan 
hubungan kerja dan karena sengaja 
3. Penyakit yg diakibatkan oleh alkohol & 
narkotik 
4. Perawatan kosmetik untuk kecantikan 
116
117 
5.Tranplantasi organ tubuh termasuk 
sumsum tulang 
6. Pemeriksaan & Tindakan utk kesuburan
118 
B. Obat-obatan : 
1. Obat-obatan kosmetik utk kecantikan 
2. Semua obat/vitamin yang tidak ada 
kaitannya dengan penyakit 
3. Obat-obatan berupa makanan (susu 
utk bayi), minyak gosok,m kayu putih 
4. Obat-obatan untuk kesuburan
119 
C. Pembiayaan : 
1. Biaya Pengangkutan ke PPK I 
atau PPK II. 
2. Biaya tindakan medik super 
spesialistik
TATA CARA PENDAFTARAN 
PESERTA JAMSOSTEK 
1. Perusahaan Mendaftarkan ke Jamsostek 
dgn mengisi : 
- Formulir 1 (Pendaftaran Perusahaan) 
- Formulir 1a (Pendaftaran Tenaga Kerja) 
- Formulir 1b (Pendaftaran JPK) + Foto 2 x 3 
- Fotocopy SIUP. 
2. PT.Jamsostek (Persero) Bpn menetapkan 
Tarif iuran berdasarkan ketentuan yg berlaku 
3. Perusahaan menyetorkan iuran yg ditetapkan 
ke Bank Mandiri Balikpapan. 
120
121 
• Tahap selanjutnya petugas perusahaan 
1. Melaporkan setiap terjadi perubahan : 
a.Tenaga Kerja yg masuk atau keluar 
b. Perubahan Upah 
c. Pindah alamat perusahaan 
d. Ganti kepemilikan 
e. Ganti Status badan hukum 
2. Membayar iuran setiap bulan pd Bank 
Mandiri.
Besar iuran Jamsostek : 
• Iuran JKK : 0,24% - 1,74% Beban Prsh 
• Iuran JHT : 5,7% dgn kontribusi : 
- 2 % Beban TK 
- 3,7% Beban Prsh 
• Iuran JKM : 0,30% Beban Prsh 
• Iuran JPK : 
- TK Lajang : 3% Beban Prsh 
- TK Kawin : 6% Beban Prsh 
122
Perkembangan kepes & Jaminan 
Jamsostek Cabang Balikpapan 
1. Kepesertaan sd bulan Agustus 2009 : 
- Perusahaan = 2.176 Perusahaan 
- Tenaga Kerja = 92.099 tk 
2. Pembayaran Jaminan sd bln Agustus 2009 : 
- JKK 257 Ks = Rp. 2.424.369.575,97 
- JHT 7.035 Ks = Rp. 62.062.374.178,50 
- JKM 143 Ks = Rp. 1.641.000.000,00 
- JPK 221.029 Ks =Rp. 21.044.513.027,00 
Total yg dibayarkan Rp.87,7 milyar 
123
9 
1. PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL : 
ADALAH PERBEDAAN PENDAPAT YANG 
MENGAKIBATKAN PERTENTANGAN ANTARA 
PENGUSAHA ATAU GABUNGAN PENGUSAHA DENGAN 
PEKERJA/BURUH ATAU SERIKAT PEKERJA/SERIKAT 
BURUH KARENA ADANYA PERSELISIHAN MENGENAI 
HAK, PERSELISIHAN KEPENTINGAN, PERSELISIHAN PHK 
DAN PERSELISIHAN ANTAR SERIKAT PEKERJA/SERIKAT 
BURUH DALAM SATU PERUSAHAAN, (Pasal 1 butir 1 
UUPPHI)
Penyelesaian Konflik/ 
Perselisihan Hubungan Industrial 
Dasar Hukum : 
- Undang-undang No.02 Tahun 2004 
- Undang-undang No.13 Tahun 2003 
2
“ PENYELESAIAN KONFLIK KETENAGAKERJAAN 
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL “ 
1 
OLEH : PIATUR PANGARIBUAN, A.Md, SH., MH.
PENGERTIAN PHI 
“ PERBEDAAN PENDAPAT YANG MENGAKIBATKAN 
PERTENTANGAN ANTARA PEKERJA DENGAN PENGUSAHA 
YANG BERUPA : 
 PERSELISIHAN HAK 
 PERSELISIHAN KEPENTINGAN 
 PERSELISIHAN PHK 
 PERSELISIHAN ANTAR SP / SB 
3
PROSEDUR PENYELESAIAN 
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 
MAHKAMAH AGUNG 
PENGADILAN PHI 
ARBITER KONSILIASI MEDIASI 
BERDASARKAN KESEPAKATAN 
INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB DIBIDANG 
KETENAGAKERJAAN MENCATAT DAN MENAWARKAN 
KEPENTINGAN 
( 2 ) 
PHK (3) 
PERSELISIHAN 
ANTAR SP/ 
SB (4) 
BIPARTIT 
(KASASI) 
Putusan Fnal 
dan 
Mengingkat 
30 HARI 
50 HARI 
30 HARI 
PB 30 HARI 
140 
Kasasi Perselisihan 
1 dan 3 
Final 
Perselisihan 2 dan 4 
PK 
HAK 
(1) 
Perselisihan 2 dan 4
PENYELESAIAN MELALUI BIPARTIT 
BIPARTIT 
Sebagai 
Sarana 
Hubungan 
Industrial 
Sebagai Mekanisme 
PPHI 
5
BIPARTIT : 
 Mekanisme pertama yang wajib dilaksanakan 
 Tidak boleh ada intervensi dari pihak lain 
 Setiap perundingan dibuat Risalah 
 Bila selesai dibuat Kesepakatan Bersama dan 
didaftarkan ke Pengadilan HI setempat 
 Paling lama 30 hari 
 tidak selesai salah satu pihak atau kedua belah 
pihak mencatatkan perkaranya pada Instansi yang 
membidangi ketenagakerjaan setempat. 
6
 Tanggal dan tempat perundingan 
 Nama lengkap dan alamat para pihak 
 Pokok masalah yang diperselisikan 
 Pendapat pihak-pihak 
 Kesimpulan dan hasil perundingan 
 Tanda tangan para pihak yang melakukan 
perundingan 
7 
RISALAH PERUNDINGAN
TIDAK ADA PEDOMAN BAKU 
MERUPAKAN SENI PENYELESAIAN KEDUA 
BELAH PIHAK YANG DAPAT 
DIKEMBANGKAN SESUAI KEMAMPUAN, 
KONDISI DAN PERSELISIHAN YANG 
DIHADAPI. 
8 
TEKNIS DAN MEKANISME BIPARTIT
Setiap Hubungan pasti akan 
menghadapi Konflik 
Konflik karakter dan bobotnya akan 
berbeda 
Ada yang bisa dilakukan pembinaan 
ada yang bisa proses PHK 
Semua harus melalui proses 
Penyelesaian 
9 
PENYELESAIAN KONFLIK / PHI
Pekerja/Buruh yang melakukan 
pelanggaran disiplin diusahakan untuk 
dilakukan pembinaan berupa 
peringatan pertama, kedua dan ketiga 
10 
PELANGGARAN DISIPLIN
Yang perlu diperhatikan dalam Memberikan 
Surat Peringatan : 
Jangan memberikan SP kepada Pekerja / Buruh 
dengan cara yang tidak tepat, dititipkan atau 
dikirimkan akan tetapi ; 
Panggilah Pekerja/ Buruh yang bersangkutan 
diruangan 
Tanyakan bagaimana kabarnya, keberadaannya, 
kesehatannya 
Pujilah prestasi yang lalu masa sebelumnya 
Tanyakan apa ada permasalahan RumahTangga/ 
Keluarga 
11
Tanyakan kenapa disiplin kerjanya menurun 
Jelaskan disiplin kerja yang dilakukan 
Jelaskan pelanggaran yang dilakukan aturan pasal 
dan sangsinya. 
Jelaskan surat peringatan bukan merupakan 
hukuman tapi pembinaan 
Usahakan pekerja/ buruh menandatangani SP dan 
bila tidak bersedia suruh menulis apa alasan tidak 
mau tanda-tangan 
Usahakan dalam menghadapi pekerja/buruh 
dalam perkara tidak sendirian 
12
Pekerja Mangkir 5 Hari atau 
Lebih Berturut-turut 
Sangsi dikualifikasikan mengundurkan diri 
Setelah dipanggil 2 kali tidak mau bekerja 
Alamat pekerja harus jelas ( sesuai data yang 
diberikan pekerja 
Harus ada tanda bukti penerimaan, yang 
bersangkutan keluarga disatu rumah, pengurus 
RT, melalui POS 
13
Bagaimana kelanjutan bila pekerja setelah 
dipanggil bekerja kembali, dan bagaimana 
bila tidak mau bekerja kembali : 
Bila bersedia kembali bekerja 
diberikan peringatan 
Bila tidak bersedia masuk kerja proses 
PHK 
14
30 Hari sebelumnya 
Tetap melaksanakan kewajiban 
Pengusaha bisa menunda bila Pekerja/ 
Buruh untuk menyelesaikan 
kewajibannya 
15 
PEKERJA MENGUNDURKAN DIRI :
Karena memang belum dilaksanakan/ 
belum dipenuhi ( hak cuti, Kepersertaan 
Jamsostek Upah Minimum, Upah 
minimum Sektoral dll) pengusaha harus 
memenuhi. 
Karena beda penafsiran maka harus 
dirundingkan dan diselesaikan sesuai 
dengan mekanisme 
16 
PERSELISIHAN HAK ( NORMATIF )
Adanya tuntutan lebih dari yang sudah diatur dalam 
PK, PP PKB dan UU ( Normatif ) 
Kasus yang sering timbul, kenaikan upah, uang 
transport, uang makan, Kesejahteraan Jamsos dan 
Syarat Kerja lain. 
Pengusaha harus melayani untuk melakukan proses 
perundingan Bipartit, dan bila tidak selesai di proses 
sesuai dengan mekanisme 
17 
PERSELISIHAN KEPENTINGAN
Pemerintah, Pengusaha, Pekerja harus 
mengusahakan agar jangan terjadi PHK. 
Bila tidak bisa dihindarkan, PHK wajib dirundingkan 
antar pengusaha, Pekerja/buruh dan Serikat 
pekerja/serikat buruh bila ada. 
Bila tidak tercapai kesepakatan Pengusaha hanya 
dapat melakukan PHK setelah ada penetapan dari 
Lembaga atau PHI ( Proses ). 
18 
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA :
Panggil yang bersangkutan dan Ketua SP/SB 
Jelaskan pokok permasalahan sehingga terjadi 
PHK 
Bicarakan masalah hak dan kewajiban sesuai 
aturan/ negoisasi. 
Setiap perundingan dibuat risalah 
Bila selesai dibuat Kesepakatan Bersama dan 
didaftar di PHI 
Perundingan paling lama 30 hari 
Bila tidak selesai dicatatkan 
19 
PROSES PHK ( DALAM BIPARTIT )
Kalau pekerja tidak banyak kumpulkan 
semua diberi penjelasan. 
Jelaskan permasalahan/ kesulitan 
perusahaan dan langkah yang telah 
diambil 
Tahapan pekerja yang akan di PHK, PKWT, 
Usia pensiun, penawaran pengunduran diri, 
kuwalitas yang rendah. 
20 
PHK MASSAL LANGKAH YANG DIAMBIL :
Berdasarkan keputusan MK PHK Kesalahan berat 
harus dibuktikan dengan putusan PN 
Langkah pengusaha 
a. kumpulkan bukti dan data kesalahan pekerja 
b. Siapkan saksi-saksi yang memberatkan 
Pekerja/Buruh 
c. Laporkan pihak yang berwajib ( kepolisian ) 
d. Bila ada putusan baru proses PHK 
21 
PHK KESALAHAN BERAT
MOGOK KERJA 
Tindakan Pekerja/ Buruh yang direncanakan dan 
dilaksanakan secara bersama-sama dan atau SP/SB 
untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan 
Menghadapi hal seperti ini pengusaha kadang 
panik apa yang harus dilakukan : 
1.Duduk satu meja SP/SB atau wakil pekerja 
2.Kalau pekerja tidak mau perwakilannya saja dan 
semua mau ikut, ditunjuk jubir 
22
3. Agar pihak manajemen menanyakan pokok 
permasalahannya/ yang dituntut utk dicatat. 
4. Bila ada yang normatif belum dilaksanakan wajib 
memberikan jawaban yang tegas/ atau 
pernyataan kapan akan dilaksanakan, baru 
tuntutan non normatif yang dibicarakan satu 
persatu. 
5. Kalau ada perkara/ tuntutan yang sulit disepakati, 
maka beralih membicarakan yang lain. 
6. Buatkan risalah perundingan semua hal yang 
dibicarakan, buatlah kesepakatan bila dicapai 
kesepakatan 
7. Bila Manajemen tidak sanggup menghadap 
menghubungi Dinas/Kantor Tenaga Kerja 
setempat 
23
KEPUTUSAN 
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK 
INDONESIA 
NO: Kep.232/MEN/2003 
TENTANG 
AKIBAT HUKUM MOGOK KERJA YANG TIDAK SAH 
SEBAGAI PELAKSANAAN PASAL 142 Ayat (2) UU NO: 13 
Tahun 2003
• MOGOK KERJA MERUPAKAN HAK DASAR PEKERJA / BURUH DAN / ATAU 
SP / SB YANG DILAKUKAN SECARA SAH, TERTIB DAN DAMAI SEBAGAI 
AKIBAT GAGALNYA PERUNDINGAN. 
• MOGOK KERJA TIDAK SAH APABILA DILAKUKAN : 
a. BUKAN AKIBAT GAGALNYA PERUNDINGAN; 
DAN / ATAU 
b.TANPA PEMBERITAHUAN KEPADA PENGUSAHA DAN INSTANSI YANG 
BERTANGGUNG JAWAB DI BIDANG KETENAGAKERJAAN; DAN / ATAU 
c. DENGAN PEMBERITAHUAN KURANG DARI 7 (TUJUH) HARI 
SEBELUM PELAKSANAAN MOGOK KERJA; DAN / ATAU 
d. ISI PEMBERITAHUAN TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL 
140 AYAT (2) HURUF a, b, c DAN d UU NO: 13 TAHUN 
2003. 
• MOGOK KERJA PADA PERUSAHAAN YANG MELAYANI KEPENTIGAN 
UMUM DAN / ATAU PERUSAHAAN YANG JENIS KEGIATANNYA 
MEMBAHAYAKAN KESELAMATAN JIWA MANUSIA, YANG DILAKUKAN 
OLEH PEKERJA / BURUH YANG SEDANG BERTUGAS DI KUALIFIKASIKAN 
SEBAGAI MOGOK KERJA TIDAK SAH. 
2
• GAGALNYA PERUNDINGAN ADALAH TIDAK TERCAPAINYA KESEPAKATAN 
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL YANG DAPAT 
DISEBABKAN KARENA : 
PENGUSAHA TIDAK MAU MELAKUKAN PERUNDINGAN WALAUPUN SP 
/ SB ATAU PEKERJA / BURUH TELAH MEMINTA SECARA TERTULIS 
KEPADA PENGUSAHA 2 (DUA) KALI DALAM TENGGANG WAKTU 14 
(EMPAT BELAS) HARI KERJA; ATAU 
PERUNDINGAN-PERUNDINGAN YANG DILAKUKAN MENGALAMI JALAN 
BUNTU YANG DINYATAKAN OLEH PIHAK DALAM RISALAH 
PERUNDINGAN. 
• PEMBERITAHUAN MOGOK KERJA SEKURANG-KURANGNYA MEMUAT : 
a. WAKTU (HARI, TANGGAL, DAN JAM) DIMULAI DAN DIAKHIRI MOGOK 
KERJA; 
b. TEMPAT MOGOK KERJA; 
c. ALASAN DAN SEBAB MENGAPA HARUS MELAKUKAN MOGOK KERJA; 
DAN 
d. TANDA TANGAN KETUA DAN SEKRETARIS DAN / ATAU MASING-MASING 
KETUA DAN SEKRETARIS SP / SB SEBAGAI PENANGGUNG 
JAWAB MOGOK KERJA. 
3
 PEKERJA / BURUH YANG MELAKUKAN MOGOK KERJA SECARA TIDAK 
SAH DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI MANGKIR. 
 PENGUSAHA MELAKUKAN PEMANGGILAN KEPADA PEKERJA SECARA 
PATUT DAN TERTULIS UNTUK KEMBALI BEKERJA, SEBANYAK 2 (DUA) 
KALI BERTURUT-TURUT DALAM TENGGANG WAKTU 7 (TUJUH) HARI. 
 PEKERJA / BURUH YANG TIDAK MEMENUHI PANGGILAN DIANGGAP 
MENGUNDURKAN DIRI. 
 MOGOK KERJA YANG DILAKUKAN SECARA TIDAK SAH YANG 
MENGAKIBATKAN HILANGNYA NYAWA MANUSIA YANG BERHUBUNGAN 
DENGAN PEKERJAANNYA DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI KESALAHAN 
BERAT. 
4 
DALAM HAL MOGOK KERJA AKAN DILAKUKAN OLEH PEKERJA / BURUH 
YANG TIDAK MENJADI ANGGOTA SP / SB MAKA PEMBERITAHUAN 
DITANDATANGANI OLEH PERWAKILAN PEKERJA / BURUH YANG DITUNJUK 
SEBAGAI KOORDINATOR DAN / ATAU PENANGGUNG JAWAB MOGOK 
KERJA.
PROSEDUR PEMUTUSAN HUBUNGAN 
152 
KERJA 
MEDIASI 
HAL-HAL YANG PERLU 
DICERMATI : 
 pejabat yang sudah 
menangani (Pemerintah) 
 masih banyak anggapan 
bahwa aparat pemerintah 
sering “berpihak” 
 lamban dalam menangani 
kasus/perkara
153 
HAL-HAL YANG KRUSIAL 
KONSILIASI 
HAL-HAL YANG 
PERLU DICERMATI : 
 Lebih 
transparan, 
karena dipilih 
oleh para pihak; 
 Orang biasa 
(swasta)
154 
HAL-HAL YANG KRUSIAL 
ARBITRASE 
HAL-HAL YANG PERLU 
DICERMATI : 
 Lebih transparan, 
karena dipilih oleh 
para pihak. 
 Cepat 
penyelesaiannya. 
 Belum banyak berlaku 
di Indonesia. 
 Pembiayaan dari para 
pihak sehingga 
dipertanyakan”apakah 
populer” penyelesaian 
melalui arbitrase.
JENIS-JENIS PERSELISIHAN 
PERSELISIHAN : 
• HAK; 
• KEPENTINGAN; 
• PHK 
• ANTAR SP/SB 
PENGADILAN HI MEMERIKSA DAN MEMUTUS : 
- TINGKAT PERTAMA : HAK DAN PHK 
- TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR : 
KEPENTINGAN DAN ANTAR SP/SB 
155
156 
gaga MEDIATOR 
l 
BIPARTIT DISNAKE 
R 
KONSILIASI 
• 
Kepentinga 
n 
• PHK 
• Antar 
SP/SB 
ARBITRASE 
• 
Kepentingan 
• Antar 
SP/SB 
PHI 
MA 
HAK 
PHK 
PEMBATALAN
157 
7 hari 10 hari 10 hari 3 hari 
W A K T U 
Penelitian 
tentang 
duduknya 
perkara 
Persetujuan 
Bersama 
(PB) 
Sidang 
Mediasi 
Sikap 
Para 
Pihak
158 
7 hari 10 hari 10 hari 3 hari 
W A K T U 
Penelitian 
tentang 
duduknya 
perkara 
Persetujua 
n Bersama 
(PB) 
Sidang 
konsiliasi 
Sikap para 
pihak
159 
7 hari 7 hari 7 hari 7 hari 29 hari 7 hari 
W A K T U 
Penetapan 
Majelis 
Hakim 
Sidang I Pemanggilan 
Sidang II 
Pemanggilan 
Sidang III 
PUTUSAN Pemberitahuan 
Putusan 
14 hari 7 hari 
W A K T U 
Penerbitan 
Salinan 
Putusan 
Pengiriman
160 
30 hari 30 hari 30 hari 
W A K T U 
BIPARTIT MEDIASI/ 
KONSILIASI 
PENGADILAN HI MAHKAMAH 
AGUNG 
50 hari
161 
7 hari 7 hari max. 14 hari max. 14 hari 
W A K T U 
Sikap dan 
penetapa 
nmajelis 
hakim 
Penentuan 
majelis, 
hari dan 
tempat 
sidang 
Jawaban Pembuktian

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mmHukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
Dadang Budiaji
 
Uu no 13_2003
Uu no 13_2003Uu no 13_2003
Uu no 13_2003
dpbme
 
Hukum Perburuhan “hubungan kerja dan hubungan industrial”
Hukum Perburuhan “hubungan kerjadan hubungan industrial”Hukum Perburuhan “hubungan kerjadan hubungan industrial”
Hukum Perburuhan “hubungan kerja dan hubungan industrial”
Rizki Gumilar
 
Paper perselisihan hubungan industrial
Paper perselisihan hubungan industrialPaper perselisihan hubungan industrial
Paper perselisihan hubungan industrial
Liafatra Thohir
 
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaanUu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
Derry Subiyanto
 

Mais procurados (20)

Hkm ketenagakerjaan
Hkm ketenagakerjaanHkm ketenagakerjaan
Hkm ketenagakerjaan
 
Makalah tentang ketenagakerjaan
Makalah tentang ketenagakerjaanMakalah tentang ketenagakerjaan
Makalah tentang ketenagakerjaan
 
Hukum ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaanHukum ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaan
 
Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)
Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)
Hukum Ketenagakerjaan - Konsep Dasar Hukum Ketenagakerjaan (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mmHukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
Hukum ketenagakerjaan & hubungan industrial by dadang budiaji mm
 
Perlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerjaPerlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerja
 
Resume Hukum Ketenagakerjaan - Perjanjian Kerja Bersama
Resume Hukum Ketenagakerjaan - Perjanjian Kerja BersamaResume Hukum Ketenagakerjaan - Perjanjian Kerja Bersama
Resume Hukum Ketenagakerjaan - Perjanjian Kerja Bersama
 
UU no.13 tahun 2003 (Law No.13 0f 2003)
UU no.13 tahun 2003 (Law No.13 0f 2003)UU no.13 tahun 2003 (Law No.13 0f 2003)
UU no.13 tahun 2003 (Law No.13 0f 2003)
 
Uu no 13_2003
Uu no 13_2003Uu no 13_2003
Uu no 13_2003
 
Hukum perburuhan dan ketenagakerjaan
Hukum perburuhan dan ketenagakerjaanHukum perburuhan dan ketenagakerjaan
Hukum perburuhan dan ketenagakerjaan
 
Merumahkan karyawan
Merumahkan karyawanMerumahkan karyawan
Merumahkan karyawan
 
Hukum Perburuhan “hubungan kerja dan hubungan industrial”
Hukum Perburuhan “hubungan kerjadan hubungan industrial”Hukum Perburuhan “hubungan kerjadan hubungan industrial”
Hukum Perburuhan “hubungan kerja dan hubungan industrial”
 
Hukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta KerjaHukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta Kerja
 
4. pengertian, dasar dan sumber ketenagakerjaan
4. pengertian, dasar dan sumber  ketenagakerjaan4. pengertian, dasar dan sumber  ketenagakerjaan
4. pengertian, dasar dan sumber ketenagakerjaan
 
Paper perselisihan hubungan industrial
Paper perselisihan hubungan industrialPaper perselisihan hubungan industrial
Paper perselisihan hubungan industrial
 
Hukum perburuhan
Hukum perburuhanHukum perburuhan
Hukum perburuhan
 
B90e84da7b658e8bd8b1f65153e259af
B90e84da7b658e8bd8b1f65153e259afB90e84da7b658e8bd8b1f65153e259af
B90e84da7b658e8bd8b1f65153e259af
 
1. pendahuluan
1. pendahuluan1. pendahuluan
1. pendahuluan
 
Cut Zurnali - Perselisihan Hubungan Industrial
Cut Zurnali - Perselisihan Hubungan IndustrialCut Zurnali - Perselisihan Hubungan Industrial
Cut Zurnali - Perselisihan Hubungan Industrial
 
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaanUu 13-2003-ketenagakerjaan
Uu 13-2003-ketenagakerjaan
 

Destaque

MCU RS Antam Medika
MCU RS Antam MedikaMCU RS Antam Medika
MCU RS Antam Medika
Antam Medika
 
dan Kondisi industri media di Palembang kaitannya dengan Serikat Pekerja
dan Kondisi industri media di Palembang kaitannya dengan Serikat Pekerja dan Kondisi industri media di Palembang kaitannya dengan Serikat Pekerja
dan Kondisi industri media di Palembang kaitannya dengan Serikat Pekerja
imron supriyadi
 
Kepmen mentamben 555k tahun 1995 keselamatan kesehatan kerja pertambangan umum
Kepmen mentamben 555k tahun 1995 keselamatan kesehatan kerja pertambangan umumKepmen mentamben 555k tahun 1995 keselamatan kesehatan kerja pertambangan umum
Kepmen mentamben 555k tahun 1995 keselamatan kesehatan kerja pertambangan umum
triturno
 
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
Coky Fauzi Alfi
 
Pemutusan hubungan kerja
Pemutusan hubungan kerjaPemutusan hubungan kerja
Pemutusan hubungan kerja
Fardalaw Labor
 
Contoh peraturan perusahaan bucah
Contoh peraturan perusahaan bucahContoh peraturan perusahaan bucah
Contoh peraturan perusahaan bucah
Budi Cahyadi
 

Destaque (17)

Hukum Ketenagakerjaan
Hukum KetenagakerjaanHukum Ketenagakerjaan
Hukum Ketenagakerjaan
 
Anotasi putusan mk no 7/PUU-XII/2014
Anotasi putusan mk no 7/PUU-XII/2014Anotasi putusan mk no 7/PUU-XII/2014
Anotasi putusan mk no 7/PUU-XII/2014
 
MCU RS Antam Medika
MCU RS Antam MedikaMCU RS Antam Medika
MCU RS Antam Medika
 
BAB I KETENAGAKERJAAN
BAB I KETENAGAKERJAANBAB I KETENAGAKERJAAN
BAB I KETENAGAKERJAAN
 
Peraturan perusahaan
Peraturan perusahaanPeraturan perusahaan
Peraturan perusahaan
 
dan Kondisi industri media di Palembang kaitannya dengan Serikat Pekerja
dan Kondisi industri media di Palembang kaitannya dengan Serikat Pekerja dan Kondisi industri media di Palembang kaitannya dengan Serikat Pekerja
dan Kondisi industri media di Palembang kaitannya dengan Serikat Pekerja
 
Memahami Serikat Pekerja
Memahami Serikat PekerjaMemahami Serikat Pekerja
Memahami Serikat Pekerja
 
Kepmen mentamben 555k tahun 1995 keselamatan kesehatan kerja pertambangan umum
Kepmen mentamben 555k tahun 1995 keselamatan kesehatan kerja pertambangan umumKepmen mentamben 555k tahun 1995 keselamatan kesehatan kerja pertambangan umum
Kepmen mentamben 555k tahun 1995 keselamatan kesehatan kerja pertambangan umum
 
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
4 panduan pelaks_pendidikan_karakter
 
Upah tenaga kerja cut zurnali
Upah tenaga kerja   cut zurnaliUpah tenaga kerja   cut zurnali
Upah tenaga kerja cut zurnali
 
Hubungan Buruh dan Perundingan Kolektif
Hubungan Buruh dan Perundingan KolektifHubungan Buruh dan Perundingan Kolektif
Hubungan Buruh dan Perundingan Kolektif
 
Norma kebebasan berserikat dan berunding (14 05-2010) pusdiklat cisarua-bogor
Norma kebebasan berserikat dan berunding (14 05-2010) pusdiklat cisarua-bogorNorma kebebasan berserikat dan berunding (14 05-2010) pusdiklat cisarua-bogor
Norma kebebasan berserikat dan berunding (14 05-2010) pusdiklat cisarua-bogor
 
Pemutusan hubungan kerja
Pemutusan hubungan kerjaPemutusan hubungan kerja
Pemutusan hubungan kerja
 
8 hak pekerja
8 hak pekerja8 hak pekerja
8 hak pekerja
 
Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islamMateri ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
 
Ppt ketenagakerjaan
Ppt ketenagakerjaanPpt ketenagakerjaan
Ppt ketenagakerjaan
 
Contoh peraturan perusahaan bucah
Contoh peraturan perusahaan bucahContoh peraturan perusahaan bucah
Contoh peraturan perusahaan bucah
 

Semelhante a Matakuliah ketenagakerjaan

Belajarserikatpekerja
BelajarserikatpekerjaBelajarserikatpekerja
Belajarserikatpekerja
adaaje
 
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
chondroc
 
TUGAS PPT KETENAGAKERJAAN SELI RAHMAWATI.pptx
TUGAS PPT KETENAGAKERJAAN SELI RAHMAWATI.pptxTUGAS PPT KETENAGAKERJAAN SELI RAHMAWATI.pptx
TUGAS PPT KETENAGAKERJAAN SELI RAHMAWATI.pptx
asikinAja5
 
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu buana, 2018...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu buana, 2018...Hbl, dimas triadi, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu buana, 2018...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu buana, 2018...
Affiah Jannah
 
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdfjak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
AlamPravana3
 
Materi Sosialisasi Perpu 2_22 9 Jan 23.pdf
Materi Sosialisasi Perpu 2_22 9 Jan 23.pdfMateri Sosialisasi Perpu 2_22 9 Jan 23.pdf
Materi Sosialisasi Perpu 2_22 9 Jan 23.pdf
RintoPutra3
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
febrysaragih
 

Semelhante a Matakuliah ketenagakerjaan (20)

HUKUM_BURUH_di nindonesia bag 1_2PPT.ppt
HUKUM_BURUH_di nindonesia bag 1_2PPT.pptHUKUM_BURUH_di nindonesia bag 1_2PPT.ppt
HUKUM_BURUH_di nindonesia bag 1_2PPT.ppt
 
fgd bidakara.pptx
fgd bidakara.pptxfgd bidakara.pptx
fgd bidakara.pptx
 
Belajarserikatpekerja
BelajarserikatpekerjaBelajarserikatpekerja
Belajarserikatpekerja
 
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
 
TUGAS PPT KETENAGAKERJAAN SELI RAHMAWATI.pptx
TUGAS PPT KETENAGAKERJAAN SELI RAHMAWATI.pptxTUGAS PPT KETENAGAKERJAAN SELI RAHMAWATI.pptx
TUGAS PPT KETENAGAKERJAAN SELI RAHMAWATI.pptx
 
Tata cara membuat peraturan perusahaan
Tata cara membuat peraturan perusahaanTata cara membuat peraturan perusahaan
Tata cara membuat peraturan perusahaan
 
Aspek MSDM (Manajemen Functional)
Aspek MSDM (Manajemen Functional)Aspek MSDM (Manajemen Functional)
Aspek MSDM (Manajemen Functional)
 
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu buana, 2018...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu buana, 2018...Hbl, dimas triadi, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu buana, 2018...
Hbl, dimas triadi, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu buana, 2018...
 
Perjanjian Kerja
Perjanjian KerjaPerjanjian Kerja
Perjanjian Kerja
 
Materi Pak Azhar.pptx
Materi Pak Azhar.pptxMateri Pak Azhar.pptx
Materi Pak Azhar.pptx
 
Putusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada Pengusaha
Putusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada PengusahaPutusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada Pengusaha
Putusan Mahkamah Konstitusi - Berdampak Pada Pengusaha
 
MSDM SERIKAT KERJA 2.ppt
MSDM SERIKAT KERJA 2.pptMSDM SERIKAT KERJA 2.ppt
MSDM SERIKAT KERJA 2.ppt
 
materi bpk daryanto apindo FGD MA 1092021[494].pdf
materi bpk daryanto apindo FGD MA 1092021[494].pdfmateri bpk daryanto apindo FGD MA 1092021[494].pdf
materi bpk daryanto apindo FGD MA 1092021[494].pdf
 
Hbl minggu 7, hefti juliza, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl minggu 7, hefti juliza, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...Hbl minggu 7, hefti juliza, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
Hbl minggu 7, hefti juliza, hapzi ali, hukum perburuhan, universitas mercu bu...
 
Pola Hubungan Pemberi kerja & Pekerja
Pola Hubungan Pemberi kerja & PekerjaPola Hubungan Pemberi kerja & Pekerja
Pola Hubungan Pemberi kerja & Pekerja
 
Outsourcing
OutsourcingOutsourcing
Outsourcing
 
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdfjak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
jak_lexprivatum,+13.+Geraldo+Samuel+Kambey_privatum.docx.pdf
 
Materi Sosialisasi Perpu 2_22 9 Jan 23.pdf
Materi Sosialisasi Perpu 2_22 9 Jan 23.pdfMateri Sosialisasi Perpu 2_22 9 Jan 23.pdf
Materi Sosialisasi Perpu 2_22 9 Jan 23.pdf
 
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
HBL,FEBRY DIAN UTAMI SARAGIH,HAPZI ALI,HUKUM PERBURUHAN,UNIVERSITAS MERCU BUA...
 
Sekilas Tentang Hubungan Industrial
Sekilas Tentang Hubungan IndustrialSekilas Tentang Hubungan Industrial
Sekilas Tentang Hubungan Industrial
 

Matakuliah ketenagakerjaan

  • 1. 1 HUKUM KETENAGAKERJAAN REFERENSI BUKU; 1. ASPEK HUKUM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (ABDUL KHAKIM, SH., MH)., PT. CITRA ADITYA BAKTI, 2010). 2. PANDUAN PRAKTIS HUKUM KETENAGAKERJAAN (WHIMBO PITOYO SE., SH., MBA., VISI MEDIA, 2010). 3. DINAMIKA & KAJIAN TEORI HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA (DR. AGUSMIDAH, SH., MH., GHALI INDONESIA, 2010). 4. DILEMATIKA HUKUM KETENAGAKERJAAN, TINJAUAN POLITIK HUKUM (DR AGUSMIDAH , SH., M.HUM, PT. SOFTMEDIA, 2011). 5. SINKRONISASI HUKUM PERBURUHAN TERHADAP KONVENSI ILO (ASRI WIJAYANTI, CV. KARYA PUTRA DARWATI, 2012).
  • 2. 2 PENGERTIAN HUKUM KETENAGAKERJAAN; PASAL 1 AYAT (1) UU NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN; KETENAGAKERJAAN ADALAH SEGALA HAL YANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN TENAGA KERJA PADA WAKTU SEBELUM, SELAMA DAN SESUDAH MASA KERJA.
  • 3. SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN: PANCASILA UUD 1945 PASAL 27 AYAT ( 2 ) UNDANG-UNDANG NO.13 TAHUN 2003 UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 2004 TTH PPHI UNDANG-UNDANG 21 TAHUN 2000 TTG SP/SB PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 1981 KONVENSI ILO DAN PERATURAN LAINYA
  • 4. 4 PERMASALAHAN KETENAGAKERJAAN SAAT INI DALAM KONFERENSI INTERNASIONAL ASOSIASI PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KAPABILITAS (HUMAN DEVELOPMENT AND CAPABILITY ASSOCIATION) DI JKT, RABU, TGL 5/9/2012. ERIC MASKIN, PERAIH NOBEL EKONOMI 2007, BERPENDAPAT; GLOBALISASI BELAKANGAN JUSTRU MENINGKATKAN KESENJANGAN KESEJAHTERAAN DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG. GURU BESAR EKONOMI UNIVERSITAS CORNEL, AS, KAUSIK BASU MENYATAKAN, PERTUMBUHAN EKONOMI YANG DIIKUTI DENGAN MELEBARNYA KESENJANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ADALAH FENOMENA UMUM DI NEGARA BERKEMBANG PADA ERA GLOBALISASI. SOLUSI; KETERAMPILAN BURUH KUNCI TEKANAN KESENJANGAN KOMPAS, KAMIS, 6 SEPTEMBER, 2012, HAL.1
  • 5. 5 PENGANGURAN DI KALTIM TAHUN JULAH ORANG PERSENTASE 2010 166,557 10,10 2011 173,693 9,84 2013, TARGET 151,569 7,42 TAHUN LOWONGAN 2011 3,000 2012 3,537 MENURUT KABID. TENAGA KERJA DISNAKERTRANS KALTIM; PENYEBAB PENGANGGURAN BISA DARI, PERTAMBAHAN PENDUDUK, LEMAHNYA SKILL DAN KEAHLIAN ATAU ANGKA TRANSMIGRASI, KALTIM POST, SELASA, 15 MEI 2012, HAL. 37. PENGAGURAN JUGA DISEBABKAN, PENDATANG NON TRANSMIGRASI.
  • 6. SEJARAH HUKUM KETENAGAKERJAAN Dalam era industrialisasi, Perselisihan Hub.Industrial menjadi semakin kompleks, utk penyelesaiannya diperlukan institusi yg mendukung mekanisme penyelesaian perselisihan yg cepat, tepat, adil dan murah; UU 22 tahun 1957 dan UU 12 tahun 1964, sudah tidak sesuai lagi dg perkembangan keadaan dan kebutuhan tersebut; UU yg baru ini diperlukan karena : 1. Sejak diberlakukannya UU. No.5 Thn 1986 ttg PTUN, maka Putusan P4P ygy semula bersifat Final dpt diajukan gugatan pd PTTUN yg selanjutnya dpt dimohonkan Kasasi pd Mahkamah Agung; 2. Adanya kewenangan Menakertrans untuk menunda/membatalkan putusan P4P atau biasa disebut Hak Veto Menteri dan ini dianggap campur tangan pemerintah yg tidak sesuai lagi dengan paradigma yg berkembang dalam masyarakat; 3. UU No.22 Thn 1957 mengatur hanya 1(satu) SP/SB yg dpt menjadi pihak dlm Penyelesaian Perselisihan HI.
  • 7. MATRIK PERSANDINGAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN BERDASARKAN PPHI DENGAN UU NO. 22/57 DAN UU NO. 12/1964 NO POKOK MATERI UU NO. 22/1957 UU NO. 12/1964 UU N0. 2/2004 1 Kelembagaan • Pemerantaraan • Arbitrase • P4 Daerah • P4 Pusat • P.T.U.N • Mahkamah Agung Mengikuti kelembagaan menurut UU No. 22/1957 • Mediasi • Konsiliasi • Arbitrase • Pengadilan PHI (masuk dalam kompetensi lingkup Badan Peradilan Umum) • Mahkamah Agung 2 Jenis Perselisihan • Hak • Kepentingan • PHK • Hak • Kepentingan • PHK • Antar SP/SB 3 Pihak-pihak yang berselisih • Majikan atau perkumpulan majikan • SP/SB atau Gabungan SP/SB • Pekerja (perorangan) • SP/SB • Pengusaha • Gabungan Pengusaha 4 Waktu Penyelesaian Relatif cukup lama • Tidak diatur batas waktu di P4D atau P4P Singkat • Paling lama 140 hari kerja
  • 8. Pengertian : 1. Hubungan Kerja adalah hubungan yang terjalin antara penerima kerja dan pemberi kerja berdasarkan perjanjian kerja baik untuk waktu tertentu maupun tidak tertentu yang mengandung adanya unsur pekerjaan, upah dan hubungan dibawah perintah. 2. Hubungan Industrial Suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku proses produksi barang dan jasa yaitu pekerja, pengusaha dan pemerintah
  • 9. PEMERINTAH PEKERJA PENGUSAHA Tiga Unsur tersebut punya peran masing-masing : Pemerintah : Pengusaha : Pekerja : -Regulator - Investor - Operator -Fasilisator -Mediator -Katasilator
  • 10.  BERLAKU UNTUK SEMUA PERUSAHAAN BAIK MILIK SWASTA MAUPUN BUMN  BERLAKU UNTUK SEMUA PERUSAHAAN ATAU BENTUK USAHA MILIK ORANG PERORANGAN, PERSEKUTUAN ATAU BADAN HUKUM  BERLAKU UNTUK USAHA-USAHA SOSIAL DAN USAHA-USAHA LAIN YANG TIDAK BERBENTUK PERUSAHAAN TETAPI MEMPUNYAI PENGURUS DAN MEMPEKERJAKAN ORANG LAIN DENGAN MEMBAYAR UPAH 7
  • 11. 11 SYARAT KERJA HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN PEKERJA/BURUH YANG BELUM DIATUR DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERJANJIAN KERJA PERJANJIAN ANTARA PEKERJA/BURUH DENGAN PENGUSAHA ATAU PRMBERI KERJA YANG MEMUAT SYARAT SYARAT KERJA, HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
  • 12. ADALAH PERIKATAN ANTARA PEKERJA DENGAN PEMBERI KERJA YANG MEMPUNYAI : 1.ADA PEKERJAAN 2.ADA PERINTAH 3.ADA UPAH 12
  • 13. 13 DASAR PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA a. KECAKAPAN KEDUA BELAH PIHAK b. KEMAMPUAN ATAU KECAPAKAPAN MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM c. ADANYA PEKERJAAN YANG DIPERJANJIAKAN DAN d. PEKERJAAN YANG DIPERJANJIKAN TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KETERTIBAN UMUM, KESUSILAAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU CATATAN : -ADAN B DAPAT DIBATALKAN -CDAN D BATAL DEMI HUKUM
  • 14. 14 JENIS PERJANJIAN KERJA, PSL 56 AYAT (1): 1. PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU 2. PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU
  • 15. PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU 15 Perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu
  • 16. PENGATURAN PKWT PEKERJAAN SEKALI SELESAI, SEMENTARA SIFATNYA 16 1. Didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu. 2. Dibuat untuk paling lama 3 tahun 3. Apabila selesai dari yang diperjanjikan, putus demi hukum 4. Harus dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai 5. Karena kondisi tertentu, pekerjaan belum dapat diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan. 6. Pembaharuan dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 hari setelah berakhir perjanjian kerja 7. Selama tenggang waktu tidak ada hubungan kerja 8. Para pihak dapat mengatur lain ketentuan pembaharuan dan tenggang waktunya
  • 17. PENGATURAN PKWT PEKERJAAN BERSIFAT MUSIMAN 17 - Pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca - Hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu - Pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target, sebagai pekerjaan musiman - Diberlakukan untuk pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan - Untuk pekerjaan memenuhi pesanan atau target sebagai pekerjaan tambahan, pengusaha harus membuat daftar nama pekerja/buruh - Tidak dapat dilakukan pembaharuan
  • 18. PENGATURAN PKWT BERHUBUNGAN DENGAN PRODUK BARU 18 - Dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajagan - Dapat dilakukan paling lama 2 tahun dan dapat diperpanjang satu kali paling lama 1 tahun - Hanya boleh diberlakukan untuk melakukan pekerjaan diluar kegiatan utama atau diluar pekerjaan yang biasa dilakukan perusahaan
  • 19. PEKERJA HARIAN LEPAS 19 - Wajib membuat Perjanjian Kerja Harian Lepas secara tertulis - Perjanjian kerja harian lepas dapat dibuat berupa daftar pekerja yang melakukan pekerjaan, sekurang-kurangnya memuat : nama/alamat perusahaan, nama/alamat pekerja, jenis pekerjaan yang dilakukan, besarnya upah dan/atau imbalan lainnya. - Daftar pekerja disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempat, selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak mempekerjakan pekerja - Pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran - Dilakukan kurang dari 21 hari dalam 1 bulan - Apabila bekerja lebih dari 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut, berubah menjadi PKWTT - Perjanjian Kerja Harian Lepas dikecualikan dari ketentuan jangka waktu PKWT pada umumnya
  • 20. PENCATATAN PKWT - Wajib dicatatkan kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota setempat, selambat-lambatnya 7 hari kerja sejakpenandatanganan 20 - Pekerja harian lepas, dicatatkan daftar pekerja/buruh kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempat.
  • 21. PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWTT 21 1. Tidak dibuat dalam bahas Indonesia dan huruf latin, sejak adanya hubungan kerja. 2. Pekerjaan bersifat musiman tidak dibuat untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu dan tidak dibuat terhadap pekerjaan tambahan, sejak adanya hubungan kerja. 3. Pekerjaan produk baru, dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan jangka waktu dan perpanjangan serta dilakukan pembaharuan, sejak dilakukan penyimpangan 4. Pembaharuan untuk pekerjaan sekali selesai atau sementara sifatnya, tidak melalui tenggang waktu 30 hari 5. Hak pekerja dan prosedur penyelesaiannya dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan bagi PKWTT
  • 22. 22 I 2 TH II Jeddah 1 TH 30 hari III 1 x max 2 th I II Jeddah III 30 hari 1 x max 2 th 1 TH 1 TH PKWTT PKWT 2 TH 1 TH 1 TH 1 TH PKWT 1 TH 1 TH 1 TH PKWTT 1 2 3 4 1 TH
  • 23. PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU 23 Perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tidak tertentu atau parmanent, Psl 60 ayat (1)
  • 24. 24 PERATURAN PERUSAHAAN Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh Pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan
  • 25. 25 DASAR HUKUM PERATURAN PERUSAHAAN 1. Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 48/Men/2004 tanggal 8 April 2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
  • 26. 26 TUJUAN PERATURAN PERUSAHAAN 1. memberikan kepastian syarat-syarat kerja di perusahaan 2. meningkatkan kegairahan dan ketenangan bekerja 3. meningkatkan produktivitas kerja, akhirnya akan meningkatkan taraf hidup pekerja dan keluarganya
  • 27. 27 MATERI PERATURAN PERUSAHAAN a. Hak dan kewajiban Pengusaha b. Hak dan kewajiban pekerja c. Syarat kerja d. Tata tertib perusahaan e. Jangka waktu berlakunya
  • 28. 28 PEMBUATAN PERATURAN PERUSAHAAN 1. Disusun dan menjadi tanggung jawab perusahaaan 2. Memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja 3. Dalam hal telah terbentuk Serikat Pekerja (SP), maka wakil pekerja adalah pengurus SP 4. Perwakilan pekerja dipilih secara demokratis
  • 29. 29 PROSES MENDAPATKAN SARAN DAN PERTIMBANGAN 1. Pengusaha harus menyampaikan naskah rancangan Peraturan Perusahaan (PP) kepada perwakilan Pekerja/Buruh 2. Saran dan pertimbangan harus sudah diterima Pengusaha dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya naskah Peraturan Perusahaan (PP) 3. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja, tidak memberikan saran dan pertimbangan, Pengusaha dapat mengajukan permohonan pengesahan disertai bukti
  • 30. 30 PERWAKILAN PEKERJA/BURUH 1. Dipilih Pekerja/Buruh secara demokratis mewakili setiap unit kerja yang ada di perusahaan 2. SP/SB menjadi wakil pekerja/buruh dan wakil pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota SP/SB 3. Dapat tidak memberikan saran dan pertimbangan terhadap Peraturan Perusahaan (PP)
  • 31. 31 PERSYARATAN PERMOHONAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN 1. Mengajukan permohonan secara tertulis 2. Melampirkan naskah Peraturan Perusahaan rangkap 3 (tiga) yang telah ditandatangani oleh Pengusaha 3. Melampirkan bukti telah dimintakan saran dan pertimbangan dari perwakilan Pekerja/Buruh
  • 32. 32 PERMOHONAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN 1. Nama dan alamat perusahaan 2. Nama Pimpinan perusahaan 3. Wilayah operasi perusahaan 4. Status perusahaan 5. Jenis atau bidang usaha 6. Jumlah pekerja menurut jenis kelamin 7. Status hubungan kerja 8. Upah tertinggi dan terendah 9. Nama dan alamat SP/SB (bila ada) 10. Nomor pencatatan SP/SB (bila ada) 11. Masa berlaku PP 12. Pengesahan Peraturan Perusahaan yang ke berapa
  • 33. 33 PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN 1. Pengesahan sudah diberikan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak naskah diterima 2. Dalam hal pembuatan telah sesuai ketentuan dan apabila waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terlampaui, Peraturan Perusahaan dianggap telah mendapatkan pengesahan 3. Dalam hal tidak memenuhi persyaratan, harus diberitahukan secara tertulis kepada Pengusaha 4. Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan, Pengusaha wajib mengembalikan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk
  • 34. 34 PROSES PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN 1. Meneliti kelengkapan dokumentasi dan materi Peraturan Perusahaan 2. Mengembalikan permohonan Pengusaha dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterima permohonan, untuk dilengkapi atau diperbaiki 3. Perusahaan wajib menyampaikan naskah Peraturan Perusahaan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal diterimanya pengembalian Peraturan Perusahaan 4. Apabila tidak dikembalikan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja, dapat dianggap perusahaan belum memiliki Peraturan Perusahaan 5. Pengesahan Peraturan Perusahaan wajib menerbitkan Surat Keputusan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja 6. Dalam hal waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terlampaui dan Peraturan Perusahaan telah memenuhi syarat, Peraturan Perusahaan dianggap telah mendapatkan pengesahan 7. Catatan : Akibat No. 4 perusahaan dikenakan sanksi pidana pelanggaran sebagaimana diatur pasal 188 UU Ketenagakerjaan
  • 35. 35 PERUBAHAN PERATURAN PERUSAHAAN 1. Perubahan harus berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha dan SP/SB dan atau wakil pekerja/buruh 2. Perubahan harus mendapatkan pengesahan kembali 3. Perubahan dianggap tidak ada apabila belum mendapatkan pengesahan.
  • 36. 36 PEMBAHARUAN PERATURAN PERUSAHAAN 1. Pengusaha wajib mengajukan pembaharuan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum berakhirnya masa berlaku Peraturan Perusahaan 2. Pembaharuan dilakukan sebagaimana pengaturan permohonan pengesahan Peraturan Perusahaan 3. Dalam pembaharuan, apabila terdapat perubahan materi dari Peraturan Perusahaan sebelumnya, perubahan tersebut harus didasarkan atas kesepakatan Pengusaha dengan wakil Pekerja/Buruh 4. Ketentuan dalam Peraturan Perusahaan yang telah berakhir masa berlakunya, tetap berlaku sampai ditandatanganinya PKB atau disahkan Peraturan Perusahaan baru 5. Dalam hal perundingan pembuatan PKB telah dilakukan, belum mencapai kesepakatan, Pengusaha wajib mengajukan permohonan pengesahan pembaharuan Peraturan Perusahaan
  • 37. 37 KETENTUAN PERATURAN PERUSAHAAN 1. Pengusaha mempekerjakan pekerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat Peraturan Perusahaan 2. Melalui berlaku sejak disahkan 3. Masa berlakunya 2 (dua) tahun dan wajib diperbaharui setelah habis masa berlakunya 4. Selama berlakunya PP, Pengusaha wajib melayani kehendak SP/SB untuk pembuatan PKB 5. Selama perundingan belum mencapai kesepakatan, PP berlaku sampai habis jangka waktu berlakunya 6. Ketentuan dalam PP tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku 7. Perubahan PP hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan Pengusaha dan wakil pekerja 8. Perubahan PP harus mendapat pengesahan 9. Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi PP serta memberikan naskah PP atau perubahannya kepada pekerja
  • 38. 38 SANKSI Tindak Pidana Pelanggaran Denda paling sedikit Rp. 5.000.000 dan paling banyak Rp. 50.000.000 (pasal 188) : a. Tidak membuat Peraturan Perusahaan Pasal 108 ayat ( 1) b. Tidak melakukan pembaharuan Pasal 111 ayat ( 3 ) c. Tidak memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah Peraturan Perusahaan atau perubahannya kepada pekerja. Pasal 114
  • 39. 39
  • 40. 40 PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha, atau beberapa Pengusaha atau perkumpulan Pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak
  • 41. 41 DASAR HUKUM PEMBUATAN PKB 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Bagian Ketujuh Pasal 116 – 133 2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 48/Men/2004 tanggal 8 April 2004 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
  • 42. 42 TUJUAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA 1. Mengusahakan perbaikan syarat-syarat kerja 2. Meningkatkan kegairahan dan ketenangan bekerja di perusahaan
  • 43. 43 MATERI PERJANJIAN KERJA BERSAMA a. Nama, tempat kedudukan serta alamat SP/SB b. Nama, tempat kedudukan serta alamat Pengusaha c. Nama serta tanggal pencatatan SP/SB d. Hak dan kewajiban Pengusaha e. Hak dan kewajiban SP/SB beserta pekerja f. Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya PKB g. Tanda tangan para pihak pembuat PKB h. Penandatanganan oleh wakil harus ada surat kuasa dilampirkan pada PKB
  • 44. 44 PEMBUATAN PKB 1. Hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB, berlaku bagi seluruh pekerja di perusahaan yang bersangkutan 2. Perusahaan yang memiliki cabang, dibuat PKB Induk berlaku di semua cabang dan dapat dibuat PKB turunan yang berlaku di masing-masing cabang 3. PKB Induk menurut ketentuan yang berlaku umum di seluruh cabang perusahaan, PKB turunan memuat pelaksanaan PKB induk yang disesuaikan dengan kondisi cabang perusahaan masing-masing 4. PKB turunan belum disepakati, PKB induk tetap berlaku
  • 45. 45 PERSYARATAN PEMBUATAN PKB 1. Dirundingkan SP/SB atau beberapa SP/SB yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha atau beberapa Pengusaha. 2. Harus didasari itikad baik dan kemauan bebas kedua belah pihak 3. Dilakukan secara menyeluruh untuk mufakat 4. Lamanya perundingan ditetapkan berdasarkan kesepakatan dan dituangkan dalam Tata Tertib Perundingan
  • 46. 46 PERUNDINGAN PEMBUATAN PKB 1. Tempat perundingan dilakukan di kantor perusahaan atau kantor SP/SB atau tempat lain sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 2. Biaya perundingan menjadi beban Pengusaha, kecuali disepakati oleh kedua belah pihak. 3. Tim perunding sesuai dengan kedudukan dengan ketentuan masing-masing pihak paling banyak 9 orang dengan kuasa penuh. 4. SP/SB yang tidak terwakili dalam tim perunding dapat menyampaikan aspirasinya secara tertulis kepada Tim Perunding sebelum dimulai perundingan
  • 47. 47 SYARAT SP/SB UNTUK MERUNDINGKAN PKB 1. SP/SB telah tercatat berdasarkan UU No. 21 Tahun 2000 2. Memenuhi pengesahan sebagaimana diatur pasal 119 dan pasal 120 UU Nomor 13 Tahun 2003 3. Mengajukan permintaan secara tertulis
  • 48. 48 SERIKAT PEKERJA MEMBUAT PKB 1. dalam hal 1 (satu) SP memiliki anggota lebih dari 50 % dari jumlah pekerja 2. mendapat dukungan lebih 50 % dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan melalui pemungutan suara 3. bila tidak mendapat dukungan, SP dapat mengajukan kembali perundingan PKB, setelah 6 (enam) bulan sejak dilakukan pemungutan suara 4. dalam hal lebih dari 1 (satu) SP maka SP yang memiliki jumlah keanggotaan lebih dari 50 % dari jumlah pekerja 5. melakukan koalisi, sehingga tercapai lebih 50 % dari jumlah pekerja 6. membentuk tim perunding yang keanggotaannya ditentukan secara proporsional 7. pemungutan suara diselenggarakan panitia (wakil pekerja dan pengurus SP) disaksikan oleh Pengusaha dan pihak pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan 8. keanggotaan SP dibuktikan dengan Kartu Anggota
  • 49. 49 PROSES PELAKSANAAN HAK LEBIH DARI 1 SP/SB 1. SP/SB yang berhak mewakili pekerja melakukan perundingan PKB adalah SP yang mewakili anggota lebih dari 50 % dari seluruh jumlah pekerja. 2. Penentuan SP/SB yang berhak dilakukan melalui verifikasi yang dilakukan oleh Panitia yang terdiri dari wakil pengurus SP/SB disaksikan wakil instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan Pengusaha. 3. Verifikasi dilakukan berdasarkan Kartu Tanda Anggota (KTA), apabila terdapat KTA lebih dari satu, KTA yang terakhir yang sah 4. Pelaksanaan dilakukan di tempat-tempat lainnya diatur sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu proses produksi dalam waktu 1 hari kerja yang disepakati SP/SB. 5. Pengusaha maupun SP/SB dilarang melakukan tindakan yang mempengaruhi pelaksanaan verifikasi.
  • 50. Lanjutan …… 6. SP/SB diberikan kesempatan untuk menjelaskan program pembuatan PKB dalam waktu 14 hari dan dilakukan 3 hari setelah tanggal diumumkannya pemungutan suara. 7. Pelaksanaan penjelasan tersebut dilakukan diluar jam kerja 50 pada tempat-tempat yang disepakati SP dan Pengusaha. 8. Dalam waktu paling lambat 7 hari sebelum pemungutan suara, SP dapat membuktikan keanggotannya pada Pengusaha, maka pemungutan suara tidak perlu dilaksanakan 9. Panitia pemungutan suara menyelesaikan waktu pelaksanaan pemungutan suara diluar jam kerja sehingga tidak mengganggu proses produksi. 10. Tempat pemungutan suara ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara panitia dengan Pengusaha. 11. Hasil pemungutan suara, setelah ditandatangani oleh panitia dan saksi-saksi
  • 51. 51 TATA TERTIB PERUNDINGAN a. Tujuan pembuatan tata tertib b. Susunan tim perunding c. Lamanya masa perundingan d. Materi perundingan e. Tempat perundingan f. Tata cara perundingan g. Cara penyelesaian apabila terjadi kebuntuan perundingan h. Sahnya perundingan i. Biaya perundingan
  • 52. 52 PENDAFTARAN PKB 1. Pengusaha mendaftarkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan 2. Pengajuan pendaftaran, melampirkan naskah PKB dalam rangkap 3 bermaterai cukup yang telah dibubuhkan tanda tangan Pengusaha dan SP/SB 3. Penelitian dalam waktu 7 hari kerja sejak tanggal diterimanya permohonan, meliputi kelengkapan pernyataan formal dan materi PKB. 4. Persyaratan dan materi telah terpenuhi, dalam waktu 7 hari kerja sejak selesainya penelitian, harus menerbitkan Surat Keputusan Pendaftaran. 5. Apabila persyaratan dan atau materi bertentangan dengan per-UU-an, memberi catatan pada surat keputusan pendaftran. 6. Catatan menurut pasal-pasal yang bertentangan dengan per-UU-an
  • 53. 53 PENGAJUAN PENDAFTARAN PKB 1. Nama dan alamat perusahaan 2. Nama Pimpinan perusahaan 3. Wilayah operasi perusahaan 4. Status permodalan perusahaan 5. Jenis atau bidang usaha 6. Jumlah pekerja menurut jenis kelamin 7. Status hubungan kerja 8. Upah tertinggi dan terendah 9. Nama dan alamat SP/SB 10. Nomor pencatatan SP/SB 11. Jumlah anggota SP 12. Masa berlaku PKB 13. Pendaftaran yang ke ……
  • 54. 54 INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB DI BIDANG KETENAGAKERJAAN 1. Kabupaten/Kota, lingkup berlakunya hanya mencakup satu Kabupaten/Kota 2. Propinsi, lingkup berlakunya lebih dari satu Kabupaten/Kota 3. Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial, lingkup berlakunya meliputi lebih dari satu propinsi
  • 55. 55 MAKSUD PENDAFTARAN 1. Sebagai alat monitoring dan evaluasi pengaturan syarat kerja di perusahaan 2. Sebagai rujukan utama dalam hal terjadi perselisihan pelaksanaan PKB
  • 56. 56 MASA BERLAKUNYA PKB 1. Berlakunya 2 (dua) tahun 2. Dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan secara tertulis 3. Perundingan pembuatan dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan sebelum berakhir 4. Dalam hal tidak mencapai kesepakatan, tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun 5. Dapat mengadakan perubahan
  • 57. 57 PERPANJANGAN ATAU PEMBAHARUAN PKB 1. Dalam hal terdapat 1 (satu) SP, tidak mempersyaratkan jumlah anggota SP 2. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) SP, SP yang anggotanya lebih dari 50 %, bersama-sama SP yang membuat terdahulu 3. Dalam hal tidak ada SP yang anggotanya lebih dari 50 % dapat membuat koalisi 4. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi SP membentuk Tim Perunding, yang keanggotannya ditentukan secara proporsional
  • 58. 58 PERUBAHAN PKB 1. Perubahan PKB yang sedang berlaku, harus berdasarkan kesepakatan 2. Perubahan menjadi bagian yang terpisahkan dari PKB yang sedang berlaku.
  • 59. 59 KEWAJIBAN PARA PIHAK 1. Wajib melaksanakan ketentuan yang ada dalam PKB 2. Wajib memberitahukan atas perubahannya kepada pekerja 3. Pengusaha harus mencetak dan membagikan kepada setiap pekerja atas biaya perusahaan 4. Pengusaha mendaftarkan
  • 60. 60 KEWAJIBAN PENGUSAHA, SP/SB 1. Melaksanakan ketentuan yang ada dalam PKB 2. Wajib memberitahukan isi PKB dan perubahannya kepada seluruh pekerja
  • 61. 61 PERUNDINGAN PEMBUATAN PKB TIDAK MENCAPAI KESEPAKATAN 1. Menjadwalkan kembali perundingan dengan waktu paling lama 30 hari setelah perundingan gagal, apabila perundingan pembuatan PKB tidak selesai disepakati dalam Tata Tertib 2. Membuat pernyataan secara tertulis tidak dapat diselesaikan memuat : a. Materi yang belum disepakati b. Pendirian para pihak c. Risalah perundingan d. Tempat, tanggal dan tanda tangan para pihak. 3. Salah satu pihak atau kedua belah pihak melaporkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. 4. Penyelesaian instansi, sesuai mekanisme penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UU Nomor 2 Tahun 2004.
  • 62. 62 PENYELESAIAN MELALUI MEDIASI 1. Penyelesaian melalui mediasi, para pihak atau salah satu pihak tidak menerima anjuran, berdasarkan kesepakatan para pihak mediator melaporkan kepada Menteri untuk menetapkan langkah-langkah penyelesaian. 2. Laporan mediator memuat a. Materi yang belum disepakati b. Pendirian para pihak c. Pendirian para pihak d. Kesimpulan perundingan e. Pertimbangan dan saran penyelesaian 3. Menteri dapat menunjuk pejabat untuk menyelesaikan pembuatan PKB. 4. Penyelesaian pembuatan PKB juga tidak mencapai kesepakatan, salah satu pihak dapat mengajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial daerah hukum tempat pekerja bekerja. 5. Daerah hukum tempat pekerja bekerja melebihi 1 daerah hukum gugatan diajukan pada PHI yang daerah hukumnya mencakup domisili perusahaan.
  • 63. 63 KETENTUAN KHUSUS 1. dalam 1 (satu) perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) PKB 2. mulai berlaku sejak ditandatangani, kecuali ditentukan lain 3. perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan PKB 4. dalam hal Perjanjian Kerja tidak memuat aturan yang diatur dalam PKB, maka berlaku aturan-aturan dalam PKB 5. dilarang mengganti PKB dengan PP 6. apabila tidak ada lagi SP, maka ketentuan yang ada dalam PP tidak boleh lebih rendah dari PKB 7. SP bubar atau pengalihan kepemilikan, PKB tetap berlaku sampai berakhir 8. dalam hal merger, yang berlaku adalah PKB yang paling menguntungkan pekerja 9. merger antara perusahaan yang belum memiliki PKB dengan yang telah memiliki PKB, maka yang berlaku adalah PKB tersebut
  • 64. Pengaturan Pengupahan Kaitannya Dengan Struktur Dan Skala Upah Serta Perlindungan Upah 1
  • 65. 1. KONSTITUSIONAL UUD 1945 PSL 27 AYAT (2) 2. EKONOMI - KEBUTUHAN HIDUP - GLOBALISASI  PRODUKTIVITAS/COMPETITIVE ADVANTAGE. - MENGGERAKKAN PEREKONOMIAN - INDUSTRIAL PEACE. 3. SOSIAL - HUBUNGAN ANTAR MANUSIA - PRESTIGE/HARGA DIRI 3
  • 66.  PERTAMA : SETIAP PEKERJA/BURUH BERHAK MEMPEROLEH PENGHASILAN YANG MEMENUHI PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI KEMANUSIAAN.  KEDUA : UPAH MINIMUM DIARAHKAN KEPADA PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK  KETIGA : PENGUSAHA MENYUSUN STRUKTUR DAN SKALA UPAH DENGAN MEMPERHATIKAN GOLONGAN, JABATAN, MASA KERJA, PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI 4 LANDASAN SISTEM PENGUPAHAN UU NO.13 TH.2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
  • 67.  KEEMPAT : DALAM HAL KOMPONEN UPAH TERDIRI DARI UPAH POKOK DAN TUNJANGAN TETAP, MAKA BESARNYA UPAH POKOK SEDIKIT-DIKITNYA 75% DARI JUMLAH UPAH POKOK DAN TUNJANGAN TETAP.  KELIMA : REFORMASI DAN PEMBENTUKAN DEWAN PENGUPAHAN (NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA). 5
  • 68. Upah Bulanan Terendah Yang Terdiri dari Upah Pokok dan Tunjangan Tetap 6
  • 69. Upah Pokok (Base Salary) Upah dasar yang dibayarkan, tidak termasuk lembur, insentif, dan lain-lain. 7
  • 70. Tunjangan (Allowance) Pembayaran dalam bentuk “cash” diluar upah pokok, dan bisa bersifat melekat atau tidak : • Uang transport • Uang perumahan • Uang makan • Uang cuti 8
  • 71. Fasilitas (Perquisite) Melekat kepada jabatan yang biasanya diberikan kepada eselon tertentu pada suatu perusahaan : • Mobil dinas • Cuti ke luar negeri • Keanggotaan klas • Perjalanan klas utama • dan lain-lain 9
  • 72. Kesejahteraan (Benefits) Pemberian dalam bentuk “noncash” diluar upah pokok : • Pengobatan • Cuti yang dibayar • Pendidikan • Bantuan Hukum • dan lain-lain 10
  • 73. Pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap pekerja/buruh atas dasar perbedaan jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit dan aliran politik untuk pekerjaan yang sama nilainya. 11
  • 74. a. UPAH POKOK ADALAH IMBALAN DASAR YANG DIBAYARKAN KEPADA PEKERJA/BURUH MENURUT JENIS PEKERJAAN YANG BESARNYA DITETAPKAN BERDASARKAN KESEPAKATAN. b. TUNJANGAN TETAP ADALAH PEMBAYARAN KEPADA PEKERJA/BURUH YANG DILAKUKAN SECARA TERATUR DAN TIDAK DIKAITKAN DENGAN KEHADIRAN PEKERJA/BURUH ATAU PENCAPAIAN PRESTASI KERJA TERTENTU. c. KOMPOSISI UPAH POKOK : TUNJANGAN TETAP (75 : 25) 12
  • 75. Kesempatan yang diberikan kepada pengusaha untuk dapat membayar upah pekerja lebih rendah dari ketentuan upah minimum yang berlaku atas persetujuan Gubernur, untuk paling lama 12 (dua belas) bulan. Setelah berakhir jangka waktu yang diijinkan, pengusaha tidak wajib membayar kekurangan upah selama penangguhan. 13
  • 76. 1) Membayar upah minimum sesuai upah minimum yang lama, atau; 2) Membayar upah minimum lebih tinggi dari upah minimum lama tetapi lebih rendah dari upah minimum baru, atau; 3) Menaikkan upah minimum secara bertahap. 14
  • 77. KEPMEN No : KEP.102/MEN/VI/2004 Tentang WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR
  • 78. KEPMEN No : KEP.102/MEN/VI/2004 - Pengecualian untuk perusahaan sektor usaha tertentu atau pekerjaan tertentu - Waktu lembur : maksimum 3 jam / hari dan 14 jam / minggu (tidak termasuk waktu mingguan / libur resmi) - Dasar Perhitungan Upah Lembur terdiri : (Pasal 10) a. Upah pokok + Tunjangan tetap, maka dasar perhitungan upah lembur = 100 % b. Upah pokok + Tunjangan Tetap + Tunjangan tidak tetap. Jika upah pokok + tunjangan tetap < 75 % keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah lemburnya 75 % dari keseluruhan upah
  • 79. YANG TIDAK BERHAK MENDAPAT UPAH LEMBUR 1. Golongan jabatan tertentu yang mendapat upah lebih tinggi 2. Yang mempunyai tanggung jawab sebagai pemikir, pelaksana dan pengendali jalannya perusahaan dan waktu kerjanya tidak dibatasi menurut waktu kerja
  • 80. SYARAT KERJA LEMBUR 1. Ada perintah tertulis dari pengusaha 2. Persetujuan tertulis dari pekerja / buruh 3. Persetujuan tertulis dibuat dalam daftar pekerja / buruh dan ditandatangani oleh yang bersangkutan 4. Pengusaha membuat daftar pelaksana kerja lembur (memuat nama pekerja / buruh dan lamanya waktu kerja lembur)
  • 81. KEWAJIBAN PERUSAHAAN SELAMA WAKTU KERJA LEMBUR a. Bayar upah kerja lembur b. Memberi kesempatan untuk istirahat yang cukup c. Memberi makanan dan minuman kurang lebih 1.400 Kalori (jika lembur selama 3 jam atau lebih)
  • 82. PERHITUNGAN WAKTU KERJA LEMBUR A. Berdasarkan pada upah bulanan - Upah Lembur per jam = 1/173 x Upah/bulan B. Berdasarkan pada upah harian - Perhitungan upah lembur per jam sama dengan perhitungan upah sebulan - 25 x Upah/hari ………….. (6 hari kerja) - 21 x Upah/hari ………….. (5 hari kerja)
  • 83. PERHITUNGAN WAKTU KERJA LEMBUR C. Untuk upah satuan hasil, upah sebulan adalah upah rata-rata 12 bulan terakhir D. Pekerja yang bekerja kurang dari 12 bulan sama dengan upah sebulan berdasarkan upah rata- rata selama bekerja, tetapi tidak boleh lebih rendah dari upah minimum
  • 84. CARA PERHITUNGAN WAKTU KERJA LEMBUR A. LEMBUR HARI KERJA BIASA 1). 1 (satu) jam pertama = 1,5 x Upah / jam 2). Setiap jam lembur berikut = 2 x Upah / jam
  • 85. CARA PERHITUNGAN WAKTU KERJA LEMBUR B. LEMBUR HARI ISTIRAHAT MINGGUAN / LIBUR RESMI a. Untuk 7 jam pertama = 2 x Upah/jam b. Jam ke 8 = 3 x Upah/jam c. Jam ke 9 dan seterusnya = 4 x Upah/jam
  • 86. CARA PERHITUNGAN WAKTU KERJA LEMBUR C. LEMBUR HARI LIBUR RESMI JATUH PADA HARI KERJA TERPENDEK a. Untuk 5 jam pertama = 2 x Upah/jam b. Jam ke 6 = 3 x Upah/jam c. Jam ke 7 dan seterusnya = 4 x Upah/jam
  • 87. CARA PERHITUNGAN WAKTU KERJA LEMBUR D. LEMBUR PADA HARI ISTIRAHAT MINGGUAN / LIBUR RESMI ( 5 HARI KERJA 40 JAM SEMINGGU) a. Untuk 8 jam pertama = 2 x Upah/jam b. Jam ke 9 = 3 x Upah/jam c. Jam ke 10 dan seterusnya = 4 x Upah/jam
  • 88. Dengan ditetapkannya Kepmen No. KEP- 102/MEN/VI/2004, maka : • KEPMENAKER No : KEP.72/MEN/1984 • KEPMENAKER No : KEP. 608/MEN/1989 • PERMENAKER No : PER.06/MEN/1993 DINYATAKAN TIDAK BERLAKU LAGI
  • 89. JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) & PENYELENGGARAANNYA 89
  • 90. JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DASAR HUKUM : 1. Peraturan Pemerintah nomor 14 Tahun 1993 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER-12/MEN/VI/2007 4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 Tentang Penetapan PT. Jamsostek (Persero) selaku Badan Penyelenggara Jamsostek 90
  • 91. PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ( UU RI NO.3 TAHUN 1992) BAB II PASAL 3 Nomor 2 Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja BAB II PASAL 4 Nomor 1. Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. 2. Program jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah 91
  • 92. PENGERTIAN JAMSOSTEK • Adalah Bentuk Perlindungan bagi Tenaga Kerja terhadap Resiko Sosial seperti kecelakaan, cacat, sakit,hari tua, meninggal dunia. • Resiko Sosial adalah resiko yang terjadi pada tenaga kerja yang mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya penghasilan 92
  • 93. 93 JAMINAN SOSIAL T.K DILANDASI OLEH FILOSOFI “KEMANDIRIAN” DAN “HARGA DIRI MANUSIA” DALAM MENGHADAPI RESIKO SOSIAL EKONOMI “KEMANDIRIAN” BERARTI TIDAK TERGANTUNG PADA ORANG LAIN, DALAM MENANGGULANGI RESIKO SOSIAL YANG TIMBUL 2
  • 94. 94 HARGA DIRI JAMINAN SOSIAL TERSEBUT DIPEROLEH SEBAGAI HAK DAN BUKAN DARI BELAS KASIHAN ORANG LAIN AGAR PEMBIAYAAN DAN KEMANFAATANNYA BISA OPTIMAL, MAKA PELAKSANAANNYA DILAKUKAN DENGAN SYSTEM GOTONG ROYONG, YAKNI 3
  • 95. 95 YANG MUDA MEMBANTU YANG TUA YANG SEHAT MEMBANTU YANG SAKIT YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN TINGGI MEMBANTU YANG BERPENGHASILAN RENDAH 4
  • 96. PROGRAM JAMSOSTEK • JAMINAN KECELAKAAN KERJA • JAMINAN HARI TUA • JAMINAN KEMATIAN • JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN 96
  • 97. KEPESERTAAN JAMSOSTEK • UU No 3 / 1992 : • Pasal 3 ayat (2) : Setiap Tenaga Kerja berhak atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja • Pasal 17 : Pengusaha dan Tenaga Kerja wajib ikut serta dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja 97
  • 98. PESERTA JAMSOSTEK : • SETIAP ORANG / BADAN USAHA YANG MEMPEKERJAKAN 10 ORANG ATAU MEMBAYAR TOTAL UPAH Rp. 1 JUTA WAJIB MENJADI PESERTA JAMSOSTEK • BADAN USAHA MELIPUTI : PT, CV, FIRMA,BUMN, BUMD, KOPERASI YAYASAN, UD, JOINT VENTURE, DLL 98
  • 99. SANKSI PELANGGARAN • Pasal 29 ayat (1) • Bagi Pengusaha yang dalam katagori Wajib apabila tidak mematuhi dikenakan sanksi kurungan 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.juta • Ayat (2) : • Apabila masih melanggar dikenakan sanksi pidana 8 (delapan) bulan kurungan 99
  • 100. • Sanksi Administratif berupa Pencabutan Izin Usaha. • Bagi Perusahaan yang tidak termasuk katagori wajib Jamsostek apabila terjadi kecelakaan kerja maka wajib membayar seluruh biaya yang timbul akibat kecelakaan yang menimpa tenaga kerja 100
  • 101. MANFAAT JAMSOSTEK • JAMINAN KECELAKAAN KERJA : 1. Biaya Transportasi ke RS : - Angkutan Drt/Sungai : Rp. 400.000,-- - Angkutan Laut : Rp. 750.000,-- - Angkutan Udara : Rp. 1.500.000,-- 2. Sementara Tidak Mampu Bekerja : - 4 bulan Pertama = 100 % Upah - 4 bulan Kedua = 75 % Upah - 4 bulan Ketiga = 50 % Upah 101
  • 102. 102 • 3. Biaya Perawatan di RS Pemerintah Kelas I dan RS Swasta Kelas II. Maximal Biaya Rp. 12 juta. 4. Tunjangan Cacat : - Cacat Total = 70% x 80 bln upah + Rp. 200 Ribu selama 24 bulan - Cacat sebagian = %tase tabel (2%s/d 70 %) x 80 bulan Upah - Cacat Fungsi = %(KF) x % tase tabel x 80 bulan upah
  • 103. 103 • 5.Rehabilitasi berupa alat bantu (orthose) atau alat pengganti (prothese) merujuk kepada Tarif yang berlaku pada Rumah Sakit Suharso Solo + 40% • 6. Meninggal Dunia : Penggantian = 60% x 80 bulan Upah Rp. 200 ribu selama 24 bulan Uang Kubur Rp. 2.000.000,--
  • 104. MANFAAT JAMINAN KEMATIAN • Santuan yang dibayarkan kepada ahli waris apabila tenaga kerja meninggal dunia akibat sakit : 1.Seluruh Tabungan selama menjadi peserta + Pengembangan (Bunga). 2.Santunan Kematian Rp. 10 juta 3.Biaya Penguburan Rp. 2.000.000,-- 4.Rp. 200 ribu selama 24 bulan 104
  • 105. MANFAAT JPK • JPK merupakan pelayanan kesehatan secara langsung diberikan kepada tenaga kerja berikut keluarganya (suami/isteri dan anak maximal 3 orang) • Bentuk layanan berupa : 1. Rawat jalan Tingkat I terdiri dari : a. Bimbingan dan Konsultasi Kesehatan b. Pemeriksaan Kehamilan, Nipas dan ibu menyusui 105
  • 106. 106 • c. Keluarga berencana d. Imunisasi bayi, anak dan ibu hamil e. Pemeriksaan dan pengobatan pada dokter umum f. Pemeriksaan dan pengobatan pada dokter gigi g. Pemeriksaan laboratorium sederhana h. Tindakan medis sederhana i. Pemberian Obat-obatan (DOEN Plus) j. Rujukan ke rawat tingkat lanjutan ( Tk.II ).
  • 107. 107 • 2. Rawat Jalan Tingkat II meliputi : a. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis b. Pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan c. Pemberian obat-obatan DOEN Plus atau generik d. Tindakan khusus lainnya.
  • 108. 108 • 3.Rawat Inap meliputi : a. Pemeriksaan Dokter b. Tindakan Medis c. Penunjang Diagnostik d. Pemberian Obat-obatan e. Menginap / makan Rawat Inap pada RS Pemerintah kelas II atau RS Swasta Kelas III.
  • 109. 109 • 4. Pemeriksaan & Pertolongan Persalinan Pemeriksaan Kehamilan meliputi : a. Pemeriksaan kehamilan oleh Dokter b. Pertolongan Persalinan oleh Dokter/ Bidan atau Dukun beranak yg diakui c. Perawatan Ibu & Bayi d. Pemberian Obat-obatan e. Rujukan ke RS atau RS Bersalin.
  • 110. 110 • Pertolongan persalinan bagi tenaga kerja atau isteri tenaga kerja dilakukan pada PPK I atau Rumah Sakit Bersalin dgn ketentuan sbb : a. Persalinan kesatu, kedua, ketiga. b. TK / Isteri TK pada permulaan peserta telah mempunyai lebih dari 3 anak tidak berhak mendapatkan pertolongan persalinan c. Pelayanan Persalinan atau Partus diberikan bagi tk/isteri tk yg melahirkan, dgn masa kehamilan sekurang-kurangnya 26 minggu.
  • 111. 111 • c. Untuk Persalinan dgn penyulit yg memerlukan tindakan spesialistik, maka berlaku ketentuan rawat inap di RS d. Biaya Persalinan Normal diganti sebesar Rp. 500.000,-- sampai dengan 3 anak e. Persalinan Kembar 2 dst dianggap sbg persalinan ke 2 dst.
  • 112. 112 • 5. Penunjang Diagnostik meliputi : a. Pemeriksaan Laboratorium b. Pemeriksaan Radiologi c. Pemeriksaan : - Electro Encephalography (EEG) - Electro Cardiography (ECG) - Ultra Sonography (USG) - Computerized Tomography Scanning d. Pemeriksaan diagnostik lanjutan lainnya.
  • 113. 113 • 6. Pelayanan Khusus Pelayanan Khusus hanya diberikan kpd TK peserta Jamsostek. Pelayayan Khusus meliputi : a. Penggantian Kacamata b. Prosthese mata c. Prosthese Gigi d. Alat bantu dengar e. Prosthese anggota gerak
  • 114. 114 • 7. Pelayanan Gawat Darurat meliputi : a. Pemeriksaan & Pengobatan b. Tindakan medik c. Pemberian obat-obatan d. Rawat inap. Pelayanan Gawat Darurat/ Emergency dilakukan seluruh Rumah Sakit terdekat.
  • 115. 115 • Yang termasuk dalam Katagori emergency adalah sbb : a. Kecelakaan & Ruda paksa bukan KK b. Serangan Jantung c. Serangan asma berat d. Kejang e. Pendarahan berat f. Muntah berak disertai dehidrasi g. Kehilangan kesadaran (koma), elepsi h. Keadaan gelisah (penderita gangguan jiwa i. Persalinan mendadak, ketuban pecah dini
  • 116. HAL-HAL YG TIDAK DITANGGUNG A. Pelayanan : 1. Pelayanan Kesehatan diluar Pelayanan yg ditunjuk oleh PT. Jamsostek 2. Penyakit atau cidera yg diakibatkan hubungan kerja dan karena sengaja 3. Penyakit yg diakibatkan oleh alkohol & narkotik 4. Perawatan kosmetik untuk kecantikan 116
  • 117. 117 5.Tranplantasi organ tubuh termasuk sumsum tulang 6. Pemeriksaan & Tindakan utk kesuburan
  • 118. 118 B. Obat-obatan : 1. Obat-obatan kosmetik utk kecantikan 2. Semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan penyakit 3. Obat-obatan berupa makanan (susu utk bayi), minyak gosok,m kayu putih 4. Obat-obatan untuk kesuburan
  • 119. 119 C. Pembiayaan : 1. Biaya Pengangkutan ke PPK I atau PPK II. 2. Biaya tindakan medik super spesialistik
  • 120. TATA CARA PENDAFTARAN PESERTA JAMSOSTEK 1. Perusahaan Mendaftarkan ke Jamsostek dgn mengisi : - Formulir 1 (Pendaftaran Perusahaan) - Formulir 1a (Pendaftaran Tenaga Kerja) - Formulir 1b (Pendaftaran JPK) + Foto 2 x 3 - Fotocopy SIUP. 2. PT.Jamsostek (Persero) Bpn menetapkan Tarif iuran berdasarkan ketentuan yg berlaku 3. Perusahaan menyetorkan iuran yg ditetapkan ke Bank Mandiri Balikpapan. 120
  • 121. 121 • Tahap selanjutnya petugas perusahaan 1. Melaporkan setiap terjadi perubahan : a.Tenaga Kerja yg masuk atau keluar b. Perubahan Upah c. Pindah alamat perusahaan d. Ganti kepemilikan e. Ganti Status badan hukum 2. Membayar iuran setiap bulan pd Bank Mandiri.
  • 122. Besar iuran Jamsostek : • Iuran JKK : 0,24% - 1,74% Beban Prsh • Iuran JHT : 5,7% dgn kontribusi : - 2 % Beban TK - 3,7% Beban Prsh • Iuran JKM : 0,30% Beban Prsh • Iuran JPK : - TK Lajang : 3% Beban Prsh - TK Kawin : 6% Beban Prsh 122
  • 123. Perkembangan kepes & Jaminan Jamsostek Cabang Balikpapan 1. Kepesertaan sd bulan Agustus 2009 : - Perusahaan = 2.176 Perusahaan - Tenaga Kerja = 92.099 tk 2. Pembayaran Jaminan sd bln Agustus 2009 : - JKK 257 Ks = Rp. 2.424.369.575,97 - JHT 7.035 Ks = Rp. 62.062.374.178,50 - JKM 143 Ks = Rp. 1.641.000.000,00 - JPK 221.029 Ks =Rp. 21.044.513.027,00 Total yg dibayarkan Rp.87,7 milyar 123
  • 124. 9 1. PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL : ADALAH PERBEDAAN PENDAPAT YANG MENGAKIBATKAN PERTENTANGAN ANTARA PENGUSAHA ATAU GABUNGAN PENGUSAHA DENGAN PEKERJA/BURUH ATAU SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH KARENA ADANYA PERSELISIHAN MENGENAI HAK, PERSELISIHAN KEPENTINGAN, PERSELISIHAN PHK DAN PERSELISIHAN ANTAR SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DALAM SATU PERUSAHAAN, (Pasal 1 butir 1 UUPPHI)
  • 125. Penyelesaian Konflik/ Perselisihan Hubungan Industrial Dasar Hukum : - Undang-undang No.02 Tahun 2004 - Undang-undang No.13 Tahun 2003 2
  • 126. “ PENYELESAIAN KONFLIK KETENAGAKERJAAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL “ 1 OLEH : PIATUR PANGARIBUAN, A.Md, SH., MH.
  • 127. PENGERTIAN PHI “ PERBEDAAN PENDAPAT YANG MENGAKIBATKAN PERTENTANGAN ANTARA PEKERJA DENGAN PENGUSAHA YANG BERUPA :  PERSELISIHAN HAK  PERSELISIHAN KEPENTINGAN  PERSELISIHAN PHK  PERSELISIHAN ANTAR SP / SB 3
  • 128. PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MAHKAMAH AGUNG PENGADILAN PHI ARBITER KONSILIASI MEDIASI BERDASARKAN KESEPAKATAN INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB DIBIDANG KETENAGAKERJAAN MENCATAT DAN MENAWARKAN KEPENTINGAN ( 2 ) PHK (3) PERSELISIHAN ANTAR SP/ SB (4) BIPARTIT (KASASI) Putusan Fnal dan Mengingkat 30 HARI 50 HARI 30 HARI PB 30 HARI 140 Kasasi Perselisihan 1 dan 3 Final Perselisihan 2 dan 4 PK HAK (1) Perselisihan 2 dan 4
  • 129. PENYELESAIAN MELALUI BIPARTIT BIPARTIT Sebagai Sarana Hubungan Industrial Sebagai Mekanisme PPHI 5
  • 130. BIPARTIT :  Mekanisme pertama yang wajib dilaksanakan  Tidak boleh ada intervensi dari pihak lain  Setiap perundingan dibuat Risalah  Bila selesai dibuat Kesepakatan Bersama dan didaftarkan ke Pengadilan HI setempat  Paling lama 30 hari  tidak selesai salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perkaranya pada Instansi yang membidangi ketenagakerjaan setempat. 6
  • 131.  Tanggal dan tempat perundingan  Nama lengkap dan alamat para pihak  Pokok masalah yang diperselisikan  Pendapat pihak-pihak  Kesimpulan dan hasil perundingan  Tanda tangan para pihak yang melakukan perundingan 7 RISALAH PERUNDINGAN
  • 132. TIDAK ADA PEDOMAN BAKU MERUPAKAN SENI PENYELESAIAN KEDUA BELAH PIHAK YANG DAPAT DIKEMBANGKAN SESUAI KEMAMPUAN, KONDISI DAN PERSELISIHAN YANG DIHADAPI. 8 TEKNIS DAN MEKANISME BIPARTIT
  • 133. Setiap Hubungan pasti akan menghadapi Konflik Konflik karakter dan bobotnya akan berbeda Ada yang bisa dilakukan pembinaan ada yang bisa proses PHK Semua harus melalui proses Penyelesaian 9 PENYELESAIAN KONFLIK / PHI
  • 134. Pekerja/Buruh yang melakukan pelanggaran disiplin diusahakan untuk dilakukan pembinaan berupa peringatan pertama, kedua dan ketiga 10 PELANGGARAN DISIPLIN
  • 135. Yang perlu diperhatikan dalam Memberikan Surat Peringatan : Jangan memberikan SP kepada Pekerja / Buruh dengan cara yang tidak tepat, dititipkan atau dikirimkan akan tetapi ; Panggilah Pekerja/ Buruh yang bersangkutan diruangan Tanyakan bagaimana kabarnya, keberadaannya, kesehatannya Pujilah prestasi yang lalu masa sebelumnya Tanyakan apa ada permasalahan RumahTangga/ Keluarga 11
  • 136. Tanyakan kenapa disiplin kerjanya menurun Jelaskan disiplin kerja yang dilakukan Jelaskan pelanggaran yang dilakukan aturan pasal dan sangsinya. Jelaskan surat peringatan bukan merupakan hukuman tapi pembinaan Usahakan pekerja/ buruh menandatangani SP dan bila tidak bersedia suruh menulis apa alasan tidak mau tanda-tangan Usahakan dalam menghadapi pekerja/buruh dalam perkara tidak sendirian 12
  • 137. Pekerja Mangkir 5 Hari atau Lebih Berturut-turut Sangsi dikualifikasikan mengundurkan diri Setelah dipanggil 2 kali tidak mau bekerja Alamat pekerja harus jelas ( sesuai data yang diberikan pekerja Harus ada tanda bukti penerimaan, yang bersangkutan keluarga disatu rumah, pengurus RT, melalui POS 13
  • 138. Bagaimana kelanjutan bila pekerja setelah dipanggil bekerja kembali, dan bagaimana bila tidak mau bekerja kembali : Bila bersedia kembali bekerja diberikan peringatan Bila tidak bersedia masuk kerja proses PHK 14
  • 139. 30 Hari sebelumnya Tetap melaksanakan kewajiban Pengusaha bisa menunda bila Pekerja/ Buruh untuk menyelesaikan kewajibannya 15 PEKERJA MENGUNDURKAN DIRI :
  • 140. Karena memang belum dilaksanakan/ belum dipenuhi ( hak cuti, Kepersertaan Jamsostek Upah Minimum, Upah minimum Sektoral dll) pengusaha harus memenuhi. Karena beda penafsiran maka harus dirundingkan dan diselesaikan sesuai dengan mekanisme 16 PERSELISIHAN HAK ( NORMATIF )
  • 141. Adanya tuntutan lebih dari yang sudah diatur dalam PK, PP PKB dan UU ( Normatif ) Kasus yang sering timbul, kenaikan upah, uang transport, uang makan, Kesejahteraan Jamsos dan Syarat Kerja lain. Pengusaha harus melayani untuk melakukan proses perundingan Bipartit, dan bila tidak selesai di proses sesuai dengan mekanisme 17 PERSELISIHAN KEPENTINGAN
  • 142. Pemerintah, Pengusaha, Pekerja harus mengusahakan agar jangan terjadi PHK. Bila tidak bisa dihindarkan, PHK wajib dirundingkan antar pengusaha, Pekerja/buruh dan Serikat pekerja/serikat buruh bila ada. Bila tidak tercapai kesepakatan Pengusaha hanya dapat melakukan PHK setelah ada penetapan dari Lembaga atau PHI ( Proses ). 18 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA :
  • 143. Panggil yang bersangkutan dan Ketua SP/SB Jelaskan pokok permasalahan sehingga terjadi PHK Bicarakan masalah hak dan kewajiban sesuai aturan/ negoisasi. Setiap perundingan dibuat risalah Bila selesai dibuat Kesepakatan Bersama dan didaftar di PHI Perundingan paling lama 30 hari Bila tidak selesai dicatatkan 19 PROSES PHK ( DALAM BIPARTIT )
  • 144. Kalau pekerja tidak banyak kumpulkan semua diberi penjelasan. Jelaskan permasalahan/ kesulitan perusahaan dan langkah yang telah diambil Tahapan pekerja yang akan di PHK, PKWT, Usia pensiun, penawaran pengunduran diri, kuwalitas yang rendah. 20 PHK MASSAL LANGKAH YANG DIAMBIL :
  • 145. Berdasarkan keputusan MK PHK Kesalahan berat harus dibuktikan dengan putusan PN Langkah pengusaha a. kumpulkan bukti dan data kesalahan pekerja b. Siapkan saksi-saksi yang memberatkan Pekerja/Buruh c. Laporkan pihak yang berwajib ( kepolisian ) d. Bila ada putusan baru proses PHK 21 PHK KESALAHAN BERAT
  • 146. MOGOK KERJA Tindakan Pekerja/ Buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan atau SP/SB untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan Menghadapi hal seperti ini pengusaha kadang panik apa yang harus dilakukan : 1.Duduk satu meja SP/SB atau wakil pekerja 2.Kalau pekerja tidak mau perwakilannya saja dan semua mau ikut, ditunjuk jubir 22
  • 147. 3. Agar pihak manajemen menanyakan pokok permasalahannya/ yang dituntut utk dicatat. 4. Bila ada yang normatif belum dilaksanakan wajib memberikan jawaban yang tegas/ atau pernyataan kapan akan dilaksanakan, baru tuntutan non normatif yang dibicarakan satu persatu. 5. Kalau ada perkara/ tuntutan yang sulit disepakati, maka beralih membicarakan yang lain. 6. Buatkan risalah perundingan semua hal yang dibicarakan, buatlah kesepakatan bila dicapai kesepakatan 7. Bila Manajemen tidak sanggup menghadap menghubungi Dinas/Kantor Tenaga Kerja setempat 23
  • 148. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO: Kep.232/MEN/2003 TENTANG AKIBAT HUKUM MOGOK KERJA YANG TIDAK SAH SEBAGAI PELAKSANAAN PASAL 142 Ayat (2) UU NO: 13 Tahun 2003
  • 149. • MOGOK KERJA MERUPAKAN HAK DASAR PEKERJA / BURUH DAN / ATAU SP / SB YANG DILAKUKAN SECARA SAH, TERTIB DAN DAMAI SEBAGAI AKIBAT GAGALNYA PERUNDINGAN. • MOGOK KERJA TIDAK SAH APABILA DILAKUKAN : a. BUKAN AKIBAT GAGALNYA PERUNDINGAN; DAN / ATAU b.TANPA PEMBERITAHUAN KEPADA PENGUSAHA DAN INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB DI BIDANG KETENAGAKERJAAN; DAN / ATAU c. DENGAN PEMBERITAHUAN KURANG DARI 7 (TUJUH) HARI SEBELUM PELAKSANAAN MOGOK KERJA; DAN / ATAU d. ISI PEMBERITAHUAN TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL 140 AYAT (2) HURUF a, b, c DAN d UU NO: 13 TAHUN 2003. • MOGOK KERJA PADA PERUSAHAAN YANG MELAYANI KEPENTIGAN UMUM DAN / ATAU PERUSAHAAN YANG JENIS KEGIATANNYA MEMBAHAYAKAN KESELAMATAN JIWA MANUSIA, YANG DILAKUKAN OLEH PEKERJA / BURUH YANG SEDANG BERTUGAS DI KUALIFIKASIKAN SEBAGAI MOGOK KERJA TIDAK SAH. 2
  • 150. • GAGALNYA PERUNDINGAN ADALAH TIDAK TERCAPAINYA KESEPAKATAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL YANG DAPAT DISEBABKAN KARENA : PENGUSAHA TIDAK MAU MELAKUKAN PERUNDINGAN WALAUPUN SP / SB ATAU PEKERJA / BURUH TELAH MEMINTA SECARA TERTULIS KEPADA PENGUSAHA 2 (DUA) KALI DALAM TENGGANG WAKTU 14 (EMPAT BELAS) HARI KERJA; ATAU PERUNDINGAN-PERUNDINGAN YANG DILAKUKAN MENGALAMI JALAN BUNTU YANG DINYATAKAN OLEH PIHAK DALAM RISALAH PERUNDINGAN. • PEMBERITAHUAN MOGOK KERJA SEKURANG-KURANGNYA MEMUAT : a. WAKTU (HARI, TANGGAL, DAN JAM) DIMULAI DAN DIAKHIRI MOGOK KERJA; b. TEMPAT MOGOK KERJA; c. ALASAN DAN SEBAB MENGAPA HARUS MELAKUKAN MOGOK KERJA; DAN d. TANDA TANGAN KETUA DAN SEKRETARIS DAN / ATAU MASING-MASING KETUA DAN SEKRETARIS SP / SB SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB MOGOK KERJA. 3
  • 151.  PEKERJA / BURUH YANG MELAKUKAN MOGOK KERJA SECARA TIDAK SAH DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI MANGKIR.  PENGUSAHA MELAKUKAN PEMANGGILAN KEPADA PEKERJA SECARA PATUT DAN TERTULIS UNTUK KEMBALI BEKERJA, SEBANYAK 2 (DUA) KALI BERTURUT-TURUT DALAM TENGGANG WAKTU 7 (TUJUH) HARI.  PEKERJA / BURUH YANG TIDAK MEMENUHI PANGGILAN DIANGGAP MENGUNDURKAN DIRI.  MOGOK KERJA YANG DILAKUKAN SECARA TIDAK SAH YANG MENGAKIBATKAN HILANGNYA NYAWA MANUSIA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEKERJAANNYA DIKUALIFIKASIKAN SEBAGAI KESALAHAN BERAT. 4 DALAM HAL MOGOK KERJA AKAN DILAKUKAN OLEH PEKERJA / BURUH YANG TIDAK MENJADI ANGGOTA SP / SB MAKA PEMBERITAHUAN DITANDATANGANI OLEH PERWAKILAN PEKERJA / BURUH YANG DITUNJUK SEBAGAI KOORDINATOR DAN / ATAU PENANGGUNG JAWAB MOGOK KERJA.
  • 152. PROSEDUR PEMUTUSAN HUBUNGAN 152 KERJA MEDIASI HAL-HAL YANG PERLU DICERMATI :  pejabat yang sudah menangani (Pemerintah)  masih banyak anggapan bahwa aparat pemerintah sering “berpihak”  lamban dalam menangani kasus/perkara
  • 153. 153 HAL-HAL YANG KRUSIAL KONSILIASI HAL-HAL YANG PERLU DICERMATI :  Lebih transparan, karena dipilih oleh para pihak;  Orang biasa (swasta)
  • 154. 154 HAL-HAL YANG KRUSIAL ARBITRASE HAL-HAL YANG PERLU DICERMATI :  Lebih transparan, karena dipilih oleh para pihak.  Cepat penyelesaiannya.  Belum banyak berlaku di Indonesia.  Pembiayaan dari para pihak sehingga dipertanyakan”apakah populer” penyelesaian melalui arbitrase.
  • 155. JENIS-JENIS PERSELISIHAN PERSELISIHAN : • HAK; • KEPENTINGAN; • PHK • ANTAR SP/SB PENGADILAN HI MEMERIKSA DAN MEMUTUS : - TINGKAT PERTAMA : HAK DAN PHK - TINGKAT PERTAMA DAN TERAKHIR : KEPENTINGAN DAN ANTAR SP/SB 155
  • 156. 156 gaga MEDIATOR l BIPARTIT DISNAKE R KONSILIASI • Kepentinga n • PHK • Antar SP/SB ARBITRASE • Kepentingan • Antar SP/SB PHI MA HAK PHK PEMBATALAN
  • 157. 157 7 hari 10 hari 10 hari 3 hari W A K T U Penelitian tentang duduknya perkara Persetujuan Bersama (PB) Sidang Mediasi Sikap Para Pihak
  • 158. 158 7 hari 10 hari 10 hari 3 hari W A K T U Penelitian tentang duduknya perkara Persetujua n Bersama (PB) Sidang konsiliasi Sikap para pihak
  • 159. 159 7 hari 7 hari 7 hari 7 hari 29 hari 7 hari W A K T U Penetapan Majelis Hakim Sidang I Pemanggilan Sidang II Pemanggilan Sidang III PUTUSAN Pemberitahuan Putusan 14 hari 7 hari W A K T U Penerbitan Salinan Putusan Pengiriman
  • 160. 160 30 hari 30 hari 30 hari W A K T U BIPARTIT MEDIASI/ KONSILIASI PENGADILAN HI MAHKAMAH AGUNG 50 hari
  • 161. 161 7 hari 7 hari max. 14 hari max. 14 hari W A K T U Sikap dan penetapa nmajelis hakim Penentuan majelis, hari dan tempat sidang Jawaban Pembuktian