Dokumen tersebut membahas tentang kunjungan rumah ke pasien wanita berusia 50 tahun yang didiagnosis menderita hipertensi stadium 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan, terdapat beberapa faktor risiko penyebabnya seperti genetik, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik. Intervensi yang diberikan meliputi edukasi tentang penyakit dan gaya hidup sehat serta dukungan untuk terapi dan kontrol lebih lan
1. Zollananda Kurnia Putri, S. Ked
K1A1 14 052
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
PEMBIMBING:
dr.Syamsiah Pawennai, M.Kes
3. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekana
n darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran den
gan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/ tenang (Kementerian Kesehatan, 2014).
HIPERTENSI
4. LATAR
BELAKANGAngka kematian
mencapai 13% setiap
tahunnya. Tahun 2008 :
1M.
2025 = 1,6 M
(WHO, 2014)
Dunia
Prevalensi sebesar 26,5%
(Riskesdas, 2013)
Indonesia
Tahun 2014 : 24.419
kasus
Tahun 2015 : 25.778
kasus
Tahun 2016 : 31.817
Kasus
(Dinkes Provinsi Sultra,
2016)
Sulawesi Tenggara
Tahun 2015 : 9. 786 kasus
Tahun 2016 : 9.542
Kasus
(Dinkes Provinsi Sultra,
Kendari
6. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup
istirahat/tenang
Definisi
1. Genetik
2. Obesitas
3. Hiperlipidemia
4. Jenis Kelamin
Faktor Resiko
Klasifikasi
Tekanan Darah
Tekanan
Darah
Sistolik
mmHg
Tekanan
Darah
Diastolik
mmHg
Normal
Prehipertensi
Hipertensi
Stadium 1
Hipertensi
Stadium 2
<120 dan
120-129 dan
130-139
atau
≥140 atau
<80
<80
80-89
≥90
5. Stres
6. Kurang Olahraga
7. Pola Asupan
Garam
8. Kebiasaan
Merokok
Klasifikasi
9. ANGGOTA KELUARGA
No Nama Kedudukan
dalam
keluarga
Umur
(th)/JK
Pendidika
n terakhir/
Pekerjaan
Status
Imunisasi
Ket
1 Tn. S Suami /L SMA/
Wiraswasta
Tidak diketahui Sehat
2 Ny. M Istri 50/P SMA/ IRT Tidak diketahui SakiT
3 K Anak 26/L D3/
Wiraswasta
BCG,
DPT,Hep.B,
Polio, Campak
Sehat
4 H Anak 20/L SMA BCG,
DPT,Hep.B,
Polio, Campak
Sehat
5 N Anak 13/L SD BCG,
DPT,Hep.B,
Polio, Campak
Sehat
6 A Anak 10/L TK BCG,
DPT,Hep.B,
Sehat
Ny. WTn. S
Tn. A Ny. S Tn. L Tn. KTn. N
Tn. R Ny. Y Tn. K Tn. H Tn. PTn. B
Ny. M
Genogram Keluarga
Pasien
Keterangan
10. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Tegang leher
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan sakit kepala sejak 5 hari yang lalu sebelum datang ke
puskesmas, keluhan dirasakan terus-menerus. Pasien juga mengeluhkan
tegang pada leher, dan terkadang pasien merasa cepat lelah. Pasien juga
mengeluhkan nyeri ulu hati, mual dan kadang muntah, nafsu makan kurang
baik. Pasien mengatakan tidur dengan baik, BAB dan BAK baik. Pasien rutin
berobat ke Puskesmas. Riwayat Pengobatan : sebelumnya pasien
mengonsumsi obat penurun tekanan darah captopril kemudian diganti
amlodipin. Pasien mengaku jarang berolahraga. Pasien sering mengonsumsi
makanan asin, dan berlemak terutama gorengan dan makanan yang
bersantan. Riwayat penyakit terdahulu: pasien sudah menderita hipertensi ±
10 tahun, Riwayat kolesterol (-), penyakit DM (-). Perokok passive (+).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Saudara laki-laki juga mengalami hipertensi, dan meninggal akibat gagal
ginjal.
11. PEMERIKSAAN FISIK
Status Pasien
KU : Sakit ringan,
compos mentis
BB : 78 kg
TB : 173 cm
IMT : 26.08 (Obese 1)
TD : 140/100
MmHg
Nadi : 90 x/mnt
Pernapasan : 22
x/mnt
Suhu : 36,8 oC
Status Pasien
12. STATUS GENERALISATA
• Warna sawo matang, tangan dan kaki pucat
(-)Kulit
• Bentuk normal, tidak teraba benjolanKepala
• Eksoftalmus (-), edema palpebra (-),
• konjungtiva palpebra pucat (-), pupil isokor,
• reflek cahaya (+), pergerakan mata ke segala
arah baik. sklera ikterik (-),
Mata
13. • Pembesaran tonsil (-)
• gusi berdarah (-)
• stomatitis (-).
Mulut
• Inspeksi : Simetris kanan dan kiri
• Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, krepitasi (-),
vocal fremitus kanan=kiri
• Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
• Auskultasi : Bronkovesikuler (+), ronkhi (-),
wheezing (-)
Thorax
• Bagian luar hidung tak ada kelainan
• sekret (-).Hidung
14. • Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : Pekak
• Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
• Batas kanan pada linea parasternalis dextra
• Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular
Jantung
• Inspeksi : Tampak datar, ikut gerak napas
• Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal
• Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
• Perkusi : Timpani (+)
Abdomen
• Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-),
jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-),
jari tabuh (-), sianosis (-).
• Ekstremitas bawah : gerakan bebas, jaringan parut (-
), pigmentasi normal, telapak kaki pucat (-), jari tabuh (-).
Ekstremitas
15. PEMECAHAN MASALAH
KAPAN DIRUJUK
1. Melakukan edukasi kepada pasien dan
keluarga tentang faktor resiko,
penatalaksanaan hipertensi
2. Mengingatkan pada pasien tentang
pentingnya mengetahui faktor risiko dan
pencegahan serta pengobatan
hipertensi.
3. Memberikan semangat dan dukungan
emosional kepada pasien, semangat
agar keluarga tetap berusaha untuk
membantu dan mendukung kesembuhan
pasien
4. Melakukan follow up pasien tentang
edukasi dan intervensi yang telah
diberikan.
Jika sudah terdapat
komplikasi
17. UPAYA PENCEGAHAN
Primer
• Upaya promotif, penyuluhan tentang hipertensi, perlunya menghindari faktor risiko yang
dapat dikendalikan
• Upaya preventif, mengetahui sumber faktor risiko pada pasien lalu menghindarinya, seperti
stress, pasien tetap rutin berolahraga setiap pagi, membatasi konsumsi garam dan
makanan berlemak. Pada anggota keluarga yang laki-laki agar tidak merokok dan
konsumsi alkohol.
Sekun
der
• Keluarga serumah harus rajin mengontrol tekanan darah dan memeriksakan diri ke
Puskesmas, utamanya jika ada keluhan.
• Segera memeriksakan pasien ke dokter saat ada keluhan
• Minum obat yang diberikan secara rutin untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Tersier
• Bila tidak ada perbaikan gejala setelah meminum obat, segera kontrol kembali ke dokter
• Melakukan pemeriksaan darah secara rutin agar dapat segera diketahui komplikasi yang
terjadi
• Bila terdapat gejala atau tanda komplikasi segera ke dokter
18. KEGIATAN YANG DILAKUKAN SAAT
KUNJUNGAN RUMAH
•memantau kondisi pasien
•melakukan diagnosis holistik
•melakukan pengobatan dan tindakan holistik
19. DIAGNOSA HOLISTIK
1. Aspek personal
Pasien datang berobat dengan harapan rasa sakit yang dirasakan dapat
berkurang dengan bantuan dokter di Puskesmas.
Pasien juga merasa khawatir terjadi komplikasi.
2. Aspek risiko internal
Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu
Faktor keturunan
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan asin dan berlemak.
Kurang berolahraga
3. Aspek psikososial keluarga
Hubungan dengan keluarga yang ada disekitarnya baik. Semua keluarga
pasien mengharapkan untuk kesembuhan pasien.
20. Dari hasil kunjungan rumah diperoleh i
nformasi pasien perempuan usia 50 ta
hun di diagnose menderita:
Hipertensi derajat 2
Dari hasil pengamatan terdapat
beberapa factor risiko yang dapat
menjadi penyebab pasien menderita
yaitu:
Genetik
Pasien memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan asin dan
berlemak.
Kurang Aktivitas Fisik
21. Dari hasil kunjungan rumah
maka didapatkan masalah yang
terjadi pada keluarga
– Pengetahuan anggota keluarga yang masih kurang ten
tang penyakit diabetes melitus tipe 2
– Pola makan kurang diatur
– Kurangnya olahraga
22. Intervensi yang dilakukan kepada keluarga
1. Melakukan edukasi dan diskusi bersama pasien dan keluarga
mengenai penyakit yang diderita.
2. Melakukan edukasi agar pasien menerapkan pola hidup sehat,
makan-makanan yang bergizi, dan sering melakukan aktivitas
fisik.
3. Menyarankan kepada pasien untuk memeriksakan diri sesuai
instruksi dari petugas puskesmas
4. Menyarankan kepada pasien agar minum obat teratur dan
selalu berkonsultasi ke dokter atau puskesmas terdekat.
5. Memberikan semangat dan dukungan emosional kepada
pasien, semangat agar keluarga tetap berusaha untuk