SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 10
Baixar para ler offline
1167
Adopsi Teknologi Anjuran Produksi Bibit Jeruk Keprok SoE
(Citrus reticulata Blanco) Berlabel Biru dalam Polibag di Kabupaten TTS-NTT
(Adoption of Recommended Technology of Blue Labeled Seed Production
of SoE Orange (Citrus reticulata Blanco) in Polybags in TTS-NTT District)
Arry Supriyanto
1)
, Joko Susilo Utomo
1)
, Zainuri Hanif
1)
dan Helena da Silva
2)
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Jl. Raya Tlekung, Batu, East Java,
Indonesia, PO Box 22 Telp. +62341592683, Fax. 62341593047,
2)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi NTT
E-mail: arry_supriyanto@ yahoo.com
Abstrak
Ketidakberhasilan pengembangan sentra produksi jeruk keprok SoE selama satu dekade
yang lalu selain disebabkan oleh sulitnya memperoleh bibit yang bermutu juga pemeliharaan
pohon pasca tanam yang tidak optimal. Dalam pengembangan kawasan agribisnis jeruk di
kabupaten SoE yang telah dimulai pada tahun 2010 menuntut dukungan penangkar bibit
tangguh yang mampu menghasilkan bibit jeruk berlabel biru bermutu prima. Tujuan
pengkajian ini adalah meningkatkan pengetahuan/ketrampilan serta tingkat adopsi teknologi
anjuran oleh penangkar dalam memproduksi bibit jeruk berlabel biru dalam
polibag.Pembinaan dilakukan terhadap 4 kelompok penangkar bibit yang masing-masing
beranggotakan 4-8 penangkar dengan total 22 penangkar bibit jeruk keprok SoE yang
berbisnis pembibitan di kecamatan Mollo utara dan tengah, Kabupaten TTS-NTT.
Pendampingan penerapan teknologi anjuran dilakukan dengan membangun demo plot,
pelatihan, asistensi penerapan teknologi anjuran dan penguatan kelembagaan penangkar.
Pembinaan dilakukan oleh tim peneliti Balitjestro, BPTP NTT dan petugas teknis Diperta
kabupaten SoE termasuk Pengawas Benih Tanaman (PBT) dari BPSB. Demoplot sekitar 1
ha telah dibangun di lokasi pembibitan milik kelompok penangkar Karya Mandiri Sejahtera di
desa Oinlasi Kecamatan Mollo Utara. Pelatihan teknologi pembibitan jeruk telah
diselenggarakan dua kali masing-masing oleh BPTP tahun 2013 dan oleh Dinas Pertanian
NTT tahun 2014. Dua petugas pengelola BPMT Bentuka dan Oenale serta empat ketua
kelompok penangkar telah melakukan studi banding ke Balitjestro; sedangkan asistensi
telah dilakukan oleh tim peneliti Balitjestro dan BBPT NTT bergantian 2-3 kali per tahun
sekaligus melakukan pembinaan dan penguatan kelembagaan kelompok penangkar.
Evaluasi tingkat adopsi teknologi anjuran oleh penangkar bibit dilakukan dengan
melaksanakan survei sebelum dan setelah pembinaan menggunakan daftar pertanyaan
yang dipersiapkan sebelumnya.Komponen teknologi utama anjuran yang dievaluasi meliputi
penggunaan polibag (35%) persemaian benih yang benar (10%), seleksi semaian nuselar
(20%), mata tempel dari BPMT(15%), okulasi (10%) dan tingkat pemeliharaan (10%).
Tingkat adopsi teknologi anjuran keseluruhan untuk semua kelompok penangkar berkisar
84,0-86,1% dengan rata-rata 85,2% atau meningkat sekitar 48,1% dari kondisi awal tahun
sebelumnya. Tahun 2014 adalah pertama kali bagi Kabupaten TTS mampu memenuhi
kebutuhan 32.000 bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag untuk pengembangan
kawasan agribisnis jeruk seluas 128 ha dan terus berusaha menjamin keberlanjutan
produksinya untuk tahun-tahun selanjutnya.
Kata kunci: Jeruk, Agribisnis, Pembibitan, Teknologi, Adopsi
Absract
The failure in developing production centers of SoE orange during the past decade is caused
by the difficulty of obtaining qualified seeds and not optimal maintenance of post-planting
trees. In the area of citrus agribusiness development in SoE district that has been started in
2010 demanding support of strong nurserymen who are able to produce a blue-labeled citrus
seedlings with prime quality. The purpose of this study is to increase the knowledge / skills
and the adoption level of the nurserymen on a recommended technology for producing citrus
seedlings labeled blue in polybags. Upgrading was conducted on 4 groups of nurserymen,
each consisting of 4-8 nurserymen with a total of 22 SoE orange nurserymen who were
businessmen in nursery in northern and central Mollo subdistrict, TTS-NTT District.
Supervision for the implementation of recommended technology was done by making
1168
demonstration plots, training, advising, and strengthening a nursery institution. Upgrading is
performed by a team of ICSFRI (Balitjestro) researchers, Assessment Institute for
Agricultural Technology (AIAT) NTT and technical personnel of Diperta in SoE districts
including Plant Seeds Supervisor (PBT) of BPSB. Demoplot about 1 ha has been built in the
location of the seeding of Karya Mandiri Sejahtera nursery group own in Oinlasi village,
North Mollo subdistrict. Training on citrus seed technology had been held twice each by the
AIAT NTT in 2013 and Diperta NTT in 2014. Two officers of BPMT in Bentuka and Oenale
and four heads of nursery group had done a comparative study to ICSFRI; while assistance
had been carried out by a team of ICSFRI researchers and AIAT NTT alternately 2-3 times
per year, at the same time doing advocating and strengthening institution of nursery group.
Keywords: Orange, Agribusiness, Seeding, Technology, Adoption
Pendahuluan
Pengembangan tanaman jeruk keprok SoE sebenarnya telah dimulai sejak tahun
2002 dengan sentra utama di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tersebar terutama di
kecamatan Mollo utara, Mollo selatan, Amanuban Barat dan kecamatan Kuatnana sebagai
sentra baru. Pada tahun 2011, luas areal tanaman jeruk di TTS sudah mencapai 475.000
pohon dengan rincian tanaman berproduksi 271.459 pohon dan sisanya merupakan
tanaman yang belum produksi. (Diperta TTS, 2012).Lebih lanjut dijelaskan bahawa jumlah
pertambahan tanaman jeruk pada tahun 2010 bertambah 5000 tanaman, tahun 2011
bertambah 15.000 tanaman, tahun 2012 bertambah 42.000 tanaman, tahun 2013 bertambah
12000 tanaman dan pada tahun 2014 bertambah 32.000 tanaman sehingga selama kurun
raktu 2010-2014 bertambah 106.000 tanaman jeruk yang ditanam (Diperta TTS, 2014).
Penurunan drastis produksi oleh tanaman yang bertambah tua, penyebabnya
karena pemeliharaan kebun tidak optimal sehingga terjadi serangan penyakit busuk akar
dan batang, dan kematian tanaman muda yang dipicu oleh gejolak iklim yang tidak seperti
biasanya.Masalah utama penyebab terjadinya kematian tanaman muda selain tersebut di
atas adalah sulitnya mendapatkan bibit jeruk yang bermutu (Murdolelono, Bambang dan
Bora, Charles Y 2012, Diperta TTS2012). Bibit yang memiliki perakaran tidak bagus yang
ditanam dengan cara tidak standar sulit bertahan jika didera oleh musim kemarau yang
panjang (Utomo, Joko Susilo et al. 2013). Oleh karena itu, para penangkar bibit jeruk keprok
SoE di Kabupaten TTS harus mampu menghasilkan bibit bermutu dengan sistem perakaran
yang baik dan bersertifikat.
Pembangunan agribisnis jeruk keprok SoE dimulai di pembibitan, artinya agribisnis
jeruk yang berdayasaing dan berkelanjutan menuntut dukungan industri bibit yang
tangguh.Berdasarkan pengamatan, masalah teknis yang menyebabkan bibit yang dihasilkan
penangkar bibit di kabupaten TTS tidak memuaskan adalah (1). Semaian batang bawah
yang digunakan berukuran besar berumur lebih dari dua tahun, (2). Perakaran bibit tidak
lebat, (3).Tinggi tempel rendah sekitar 10 cm daripangkal batang semaian batang bawah,
(4). Hanya sebagian penangkar yang menggunakan mata tempel yang berasal dari Blok
Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang dikelola dengan baik, dan (5) pemeliharaan
tanaman selama proses produksi bibit tidak optimal.Selain, itu regulasi produksi bibit
berlabel biru belum sepenuhnya diimplementasikan secara benar.
1169
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji implementasi dukungan teknologi inovatif
produksi bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag dan mengevaluasi tingkat adopsi
teknologi anjuran oleh empat kelompok penangkar bibit di kabupaten TTS.
Bahan dan Metode
Profil Penangkar Bibit Jeruk
Kelompok Tani jeruk di TTS umumnya terbentuk secara tergesa-gesa sebagai
respon terhadap adanya proyek pemerintah, belum menerapkan konsep-konsep
pemberdayaan sehingga banyak yang dalam kondisi masih lemah (Helena da Silva. 2012).
Lebih lanjut dinyatakan, bahwa anggota Kelompok tani berkisar 15-25 orang, bentuk
kegiatan belum fokus, dan dalam kegiatan kelompok sering dikoordinasikan oleh tokoh
panutan masyarakat, kinerja masih belum optimal karena minim modal. Kebersamaan
dalam ikatan agama kristen dan adat sering melahirkan sifat gotong royong dalam
menyelesaikan tugas dan masalah yang dihadapi petani.
Di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang terletak di provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) terdapat empat (4) Kelompok Penangkar bibit jeruk keprok masing-masing
memiliki 4-8 anggota penangkar bibit dan kapasitas produksi 1.500-13.000 bibit jeruk (Tabel
1). Ketua Kelompok Penangkar tersebut telah memiliki Surat Keterangan Produsen Benih
(SKPB) dari Pemda kabupaten untuk bisa menghasilkan bibit jeruk bersertifikat atau berlabel
biru; sedangkan para anggotanya menjadi mitranya dan mengikuti apa yang dianjurkan
ketuanya berdasarkan regulasi yang berlaku dalam memproduksi bibit jeruk. Semua bibit
yang dihasilkan, jika telah memenuhi persyaratan yang ada dapat dilabel biru oleh BPSB
setempat.Keempat Kelompok Penangkar ini terpisahkan dengan jarak yang agak berjauhan
dan berada di dua kecamatan yang bersebelahan yaitu Mollo Utara dan Mollo Tengah. Profil
Kelompok Penangkar Jeruk di TTS disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Profil empat kelompok penangkar bibit jeruk kerpok SoE di Kabupaten TTS-NTT,
September 2014
Nama Kelompok
Penangkar
Ketua Lokasi
Jumlah
Anggota
Kapasitas
(Bibit)
Sukamaju Andreas Tino Ds .Honbesi, Kec.
Mollo Utara, TTS
8 1.500 - 8.000
Bersatu Wellem Kefi Ds. Obesi, Kec.
Mollo Utara, TTS
4 4.000 -13.000
Karya Mandiri
Sejahtera
Pasyhur
Alexander
Surangmo
Ds. Oinlasi Kec.
Mollo Utara, TTS
4 3.000 – 6.000
Sinar Kualeu
/Ingin hidup
Imanuel Banoet Ds. Kualeu, Kec.
Mollo Tengah, TTS
5 4.000 -6.000
Sumber : Pengamat Benih Tanaman dan Kelompok Penangkar Jeruk
1170
Dukungan Teknologi Inovatif
Paket teknologi pembibitan jeruk yang diutamakan untuk diadopsikan ke para
penangkar bibit merupakan komponen paket teknologi produksi bibit jeruk berlabel biru
dalam polibag, yaitu (1). Menggunakan polibag selama proses produksi bibit Hardiyanto et
al. 2011a ); (2). Cara menyemaikan benih batang bawah dengan benar terkait dengan akar
tunggang semaian yang lurus dan tidak boleh bengkok atau melengkung; (Hardiyanto et al.
2011a) (3). Seleksi semaian nuselar atau vegetatif yang menjamin kemurnian varietas
batang bawahnya (Hardiyanto et al. 2011a, Andrina, Anis 2013); (4). Menggunakan mata
tempel dari BPMT yang menjamin kemurnian varietas batang atas dan kesehatan bibit yaitu
bebas dari patogen sistemik termasuk CVPD (Hardiyanto et al. 2011b; Supriyanto and
Whittle. 1992, Supriyanto et al. 1992 ); (5). Tinggi okulasi minimal 20 cm terkait dengan
kondisi optimal kesiapan semaian batang bawah untuk diokulasi dan mengurangi resiko
terserang penyakit tular tanah melalui percikan air hujan jika bibit sudah ditanam di lapang;
dan (6). Pemeliharaan optimal selama proses produksi akan menghasilkan bibit yang tegar
siap ditanam di lapang.
Implementasi dukungan teknologi inovatif produksi bibit jeruk keprok SoE berlabel
biru dalam polibag di empat Kelompok Penangkar bibit jeruk tersebut di atas dilakukan
melalui kegiatan pembangunan demo plot, pelatihan petugas dan petani, serta asistensi
kepada Dinas terkait, petugas lapang dan kelompok penangkar bibit jeruk, serta penguatan
kelembagaan. Demo plot dibangun di kebun bibit milik Kelompok Penangkar Karya Mandiri
Sejahtera yang terletak di desa Oinlasi kecamatan Mollo Utara (Gambar 1). Di demo plot
terdapat kegiatan persemaian benih batang bawah dalam polibag berdiameter sekitar 30-40
cm, seleksi semaian nuselar, transplanting ke polibag berukuran standar, okulasi,
pemeliharaan optimal semaian batang bawah dan bibit okulasi hingga siap siar. Di demo plot
juga dibangun embung berukuran 22x9 m dan BPMT dengan rumah kasa berukuran 8x5 m.
Gambar 1. Demo plot di kebun bibit milik Kelompok Penangkar Karya Mandiri Sejahtera
yang terletak di desa Oinlasi kecamatan Mollo Utara TTS, NTT
1171
Pelatihan petugas (TOT) dan petani oleh Balitjestro, BPTP dan Dinas Pertanian
provinsi dan kabupaten telah diselenggarakan di lokasi demo plot pada tahun 2013;
sedangkan pelatihan serupa untuk penangkar bibit jeruk kabupaten TTS telah
diselenggarakan di BBI Hortikultura Oelboebuk oleh Diperta tingkat provinsi. Asistensi oleh
peneliti Balitjestro dan BPTP NTT dilakukan langsung kepada ketua dan anggota Kelompok
Penangkar melalui diskusi dan penerapan komponen teknologi anjuran sekaligus
melakukan pertemuan penguatan kelembagaan penangkar. Sinkronisasi kegiatan dan
pelaksanaan program telah dilakukan dengan Dinas Petanian dan Peternakan provinsi NTT,
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten TTS, termasuk BPSB, BBI, BPP, pengelola
BPMT. Tujuannya adalah agar terjadi harmonisasi dalam proses pembinaan penangkar bibit
jeruk dalam mendukung pengembangan kawasan agribisnis jeruk di kabupaten TTS. Secara
utuh bentuk dukungan inovasi teknologi yang dilakukan dirangkum dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jenis kegiatan dukungan inovasi teknologi produksi bibit jeruk berlabel biru
dalam polibag
Kegiatan Balitjestro BPTP
Diperta:
PPL, POT, PBT,
Mantri Tani
1. Pengelolaan demo plot
2. Pelatihan TOT dan petani
3. Asistensi
4. Penguatan kelembagaan
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Tingkat Adopsi
Tingkat adopsi teknologi inovatif yang dianjurkan ke para penangkar bibit jeruk di
TTS dalam memproduksi bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag, dihitung
melalui survey dengan daftar pertanyan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Daftar
pertanyaan meliputi enam komponen teknologi inovatif utama tersebut di atas yang masing-
masing diberi % bobot berdasarkan konstribusinya dalam menghasilkan bibit jeruk berlabel
biru dalam polibag. Penilaian % adopsi teknologi anjuran dilakukan sebelum dan sesudah
pembinaan dengan mengevaluasi proses produksi bibit jeruk tahun 2012-2013 dan 2013-
2014 di setiap Kelompok Penangkar jeruk termasuk para anggotanya. Analisis data
dilakukan dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan diskripsi masing-masing Kelompok
Penangkar dan gabungannya.
Hasil dan Pembahasan
Proses produksi bibit jeruk keprok SoE di kabupaten TTS dimulai dengan
menyemaikan benih batang bawah Rough Lemon (RL) pada sekitar bulan Mei- Agustus
tergantung ketersediaan benihnya. Pada bulan Oktober-Desember semaian batang bawah
setelah diseleksi langsung ditanam di bedengan dan kini hampir sebagian besar penangkar
bibit jeruk menanam semaian hasil seleksi di polibag berisi campuran tanah, pasir/ladegan
dan pupuk kandang/kompos dengan perbandingan tertentu. Okulasi dilakukan pada bulan
1172
tidak ada hujan, sekitar April-Agustus dan dipelihara hingga bibit okulasi siap siar pada bulan
Nopember-Desember.
Pada tahun-tahun sebelum 2012, hampir semua penangkar memproduksi bibit jeruk
keprok SoE di bedengan dan setelah setinggi lebih dari 50 cm baru dipindahkan ke polibag
berukuran kecil untuk kemudian didistribusikan kepada petani. Bibit jeruk yang diproduksi
dengan cara tidak standar ini, misal semaian batang bawah besar dengan umur lebih dari
dua tahun, tinggi tempel 5-10 cm dan sistem perakaran yang buruk tidak berkembang
karena dipindahpaksakan ke polibag kecil sehingga mengakibatkan bibit mengalami
stagnansi pertumbuhan di lapang, bahkan sering mati didera musim kemarau.
Tabel 3 menjelaskan, bahwa pada proses produksi bibit berlabel biru tahun 2012-
2013, paket teknologi anjuran baru diadopsi oleh empat kelompok penangkar bibit sebesar
37,1%. Hal ini bisa dipahami karena pembinaan baru saja dimulai, kebiasaan membuat bibit
di bedengan, kelangkaan dan mahalnya polibag ukuran anjuran, dan tidak tersedianya mata
tempel karena dua BPMT yang sudah lama selesai dibangun, baru terisi pada pertengahan
tahun 2013. Akibatnya, lebih dari 70% bibit okulasi yang diproduksi penangkar bibit jeruk di
TTS tidak memenuhi syarat untuk bisa dilabel biru dan menimbulkan kerugian besar bagi
para penangkar bibit jeruk. Pada tahun 2014 adopsi teknologi anjuran mencapai 85,2% atau
meningkat sebesar 48,1 %.
Tabel 3. Rangkuman tingkat adopsi teknologi inovatif perbenihan jeruk berlabel biru oleh
penangkar di kabupaten TTS 2013 dan 2014
No Komponen Teknologi Bobot (%) %Tingkat Adopsi
(2012-2013)
%Tingkat Adopsi
2014
1. Penggunaan polibag 35 3,5 31,5
2. Persemaian 10 5,1 8,1
3. Seleksi semaian BB 20 8,1 15,8
4. Sumber mata tempel 15 12,2 15,0
5. Okulasi 10 2,0 7,7
6. Pemeliharaan 10 6,2 7,1
Tingkat Adopsi 100 37,1 85,2
Tabel 4 menggambarkan tingkat adopsi komponen teknologi anjuran oleh empat
Kelompok Penangkar bibit jeruk keprok SoE di kabupaten TTS. Tingkat adopsi antar
kelompok penangkar relatif sama tinggi, yaitu 84,0 – 86,1% atau rata-rata mencapai 85,2%.
Seleksi semaian batang bawah merupakan teknologi yang lambat untuk diadopsi penangkar
bibit jeruk karena selain membutuhkan pengetahuan untuk menidentifikasi semaian
nuselar/vegetatif, penangkar bibit jeruk juga merasa sayang harus membuang semaian
generatif lagi pula petani bisa jadi tidak paham masalah tersebut. Bibit okulasi jeruk yang
menggunakan semaian generatif sebagai batang bawahnya setelah ditanam di lapang akan
mengalami penglambatan pertumbuhan dan dapat mengurangi produksivitasnya. Mutu fisik
dan fisiologis benih dipengaruhi oleh tingkat kemasakan benih (Ilyas 2012). Benih mencapai
masak fisiologis pada saat benih (embrio) mencapai berat kering maksimum dan saat
1173
disemai menunjukkan vigor dan viabilitas yang tinggi (Hartman et al. 1997). Tingkat
kemasakan buah tidak memengaruhi persentase semaian generatif dan semaian nuselar
serta tidak ….. (Andrini,et al 2013)
Kunjungan empat ketua kelompok penangkar, PBT BPSB dan staf Diperta
Kabupaten TTS ke Balitjestro dan melihat langsung penerapan teknologi anjuran
pengelolaan BPMT dan produksi bibit jeruk dalam polibag di KP Punten dapat memotivasi
penerapan teknologi anjuran.
Tabel 4. Tingkat adopsi teknologi anjuran pembibitan jeruk keprok SoEoleh Kelompok
penangkar di Kabupaten TTS-NTT
Adopsi teknologi anjuran pembibitan jeruk berlabel biru dalam polibag oleh para
penangkar bibit jeruk keprok SoE di kabupaten TTS sangat ditentukan oleh beberapa factor,
di antaranya (1). Penangkar paham kelebihan teknologi anjuran memproduksi bibit jeruk
dalam polibag dibandingkan dengan jika dilakukan di bedengan seperti sebelumnya; (2).
Pengawas Benih Tanaman yang merupakan petugas BPSB di TTS telah menerapkan
regulasi setifikasi bibit jeruk secara ketat. (3). Mata tempel tersedia dalam jumlah lebih dari
cukup dari BPMT Bentuka dan Oenale; (4). Adanya bantuan dari Dinas akan sebagian
kebutuhan polibag kepada penangkar bibit pada saat transplanting semaian nuselar batang
bawah; dan (5). Harga bibit yang lebih baik (karena mutu bibit baik) sehingga memberikan
keuntungan memadai bagi penangkar. Artinya pemaham kelebihan teknologi anjuran,
ketersediaan saprodi dan mata tempel serta penerapan regulasi sertifikasi yang ketat
Komponen Teknologi Bobot
(%)
KP
Suka
maju
KP
Bersatu
KP
Ingin
Hidup
KP
K.Mandiri
Sejahtera
Tingkat
Adopsi
Penggunaan polibag:
ukuran diameter x tinggi : ±
(10 cm x 25-30 cm)
35 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5
Persemaian: Posisi tanam
benih BB benar, populasi
optimal, bisa di bedengan
persemaian atau polibag
besar
10 8,1 8,1 8,2 8,0 8,1
Seleksi semaian BB:
Memilih semaian nuselar,
membuang yang kerdil,
yang zygot, off type dan
akar tunggang yang
melengkung
20 15,6 15,6 16,0 15,8 15,8
Sumber mata tempel: BPMT
(Bentuka dan atau Oenale)
15 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0
Okulasi: tinggi okulasi
minimal 20 cm
10
7,0 8,0 8,0 8,0
7,7
Pemeliharaan: optimal (80-
100), sedang (60-79),
kurang (40 -59),
10 6,8 6,9 7,4 7,3 7,1
Tingkat Adopsi 100 84,0 85,1 86,1 85,6 85,2
1174
merupakan kunci keberhasilan tingginya adopsi teknologi produksi bibit jeruk berlabel biru
dalam polibag di Kabupaten TTS.
Berdasarkan survei alasan penagkar bibit jeruk keprok SoE di Kabupaten TTS-NTT
mulai menyukai dan beralih ke teknologi produksi bibit jeruk dalam polibag adalah sebagai
berikut : (1). Proses produksi lebih mudah dan cepat, yaitu hanya 13-16 bulan dari saat
persemaian benih batang bawah dibandingkan jika diproduksi di bedengan yang
membutuhkan waktu 24-30 bulan; (2). Jumlah kematian semaian dalam persemaian,
semaian dalam polibag dan bibit okulasi lebih sedikit; (3). Sistem perakaran bibit jeruk
dalam polibag lebih lebat; (4). Keuntungan lebih besar walaupun biaya produksi lebih mahal;
dan (5). Diharapkan jumlah tanaman mati pasca tanam lebih sedikit dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya karena mutu bibit yang lebih baik. Berdasarkan perhitungan empat
Kelompok Penangkar bibit jeruk di TTS diformulasikan bahwa biaya produksi bibit untuk
tahun – tahun sebelumnya adalah Rp 4.000-5.000,- per bibit (24-30 bulan); sedangkan
biaya produksi bibit jeruk berlabel biru dalam polibag sekitar Rp10.000-Rp 13.000,- per bibit
(13-16 bulan)
Masyarakat desa di Kabupaten TTS menurut Levis, Leta Fafael dan Rorasi,
Philpiusde (2012) memiliki budaya lokal seperti budaya gotong royong, kuatnya ikatan
solidaritas kekerabatan, budaya berkomunikasi menggunakan bahasa daerah, ikatan
keagamaan dan ikatan adat. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa adopsi inovasi diartikan sebagai
penerimaan atau penggunaan inovasi oleh komunikan walaupun proses adopsi itu sendiri
sudah berlangsung sejak dimulainya komunikasi dengan petugas. Ruswandi et al. 2008
mengatakan, bahwa sebenarnya proses adopsi dimulai dari kesadaran, ketertarikan,
evaluasi, mencoba dan baru adopsi. Informasi di atas menjelaskan mengapa adopsi
teknologi anjuran produksi bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag berlangsung
relatif cepat setelah petani memahami atau mempunyai persepsi sama terhadap manfaat
terhadap prospek teknologi tersebut.
Pada musim tanam tahun 2014, Kabupaten TTS memerlukan 32.000 bibit berlabel
biru di luar kebutuhan dari APBD provinsi dan kabupaten. Berdasarkan Tabel 5, jumlah bibit
okulasi jadi sudah mencapai > 40.000 bibit sehingga dipastikan ketersediaan bibit jeruk
musim tanam tahun 2014 terjamin. Masalah utama yang dihadapi saat ini adalah
keterbatasan dana untuk membeli polibag karena semaian batang bawah hasil semaian 2-3
bulan untuk menyediakan bibit tahun mendatang sudah dalam kondisi siap ditransplanting.
Penangkar Bibit Jeruk di TTS akan melakukan kerjasama dengan Koperasi Citrus milik
Balitjestro dalam penyediaan polibag.
1175
Tabel 5. Kondisi Kemajuan Penyediaan Benih Jeruk Berlabel Biru untuk Musim Tanam
Tahun 2014
Nama
Kelompok
Penangkar
Sumber
Mata
Tempel
(BPMT)
Bulan
Okulasi*
Tahapan
Okulasi
Jumlah
yang
Diokulasi
Jumlah Bibit
Okulasi Jadi
(Agust 2014)
% Okulasi
Jadi
Sukamaju Bentuka Maret-
Agustus
5 19.930 16.582 83.2
Bersatu Oenale Maret-
Agustus
4 13.100 11.685 89,2
Ingin Maju Bentuka
(1) Oenale
(2)
Mei-
Agustus
3 6.700 6.506 97,1
Mandiri
Sejahtera
Bentuka(2)
Oenale(1)
Maret-
Agustus
3 8,020 7.402 92,3
Jumlah 47.750 42.175 90,4
Akhirnya, setelah melalui pendampingan intensif dalam implementasi dukungan
inovasi teknologi, para penangkar bibit jeruk keprok SoE di Kabupaten TTS kini telah
berhasil menghasilkan bibit jeruk berlabel biru dalam polibag. Prestasi ini diharapkan terus
dipertahankan dengan membantu penangkar dalam memenuhi saprodi utamanya polibag
dan mata tempel serta harga bibit yang memadai untuk memotivasi mereka dalam
menghasilkan bibit jeruk yang bermutu. Di sisi lain, dua BPMT dengan kapasitas lebih dari
100.000 mata tempel per tahun yang pemegang tanggungjawabnya bukan oleh seorang
penangkar bibit jeruk, harus dipelihara optimal dan pengelolaan disinkronisasikan dengan
kebutuhan mata tempel penangkar bibit jeruk.
Kesimpulan
• Faktor utama penentu tingkat adopsi teknologi anjuran pembibitan jeruk keprok SoE
berlabel biru dalam polibag adalah pemahaman prospek teknologi anjuran oleh
penangkar, pendampingan implementasi dukungan teknologi anjuran secara intensif, dan
konsistensi penerapan regulasi yang ada.
• Tahun 2014 adalah pertama bagi TTS mampu menghasilkan bibit jeruk keprok SoE
berlabel biru dalam polybag
• Efisiensi pembibitan jeruk kerpok SoE di Kabupaten TTS dapat terus ditingkatkan melalui
sinkronisasi penyediaan mata tempel dan kesiapan semaian batang bawah untuk
diokulasi.
Daftar Pustaka
Andrini, A., Suharsi, TK, dan Surahman, M 2013. Studi Poliembrioni dan Penentuan Tingkat
Kemasakan Fisiologis Benih Japansche Citroen Berdasarkan Warna Kulit Buah.
J.Hort. Vol 23 N0.3, hlm 195 – 202.
Diperta TTS 2012. Permasalahan Serta Strategi yang Dilakukan Pemerintah Daerah
Kabupaten Timor Tengah Selatan dalam Pengembangan Jeruk Keprok SoE. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
1176
Diperta TTS, 2014. Data Statistik Tanaman Hortikultura Kabupaten TTS, Nusa Tenggara
Timur.
Hardiyanto, Supriyanto, Arry., Mulyanto, Hadi., Suhariyono, Sugiyatno, Agus., 2011b.
Panduan Teknis Pengelolaan Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel
Jeruk Bebas Penyakit. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian.
Hardiyanto, Supriyanto, Arry., Sugiyatno, Agus., Setiono, Mulyanto, Hadi 2011a. Panduan
Teknis Teknologi Produksi Benih Jeruk Bebas Penyakit. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Hartmann, HT, Kester, DE, Davies, FT & Geneve, RL 1997, Plant propagation: Principles
and practices, Prentice Hall. New Jersey.
Helena da Silva. 2012. Profil kelompok tani dan kenerja usahatani jeruk di KabupatenTimor
Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU). Prosiding Workshop rencana
aksi rehabilitasi agribisnis jeruk keprok SoE yang berkelanjutan untuk substitusi
impor di Nusa tenggara Timur. Puslitbanghorti. p : 194-199.
Ilyas, S 2012, Ilmu dan teknologi benih : teori dan hasil-hasil penelitian, IPB Press,Bogor.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NT. 2012. Program pembangunan agribisnis jeruk
keprok SoE di NTT. Prosiding Workshop rencana aksirehabilitasi agribisnis jeruk
keprok SoE yang berkelanjutan untuk substitusi impor di Nusa tenggara Timur.
Puslitbanghorti. p : 69-72.
Levis, Leta Fafael dan Rorasi, Philpiusde 2012. Penguatan kelembagaan petani berbasis
budaya local untuk akselerasi adopsi teknologi anjuran menuju kemandirian
beragribisnis jeruk keprok SoE. Prosiding Workshop rencana aksi rehabilitasi
agribisnis jeruk keprok SoE yang berkelanjutan untuk substitusi impor di Nusa
tenggara Timur. Puslitbanghorti p : 60-62.
Murdolelono, Bambang2012. Respon Petani Terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Jeruk
Keprok SoE. Prosiding Workshop rencana aksi rehabilitasi agribisnis jeruk keprok
SoE yang berkelanjutan untuk substitusi impor di Nusa tenggara Timur.
Puslitbanghorti. p : 147-153.
Murdolelono, Bambang dan Bora, Charles Y 2012. Teknologi kunci peningkatan produksi
jeruk keprok SoE. Dalam Arry Supriyanto, Hardiyanto, Bambang Murdolelono,
Amirudin Pohan, dan Sulusi Prabawati (penyunting) Prosiding Workshop rencana
aksi rehabilitasi agribisnis jeruk keprok SoE yang berkelanjutan untuk substitusi
impor di Nusa tenggara Timur.Puslitbanghorti p : 34-55.
Ruswandi, A., A. Muharam, Hilmi Ridwan, Sabari dan Rofik S.B. 2008. Tingkat Adopsi
Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) dalam
M.Winarno,Sabari, S. Subandiyah, L. Setyobudi dan A. Supriyanto (Penyunting).
ProsidingSeminar Nasional Jeruk 2007. hal 75 – 86.
Supriyanto, A. and A.M. Whittle. 1992. Citrus Rehabilitation in Indonesia. In R.H. Brlansky,
R.F. Hee and L.W. Timmer (edts.) Proc. 11
th
Conf. of IOCV. p : 409-413.
Supriyanto, A., Subijanto P. Becu and A.M. Whittle. 1992. The Indonesian Citrus
Improvement Programme. In L. Setyobudi, F.A. Bahar, M. Winarno and A.M. Whittle
(edts.) Proc. Asian Citrus Rehab. Conf. Puslitbang Hortikultura. hal 50-58.
Utomo, Joko Susilo et al. 2013. Laporan Tahunan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropika. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2014.

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a Adopsi Teknologi Anjuran Produksi Bibit Jeruk Keprok SoE (Citrus reticulata Blanco) Berlabel Biru dalam Polibag di Kabupaten TTS-NTT

Pembangunan berkelanjutan di pulau papua dan kalimantan
Pembangunan berkelanjutan di pulau papua dan kalimantanPembangunan berkelanjutan di pulau papua dan kalimantan
Pembangunan berkelanjutan di pulau papua dan kalimantanFadia Rizqi
 
Analisis pendapatan usahatani kelapa sawit
Analisis pendapatan usahatani kelapa sawitAnalisis pendapatan usahatani kelapa sawit
Analisis pendapatan usahatani kelapa sawitFeby Kusuma
 
Produksi & Penyimpanan Bibit Durian
Produksi & Penyimpanan Bibit DurianProduksi & Penyimpanan Bibit Durian
Produksi & Penyimpanan Bibit DurianEmma Femi
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Lautriasniaudin24
 
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1NURUL FADLI
 
Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019
Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019
Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019Hasriani Anastasya
 
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdfperan_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdfMapriRudiansyah
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT lala arf
 
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Fathur Fathur
 
Nova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNovaIndriana
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Ariskanti
 

Semelhante a Adopsi Teknologi Anjuran Produksi Bibit Jeruk Keprok SoE (Citrus reticulata Blanco) Berlabel Biru dalam Polibag di Kabupaten TTS-NTT (20)

Padi protan print
Padi protan printPadi protan print
Padi protan print
 
Pembangunan berkelanjutan di pulau papua dan kalimantan
Pembangunan berkelanjutan di pulau papua dan kalimantanPembangunan berkelanjutan di pulau papua dan kalimantan
Pembangunan berkelanjutan di pulau papua dan kalimantan
 
Rktm kerjasama kspp
Rktm kerjasama ksppRktm kerjasama kspp
Rktm kerjasama kspp
 
Rdhptaman agro inovasi
Rdhptaman agro inovasiRdhptaman agro inovasi
Rdhptaman agro inovasi
 
Laporan akhir 2014 bptp sumsel.2
Laporan akhir 2014 bptp sumsel.2Laporan akhir 2014 bptp sumsel.2
Laporan akhir 2014 bptp sumsel.2
 
Analisis pendapatan usahatani kelapa sawit
Analisis pendapatan usahatani kelapa sawitAnalisis pendapatan usahatani kelapa sawit
Analisis pendapatan usahatani kelapa sawit
 
Produksi & Penyimpanan Bibit Durian
Produksi & Penyimpanan Bibit DurianProduksi & Penyimpanan Bibit Durian
Produksi & Penyimpanan Bibit Durian
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
 
PESTISIDA.docx
PESTISIDA.docxPESTISIDA.docx
PESTISIDA.docx
 
Rdhp upbs
Rdhp upbsRdhp upbs
Rdhp upbs
 
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
 
Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019
Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019
Laporan lengkap praktek kerja lapang manajemen akuakultur laut 2019
 
PPT MAGANG 1 fix
PPT MAGANG 1 fixPPT MAGANG 1 fix
PPT MAGANG 1 fix
 
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdfperan_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
peran_pemuliaan_tanaman-with-cover-page-v2 (1).pdf
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
 
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
 
Nova indriana laporan mal
Nova indriana laporan malNova indriana laporan mal
Nova indriana laporan mal
 
Penelitian tanaman cacao
Penelitian tanaman cacaoPenelitian tanaman cacao
Penelitian tanaman cacao
 
Penelitian tanaman cacao
Penelitian tanaman cacaoPenelitian tanaman cacao
Penelitian tanaman cacao
 
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019Laporan manajemen akuakultur laut 2019
Laporan manajemen akuakultur laut 2019
 

Último

PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 

Último (19)

PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 

Adopsi Teknologi Anjuran Produksi Bibit Jeruk Keprok SoE (Citrus reticulata Blanco) Berlabel Biru dalam Polibag di Kabupaten TTS-NTT

  • 1. 1167 Adopsi Teknologi Anjuran Produksi Bibit Jeruk Keprok SoE (Citrus reticulata Blanco) Berlabel Biru dalam Polibag di Kabupaten TTS-NTT (Adoption of Recommended Technology of Blue Labeled Seed Production of SoE Orange (Citrus reticulata Blanco) in Polybags in TTS-NTT District) Arry Supriyanto 1) , Joko Susilo Utomo 1) , Zainuri Hanif 1) dan Helena da Silva 2) Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Jl. Raya Tlekung, Batu, East Java, Indonesia, PO Box 22 Telp. +62341592683, Fax. 62341593047, 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi NTT E-mail: arry_supriyanto@ yahoo.com Abstrak Ketidakberhasilan pengembangan sentra produksi jeruk keprok SoE selama satu dekade yang lalu selain disebabkan oleh sulitnya memperoleh bibit yang bermutu juga pemeliharaan pohon pasca tanam yang tidak optimal. Dalam pengembangan kawasan agribisnis jeruk di kabupaten SoE yang telah dimulai pada tahun 2010 menuntut dukungan penangkar bibit tangguh yang mampu menghasilkan bibit jeruk berlabel biru bermutu prima. Tujuan pengkajian ini adalah meningkatkan pengetahuan/ketrampilan serta tingkat adopsi teknologi anjuran oleh penangkar dalam memproduksi bibit jeruk berlabel biru dalam polibag.Pembinaan dilakukan terhadap 4 kelompok penangkar bibit yang masing-masing beranggotakan 4-8 penangkar dengan total 22 penangkar bibit jeruk keprok SoE yang berbisnis pembibitan di kecamatan Mollo utara dan tengah, Kabupaten TTS-NTT. Pendampingan penerapan teknologi anjuran dilakukan dengan membangun demo plot, pelatihan, asistensi penerapan teknologi anjuran dan penguatan kelembagaan penangkar. Pembinaan dilakukan oleh tim peneliti Balitjestro, BPTP NTT dan petugas teknis Diperta kabupaten SoE termasuk Pengawas Benih Tanaman (PBT) dari BPSB. Demoplot sekitar 1 ha telah dibangun di lokasi pembibitan milik kelompok penangkar Karya Mandiri Sejahtera di desa Oinlasi Kecamatan Mollo Utara. Pelatihan teknologi pembibitan jeruk telah diselenggarakan dua kali masing-masing oleh BPTP tahun 2013 dan oleh Dinas Pertanian NTT tahun 2014. Dua petugas pengelola BPMT Bentuka dan Oenale serta empat ketua kelompok penangkar telah melakukan studi banding ke Balitjestro; sedangkan asistensi telah dilakukan oleh tim peneliti Balitjestro dan BBPT NTT bergantian 2-3 kali per tahun sekaligus melakukan pembinaan dan penguatan kelembagaan kelompok penangkar. Evaluasi tingkat adopsi teknologi anjuran oleh penangkar bibit dilakukan dengan melaksanakan survei sebelum dan setelah pembinaan menggunakan daftar pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya.Komponen teknologi utama anjuran yang dievaluasi meliputi penggunaan polibag (35%) persemaian benih yang benar (10%), seleksi semaian nuselar (20%), mata tempel dari BPMT(15%), okulasi (10%) dan tingkat pemeliharaan (10%). Tingkat adopsi teknologi anjuran keseluruhan untuk semua kelompok penangkar berkisar 84,0-86,1% dengan rata-rata 85,2% atau meningkat sekitar 48,1% dari kondisi awal tahun sebelumnya. Tahun 2014 adalah pertama kali bagi Kabupaten TTS mampu memenuhi kebutuhan 32.000 bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag untuk pengembangan kawasan agribisnis jeruk seluas 128 ha dan terus berusaha menjamin keberlanjutan produksinya untuk tahun-tahun selanjutnya. Kata kunci: Jeruk, Agribisnis, Pembibitan, Teknologi, Adopsi Absract The failure in developing production centers of SoE orange during the past decade is caused by the difficulty of obtaining qualified seeds and not optimal maintenance of post-planting trees. In the area of citrus agribusiness development in SoE district that has been started in 2010 demanding support of strong nurserymen who are able to produce a blue-labeled citrus seedlings with prime quality. The purpose of this study is to increase the knowledge / skills and the adoption level of the nurserymen on a recommended technology for producing citrus seedlings labeled blue in polybags. Upgrading was conducted on 4 groups of nurserymen, each consisting of 4-8 nurserymen with a total of 22 SoE orange nurserymen who were businessmen in nursery in northern and central Mollo subdistrict, TTS-NTT District. Supervision for the implementation of recommended technology was done by making
  • 2. 1168 demonstration plots, training, advising, and strengthening a nursery institution. Upgrading is performed by a team of ICSFRI (Balitjestro) researchers, Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT) NTT and technical personnel of Diperta in SoE districts including Plant Seeds Supervisor (PBT) of BPSB. Demoplot about 1 ha has been built in the location of the seeding of Karya Mandiri Sejahtera nursery group own in Oinlasi village, North Mollo subdistrict. Training on citrus seed technology had been held twice each by the AIAT NTT in 2013 and Diperta NTT in 2014. Two officers of BPMT in Bentuka and Oenale and four heads of nursery group had done a comparative study to ICSFRI; while assistance had been carried out by a team of ICSFRI researchers and AIAT NTT alternately 2-3 times per year, at the same time doing advocating and strengthening institution of nursery group. Keywords: Orange, Agribusiness, Seeding, Technology, Adoption Pendahuluan Pengembangan tanaman jeruk keprok SoE sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2002 dengan sentra utama di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tersebar terutama di kecamatan Mollo utara, Mollo selatan, Amanuban Barat dan kecamatan Kuatnana sebagai sentra baru. Pada tahun 2011, luas areal tanaman jeruk di TTS sudah mencapai 475.000 pohon dengan rincian tanaman berproduksi 271.459 pohon dan sisanya merupakan tanaman yang belum produksi. (Diperta TTS, 2012).Lebih lanjut dijelaskan bahawa jumlah pertambahan tanaman jeruk pada tahun 2010 bertambah 5000 tanaman, tahun 2011 bertambah 15.000 tanaman, tahun 2012 bertambah 42.000 tanaman, tahun 2013 bertambah 12000 tanaman dan pada tahun 2014 bertambah 32.000 tanaman sehingga selama kurun raktu 2010-2014 bertambah 106.000 tanaman jeruk yang ditanam (Diperta TTS, 2014). Penurunan drastis produksi oleh tanaman yang bertambah tua, penyebabnya karena pemeliharaan kebun tidak optimal sehingga terjadi serangan penyakit busuk akar dan batang, dan kematian tanaman muda yang dipicu oleh gejolak iklim yang tidak seperti biasanya.Masalah utama penyebab terjadinya kematian tanaman muda selain tersebut di atas adalah sulitnya mendapatkan bibit jeruk yang bermutu (Murdolelono, Bambang dan Bora, Charles Y 2012, Diperta TTS2012). Bibit yang memiliki perakaran tidak bagus yang ditanam dengan cara tidak standar sulit bertahan jika didera oleh musim kemarau yang panjang (Utomo, Joko Susilo et al. 2013). Oleh karena itu, para penangkar bibit jeruk keprok SoE di Kabupaten TTS harus mampu menghasilkan bibit bermutu dengan sistem perakaran yang baik dan bersertifikat. Pembangunan agribisnis jeruk keprok SoE dimulai di pembibitan, artinya agribisnis jeruk yang berdayasaing dan berkelanjutan menuntut dukungan industri bibit yang tangguh.Berdasarkan pengamatan, masalah teknis yang menyebabkan bibit yang dihasilkan penangkar bibit di kabupaten TTS tidak memuaskan adalah (1). Semaian batang bawah yang digunakan berukuran besar berumur lebih dari dua tahun, (2). Perakaran bibit tidak lebat, (3).Tinggi tempel rendah sekitar 10 cm daripangkal batang semaian batang bawah, (4). Hanya sebagian penangkar yang menggunakan mata tempel yang berasal dari Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang dikelola dengan baik, dan (5) pemeliharaan tanaman selama proses produksi bibit tidak optimal.Selain, itu regulasi produksi bibit berlabel biru belum sepenuhnya diimplementasikan secara benar.
  • 3. 1169 Tujuan penelitian ini adalah mengkaji implementasi dukungan teknologi inovatif produksi bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag dan mengevaluasi tingkat adopsi teknologi anjuran oleh empat kelompok penangkar bibit di kabupaten TTS. Bahan dan Metode Profil Penangkar Bibit Jeruk Kelompok Tani jeruk di TTS umumnya terbentuk secara tergesa-gesa sebagai respon terhadap adanya proyek pemerintah, belum menerapkan konsep-konsep pemberdayaan sehingga banyak yang dalam kondisi masih lemah (Helena da Silva. 2012). Lebih lanjut dinyatakan, bahwa anggota Kelompok tani berkisar 15-25 orang, bentuk kegiatan belum fokus, dan dalam kegiatan kelompok sering dikoordinasikan oleh tokoh panutan masyarakat, kinerja masih belum optimal karena minim modal. Kebersamaan dalam ikatan agama kristen dan adat sering melahirkan sifat gotong royong dalam menyelesaikan tugas dan masalah yang dihadapi petani. Di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat empat (4) Kelompok Penangkar bibit jeruk keprok masing-masing memiliki 4-8 anggota penangkar bibit dan kapasitas produksi 1.500-13.000 bibit jeruk (Tabel 1). Ketua Kelompok Penangkar tersebut telah memiliki Surat Keterangan Produsen Benih (SKPB) dari Pemda kabupaten untuk bisa menghasilkan bibit jeruk bersertifikat atau berlabel biru; sedangkan para anggotanya menjadi mitranya dan mengikuti apa yang dianjurkan ketuanya berdasarkan regulasi yang berlaku dalam memproduksi bibit jeruk. Semua bibit yang dihasilkan, jika telah memenuhi persyaratan yang ada dapat dilabel biru oleh BPSB setempat.Keempat Kelompok Penangkar ini terpisahkan dengan jarak yang agak berjauhan dan berada di dua kecamatan yang bersebelahan yaitu Mollo Utara dan Mollo Tengah. Profil Kelompok Penangkar Jeruk di TTS disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Profil empat kelompok penangkar bibit jeruk kerpok SoE di Kabupaten TTS-NTT, September 2014 Nama Kelompok Penangkar Ketua Lokasi Jumlah Anggota Kapasitas (Bibit) Sukamaju Andreas Tino Ds .Honbesi, Kec. Mollo Utara, TTS 8 1.500 - 8.000 Bersatu Wellem Kefi Ds. Obesi, Kec. Mollo Utara, TTS 4 4.000 -13.000 Karya Mandiri Sejahtera Pasyhur Alexander Surangmo Ds. Oinlasi Kec. Mollo Utara, TTS 4 3.000 – 6.000 Sinar Kualeu /Ingin hidup Imanuel Banoet Ds. Kualeu, Kec. Mollo Tengah, TTS 5 4.000 -6.000 Sumber : Pengamat Benih Tanaman dan Kelompok Penangkar Jeruk
  • 4. 1170 Dukungan Teknologi Inovatif Paket teknologi pembibitan jeruk yang diutamakan untuk diadopsikan ke para penangkar bibit merupakan komponen paket teknologi produksi bibit jeruk berlabel biru dalam polibag, yaitu (1). Menggunakan polibag selama proses produksi bibit Hardiyanto et al. 2011a ); (2). Cara menyemaikan benih batang bawah dengan benar terkait dengan akar tunggang semaian yang lurus dan tidak boleh bengkok atau melengkung; (Hardiyanto et al. 2011a) (3). Seleksi semaian nuselar atau vegetatif yang menjamin kemurnian varietas batang bawahnya (Hardiyanto et al. 2011a, Andrina, Anis 2013); (4). Menggunakan mata tempel dari BPMT yang menjamin kemurnian varietas batang atas dan kesehatan bibit yaitu bebas dari patogen sistemik termasuk CVPD (Hardiyanto et al. 2011b; Supriyanto and Whittle. 1992, Supriyanto et al. 1992 ); (5). Tinggi okulasi minimal 20 cm terkait dengan kondisi optimal kesiapan semaian batang bawah untuk diokulasi dan mengurangi resiko terserang penyakit tular tanah melalui percikan air hujan jika bibit sudah ditanam di lapang; dan (6). Pemeliharaan optimal selama proses produksi akan menghasilkan bibit yang tegar siap ditanam di lapang. Implementasi dukungan teknologi inovatif produksi bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag di empat Kelompok Penangkar bibit jeruk tersebut di atas dilakukan melalui kegiatan pembangunan demo plot, pelatihan petugas dan petani, serta asistensi kepada Dinas terkait, petugas lapang dan kelompok penangkar bibit jeruk, serta penguatan kelembagaan. Demo plot dibangun di kebun bibit milik Kelompok Penangkar Karya Mandiri Sejahtera yang terletak di desa Oinlasi kecamatan Mollo Utara (Gambar 1). Di demo plot terdapat kegiatan persemaian benih batang bawah dalam polibag berdiameter sekitar 30-40 cm, seleksi semaian nuselar, transplanting ke polibag berukuran standar, okulasi, pemeliharaan optimal semaian batang bawah dan bibit okulasi hingga siap siar. Di demo plot juga dibangun embung berukuran 22x9 m dan BPMT dengan rumah kasa berukuran 8x5 m. Gambar 1. Demo plot di kebun bibit milik Kelompok Penangkar Karya Mandiri Sejahtera yang terletak di desa Oinlasi kecamatan Mollo Utara TTS, NTT
  • 5. 1171 Pelatihan petugas (TOT) dan petani oleh Balitjestro, BPTP dan Dinas Pertanian provinsi dan kabupaten telah diselenggarakan di lokasi demo plot pada tahun 2013; sedangkan pelatihan serupa untuk penangkar bibit jeruk kabupaten TTS telah diselenggarakan di BBI Hortikultura Oelboebuk oleh Diperta tingkat provinsi. Asistensi oleh peneliti Balitjestro dan BPTP NTT dilakukan langsung kepada ketua dan anggota Kelompok Penangkar melalui diskusi dan penerapan komponen teknologi anjuran sekaligus melakukan pertemuan penguatan kelembagaan penangkar. Sinkronisasi kegiatan dan pelaksanaan program telah dilakukan dengan Dinas Petanian dan Peternakan provinsi NTT, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten TTS, termasuk BPSB, BBI, BPP, pengelola BPMT. Tujuannya adalah agar terjadi harmonisasi dalam proses pembinaan penangkar bibit jeruk dalam mendukung pengembangan kawasan agribisnis jeruk di kabupaten TTS. Secara utuh bentuk dukungan inovasi teknologi yang dilakukan dirangkum dalam Tabel 2. Tabel 2. Jenis kegiatan dukungan inovasi teknologi produksi bibit jeruk berlabel biru dalam polibag Kegiatan Balitjestro BPTP Diperta: PPL, POT, PBT, Mantri Tani 1. Pengelolaan demo plot 2. Pelatihan TOT dan petani 3. Asistensi 4. Penguatan kelembagaan x x x x x x x x x x Tingkat Adopsi Tingkat adopsi teknologi inovatif yang dianjurkan ke para penangkar bibit jeruk di TTS dalam memproduksi bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag, dihitung melalui survey dengan daftar pertanyan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Daftar pertanyaan meliputi enam komponen teknologi inovatif utama tersebut di atas yang masing- masing diberi % bobot berdasarkan konstribusinya dalam menghasilkan bibit jeruk berlabel biru dalam polibag. Penilaian % adopsi teknologi anjuran dilakukan sebelum dan sesudah pembinaan dengan mengevaluasi proses produksi bibit jeruk tahun 2012-2013 dan 2013- 2014 di setiap Kelompok Penangkar jeruk termasuk para anggotanya. Analisis data dilakukan dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan diskripsi masing-masing Kelompok Penangkar dan gabungannya. Hasil dan Pembahasan Proses produksi bibit jeruk keprok SoE di kabupaten TTS dimulai dengan menyemaikan benih batang bawah Rough Lemon (RL) pada sekitar bulan Mei- Agustus tergantung ketersediaan benihnya. Pada bulan Oktober-Desember semaian batang bawah setelah diseleksi langsung ditanam di bedengan dan kini hampir sebagian besar penangkar bibit jeruk menanam semaian hasil seleksi di polibag berisi campuran tanah, pasir/ladegan dan pupuk kandang/kompos dengan perbandingan tertentu. Okulasi dilakukan pada bulan
  • 6. 1172 tidak ada hujan, sekitar April-Agustus dan dipelihara hingga bibit okulasi siap siar pada bulan Nopember-Desember. Pada tahun-tahun sebelum 2012, hampir semua penangkar memproduksi bibit jeruk keprok SoE di bedengan dan setelah setinggi lebih dari 50 cm baru dipindahkan ke polibag berukuran kecil untuk kemudian didistribusikan kepada petani. Bibit jeruk yang diproduksi dengan cara tidak standar ini, misal semaian batang bawah besar dengan umur lebih dari dua tahun, tinggi tempel 5-10 cm dan sistem perakaran yang buruk tidak berkembang karena dipindahpaksakan ke polibag kecil sehingga mengakibatkan bibit mengalami stagnansi pertumbuhan di lapang, bahkan sering mati didera musim kemarau. Tabel 3 menjelaskan, bahwa pada proses produksi bibit berlabel biru tahun 2012- 2013, paket teknologi anjuran baru diadopsi oleh empat kelompok penangkar bibit sebesar 37,1%. Hal ini bisa dipahami karena pembinaan baru saja dimulai, kebiasaan membuat bibit di bedengan, kelangkaan dan mahalnya polibag ukuran anjuran, dan tidak tersedianya mata tempel karena dua BPMT yang sudah lama selesai dibangun, baru terisi pada pertengahan tahun 2013. Akibatnya, lebih dari 70% bibit okulasi yang diproduksi penangkar bibit jeruk di TTS tidak memenuhi syarat untuk bisa dilabel biru dan menimbulkan kerugian besar bagi para penangkar bibit jeruk. Pada tahun 2014 adopsi teknologi anjuran mencapai 85,2% atau meningkat sebesar 48,1 %. Tabel 3. Rangkuman tingkat adopsi teknologi inovatif perbenihan jeruk berlabel biru oleh penangkar di kabupaten TTS 2013 dan 2014 No Komponen Teknologi Bobot (%) %Tingkat Adopsi (2012-2013) %Tingkat Adopsi 2014 1. Penggunaan polibag 35 3,5 31,5 2. Persemaian 10 5,1 8,1 3. Seleksi semaian BB 20 8,1 15,8 4. Sumber mata tempel 15 12,2 15,0 5. Okulasi 10 2,0 7,7 6. Pemeliharaan 10 6,2 7,1 Tingkat Adopsi 100 37,1 85,2 Tabel 4 menggambarkan tingkat adopsi komponen teknologi anjuran oleh empat Kelompok Penangkar bibit jeruk keprok SoE di kabupaten TTS. Tingkat adopsi antar kelompok penangkar relatif sama tinggi, yaitu 84,0 – 86,1% atau rata-rata mencapai 85,2%. Seleksi semaian batang bawah merupakan teknologi yang lambat untuk diadopsi penangkar bibit jeruk karena selain membutuhkan pengetahuan untuk menidentifikasi semaian nuselar/vegetatif, penangkar bibit jeruk juga merasa sayang harus membuang semaian generatif lagi pula petani bisa jadi tidak paham masalah tersebut. Bibit okulasi jeruk yang menggunakan semaian generatif sebagai batang bawahnya setelah ditanam di lapang akan mengalami penglambatan pertumbuhan dan dapat mengurangi produksivitasnya. Mutu fisik dan fisiologis benih dipengaruhi oleh tingkat kemasakan benih (Ilyas 2012). Benih mencapai masak fisiologis pada saat benih (embrio) mencapai berat kering maksimum dan saat
  • 7. 1173 disemai menunjukkan vigor dan viabilitas yang tinggi (Hartman et al. 1997). Tingkat kemasakan buah tidak memengaruhi persentase semaian generatif dan semaian nuselar serta tidak ….. (Andrini,et al 2013) Kunjungan empat ketua kelompok penangkar, PBT BPSB dan staf Diperta Kabupaten TTS ke Balitjestro dan melihat langsung penerapan teknologi anjuran pengelolaan BPMT dan produksi bibit jeruk dalam polibag di KP Punten dapat memotivasi penerapan teknologi anjuran. Tabel 4. Tingkat adopsi teknologi anjuran pembibitan jeruk keprok SoEoleh Kelompok penangkar di Kabupaten TTS-NTT Adopsi teknologi anjuran pembibitan jeruk berlabel biru dalam polibag oleh para penangkar bibit jeruk keprok SoE di kabupaten TTS sangat ditentukan oleh beberapa factor, di antaranya (1). Penangkar paham kelebihan teknologi anjuran memproduksi bibit jeruk dalam polibag dibandingkan dengan jika dilakukan di bedengan seperti sebelumnya; (2). Pengawas Benih Tanaman yang merupakan petugas BPSB di TTS telah menerapkan regulasi setifikasi bibit jeruk secara ketat. (3). Mata tempel tersedia dalam jumlah lebih dari cukup dari BPMT Bentuka dan Oenale; (4). Adanya bantuan dari Dinas akan sebagian kebutuhan polibag kepada penangkar bibit pada saat transplanting semaian nuselar batang bawah; dan (5). Harga bibit yang lebih baik (karena mutu bibit baik) sehingga memberikan keuntungan memadai bagi penangkar. Artinya pemaham kelebihan teknologi anjuran, ketersediaan saprodi dan mata tempel serta penerapan regulasi sertifikasi yang ketat Komponen Teknologi Bobot (%) KP Suka maju KP Bersatu KP Ingin Hidup KP K.Mandiri Sejahtera Tingkat Adopsi Penggunaan polibag: ukuran diameter x tinggi : ± (10 cm x 25-30 cm) 35 31,5 31,5 31,5 31,5 31,5 Persemaian: Posisi tanam benih BB benar, populasi optimal, bisa di bedengan persemaian atau polibag besar 10 8,1 8,1 8,2 8,0 8,1 Seleksi semaian BB: Memilih semaian nuselar, membuang yang kerdil, yang zygot, off type dan akar tunggang yang melengkung 20 15,6 15,6 16,0 15,8 15,8 Sumber mata tempel: BPMT (Bentuka dan atau Oenale) 15 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 Okulasi: tinggi okulasi minimal 20 cm 10 7,0 8,0 8,0 8,0 7,7 Pemeliharaan: optimal (80- 100), sedang (60-79), kurang (40 -59), 10 6,8 6,9 7,4 7,3 7,1 Tingkat Adopsi 100 84,0 85,1 86,1 85,6 85,2
  • 8. 1174 merupakan kunci keberhasilan tingginya adopsi teknologi produksi bibit jeruk berlabel biru dalam polibag di Kabupaten TTS. Berdasarkan survei alasan penagkar bibit jeruk keprok SoE di Kabupaten TTS-NTT mulai menyukai dan beralih ke teknologi produksi bibit jeruk dalam polibag adalah sebagai berikut : (1). Proses produksi lebih mudah dan cepat, yaitu hanya 13-16 bulan dari saat persemaian benih batang bawah dibandingkan jika diproduksi di bedengan yang membutuhkan waktu 24-30 bulan; (2). Jumlah kematian semaian dalam persemaian, semaian dalam polibag dan bibit okulasi lebih sedikit; (3). Sistem perakaran bibit jeruk dalam polibag lebih lebat; (4). Keuntungan lebih besar walaupun biaya produksi lebih mahal; dan (5). Diharapkan jumlah tanaman mati pasca tanam lebih sedikit dibandingkan tahun- tahun sebelumnya karena mutu bibit yang lebih baik. Berdasarkan perhitungan empat Kelompok Penangkar bibit jeruk di TTS diformulasikan bahwa biaya produksi bibit untuk tahun – tahun sebelumnya adalah Rp 4.000-5.000,- per bibit (24-30 bulan); sedangkan biaya produksi bibit jeruk berlabel biru dalam polibag sekitar Rp10.000-Rp 13.000,- per bibit (13-16 bulan) Masyarakat desa di Kabupaten TTS menurut Levis, Leta Fafael dan Rorasi, Philpiusde (2012) memiliki budaya lokal seperti budaya gotong royong, kuatnya ikatan solidaritas kekerabatan, budaya berkomunikasi menggunakan bahasa daerah, ikatan keagamaan dan ikatan adat. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa adopsi inovasi diartikan sebagai penerimaan atau penggunaan inovasi oleh komunikan walaupun proses adopsi itu sendiri sudah berlangsung sejak dimulainya komunikasi dengan petugas. Ruswandi et al. 2008 mengatakan, bahwa sebenarnya proses adopsi dimulai dari kesadaran, ketertarikan, evaluasi, mencoba dan baru adopsi. Informasi di atas menjelaskan mengapa adopsi teknologi anjuran produksi bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag berlangsung relatif cepat setelah petani memahami atau mempunyai persepsi sama terhadap manfaat terhadap prospek teknologi tersebut. Pada musim tanam tahun 2014, Kabupaten TTS memerlukan 32.000 bibit berlabel biru di luar kebutuhan dari APBD provinsi dan kabupaten. Berdasarkan Tabel 5, jumlah bibit okulasi jadi sudah mencapai > 40.000 bibit sehingga dipastikan ketersediaan bibit jeruk musim tanam tahun 2014 terjamin. Masalah utama yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan dana untuk membeli polibag karena semaian batang bawah hasil semaian 2-3 bulan untuk menyediakan bibit tahun mendatang sudah dalam kondisi siap ditransplanting. Penangkar Bibit Jeruk di TTS akan melakukan kerjasama dengan Koperasi Citrus milik Balitjestro dalam penyediaan polibag.
  • 9. 1175 Tabel 5. Kondisi Kemajuan Penyediaan Benih Jeruk Berlabel Biru untuk Musim Tanam Tahun 2014 Nama Kelompok Penangkar Sumber Mata Tempel (BPMT) Bulan Okulasi* Tahapan Okulasi Jumlah yang Diokulasi Jumlah Bibit Okulasi Jadi (Agust 2014) % Okulasi Jadi Sukamaju Bentuka Maret- Agustus 5 19.930 16.582 83.2 Bersatu Oenale Maret- Agustus 4 13.100 11.685 89,2 Ingin Maju Bentuka (1) Oenale (2) Mei- Agustus 3 6.700 6.506 97,1 Mandiri Sejahtera Bentuka(2) Oenale(1) Maret- Agustus 3 8,020 7.402 92,3 Jumlah 47.750 42.175 90,4 Akhirnya, setelah melalui pendampingan intensif dalam implementasi dukungan inovasi teknologi, para penangkar bibit jeruk keprok SoE di Kabupaten TTS kini telah berhasil menghasilkan bibit jeruk berlabel biru dalam polibag. Prestasi ini diharapkan terus dipertahankan dengan membantu penangkar dalam memenuhi saprodi utamanya polibag dan mata tempel serta harga bibit yang memadai untuk memotivasi mereka dalam menghasilkan bibit jeruk yang bermutu. Di sisi lain, dua BPMT dengan kapasitas lebih dari 100.000 mata tempel per tahun yang pemegang tanggungjawabnya bukan oleh seorang penangkar bibit jeruk, harus dipelihara optimal dan pengelolaan disinkronisasikan dengan kebutuhan mata tempel penangkar bibit jeruk. Kesimpulan • Faktor utama penentu tingkat adopsi teknologi anjuran pembibitan jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polibag adalah pemahaman prospek teknologi anjuran oleh penangkar, pendampingan implementasi dukungan teknologi anjuran secara intensif, dan konsistensi penerapan regulasi yang ada. • Tahun 2014 adalah pertama bagi TTS mampu menghasilkan bibit jeruk keprok SoE berlabel biru dalam polybag • Efisiensi pembibitan jeruk kerpok SoE di Kabupaten TTS dapat terus ditingkatkan melalui sinkronisasi penyediaan mata tempel dan kesiapan semaian batang bawah untuk diokulasi. Daftar Pustaka Andrini, A., Suharsi, TK, dan Surahman, M 2013. Studi Poliembrioni dan Penentuan Tingkat Kemasakan Fisiologis Benih Japansche Citroen Berdasarkan Warna Kulit Buah. J.Hort. Vol 23 N0.3, hlm 195 – 202. Diperta TTS 2012. Permasalahan Serta Strategi yang Dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan dalam Pengembangan Jeruk Keprok SoE. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
  • 10. 1176 Diperta TTS, 2014. Data Statistik Tanaman Hortikultura Kabupaten TTS, Nusa Tenggara Timur. Hardiyanto, Supriyanto, Arry., Mulyanto, Hadi., Suhariyono, Sugiyatno, Agus., 2011b. Panduan Teknis Pengelolaan Blok Fondasi dan Blok Penggandaan Mata Tempel Jeruk Bebas Penyakit. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Hardiyanto, Supriyanto, Arry., Sugiyatno, Agus., Setiono, Mulyanto, Hadi 2011a. Panduan Teknis Teknologi Produksi Benih Jeruk Bebas Penyakit. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Hartmann, HT, Kester, DE, Davies, FT & Geneve, RL 1997, Plant propagation: Principles and practices, Prentice Hall. New Jersey. Helena da Silva. 2012. Profil kelompok tani dan kenerja usahatani jeruk di KabupatenTimor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU). Prosiding Workshop rencana aksi rehabilitasi agribisnis jeruk keprok SoE yang berkelanjutan untuk substitusi impor di Nusa tenggara Timur. Puslitbanghorti. p : 194-199. Ilyas, S 2012, Ilmu dan teknologi benih : teori dan hasil-hasil penelitian, IPB Press,Bogor. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NT. 2012. Program pembangunan agribisnis jeruk keprok SoE di NTT. Prosiding Workshop rencana aksirehabilitasi agribisnis jeruk keprok SoE yang berkelanjutan untuk substitusi impor di Nusa tenggara Timur. Puslitbanghorti. p : 69-72. Levis, Leta Fafael dan Rorasi, Philpiusde 2012. Penguatan kelembagaan petani berbasis budaya local untuk akselerasi adopsi teknologi anjuran menuju kemandirian beragribisnis jeruk keprok SoE. Prosiding Workshop rencana aksi rehabilitasi agribisnis jeruk keprok SoE yang berkelanjutan untuk substitusi impor di Nusa tenggara Timur. Puslitbanghorti p : 60-62. Murdolelono, Bambang2012. Respon Petani Terhadap Teknologi Anjuran Budidaya Jeruk Keprok SoE. Prosiding Workshop rencana aksi rehabilitasi agribisnis jeruk keprok SoE yang berkelanjutan untuk substitusi impor di Nusa tenggara Timur. Puslitbanghorti. p : 147-153. Murdolelono, Bambang dan Bora, Charles Y 2012. Teknologi kunci peningkatan produksi jeruk keprok SoE. Dalam Arry Supriyanto, Hardiyanto, Bambang Murdolelono, Amirudin Pohan, dan Sulusi Prabawati (penyunting) Prosiding Workshop rencana aksi rehabilitasi agribisnis jeruk keprok SoE yang berkelanjutan untuk substitusi impor di Nusa tenggara Timur.Puslitbanghorti p : 34-55. Ruswandi, A., A. Muharam, Hilmi Ridwan, Sabari dan Rofik S.B. 2008. Tingkat Adopsi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) dalam M.Winarno,Sabari, S. Subandiyah, L. Setyobudi dan A. Supriyanto (Penyunting). ProsidingSeminar Nasional Jeruk 2007. hal 75 – 86. Supriyanto, A. and A.M. Whittle. 1992. Citrus Rehabilitation in Indonesia. In R.H. Brlansky, R.F. Hee and L.W. Timmer (edts.) Proc. 11 th Conf. of IOCV. p : 409-413. Supriyanto, A., Subijanto P. Becu and A.M. Whittle. 1992. The Indonesian Citrus Improvement Programme. In L. Setyobudi, F.A. Bahar, M. Winarno and A.M. Whittle (edts.) Proc. Asian Citrus Rehab. Conf. Puslitbang Hortikultura. hal 50-58. Utomo, Joko Susilo et al. 2013. Laporan Tahunan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2014.