SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 38
SIFAT DAN CONTOH SUBSEQUENT EVENTS
• Subsequent Events adalah :
– Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya
Laporan Audit
– Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan
– Memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut
• Dua jenis Subsequent Events (PSA No.46) :
1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada
pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses
penyusunan laporan keuangan
2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang
tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca
• Menurut Sukrisno Agoes (2004:138) subsequent event yang harus diaudit oleh akuntan
publik adalah :
1. Subsequent Collection
• Penagihan sesudah tanggal neraca, sampai mendekati selesainya pekerjaan
lapangan/audit field work
• Dilaksanakan dalam pemeriksaan Piutang, dan Barang Dalam Perjalanan
2. Subsequent Payment
• Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya audit field work
• Dilaksanakan dalam pemeriksaan hutang dan biaya yang masih harus dibayar
TUJUAN PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTS
Untuk :
1. Menentukan keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang membutuhkan
penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan
atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan
2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang
3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per tanggal
neraca, masih di perjalanan
Saat membayar uang muka pembelian (L/C) perusahaan mencatat :
Barang Dalam Perjalanan xxx
Kas xxx
Hutang Dagang xxx
Saat penerimaan barang sebelum tanggal neraca, perusahaan mencatat :
Persediaan xxx
Hutang Dagang xxx
Akibatnya per tanggal neraca tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan terjadi dua
kali pencatatan hutang dagang :
Persediaan xxx
Barang Dalam Perjalanan xxx
Pada saat hutang tersebut dilunasi :
Hutang Dagang xxx
Kas xxx
4. Untuk memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum di
neraca per tanggal neraca, merupakan kewajiban perusahaan yang akan dilunasi pada saat
jatuh temponya (sesudah tanggal neraca)
5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal
neraca
PROSEDUR PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTS
1. Periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai mendekati
tanggal selesainya audit field work (lihat Exhibit 19-1 dan 19-2)
2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca, sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work
3. Periksa cut-off pembelian dan penjualan (lihat Exhibit 19-3 dan 19-4)
4. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca
5. Minta copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa apakah
ada commitment dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode sesudah tanggal neraca
6. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang, mengenai :
a. Ada/tidaknya contingent liabilities
b. Ada/tidaknya perubahan dalam modal saham, kewajiban jangka panjang atau kredit
modal kerja dalam periode sesudah tanggal neraca
c. Ada/tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang memerlukan adjustment
terhadap laporan keuangan atau penjelasan catatan laporan keuangan
7. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan
8. Analisa perkiraan profesional fees
9. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter)
PENYELESAIAN PEMERIKSAAN AKUNTAN
• Beberapa hal yang harus dilakukan akuntan publik, sebelum suatu pemeriksaan akuntan
dinyatakan selesai :
1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan direview oleh
atasannya.
2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan harus dijawab oleh
staf yang direview (reviewee) secara tertulis
3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working papernya,
diskusikan dengan klien
4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus diposting ke masing-masing kertas
kerja yang berkaitan
5. Draft report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim audit), direview oleh audit
manager dan audit partner
6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report di review oleh audit manager dan
audit partner, maka audit supervisor harus menyusun notes to PPM (catatan untuk Partner,
Principal dan Manager)
7. Setelah draft report direview dan disetujui PPM, diskusikan dengan klien. Jika klien setuju,
buat final audit report.
8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta Surat Pernyataan
Langganan dari klien. Tanggal surat harus sama dengan tanggal selesainya audit field work
dan tanggal laporan audit.
9. Auditor membuat draft management letter, setelah direview dan disetujui PPM, diskusikan
dengan klien. Klien setuju, buat management letter final untuk klien
10. tahap akhir, selesaikan urusan pelunasan audit fee (ditambah 10% PPN, dikurangi PPh
23 7,5%)
11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatan untuk audit tahun berikutnya”.
12. Opini yang diberikan, tergantung hasil pemeriksaan
13. Dalam mereview kertas kerja pemeriksaan, KAP sebaiknya mempunyai daftar “Audit
Working Papers Review Guide”
Diposkan oleh auditing di 21.27 Tidak ada komentar:
RABU, 16 JUNI 2010
PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI
SIFAT DAN CONTOH PERKIRAAN LABA RUGI
• Perkiraan Laba Rugi (Profit and Loss Accounts) terdiri dari :
– Perkiraan pendapatan operasi, Harga pokok penjualan, Beban operasi, Pendapatan dan
beban diluar operasi, Pos luar biasa
• Definisi Penghasilan Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (PSAK No. 23, IAI, 2002:23.1) :
– Peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
– Penghasilan (income) meliputi  baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain)
– Pendapatan  penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal
dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen,
royalti dan sewa
• Keuntungan (gain) berasal dari  penjualan aktiva tetap (gain on sale of fixed asset), tukar
tambah aktiva tetap tidak sejenis (gain on trade-in), keuntungan selisih kurs (foreign
exchange gain)
• Pos Luar Biasa  kerugian yang timbul dari kejadian atau transaksi yang bersifat tidak
normal dan tidak sering terjadi
• Harga Pokok Penjualan  jumlah yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh
barang yang terjual (cost of merchandise sold) atau untuk memproduksi barang yang terjual
(cost of goods sold).
• Perhitungan Cost of merchandise sold (physical system) :
Persediaan awal barang dagangan Rp. Xxx
+/+Pembelian bersih Rp. xxx
Barang dagangan yang tersedia untuk dijual Rp. xxx
-/-Persediaan akhir barang dagangan Rp. xxx
Harga Pokok Penjualan Rp. xxx
(cost of merchandise sold)
• Perhitungan Cost of goods sold (physical system) :
Persediaan awal bahan baku Rp. xxx
+/+ Pembelian bersih RP. xxx
Bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp. xxx
-/- Persediaan akhir barang dagangan Rp. xxx
Pemakaian bahan baku Rp. xxx
Upah langsung Rp. xxx
Overhead pabrik Rp. xxx
Biaya produksi (cost of production) Rp. xxx
+/+ Persediaan awal Barang Dalam Proses Rp. xxx
-/- Persediaan akhir Barang Dalam Proses Rp. xxx
Biaya Pabrikasi (cost of good manufactured) Rp. xxx
+/+ Persediaan awal Barang Jadi Rp. xxx
-/- Persediaan akhir Barang Jadi Rp. xxx
Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) Rp. Xxx
• Beban operasi (operating expenses)  beban penjualan (selling expenses) dan beban umum
dan administrasi (general and administrative expenses)
• Selling Expenses  gaji bagian penjualan, komisi salesman, biaya iklan,
promosi,entertainment, transposrt dll
• General dan administrative expenses  gaji bagian akuntansi dan keuangan, personalia dan
umum, biaya sewa, listrik, air, telepon, entertainment, perjalanan dinas, penyusutan
inventaris kantor dll
PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI
1. Prinsip konservatisme (conservatism) dalam pengakuan pendapatan dan beban
a. Beban yang belum pasti terjadi tetapi diperkirakan akan menjadi beban perusahaan pada
periode yang diperiksa, jumlahnya bisa diestimasi dan cukup material, harus dicatat
sebagai beban
b. Pendapan yang pasti terjadi, belum boleh dicatat sebagai pendapatan perusahaan.
Pengecualian :
o Pengakuan saat penerimaan uang (penjualan tunai dan kredit)
o Untuk perusahaan kontraktor, ada 2 metode : metode kontrak selesai (completed
contract method) dan metode presentase penyelesaian (percentage of completion
method)
o Barang jenis tertentu yang harga jualnya sudah pasti, barangnya pasti terjual atau
cepat rusak, pendapatan diakui saat selesainya produksi
o Lihat PSAK No. 23 (Penjualan Barang, Penjualan Jasa, Bunga, Royalti dan Dividen)
2. Konsep matching cost against revenue
• Harus dibandingkan pendapatan yang menjadi hak perusahaan dalam periode yang
diperiksa dengan biaya yang menjadi beban perusahaan untuk periode yang sama (tanpa
memperhatikan apakah uangnya sudah diterima untuk pendapatan dan
dibayarkan/belum untuk biaya
• Menurut PSAK/PABU, pendapatan dan beban harus dicatat dengan dasar akrual (accrul
basis) bukan dasar kas (cash basis)
• Periksa pendapatan/biaya, perhatikan jangan sampai ada pergeseran waktu dalam
pengakuan pendapatan dan beban.
3. Waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan pendapatan dan bebas (pos Laba Rugi)
tidak sebanyak waktu untuk pos Neraca, karena :
• Pada waktu memeriksa pos neraca, sekaligus sudah diperiksa (dikaitkan dengan) pos
laba rugi ybs.
• Pada waktu melakukan test transaksi, sekaligus diperiksa pos laba rugi
• Prosedur audit atas perkiraan laba rugi yang biasa disajikan :
o Analytical review procedure
o Analisa beberapa perkiraan laba rugi yang penting atau yang ada kaitannya dengan
perhitungan pajak (untuk koreksi fiskal)
o Melakukan pemeriksaan atas subsequent payment (pembayaran sesudah tanggal
neraca) dan subsequent collection (penagihan sesudah tanggal neraca)
TUJUAN PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI
Untuk memeriksa :
1. Keberadaan internal control pendapatan dan beban, termasuk pencatatan secara accrual
basis terhadap pendapatan dan beban
2. Pencatatan pendapatan dan biaya yang menjadi hak perusahaan dengan menggunakan cut-
off tepat
3. Adanya fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, bulan per bulan atau dengan anggaran pendapatan dan beban
4. Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan hal penting
diungkapkan dalam catatan laporan keuangan
PROSEDUR PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI
1.Pelajari dan evaluasi internal control pendapatan dan biaya, termasuk transaksi jual
beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham (lihat Exhibit )
2.Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka
perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review
procedure (analisa rasio, ROI dan ROE) dengan membandingkan rasio tahun lalu dan
rasio industri
3.Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa, bandingkan dengan
budget untuk periode yang sama. Hitung variance (dalam Rp. maupun %)
4.Minta rincian penjualan per jenis barang/area yang mencantumkan quantitybarang
yang dijual dan nilai uangnya selama setahun (dibuat per bulan).
Bandingkan quantity yang dijual (secara test basis) dengan pengeluaran barang pada
kartu persediaan
5.Periksa cut-off penjualan (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan penjualan)
dan cut –off pembelian (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan pembelian)
6.Periksa subsequent payment (ada tidaknya unrecorded liabilities) dansubsequent
collection (ada tidaknya unrecorded receivables)
7.Buat analisa perkiraan biaya/pendapatan yang kemungkinan ditanyakan pihak pajak
atau untuk keperluan pengisian SPT, koreksi fiskal dan kemungkinan
timbulnya contingent liability.
8. Periksa kepatuhan peraturan perpajakan tentang biaya dan pendapatan
9.Periksa daftar gaji, test kesesuaian perhitungan PPh 21 dengan peraturan pajak
10. Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan Laba Rugi
dengan SPT PPh 21
11. Bandingkan data yang ada dalam daftar gaji, secara test basis,
dengan personnel file
12. Lakukan observasi saat pembayaran gaji
10. Periksa keseusian penyajian pos laba rugi dengan PSAK
Diposkan oleh auditing di 21.55 Tidak ada komentar:
MINGGU, 13 JUNI 2010
P.Ekuitas
SIFAT DAN CONTOH PERMODALAN
Modal :
o Perusahaan à kewajiban perusahaan kepada pemilik
Pemilik perusahaan à bagian hak pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi
kewajiban)
• Perusahaan perorangan à modal pemilik tunggal
• Perusahaan firma (partnership) à modal lebih dari satu partner
• Koperasi à simpanan pokok anggota merupakan modal pokok (diambil saat anggota
mengundurkan diri) dan kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok, pinjaman,
penyisihan hasil usaha dan cadangan
• Pemeriksaan Permodalan pada PT (Perseroan Terbatas) :
1. Modal menurut akte pendirian à harus disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM UUPT
No.1 1995 (berlaku 7 Maret 1996), jika belum, maka transaksi/ perjanjian perusahaan belum
dianggap sah, terdiri dari :
a. Modal dasar (authorized capital)
b. Modal ditempatkan (issued capital) à tidak dapat melebihi modal dasar
c. Modal disetor (paid up/paid in capital)
modalal disetor (paid up/paid in capital) merupakan :
Jumlah yang harus tercantum di Neraca Modal dari sumbangan (do Dilaporkan sebagai
tambahan modal disetornated capital)
Tidak dapat melebihI modal dasar
Jika melebihi modal dasar, harus dilakukan perubahan akte pendirian yang disahkan
Selama perubahan akte belum disahkan, kelebihan modal dasar dilaporkan sebagai hutang
pemegang saham
Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 50% dari modal disetor à harus melapor ke
Pengadilan Negeri untuk diumumkan dalam Berita Negara
Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal disetor :
o Secara hukum harus dibubarkan
o Jika diteruskan, manajer yang bertanggungjawab atas kewajiban kepada pihak ketiga
o Terkait dengan kelangungan hidup perusahaan (going concern), maka mempengaruhi
opini yang diberikan KAP
2. Treasury stock à saham perusahaan yang sudah beredar dibeli kembali oleh perusahaan
Tujuan:
o Meningkatkan harga pasar saham perusahaan
o Dibagikan sebagai saham bonus kepada manajer dan pegawai
• Tidak berhak atas pembagian dividen
3. Premium (Agio) atau Discount (Disagio)à dari penjualan saham (saham biasa/common
stock maupun saham preferen/preferred stock)
4. Selisih kurs atas modal disetor à Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng) harus
menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal
yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai
yang disepakati oelh Dewan Komisaris dan penyetor bentuk barang
5. Selisih penilaian kembali aktiva tetap :
• Untuk perusahaan yang melakukan revaluasi aktiva tetap berdasarkan peratuan
pemerintah
• Nilai aktiva tetap akan meningkat, dan dicatat sebagai “Selisih Penilaian Kembali Aktiva
Tetap” (Kredit)
• Atas persetujuan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dikonversikan sebagai modal (selisih
yang terjadi dikenakan PPh 10%)
6. Retained earning (Laba Ditahan/Sisa Laba tahun lalu) atau Deficit/Accumulated losses
(Sisa rugi tahun lalu) :
• Adjustment yang dilakukan hanya menyangkut laba rugi tahun lalu yang jumlahnya
material (besar) dan pembayaran pajak dari STP (Surat Tagihan Pajak) atau SKPKB (Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar) walaupun jumlahnya kecil
TUJUAN PEMERIKSAAN PERMODALAN/EKUITAS
Untuk memeriksa :
1. Keberadaan internal control permodalan/ekuitas, termasuk transaksi jual beli saham,
pembayaran dividen dan sertifikat saham
2. Kesesuaian struktur ekuitas yang tercantum di neraca dengan akte pendirian perusahaan
3. Kepemilikan izin yang diperlukan dari pemerintah (dari Departemen Kehakiman dan HAM,
BKPM, BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden)
4. Otorisasi perubahan permodalan dari pejabat yang berwenang (direksi, dewan komisaris),
RUPS maupun instansi pemerintah
5. Bukti yang sah setiap perubahan Retained Earnings atau Accumulated Losses
6. Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan hal
penting diungkapkan dalam catatan laporan keuangan
PROSEDUR PEMERIKSAAN PERMODALAN/EKUITAS
1. Pelajari dan evaluasi internal control permodalan transaksi jual beli saham, pembayaran
dividen dan sertifikat saham (Exhibit 17-1)
2. Minta copy akte pendirian, SK Pengesahan MenKeh dan HAM, SK BKPM/BKPMD,
BAPEPAM, KPP dan SK Presiden untuk disimpan dalam permanent file
3. Cocokkan data akte pendirian dengan modal yang tercantum di neraca dan penjelasan
dalam catatan atas laporan keuangan
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan yang mempunyai tambahan setoran modal
dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran, dan pembukuan lainnya,otorisasi
dari pejabat berwenang dan instansi pemerintah
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan (Exhibit 17-2 dan 17-3) :
• Berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan discount dari
penjualan saham
• Jenis saham yang dimiliki (jumlah lembar dan nominal)
• Rincian pemegang saham
6. Periksa dokumen pendukung setiap ada perubahan dalam perkiraan retained earnings
deficit (lihat Exhibit 17-4)
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa :
• Bentuk pembagian dividen (cash, stock, atau property dividen)
• Kebenaran pencatatan
• Otorisasi pejabat yang berwenang
• Kesesuaian aspek perpajakan dengan peraturan perpajakan
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit) sudah
melebihi modal disetor, kalau ini terjadi pertimbangan going concern perusahaan
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemgang saham atau Biro Aministrasi Efek
(Stock Transfer Agent)
10. Seandainya ada treasury stock, periksa :
• Bukti pembelian dan otorisasinya
• Bukti penjualan dan otorisasinya (jika treasury stock dijual kembali)
• Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock
11. Periksa penyajian ekuitas di neraca (lihat Exhibit 17-5)
Diposkan oleh auditing di 11.18 Tidak ada komentar:
PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG (Long Term Liabilities)
SIFAT DAN CONTOH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
•Kewajiban Jangka Panjang à kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo
atau harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun yang akan datang
Contoh :
1.Kredit Investasi (Long Term Loan) (lihat Exhibit 16-5)
Yaitu : pinjaman dari bank/non bank untuk pembelian Aktiva Tetap, kecuali tanah
•Jika pinjaman berasal dari luar negeri à off-shore loan (lihat Exhibit 16-6)
•Tingkat bunga off-shore loan à lebih rendah dari tingkat bunga pinjaman dalam negeri
•Tingkat bunga kredit investasi à lebih rendah dari tingkat bunga kredit modal kerja (working
capital loan)
•Jumlah kredit investasi à lebih besar dari jumlah kredit modal kerja
•Kredit investasi digunakan untuk pembelian aktiva tetap
•Jangka waktu pengembalian kredit investasi à lebih dari satu tahun
2.Hutang Obligasi (Bond Payable)
Yaitu : pinjaman jangka panjang dengan menjual obligasi, baik didalam maupun di luar
negeri
Contoh : Registered Bonds, Coupon Bonds atau Bearer Bonds, Term Bonds, Serial Bonds,
Convertible Bonds, Callable Bonds, Secured Bonds, Unsecured Bonds
3.Wesel Bayar (Promissory Notes/Pronotes) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun
Yaitu : pernyataan tertulis dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar jumlah, tanggal
dan tingkat bunga tertentu
4.Hutang kepada Pemegang Saham atau kepada Perusahaan Induk (Holding Company)
atau kepada Perusahaan Afiliasi (Affiliated Company)
Yaitu : pinjaman untuk membantu perusahaan anak atau perusahaan afiliasi yang baru
mulai beroperasi dan membutuhkan pinjaman (lihat Exhibit 16-7)
5.Hutang Subordinasi (Subordinated Loan)
Yaitu : hutang kepada pemegang saham atau perusahaan induk, yang tanpa bunga, dibayar
kembali pada saat perusahaan telah mempunyai kemampuan untuk membayar kembali
hutangnya (lihat Exhibit 16-8)
6. Bridging Loan
Yaitu : pinjaman sementara yang akan dikembalikan jika kredit investasi yang dibutuhkan
perusahaan sudah diperoleh
• Tingkat bunga lebih tinggi dari tingkat bunga pasar
• Dapat berupa short term loan atau long term loan
7.Hutang Leasing (hutang dalam rangka sewa guna)
•Yaitu : hutang yang diperoleh dari perusahaan leasing untuk pembelian aktiva tetap tetap
(dalam bentuk capital lease atau sales and lease back)
•Dicicil dalam jangka panjang
•Hutang leasing yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun dikelompokkan sebagai
kewajiban jangka pendek, dan sebaliknya
TUJUAN PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Untuk memeriksa :
1. Keberadaan internal control kewajiban jangka panjang (lihat Exhibit 16-1)
2.Pencatatan dan otorisasi kewajiban jangka panjang per tanggal neraca
3.Pencatatan kewajiban jangka panjang di Neraca betul-betul merupakan kewajiban
perusahaan (lihat Exhibit 16-4)
4.Kewajiban jangka panjang yang berasal dari legal claim atau asset yang dijaminkan sudah
diidentifikasi
5.Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam ku
rs tengah BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun berjalan
6.Pencatatan biaya bunga dan hutang bunga serta amortisasi dari premium/discount per
tanggal neraca
7.Keterjadian biaya bunga hutang jangka panjang pada tanggal neraca dicatat dan dihitung
secara akurat dan merupakan beban perusahaan
8.Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak
terjadi “Bank Default”
9.Bagian dari kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun sebagai
kewajiban lancar
10.Kesesuaian penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan dengan
PABU/PSAK
PROSEDUR PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
1.pelajari dan evaluasi internal control kewajiban jangka panjang (lihat Exhibit 16-1)
2.Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan kewajiban jangka panjang berikut discount,
premium dan bunga selama periode yang diperiksa
3.Kirim konfirmasi kepada Bank (lihat Exhibit 16-2)
4.Minta copy perjanjian kredit permanent file (Exhibit 16-3)
5.Periksa otorisasi perolehan/penambahan kewajiban jangka panjang
6.Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi discount/premium dari
obligasi
7.Tie-up jumlah beban bunga dan amortisasi discount/ premium obligasi dengan jumlah
yang tercantum pada laporan laba rugi
8.Discount/premium yang belum diamortisasi dilaporkan sebagai pengurang/penambah dan
nilai nominal obligasi
9.Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang dan wesel bayar yang direnewed
(diperpanjang) setelah tanggal neraca, untuk mengetahui penyajian kewajiban sebagai
kewajiban jangka panjang atau kewajiban lancar.
10.Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang atau wesel bayar yang (telah) dilunasi
setelah tanggal neraca (walaupun belum jatuh tempo), untuk mengetahui perlu tidaknya
reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek
11.Kewajiban dari pemegang saham atau direksi dari perusahaan afiliasi, harus dikirim
konfirmasi dan periksa pembebanan bunga atas pinjaman tsb.
12.Sesuaikan pencatatan dan penyajian di Neraca tentang hutang leasing dengan PSAK
No. 30 (sewa guna usaha).
13.Periksa kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun y.a.d,
sehingga harus di reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek
14.Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam kurs tengah
BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun berjalan
15.Lakukan penelaahan analitis (Analytical Review Procedure) kewajiban jangka panjang
dan biaya bunga, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan pencatatan biaya bunga
16.Sesuaikan penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan dengan
PABU/PSAK
Diposkan oleh auditing di 10.54 Tidak ada komentar:
P.jangka pendek
PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK (Current Liabilities)
SIFAT DAN CONTOH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
• Pengertian Kewajiban Jangka Pendek adalah kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga,
yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu
tahun, atau dalam siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan
harta lancar (current assets) perusahaan
• Contoh :
1. Hutang Dagang (Accounts Payable)
2. Pinjaman dari Bank (Short Term Loan)
3. Bagian dari Kredit Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Dalam Waktu Kurang atau
Sama Dengan Satu Tahun (Current Portion of Long Term Loan)
4. Hutang Pajak (Taxes Payable)
5. biaya Yang Masih Harus Dibayar (Accrued Expenses)
6. Voucher Payable (dalam hal digunakan voucher system)
7. Hutang Dividen (Dividen Payable)
8. Pendapatan Yang Diterima Dimuka (Unearned Revenue)
9. Uang Muka Penjualan, Hutang Pemegang Saham
9. Hutang Leasing yang Jatuh Tempo satu tahun yang akan datang
10. Hutang Bunga
11. Hutang Perusahaan
12. Hutang Perusahaan Afiliasi (Hutang Dalam Rangka Hubungan Khusus)
Perusahaan cenderung mencatat kewajibannya lebih rendah dari yang sebenarnya
(understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari jumlah
yang sebenarnya (praktek income smoothing/earning management) auditor harus
melakukan prosedur pemeriksaan sesudah tanggal neracaa
Perbedaan account payable dan accrued expenses :
• Account payable  angkanya lebih pasti ( perusahaan mencatat
hutangnya berdasarkan invoice yang diterimanya dari supplier)
• Accrued expenses  angkanya didasarkan pada estimasi (jumlahnya
kurang pasti dibandingkan account payable)
TUJUAN PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Untuk memeriksa :
1. Keberadaan internal control kewajiban jangka pendek (lihat Exhibit 15-1)
2. Keterjadian dan kelengkapan bukti kewajiban jangka pendek yang tercantum di neraca
3. Pencatatan kewajiban jangka pendek per tanggal neraca
4. Accrued expenses jumlahnya reasonable (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil).
• Jumlah terlalu besar  laba dilaporkan terlalu kecil (understated).
• Jumlah terlalu kecil  laba dilaporkan terlalu besar (overstated)
5. Pencatatan kewajiban leasing sudah sesuai dengan PSAK
6. Kewajiban jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal neraca sudah dikonversikan
kedalam rupiah dengan kurs tengah BI per tanggal neraca, selisih kurs
dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
7. Pencatatan biaya bunga dan hutang bunga per tanggal neraca
8. Keterjadian biaya bunga hutang jangka pendek pada tanggal neraca dicatat dan dihitung
secara akurat dan merupakan beban perusahaan
9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak
terjadi “Bank Default”
10. Memeriksa kesesuaian penyajian kewajiban jangka pendek dalam laporan keuangan
dengan PAB
U/PSAK
PROSEDUR PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
1. Pelajari dan evaluasi internal control kewajiban jangka pendek (lihat Exhibit 15-1)
2. Minta perincian kewajiban jangka pendek,periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan
saldonya dengan saldo hutang di buku besar (controlling account) (lihat Exhibit 15-5 dan
15-6)
3. Untuk hutang dagang, cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo
menurut subsidiary ledger hutang dagang
4. Secara test basis (sampling) periksa kecocokkan bukti pendukung saldo hutang kepada
supplier (purchase requisition, purchase order, receiving report dan supplier invoice)
perhitungan matematis (mathematical accuracy) dan otorisasi
5. Jika terdapat monthly statement of account dari supplier, lakukan rekonsiliasi saldo hutang
menurut dokumen tersebut dengan saldo subsidiary ledger hutang
6. Kirim konfirmasi ke beberapa supplier baik yang saldonya besar maupun yang saldonya
tidak berubah sejak tahun sebelumnya
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca (subsequent payment), apakah ada kewajiban
yang belum dicatat (unrecorded liabilities) dan kewajaran saldo hutang per tanggal neraca
8. Jika ada hutang dari bank/pemegang saham/direksi/ perusahaan afiliasi kirimkan
konfirmasi, periksa pembebanan bunga atas pinjaman dan surat perjanjiannya,
buatkan excerpt perjanjian kredit dan periksa otorisasinya
9. Pencatatan hutang leasing harus sesuai dengan PSAK No. 30 (sewa guna usaha), dan
pencatatan bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang
(reklasifikasi)
10. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga (keakuratan dan tie up beban bunga dengan
yang tercantum pada laporan laba rugi) dan aspek pajaknya.
11. Telusuri asal saldo debit hutang dagang (apakah dari uang muka pembelian atau
pengembalian barang yang dibeli tapi sudah dilunasi sebelumnya). Reklasifikasi sebagai
piutang jika jumlahnya besar (material)
12. Periksa bukti pendukung uang muka penjualan per tanggal neraca dan apakah sudah
diselesaikan diperiode berikutnya (subsequent clearance).
13. Periksa kredit jangka panjang dan apakah bagian yang jatuh tempo 1 tahun yang akan
datang sudah di reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek
14. Periksa kewajiban dalam mata uang asing, apakah sudah dikonversikan kedalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengan BI per tanggal neraca dan selisih kurs dibebankan/di
kreditkan pada laba rugi tahun berjalan
15. Periksa pelunasan hutang PPh 21 dan PPN periode berikutnya (hutang PPh 21 dan PPN per
31 Desember harus dilunasi bulan Januari tahun berikutnya) (lihat Exhibit 15-9 &15-11)
Periksa PPh Badan, apakah saat mengisi dan memasukkan SPT PPh Badan, perusahaan telah
membayar PPh 29 (setoran akhir) (lihat Exhibit 15-10)
16. Periksa dasar perhitungan accrued expenses perusahaan, apakah reasonable dan konsisten
dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya dan periksa pembayaran sesudah tanggal
neraca
17. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham, dan perjanjian yang dibuat dengan pihak
ketiga, untuk mengatahui pencatatan per tanggal neraca semua kewajiban yang tercantum
dalam notulen dan perjanjian tersebut
18. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan (Exhibit 15-4)
19. Periksa kesesuaian penyajian kewajiban jangka pendek dengan PSAK/PABU
Diposkan oleh auditing di 10.18 1 komentar:
Label: audit 2
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Subsequent event adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal
neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit.Mempunyai akibat yang
material terhadap laporan audit.Memerlukan penyesuaian atau pengungkapan
dalam laporan tersebut.
Olehkarenaitu, penulismenulismakalah yang berjudul “Pemeriksaan Subsequent
Event“.Semoga makalah ini berguna bagi para pembacadanterutama bagi
penulis.
B. Permasalahan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan
bentuk dan tujuan dari pemeriksaan subsequent event serta prosedur yang
dilakukan dalam pemeriksaan subsequent event. Hal inilah yang jadi
permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab
semua pertanyaan kita tentang “Pemeriksaan Subsequent Event”
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II.
2. Mampu menjelaskan tentang sifat dan contoh Subsequent Event.
3. Mampu menjelaskan tentang tujuan pemeriksaan Subsequent Event.
4. Mampu menjelaskan tentang prosedur pemeriksaan Subsequent Event.
5. Mampu menyelesaikan pemeriksaan Subsequent Event.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II.
2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai
PemeriksaanSubsequent Event
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Subsequent Event
A.SifatdanContohSubsequent Event
• Subsequent event adalahperistiwaatautransaksi yang
terjadisetelahtanggalneracatetapisebelumditerbitkannyalaporan audit.
• Mempunyaiakibat yang material terhadaplaporan audit
• Memerlukanpenyesuaianataupengungkapandalamlaporantersebut
Duajenis subsequent event ( PSA No. 46 )
1. Peristiwa yang memberikantambahanbukti yang
berhubungandengankondisiyangadapadatanggalneracadanberdampakterhadapta
ksiran yang melekatdalam proses penyusunanlaporankeuangan.
2. Peristiwa yang menyediakantambahanbukti yang
berhubungandengankondisi yang tidakadapadatanggalneraca,
namunkondisitersebutadasesudahtanggalneraca.
MenurutSukrisnoAgoes (2004:138) subsequent event yang
harusdiauditolehakuntan public adalah :
1. Subsequent Collection adalahPenagihansesudahtanggalneraca,
sampaimendekatiselesainyapekerjaanlapangan/audit field work.
DilaksanakandalampemeriksaanPiutang, danBarangDalamPerjalanan.
2. Subsequent Payment
adalahPembayaransesudahtanggalneracasampaimendekatiselesainya audit field
work. Dilaksanakandalampemeriksaanhutangdanbiaya yang masihharusdibayar.
B. TujuanPwmeriksaan Subsequent Event
1. Menentukankeberadaankejadianpentingsesudahtanggalneraca yang
membutuhkanpenyesuaianterhadaplaporankeuanganataumemerlukanpengungka
pandalamcatatanataslaporankeuangan agar
tidakmenyesatkanpenggunalaporankeuangan.
2. Menentukankemungkinantertagihnyapiutang
3. Memastikanbahwa “barangdalamperjalanan” yang tercantum di neraca per
tanggalneracamasihdiperjalanan.
• Saatmembayaruangmukapembelian L/C perusahaanmencatat :
Barangdalamperjalanan XX
Kas XX
Hutangdagang XX
• Saatpenerimaanbarangsebelumtanggalneracaperusahaanmencatat :
Persediaan XX
Hutangdagang XX
• Akibatnyaper
tanggalneracatetapterlihatsaldobarangdalamperjalanandanterjadidua kali
pencatatanhutangdagang :
Persediaan xx
Barangdalamperjalanan xx
• Padasaathutangtersebutdilunasi :
Hutangdagang xx
Kas xx
4. Untukmemastikankewajibandanbeban yang masihharusdibayar yang
tercantum di neraca per tanggalneraca, merupakankewajibanperusahaan yang
akandilunasipadasaatjatuhtemponya( sesudahtanggalneraca ).
5. Memastikanbahwatidakadakewajibanperusahaan yang belumdicatat per
tanggalneraca.
C. ProsedurPemeriksaan Subsequent Events
1. Periksapengeluarandanpenerimaankassesudahtanggalneraca,
sampaimendekatitanggalselesainya audit field work.
2. Periksabuktipengeluarandanpenerimaanbarangsesudahtanggalneraca,
sampaimendekatitanggalselesainya audit field work.
3. Periksa cut-off pembeliandanpenjualan.
4. Review laporankeuangan interim untukperiodesesudahtanggalneraca
5. Minta copy notulenrapatdireksi, dewankomisaris, pemegangsaham,
periksaapakahada commitment dariperusahaan yang
barudipenuhipadaperiodesesudahtanggalneraca
6. Lakukantanyajawabdenganpejabatperusahaan yang berwenang, mengenai :
a. Ada/tidaknya contingent liabilities
b. Ada/tidaknyaperubahandalam modal saham,
kewajibanjangkapanjangataukredit modal
kerjadalamperiodesesudahtanggalneraca
c. Ada/tidaknyakejadianpentingsesudahtanggalneraca yang memerlukan
adjustment terhadaplaporankeuanganataupenjelasancatatanlaporankeuangan
7. Kirimkonfirmasikepenasihathukumperusahaan
8. Analisaperkiraanprofesional fees
9. Dapatkansuratpernyataanlangganan (client representation letter)
D. PenyelesaianPemeriksaan Subsequent Event
Beberapahal yang harusdilakukanakuntanpublik,
sebelumsuatupemeriksaanakuntandinyatakanselesai :
1.
Seluruhkertaskerjapemeriksaanharusdiparafolehpembuatnyadandireviewolehatas
annya.
2. Hasil review harusdidokumentasikandalamsuatu review notes
danharusdijawabolehstaf yang direview (reviewee) secaratertulis
3. Daftar audit adjustment harusdisusun, lengkapdengan index working
papernya, diskusikandenganklien
4. Audit adjustment yang sudahdisetujuiklienharusdipostingkemasing-
masingkertaskerja yang berkaitan
5. Draft report disusunoleh auditor in-charge (pimpinantim audit),
direviewoleh audit manager dan audit partner
6. Sebelumkertaskerjapemeriksaandan draft report di review oleh audit
manager dan audit partner, maka audit supervisor harusmenyusun notes to PPM
(catatanuntuk Partner, Principal dan Manager)
7. Setelah draft report direviewdandisetujui PPM, diskusikandenganklien.
Jikakliensetuju, buat final audit report.
8. Sebelumlaporan audit diserahkankepadaklien, auditor
harusmemintaSuratPernyataanLangganandariklien.
Tanggalsuratharussamadengantanggalselesainya audit field work
dantanggallaporan audit.
9. Auditor membuat draft management letter, setelahdireviewdandisetujui
PPM, diskusikandenganklien. Kliensetuju, buat management letter final
untukklien
10. tahapakhir, selesaikanurusanpelunasan audit fee (ditambah 10% PPN,
dikurangiPPh 23 7,5%).
11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatanuntuk audit
tahunberikutnya”.
12. Opini yang diberikan, tergantunghasilpemeriksaan.
13. Dalammereviewkertaskerjapemeriksaan, KAP sebaiknyamempunyaidaftar
“Audit Working Papers Review Guide
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Subsequent event adalahperistiwaatautransaksi yang
terjadisetelahtanggalneracatetapisebelumditerbitkannyalaporan audit.
• Mempunyaiakibat yang material terhadaplaporan audit
• Memerlukanpenyesuaianataupengungkapandalamlaporantersebut
Duajenis subsequent event ( PSA No. 46 )
1. Peristiwa yang memberikantambahanbukti yang
berhubungandengankondisiyangadapadatanggalneracadanberdampakterhadapta
ksiran yang melekatdalam proses penyusunanlaporankeuangan.
2. Peristiwa yang menyediakantambahanbukti yang
berhubungandengankondisi yang tidakadapadatanggalneraca,
namunkondisitersebutadasesudahtanggalneraca.
MenurutSukrisnoAgoes (2004:138) subsequent event yang
harusdiauditolehakuntan public adalah :
1. Subsequent Collection
2. Subsequent Payment
B. Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas
partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang
sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami
sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan.
Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa
mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih
baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.






Dalam penyelesaian proses audit, ada situasi dimana auditor harus memperhatikan
peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca sampai tanggal penerbitan laporan auditor. Hal
ini bertujuan untuk mencari bukti tambahan mengenai suatu transaksi dan bahkan auditor
dapat menemukan bukti baru yang sebelum nya tidak dapat ditemukan. Karena terdapat
kemungkinan terjadi peristiwa penting selama tanggal audit atau tanggal sesudah tanggal
neraca. Secara termonologis, “subsequent event” adalah peristiwa / transaksi yang terjadi
setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkan nya laporan audit, yang mempunyai akibat
yang material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian /
pengungkapan dalam laporan tersebut. Kebutuhan akan pemahaman yang memadai
mengharuskan auditor untuk memeriksa setiap kejadian yang terjadi kepada perusahaan
auditee. Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 46 terdapat dua jenis subsequent
event yang dapat ditemukan dalam suatu proses audit, yaitu :
1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada
pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses
penyusunan laporan keuangan. (Memerlukan penyesuaian)
2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang
tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.
(Memerlukan pengungkapan)
Dapat dilihat bahwa terdapat peristiwa yang berhubungan dengan tanggal neraca dan
peristiwa yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal neraca.
Peristiwa seperti inilah yang harus diperhatikan oleh auditor dalam melakukan audit di suatu
perusahaan, karena bisa saja hal tersebut berdampak material bagi laporan keuangan.
Berikut merupakan contoh peristiwa yang memerlukan penyesuaian dan pengungkapan :
1. Penyesuaian
Auditor perlu melakukan penyesuaian terhadap peristiwa/transaksi yang terjadi pada tanggal
sesudah tanggal neraca, yang berkaitan dengan akun yang ada pada laporan keuangan
tanggal neraca. Hal ini dapat membuat terjadinya perbedaan angka antara laporan
keuangan dengan keadaan yang sebenarnya.
Contoh : “Pengakuan Penjualan”
Pada akhir Desember 2013 perusahaan melakukan penjualan kepada klien yang berada di
luar negeri. Di karenakan jarak tempuh yang jauh, barang tersebut diestimasikan baru
sampai sekitar awal januari. Dalam hal ini perusahaan “belum mengakui penjualan” tersebut
dalam buku besar atau tidak terjadi penjurnalan terhadap transaksi tersebut, di karenakan
barang yang dijual belum sampai di gudang pembeli. Awal Januari 2014, barang tersebut
baru tiba di gudang pembeli, dan perusahaan baru bisa mengakui nya sebagai penjualan
dan mencatat transaksi tersebut dalam jurnal. Disini terdapat perbedaan nominal “penjualan”
dan “persediaan barang dagang” antara laporan keuangan tanggal neraca dengan keadaan
yang sebenarnya. Hal ini lah yang menyebabkan dibutuhkan “penyesuaian” terhadap
peristiwa tersebut agar nominal yang tercantum di dalam laporan keuangan sama dengan
jumlah penjualan yang sebenarnya.
2. Pengungkapan
Auditor perlu melakukan pengungkapan terhadap peristiwa/transaksi yang terjadi di
perusahaan auditee pada tanggal sesudah tanggal neraca. Di karenakan tidak adanya hal
tersebut dalam laporan keuangan tanggal neraca.
Contoh : “Debitor Bangkrut”
Di akhir tahun 2013, perusahaan X memiliki piutang dari perusahaan Y senilai Rp 100 juta.
Pada Januari 2014, terdapat kabar bahwa debitor (perusahaan Y) tersebut mengalami
“kebangkrutan” dan sudah diputuskan oleh pengadilan. Dari data kreditor yang harus di
dahulukan dalam pembayaran utang perusahaan, perusahaan X tidak termasuk dalam
daftar kreditor yang didahulukan dikarenakan asset perusahaan Y yang sedikit. Hal ini
menyebabkan piutang yang dimiliki perusahaan X senilai Rp 100juta tidak dapat ditagih
semuanya. Kejadian luar biasa seperti ini memerlukan “pengungkapan” di karenakan
peristiwa tersebut tidak terdapat dalam laporan keuangan tanggal neraca.
Sumber : Boynton. 2003. Modern Auditing Edisi Ketujuh Jilid 2. Jakarta : Erlangga
About these ads
Laporan auditor independen umumnya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan
keuangan historis yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan pada tanggal
tertentu dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk periode yang berakhir
pada tanggal tersebut. Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi
sesudah tanggal tersebut tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan
audit, yang mempunyai akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut. Kejadian ini untuk
selanjutnya disebut "peristiwa kemudian (subsequent events)."
Ada dua tipe peristiwa kemudian yang membutuhkan perhatian manajemen dan
memerlukan evaluasi auditor.
Tipe pertama meliputi peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan
dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang
melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan. Semua informasi yang tersedia
sebelum penerbitan laporan keuangan harus digunakan oleh manajemen dalam
mengevaluasi kondisi yang digunakan sebagai dasar estimasi. Laporan keuangan harus
disesuaikan untuk setiap perubahan estimasi sebagai akibat dari penggunaan bukti
tersebut.
Pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang memerlukan penyesuaian laporan keuangan
menurut kriteria di atas membutuhkan penerapan kebijakan dan pengetahuan tentang fakta-
fakta dan kondisi yang ada. Contoh, kerugian sebagai akibat piutang tidak tertagih yang
disebabkan oleh adanya pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju ke
kebangkrutan sesudah tanggal neraca merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal
neraca, oleh karena itu membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum
diterbitkan. Di lain pihak, kerugian yang sama namun sebagai akibat adanya pelanggan
yang mengalami kebangkrutan karena kebakaran atau banjir sesudah tanggal neraca,
bukan merupakan indikasi kondisi yang ada pada tanggal neraca, sehingga penyesuaian
laporan keuangan bukan merupakan tindakan yang semestinya dilakukan. Penyelesaian
tuntutan hukum yang jumlahnya berbeda dengan jumlah utang yang sudah dicatat
membutuhkan penyesuaian laporan keuangan jika peristiwa yang menyebabkan timbulnya
tuntutan tersebut (seperti pelanggaran hak paten) telah terjadi atau ada sebelum tanggal
neraca.
Tipe kedua meliputi peristiwa-peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang
berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca yang dilaporkan, namun
kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca. Peristiwa-peristiwa ini tidak memerlukan
penyesuaian terhadap laporan keuangan.1 Namun, beberapa peristiwa mungkin
memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan pembacanya.
Kadang-kadang peristiwa tersebut sedemikian signifikan sehingga pengungkapannya yang
terbaik dapat dilakukan dengan menambahkan data keuangan proforma terhadap laporan
keuangan historis yang menjelaskan dampak adanya peristiwa tersebut seandainya
peristiwa tersebut terjadi pada tanggal neraca. Hal ini mungkin membutuhkan penyajian
laporan proforma, biasanya hanya neraca proforma, dalam bentuk kolom yang disajikan
bersamaan dengan laporan keuangan historis. Lihat SAT Seksi 300 [PSAT No. 03]
Pelaporan Informasi Keuangan Proforma.
Contoh peristiwa yang dikelompokkan ke dalam tipe kedua, yaitu peristiwa yang.
memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan (tetapi tidak memerlukan
penyesuaian), adalah:
a. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru.
b. Pembelian bisnis.
c. Terjadinya tuntutan hukum yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah tanggal
neraca.
d. Kerugian aktiva tetap atau sediaan yang diakibatkan oleh kebakaran, atau
e. Kerugian piutang yang diakibatkan oleh kondisi (seperti penyebab utama kebangkrutan
pelanggan) yang terjadi sesudah tanggal neraca.
Peristiwa kemudian yang mempengaruhi realisasi aktiva seperti piutang dan sediaan atau
penyelesaian suatu taksiran utang pada umumnya memerlukan penyesuaian laporan
keuangan (lihat paragraf 03), karena peristiwa tersebut merupakan pencerminan titik akhir
kondisi-kondisi yang berlangsung atau ada sejak beberapa periode sebelumnya. Peristiwa
kemudian seperti perubahan harga pasar surat berharga yang sudah ditetapkan (quoted
marketprices) biasanya tidak memerlukan penyesuaian laporan keuangan (lihat paragraf
05), karena peristiwa seperti itu mencerminkan evaluasi atas kondisi-kondisi baru.
Bila laporan keuangan diterbitkan kembali, seperti untuk laporan yang ditujukan kepada
Bapepam atau badan berwenang lainnya, peristiwa penting yang terjadi
Peristiwa Kemudian sesudah penerbitan pertama laporan keuangan, perlu diungkapkan
dalam laporan keuangan yang diterbitkan kembali, untuk mencegah disajikannya laporan
keuangan yang menyesatkan pemakainya. Peristiwa yang terjadi dalam periode antara saat
penerbitan pertama dan saat penerbitan kembali tidak mengakibatkan penyesuaian laporan
keuangan,2 kecuali jika penyesuaian itu memenuhi kriteria untuk koreksi kekeliruan atau
kriteria untuk penyesuaian periode sebelumnya yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia-Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Demikian juga, untuk laporan keuangan
yang diterbitkan kembali, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan laporan
keuangan periode-periode sesudahnya, tidak memerlukan penyesuaian yang diakibatkan
oleh peristiwa yang terjadi sesudah penerbitan pertama, kecuali jika penyesuaian tersebut
memenuhi kriteria tersebut di atas.
Kadang-kadang tipe kedua peristiwa kemudian berdampak material terhadap entitas,
sehingga mungkin mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam
laporannya dengan tujuan untuk mengarahkan perhatian pemakai laporan keuangan
terhadap peristiwa tersebut beserta akibat yang ditimbulkan. Lihat SA Seksi 508 [PSA No.
29] Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan paragraf 19
PROSEDUR AUDIT DALAM PERIODE KEMUDIAN
Sesudah tanggal neraca, auditor masih membutuhkan waktu untuk melengkapi berbagai
tahap pekerjaan audit. Periode ini disebut periode kemudian (subsequent period) dan
diperluas sampai saat atau tanggal diterbitkannya laporan audit. Lama periode ini
tergantung atas praktik pelaksanaan audit dan bervariasi mulai dari periode yang relatif
singkat (pendek) sampai ke periode satu atau beberapa bulan. Tidak semua prosedur audit
dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dan beberapa tahap audit dilaksanakan selama
periode kemudian, sedangkan tahap-tahap lain sebagian besar telah dilaksanakan pada
atau sebelum tanggal neraca. Pada saat audit mendekati tahap penyelesaian, auditor akan
memusatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah auditing dan pelaporan yang belum
dapat diselesaikan dan auditor sudah tidak diharapkan untuk melaksanakan review lanjutan
atas berbagai masalah yang sudah dapat diselesaikan melalui penerapan prosedur audit
sebelumnya.
Beberapa prosedur khusus diterapkan untuk transaksi yang terjadi sesudah tanggal neraca
seperti (a) pengujian data untuk meyakinkan bahwa penentuan pisah batas (cutoff) telah
dilakukan dengan semestinya dan (b) pengujian data yang memberikan informasi yang
dapat membantu auditor dalam mengevaluasi aktiva dan utang pada tanggal neraca.
Di samping itu, auditor harus melaksanakan prosedur audit lain dalam hubungannya dengan
periode sesudah tanggal neraca dengan tujuan untuk memastikan terjadinya peristiwa
kemudian yang mungkin memerlukan penyesuaian atau pengungkapan yang cukup penting
untuk kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Prosedur ini harus dilaksanakan pada saat atau mendekati saat
penyelesaian pekerjaan lapangan. Secara umum auditor harus:
a. Membaca laporan keuangan interim yang terakhir; membandingkan laporan keuangan
interim dengan laporan keuangan yang akan dilaporkan; dan membuat berbagai
perbandingan lainnya yang dipertimbangkan cukup memadai sesuai dengan kondisi yang
ada. Dalam rangka menjadikan pelaksanaan prosedur tersebut bermanfaat untuk mencapai
tujuan tersebut, auditor harus meminta keterangan kepada pejabat atau eksekutif lain yang
bertanggung jawab atas masalah akuntansi dan keuangan mengenai apakah laporan
keuangan interim telah disusun dengan menggunakan dasar seperti yang telah digunakan
untuk menyusun laporan keuangan auditan.
b. Meminta keterangan dan membicarakan dengan pejabat atau eksekutif yang bertanggung
jawab atas masalah keuangan dan akuntansi (terbatas pada lokasi utama, jika semestinya
demikian) tentang:
(i) Apakah ada utang bersyarat yang cukup besar atau komitmen yang terjadi pada tanggal
neraca yang dilaporkan atau pada tanggal pertanyaan diajukan.
(ii) Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, utang jangka
panjang, atau modal kerja sampai pada tanggal pertanyaan diajukan.
(iii) Status sekarang mengenai unsur, dalam laporan keuangan yang dilaporkan, yang
dipertanggungjawabkan berdasarkan data sementara, awal, atau data yang tidak konklusif.
(iv) Apakah penyesuaian (adjustment) yang tidak biasanya terjadi telah dibuat selama
periode dari tanggal neraca sampai dengan tanggal pertanyaan diajukan.
c. Membaca notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya; apabila
notulen rapat tidak tersedia, auditor meminta keterangan mengenai masalah yang
dibicarakan dalam rapat tersebut.
d. Meminta keterangan kepada konsultan hukum klien tentang adanya tuntutan hukum,
klaim, dan keputusan pengadilan.
e. Mendapatkan surat representasi dari pejabat yang berwenang, umumnya adalah presiden
direktur dan direktur keuangan, yang bertanggal sama dengan tanggal laporan audit,
tentang apakah setiap peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan yang
dilaporkan oleh auditor independen, menurut pandangan para eksekutif tersebut akan
memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut. Auditor
dapat memilih untuk meminta klien memasukkan representasi mengenai pengungkapan
masalah yang signifikan kepada auditor dalam pelaksanaan prosedur-prosedur dari
subparagraf (a) dan (b) di atas serta (f) di bawah ini. Lihat SA Seksi 333 [PSA No. 17]
Representasi Manajemtn
f. Meminta keterangan tambahan atau melaksanakan beberapa prosedur yang
dipertimbangkan perlu dan semestinya untuk menjawab pertanyaan yang
timbul sehubungan dengan pelaksanaan prosedur, permintaan keterangan, dan
pembicaraan yang telah dilaksanakan..
Posted 28th May 2011 by Sich Jerry Matanari
Labels: Auditing
0
Add a comment
Contoh Kasus dan Pembahasan Audit: Subsequent Event
Pada tanggal 20 Juni 2011, auditor menemukan bahwa salah satu debitur PT
“XX” bangkrut pada tanggal 1 April 2011. Penjualan kepada debitur dilakukan
pada tanggal 15 Oktober 2010. Jumlah tersebut tertagih pada tanggal 31
Desember 2010 dan 10 Februari 2011.
Jawaban:
Tidak perlu melakukan apa-apa
Menurut SA Seksi 560 tentang peristiwa kemudian, menyatakan bahwa auditor
mempunyai tanggung jawab tertentu atas kejadian dan transaksi yang
mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan yang terjadi setelah
tanggal laporan posisi keuangan sampai dengan tanggal berakhirnya pekerjaan
lapangan (tanggal laporan audit).
Pada kasus ini piutang atas salah satu debitur tersebut telah tertagih tanggal
31 Desember 2010 dan 10 Februari 2011, artinya kejadian ini tentunya telah
dilakukan revisi atas laporan keuangan PT “XX” dan telah dilakukan
penyesuaian oleh auditor. Karena pekerjaan lapangan selesai tanggal 10
Februari 2011 dan laporan auditor keluar tanggal 2 Maret, artinya
kebangkrutan salah satu debitur PT “XX” tanggal 1 April 2011 tidak menjadi
tanggung jawab Auditor.
Pada tanggal 3 Februari 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX”
bangkrut pada tanggal 26 Januari 2011. Penyebab kebangkrutan adalah adanya
kerugian tak terduga akibat tuntutan hukum pada tanggal 10 Januari 2011,
karena adanya tuntutan dari pelanggan lainnya mengenai kualitas produk.
Jawaban:
Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan
per tanggal 31 Desember 2010
Apabila posisi keuangan debitur yang bersangkutan per tanggal 31 Desember
2010 berada dalam keadaan sehat dan kebangkrutan disebabkan oleh kerugian
tak terduga akibat tuntutan hukum yang terjadi tanggal 10 Januari 2011
dimana terjadi sesudah tanggal laporan posisi keuangan, maka klien hanya
diminta untuk mengungkapkan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan
per 31 Desember 2010.
Pada tanggal 5 Februari 2011, Auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX”
bangkrut pada tanggal 26 Januari 2011. Penjualan terakhir terjadi tanggal 7
Desember 2010 dan sejak tanggal itu tidak ada penerimaan kas dari debitur
tersebut.
Jawaban:
Menyesuaikan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010
Apabila dalam mereview peristiwa kemudian, auditor berkesimpulan bahwa
kebangkrutan debitur disebabkan akibat kesulitan keuangan yang ada pada
tanggal laporan posisi keuangan, dimana sejak penjualan terakhir terjadi
tanggal 7 Desember 2010 dan sejak tanggal tersebut tidak ada penerimaan kas
dari debitur tersebut, maka klien diminta untuk melakukan penyesuaian atas
laporan keuangan per 31 Desember 2010 dengan mengakui kerugian yang
diderita.
Pada tanggal 6 Agustus 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX”
bangkrut pada tanggal 20 Februari 2011 karena buruknya kondisi
keuangannya. Penjualan kepada debitur tersebut terjadi pada tanggal 14 Juni
2010.
Jawaban:
Menyesuaikan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010
Apabila dalam me-review peristiwa kemudian, kebangkrutan debitur
disebabkan memburuknya posisi keuangan yang ada pada tanggal laporan
posisi keuangan, maka klien diminta untuk melakukan penyesuaian atas
laporan keuangan per 31 Desember 2010 dengan mengakui kerugian yang
diderita.
Pada tanggal 2 Februari 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX”
bangkrut pada tanggal 30 Januari 2011 atas penjulan yang terjadi pada tanggal
6 Januari 2011. Penyebab kebangkrutan adalah terjadinya kerugian kebakaran
pada tanggal 15 Januari 2011 yang tidak diasuransikan.
Jawaban:
Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan
per tanggal 31 Desember 2010
Apabila posisi keuangan debitur per tanggal 31 Desember 2010 berada dalam
keadaan sehat dan kebangkrutan disebabkan oleh kerugian kebakaran yang
terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan, maka klien hanya diminta
untuk mengungkapkan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan.
Pada tanggal 18 Januari 2011, PT “XX” diajukan dalam tuntutan hukum akibat
transaksi yang terjadi pada tahun 2008 dan masih diakui sebagai kewajiban
kontinjensi.
Jawaban:
Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan
per tanggal 31 Desember 2010
Standar Akuntansi Keuangan mengharuskan kewajiban kontinjensi untuk
diperlakukan sebagai salah satu kemungkinan dicatat sebagai utang bersyarat,
maka klien hanya diminta untuk mengungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Pada tanggal 20 Maret 2011, PT “XX” kalah dalam kasus pengadilan yang
berjalan sejak tahun 2009 dengan jumlah kerugian tepat sebesar tuntutan.
Pada tanggal 31 Desember 2010, penjelasan tambahan menunjukkan opini
penasehat hukum yang menyatakan bahwa perusahaan kemungkinan besar
memenangkan kasus ini.
Jawaban:
Meminta klien untuk merevisi laporan keuangan 31 Desember 2010
Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi
yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan berdampak terhadap taksiran
yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan jika pada saat
penyusunan laporan keuangan per 31 Desember 2010, PT “XX” belum
mencatat jumlah kerugian tuntutan tersebut.
Dalam hal ini, PT “XX” harus melakukan revisi atas laporan keuangannya
karena tututan tersebut telah terjadi sebelum tanggal laporan posisi keuangan
dan jumlahnya tepat tidak ada perubahan. Jika jumlahnya berbeda baru
dilakukan penyesuaian atas laporan keuangan per tanggal 31 Dessember 2010.
Pada tanggal 16 Februari 2011, tuntutan hukum diajukan kepada PT “XX”
karena kasus pelanggaran paten yang terjadi pada awal tahun 2010. Penasehat
hukum berpendapat bahwa mungkin klien akan kalah.
Jawaban:
Tidak perlu melakukan apa-apa
Klaim terhadap pelanggaran hak paten menurut Standar Akuntansi Keuangan,
tidak akan dicatat sampai benar-benar hal tersebut telah direalisasikan.
Pada tanggal 31 Mei 2011, Auditor menemukan adanya tuntutan hukum yang
tak lazim kepada PT “XX” yang terjadi pada tanggal 20 Juni 2010.
Jawaban:
Tidak perlu melakukan apa-apa
Karena temuan terjadi setelah laporan audit dikeluarkan, maka auditor tidak
perlu melakukan apa-apa lagi karena tanggung jawab auditor terletak sejak
dilakukannya pemeriksaan sampai dengan laporan audit dikeluarkan. Jika ada
kejadian yang terjadi setelah tanggal laporan audit, maka bukan lagi menjadi
tanggung jawab auditor.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Auditing
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
PENYELESAIAN AUDIT/TANGGUNG JAWAB SESUDAH AUDIT
MENYELESAIKAN PEKERJAAN LAPANGAN
Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melaksanakan prosedur audit spesifik
untuk mendapatkan bukti audit tambahan. Prosedurnya adalah :
Melaksanakan Review Atas Peristiwa Kemudian
Tanggung jawab auditor untuk menilai kewajaran laporan keuangan klien tidak terbatas
pada pemeriksaan atas peristiwa dan transaksi yang terjadi hingga tanggal neraca. AU
560,Subsequent Events, menyatakan bahwa auditor juga mempunyai tanggung jawab
spesifik atas peristiwa dan transaksi yang :
a. Mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan
b. Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta laporan
auditor
Jenis Peristiwa
Berikut adalah dua jenis peristiwa kemudian menurut AU 560.03 dan .05 :
a. Peristiwa Kemudian Jenis 1
Memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan
mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Peristiwa jenis 1 tersebut memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan.
b. Peristiwa Kemudian Jenis 2
Memberikan bukti berkenaan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi
muncul setelah tanggal tersebut. Peristiwa jenis 2 tersebut memerlukan pengungkapan
dalam laporan, atau dalam kasus yang sangat material, menyertakan data pro-forma pada
laporan keuangan.
Prosedur Audit Dalam Periode Setelah Tanggal Neraca
Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian sampai tanggal
laporan auditor. Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dalam dua cara berikut :
a. Mewaspadai peristiwa kemudian dalam melaksanakan pengujian substantive akhir tahun
seperti pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum tercatat.
b. Melaksanakan prosedur audit yang ditetapkan dalam AU 560.12 atau mendekati akhir
pekerjaan lapangan.
Pengaruh Terhadap Laporan Auditor
Kelalaian untuk mencatat atau mengungkapkan secara tepat peristiwa kemudian dalam
laporan keuangan akan menimbulkan penyimpangan dari laporan standar auditor
Membaca Notulen Rapat
Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan subkomitenya, seperti komite
keuangan dan komite audit, dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikansi audit.
Contohnya : dewan komisaris dapat mengotorisasi penerbitan obligasi baru,pembelian
saham treasuri,dll. Pembacaan notulen rapat biasanya dilakukan segera setelah hal itu
tersedia, guna memberikan auditor kesempatan maksimum untuk menilai signifikansi
auditnya. Misal : informasi yang dipelajari dari catatan tersebut menyebabkan auditor untuk
mengubah pengujian substantif. Dan pembacaan notulen rapat oleh auditor harus
didokumentasikan dalam kertas kerja.
Mendapatkan Bukti Mengenai Litigasi, Klaim, dan Penilaian
FASB dalam SFAS 5, mendefinisikan kontinjensi sebagai kondisi, situasi, atau serangkaian
situasi yang ada yang melibatkan ketidakpastian mengenai kemungkinan keuntungan
(kontinjensi keuntungan) dan kerugian (kontinjensi kerugian). Kontinjensi keuntungan hanya
akan menimbulkan masalah yang relatif kecil, sedangkan kontinjensi kerugian seringkali
merupakan masalah yang signifikan bagi auditor. Kontinjensi kerugian meliputi kewajiban
yang potensial dari perselisihan pajak penghasilan,klaim,dll. mempersyaratkan bahwa
kontinjensi kerugian harus :
a. Dicatat sebagai kewajiban
b. Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
c. Diabaikan
Pertimbangan Audit
SAS 12 (AU 337.04) menyatakan bahwa auditor harus mendapatkan bukti- bukti tentang :
a. Eksistensi kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang menunjukan ketidakpastian
mengenai kemungkinan terjadinya kerugian pada suatu entitas dari litigasi, klaim, dan
penilaian (LCA).
b. Periode di mana penyebab yang mendasari tindakan hukum terjadi.
c. Tingkat probabilitas hasil yang tidak menguntungkan.
d. Jumlah atau rentang kerugian yang potensial.
Surat Pertanyaan Audit
AU 337.08 menunjukkan bahwa surat pertanyaan audit kepada ahli hokum klien merupakan
sarana utama bagi auditor untuk mendapatkan informasi pendukung tentang LCA yang
diserahkan oleh manajemen. Surat tersebut harus dikirimkan oleh manajemen kepada
setiap ahli hukum yang telah ditugaskan oleh klien.
Pengaruh Jawaban Terhadap Laporan Auditor
Jawaban ahli hukum mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap laporan auditor. Yaitu,
auditor dapat mengeluarkan suatu laporan standar dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Hal ini dapat terjadi apabila jawabannya menunjukkan bahwa berdasarkan
penyelidikan yang layak atas masalah yang dihadapi, terdapat :
a. Probabilitas yang tinggi atas hasil yang menguntungkan
b. Masalah yang dihadapi adalah tidak material
Mendapatkan Surat Representasi Klien
Auditor diwajibkan untuk mendapatkan representasi tertulis tertentu dari manajemen
dalam memenuhi sandar ketiga pekerjaan lapangan. Hal ini dapat dicapai melalui surat
representasi klien, yang umumnya dikenal sebagai surat rep. AU 333, Management
Representations, menjelaskan bahwa representasimerupakan bagian dari barang bukti
tetapi bukan pengganti penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk mendapatkan
dasar yang layak atas suatu pendapat. Representasi manajemen harus dapat :
a. Mengkonfirmasikan representasi lisan yang diberikan kepada auditor
b. Mendokumentasikan kelayakan yang berkelanjutan dari representasi tersebut
c. Mengurangi kemungkinan kesalahpahaman mengenai representasi manajemen
Isi Surat Representasi
Menurut AU 333.06 terdapat empat kategori utama dari representsi spesifik yang harus
termasuk dalam surat rep. Surat representasi itu harus mencakup representasi mengenai :
a. Laporan keuangan
b. Kelengkapan informasi
c. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
d. Peristiwa kemudian
Pengaruh Terhadap Laporan Auditor
Apabila auditor menerima surat rep dan mampu mendukung representasi manajemen,
maka suatu laporan audit standar dapat dikeluarkan. Tetapi, jika ada keterbatasan pada
lingkup audit jika auditor tidak dapat :
a. Memperoleh surat rep
b. Mendukung representasi manajemen yang bersifat material bagi laporan keuangan dengan
prosedur audit lainnya
Pembatasan lingkup tersebut akan mengakibatkan penyimpangan dari laporan standar
auditor baik melalui pendapat wajar dengan kualifikasi maupun penolakan pemberian
pendapat.
Melaksanakan Prosedur Analitis
Prosedur analitis disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review keseluruhan atas
laporan keuangan. SAS 56 (AU 329.22) menyatakan bahwa tujuan dari review keseluruhan
adalah untuk membantu auditor menilai kesimpulan yang dicapai dalam audit dan dalam
mengevaluasi penyajianlaporan keuangan secara keseluruhan. Dalam melakukan review
keseluruhan, auditor membaca laporan keuangan dan catatan serta mempertimbangkan
kelayakan bukti yang diperoleh dalam menanggapi saldo dan hubungan yang tidak biasa
serta tidak terduga yang :
a. Diantisipasi dalam perencanaan audit
b. Diidentifikasi selama audit dalam pengujian substantif
MENGEVALUASI TEMUAN
Terdapat dua tujuan auditor dalam mengevaluasi temuan-temuan, yaitu :
a. Menentukan jenis pendapat yang harus dinyatakan
b. Menentukan apakah GAAS telah dipenuhi dalam audit
Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor menyelesaikan langkah-langkah berikut :
Membuat Penilaian Akhir Atas Materialitas Dan Risiko Audit
Prasyarat yang esensial dalam memutuskan suatu pendapat yang akan dikeluarkan adalah
penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit. Titik tolak untuk melakukan proses ini
adalah menjumlahkan salah saji-salah saji yang ditemukan ketika memeriksa semua akun
yang belum dikoreksi oleh klien. Penentuan auditor atas salah saji dalam suatu akun dapat
mencakup komponen berikut :
a. Salah saji yang belum dikoreksi yang secara spesifik diidentifikasi melalui pengujian
substantive atas rincian transaksi dan saldo
b. Proyeksi salah saji yang belum dikoreksi yang diestimasi melalui teknik sampling audit
c. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi oleh prosedur
audit lainnya
Semua komponen yang terdapat dalam suatu akun dikenal sebagai salah saji yang
mungkin , sementara jumlah salah saji yang mungkin dalam semua akun disebut
sebagai salah saji agregat yang mungkin. Penilaian auditor atas salah saji agregat yang
mungkin dapat mencakup pengaruh dari semua salah saji yang mungkin belum dikoreksi
selama periode sebelumnya terhadap laporankeuangan periode berjalan. Data yang telah
diakumulasi kemudian dibandingkan dengan pertimbanga pendahuluan auditor mengenai
materialitas yang dibuat ketika merencanakan audit. Dalam merencanakan audit, auditor
menetapkan tingkat risiko audit yang dapat diterima. Jika salah saji agregat meningkat,
maka risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang material juga
meningkat. Jika auditor merasa bahwa risiko audit tidak dapat diterima, maka auditor harus:
a. Melaksanakan pengujian substantif tambahan
b. Meyakinkan klien untuk melakukan koreksi yang diperlukan untuk mengurangi risiko salah
saji yang material
Mengevaluasi Kelanjutan Usaha
AU 341 menetapkan tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi apakah ada keraguan
yang substansial tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelanjutan usahanya
selama suatu periode waktu yang layak, yaitu tidak melebihi satu tahun di luar tanggal
laporan keuangan yang sedang diaudit. Biasanya, informasi yang akan
menimbulkan keraguan yang substansial tentang asumsi kelanjutan usaha berkaitan
dengan ketidakmampuan entitas untuk terus memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo
tanpa diposisi aktiva yang besar di luar arah bisnis yang biasa, merestrukturisasi hutang,
merevisi operasinya yang dipaksa dari luar, atau melakukan tindakan yang serupa. Jika
auditor merasa yakin bahwa terdapat keraguan yang substansial mengenai kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelanjutan usahanya, maka auditor harus :
a. Mendapatkan informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi pengaruh
kondisi atau peristiwa tersebut
b. Menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat diterapkan secara efektif Tetapi jika
auditor menyimpulkan terdapat keraguan yang substansial mengenai kelanjutan usaha,
maka auditor harus :
a. Mempertimbangkan kelayakan pengungkapan mengenai kemungkinan ketidakmampuan
entitas untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama periode waktu yang layak
b. Menyertakan suatu paragraf penjelasan Jika auditor menyimpulkan tidak ada keraguan
yang substansial, maka auditor tetap harus mempertimbangkan kebutuhan akan
pengungkapan.
Melakukan Review Teknis Atas Laporan Keuangan
Sebelum mengeluarkan laporan audit atas klien yang merupakan perusahaan terbuka,
review teknis juga harus dilakukan atas laporan itu oleh partner yang bukan anggota tim
audit. Daftar periksa tersebut mencakup hal-hal yang berkenaan dengan bentuk dan isi dari
masing-masing laporan keuangan dasar termasuk pengungkapan yang disyaratkan.
Merumuskan Pendapat Dan Menulis Naskah Laporan Audit
Dalam penyelesaian audit, auditor perlu memisahkan temuan-temuan dengan
mengikhtisarkan dan mengevaluasinya untuk tujuan menyatakan pendapat ataslaporan
keuangan secara keseluruhan. Tanggung jawab akhir atas langkah-langkah ini terletak pada
partner yang melakukan penugasan itu. Sebelum mengambil keputusan akhir tentang
pendapat, biasanya diadakan suatu konferensi dengan klien
Melakukan Review Akhir Atas Kerja
Review ini dilakukan untuk mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan, bukti yang diperoleh,
dan kesimpulan yang dibuat oleh penyusun kertas kerja. Review tambahan atas kertas kerja
dapat dilakukan pada akhir pekerjaan lapangan oleh anggota tim audit.
MENGKOMUNIKASIKAN DENGAN KLIEN
Komunikasi antara auditor dengan klien pada penutupan audit melibatkan komite audit dan
manajemen. Komunikasi komite audit membicarakan hal-hal berkenaan dengan:
a. Pengendalian internal klien
b. Pelaksanaan audit
Mengkomunikasikan Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Pengendalian Internal
AU 325 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan kondisi-kondisi yang dapat
dilaporkan, yang didefinisikan sebagai hal yang merupakan kekurangan yang signifikan
dalam perancangan atau operasi pengendalian internal, yang dapat berpengaruh buruk
terhadap kemampuan organisasi untuk mencatat, memproses, mengikhtisarkan, dan
melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan
keuangan. AU 325.11 menyatakan bahwa setiap laporan yang diterbitkan mengenai kondisi
yang dapat dilaporkan harus :
a. Menunjukkan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan dan bukan
memberikan kepastian tentang pengendalian internal
b. Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan
c. Menyertakan pembatasan pembagian
Mengkomunikasikan Hal-hal Yang Berkenaan Dengan Pelaksanaan Audit
AU 380 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tertentu berkenaan dengan
pelaksanaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses pelaporan
keuangan. AU 380.06-14 menyatakan bahwa komunikasi dengan komite audit dapat
mencakup hal-hal berikut :
a. Tanggung jawab auditor menurut GAAS
b. Kebijakan akuntansi yang signifikan
c. Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas
d. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi
e. Penyesuaian audit yang signifikan
f. Ketidak sepakatan dengan manajemen
g. Konsultasi dengan akuntan lain
h. Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri
i. Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan audit
Menyiapkan Surat Manajemen
Ketika menyelesaikan suatu audit, banyak auditor menganggap bermanfaat untuk menulis
surat kepada manajemen, yang dikenal sebagai surat manajemen, yang memuat
rekomendasi yang tidak termasuk dalam komunikasi yang disyaratkan dengan komite audit.
Surat manajemen dapat mencakup komentar tentang :
a. Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal yang tidak di pertingbangkan sebagai
kondisi yang dapat di laporkan
b. Rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya dan jasa bernilai tambah yang tercatat
selama audit
c. Hal-hal yang bersangkutan dengan pajak
TANGGUNG JAWAB SETELAH AUDIT
Peristiwa Kemudian Yang Terjadi Antara Tanggal Dan Penerbitan Laporan Auditor
SAS 1 (AU 530), menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk
mengajukan pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode
waktu ini guna menemukan peristiwa kemudian yang material. Auditor dapat
menggunakan tanggal ganda dalam laporan audit. Tanggal ganda merupakan praktik yang
paling umum karena member tanggal kembali atas keseluruhan laporan akan memperluas
tanggung jawab auditor secara keseluruhan di luar penyelesaian pekerjaan lapangan
Penemuan Fakta Yang Ada Pada Tanggal Laporan
Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk menemukan fakta yang ada setelah audit
pada tanggal laporan audit. Namun, SAS 1 (AU 561.04), menunjukkan bahwa jika (1) auditor
menyadari adanya fakta tersebut dan (2) fakta itu mungkin mempengaruhi laporan yang
telah dikeluarkan, maka auditor diwajibkan untuk memastikan reliabilitas informasi itu. Jika
klien menolak untuk mengungkapkan fakta yang baru ditemukan, maka auditor harus
member tahu setiap anggota dewan komisaris mengenai penolakan tersebut penyelidikan
yang memuaskan, maka tanpa mengungkapkan informasi spesifik, auditor harus (1)
menunjukkan tidak adanya kerjasama itu dan (2) menyatakan bahwa jika informasi itu
benar, laporan audit tidak dapat lagi diandalkan.
Penemuan Prosedur Yang Dihilangkan
Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai
kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung
pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor
memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin bahwa orang-
orang saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan
prosedur yang dihilangkan atau prosedur alternative yang akan memberikan dasar yang
memuaskan atas pendapatnya. Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan
pendapat telah diperoleh dan bukti-bukti mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor
tidak mempunyai tanggung jawab lagi. Tetapi, jika pelaksanaan prosedur yang dihilangkan
mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal laporan sehingga akan mengubah pendapat
yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus mengikuti prosedur pemberitahuan yang
diuraikan dalam paragraph terakhir dari bagian terdahulu untuk mencegah ketergantungan
selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur
alternatif atau yang dihilangkan, maka auditor dapat berkonsultasi dengan pengacara untuk
menentukan tindakan yang tepat.
Diposkan oleh megawaty anwar di 06.58
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
1.A LATAR BELAKANG
Jika semua unsur laporan keuangan telah selesai diaudit, auditor telah sampai pada
tahap akhir auditnya. Sebelum ia meninggalkan perusahaan klien, ia harus me-reviewkertas
kerja yang telah dibuatnya dengan cara membandingkannya dengan kuesioner pengedalian
intern dan program pengujian kepatuhan dan program pengujian substantif, untuk
memperoleh keyakinan bahwa semua informasi yang diperlukannya sebagai dasar
penyusunan laporan audit telah terkumpul semua.
Tanggung jawab auditor menelaah peristiwa kemudian biasanya dibatasi untuk periode
yang diawali tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan audit. Kerena tanggal alporan
audit berhubungan dengan penyelesaian prosedur auditing yang penting di kantor klien,
penelaah peristiwa kemudian seharusnya diselesaikan mendekati akhir penugasan.
1.B RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah yakni:
1. Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, bagaimana auditor melaksanakan prosedur
audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan?
2. Peristiwa kemudian apa saja yang perlu dijelaskan dalam laporan audit?
3. Bagaimana prosedur audit terhadap peristiwa kemudian.
1.C TUJUAN
1. Untuk mengetahui dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, bagaimana auditor
melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan.
2. Mengetahui peristiwa kemudian apa saja yang perlu dijelaskan dalam laporan audit.
3. Mengetahui bagaimana prosedur audit terhadap peristiwa kemudian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.A PENYELESAIAN PEKERJAAN
LAPANGAN
Menyelesaikan pekerjaan lapangan
Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan,
auditor melaksanakan prosedur audit spesifik
untuk mendapatkan bukti audit tambahan.
Prosedurnya adalah :
1. Melakukan review atas peristiwa kemudian
a. Mempunyai tanggung jawab spesifik atas peristiwa dan transaksi yang mempunyai
pengaruh material terhadap laporan keuangan.
b. Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta
laporan auditor.
Peristiwa-peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa kemudian.
Jenis-jenis peristiwa kemudian :
a. Peristiwa kemudian jenis 1 yaitu memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi
yang ada pada tanggal neraca dan mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses
penyusunan laporan keuangan.
b. Peristiwa kemudian jenis 2 yaitu memberikan bukti yang berkenaan dengan kondisi yang
tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal itu.
Prosedur audit dalam periode setelah tanggal
neraca
Auditor harus mengidentifikasi dan
mengevaluasi peristiwa kemudian sampai tanggal
laporan auditor yang biasanya merupakan akhir
dari pekerjaan lapangan, tanggung jawab ini
dilaksanakan dalam 2 cara :
a. Dengan mewaspadai peristiwa kemudian dalam melaksanakan pengujian substantive
akhir tahun seperti pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum dicatat.
b. Melaksanakan prosedur audit yang mendekati akhir pekerjaan lapangan
2. Membaca notulen rapat
Notulen rapat, pemegang saham, dewan komisaris dan subkomitenya seperti komite
keuangan dan komite audit dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikasi audit.
Sebagai auditor harus menentukan bahwa semua notulen rapat dewan yang diadakan
selama periode yang sedang diaudit dan selama periode dari tanggal neraca samapai akhir
pekerjaan lapangan harus diserahkan padanya untuk direview. Pembacaan notulen rapat
oleh auditor biasanya dilakukan secara segera setelah hal itu tersedia.
3. Mendapatkan bukti mengenai litigasi, klaim, dan penilaian
Mendefinisikan kontinjensi sebagai kondisi, situasi yang ada yang melibatka
ketidakpastian keuangan (kontinjensi keuntungan) atau kerugian.
a. Kontinjensi keuntungan seperti klaim oleh klien terhadap pihak lain atas pelanggaran
paten.
b. Kontinjensi kerugian merupakan masalah yang signifikan bagi auditor yang tergantung
pada evaluasi yang subjektif atas kemungkinan pembayaran masa depan.
4. Mendapatakan surat representasi klien
Representasi merupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan pengganti penerapan
prosedur audit yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang layak untuk suatu pendapat.
Surat rep dapat menjadi pelengkap bagi prosedur audit yaitu sebagai sarana utama bagi
auditor untuk mendapatkan bukti mengenai ICA.
Isi surat representasi :
1. Laporan keuangan
2. Kelengkapan informasi
3. Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan
4. Peristiwa kemudian
5. Melaksanakan prosedur analitis
Prosedur analitis juga diisyaratkan sebagai review keseluruhan atas laporan
keuangan. Tujuan review keseluruhan adalah untuk membantu auditor menilai kesimpulan
yang dicapai dalam audit dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Dalam melakukan review auditor mwmbaca laporan keuangan dan catatan
yang menyertai serta mempertimbangakan kelayakan bukti yang diperoleh dalam
menanggapi saldo dan hubungan yang tidak biasa serta tidak terduga yang diantisipasi
dalam perencanaan audit atau diidentifikasi selama audit dalam pengujian substantive.
Mengevaluasi temuan
Langkah-langkah dalam evaluasi temuan yaitu :
1. Membuat penilaian akhir atas meterialitas dan resiko audit
2. Mengevaluasi apakah ada keraguan yang besar mengenai kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelanjutan usahanya
3. Melakukan review teknis atas laporan keuangan
4. Merumuskan pendapat dan membuat naskah laporan audit
5. Melakukan review akhir atas kertas kerja
Komunikasi dengan klien
1. Mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal
Setiap laporann yang diterbitkan mengenai kondisi yang dapat dilaporkan harus :
a. Menunjukan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan dan
bukan memberikan kepastian tentang pengendalian internal.
b. Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan.
c. Menyertakan pembatasan pembagian
2. Mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan audit
Mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tetentu berkenaan dengan
pelaksaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses pelaporan
keuangan. Biasanya tanggung jawab ini dibebankan ke suatu komite audit dari dewan
komisaris atau kesatu kelompok dengan wewenang yang sama seperti komite keuangan.
Komunikasi dalam komite audit dapat mencakup hal-hal berikut :
a. Tanggung jawab auditor menurut GAAS
b. Kebijakan akuntansi yang signifikan
c. Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas
d. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi
e. Penyesuaian audit yang signifikan
f. Ketidaksepakatan dengan manajemen
g. Konsultasi dengan akuntan lain
h. Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri
i. Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaa audit
Tanggung jawab setelah audit
Mencakup pertimbangan atas :
1. Peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan audit
2. Penemuan fakta yang ada
3. Penemuan prosedur yang dihilangkan
Tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan yang dilakukan oleh auditor meliputi:
1. Membuat skedul pendukung.
2. Membuat skedul utama.
3. Membuat working trial balance.
4. Membuat ringkasan jurnal adjustment.
5. Membuat laporan keuangan auditan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam mereview jurnal adjustment:
1. Kebenaran akun yang didebit dan dikredit serta ketelitian penghitungan jurnal adjustment
yang akan diusulkan tersebut.
2. Kelengkapan penjelasan jurnal adjustment.
3. Reaksi klien yang timbul atas adjustment yang diusulkan tersebut.
Auditor membicarakan berbagai jurnal adjustment dan penjelasan laporan keuangan
tersebut dengan klien, untuk diusulkan bagi adjustment terhadap catatan akuntansi dan
penjelasan laporan keuangan klien. Jika klien menyetujui semua jurnal adjustment yang
diusulkan oleh auditor, dan menyetujui semua penjelasan yang diusulkan oleh auditor di
dalam penjelasan laporan keuangan, maka laporan keuangan auditan dan penjelasan
laporan keuangan akan disajikan sebagai bagian dari laporan audit. Jika tidak semua jurnal
adjustment dan penjelasan laporan keuangan disetujui oleh klien, auditor dapat mengubah
pendapatnya sedemikian rupa sehingga mencerminkan hasil auditnya terhadap laporan
keuangan auditan.
2.2 PERISTIWA KEMUDIAN
Peristiwa kemudian atau subsequent event atau post-statement event adalah peristiwa
kemudian yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal
selesainya pekerjaan lapangan. Dalam periode peristiwa kemudian (subsequent
period) kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa yang mempunyai pengaruh yang material
terhadap penyajian informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan. Auditor
berkepentingan untuk menjelaskan terjadinya peristiwa kemudian ini di dalam laporan
auditornya, jika dampak peristiwa tersebut terhadap laporan keuangan aufitan material,
sehingga diperkirakan jika auditor tidak berbuat demikian, pemakai laporan keuangan akan
melakukan keputusan yang salah.
Peristiwa kemudian yang perlu dijelaskan di dalam laporan audit:
1. Peristiwa yang jumlahnya material.
2. Peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa.
3. Peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal
selesainya pekerjaan lapangan.
Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien dibagi
menjadi dua golongan:
1. Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien.
2. Peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien,
namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu.
Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien.
Peristiwa atau transaksi ini memberikan informasi tambahan bagi manajemen untuk
menentukan saldo akun penilaian (misalnya akun Cadangan Kerugian Piutang) pada
tanggal neraca dan juga kepada auditor dalam memverifikasi saldo akun tersebut. Sebagai
contoh, auditor menghadapi kesulitan dalam menentukan penilaian yang wajar terhadap
sediaan karena terjadinya keusangan dalam kondisi sediaan tersebut. Penjualan sediaan
tersebut sebagai barang rongsokan dalam periode setelah tanggal neraca dapat dipakai
oleh auditor sebagai dasar untuk menentukan nilai yang wajar bagi sediaan tersebut pada
tanggal neraca. Nilai jual rongsokan yang diketahui oleh auditor setelah tanggal neraca
tersebut dipakai oleh auditor untuk membuat jurnal adjusment yang diusulkan kepada klien
sebagai nilai sediaan tersebut di dalam catatan dan laporan keuangan klien.
Contoh peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien:
1. Pengumuman kebangkrutan debitur klien karena terjadinya kesulitan keuangan debitur
tersebut, yang jumlah piutang kepada debitur tersebut melebihi jumlah cadangan kerugian
piutang yang telah dibentuk oleh klien.
2. Penyelesaian perkara pengadilan yang jumlahnya berbeda dengan jumlah yang telah
dicatat di dalam buku klien.
3. Penjualan ekuipmen yang sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha klien, dengan
harga dibawah nilai bukunya kini.
4. Penjualan surat berharga pada harga yang lebih rendah daripada kos yang dicatat di
dalam buku klien.
Peristiwa kemudia yang tidak berdampak langsung terhadap laporan keuangan klien,
namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu. Penyebab terjadinya peristiwa kemudian
dalam golongan ini tidak ada sebuah tanggal neraca,tetapi peristiwa ini sangat penting
sehingga memerlukan penjelasan, meskipun tidak memerlukan adjustment terhadap laporan
keuangan klien. Umumnya peristiwa kemudian ini sudah cukup jika dijelaskan dalam catatan
kaki, tetapi kadang-kadang peristiwa ini sangat penting artinya sehingga memerlukan
tambahan penjelasan riwayat terjadinya dan pernyataan akibat peristiwa ini seandainya
terjadi pada tanggal neraca.
Contoh peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan
keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu, misalnya sebagai catatan
kaki atau penjelasan di dalam laporan audit:
1. Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi sementara.
2. Pengeluaran obligasi atau saham.
3. Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya terjadi setelah tanggal
neraca.
4. Penurunan nilai pasar persediaan sebagai akibat larangan pemerintah terhadap penjualan
suatu produk.
5. Kerugian akibat terbakarnya sediaan yang tidak diasuransikan.
Akun yang Terpengaruh Peristiwa Kemudian
Kas Bank klien bangkrut.
Keputusan pengadilan yang menyita data klien.
Perampokan, pencurian dan penggelapan kas yang
jumlahnya melebihi ganti rugi yang diterima dari
perusahaan asuransi.
Piutang Usaha Kegagalan, penagihan piutang usaha kepada sebagian
besar pelanggan yang tidak diperkiraka sebelumnya.
Investasi Penurunan drastis harga pasar surat berharga.
Kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan yang
mengeluarkan surat berharga yang dimiliki oleh klien
sebagai investasi.
Kegagalan pembayaran bunga dan pokok pinjaman oleh
perusahaan yang mengeluarkan obligasi.
Penjualan surat berharga pada harga yang jauh diatas
atau di bawah kosnya.
Sediaan Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain,
yang tidak diasuransikan.
Kenaikan atau penurunan drastis harga pasar sediaan.
Perubahan metode penentuan harga sediaan.
Penggunaan sediaan yang bersifat luar biasa sebagai
jaminan penarikan kredit.
Aktiva Tetap Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain,
yang tidak diasuransikan.
Rencana perluasan usaha atau pengurangan dana.
Penilaian aktiva tetap.
Keusangan aktiva tetap karena perubahan yang
mendadak pada permintaan atau produk yang dihasilkan.
Utang Lancar Komitmen pembeliaan yang bersifat luar biasa, yang
disertai dengan penurunan harga jual barang dagangan.
Pembatalan kontrak pembelian.
Kegagalan dalam pemabayaran utang wesel.
Utang Jangka Panjang Kenaikan yang besar dalam utang jangka panjang.
Kegagalan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman.
Modal Saham Kenaikan atau penurunan jumlah lembar saham yang
beredar.
Transaksi pembelian saham sebagai treasury
treasury stock yang bersifat luar biasa.
Reorganisasi struktur modal saham.
Pengubahan utang obligasi menjadi saham biasa.
Perubahan bentuk badan usaha, misalnya dari badan
usaha berbentuk persekutuan (CV atau Firma) menjadi
perseroan terbatas (PT) atau sebaliknya.
Saldo Laba (Retained
Earnings)
Pembagian dividen yang bersifat luar biasa, yang
mengganggu modal kerja.
Penyisihan saldo laba yang bersifat luar biasa.
Laba atau rugi yang jumlahnya material, yang dikreditkan
atau didebitkan langsung kedalam saldo laba.
Unsur lain Perubahan pimpinan puncak.
Perubahan kebijakan manajemen.
Perubahan undang-undang.
Tambahan pengenaan pajak atau penerimaan
penggantian pajak (tax refund) yang bersifat luar biasa.
Persyaratan yang ditetapkan oleh pasar modal.
Prosedur audit terhadap peristiwa kemudian:
1. Pelajari notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komisi-komisi yang
dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca.
2. Review laporan keuangan klien yang dibuat dalam jangka waktu antara tanggal neraca
auditan sampai dengan tanggal penerbitan laporan audit.
3. Adakan wawancara dengan pimpinan perusahaan mengenai peristiwa yang kemungkinan
berdampak material terhadap penyajian laporan keuangan.
4. Lakukan wawancara dengan penasihat hokum klien.
5. Review penagihan piutang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca.
6. Review jurnal penerimaan kas terutama yang mengenai transaksi penerimaan kas dari
penarikan kredit atau dari penjualan aktiva tetap yang jumlahnya material.
7. Review transaksi yang material jumlahnya yang dicatat dalam buku jurnal material.
Penjelasan prosedur audit terhadap Peristiwa kemudian
Pelajari notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komisi-komisi yang
dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca. Tujuan prosedur audit ini 1a]d1al1ah
nn1a
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca, efeknya terhadap penyajian laporan keuangan
Laporan auditor independen umumnya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan
keuangan historis yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan pada tanggal tertentu
dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut.
Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal
tersebut tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai
akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut.
Misalnya, auditor mengaudit laporan keuangan per 31 Desember 2007 dan menerbitkan
laporan auditor independen (opini auditor) pada tanggal 22 Maret 2008. Selama pelaksanaan
audit, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa atau transaksi yang
terjadi setelah tanggal 31 Desember 2007 sampai tanggal 22 Maret 2008 yang memerlukan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan auditan per 31 Desember 2007
tersebut.
Peristiwa atau transaksi tersebut di atas merupakan “Peristiwa Kemudian atau Peristiwa
Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Events)” yang diatur dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa Kemudian serta
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 (Revisi 2003) tentang Peristiwa
Setelah Tanggal Neraca.
Ada dua jenis peristiwa setelah tanggal neraca seperti yang diatur dalam PSAK dan SPAP,
yaitu :
(1) peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian
Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian atas laporan
keuangan adalah :
1. Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan
yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan setelah tanggal neraca
2. Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca atau penyelesaian tuntutan
hukum yang jumlahnya berbeda dengan jumlah hutang yang sudah dicatat jika
peristiwa yang menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut telah terjadi atau ada
sebelum tanggal neraca
3. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan
keuangan tidak benar
(2) peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian
Untuk peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian atas
penyajian laporan keuangan, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa
tertentu yang mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan
pembacanya.
Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah
penting, dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan
pengguna laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut untuk
setiap peristiwa tersebut :
1. Jenis peristiwa yang terjadi;
2. Estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu
tidak dapat dibuat.
Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian tetapi
diperlukan adanya pengungkapan dalam laporan keuangan adalah :
1. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru
2. Terjadinya tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata disebabkan oleh
peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca
3. Pembelian dan pelepasan aset dalam jumlah yang signifikan, atau
pengambilalihan aset oleh pemerintah
4. Perubahan abnormal atas harga aset atau nilai tukar mata uang asing setelah
tanggal neraca
5. Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau
diumumkan setelah tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aset
dan kewajiban pajak kini dan tangguhan
6. Kerugian aktiva tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran
Pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang memerlukan penyesuaian laporan
keuangan atau tidak ataupun yang memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan
auditan membutuhkan penerapan kebijakan dan pengetahuan tentang fakta-fakta dan kondisi
yang ada.
Misalnya, kerugian sebagai akibat piutang tidak tertagih yang disebabkan oleh adanya
pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan sesudah tanggal
neraca merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal neraca, sehingga membutuhkan
penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum diterbitkan. Namun, apabila kerugian yang
sama terjadi sebagai akibat adanya pelanggan yang mengalami kebangkrutan karena
kebakaran atau banjir sesudah tanggal neraca, bukan merupakan indikasi kondisi yang ada
pada tanggal neraca, sehingga tidak diperlukan adanya penyesuaian atas laporan keuangan
(Hrd).
BAB III
PENUTUP
3.A Kesimpulan
Auditor diwajibkan untuk berkomunikasi dengan klien mengenai kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan pengendalian internal dan
hal-hal lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan audit. Selain itu, auditor juga mengkomunikasikan rekomendasi mengenai efisiensi dan efektivitas
operasi klien dalam surat manajemen. Terakhir, auditor mempunyai tanggung jawab tertentu setelah audit berkaitan dengan peristiwa kemudian yang terjadi
antara tanggal laporan audit dan penerbitannya, penemuan selanjutnya atas fakta yang ada pada tanggal laporan, dan penemuan selanjutnya atas prosedur
yang dihilangkan.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Herna Ferari
 
tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audit
Indah Dwi Lestari
 
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Herna Ferari
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Manik Ryad
 
7. penyelesaian audit
7. penyelesaian audit7. penyelesaian audit
7. penyelesaian audit
Faras Tika
 
Kompensasi manajemen
Kompensasi manajemenKompensasi manajemen
Kompensasi manajemen
anggibert
 
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaanHubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
andiirwan777
 
Tugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalTugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internal
Mhd. Abdullah Hamid
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Adi Jauhari
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
Fransisco Laben
 
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
Ratih Anjilni
 

Mais procurados (20)

Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
 
Perbedaan PSAK dan SAK ETAP
Perbedaan PSAK dan SAK ETAPPerbedaan PSAK dan SAK ETAP
Perbedaan PSAK dan SAK ETAP
 
tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audit
 
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
 
Akuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDAAkuntansi Pendapatan PEMDA
Akuntansi Pendapatan PEMDA
 
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
 
Psak 71 instumen keuangan
Psak 71 instumen keuanganPsak 71 instumen keuangan
Psak 71 instumen keuangan
 
Pemeriksaan Kas Dan Bank 2
Pemeriksaan Kas Dan Bank 2Pemeriksaan Kas Dan Bank 2
Pemeriksaan Kas Dan Bank 2
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
 
7. penyelesaian audit
7. penyelesaian audit7. penyelesaian audit
7. penyelesaian audit
 
Kompensasi manajemen
Kompensasi manajemenKompensasi manajemen
Kompensasi manajemen
 
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingPengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
 
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaanHubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
 
Tugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalTugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internal
 
Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"
Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"
Kelompok 2 Akuntansi Keuangan Menengah 2, BAB 12 "Liabilitas Jangka Panjang"
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
 
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6   pengendalian internal dan evaluasinyaQuiz 6   pengendalian internal dan evaluasinya
Quiz 6 pengendalian internal dan evaluasinya
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
 

Destaque (13)

Subsequent event ppt 1
Subsequent event ppt 1Subsequent event ppt 1
Subsequent event ppt 1
 
PEMERIKSAAN SUBSEQUENT
PEMERIKSAAN SUBSEQUENTPEMERIKSAAN SUBSEQUENT
PEMERIKSAAN SUBSEQUENT
 
Iii Representasi Pengetahuan
Iii   Representasi PengetahuanIii   Representasi Pengetahuan
Iii Representasi Pengetahuan
 
Tugas audit kas 5
Tugas audit kas 5Tugas audit kas 5
Tugas audit kas 5
 
146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi
146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi
146020300111009 sri apriyanti husain uts_teori akuntansi
 
Akuntansi investasi saham jk pendek & jk panjang
Akuntansi investasi saham jk pendek & jk panjangAkuntansi investasi saham jk pendek & jk panjang
Akuntansi investasi saham jk pendek & jk panjang
 
Makalah auditing ii kelompok 8 tahap penyelesaian audit (jiantari c 301 09 013)
Makalah auditing ii kelompok 8 tahap penyelesaian audit (jiantari c 301 09 013)Makalah auditing ii kelompok 8 tahap penyelesaian audit (jiantari c 301 09 013)
Makalah auditing ii kelompok 8 tahap penyelesaian audit (jiantari c 301 09 013)
 
Setitik nila
Setitik nilaSetitik nila
Setitik nila
 
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
 
Setitik nila
Setitik nilaSetitik nila
Setitik nila
 
Laporan keuangan
Laporan keuanganLaporan keuangan
Laporan keuangan
 
Contoh daftar temuan pemeriksaan pajak (dari kpp untuk wajib pajak badan)
Contoh daftar temuan pemeriksaan pajak (dari kpp untuk wajib pajak badan)Contoh daftar temuan pemeriksaan pajak (dari kpp untuk wajib pajak badan)
Contoh daftar temuan pemeriksaan pajak (dari kpp untuk wajib pajak badan)
 
Kertas kerja audit
Kertas kerja auditKertas kerja audit
Kertas kerja audit
 

Semelhante a Subsequent events

Bab 20 pemeriksaan Subsequent Event dan pentelesaian pemeriksaan
Bab  20 pemeriksaan Subsequent Event dan pentelesaian pemeriksaanBab  20 pemeriksaan Subsequent Event dan pentelesaian pemeriksaan
Bab 20 pemeriksaan Subsequent Event dan pentelesaian pemeriksaan
AndiErwinGhozali
 
Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang...
Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang...Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang...
Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang...
gitathiananda
 
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...
Ilham Akbar
 
Audit terhadap siklus pendapatan ringkasan
Audit terhadap siklus pendapatan ringkasanAudit terhadap siklus pendapatan ringkasan
Audit terhadap siklus pendapatan ringkasan
Fuzzari Rizal
 
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaranMenyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Rudiah Purnami
 

Semelhante a Subsequent events (20)

Bab 20 pemeriksaan Subsequent Event dan pentelesaian pemeriksaan
Bab  20 pemeriksaan Subsequent Event dan pentelesaian pemeriksaanBab  20 pemeriksaan Subsequent Event dan pentelesaian pemeriksaan
Bab 20 pemeriksaan Subsequent Event dan pentelesaian pemeriksaan
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
 
SIPI,Hajuini,Hapzi Ali,10 Siklus Pengeluaran,Universitas Mercubuana,2018,Pdf
SIPI,Hajuini,Hapzi Ali,10 Siklus Pengeluaran,Universitas Mercubuana,2018,PdfSIPI,Hajuini,Hapzi Ali,10 Siklus Pengeluaran,Universitas Mercubuana,2018,Pdf
SIPI,Hajuini,Hapzi Ali,10 Siklus Pengeluaran,Universitas Mercubuana,2018,Pdf
 
Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang...
Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang...Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang...
Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang...
 
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, SIKLUS PENGELUARAN, PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN K...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, SIKLUS PENGELUARAN, PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN K...SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, SIKLUS PENGELUARAN, PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN K...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, SIKLUS PENGELUARAN, PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN K...
 
aaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaa
 
Audit 3
Audit 3Audit 3
Audit 3
 
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...
 
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo...
 
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditorMakalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
 
10. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran, Pembelian dan Pe...
10. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali,  Siklus Pengeluaran, Pembelian dan Pe...10. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali,  Siklus Pengeluaran, Pembelian dan Pe...
10. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran, Pembelian dan Pe...
 
Audit terhadap siklus pendapatan Ringkasan
Audit terhadap siklus pendapatan RingkasanAudit terhadap siklus pendapatan Ringkasan
Audit terhadap siklus pendapatan Ringkasan
 
Audit terhadap siklus pendapatan ringkasan
Audit terhadap siklus pendapatan ringkasanAudit terhadap siklus pendapatan ringkasan
Audit terhadap siklus pendapatan ringkasan
 
Tahap penyelesaian udit (tanggung jawab setelah penyelesaian audit)
Tahap penyelesaian udit (tanggung jawab setelah penyelesaian audit)Tahap penyelesaian udit (tanggung jawab setelah penyelesaian audit)
Tahap penyelesaian udit (tanggung jawab setelah penyelesaian audit)
 
Sifat siklus investasi dan pembiayaan
Sifat siklus investasi dan pembiayaanSifat siklus investasi dan pembiayaan
Sifat siklus investasi dan pembiayaan
 
Revenue
RevenueRevenue
Revenue
 
10, si & pi,mislia, hapzi ali, si siklus pengeluaran, pembelian dan pemba...
10, si & pi,mislia, hapzi ali, si siklus pengeluaran, pembelian dan pemba...10, si & pi,mislia, hapzi ali, si siklus pengeluaran, pembelian dan pemba...
10, si & pi,mislia, hapzi ali, si siklus pengeluaran, pembelian dan pemba...
 
Ppt tak chapter 9 revenue
Ppt tak chapter 9 revenuePpt tak chapter 9 revenue
Ppt tak chapter 9 revenue
 
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaranMenyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
 
Laporan laba rugi
Laporan laba rugiLaporan laba rugi
Laporan laba rugi
 

Subsequent events

  • 1. SIFAT DAN CONTOH SUBSEQUENT EVENTS • Subsequent Events adalah : – Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit – Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan – Memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut • Dua jenis Subsequent Events (PSA No.46) : 1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan 2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca • Menurut Sukrisno Agoes (2004:138) subsequent event yang harus diaudit oleh akuntan publik adalah : 1. Subsequent Collection • Penagihan sesudah tanggal neraca, sampai mendekati selesainya pekerjaan lapangan/audit field work • Dilaksanakan dalam pemeriksaan Piutang, dan Barang Dalam Perjalanan 2. Subsequent Payment • Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya audit field work • Dilaksanakan dalam pemeriksaan hutang dan biaya yang masih harus dibayar TUJUAN PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTS Untuk : 1. Menentukan keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan 2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang 3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per tanggal neraca, masih di perjalanan Saat membayar uang muka pembelian (L/C) perusahaan mencatat : Barang Dalam Perjalanan xxx Kas xxx Hutang Dagang xxx Saat penerimaan barang sebelum tanggal neraca, perusahaan mencatat : Persediaan xxx Hutang Dagang xxx Akibatnya per tanggal neraca tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan terjadi dua kali pencatatan hutang dagang : Persediaan xxx Barang Dalam Perjalanan xxx Pada saat hutang tersebut dilunasi : Hutang Dagang xxx Kas xxx 4. Untuk memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum di neraca per tanggal neraca, merupakan kewajiban perusahaan yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya (sesudah tanggal neraca) 5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca PROSEDUR PEMERIKSAAN SUBSEQUENT EVENTS 1. Periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai mendekati tanggal selesainya audit field work (lihat Exhibit 19-1 dan 19-2) 2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca, sampai
  • 2. mendekati tanggal selesainya audit field work 3. Periksa cut-off pembelian dan penjualan (lihat Exhibit 19-3 dan 19-4) 4. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca 5. Minta copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa apakah ada commitment dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode sesudah tanggal neraca 6. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang, mengenai : a. Ada/tidaknya contingent liabilities b. Ada/tidaknya perubahan dalam modal saham, kewajiban jangka panjang atau kredit modal kerja dalam periode sesudah tanggal neraca c. Ada/tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan atau penjelasan catatan laporan keuangan 7. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan 8. Analisa perkiraan profesional fees 9. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter) PENYELESAIAN PEMERIKSAAN AKUNTAN • Beberapa hal yang harus dilakukan akuntan publik, sebelum suatu pemeriksaan akuntan dinyatakan selesai : 1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan direview oleh atasannya. 2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan harus dijawab oleh staf yang direview (reviewee) secara tertulis 3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working papernya, diskusikan dengan klien 4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus diposting ke masing-masing kertas kerja yang berkaitan 5. Draft report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim audit), direview oleh audit manager dan audit partner 6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report di review oleh audit manager dan audit partner, maka audit supervisor harus menyusun notes to PPM (catatan untuk Partner, Principal dan Manager) 7. Setelah draft report direview dan disetujui PPM, diskusikan dengan klien. Jika klien setuju, buat final audit report. 8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta Surat Pernyataan Langganan dari klien. Tanggal surat harus sama dengan tanggal selesainya audit field work dan tanggal laporan audit. 9. Auditor membuat draft management letter, setelah direview dan disetujui PPM, diskusikan dengan klien. Klien setuju, buat management letter final untuk klien 10. tahap akhir, selesaikan urusan pelunasan audit fee (ditambah 10% PPN, dikurangi PPh 23 7,5%) 11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatan untuk audit tahun berikutnya”. 12. Opini yang diberikan, tergantung hasil pemeriksaan 13. Dalam mereview kertas kerja pemeriksaan, KAP sebaiknya mempunyai daftar “Audit Working Papers Review Guide” Diposkan oleh auditing di 21.27 Tidak ada komentar: RABU, 16 JUNI 2010 PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI SIFAT DAN CONTOH PERKIRAAN LABA RUGI • Perkiraan Laba Rugi (Profit and Loss Accounts) terdiri dari : – Perkiraan pendapatan operasi, Harga pokok penjualan, Beban operasi, Pendapatan dan beban diluar operasi, Pos luar biasa
  • 3. • Definisi Penghasilan Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (PSAK No. 23, IAI, 2002:23.1) : – Peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. – Penghasilan (income) meliputi  baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain) – Pendapatan  penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa • Keuntungan (gain) berasal dari  penjualan aktiva tetap (gain on sale of fixed asset), tukar tambah aktiva tetap tidak sejenis (gain on trade-in), keuntungan selisih kurs (foreign exchange gain) • Pos Luar Biasa  kerugian yang timbul dari kejadian atau transaksi yang bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi • Harga Pokok Penjualan  jumlah yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh barang yang terjual (cost of merchandise sold) atau untuk memproduksi barang yang terjual (cost of goods sold). • Perhitungan Cost of merchandise sold (physical system) : Persediaan awal barang dagangan Rp. Xxx +/+Pembelian bersih Rp. xxx Barang dagangan yang tersedia untuk dijual Rp. xxx -/-Persediaan akhir barang dagangan Rp. xxx Harga Pokok Penjualan Rp. xxx (cost of merchandise sold) • Perhitungan Cost of goods sold (physical system) : Persediaan awal bahan baku Rp. xxx +/+ Pembelian bersih RP. xxx Bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp. xxx -/- Persediaan akhir barang dagangan Rp. xxx Pemakaian bahan baku Rp. xxx Upah langsung Rp. xxx Overhead pabrik Rp. xxx
  • 4. Biaya produksi (cost of production) Rp. xxx +/+ Persediaan awal Barang Dalam Proses Rp. xxx -/- Persediaan akhir Barang Dalam Proses Rp. xxx Biaya Pabrikasi (cost of good manufactured) Rp. xxx +/+ Persediaan awal Barang Jadi Rp. xxx -/- Persediaan akhir Barang Jadi Rp. xxx Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) Rp. Xxx • Beban operasi (operating expenses)  beban penjualan (selling expenses) dan beban umum dan administrasi (general and administrative expenses) • Selling Expenses  gaji bagian penjualan, komisi salesman, biaya iklan, promosi,entertainment, transposrt dll • General dan administrative expenses  gaji bagian akuntansi dan keuangan, personalia dan umum, biaya sewa, listrik, air, telepon, entertainment, perjalanan dinas, penyusutan inventaris kantor dll PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI 1. Prinsip konservatisme (conservatism) dalam pengakuan pendapatan dan beban a. Beban yang belum pasti terjadi tetapi diperkirakan akan menjadi beban perusahaan pada periode yang diperiksa, jumlahnya bisa diestimasi dan cukup material, harus dicatat sebagai beban b. Pendapan yang pasti terjadi, belum boleh dicatat sebagai pendapatan perusahaan. Pengecualian : o Pengakuan saat penerimaan uang (penjualan tunai dan kredit) o Untuk perusahaan kontraktor, ada 2 metode : metode kontrak selesai (completed contract method) dan metode presentase penyelesaian (percentage of completion method) o Barang jenis tertentu yang harga jualnya sudah pasti, barangnya pasti terjual atau cepat rusak, pendapatan diakui saat selesainya produksi o Lihat PSAK No. 23 (Penjualan Barang, Penjualan Jasa, Bunga, Royalti dan Dividen) 2. Konsep matching cost against revenue • Harus dibandingkan pendapatan yang menjadi hak perusahaan dalam periode yang diperiksa dengan biaya yang menjadi beban perusahaan untuk periode yang sama (tanpa memperhatikan apakah uangnya sudah diterima untuk pendapatan dan dibayarkan/belum untuk biaya
  • 5. • Menurut PSAK/PABU, pendapatan dan beban harus dicatat dengan dasar akrual (accrul basis) bukan dasar kas (cash basis) • Periksa pendapatan/biaya, perhatikan jangan sampai ada pergeseran waktu dalam pengakuan pendapatan dan beban. 3. Waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan pendapatan dan bebas (pos Laba Rugi) tidak sebanyak waktu untuk pos Neraca, karena : • Pada waktu memeriksa pos neraca, sekaligus sudah diperiksa (dikaitkan dengan) pos laba rugi ybs. • Pada waktu melakukan test transaksi, sekaligus diperiksa pos laba rugi • Prosedur audit atas perkiraan laba rugi yang biasa disajikan : o Analytical review procedure o Analisa beberapa perkiraan laba rugi yang penting atau yang ada kaitannya dengan perhitungan pajak (untuk koreksi fiskal) o Melakukan pemeriksaan atas subsequent payment (pembayaran sesudah tanggal neraca) dan subsequent collection (penagihan sesudah tanggal neraca) TUJUAN PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI Untuk memeriksa : 1. Keberadaan internal control pendapatan dan beban, termasuk pencatatan secara accrual basis terhadap pendapatan dan beban 2. Pencatatan pendapatan dan biaya yang menjadi hak perusahaan dengan menggunakan cut- off tepat 3. Adanya fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, bulan per bulan atau dengan anggaran pendapatan dan beban 4. Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan hal penting diungkapkan dalam catatan laporan keuangan PROSEDUR PEMERIKSAAN PERKIRAAN LABA RUGI 1.Pelajari dan evaluasi internal control pendapatan dan biaya, termasuk transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham (lihat Exhibit ) 2.Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review procedure (analisa rasio, ROI dan ROE) dengan membandingkan rasio tahun lalu dan rasio industri 3.Minta rincian Laporan Laba Rugi untuk periode yang diperiksa, bandingkan dengan budget untuk periode yang sama. Hitung variance (dalam Rp. maupun %) 4.Minta rincian penjualan per jenis barang/area yang mencantumkan quantitybarang yang dijual dan nilai uangnya selama setahun (dibuat per bulan).
  • 6. Bandingkan quantity yang dijual (secara test basis) dengan pengeluaran barang pada kartu persediaan 5.Periksa cut-off penjualan (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan penjualan) dan cut –off pembelian (ada tidaknya pergesaran waktu pencatatan pembelian) 6.Periksa subsequent payment (ada tidaknya unrecorded liabilities) dansubsequent collection (ada tidaknya unrecorded receivables) 7.Buat analisa perkiraan biaya/pendapatan yang kemungkinan ditanyakan pihak pajak atau untuk keperluan pengisian SPT, koreksi fiskal dan kemungkinan timbulnya contingent liability. 8. Periksa kepatuhan peraturan perpajakan tentang biaya dan pendapatan 9.Periksa daftar gaji, test kesesuaian perhitungan PPh 21 dengan peraturan pajak 10. Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan Laba Rugi dengan SPT PPh 21 11. Bandingkan data yang ada dalam daftar gaji, secara test basis, dengan personnel file 12. Lakukan observasi saat pembayaran gaji 10. Periksa keseusian penyajian pos laba rugi dengan PSAK Diposkan oleh auditing di 21.55 Tidak ada komentar: MINGGU, 13 JUNI 2010 P.Ekuitas SIFAT DAN CONTOH PERMODALAN Modal : o Perusahaan à kewajiban perusahaan kepada pemilik Pemilik perusahaan à bagian hak pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban) • Perusahaan perorangan à modal pemilik tunggal • Perusahaan firma (partnership) à modal lebih dari satu partner • Koperasi à simpanan pokok anggota merupakan modal pokok (diambil saat anggota mengundurkan diri) dan kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok, pinjaman, penyisihan hasil usaha dan cadangan • Pemeriksaan Permodalan pada PT (Perseroan Terbatas) : 1. Modal menurut akte pendirian à harus disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM UUPT No.1 1995 (berlaku 7 Maret 1996), jika belum, maka transaksi/ perjanjian perusahaan belum dianggap sah, terdiri dari : a. Modal dasar (authorized capital) b. Modal ditempatkan (issued capital) à tidak dapat melebihi modal dasar c. Modal disetor (paid up/paid in capital) modalal disetor (paid up/paid in capital) merupakan : Jumlah yang harus tercantum di Neraca Modal dari sumbangan (do Dilaporkan sebagai tambahan modal disetornated capital) Tidak dapat melebihI modal dasar Jika melebihi modal dasar, harus dilakukan perubahan akte pendirian yang disahkan Selama perubahan akte belum disahkan, kelebihan modal dasar dilaporkan sebagai hutang pemegang saham Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 50% dari modal disetor à harus melapor ke Pengadilan Negeri untuk diumumkan dalam Berita Negara Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal disetor : o Secara hukum harus dibubarkan
  • 7. o Jika diteruskan, manajer yang bertanggungjawab atas kewajiban kepada pihak ketiga o Terkait dengan kelangungan hidup perusahaan (going concern), maka mempengaruhi opini yang diberikan KAP 2. Treasury stock à saham perusahaan yang sudah beredar dibeli kembali oleh perusahaan Tujuan: o Meningkatkan harga pasar saham perusahaan o Dibagikan sebagai saham bonus kepada manajer dan pegawai • Tidak berhak atas pembagian dividen 3. Premium (Agio) atau Discount (Disagio)à dari penjualan saham (saham biasa/common stock maupun saham preferen/preferred stock) 4. Selisih kurs atas modal disetor à Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng) harus menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai yang disepakati oelh Dewan Komisaris dan penyetor bentuk barang 5. Selisih penilaian kembali aktiva tetap : • Untuk perusahaan yang melakukan revaluasi aktiva tetap berdasarkan peratuan pemerintah • Nilai aktiva tetap akan meningkat, dan dicatat sebagai “Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap” (Kredit) • Atas persetujuan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dikonversikan sebagai modal (selisih yang terjadi dikenakan PPh 10%) 6. Retained earning (Laba Ditahan/Sisa Laba tahun lalu) atau Deficit/Accumulated losses (Sisa rugi tahun lalu) : • Adjustment yang dilakukan hanya menyangkut laba rugi tahun lalu yang jumlahnya material (besar) dan pembayaran pajak dari STP (Surat Tagihan Pajak) atau SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) walaupun jumlahnya kecil TUJUAN PEMERIKSAAN PERMODALAN/EKUITAS Untuk memeriksa : 1. Keberadaan internal control permodalan/ekuitas, termasuk transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham 2. Kesesuaian struktur ekuitas yang tercantum di neraca dengan akte pendirian perusahaan 3. Kepemilikan izin yang diperlukan dari pemerintah (dari Departemen Kehakiman dan HAM, BKPM, BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden) 4. Otorisasi perubahan permodalan dari pejabat yang berwenang (direksi, dewan komisaris), RUPS maupun instansi pemerintah 5. Bukti yang sah setiap perubahan Retained Earnings atau Accumulated Losses 6. Penyajian permodalan/ekuitas di Neraca sudah sesuai dengan PSAK/PABU dan hal penting diungkapkan dalam catatan laporan keuangan PROSEDUR PEMERIKSAAN PERMODALAN/EKUITAS 1. Pelajari dan evaluasi internal control permodalan transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham (Exhibit 17-1) 2. Minta copy akte pendirian, SK Pengesahan MenKeh dan HAM, SK BKPM/BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden untuk disimpan dalam permanent file 3. Cocokkan data akte pendirian dengan modal yang tercantum di neraca dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan 4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan yang mempunyai tambahan setoran modal dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran, dan pembukuan lainnya,otorisasi dari pejabat berwenang dan instansi pemerintah 5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan (Exhibit 17-2 dan 17-3) : • Berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan discount dari penjualan saham • Jenis saham yang dimiliki (jumlah lembar dan nominal) • Rincian pemegang saham 6. Periksa dokumen pendukung setiap ada perubahan dalam perkiraan retained earnings deficit (lihat Exhibit 17-4)
  • 8. 7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa : • Bentuk pembagian dividen (cash, stock, atau property dividen) • Kebenaran pencatatan • Otorisasi pejabat yang berwenang • Kesesuaian aspek perpajakan dengan peraturan perpajakan 8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit) sudah melebihi modal disetor, kalau ini terjadi pertimbangan going concern perusahaan 9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemgang saham atau Biro Aministrasi Efek (Stock Transfer Agent) 10. Seandainya ada treasury stock, periksa : • Bukti pembelian dan otorisasinya • Bukti penjualan dan otorisasinya (jika treasury stock dijual kembali) • Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock 11. Periksa penyajian ekuitas di neraca (lihat Exhibit 17-5) Diposkan oleh auditing di 11.18 Tidak ada komentar: PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG (Long Term Liabilities) SIFAT DAN CONTOH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG •Kewajiban Jangka Panjang à kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun yang akan datang Contoh : 1.Kredit Investasi (Long Term Loan) (lihat Exhibit 16-5) Yaitu : pinjaman dari bank/non bank untuk pembelian Aktiva Tetap, kecuali tanah •Jika pinjaman berasal dari luar negeri à off-shore loan (lihat Exhibit 16-6) •Tingkat bunga off-shore loan à lebih rendah dari tingkat bunga pinjaman dalam negeri •Tingkat bunga kredit investasi à lebih rendah dari tingkat bunga kredit modal kerja (working capital loan) •Jumlah kredit investasi à lebih besar dari jumlah kredit modal kerja •Kredit investasi digunakan untuk pembelian aktiva tetap •Jangka waktu pengembalian kredit investasi à lebih dari satu tahun 2.Hutang Obligasi (Bond Payable) Yaitu : pinjaman jangka panjang dengan menjual obligasi, baik didalam maupun di luar negeri Contoh : Registered Bonds, Coupon Bonds atau Bearer Bonds, Term Bonds, Serial Bonds, Convertible Bonds, Callable Bonds, Secured Bonds, Unsecured Bonds 3.Wesel Bayar (Promissory Notes/Pronotes) yang jatuh tempo lebih dari satu tahun Yaitu : pernyataan tertulis dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar jumlah, tanggal dan tingkat bunga tertentu 4.Hutang kepada Pemegang Saham atau kepada Perusahaan Induk (Holding Company) atau kepada Perusahaan Afiliasi (Affiliated Company) Yaitu : pinjaman untuk membantu perusahaan anak atau perusahaan afiliasi yang baru mulai beroperasi dan membutuhkan pinjaman (lihat Exhibit 16-7) 5.Hutang Subordinasi (Subordinated Loan) Yaitu : hutang kepada pemegang saham atau perusahaan induk, yang tanpa bunga, dibayar kembali pada saat perusahaan telah mempunyai kemampuan untuk membayar kembali hutangnya (lihat Exhibit 16-8) 6. Bridging Loan Yaitu : pinjaman sementara yang akan dikembalikan jika kredit investasi yang dibutuhkan perusahaan sudah diperoleh • Tingkat bunga lebih tinggi dari tingkat bunga pasar • Dapat berupa short term loan atau long term loan 7.Hutang Leasing (hutang dalam rangka sewa guna) •Yaitu : hutang yang diperoleh dari perusahaan leasing untuk pembelian aktiva tetap tetap (dalam bentuk capital lease atau sales and lease back) •Dicicil dalam jangka panjang
  • 9. •Hutang leasing yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun dikelompokkan sebagai kewajiban jangka pendek, dan sebaliknya TUJUAN PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Untuk memeriksa : 1. Keberadaan internal control kewajiban jangka panjang (lihat Exhibit 16-1) 2.Pencatatan dan otorisasi kewajiban jangka panjang per tanggal neraca 3.Pencatatan kewajiban jangka panjang di Neraca betul-betul merupakan kewajiban perusahaan (lihat Exhibit 16-4) 4.Kewajiban jangka panjang yang berasal dari legal claim atau asset yang dijaminkan sudah diidentifikasi 5.Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam ku rs tengah BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun berjalan 6.Pencatatan biaya bunga dan hutang bunga serta amortisasi dari premium/discount per tanggal neraca 7.Keterjadian biaya bunga hutang jangka panjang pada tanggal neraca dicatat dan dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan 8.Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi “Bank Default” 9.Bagian dari kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun sebagai kewajiban lancar 10.Kesesuaian penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan dengan PABU/PSAK PROSEDUR PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 1.pelajari dan evaluasi internal control kewajiban jangka panjang (lihat Exhibit 16-1) 2.Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan kewajiban jangka panjang berikut discount, premium dan bunga selama periode yang diperiksa 3.Kirim konfirmasi kepada Bank (lihat Exhibit 16-2) 4.Minta copy perjanjian kredit permanent file (Exhibit 16-3) 5.Periksa otorisasi perolehan/penambahan kewajiban jangka panjang 6.Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi discount/premium dari obligasi 7.Tie-up jumlah beban bunga dan amortisasi discount/ premium obligasi dengan jumlah yang tercantum pada laporan laba rugi 8.Discount/premium yang belum diamortisasi dilaporkan sebagai pengurang/penambah dan nilai nominal obligasi 9.Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang dan wesel bayar yang direnewed (diperpanjang) setelah tanggal neraca, untuk mengetahui penyajian kewajiban sebagai kewajiban jangka panjang atau kewajiban lancar. 10.Periksa keberadaan kewajiban jangka panjang atau wesel bayar yang (telah) dilunasi setelah tanggal neraca (walaupun belum jatuh tempo), untuk mengetahui perlu tidaknya reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek 11.Kewajiban dari pemegang saham atau direksi dari perusahaan afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan periksa pembebanan bunga atas pinjaman tsb. 12.Sesuaikan pencatatan dan penyajian di Neraca tentang hutang leasing dengan PSAK No. 30 (sewa guna usaha). 13.Periksa kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun y.a.d, sehingga harus di reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek 14.Konversi kewajiban jangka panjang dalam valas per tanggal neraca kedalam kurs tengah BI dan selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada Laba Rugi tahun berjalan 15.Lakukan penelaahan analitis (Analytical Review Procedure) kewajiban jangka panjang dan biaya bunga, untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan pencatatan biaya bunga 16.Sesuaikan penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan keuangan dengan PABU/PSAK Diposkan oleh auditing di 10.54 Tidak ada komentar:
  • 10. P.jangka pendek PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK (Current Liabilities) SIFAT DAN CONTOH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK • Pengertian Kewajiban Jangka Pendek adalah kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau dalam siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan harta lancar (current assets) perusahaan • Contoh : 1. Hutang Dagang (Accounts Payable) 2. Pinjaman dari Bank (Short Term Loan) 3. Bagian dari Kredit Jangka Panjang yang Jatuh Tempo Dalam Waktu Kurang atau Sama Dengan Satu Tahun (Current Portion of Long Term Loan) 4. Hutang Pajak (Taxes Payable) 5. biaya Yang Masih Harus Dibayar (Accrued Expenses) 6. Voucher Payable (dalam hal digunakan voucher system) 7. Hutang Dividen (Dividen Payable) 8. Pendapatan Yang Diterima Dimuka (Unearned Revenue) 9. Uang Muka Penjualan, Hutang Pemegang Saham 9. Hutang Leasing yang Jatuh Tempo satu tahun yang akan datang 10. Hutang Bunga 11. Hutang Perusahaan 12. Hutang Perusahaan Afiliasi (Hutang Dalam Rangka Hubungan Khusus) Perusahaan cenderung mencatat kewajibannya lebih rendah dari yang sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari jumlah yang sebenarnya (praktek income smoothing/earning management) auditor harus melakukan prosedur pemeriksaan sesudah tanggal neracaa Perbedaan account payable dan accrued expenses : • Account payable  angkanya lebih pasti ( perusahaan mencatat hutangnya berdasarkan invoice yang diterimanya dari supplier) • Accrued expenses  angkanya didasarkan pada estimasi (jumlahnya kurang pasti dibandingkan account payable) TUJUAN PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Untuk memeriksa : 1. Keberadaan internal control kewajiban jangka pendek (lihat Exhibit 15-1) 2. Keterjadian dan kelengkapan bukti kewajiban jangka pendek yang tercantum di neraca 3. Pencatatan kewajiban jangka pendek per tanggal neraca 4. Accrued expenses jumlahnya reasonable (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil). • Jumlah terlalu besar  laba dilaporkan terlalu kecil (understated). • Jumlah terlalu kecil  laba dilaporkan terlalu besar (overstated) 5. Pencatatan kewajiban leasing sudah sesuai dengan PSAK 6. Kewajiban jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal neraca sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan kurs tengah BI per tanggal neraca, selisih kurs dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan. 7. Pencatatan biaya bunga dan hutang bunga per tanggal neraca 8. Keterjadian biaya bunga hutang jangka pendek pada tanggal neraca dicatat dan dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan
  • 11. 9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi “Bank Default” 10. Memeriksa kesesuaian penyajian kewajiban jangka pendek dalam laporan keuangan dengan PAB U/PSAK PROSEDUR PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 1. Pelajari dan evaluasi internal control kewajiban jangka pendek (lihat Exhibit 15-1) 2. Minta perincian kewajiban jangka pendek,periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan saldo hutang di buku besar (controlling account) (lihat Exhibit 15-5 dan 15-6) 3. Untuk hutang dagang, cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut subsidiary ledger hutang dagang 4. Secara test basis (sampling) periksa kecocokkan bukti pendukung saldo hutang kepada supplier (purchase requisition, purchase order, receiving report dan supplier invoice) perhitungan matematis (mathematical accuracy) dan otorisasi 5. Jika terdapat monthly statement of account dari supplier, lakukan rekonsiliasi saldo hutang menurut dokumen tersebut dengan saldo subsidiary ledger hutang 6. Kirim konfirmasi ke beberapa supplier baik yang saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya 7. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca (subsequent payment), apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorded liabilities) dan kewajaran saldo hutang per tanggal neraca 8. Jika ada hutang dari bank/pemegang saham/direksi/ perusahaan afiliasi kirimkan konfirmasi, periksa pembebanan bunga atas pinjaman dan surat perjanjiannya, buatkan excerpt perjanjian kredit dan periksa otorisasinya 9. Pencatatan hutang leasing harus sesuai dengan PSAK No. 30 (sewa guna usaha), dan pencatatan bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang (reklasifikasi) 10. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga (keakuratan dan tie up beban bunga dengan yang tercantum pada laporan laba rugi) dan aspek pajaknya. 11. Telusuri asal saldo debit hutang dagang (apakah dari uang muka pembelian atau pengembalian barang yang dibeli tapi sudah dilunasi sebelumnya). Reklasifikasi sebagai piutang jika jumlahnya besar (material) 12. Periksa bukti pendukung uang muka penjualan per tanggal neraca dan apakah sudah diselesaikan diperiode berikutnya (subsequent clearance). 13. Periksa kredit jangka panjang dan apakah bagian yang jatuh tempo 1 tahun yang akan datang sudah di reklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek 14. Periksa kewajiban dalam mata uang asing, apakah sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengan BI per tanggal neraca dan selisih kurs dibebankan/di kreditkan pada laba rugi tahun berjalan 15. Periksa pelunasan hutang PPh 21 dan PPN periode berikutnya (hutang PPh 21 dan PPN per 31 Desember harus dilunasi bulan Januari tahun berikutnya) (lihat Exhibit 15-9 &15-11) Periksa PPh Badan, apakah saat mengisi dan memasukkan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh 29 (setoran akhir) (lihat Exhibit 15-10) 16. Periksa dasar perhitungan accrued expenses perusahaan, apakah reasonable dan konsisten dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya dan periksa pembayaran sesudah tanggal neraca
  • 12. 17. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham, dan perjanjian yang dibuat dengan pihak ketiga, untuk mengatahui pencatatan per tanggal neraca semua kewajiban yang tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut 18. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan (Exhibit 15-4) 19. Periksa kesesuaian penyajian kewajiban jangka pendek dengan PSAK/PABU Diposkan oleh auditing di 10.18 1 komentar: Label: audit 2 Beranda Langganan: Entri (Atom) BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Subsequent event adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit.Mempunyai akibat yang material terhadap laporan audit.Memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut. Olehkarenaitu, penulismenulismakalah yang berjudul “Pemeriksaan Subsequent Event“.Semoga makalah ini berguna bagi para pembacadanterutama bagi penulis. B. Permasalahan Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan bentuk dan tujuan dari pemeriksaan subsequent event serta prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan subsequent event. Hal inilah yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang mudah-mudahan dapat menjawab semua pertanyaan kita tentang “Pemeriksaan Subsequent Event” C. Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II. 2. Mampu menjelaskan tentang sifat dan contoh Subsequent Event. 3. Mampu menjelaskan tentang tujuan pemeriksaan Subsequent Event. 4. Mampu menjelaskan tentang prosedur pemeriksaan Subsequent Event. 5. Mampu menyelesaikan pemeriksaan Subsequent Event. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah : 1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II. 2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai PemeriksaanSubsequent Event BAB II PEMBAHASAN Pemeriksaan Subsequent Event A.SifatdanContohSubsequent Event • Subsequent event adalahperistiwaatautransaksi yang terjadisetelahtanggalneracatetapisebelumditerbitkannyalaporan audit. • Mempunyaiakibat yang material terhadaplaporan audit • Memerlukanpenyesuaianataupengungkapandalamlaporantersebut
  • 13. Duajenis subsequent event ( PSA No. 46 ) 1. Peristiwa yang memberikantambahanbukti yang berhubungandengankondisiyangadapadatanggalneracadanberdampakterhadapta ksiran yang melekatdalam proses penyusunanlaporankeuangan. 2. Peristiwa yang menyediakantambahanbukti yang berhubungandengankondisi yang tidakadapadatanggalneraca, namunkondisitersebutadasesudahtanggalneraca. MenurutSukrisnoAgoes (2004:138) subsequent event yang harusdiauditolehakuntan public adalah : 1. Subsequent Collection adalahPenagihansesudahtanggalneraca, sampaimendekatiselesainyapekerjaanlapangan/audit field work. DilaksanakandalampemeriksaanPiutang, danBarangDalamPerjalanan. 2. Subsequent Payment adalahPembayaransesudahtanggalneracasampaimendekatiselesainya audit field work. Dilaksanakandalampemeriksaanhutangdanbiaya yang masihharusdibayar. B. TujuanPwmeriksaan Subsequent Event 1. Menentukankeberadaankejadianpentingsesudahtanggalneraca yang membutuhkanpenyesuaianterhadaplaporankeuanganataumemerlukanpengungka pandalamcatatanataslaporankeuangan agar tidakmenyesatkanpenggunalaporankeuangan. 2. Menentukankemungkinantertagihnyapiutang 3. Memastikanbahwa “barangdalamperjalanan” yang tercantum di neraca per tanggalneracamasihdiperjalanan. • Saatmembayaruangmukapembelian L/C perusahaanmencatat : Barangdalamperjalanan XX Kas XX Hutangdagang XX • Saatpenerimaanbarangsebelumtanggalneracaperusahaanmencatat : Persediaan XX Hutangdagang XX • Akibatnyaper tanggalneracatetapterlihatsaldobarangdalamperjalanandanterjadidua kali pencatatanhutangdagang : Persediaan xx Barangdalamperjalanan xx • Padasaathutangtersebutdilunasi : Hutangdagang xx Kas xx 4. Untukmemastikankewajibandanbeban yang masihharusdibayar yang tercantum di neraca per tanggalneraca, merupakankewajibanperusahaan yang akandilunasipadasaatjatuhtemponya( sesudahtanggalneraca ). 5. Memastikanbahwatidakadakewajibanperusahaan yang belumdicatat per tanggalneraca. C. ProsedurPemeriksaan Subsequent Events 1. Periksapengeluarandanpenerimaankassesudahtanggalneraca, sampaimendekatitanggalselesainya audit field work. 2. Periksabuktipengeluarandanpenerimaanbarangsesudahtanggalneraca, sampaimendekatitanggalselesainya audit field work. 3. Periksa cut-off pembeliandanpenjualan. 4. Review laporankeuangan interim untukperiodesesudahtanggalneraca
  • 14. 5. Minta copy notulenrapatdireksi, dewankomisaris, pemegangsaham, periksaapakahada commitment dariperusahaan yang barudipenuhipadaperiodesesudahtanggalneraca 6. Lakukantanyajawabdenganpejabatperusahaan yang berwenang, mengenai : a. Ada/tidaknya contingent liabilities b. Ada/tidaknyaperubahandalam modal saham, kewajibanjangkapanjangataukredit modal kerjadalamperiodesesudahtanggalneraca c. Ada/tidaknyakejadianpentingsesudahtanggalneraca yang memerlukan adjustment terhadaplaporankeuanganataupenjelasancatatanlaporankeuangan 7. Kirimkonfirmasikepenasihathukumperusahaan 8. Analisaperkiraanprofesional fees 9. Dapatkansuratpernyataanlangganan (client representation letter) D. PenyelesaianPemeriksaan Subsequent Event Beberapahal yang harusdilakukanakuntanpublik, sebelumsuatupemeriksaanakuntandinyatakanselesai : 1. Seluruhkertaskerjapemeriksaanharusdiparafolehpembuatnyadandireviewolehatas annya. 2. Hasil review harusdidokumentasikandalamsuatu review notes danharusdijawabolehstaf yang direview (reviewee) secaratertulis 3. Daftar audit adjustment harusdisusun, lengkapdengan index working papernya, diskusikandenganklien 4. Audit adjustment yang sudahdisetujuiklienharusdipostingkemasing- masingkertaskerja yang berkaitan 5. Draft report disusunoleh auditor in-charge (pimpinantim audit), direviewoleh audit manager dan audit partner 6. Sebelumkertaskerjapemeriksaandan draft report di review oleh audit manager dan audit partner, maka audit supervisor harusmenyusun notes to PPM (catatanuntuk Partner, Principal dan Manager) 7. Setelah draft report direviewdandisetujui PPM, diskusikandenganklien. Jikakliensetuju, buat final audit report. 8. Sebelumlaporan audit diserahkankepadaklien, auditor harusmemintaSuratPernyataanLangganandariklien. Tanggalsuratharussamadengantanggalselesainya audit field work dantanggallaporan audit. 9. Auditor membuat draft management letter, setelahdireviewdandisetujui PPM, diskusikandenganklien. Kliensetuju, buat management letter final untukklien 10. tahapakhir, selesaikanurusanpelunasan audit fee (ditambah 10% PPN, dikurangiPPh 23 7,5%). 11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatanuntuk audit tahunberikutnya”. 12. Opini yang diberikan, tergantunghasilpemeriksaan. 13. Dalammereviewkertaskerjapemeriksaan, KAP sebaiknyamempunyaidaftar “Audit Working Papers Review Guide
  • 15. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan • Subsequent event adalahperistiwaatautransaksi yang terjadisetelahtanggalneracatetapisebelumditerbitkannyalaporan audit. • Mempunyaiakibat yang material terhadaplaporan audit • Memerlukanpenyesuaianataupengungkapandalamlaporantersebut Duajenis subsequent event ( PSA No. 46 ) 1. Peristiwa yang memberikantambahanbukti yang berhubungandengankondisiyangadapadatanggalneracadanberdampakterhadapta ksiran yang melekatdalam proses penyusunanlaporankeuangan. 2. Peristiwa yang menyediakantambahanbukti yang berhubungandengankondisi yang tidakadapadatanggalneraca, namunkondisitersebutadasesudahtanggalneraca. MenurutSukrisnoAgoes (2004:138) subsequent event yang harusdiauditolehakuntan public adalah : 1. Subsequent Collection 2. Subsequent Payment B. Saran Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.   
  • 16.    Dalam penyelesaian proses audit, ada situasi dimana auditor harus memperhatikan peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca sampai tanggal penerbitan laporan auditor. Hal ini bertujuan untuk mencari bukti tambahan mengenai suatu transaksi dan bahkan auditor dapat menemukan bukti baru yang sebelum nya tidak dapat ditemukan. Karena terdapat kemungkinan terjadi peristiwa penting selama tanggal audit atau tanggal sesudah tanggal neraca. Secara termonologis, “subsequent event” adalah peristiwa / transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkan nya laporan audit, yang mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian / pengungkapan dalam laporan tersebut. Kebutuhan akan pemahaman yang memadai mengharuskan auditor untuk memeriksa setiap kejadian yang terjadi kepada perusahaan auditee. Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 46 terdapat dua jenis subsequent event yang dapat ditemukan dalam suatu proses audit, yaitu : 1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan. (Memerlukan penyesuaian) 2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca. (Memerlukan pengungkapan) Dapat dilihat bahwa terdapat peristiwa yang berhubungan dengan tanggal neraca dan peristiwa yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal neraca. Peristiwa seperti inilah yang harus diperhatikan oleh auditor dalam melakukan audit di suatu perusahaan, karena bisa saja hal tersebut berdampak material bagi laporan keuangan. Berikut merupakan contoh peristiwa yang memerlukan penyesuaian dan pengungkapan : 1. Penyesuaian Auditor perlu melakukan penyesuaian terhadap peristiwa/transaksi yang terjadi pada tanggal sesudah tanggal neraca, yang berkaitan dengan akun yang ada pada laporan keuangan tanggal neraca. Hal ini dapat membuat terjadinya perbedaan angka antara laporan keuangan dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh : “Pengakuan Penjualan” Pada akhir Desember 2013 perusahaan melakukan penjualan kepada klien yang berada di luar negeri. Di karenakan jarak tempuh yang jauh, barang tersebut diestimasikan baru sampai sekitar awal januari. Dalam hal ini perusahaan “belum mengakui penjualan” tersebut dalam buku besar atau tidak terjadi penjurnalan terhadap transaksi tersebut, di karenakan barang yang dijual belum sampai di gudang pembeli. Awal Januari 2014, barang tersebut baru tiba di gudang pembeli, dan perusahaan baru bisa mengakui nya sebagai penjualan dan mencatat transaksi tersebut dalam jurnal. Disini terdapat perbedaan nominal “penjualan” dan “persediaan barang dagang” antara laporan keuangan tanggal neraca dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini lah yang menyebabkan dibutuhkan “penyesuaian” terhadap peristiwa tersebut agar nominal yang tercantum di dalam laporan keuangan sama dengan jumlah penjualan yang sebenarnya. 2. Pengungkapan
  • 17. Auditor perlu melakukan pengungkapan terhadap peristiwa/transaksi yang terjadi di perusahaan auditee pada tanggal sesudah tanggal neraca. Di karenakan tidak adanya hal tersebut dalam laporan keuangan tanggal neraca. Contoh : “Debitor Bangkrut” Di akhir tahun 2013, perusahaan X memiliki piutang dari perusahaan Y senilai Rp 100 juta. Pada Januari 2014, terdapat kabar bahwa debitor (perusahaan Y) tersebut mengalami “kebangkrutan” dan sudah diputuskan oleh pengadilan. Dari data kreditor yang harus di dahulukan dalam pembayaran utang perusahaan, perusahaan X tidak termasuk dalam daftar kreditor yang didahulukan dikarenakan asset perusahaan Y yang sedikit. Hal ini menyebabkan piutang yang dimiliki perusahaan X senilai Rp 100juta tidak dapat ditagih semuanya. Kejadian luar biasa seperti ini memerlukan “pengungkapan” di karenakan peristiwa tersebut tidak terdapat dalam laporan keuangan tanggal neraca. Sumber : Boynton. 2003. Modern Auditing Edisi Ketujuh Jilid 2. Jakarta : Erlangga About these ads Laporan auditor independen umumnya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan keuangan historis yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan pada tanggal tertentu dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut. Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal tersebut tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut. Kejadian ini untuk selanjutnya disebut "peristiwa kemudian (subsequent events)." Ada dua tipe peristiwa kemudian yang membutuhkan perhatian manajemen dan memerlukan evaluasi auditor. Tipe pertama meliputi peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan. Semua informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan harus digunakan oleh manajemen dalam mengevaluasi kondisi yang digunakan sebagai dasar estimasi. Laporan keuangan harus disesuaikan untuk setiap perubahan estimasi sebagai akibat dari penggunaan bukti tersebut. Pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang memerlukan penyesuaian laporan keuangan menurut kriteria di atas membutuhkan penerapan kebijakan dan pengetahuan tentang fakta- fakta dan kondisi yang ada. Contoh, kerugian sebagai akibat piutang tidak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju ke kebangkrutan sesudah tanggal neraca merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal neraca, oleh karena itu membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum diterbitkan. Di lain pihak, kerugian yang sama namun sebagai akibat adanya pelanggan yang mengalami kebangkrutan karena kebakaran atau banjir sesudah tanggal neraca, bukan merupakan indikasi kondisi yang ada pada tanggal neraca, sehingga penyesuaian laporan keuangan bukan merupakan tindakan yang semestinya dilakukan. Penyelesaian tuntutan hukum yang jumlahnya berbeda dengan jumlah utang yang sudah dicatat membutuhkan penyesuaian laporan keuangan jika peristiwa yang menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut (seperti pelanggaran hak paten) telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca. Tipe kedua meliputi peristiwa-peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca yang dilaporkan, namun
  • 18. kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca. Peristiwa-peristiwa ini tidak memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan.1 Namun, beberapa peristiwa mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan pembacanya. Kadang-kadang peristiwa tersebut sedemikian signifikan sehingga pengungkapannya yang terbaik dapat dilakukan dengan menambahkan data keuangan proforma terhadap laporan keuangan historis yang menjelaskan dampak adanya peristiwa tersebut seandainya peristiwa tersebut terjadi pada tanggal neraca. Hal ini mungkin membutuhkan penyajian laporan proforma, biasanya hanya neraca proforma, dalam bentuk kolom yang disajikan bersamaan dengan laporan keuangan historis. Lihat SAT Seksi 300 [PSAT No. 03] Pelaporan Informasi Keuangan Proforma. Contoh peristiwa yang dikelompokkan ke dalam tipe kedua, yaitu peristiwa yang. memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan (tetapi tidak memerlukan penyesuaian), adalah: a. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru. b. Pembelian bisnis. c. Terjadinya tuntutan hukum yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca. d. Kerugian aktiva tetap atau sediaan yang diakibatkan oleh kebakaran, atau e. Kerugian piutang yang diakibatkan oleh kondisi (seperti penyebab utama kebangkrutan pelanggan) yang terjadi sesudah tanggal neraca. Peristiwa kemudian yang mempengaruhi realisasi aktiva seperti piutang dan sediaan atau penyelesaian suatu taksiran utang pada umumnya memerlukan penyesuaian laporan keuangan (lihat paragraf 03), karena peristiwa tersebut merupakan pencerminan titik akhir kondisi-kondisi yang berlangsung atau ada sejak beberapa periode sebelumnya. Peristiwa kemudian seperti perubahan harga pasar surat berharga yang sudah ditetapkan (quoted marketprices) biasanya tidak memerlukan penyesuaian laporan keuangan (lihat paragraf 05), karena peristiwa seperti itu mencerminkan evaluasi atas kondisi-kondisi baru. Bila laporan keuangan diterbitkan kembali, seperti untuk laporan yang ditujukan kepada Bapepam atau badan berwenang lainnya, peristiwa penting yang terjadi Peristiwa Kemudian sesudah penerbitan pertama laporan keuangan, perlu diungkapkan dalam laporan keuangan yang diterbitkan kembali, untuk mencegah disajikannya laporan keuangan yang menyesatkan pemakainya. Peristiwa yang terjadi dalam periode antara saat penerbitan pertama dan saat penerbitan kembali tidak mengakibatkan penyesuaian laporan keuangan,2 kecuali jika penyesuaian itu memenuhi kriteria untuk koreksi kekeliruan atau kriteria untuk penyesuaian periode sebelumnya yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Demikian juga, untuk laporan keuangan yang diterbitkan kembali, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan laporan keuangan periode-periode sesudahnya, tidak memerlukan penyesuaian yang diakibatkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah penerbitan pertama, kecuali jika penyesuaian tersebut memenuhi kriteria tersebut di atas. Kadang-kadang tipe kedua peristiwa kemudian berdampak material terhadap entitas, sehingga mungkin mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporannya dengan tujuan untuk mengarahkan perhatian pemakai laporan keuangan terhadap peristiwa tersebut beserta akibat yang ditimbulkan. Lihat SA Seksi 508 [PSA No. 29] Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan paragraf 19 PROSEDUR AUDIT DALAM PERIODE KEMUDIAN
  • 19. Sesudah tanggal neraca, auditor masih membutuhkan waktu untuk melengkapi berbagai tahap pekerjaan audit. Periode ini disebut periode kemudian (subsequent period) dan diperluas sampai saat atau tanggal diterbitkannya laporan audit. Lama periode ini tergantung atas praktik pelaksanaan audit dan bervariasi mulai dari periode yang relatif singkat (pendek) sampai ke periode satu atau beberapa bulan. Tidak semua prosedur audit dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dan beberapa tahap audit dilaksanakan selama periode kemudian, sedangkan tahap-tahap lain sebagian besar telah dilaksanakan pada atau sebelum tanggal neraca. Pada saat audit mendekati tahap penyelesaian, auditor akan memusatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah auditing dan pelaporan yang belum dapat diselesaikan dan auditor sudah tidak diharapkan untuk melaksanakan review lanjutan atas berbagai masalah yang sudah dapat diselesaikan melalui penerapan prosedur audit sebelumnya. Beberapa prosedur khusus diterapkan untuk transaksi yang terjadi sesudah tanggal neraca seperti (a) pengujian data untuk meyakinkan bahwa penentuan pisah batas (cutoff) telah dilakukan dengan semestinya dan (b) pengujian data yang memberikan informasi yang dapat membantu auditor dalam mengevaluasi aktiva dan utang pada tanggal neraca. Di samping itu, auditor harus melaksanakan prosedur audit lain dalam hubungannya dengan periode sesudah tanggal neraca dengan tujuan untuk memastikan terjadinya peristiwa kemudian yang mungkin memerlukan penyesuaian atau pengungkapan yang cukup penting untuk kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Prosedur ini harus dilaksanakan pada saat atau mendekati saat penyelesaian pekerjaan lapangan. Secara umum auditor harus: a. Membaca laporan keuangan interim yang terakhir; membandingkan laporan keuangan interim dengan laporan keuangan yang akan dilaporkan; dan membuat berbagai perbandingan lainnya yang dipertimbangkan cukup memadai sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam rangka menjadikan pelaksanaan prosedur tersebut bermanfaat untuk mencapai tujuan tersebut, auditor harus meminta keterangan kepada pejabat atau eksekutif lain yang bertanggung jawab atas masalah akuntansi dan keuangan mengenai apakah laporan keuangan interim telah disusun dengan menggunakan dasar seperti yang telah digunakan untuk menyusun laporan keuangan auditan. b. Meminta keterangan dan membicarakan dengan pejabat atau eksekutif yang bertanggung jawab atas masalah keuangan dan akuntansi (terbatas pada lokasi utama, jika semestinya demikian) tentang: (i) Apakah ada utang bersyarat yang cukup besar atau komitmen yang terjadi pada tanggal neraca yang dilaporkan atau pada tanggal pertanyaan diajukan. (ii) Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, utang jangka panjang, atau modal kerja sampai pada tanggal pertanyaan diajukan. (iii) Status sekarang mengenai unsur, dalam laporan keuangan yang dilaporkan, yang dipertanggungjawabkan berdasarkan data sementara, awal, atau data yang tidak konklusif. (iv) Apakah penyesuaian (adjustment) yang tidak biasanya terjadi telah dibuat selama periode dari tanggal neraca sampai dengan tanggal pertanyaan diajukan. c. Membaca notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya; apabila notulen rapat tidak tersedia, auditor meminta keterangan mengenai masalah yang dibicarakan dalam rapat tersebut. d. Meminta keterangan kepada konsultan hukum klien tentang adanya tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan. e. Mendapatkan surat representasi dari pejabat yang berwenang, umumnya adalah presiden direktur dan direktur keuangan, yang bertanggal sama dengan tanggal laporan audit, tentang apakah setiap peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor independen, menurut pandangan para eksekutif tersebut akan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut. Auditor dapat memilih untuk meminta klien memasukkan representasi mengenai pengungkapan masalah yang signifikan kepada auditor dalam pelaksanaan prosedur-prosedur dari
  • 20. subparagraf (a) dan (b) di atas serta (f) di bawah ini. Lihat SA Seksi 333 [PSA No. 17] Representasi Manajemtn f. Meminta keterangan tambahan atau melaksanakan beberapa prosedur yang dipertimbangkan perlu dan semestinya untuk menjawab pertanyaan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan prosedur, permintaan keterangan, dan pembicaraan yang telah dilaksanakan.. Posted 28th May 2011 by Sich Jerry Matanari Labels: Auditing 0 Add a comment Contoh Kasus dan Pembahasan Audit: Subsequent Event Pada tanggal 20 Juni 2011, auditor menemukan bahwa salah satu debitur PT “XX” bangkrut pada tanggal 1 April 2011. Penjualan kepada debitur dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2010. Jumlah tersebut tertagih pada tanggal 31 Desember 2010 dan 10 Februari 2011. Jawaban: Tidak perlu melakukan apa-apa Menurut SA Seksi 560 tentang peristiwa kemudian, menyatakan bahwa auditor mempunyai tanggung jawab tertentu atas kejadian dan transaksi yang mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan sampai dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan (tanggal laporan audit). Pada kasus ini piutang atas salah satu debitur tersebut telah tertagih tanggal 31 Desember 2010 dan 10 Februari 2011, artinya kejadian ini tentunya telah dilakukan revisi atas laporan keuangan PT “XX” dan telah dilakukan penyesuaian oleh auditor. Karena pekerjaan lapangan selesai tanggal 10 Februari 2011 dan laporan auditor keluar tanggal 2 Maret, artinya kebangkrutan salah satu debitur PT “XX” tanggal 1 April 2011 tidak menjadi tanggung jawab Auditor. Pada tanggal 3 Februari 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada tanggal 26 Januari 2011. Penyebab kebangkrutan adalah adanya kerugian tak terduga akibat tuntutan hukum pada tanggal 10 Januari 2011, karena adanya tuntutan dari pelanggan lainnya mengenai kualitas produk.
  • 21. Jawaban: Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan per tanggal 31 Desember 2010 Apabila posisi keuangan debitur yang bersangkutan per tanggal 31 Desember 2010 berada dalam keadaan sehat dan kebangkrutan disebabkan oleh kerugian tak terduga akibat tuntutan hukum yang terjadi tanggal 10 Januari 2011 dimana terjadi sesudah tanggal laporan posisi keuangan, maka klien hanya diminta untuk mengungkapkan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan per 31 Desember 2010. Pada tanggal 5 Februari 2011, Auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada tanggal 26 Januari 2011. Penjualan terakhir terjadi tanggal 7 Desember 2010 dan sejak tanggal itu tidak ada penerimaan kas dari debitur tersebut. Jawaban: Menyesuaikan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010 Apabila dalam mereview peristiwa kemudian, auditor berkesimpulan bahwa kebangkrutan debitur disebabkan akibat kesulitan keuangan yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan, dimana sejak penjualan terakhir terjadi tanggal 7 Desember 2010 dan sejak tanggal tersebut tidak ada penerimaan kas dari debitur tersebut, maka klien diminta untuk melakukan penyesuaian atas laporan keuangan per 31 Desember 2010 dengan mengakui kerugian yang diderita. Pada tanggal 6 Agustus 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada tanggal 20 Februari 2011 karena buruknya kondisi keuangannya. Penjualan kepada debitur tersebut terjadi pada tanggal 14 Juni 2010. Jawaban: Menyesuaikan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010 Apabila dalam me-review peristiwa kemudian, kebangkrutan debitur disebabkan memburuknya posisi keuangan yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan, maka klien diminta untuk melakukan penyesuaian atas
  • 22. laporan keuangan per 31 Desember 2010 dengan mengakui kerugian yang diderita. Pada tanggal 2 Februari 2011, auditor menemukan bahwa debitur PT. “XX” bangkrut pada tanggal 30 Januari 2011 atas penjulan yang terjadi pada tanggal 6 Januari 2011. Penyebab kebangkrutan adalah terjadinya kerugian kebakaran pada tanggal 15 Januari 2011 yang tidak diasuransikan. Jawaban: Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan per tanggal 31 Desember 2010 Apabila posisi keuangan debitur per tanggal 31 Desember 2010 berada dalam keadaan sehat dan kebangkrutan disebabkan oleh kerugian kebakaran yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan, maka klien hanya diminta untuk mengungkapkan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan. Pada tanggal 18 Januari 2011, PT “XX” diajukan dalam tuntutan hukum akibat transaksi yang terjadi pada tahun 2008 dan masih diakui sebagai kewajiban kontinjensi. Jawaban: Mengungkapkan informasi ini dalam penjelasan tambahan untuk laporan per tanggal 31 Desember 2010 Standar Akuntansi Keuangan mengharuskan kewajiban kontinjensi untuk diperlakukan sebagai salah satu kemungkinan dicatat sebagai utang bersyarat, maka klien hanya diminta untuk mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Pada tanggal 20 Maret 2011, PT “XX” kalah dalam kasus pengadilan yang berjalan sejak tahun 2009 dengan jumlah kerugian tepat sebesar tuntutan. Pada tanggal 31 Desember 2010, penjelasan tambahan menunjukkan opini penasehat hukum yang menyatakan bahwa perusahaan kemungkinan besar memenangkan kasus ini. Jawaban: Meminta klien untuk merevisi laporan keuangan 31 Desember 2010
  • 23. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan jika pada saat penyusunan laporan keuangan per 31 Desember 2010, PT “XX” belum mencatat jumlah kerugian tuntutan tersebut. Dalam hal ini, PT “XX” harus melakukan revisi atas laporan keuangannya karena tututan tersebut telah terjadi sebelum tanggal laporan posisi keuangan dan jumlahnya tepat tidak ada perubahan. Jika jumlahnya berbeda baru dilakukan penyesuaian atas laporan keuangan per tanggal 31 Dessember 2010. Pada tanggal 16 Februari 2011, tuntutan hukum diajukan kepada PT “XX” karena kasus pelanggaran paten yang terjadi pada awal tahun 2010. Penasehat hukum berpendapat bahwa mungkin klien akan kalah. Jawaban: Tidak perlu melakukan apa-apa Klaim terhadap pelanggaran hak paten menurut Standar Akuntansi Keuangan, tidak akan dicatat sampai benar-benar hal tersebut telah direalisasikan. Pada tanggal 31 Mei 2011, Auditor menemukan adanya tuntutan hukum yang tak lazim kepada PT “XX” yang terjadi pada tanggal 20 Juni 2010. Jawaban: Tidak perlu melakukan apa-apa Karena temuan terjadi setelah laporan audit dikeluarkan, maka auditor tidak perlu melakukan apa-apa lagi karena tanggung jawab auditor terletak sejak dilakukannya pemeriksaan sampai dengan laporan audit dikeluarkan. Jika ada kejadian yang terjadi setelah tanggal laporan audit, maka bukan lagi menjadi tanggung jawab auditor. Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: Auditing Tidak ada komentar: Poskan Komentar
  • 24. PENYELESAIAN AUDIT/TANGGUNG JAWAB SESUDAH AUDIT MENYELESAIKAN PEKERJAAN LAPANGAN Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan. Prosedurnya adalah : Melaksanakan Review Atas Peristiwa Kemudian Tanggung jawab auditor untuk menilai kewajaran laporan keuangan klien tidak terbatas pada pemeriksaan atas peristiwa dan transaksi yang terjadi hingga tanggal neraca. AU 560,Subsequent Events, menyatakan bahwa auditor juga mempunyai tanggung jawab spesifik atas peristiwa dan transaksi yang : a. Mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan b. Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta laporan auditor Jenis Peristiwa Berikut adalah dua jenis peristiwa kemudian menurut AU 560.03 dan .05 : a. Peristiwa Kemudian Jenis 1 Memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses penyusunan laporan keuangan. Peristiwa jenis 1 tersebut memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan. b. Peristiwa Kemudian Jenis 2 Memberikan bukti berkenaan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal tersebut. Peristiwa jenis 2 tersebut memerlukan pengungkapan dalam laporan, atau dalam kasus yang sangat material, menyertakan data pro-forma pada laporan keuangan. Prosedur Audit Dalam Periode Setelah Tanggal Neraca Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian sampai tanggal laporan auditor. Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dalam dua cara berikut : a. Mewaspadai peristiwa kemudian dalam melaksanakan pengujian substantive akhir tahun seperti pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum tercatat. b. Melaksanakan prosedur audit yang ditetapkan dalam AU 560.12 atau mendekati akhir pekerjaan lapangan. Pengaruh Terhadap Laporan Auditor
  • 25. Kelalaian untuk mencatat atau mengungkapkan secara tepat peristiwa kemudian dalam laporan keuangan akan menimbulkan penyimpangan dari laporan standar auditor Membaca Notulen Rapat Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan subkomitenya, seperti komite keuangan dan komite audit, dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikansi audit. Contohnya : dewan komisaris dapat mengotorisasi penerbitan obligasi baru,pembelian saham treasuri,dll. Pembacaan notulen rapat biasanya dilakukan segera setelah hal itu tersedia, guna memberikan auditor kesempatan maksimum untuk menilai signifikansi auditnya. Misal : informasi yang dipelajari dari catatan tersebut menyebabkan auditor untuk mengubah pengujian substantif. Dan pembacaan notulen rapat oleh auditor harus didokumentasikan dalam kertas kerja. Mendapatkan Bukti Mengenai Litigasi, Klaim, dan Penilaian FASB dalam SFAS 5, mendefinisikan kontinjensi sebagai kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang ada yang melibatkan ketidakpastian mengenai kemungkinan keuntungan (kontinjensi keuntungan) dan kerugian (kontinjensi kerugian). Kontinjensi keuntungan hanya akan menimbulkan masalah yang relatif kecil, sedangkan kontinjensi kerugian seringkali merupakan masalah yang signifikan bagi auditor. Kontinjensi kerugian meliputi kewajiban yang potensial dari perselisihan pajak penghasilan,klaim,dll. mempersyaratkan bahwa kontinjensi kerugian harus : a. Dicatat sebagai kewajiban b. Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan c. Diabaikan Pertimbangan Audit SAS 12 (AU 337.04) menyatakan bahwa auditor harus mendapatkan bukti- bukti tentang : a. Eksistensi kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang menunjukan ketidakpastian mengenai kemungkinan terjadinya kerugian pada suatu entitas dari litigasi, klaim, dan penilaian (LCA). b. Periode di mana penyebab yang mendasari tindakan hukum terjadi. c. Tingkat probabilitas hasil yang tidak menguntungkan. d. Jumlah atau rentang kerugian yang potensial. Surat Pertanyaan Audit AU 337.08 menunjukkan bahwa surat pertanyaan audit kepada ahli hokum klien merupakan sarana utama bagi auditor untuk mendapatkan informasi pendukung tentang LCA yang diserahkan oleh manajemen. Surat tersebut harus dikirimkan oleh manajemen kepada setiap ahli hukum yang telah ditugaskan oleh klien.
  • 26. Pengaruh Jawaban Terhadap Laporan Auditor Jawaban ahli hukum mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap laporan auditor. Yaitu, auditor dapat mengeluarkan suatu laporan standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Hal ini dapat terjadi apabila jawabannya menunjukkan bahwa berdasarkan penyelidikan yang layak atas masalah yang dihadapi, terdapat : a. Probabilitas yang tinggi atas hasil yang menguntungkan b. Masalah yang dihadapi adalah tidak material Mendapatkan Surat Representasi Klien Auditor diwajibkan untuk mendapatkan representasi tertulis tertentu dari manajemen dalam memenuhi sandar ketiga pekerjaan lapangan. Hal ini dapat dicapai melalui surat representasi klien, yang umumnya dikenal sebagai surat rep. AU 333, Management Representations, menjelaskan bahwa representasimerupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan pengganti penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang layak atas suatu pendapat. Representasi manajemen harus dapat : a. Mengkonfirmasikan representasi lisan yang diberikan kepada auditor b. Mendokumentasikan kelayakan yang berkelanjutan dari representasi tersebut c. Mengurangi kemungkinan kesalahpahaman mengenai representasi manajemen Isi Surat Representasi Menurut AU 333.06 terdapat empat kategori utama dari representsi spesifik yang harus termasuk dalam surat rep. Surat representasi itu harus mencakup representasi mengenai : a. Laporan keuangan b. Kelengkapan informasi c. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan d. Peristiwa kemudian Pengaruh Terhadap Laporan Auditor Apabila auditor menerima surat rep dan mampu mendukung representasi manajemen, maka suatu laporan audit standar dapat dikeluarkan. Tetapi, jika ada keterbatasan pada lingkup audit jika auditor tidak dapat : a. Memperoleh surat rep b. Mendukung representasi manajemen yang bersifat material bagi laporan keuangan dengan prosedur audit lainnya Pembatasan lingkup tersebut akan mengakibatkan penyimpangan dari laporan standar auditor baik melalui pendapat wajar dengan kualifikasi maupun penolakan pemberian pendapat.
  • 27. Melaksanakan Prosedur Analitis Prosedur analitis disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review keseluruhan atas laporan keuangan. SAS 56 (AU 329.22) menyatakan bahwa tujuan dari review keseluruhan adalah untuk membantu auditor menilai kesimpulan yang dicapai dalam audit dan dalam mengevaluasi penyajianlaporan keuangan secara keseluruhan. Dalam melakukan review keseluruhan, auditor membaca laporan keuangan dan catatan serta mempertimbangkan kelayakan bukti yang diperoleh dalam menanggapi saldo dan hubungan yang tidak biasa serta tidak terduga yang : a. Diantisipasi dalam perencanaan audit b. Diidentifikasi selama audit dalam pengujian substantif MENGEVALUASI TEMUAN Terdapat dua tujuan auditor dalam mengevaluasi temuan-temuan, yaitu : a. Menentukan jenis pendapat yang harus dinyatakan b. Menentukan apakah GAAS telah dipenuhi dalam audit Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor menyelesaikan langkah-langkah berikut : Membuat Penilaian Akhir Atas Materialitas Dan Risiko Audit Prasyarat yang esensial dalam memutuskan suatu pendapat yang akan dikeluarkan adalah penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit. Titik tolak untuk melakukan proses ini adalah menjumlahkan salah saji-salah saji yang ditemukan ketika memeriksa semua akun yang belum dikoreksi oleh klien. Penentuan auditor atas salah saji dalam suatu akun dapat mencakup komponen berikut : a. Salah saji yang belum dikoreksi yang secara spesifik diidentifikasi melalui pengujian substantive atas rincian transaksi dan saldo b. Proyeksi salah saji yang belum dikoreksi yang diestimasi melalui teknik sampling audit c. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi oleh prosedur audit lainnya Semua komponen yang terdapat dalam suatu akun dikenal sebagai salah saji yang mungkin , sementara jumlah salah saji yang mungkin dalam semua akun disebut sebagai salah saji agregat yang mungkin. Penilaian auditor atas salah saji agregat yang mungkin dapat mencakup pengaruh dari semua salah saji yang mungkin belum dikoreksi selama periode sebelumnya terhadap laporankeuangan periode berjalan. Data yang telah diakumulasi kemudian dibandingkan dengan pertimbanga pendahuluan auditor mengenai materialitas yang dibuat ketika merencanakan audit. Dalam merencanakan audit, auditor menetapkan tingkat risiko audit yang dapat diterima. Jika salah saji agregat meningkat, maka risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang material juga meningkat. Jika auditor merasa bahwa risiko audit tidak dapat diterima, maka auditor harus: a. Melaksanakan pengujian substantif tambahan
  • 28. b. Meyakinkan klien untuk melakukan koreksi yang diperlukan untuk mengurangi risiko salah saji yang material Mengevaluasi Kelanjutan Usaha AU 341 menetapkan tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama suatu periode waktu yang layak, yaitu tidak melebihi satu tahun di luar tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Biasanya, informasi yang akan menimbulkan keraguan yang substansial tentang asumsi kelanjutan usaha berkaitan dengan ketidakmampuan entitas untuk terus memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo tanpa diposisi aktiva yang besar di luar arah bisnis yang biasa, merestrukturisasi hutang, merevisi operasinya yang dipaksa dari luar, atau melakukan tindakan yang serupa. Jika auditor merasa yakin bahwa terdapat keraguan yang substansial mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelanjutan usahanya, maka auditor harus : a. Mendapatkan informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi pengaruh kondisi atau peristiwa tersebut b. Menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat diterapkan secara efektif Tetapi jika auditor menyimpulkan terdapat keraguan yang substansial mengenai kelanjutan usaha, maka auditor harus : a. Mempertimbangkan kelayakan pengungkapan mengenai kemungkinan ketidakmampuan entitas untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama periode waktu yang layak b. Menyertakan suatu paragraf penjelasan Jika auditor menyimpulkan tidak ada keraguan yang substansial, maka auditor tetap harus mempertimbangkan kebutuhan akan pengungkapan. Melakukan Review Teknis Atas Laporan Keuangan Sebelum mengeluarkan laporan audit atas klien yang merupakan perusahaan terbuka, review teknis juga harus dilakukan atas laporan itu oleh partner yang bukan anggota tim audit. Daftar periksa tersebut mencakup hal-hal yang berkenaan dengan bentuk dan isi dari masing-masing laporan keuangan dasar termasuk pengungkapan yang disyaratkan. Merumuskan Pendapat Dan Menulis Naskah Laporan Audit Dalam penyelesaian audit, auditor perlu memisahkan temuan-temuan dengan mengikhtisarkan dan mengevaluasinya untuk tujuan menyatakan pendapat ataslaporan keuangan secara keseluruhan. Tanggung jawab akhir atas langkah-langkah ini terletak pada partner yang melakukan penugasan itu. Sebelum mengambil keputusan akhir tentang pendapat, biasanya diadakan suatu konferensi dengan klien Melakukan Review Akhir Atas Kerja Review ini dilakukan untuk mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat oleh penyusun kertas kerja. Review tambahan atas kertas kerja dapat dilakukan pada akhir pekerjaan lapangan oleh anggota tim audit.
  • 29. MENGKOMUNIKASIKAN DENGAN KLIEN Komunikasi antara auditor dengan klien pada penutupan audit melibatkan komite audit dan manajemen. Komunikasi komite audit membicarakan hal-hal berkenaan dengan: a. Pengendalian internal klien b. Pelaksanaan audit Mengkomunikasikan Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Pengendalian Internal AU 325 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan, yang didefinisikan sebagai hal yang merupakan kekurangan yang signifikan dalam perancangan atau operasi pengendalian internal, yang dapat berpengaruh buruk terhadap kemampuan organisasi untuk mencatat, memproses, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. AU 325.11 menyatakan bahwa setiap laporan yang diterbitkan mengenai kondisi yang dapat dilaporkan harus : a. Menunjukkan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan dan bukan memberikan kepastian tentang pengendalian internal b. Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan c. Menyertakan pembatasan pembagian Mengkomunikasikan Hal-hal Yang Berkenaan Dengan Pelaksanaan Audit AU 380 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tertentu berkenaan dengan pelaksanaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses pelaporan keuangan. AU 380.06-14 menyatakan bahwa komunikasi dengan komite audit dapat mencakup hal-hal berikut : a. Tanggung jawab auditor menurut GAAS b. Kebijakan akuntansi yang signifikan c. Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas d. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi e. Penyesuaian audit yang signifikan f. Ketidak sepakatan dengan manajemen g. Konsultasi dengan akuntan lain h. Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri i. Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan audit Menyiapkan Surat Manajemen
  • 30. Ketika menyelesaikan suatu audit, banyak auditor menganggap bermanfaat untuk menulis surat kepada manajemen, yang dikenal sebagai surat manajemen, yang memuat rekomendasi yang tidak termasuk dalam komunikasi yang disyaratkan dengan komite audit. Surat manajemen dapat mencakup komentar tentang : a. Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal yang tidak di pertingbangkan sebagai kondisi yang dapat di laporkan b. Rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya dan jasa bernilai tambah yang tercatat selama audit c. Hal-hal yang bersangkutan dengan pajak TANGGUNG JAWAB SETELAH AUDIT Peristiwa Kemudian Yang Terjadi Antara Tanggal Dan Penerbitan Laporan Auditor SAS 1 (AU 530), menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengajukan pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu ini guna menemukan peristiwa kemudian yang material. Auditor dapat menggunakan tanggal ganda dalam laporan audit. Tanggal ganda merupakan praktik yang paling umum karena member tanggal kembali atas keseluruhan laporan akan memperluas tanggung jawab auditor secara keseluruhan di luar penyelesaian pekerjaan lapangan Penemuan Fakta Yang Ada Pada Tanggal Laporan Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk menemukan fakta yang ada setelah audit pada tanggal laporan audit. Namun, SAS 1 (AU 561.04), menunjukkan bahwa jika (1) auditor menyadari adanya fakta tersebut dan (2) fakta itu mungkin mempengaruhi laporan yang telah dikeluarkan, maka auditor diwajibkan untuk memastikan reliabilitas informasi itu. Jika klien menolak untuk mengungkapkan fakta yang baru ditemukan, maka auditor harus member tahu setiap anggota dewan komisaris mengenai penolakan tersebut penyelidikan yang memuaskan, maka tanpa mengungkapkan informasi spesifik, auditor harus (1) menunjukkan tidak adanya kerjasama itu dan (2) menyatakan bahwa jika informasi itu benar, laporan audit tidak dapat lagi diandalkan. Penemuan Prosedur Yang Dihilangkan Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin bahwa orang- orang saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan prosedur yang dihilangkan atau prosedur alternative yang akan memberikan dasar yang memuaskan atas pendapatnya. Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan pendapat telah diperoleh dan bukti-bukti mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor tidak mempunyai tanggung jawab lagi. Tetapi, jika pelaksanaan prosedur yang dihilangkan mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal laporan sehingga akan mengubah pendapat yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus mengikuti prosedur pemberitahuan yang diuraikan dalam paragraph terakhir dari bagian terdahulu untuk mencegah ketergantungan
  • 31. selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur alternatif atau yang dihilangkan, maka auditor dapat berkonsultasi dengan pengacara untuk menentukan tindakan yang tepat. Diposkan oleh megawaty anwar di 06.58 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: 1.A LATAR BELAKANG Jika semua unsur laporan keuangan telah selesai diaudit, auditor telah sampai pada tahap akhir auditnya. Sebelum ia meninggalkan perusahaan klien, ia harus me-reviewkertas kerja yang telah dibuatnya dengan cara membandingkannya dengan kuesioner pengedalian intern dan program pengujian kepatuhan dan program pengujian substantif, untuk memperoleh keyakinan bahwa semua informasi yang diperlukannya sebagai dasar penyusunan laporan audit telah terkumpul semua. Tanggung jawab auditor menelaah peristiwa kemudian biasanya dibatasi untuk periode yang diawali tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan audit. Kerena tanggal alporan audit berhubungan dengan penyelesaian prosedur auditing yang penting di kantor klien, penelaah peristiwa kemudian seharusnya diselesaikan mendekati akhir penugasan. 1.B RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah yakni: 1. Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, bagaimana auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan? 2. Peristiwa kemudian apa saja yang perlu dijelaskan dalam laporan audit? 3. Bagaimana prosedur audit terhadap peristiwa kemudian. 1.C TUJUAN 1. Untuk mengetahui dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, bagaimana auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan. 2. Mengetahui peristiwa kemudian apa saja yang perlu dijelaskan dalam laporan audit. 3. Mengetahui bagaimana prosedur audit terhadap peristiwa kemudian. BAB II PEMBAHASAN 2.A PENYELESAIAN PEKERJAAN LAPANGAN Menyelesaikan pekerjaan lapangan
  • 32. Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit tambahan. Prosedurnya adalah : 1. Melakukan review atas peristiwa kemudian a. Mempunyai tanggung jawab spesifik atas peristiwa dan transaksi yang mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan. b. Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta laporan auditor. Peristiwa-peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa kemudian. Jenis-jenis peristiwa kemudian : a. Peristiwa kemudian jenis 1 yaitu memberikan bukti tambahan berkenaan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan mempengaruhi estimasi yang inheren dalam proses penyusunan laporan keuangan. b. Peristiwa kemudian jenis 2 yaitu memberikan bukti yang berkenaan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca tetapi muncul setelah tanggal itu. Prosedur audit dalam periode setelah tanggal neraca Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian sampai tanggal laporan auditor yang biasanya merupakan akhir dari pekerjaan lapangan, tanggung jawab ini dilaksanakan dalam 2 cara : a. Dengan mewaspadai peristiwa kemudian dalam melaksanakan pengujian substantive akhir tahun seperti pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum dicatat. b. Melaksanakan prosedur audit yang mendekati akhir pekerjaan lapangan 2. Membaca notulen rapat Notulen rapat, pemegang saham, dewan komisaris dan subkomitenya seperti komite keuangan dan komite audit dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikasi audit. Sebagai auditor harus menentukan bahwa semua notulen rapat dewan yang diadakan selama periode yang sedang diaudit dan selama periode dari tanggal neraca samapai akhir pekerjaan lapangan harus diserahkan padanya untuk direview. Pembacaan notulen rapat oleh auditor biasanya dilakukan secara segera setelah hal itu tersedia. 3. Mendapatkan bukti mengenai litigasi, klaim, dan penilaian Mendefinisikan kontinjensi sebagai kondisi, situasi yang ada yang melibatka ketidakpastian keuangan (kontinjensi keuntungan) atau kerugian. a. Kontinjensi keuntungan seperti klaim oleh klien terhadap pihak lain atas pelanggaran paten. b. Kontinjensi kerugian merupakan masalah yang signifikan bagi auditor yang tergantung pada evaluasi yang subjektif atas kemungkinan pembayaran masa depan. 4. Mendapatakan surat representasi klien Representasi merupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan pengganti penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang layak untuk suatu pendapat.
  • 33. Surat rep dapat menjadi pelengkap bagi prosedur audit yaitu sebagai sarana utama bagi auditor untuk mendapatkan bukti mengenai ICA. Isi surat representasi : 1. Laporan keuangan 2. Kelengkapan informasi 3. Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan 4. Peristiwa kemudian 5. Melaksanakan prosedur analitis Prosedur analitis juga diisyaratkan sebagai review keseluruhan atas laporan keuangan. Tujuan review keseluruhan adalah untuk membantu auditor menilai kesimpulan yang dicapai dalam audit dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Dalam melakukan review auditor mwmbaca laporan keuangan dan catatan yang menyertai serta mempertimbangakan kelayakan bukti yang diperoleh dalam menanggapi saldo dan hubungan yang tidak biasa serta tidak terduga yang diantisipasi dalam perencanaan audit atau diidentifikasi selama audit dalam pengujian substantive. Mengevaluasi temuan Langkah-langkah dalam evaluasi temuan yaitu : 1. Membuat penilaian akhir atas meterialitas dan resiko audit 2. Mengevaluasi apakah ada keraguan yang besar mengenai kemampuan entitas untuk mempertahankan kelanjutan usahanya 3. Melakukan review teknis atas laporan keuangan 4. Merumuskan pendapat dan membuat naskah laporan audit 5. Melakukan review akhir atas kertas kerja Komunikasi dengan klien 1. Mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal Setiap laporann yang diterbitkan mengenai kondisi yang dapat dilaporkan harus : a. Menunjukan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan dan bukan memberikan kepastian tentang pengendalian internal. b. Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan. c. Menyertakan pembatasan pembagian 2. Mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan audit Mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tetentu berkenaan dengan pelaksaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses pelaporan keuangan. Biasanya tanggung jawab ini dibebankan ke suatu komite audit dari dewan komisaris atau kesatu kelompok dengan wewenang yang sama seperti komite keuangan. Komunikasi dalam komite audit dapat mencakup hal-hal berikut : a. Tanggung jawab auditor menurut GAAS b. Kebijakan akuntansi yang signifikan c. Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas d. Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi e. Penyesuaian audit yang signifikan f. Ketidaksepakatan dengan manajemen g. Konsultasi dengan akuntan lain h. Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri i. Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaa audit Tanggung jawab setelah audit Mencakup pertimbangan atas : 1. Peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal dan penerbitan laporan audit
  • 34. 2. Penemuan fakta yang ada 3. Penemuan prosedur yang dihilangkan Tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan yang dilakukan oleh auditor meliputi: 1. Membuat skedul pendukung. 2. Membuat skedul utama. 3. Membuat working trial balance. 4. Membuat ringkasan jurnal adjustment. 5. Membuat laporan keuangan auditan. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam mereview jurnal adjustment: 1. Kebenaran akun yang didebit dan dikredit serta ketelitian penghitungan jurnal adjustment yang akan diusulkan tersebut. 2. Kelengkapan penjelasan jurnal adjustment. 3. Reaksi klien yang timbul atas adjustment yang diusulkan tersebut. Auditor membicarakan berbagai jurnal adjustment dan penjelasan laporan keuangan tersebut dengan klien, untuk diusulkan bagi adjustment terhadap catatan akuntansi dan penjelasan laporan keuangan klien. Jika klien menyetujui semua jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor, dan menyetujui semua penjelasan yang diusulkan oleh auditor di dalam penjelasan laporan keuangan, maka laporan keuangan auditan dan penjelasan laporan keuangan akan disajikan sebagai bagian dari laporan audit. Jika tidak semua jurnal adjustment dan penjelasan laporan keuangan disetujui oleh klien, auditor dapat mengubah pendapatnya sedemikian rupa sehingga mencerminkan hasil auditnya terhadap laporan keuangan auditan. 2.2 PERISTIWA KEMUDIAN Peristiwa kemudian atau subsequent event atau post-statement event adalah peristiwa kemudian yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Dalam periode peristiwa kemudian (subsequent period) kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa yang mempunyai pengaruh yang material terhadap penyajian informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan. Auditor berkepentingan untuk menjelaskan terjadinya peristiwa kemudian ini di dalam laporan auditornya, jika dampak peristiwa tersebut terhadap laporan keuangan aufitan material, sehingga diperkirakan jika auditor tidak berbuat demikian, pemakai laporan keuangan akan melakukan keputusan yang salah. Peristiwa kemudian yang perlu dijelaskan di dalam laporan audit: 1. Peristiwa yang jumlahnya material. 2. Peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa. 3. Peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien dibagi menjadi dua golongan: 1. Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien. 2. Peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu. Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien. Peristiwa atau transaksi ini memberikan informasi tambahan bagi manajemen untuk menentukan saldo akun penilaian (misalnya akun Cadangan Kerugian Piutang) pada tanggal neraca dan juga kepada auditor dalam memverifikasi saldo akun tersebut. Sebagai contoh, auditor menghadapi kesulitan dalam menentukan penilaian yang wajar terhadap sediaan karena terjadinya keusangan dalam kondisi sediaan tersebut. Penjualan sediaan tersebut sebagai barang rongsokan dalam periode setelah tanggal neraca dapat dipakai oleh auditor sebagai dasar untuk menentukan nilai yang wajar bagi sediaan tersebut pada tanggal neraca. Nilai jual rongsokan yang diketahui oleh auditor setelah tanggal neraca tersebut dipakai oleh auditor untuk membuat jurnal adjusment yang diusulkan kepada klien sebagai nilai sediaan tersebut di dalam catatan dan laporan keuangan klien. Contoh peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien:
  • 35. 1. Pengumuman kebangkrutan debitur klien karena terjadinya kesulitan keuangan debitur tersebut, yang jumlah piutang kepada debitur tersebut melebihi jumlah cadangan kerugian piutang yang telah dibentuk oleh klien. 2. Penyelesaian perkara pengadilan yang jumlahnya berbeda dengan jumlah yang telah dicatat di dalam buku klien. 3. Penjualan ekuipmen yang sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha klien, dengan harga dibawah nilai bukunya kini. 4. Penjualan surat berharga pada harga yang lebih rendah daripada kos yang dicatat di dalam buku klien. Peristiwa kemudia yang tidak berdampak langsung terhadap laporan keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu. Penyebab terjadinya peristiwa kemudian dalam golongan ini tidak ada sebuah tanggal neraca,tetapi peristiwa ini sangat penting sehingga memerlukan penjelasan, meskipun tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien. Umumnya peristiwa kemudian ini sudah cukup jika dijelaskan dalam catatan kaki, tetapi kadang-kadang peristiwa ini sangat penting artinya sehingga memerlukan tambahan penjelasan riwayat terjadinya dan pernyataan akibat peristiwa ini seandainya terjadi pada tanggal neraca. Contoh peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu, misalnya sebagai catatan kaki atau penjelasan di dalam laporan audit: 1. Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi sementara. 2. Pengeluaran obligasi atau saham. 3. Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya terjadi setelah tanggal neraca. 4. Penurunan nilai pasar persediaan sebagai akibat larangan pemerintah terhadap penjualan suatu produk. 5. Kerugian akibat terbakarnya sediaan yang tidak diasuransikan. Akun yang Terpengaruh Peristiwa Kemudian Kas Bank klien bangkrut. Keputusan pengadilan yang menyita data klien. Perampokan, pencurian dan penggelapan kas yang jumlahnya melebihi ganti rugi yang diterima dari perusahaan asuransi. Piutang Usaha Kegagalan, penagihan piutang usaha kepada sebagian besar pelanggan yang tidak diperkiraka sebelumnya. Investasi Penurunan drastis harga pasar surat berharga. Kesulitan keuangan yang dialami oleh perusahaan yang mengeluarkan surat berharga yang dimiliki oleh klien sebagai investasi. Kegagalan pembayaran bunga dan pokok pinjaman oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi. Penjualan surat berharga pada harga yang jauh diatas atau di bawah kosnya. Sediaan Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain, yang tidak diasuransikan. Kenaikan atau penurunan drastis harga pasar sediaan. Perubahan metode penentuan harga sediaan. Penggunaan sediaan yang bersifat luar biasa sebagai jaminan penarikan kredit. Aktiva Tetap Kerugian karena kebakaran atau bencana alam yang lain, yang tidak diasuransikan. Rencana perluasan usaha atau pengurangan dana. Penilaian aktiva tetap.
  • 36. Keusangan aktiva tetap karena perubahan yang mendadak pada permintaan atau produk yang dihasilkan. Utang Lancar Komitmen pembeliaan yang bersifat luar biasa, yang disertai dengan penurunan harga jual barang dagangan. Pembatalan kontrak pembelian. Kegagalan dalam pemabayaran utang wesel. Utang Jangka Panjang Kenaikan yang besar dalam utang jangka panjang. Kegagalan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman. Modal Saham Kenaikan atau penurunan jumlah lembar saham yang beredar. Transaksi pembelian saham sebagai treasury treasury stock yang bersifat luar biasa. Reorganisasi struktur modal saham. Pengubahan utang obligasi menjadi saham biasa. Perubahan bentuk badan usaha, misalnya dari badan usaha berbentuk persekutuan (CV atau Firma) menjadi perseroan terbatas (PT) atau sebaliknya. Saldo Laba (Retained Earnings) Pembagian dividen yang bersifat luar biasa, yang mengganggu modal kerja. Penyisihan saldo laba yang bersifat luar biasa. Laba atau rugi yang jumlahnya material, yang dikreditkan atau didebitkan langsung kedalam saldo laba. Unsur lain Perubahan pimpinan puncak. Perubahan kebijakan manajemen. Perubahan undang-undang. Tambahan pengenaan pajak atau penerimaan penggantian pajak (tax refund) yang bersifat luar biasa. Persyaratan yang ditetapkan oleh pasar modal. Prosedur audit terhadap peristiwa kemudian: 1. Pelajari notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komisi-komisi yang dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca. 2. Review laporan keuangan klien yang dibuat dalam jangka waktu antara tanggal neraca auditan sampai dengan tanggal penerbitan laporan audit. 3. Adakan wawancara dengan pimpinan perusahaan mengenai peristiwa yang kemungkinan berdampak material terhadap penyajian laporan keuangan. 4. Lakukan wawancara dengan penasihat hokum klien. 5. Review penagihan piutang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca. 6. Review jurnal penerimaan kas terutama yang mengenai transaksi penerimaan kas dari penarikan kredit atau dari penjualan aktiva tetap yang jumlahnya material. 7. Review transaksi yang material jumlahnya yang dicatat dalam buku jurnal material. Penjelasan prosedur audit terhadap Peristiwa kemudian Pelajari notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komisi-komisi yang dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca. Tujuan prosedur audit ini 1a]d1al1ah nn1a Peristiwa Setelah Tanggal Neraca, efeknya terhadap penyajian laporan keuangan Laporan auditor independen umumnya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan keuangan historis yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan pada tanggal tertentu dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut. Namun, ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal tersebut tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai
  • 37. akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut. Misalnya, auditor mengaudit laporan keuangan per 31 Desember 2007 dan menerbitkan laporan auditor independen (opini auditor) pada tanggal 22 Maret 2008. Selama pelaksanaan audit, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal 31 Desember 2007 sampai tanggal 22 Maret 2008 yang memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan auditan per 31 Desember 2007 tersebut. Peristiwa atau transaksi tersebut di atas merupakan “Peristiwa Kemudian atau Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Events)” yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa Kemudian serta Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 (Revisi 2003) tentang Peristiwa Setelah Tanggal Neraca. Ada dua jenis peristiwa setelah tanggal neraca seperti yang diatur dalam PSAK dan SPAP, yaitu : (1) peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan adalah : 1. Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan setelah tanggal neraca 2. Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca atau penyelesaian tuntutan hukum yang jumlahnya berbeda dengan jumlah hutang yang sudah dicatat jika peristiwa yang menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca 3. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak benar (2) peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian Untuk peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian atas penyajian laporan keuangan, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa tertentu yang mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan pembacanya. Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah penting, dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut untuk setiap peristiwa tersebut : 1. Jenis peristiwa yang terjadi; 2. Estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu tidak dapat dibuat. Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian tetapi diperlukan adanya pengungkapan dalam laporan keuangan adalah : 1. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru 2. Terjadinya tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca 3. Pembelian dan pelepasan aset dalam jumlah yang signifikan, atau pengambilalihan aset oleh pemerintah 4. Perubahan abnormal atas harga aset atau nilai tukar mata uang asing setelah tanggal neraca
  • 38. 5. Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan setelah tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aset dan kewajiban pajak kini dan tangguhan 6. Kerugian aktiva tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran Pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang memerlukan penyesuaian laporan keuangan atau tidak ataupun yang memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan auditan membutuhkan penerapan kebijakan dan pengetahuan tentang fakta-fakta dan kondisi yang ada. Misalnya, kerugian sebagai akibat piutang tidak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan sesudah tanggal neraca merupakan indikasi keadaan yang ada pada tanggal neraca, sehingga membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan sebelum diterbitkan. Namun, apabila kerugian yang sama terjadi sebagai akibat adanya pelanggan yang mengalami kebangkrutan karena kebakaran atau banjir sesudah tanggal neraca, bukan merupakan indikasi kondisi yang ada pada tanggal neraca, sehingga tidak diperlukan adanya penyesuaian atas laporan keuangan (Hrd). BAB III PENUTUP 3.A Kesimpulan Auditor diwajibkan untuk berkomunikasi dengan klien mengenai kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan pengendalian internal dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan audit. Selain itu, auditor juga mengkomunikasikan rekomendasi mengenai efisiensi dan efektivitas operasi klien dalam surat manajemen. Terakhir, auditor mempunyai tanggung jawab tertentu setelah audit berkaitan dengan peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal laporan audit dan penerbitannya, penemuan selanjutnya atas fakta yang ada pada tanggal laporan, dan penemuan selanjutnya atas prosedur yang dihilangkan.