Dokumen tersebut membahas pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi. Kebudayaan mempengaruhi pemikiran manusia sehingga memengaruhi keputusan pembelian. Faktor-faktor kebudayaan seperti nilai individualistik vs kolektifis, peran usia, pengaruh keluarga, dan tren memengaruhi keputusan konsumen. Kebudayaan merupakan hasil pemikiran yang berbeda antar individu sehingga mempengaruhi permintaan barang
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Pengaruh Kebudayaan terhadap Pembelian dan Konsumsi
1. #TULISAN 6 PERILAKU KONSUMEN#
“PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN
DAN KONSUMSI”
NAMA:
YUSNIARI SINAGA
(NPM: 17211693)
KELAS : 3EA27
DOSEN: TOMI ADI SUMIARSO, SE
UNIVERSITAS GUNADARMA – KALIMALANG
TH. 2013/2014
2. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI
Pengertian Kebudayaan, Pembelian dan Konsumsi
Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin, Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa
Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
Pembelian
Pembelian merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pihak yang disebut sebagai
pembeli dalam suatu transaksi jual-beli dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat dari
barang yang dibeli sekaligus untuk memuaskan keinginan atas hasrat membeli yang dimiliki
oleh si pembeli.
Manfaat Pembelian :
1. Mendapatkan barang hasil pembelian
2. Dapat memenuhi kebutuhan melalui pembelian
3. Hasil Pembelian itu bermanfaat
4. Penjual mendapatkan hasil dari penjualannya
Konsumsi
Konsumsi merupakan kegiatan untuk memperoleh manfaat serta menghabiskan secara
berangsur atau sekaligus fungsi dari suatu barang atau jasa yang diperoleh melalui proses
pembelian dengan kesepakatan harga bersama dengan si penjual, dengan tujuan untuk
menjaga kelangsungan hidup si pemakai.
1 | P a g e
3. Konsumsi sebagai Suatu Kebutuhan dan Keinginan
Melakukan Pembelian dan Konsumsi merupakan perilaku utama seorang Konsumen.
Untuk menjalankan perilaku ini tentunya seorang Konsumen memiliki kebudayaan atau hasil
pemikirannya sendiri sebagai fokus untuk mendapatkan suatu barang atau jasa konsumsi.
Barang atau jasa yang ingin dikonsumsi merupakan perwujudan dari 2 (dua) hal dari dalam
diri konsumen tersebut yang ingin dipenuhi, yaitu:
1. Mengkonsumsi sebagai suatu kebutuhan
Terwujudnya kegiatan konsumsi, salah satunya disebabkan oleh adanya
kebutuhan. Kebutuhan adalah sesuatu yang benar-benar diharapkan untuk dicapai dan
manusia mempunyai banyak kebutuhan yang tidak boleh diremehkan begitu saja.
Misalkan, makan. Makan adalah salah satu kebutuhan manusia yang paling fatal jika
tidak pernah terpenuhi. Jika seseorang tidak pernah makan bagaimana mungkin orang
tersebut bisa berpikir jernih dalam melaksanakan tugas-tugasnya di kantor, bagaimana
mungkin dia nyaman dengan dirinya sendiri jika tidak pernah makan, bahkan
bagaimana mungkin seseorang dapat hidup bertahan lama di dunia ini jika tidak
pernah makan? Itulah sebabnya mengapa makan merupakan salah satu kebutuhan
masyarakat yang harus terpenuhi.
Pointnya adalah jika kebutuhan tidak segera dipenuhi maka akan berpengaruh
buruk terhadap kelangsungan hidup seorang konsumen.
2. Mengkonsumsi sebagai suatu keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual
dinamakan keinginan. Keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang
spesifik. Contoh dari keinginan disini ialah jika seseorang harus memakan makanan
yang mahal, terkenal dan lezat. Hal ini sudah merupakan suatu keinginan atau hasrat
dari dalam diri si konsumen jika harus mengkonsumsi makanan yang mewah, karena
tujuan melakukan kegiatan makannya disini bukanlah untuk memenuhi kebutuhan
akan makan semata tetapi terkandung di dalamnya sifat kemewahan yang berarti
suatu keinginan dari konsumen.
2 | P a g e
4. Perubahan Nilai
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya
perluasan perubahan budaya yaitu :
a. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk
segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika
budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti
lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi
kepuasan.
b. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan
kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
c. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang
memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
1.
Variasi Nilai Perubahan dalam Nilai Budaya terhadap Pembelian dan Konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam
hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai
lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu
dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama
dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif,
konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan
tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang
individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai
yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga,
maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
2. Individual/Kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New
Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India,
dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang
membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak
mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula
reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu
3 | P a g e
5. informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk
menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan
dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan
“stand out”, mungkin lebih efektif di negara amerika tapi secara umum tidak di negara
Jepang, Korea, atau Cina.
3.
Usia Muda/Tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum
muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata
lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran
usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk
menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para
orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka.
Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi
keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan
“kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi.
Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya
melainkan juga pada budaya didalamnya.
4. Luas/Batasan Keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu
keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang
dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik
bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang
terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian
oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada
beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang
dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam
mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand
yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan
dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain
4 | P a g e
6. halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu
keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.
Keputusan Pembelian dan Konsumsi dari Sisi Kebudayaan
Saat seorang calon pembeli ingin membeli suatu barang atau jasa, tentunya dikarenakan
oleh salah satu faktor atau bahkan keduanya dari faktor kebutuhan atau keinginan dari si
calon pembeli tersebut. Tidak menutup kemungkinan pula, bahwa si calon pembeli tersebut
akan melakukan pembelian berdasarkan kebudayaan yang dimilikinya.
Di atas telah disinggung bahwa kebudayaan itu merupakan hasil pemikiran manusia,
dimana pemikiran manusia itu saling berbeda satu sama lain. Pemikiran inilah yang
menyebabkan berbedanya permintaan akan barang atau jasa dari satu konsumen terhadap
konsumen lain.
Sebelum melakukan keputusan dalam pembelian, si calon pembeli atau konsumen
tentunya akan berpikir terlebih dahulu mengenai apa yang akan dibeli, dimana dia akan
membelinya, basis apa yang mendominasi sebelum dilakukan eksekusi pembelian, apakah
tingkat harga atau kualitas atau hanya memenuhi kepuasan mata. Semua itu dapat diperoleh
melalui pertimbangan bagaimana kebudayaan yang dimiliki oleh si calon pembeli.
Kebudayaan yang dimaksud tentu saja memiliki faktor pendorong sebagai pendukung
terwujudnya harapan si calon pembeli akan suatu barang atau jasa, seperti kondisi ekonomi,
selera, kualitas, tradisi dalam keluarga dan/atau lingkungan sekitar, saran dari orang-orang
yang berpengaruh terhadap si calon pembeli atau bahkan trend yang sedang booming bagi
kalangan yang sepantaran dengan si calon pembeli tersebut.
Semua keputusan ada di tangan si calon pembeli dan keputusan itu tidak lain adalah
hasil dari pemikirannya sendiri.
--SEKIAN--
Referensi:
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
http://fitrinuraisyah26.blogspot.com/2013/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian.html
5 | P a g e