Dokumen tersebut menjelaskan konsep taubat secara rinci, meliputi unsur-unsur ilmu, keadaan, dan perbuatan yang membentuk taubat, serta rukun-rukun taubat. Dokumen tersebut juga membahas berbagai aspek terkait taubat seperti kewajiban, keutamaan, syarat kelangsungan, dan hukum-hukum taubat.
3. Apa itu TAUBAT?
• Taubat adalah suatu pengertian yang tersusun secara
berurutan dari tiga unsur ILMU, KEADAAN, dan
PERBUATAN
ILMU KEADAAN PERBUATAN
4. ILMU
• ILMU terdiri dari dua hal: IMAN dan
KEYAKINAN
• IMAN
– Pembenaran (tashdiq) bahwa dosa adalah racun yang
membinasakan dan menjauhkan dari Allah
• KEYAKINAN
– Kokohnya pembenaran ini
– Tidak adanya keraguan yang menyertainya
– Dominasi pembenaran tersebut dalam hati
• Bila keduanya ada, maka muncul MOTIVASI dalam
dirinya untuk melakukan penyesalan dan perbuatan
5. KEADAAN
• KEADAAN = penyesalan (ُم َدَّ)الن
– Rasa sedihnya akibat tidak dapat melakukan apa yang
dicintainya
• Seringkali taubat dipakai untuk arti penyesalan
saja
ُم َدَّالن
ُةَبْوَت
“Penyesalan itu taubat”
(HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Hakim)
6. PERBUATAN
• Bila tasa sedih ini mendominasi hati, maka muncul suatu
keadaan lain yang disebut IRODAH (kehendak) dan
QASHD (keinginan) kepada perbuatan yang memiliki
hubungan dengan masa sekarang, masa lalu, dan masa
yang akan datang
1. Perbuatan MASA SEKARANG
– Meninggalkan dosa yang dilakukannya
2. Perbuatan MASA AKAN DATANG
– Bertekad meninggalkan dosa yang membuatnya kehilangan apa
yang dicintai hingga akhir kehidupan
3. Perbuatan MASA LALU
– Menyusuli apa yang luput dengan mengganti apabila dapat
diganti
7. Jadi, RUKUN TAUBAT adalah
1. Pembenaran (tashdiq) bahwa dosa adalah racun yang
membinasakan dan menjauhkan dari Allah
2. Kokohnya pembenaran ini, tidak adanya keraguan yang
menyertainya, dan dominasi pembenaran tersebut dalam
hati
3. Penyesalan, yakni rasa sedihnya akibat tidak dapat
melakukan apa yang dicintainya
4. Meninggalkan dosa yang dilakukannya
5. Bertekad meninggalkan dosa yang membuatnya
kehilangan apa yang dicintai hingga akhir kehidupan
6. Menyusuli apa yang luput dengan mengganti apabila
dapat diganti
8. Hakikat Taubat
• Hakikat taubat adalah KEMBALI KEPADA
ALLAH dengan
– Mengerjakan apa-apa yang dicintai Allah dan
– Meninggalkan apa-apa yang dibenciNya
• Atau kembali dari sesuatu yang dibenci kepada
sesuatu yang dicintai
• Yang dicintai dan dibenci itu lahir dan batin,
maka di dalam taubat terkandung makna Islam,
iman, dan ihsan TUJUAN setiap mukmin:
permulaan dan kesudahan hidupnya
11. Keutamaan Taubat
“Sungguh Allah akan lebih senang menerima tobat hamba-Nya ketika ia
bertobat kepada-Nya daripada (kesenangan) seorang di antara kamu
sekalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat
tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan
minumannya dan putuslah harapannya untuk memperoleh kembali.
Kemudian dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah
keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya
tersebut. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati
untanya telah berdiri di hadapan. Lalu segera ia menarik tali kekang
unta itu sambil berucap dalam keadaan sangat gembira: Ya Allah,
Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu. Dia salah
mengucapkan karena terlampau merasa gembira.”
(Shahih Muslim No.4932)
12. Segera Bertaubat
• Bila seseorang berdosa kemudian dia menyadarinya
bahwa dosa itu akan membinasakannya, maka tentu dia
akan segera meninggalkannya
• Ini adalah kewajiban yang harus disegerakan
• Siapa yang tidak meninggalkan, ia kehilangan bagian
iman ini
َُُونِم ْؤُمَوهَيُوِنْزَُي َ
ين ِ
يُحِناَّيُالزِنْزَُي
َ
َل
َُرْشَُي َ
ين ِ
ُح َرْمَخ
ْ
ُالبَرْشَُي
َ
َل
َُوهَُوب
َُوهَُوقِرْسَُي َ
ين ِ
ُحقِرْسَُي
َ
َلَُونِم ْؤم
ُِم ْؤم
ُن
“Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak
ada pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak
ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.”
(Shahih Muslim No.86)
13. Tanda-tanda Kesempurnaan Taubat
1. Penyesalan dan kesedihan yang berlarut-
larut
2. Linangan air mata
3. Tangis dan renungan yang panjang
14. Syarat-syarat Kelanggengan Taubat
1. Membawa pikirannya ke hari pertama ketika
mencapai usia baligh
2. Memeriksa apa yang telah dilakukannya tahun
demi tahun, bulan demi bulan, hari demi hari,
nafas demi nafas
3. Memperhatikan berbagai kekurangannya dalam
KETAATAN dan berbagai KEMAKSIATAN
yang telah dilakukannya
15. Ketaatan
Taubatnya adalah dengan MENGQADHA
• Shalat
– Meninggalkan shalat atau shalat menggunakan pakaian yang terkena najis
atau niatnya tidak benar
• Puasa
– Hutang puasa atau sengaja tidak puasa
• Zakat
– Ada harta yang belum dizakati sejak pertama memiliki harta yang sudah
sampai nishabnya
• Haji
– Pernah memiliki kemampuan berhaji tapi tidak berangkat, maka wajib
mencari cara untuk menunaikannya
– Caranya: usaha yang halal, atau kalau tidak dapat, minta zakat atau
shadaqah
16. Kemaksiatan
• Dibagi menjadi dua: berhubungan dengan Allah
dan berhubungan dengan hamba
• Berhubungan dengan Allah
– Menyesalinya dan menghitungnya baik dari segi besar
maupun banyaknya
– Untuk setiap kemaksiatan disusuli dengan kebaikan
yang setimpal, sebagaiaman dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah
• QS. 11:114
• َُةَنَسَح
ْ
ُالَةَئِيَُّالس ْ
عِبْتَا َُو َ
تْناُكَمثْيَُحِ َّ
ُاَّلل ِ
قَّات
َُهحْمَت
ا (Takutlah kepada Allah di mana
saja kamu berada dan susulilah keburukan dengan kebaikan,
pasti akan menghapuskannya – HR Tirmidzi)
17. Contoh Taubat dari Kemaksiatan
• Dosa minum khamar
– Bershadaqah minuman yang halal yang lebih baik dan paling
disukainya
• Mencuri harta
– Menshadaqahkan hartanya yang halal
• Menggunjing dan mencela
– Memuji orang yang beragama dan menampakkan apa yang
diketauhinya tentang sifat-sifat kebaikan temannya
Melakukan hal yang berlawanan dalam penghapusan dosa
adalah hal yang diakui oleh syariat
18. Pembunuhan
• Dosa pembunuhan berbeda dengan dosa lainnya
• Ia tidak boleh menyembunyikan kasus pembunuhannya,
sedangkan dosa lainnya tidak harus
• Pembunuhan TIDAK SENGAJA
– Menyerahkan diat (tebusan) kepada yang berhak menerimanya
• Pembunuhan SENGAJA
– Qishash
– Kalau keluarganya mau memaafkan, maka ia terbebas
19. Menutupi Dosa
• Dosa selain pembunuhan untuk pertaubatannya
– tidak diharuskan dengan cara membongkar kejahatannya atau
– meminta hakim untuk menghukumnya
• Tetapi
– Dia harus menutupinya dengan tutup yang telah diberikan Allah
dan
– Menerapkan hukum Allah atas dirinya dengan berbagai macam
mujahadah
• Jika ia menyerahkannya kepada hakim lalu dihukum,
maka dibenarkan dan taubatnya juga diterima Allah
– Kasus Maiz bin Malik
– Kasus wanita al-Ghamidiyah
20. Taubat dari Kezhaliman
1. Menemukan semua kewajiban melalui
2. Mencatatnya dan mencatat nama-nama orang yang
dizhalimi satu per satu
3. Berkeliling dunia mencari mereka dan meinta kehalalan
dari mereka atau membayar hak-hak mereka
4. Jka tidak mampu, tidak ada jalan lain kecuali dengan
memperbanyak kebaikan sehingga kebaikan itu
melimpah pada hari kiamat untuk mengganti
kezhalimannya (idealnya masa berbuat baik = masa
berbuat zhalim)
Taubat bagi orang yang berbuat zhalim dan para
pedagang adalah sangat berat
22. 1. Apakah kalau sudah bertaubat dari
dosa tertentu, perlu bertaubat lagi?
• PERLU
• Bila ia menunda taubat, maka perlu bertaubat lagi, yaitu dari
penundaan taubatnya
• Maka
• Taubat perlu SEGERA
• Taubat yang bersifat UMUM, yaitu taubat dari dosa-dosa yang
diketahui dan yang tidak diketahui
• Dosa yang tidak diketahui justru lebih banyak
• Karena tidak diketahui bukan berarti terbebas dari hukuman
• Doa
ُ ا
ًئْيَُش َ
كِبُ َ
كِرْشُن ْ
نَُا ْ
نُِم َ
كِبُوذعَاُنَّنُِا َّمهالل
ُْعَن
ُهمَل
ُاَمِلُ َ
كرِفْغَتْسَنَو
ُهمَل ْعَُنََل
23. 2. Apakahtaubat dari suatudosadianggapsah,
sementara dosalain masihtetap dilakukan?
• SAH
• Jika dosa yang ia bertaubat darinya BERBEDA dengan
dosa yang dmasih dilakukan
• Jika pada dosa yang sama, maka TIDAK SAH
• Contoh
• Bertaubat dari dosa riba, tapi masih minum khamar
taubat dari dosa ribanya SAH
• Bertaubat dari dosa riba fadhl, tapi masih melakukan
riba nasi’ah taubat dari dosa ribanya TIDAK SAH
24. 3. Apakah ada syarat sahnya taubat
untuk tidak kembali melakukan dosa
yang sama?
• TIDAK
• Keberlangsungan taubat merupakan syarat
kesempurnaan taubat, bukan syarat sahnya taubat
• Taubat adalah suatu kebaikan, sedangkan mengerjakan
dosa kembali adalah suatu keburukan
• Pengulangan dosa ini tidak membatalkan kebaikan
• Taubat adalah kebaikan yang paling besar
25. 4. Apakah taubat diterima bagi
yang tidak mungkin lagi berbuat
dosa?
• Orang yang tidak mungkin berbuat dosa tertentu
• Pendusta, penuduh dan saksi palsu yang lidahnya
sudah dipotong
• Pezina yang kemaluannya sudah dikebiri
• Pencuri yang tangan dan kakinya sudah dipotong
• Taubat mereka SAH dan diterima
• Asal ada PENYESALAN
• Rasul SAW menempatkan orang yang tidak mampu
melakukan ketaatan sama dengan orang yang
melakukannya jika niatnya benar dan bulat (kasus
Perang Tabuk)
26. 5. Apakah derajat orang yang
bertaubat kembali ke derajat
semula?
•TERGANTUNG taubatnya
• Ada yang TIDAK BISA kembali lagi
• Ada yang BISA kembali lagi
• Bahkan ada YANG LEBIH TINGGI
derajatnya dari semula
27. Taubat dan Istighfar
• Istighfar ada dua
• Istighfar yang berdiri sendiri (2:199)
• Istighfar yang dikaitkan dengan taubat (11:3)
• Istighfar yang berdiri sendiri = taubat
• Menghapus dosa, menghilangkan pengaruhnya dan
mengenyahkan kejahatannya
• Bukan sekedar menutupi aibnya seperti yang dikira
sebagian orang
• Istighfar yang dikaitkan dengan taubat
• Istighfar: menjaga dari kejahatan yang lampau
• Taubat: bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di
masa yang akan datang
29. ُةَّنِئَمْطُمْلَا ُسْفَّنلَا
• ىَلاَعَت ِهللا ىَلِإ ُهُسْفَن ْتَّنَأَمْطا ِنَم ٌلاَح
َلَكِاتَو ، ِه ِ
رْمَأل َمِلَسَف ،
َع
ْهيَل
(keadaan orang yang jiwanya tenang kepada
Allah Ta’ala, sehingga ia menerima perintahNya
dan bertawakkal kepadaNya)
• Jiwa yang tenang dan yakin: yakin bahwa Allah
adalah Tuhannya, maka ia tunduk kepadaNya
• Jiwa yang meyakini dan tenang dengan pahala
Allah
• Jiwa yang ridho dengan ketetapan Allah
30. ُةَّنِئَمْطُمْلَا ُسْفَّنلَا
• Jiwa ini, istiqamah di atas taubatnya hingga akhir
kehidupan, lalu menyusuli kekurangannya dan
tidak berkeinginan untuk mengulangi dosa-
dosanya, kecuali ketergelinciran yang tidak dapat
dihindari kecuali oleh para Nabi
• Ia dapat juga tidak terlepas dari perlawanan hawa
nafsu tetapi serius dalam melakukan mujahadah
dan menentangnya
31. Wafatnya Ibnu Abbas
• Saat Ibnu Abbas wafat di Thaif, terbanglah
makhluk yang tidak pernah terlihat sebelumnya
berbentuk seperti Ibnu Abbas. Makhluk itu masuk
ke dalam katilnya dan tidak pernah kelihatan lagi
keluar dari padanya. Ketika jenazah Ibnu Abbas
diletakkan di dalam liang kuburnya, terdengarlah
ada yang membaca ayat tersebut di pinggir
kurubnya tanpa ada yang mengetahui siapa yang
membacanya (Ibnu Abu Hatim)
32. Abu Hasyim
• Dalam buku Kitabul ‘Aja’ib (Ibnul Mundzir al-Harawi)
disebutkan:
• Abu Hisyam (Qabbats bin Razin) menceritakan: kami
ditawan di negeri Romawi dan mengumpulkan semua
tawanan, serta menawarkan agamanya. Siapa yang
menentang, dipenggal kepalanya. Sudah tiga yang murtad.
Saat dipenggal yang keempat, kepalanya dilempar ke
sungai. Semula tenggelam lalu mengambang, memandang
semua kawan yang telah murtad, memanggil satu per satu,
lalu membacakan ayat-ayat tersebut, lalu tenggelam lagi.
Hampir semua orang nasrani masuk Islam dan bertobatlah
ketiga temannya itu. Khalifah Abu Ja’far al-Mansur
mengirim pasukan untuk membebaskan mereka
33. Doa Memohon Jiwa yang Tenang
َُ
كِبُااسْفَُن َ
كلَاْسَيُاِنُِا، َّمهالل
َُقِلِبُنِمْؤُت،اةَّنِئَم
ْ
طم
ُ، َ
كِئا
َُعِبُعَنْقَتَُو، َ
كِئاَضَقِبُىَضْرَتَو
َُ
كِئاَط
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu
jiwa yang tenang kepadaMu, yakin dengan
pertemuanMu, ridho dengan ketetapanMu, dan
qana’ah dengan pemberianMu
34. Dzikir dalam Semua Kondisi
• 3:191 mengarahkan agar dzikir dalam
segala kondisi (berdiri, duduk, berbaring)
• Kedudukan dzikir
1. Bahan dan jalan untuk mencapai kebahagiaan
(اَهُلْيِبَسَو ِةَاد َعَّالس ُةَّادَ)م
2. Benteng dari godaan syaitan dan bisikannya
( َسَوْسَوَو ِ
انَطْيَّالش ِ
اتَعْزَن ْ
نَع ِ
سْفَّالن ُ
نْص ِ
ح
ِهِت )
3. Senjata dan perisai mu’min ( َّنُجَو ِ
نِمْؤُم
ْ
ال ُحَال ِ
س
ُهُت )
35. Dua Keadaan
1. Ia menempuh jalan istiqamah dan induk-induk
ketaatan dan meninggalkan semua dosa besar,
tetapi tidak dapat terlepas dari dosa-dosa yang
membelitnya, meskipun dia tidak sengaja
melakukannya, lalu menyesalinya
2. Bertahan di atas istiqamah tapi beberapa saat
kemudian dikalahkan oleh syahwat dalam
sebagian dosa sehingga dia melakukannya secara
sengaja dan dengan syahwat karena
ketidakmampuan mengalahkan syahwat, tapi ia
tetap tekun melakukan ketaatan
36. ةَماَّوَّلال سْفَّنال
• Keadaan 1 disebut NAFSU LAWWAMAH (jiwa
yang selalu mencela berbagai keadaan tercela
yang tidak disengaja) 75:2
• Tingkatannya di bawah nafsu muthmainnah
• Ia mesti memperbanyak kebaikan agar
memperberat timbangan amal baiknya
• 53:32 setiap dosa kecil yang tidak disengaja
disebut lamam yang dimaafkan
37. ةَماَّوَّلال سْفَّنال
• Allah tetap memuji jiwa ini sekalipun mereka
menganiaya diri sendiri (3:135)
• Sabda Nabi SAW
ُِفَُي ِةَلبْنُّالسَُكنِمْؤم
ْ
لَا
ُلْيِمَيَُوااناَيْحَُاء ْي
ُااناَيْحَا
Mu’min itu seperti benih, kadang kembali lurus dan
kadang condong
(HR Ibnu Ya’la dan Ibnu Hibban)
38. ُةَلِوَسُمْال ُسْفَّنال
• Keadaan 2 disebut ُةَلِوَسُمْال ُسْفَّنال (jiwa yang selalu
menggoda) 9:102
• Ia berada di tepi antara nafsu yang di atas, dengan
nafsu yang di bawah (akan dijelaskan kemudian)
– Ketekunannya dalam ketaatan dan kebenciannya
terhadap dosa menimbulkan harapan taubatnya diterima
Allah
– Penundaan taubat akan sangat berbahaya, jika sebelum
bertaubat sudah dicabut nyawanya
– Jika syahwatnya terus menguasainya, maka ia jatuh
nafsu yang rendah
39. ِء ْوُّسالِب ُةَارَّمَألْا ُسْفَّنلَا
• Mungkin pernah bertaubat, tapi sesaat
kemudian kembali melakukan dosa atau
banyak dosa tanpa berhasrat untuk
bertaubat, tanpa menyesali perbuatannya,
bahkan tenggelam dalam dosa (25:43,
45:23)
• Jiwa ini disebut ُسْفَّنلَا
ُّسالِب ُةَارَّمَألْا
ِء ْو (jiwa
yang selalu memerintahkan kejahatan),
yang lari dari kebaikan
40. Didustakan atau Dibunuh
• Inilah perilaku Bani Israil:
– Setiap datang seorang rasul kepada mereka
dengan membawa apa yang tidak diingini
oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian
dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan
sebagian yang lain mereka bunuh (2:87, 5:70)
– Hawa nafsu yang mendominasi mereka
membuat mereka sombong dan ingkar lalu
mendustakan atau membunuh
41. Potensi Su’ul Khatimah
• Jiwa ini dikhawatirkan menemui su’ul-
khatimah dan urusannya terserah Allah
– Jika diakhiri dengan keburukan maka menjadi
orang yang celaka selama-lamanya
– Jika diakhiri dengan kebaikan hingga mati di
atas tauhid, maka masih punya penantian
dibebaskan dari neraka sekalipun setelah
beberapa waktu, dan tidak mustahil termasuk
dalam pengampunan umum disebabkan oleh
hal tersembunyi yang tidak kita ketahui
42. Mujahadah
• Agar jiwa tetap berada dalam kondisi
muthmainnah, mesti ada kesadaran yang
terus-menerus (ُمِئاَّدال ُهاَبِتْنِ)اإل
• Ini memerlukan dzikir yang juga terus-
menerus ( ِ
رْكِالذ ُمِئا َوَد) dengan dibarengi
keyakinan akan dampak dan manfaat dzikir
• Ini tidak mudah, mesti dengan
MUJAHADAH
43. Setelah Taubat: AMAL SHALIH
َُمَُع َ
لِمَعَُو َ
نَماَُو َ
ابَُت ْ
نََلُمِا
َُ
كِئ
َ
ولُاَاُفاحِلاَالُص
ُْمِهِت َ
ًئِيَُس َّ
ُاَّللل ِدَبي
ُ َّ
ُاَّلل َ
انَكَُو ٍ
اتَنَسَُح
ُااروفَُغ
اايم ِ
حَر
kecuali orang-orang yang BERTOBAT, BERIMAN DAN
MENGERJAKAN AMAL SALEH; maka kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Al-Furqan [25]: 70)
44. • Taubat adalah TANGGA PERTAMA menuju hakikat
peribadatan (ubudiyyah)
Apa itu TAUBAT?
َُظْقَي
ْ
لَا
ُة ُْي ِ
صَب
ْ
لَا
ُةَر َُرْكِف
ْ
لَا
ُة ُمْز َع
ْ
لَا َُاسَحم
ْ
لَا
ُةَب َُبْوَّلتَا
ُة
Notas do Editor
Diambil dari buku MADARIJUS SALIKIN – Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Diambil dari buku MADARIJUS SALIKIN – Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Diambil dari buku MADARIJUS SALIKIN – Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Diambil dari buku MADARIJUS SALIKIN – Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Diambil dari buku MADARIJUS SALIKIN – Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Diambil dari buku MADARIJUS SALIKIN – Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Diambil dari buku MADARIJUS SALIKIN – Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
Tafsir Al-Qurtubi
Tazkiyyatun Nafs – Said Hawa, fasal TAUBAT
Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir Juz 30 hlm 323 (Penerbit Sinar Baru Algensindo)
Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir Juz 30 hlm 324 (Penerbit Sinar Baru Algensindo)
Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir Juz 30 hlm 325 (Penerbit Sinar Baru Algensindo)