Karya tulis ilmiah ini membahas hubungan usia menarche dan konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan potong lintang terhadap 114 responden. Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara usia menarche ≤12 tahun dengan dismenore primer, serta antara konsumsi makanan cepat saji sering dengan dismen
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
KTI LIA AKMALIAH
1. i
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN USIA MENARCHE DAN KONSUMSI MAKANAN
CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN KEJADIAN DISMENORE
PRIMER DI AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA
TANGERANG TAHUN 2016
Oleh:
LIA AKMALIAH
030.01.01.13
AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA
TANGERANG
2016
2. HUBUNGAN USIA MENARCHE DAN KONSUMSI MAKANAN
CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN KEJADIAN DISMENORE
PRIMER DI AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA
TANGERANG TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Kebidanan
Oleh:
LIA AKMALIAH
030.01.01.13
AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA
TANGERANG
2016
i
6. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. BIODATA
Nama : LIA AKMALIAH
Tempat/ Tanggal Lahir : Serang, 10 April 1996
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Nama orang tua: Ayah : Enjat Sudrajat
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Munawaroh Sp.d
Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil (PNS)
Jumlah Anggota Keluarga : 2 orang
Alamat Rumah : Kp. Sabrang Ds. Malanggah Kec. Tunjung
Teja Kab. Serang Banten
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
Riwayat Pendidikan : 1. MI.NF Tunjung Teja (2002 – 2007)
2. SMPN 1 Tunjung Teja (2007 – 2010)
3. SMAN 1 Cibadak (2010 - 2013)
4. AKBID Bina Husada Tangerang (2013-2016)
v
7. AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA TANGERANG
PROGRAM DIII KEBIDANAN
KTI, MARET 2016
LIA AKMALIAH
HUBUNGAN USIA MENARCHE DAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI
(FAST FOOD) DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA
MAHASISWI AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2016.
ABSTRAK
Pada remaja putri yang mengalami menstruasi seringkali mengalami nyeri
keluhan berupa nyeri/ kram saat haid disebut (Dismenore primer). Remaja yang
mengalami dismenore terganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Faktor
yang meningkatkan dismenore primer yaitu menarche pada usia lebih awal, dan
dipengaruhi oleh diet, di dalamnya konsumsi makanan cepat saji (fast food). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan usia menarche dan konsumsi fast food
dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada
Tangerang Tahun 2016.
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross-sectional.
Rumus besar sampel menggunakan uji hipotesis beda 2 proporsi sebesar 114
mahasiswi. Dengan teknik aksidental sampling, non rendem. Uji ststistik
menggunakan chi-square.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan analisa univariat dari 114 responden
mengalami dismenore primer dan yang tidak masing-masing sebesar 50%,
berdasakan usia menarche mayoritas mengalami menarche ≤ 12 tahun sebesar 50,9%.
Dan responden dengan konsumsi fast food mayoritas sering sebesar 77,7%. Analisa
secara bivariat usia menarche dengan dismenore primer mayoritas menarche pada
usia ≤ 12 tahu sebesar 60,3%, berdasarkan uji chi-square di dapatkan hasil P= 0,039
< 0,05, dapat dismimpulkan Ha diterima, terdapat hubungan mengenai usia menarche
dengan dismenore primer. Konsumsi fast food dengan dismenore primer mayoritas
sering mengkonsumsi fast food sebesar 56,8%, berdasarkan uji chi-square dengan
hasil P= 0,014 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, terdapat hubungan
mengenai konsumsi fast food dengan dismenore primer.
Saran bagi tenaga kesehatan dapat meningkatkan promosi kesehatan dan
penyuluhan khususnya tentang gizi dan kesehatan reproduksi. Dan bagi remaja
diharapkan untuk lebih menerapkan pola makan dengan gizi seimbang, dan
menghindari makanan modern seperti fast food.
Kata kunci : Dismenore, Fast food, Menarce.
vi
8. KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Hubungan Usia Menarche dan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast
Food) Dengan Kejadian Dismenore Primer di Akademi Kebidanan Bina Husada
Tangerang Tahun 2016”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
mengikuti pendidikan program studi Diploma III Kebidanan AKADEMI
KEBIDANAN BINA HUSADA TANGERANG.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas
dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasehat-nasehat.
Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Moudy E. U Djami, MMPd, MKM, M.Keb, Selaku direktur Akademi Kebidanan
Bina Husada Tangerang yang teleh memberikan kesempatan kepada saya untuk
melaksanakan Penelitian Karya Tulis Ilmiah dan telah memberikan izin kepada
peneliti untuk penelitian.
2. Rangga Pusmaika, SST,M.Kes Selaku Wadir I pendidikan yang telah memberikan
dukungan serta nasehat dalam penyusunann Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Tri Nurmiyati,SSiT,M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah
membimbing secara teori dan arahan dalam penyusunan penelitian Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Okvita Siregar, Am. Keb, selaku walikelas angkatan X Akademi Kebidanan Bina
Husada Tangerang yang telah memberikan dukungan selama penyusunan Karya
Tulis Ilmiah.
5. Seluruh Staff Dosen Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang, yang
membantu baik dalam perkuliahan.
vii
9. 6. Seluruh Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada Tingkat I, II dan Tingkat III
angkatan XII, XI dan X yang telah membantu peneliti dalam penelitian.
7. Kedua Orang tuaku tercinta ibunda Munawaroh SP.d dan ayahanda Enjat Sudrajat
yang selalu mendo’akan yang terbaik dan selalu memberikan dorongan moril
maupun materil.
8. Adik tersayang Muhamad Iqbal Rasyid yang selalu memberiku semangat dalam
penyusunan Karya Tulis Imiah ini.
9. Sahabat Lenni Tristiyana dan Neng Awaliah dan yang selalu mendukung serta
memberikanku semangat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Seluruh teman-teman Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang angkatan X
yang telah memberikan semangat serta dukungannya.
Penulis menydari bahwa KTI ini masih ada kekurangan dan kelemahan.
Untuk itu penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan KTI ini. Semoga KTI ini berguna bagi kita
semua khususnya di bidang kesehatan.
Tangerang, 20 Maret 2016
Penulis
viii
10. DAFTAR ISI
Halaman Judul .........................................................................................................i
Halaman Persetujuan ..............................................................................................ii
Halaman Pengesahan...............................................................................................iii
Halaman Pernyataan ...............................................................................................iv
Daftar Riwayat Hidup .............................................................................................v
Abstrak......................................................................................................................vi
Kata Pengantar.........................................................................................................vii
Daftar Isi ...................................................................................................................ix
Daftar Tabel..............................................................................................................xiii
Daftar Gambar.........................................................................................................xiv
Daftar Lampiran ......................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................8
1.4.1 Manfaat Teoritis..........................................................................8
1.4.2 Manfaat Praktis ...........................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................11
2.1 Dismenore ..............................................................................................11
2.1.1. Pengerttian Dismenore ................................................................11
2.1.2. Jenis-jenis Dismenore..................................................................13
2.1.3. Tanda gejala Dismenore Primer..................................................17
2.1.4. Etiologi Dismenore Primer..........................................................18
2.1.5. Faktor resiko................................................................................23
ix
11. 2.1.6. Mendiagnosa Dismenore...........................................................23
2.1.7. Pencegahan Nyeri Haid.............................................................24
2.1.8. Penanganan dan Pengobatan dismenore Primer.......................24
2.2 Menarche.................................................................................................27
2.2.1. Pengertian menarche.................................................................27
2.2.2. Saat Menstruasi Pertama datang ...............................................30
2.2.3. Usia Terjadinya Menarche........................................................34
2.2.4. Menarche dan rangsangan audio Visual ...................................35
2.2.5. Menarche dan Aspek Budaya ...................................................36
2.2.6. Faktor – Faktor yang mempengaruhi menarche.......................36
2.2.7. Ketidakteraturan Menstruasi .....................................................39
2.2.8. Kelainan pada Menstruasi.........................................................39
2.3 Konsumsi makanan Cepat Saji (Fast Food) Pada Remaja .....................40
2.4 Hubungan Menarche dan konsumsi makanan Cepat saji (Fast Food)
Dengan Disminore Primer.......................................................................42
2.5 Teori Lawrence Green............................................................................45
2.6 Kerangka Teori........................................................................................46
BAB III KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN......................47
3.1 Kerangka Konsep Penelitian..................................................................48
3.1.1. Kerangka Konsep ......................................................................48
3.1.2. Hipotesis....................................................................................48
3.2 Metode Penelitian ..................................................................................48
3.2.1 Desain/ Rancangan Pendidikan..................................................48
3.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................49
3.2.3 Populasi dan Sampel..................................................................49
3.2.4 Variabel Penelitian.....................................................................52
3.2.5 Definisi Operasional ..................................................................53
3.2.6 Metode Pengumpulan Data........................................................54
3.2.7 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................55
x
12. BAB IV HASIL PENELITIAN...............................................................................59
4.1 Analisis Univariat ..................................................................................59
4.1.1. Distribusi frekuensi usia menarche pada mahasiswi
akademi kebidanan bina husada tangerang tahun 2016............59
4.1.2. Distribusi frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast
food) pada mahasiswi akademi kebidanan bina husada
tangerang tahun 2016................................................................60
4.1.3. Distribusi frekuensi dismenore primer pada mahasiswi
akademi kebidanan bina husada tangerang tahun 2016............60
4.2 Analisis Bivariat ...................................................................................61
4.2.1. Hubungan usia menarche dengan kejadian dismenore
primer pada mahasiswi akademi kebidanan bina husada
tangerang tahun 2016................................................................61
4.2.2. Hubungan konsumsi makanan cepat saji (fast food)
dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi
akademi kebidanan bina husada tangerang tahun 2016 ...........62
BAB V PEMBAHASAN ..........................................................................................64
5.1. Gambaran usia menarche pada mahasiswi akademi kebidanan
bina husada tangerang tahun 2016.......................................................64
5.2. Gambaran konsumsi makanan cepat saji (fast food) pada
mahasiswi akademi kebidanan bina husada tangerang tahun
2016 ......................................................................................................65
5.3. Gambaran dismenore primer pada mahasiswi akademi kebidanan
bina husada tangerang tahun 2016.......................................................68
5.4. Hubungan usia menarche dengan kejadian dismenore primer
pada mahasiswi akademi kebidanan bina husada tangerang tahun
2016 ......................................................................................................69
xi
13. 5.5. Hubungan konsumsi makanan cepat saji (Fast Food) dengan
kejadian dismenore primer pada mahasiswi akademi kebidanan
bina husada tangerang tahun 2016.......................................................71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................73
6.1 Kesimpulan ............................................................................................73
6.2 Saran ......................................................................................................74
6.2.1 Bagi Institusi Pendidikan ..........................................................74
6.2.2 Bagi Responden ........................................................................75
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya..........................................................75
6.2.4 Bagi Tenaga Kesehatan.............................................................75
6.2.5 Bagi Lahan Penelitian...............................................................75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
14. DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Oprasional...............................................................................54
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi usia menarche pada mahasiswi akademi
kebidanan bina husada tangerang tahun 2016 ......................................59
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) pada
mahasiswi akademi kebidanan bina husada tangerang tahun 2016 ......60
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dismenore primer pada mahasiswi akademi
kebidanan bina husada tangerang tahun 2016 ......................................60
Tabel 4.4. Hubungan usia menarche dengan kejadian dismenore primer pada
mahasiswi akademi kebidanan bina husada tangerang tahun 2016 ......61
Tabel 4.5. Hubungan konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan
kejadian dismenore primer pada mahasiswi akademi kebidanan
bina husada tangerang tahun 2016.......................................................62
xiii
15. DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori Hubungan Usia menarche dan konsumsi
Makanan Cepat Saji (fast food) dengan kejadian Dismenore
Primer Pada Mahasiwi Akademi Kebidanan Bina Husada
Tangerang Tahun 2016 ....................................................................46
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Hubungan Usia menarche dan konsumsi
Makanan Cepat Saji (fast food) dengan kejadian Dismenore
Primer Pada Mahasiwi Akademi Kebidanan Bina Husada
Tangerang Tahun 2016 ....................................................................48
xiv
16. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Surat izin penelitian
Lampiran II : Surat keterangan melaksanakan penelitian di Akademi
Kebidanan Bina Husada Tangerang
Lampiran III : Kuesioner penelitian
Lampiran IV : Tabel Master
Lampiran V : Hasil Penelitian
Lampiran VI : Lembar konsultasi dan bimbingan
xv
17. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Janiwarty dan Pieter (2013), masa remaja merupakan suatu
masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh kembang ke
arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik. Masa pubertas adalah salah satu perkembangan yang di tandai dengan
kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi,
dimana salah satu ciri dari tanda pubertas seorang perempuan yaitu dengan
terjadinya menstruasi pertama kali (menarche). Menurut Proverawati dan
Maisaroh (2009) Pada remaja putri yang mengalami menstruasi pertama
(menarche) sering kali mengalami dismenore.
Pada umumnya wanita merasakan keluhan berupa nyeri atau kram perut
menjelang haid yang dapat berlangsung hingga 2-3 hari, dimulai sehari sebelum
mulai haid. Nyeri perut saat haid (dismenore) yang dirasakan setiap wanita
berbeda-beda, ada yang sedikit terganggu namun adapula yang sangat
terganggu hingga tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dan
membuatnya harus istirahat bahkan terpaksa absen dari sekolah/pekerjaan
(Andriyani, 2013).
Pada tahun (2012), prevalensi dismenore primer di Amerika serikat pada
wanita umur 12-17 tahun adalah 59,7% dengan derajat kesakitan 49%
dismenore ringan, derajat kesakitan 37% dismenore sedang, dan 12%
1
18. 2
dismenore berat, yang mengakibatkan 23,6% penderitanya tidak masuk sekolah
(Sophia, dkk, 2013).
Di Asia kejadian dismenore juga cukup tinggi, di Taiwan prevalensi
wanita penderita dismenore sebesar 75,2 %. Di Malaysia prevalensi dismenore
sebesar 50,9%. Di Cina tahun 2010 menunjukan sekitar 41,9%-79,4% remaja
wanita mengalami dismenore primer 31,5% -41,9% terjadi usia 9-13 tahun dan
57,1%-79,4% pada usia 14-18 tahun (Novia dan Puspita, 2008 dan Shopia dkk,
2013).
Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia
produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian
(prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia
produktif. Dengan angka kejian dismenore primer 54,89% sisanya penderita
sekunder (Proverawati dan Misaroh, 2009)
Hasil studi terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja yang
dismenore mengalami absen rate 1-3 hari perbulan atau ketidak mampuan
remaja dalam melakukan tugasnya sehari-hari akibat nyeri hebat (Utami dan
Prastika, 2015).
Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya dismenore primer adalah
menarche pada usia lebih awal, belum pernah hamil dan melahirkan, lamanya
menstruasi. Sedangkan faktor lain yang juga dapat menimbulkan dismenore
primer adalah konsumsi makanan cepat saji (fast food). Mahasiswi memiliki
pola makan yang cenderung lebih senang membeli makanan junk food yang
19. 3
lebih murah, enak, dan mudah mendapatkannya tanpa memikirkan zat gizi yang
terkandung dalam makananya. (Setiani, 2015).
Pada penelitian Bedu, dkk (2015), pada remaja putri di SMAN Makasar
menunjukan bahwa, dari 79 responden, responden dengan usia menarche cepat
(< 12 tahun) yang tidak mengalami dismenore sebesar 13,8% dan yang
mengalami dismenore sebesar 86,2%. Sementara responden dengan usia
menarche ideal (12-14 tahun) yang tidak mengalami dismenore sebesar 44,0%
dan yang mengalami dismenore 56,0%. Berdasarkan analisis statistik di peroleh
p= 0,006 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche
dengan dismenore primer.
Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche cenderung
mengalami penurunan pada 3 dekade terakhir. Di Amerika, pada tahun 1900-an
umur Menarche yaitu berkisar pada 17 tahun sedangkan pada tahun 1973 sudah
berada pada usia 12,8 tahun dan cenderung stabil pada tahun selanjutnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Kanada pada tahun 2001 menunjukan
bahwa rata-rata usia menarche yang sama yaitu 13 tahun sedangkan di
Norwegia 13,2 tahun. Penelitian yang sama dilakukan di India pada tahun 2008
menunjukan bahwa, Usia menarche adalah pada usia 12,62 tahun (Fildza, dkk,
2014).
Berdasarkan Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010, bahwa 5,2% anak-
anak di 17 provinsi di Indonesia mengalami menarche di bawah usia 12 tahun.
20. 4
Sehingga di Indonesia menepati urutan ke 15 dari 67 negara dengan penurunan
usia menarche mencapai 0,145 tahun per dekade.
Menurut Riskesdas (2010) menunjukan bahwa berdasarkan laporan
responden yang sudah mengalami haid, rata-rata usia menarche di Indonesia
adalah 13 tahun (20,0%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9
tahun dan ada yang lebih lambat sampai 20 tahun serta 7,9% tidak
menjawab/lupa).
Di Banten usia menarche yang belum mendapatkan haid sebesar 9,1 %,
umur pertama kali haid usia 9-10 tahun sebesar 1,9%, usia 11- 12 tahun sebesar
22,0%, usia 13-14 tahun sebesar 34,5%, usia 15-16 tahun sebesar 21,3 %, usia
17-18 tahun 2,8%, usia 19-20 sebesar 0,4% dan yang tidak menjawab sebesar
7,8% (Riskesdas, 2010).
Adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi menarche dini yaitu
status gizi, genetik, konsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, sosial
ekonomi, keterpaparan media masa orang dewasa (pornografi), prilaku seksual
dan gaya hidup (Astuti, 2014).
Berdasarkan data dari National and Nutrition Examination survey
(NHANES), Umur rata-rata menarche (menstruasi pertama) pada anak remaja di
Indonesia angka kejadian dismenore tipe primer adalah sekitar 54,89%
sedangkan sisianya penderita dengan dismenore sekunder. Dismenore terjadi
pada remaja dengan prevalensi berkisar antara 43% hingga 93%, dimana sekitar
74-80% remaja mengalami dismenore ringan, sementara angka kejadian
21. 5
endometritis pada remaja dengan nyeri panggul diperkirakan 23-38%,
sedangkan pada remaja yang tidak memberikan responden positif terhadap
penanganan untuk nyeri haid, endometritis ditemukan pada 67% kasus di
laparoskopi (Hestiantoro dkk, 2012).
Usia menarche dini juga merupakan salah satu faktor terjadinya
dismenore. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriana dan Rahmayani (2013)
di Akademi Kebidananan Meuligo Meulaboh, diketahui bahwa kejadian
dismenore sebanyak 88,6% terjadi pada mahasiswi yang menjadi sampel
dengan usia menarche dibawah usia 12 tahun, dibandingkan kejadian
dismenore sebanyak 65,2% pada mahasiswi yang menjadi sampel dengan usia
menarche di atas 12 tahu Selain kedua faktor risiko dismenore primer yang
telah dijelaskan, dismenore primer juga dipengaruhi oleh diet, yang termasuk di
dalamnya adalah konsumsi makanan cepat saji (fast food).
Makanan moderen atau makanan cepat saji adalah makanan yang
tergolong makanan tinggi lemak, tinggi garam, tinggi gula, tetapi rendah serat
dan vitamin, seperti makanan kaleng, fried chicken, hamburger, atau pizza
Kebiasaan mengkonsumsi makanan jenis makanan moderen sudah mulai
tampak dikalangan remaja. Kebiasaan makan yang di peroleh semasa remaja
akan berdampak pada kesehatan dalam fase dewasa dan usia lanjut (Khasanah,
2012).
Remaja putri saat ini lebih memilih kehidupan “makanan sampah” (junk
food). Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak
22. 6
sama sekali) mengandung Vitamin A dan vitamin C, sementara kandungan
lemak jenuh, kolestrol, dan natrium tinggi. Kandungan lemak sebagai penyedia
kalori lebih tinggi dari 50% total kalori yang terkandung dalam makanan
tersebut (Agustiani, 2010).
Pada penelitian Anisa (2015) pada siswi SMAN 13 Bandar lampung di
dapatkan hasil antara mengkonsumsi makanan cepat saji dengan dismenore
primer di dapatkan hasil P= 0.010 , yang artinya ada hubungan yang bermakna
antara usia konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian dismenore primer.
Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan pada bulan januari
2016 dengan wawancara kepada 30 siswi. Usia Yang mendapatkan menstruasi
pada usia >12 tahun sebanyak 16 Orang, dan ≤12 tahun sebanyak 14 Orang.
Dan yang mengkonsumsi Makanan Cepat saji (Fast food), ya selalu 3 Orang,
kadang-kadang sebanyak 21 Orang, jarang mengkonsumsi 5 Orang, tidak sama
sekali sebanyak 1 Orang. Dan frekuensi ≥3x/minggu berjumlah 22 Orang, dan
konsumsi Makanan Cepat saji (Fast food) 3x/minggu berjumlah 8 Orang, dan
yang mengalami dismenore primer sebanyak 19 Orang, yang tidak mengalami
dismenore 11 Orang. Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
rata-rata tidak tinggal bersama orang tua / kost. Yang cenderung membeli
makanan diluar, Namun sayangnya pola makan remaja ini cenderung mengikuti
tren gaya hidup modern yang merugikan kesehatan. Remaja lebih menyukai
makanan cepat saji (Fast Food) dibandingkan makanan tradisional. Ditambah
dengan letak Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang yang dekat dengan
23. 7
mall-mall yang menjajakan produk-produk pangan dari berbagai Negara dapat
diperoleh dimana saja dengan rasa dan merek yang sama, makanan tersebut
tersedia dengan berbagai rasa, variasi harga dan kenyamanan serta telah mudah
di jumpai. Dan dengan kemajuan teknologi yang pesat sehingga dapat
mempermudah dalam pemesanan makanan dapat bisa di akses dengan
teknologi handphone seperti via antar cepat atau (Delivery).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penting untuk di lakukan
penelitian Hubungan usia Menarche dan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast
Food) dengan kejadian Dismenore Primer pada Mahasiswi Akademi Kebidanan
Bina Husada Tangerang tahun 2016.
1.2. Rumusan Masalah
Latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Adakah Hubungan usia Menarche dan Konsumsi Makanan cepat saji
(Fast Food) dengan kejadian Dismenore Primer pada Mahasiswi Akademi
Kebidanan Bina Husada Tangerang tahun 2016 ? .
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahui Hubungan usia Menarche dan Konsumsi Makanan cepat
saji (Fast Food) dengan kejadian Dismenore primer pada Mahasiswi
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang tahun 2016.
24. 8
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahui distribusi frekuensi Dismenore primer pada mahasiswi
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang Tahun 2016.
2. Diketahui distribusi frekuensi usia Menarche pada mahasiswi
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang Tahun 2016.
3. Diketahui distribusi frekuensi Konsumisi makanan Cepat Saji (Fast
food) pada mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
Tahun 2016.
4. Diketahui distribusi frekuensi Hubungan Usia Menarche dengan
kejadian Dismenore primer pada mahasiswi Akademi Kebidanan
Bina Husada Tangerang Tahun 2016.
5. Diketahui distribusi frekuensi Hubungan Konsumsi Makanan Cepat
Saji (Fast food) dengan kejadian Dismenore primer pada mahasiswi
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang Tahun 2016.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Informasi dan
menambah wawasan tentang Hubungan Usia Menarche dan
Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Kejadian
Dismenore primer Pada Remaja Putri Serta Bertambahnya Ilmu
25. 9
pengetahuan Khususnya di Akademi Kebidanan Bina Husada
Tangerang
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memeberikan Informasi dan menambah pengetahuan
tentang usia Menarche dan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast
food) dengan kejadian Dismenore Primer serta dapat dijadikan
sebagai acuan dalam peningkatan kesehatan remaja mengenai
Kejadian Dismenore Primer khususnya pada remaja putri di
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang dan Untuk
memberikan informasi ilmiah sebagai bahan bacaan di perpustakan
atau reverensi akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang.
b. Bagi Responden
Diharapkan dapat menjadi sumber data ilmiah yang
menjelaskan Hubungan Usia Menarche dan Konsumsi Makanan
Cepat Saji (Fast food) dengan kejadian Dismenore primer.
c. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan dan mengaplikasikan
mata kuliah kebidanan yaitu metodelogi penelitian tentang
Hubungan Konsumsi Makanan Cepat saji (Fast Food) usia
menarche dengan kejadian Dismenore Primer.
26. 10
d. Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi khususnya Dismenore Primer.
e. Lahan Penelitian
Untuk mengetahui berapa rata-rata usia Menarche dan
kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast food) dan
prevalensi Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri di
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang.
27. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dismenore
2.1.1. Pengertian Dismenore
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram Rahim dan
terjadi selama menstruasi (Nugroho,2014).
Menurut Proverawati dan Maisaroh (2009), adalah nyeri Haid,
istilah desminore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys
(gangguan atau nyeri hebat/abnormalitas), meno (bulan) dan rhea yang
artinya flow atau aliran. Jadi Dismenore adalah gangguan aliran darah
menstruasi atau nyeri menstruasi. Desminore yang hebat yang artinya
adalah dys (gangguan nyeri)
Menurut Prawirohardjo (2008), dismenore adalah dasar nyeri
haid pada wanita adalah hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh
prostaglandin. Prostaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri, bila
mana kadar progesteron rendah.
Menurut Kusmiran Eny (2012) yaitu keadaan nyeri yang hebat
dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Dismenore merupakan
suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit
punggung. Gejala gastrointestinal seperti mual dan diare dapat terjadi
dari gejala menstruasi.
11
28. 12
Dismenore adalah nyeri sewaktu haid 6,7,12,13. Dismenore
terdiri dari gejala yang kompleks berupa kram perut bagian bawah yang
menjalar ke punggung atau kaki dan biasa disertai gejala gastrointestinal
dan gejala neurologis seperti kelemahan umum 2,7,13. (Irianto Koes,
2015)
Menurut Manuaba (2009) yaitu perasaan nyeri pada waktu haid
dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi
gangguan dalam tugas sehari-hari.
Dismenore adalah rasa nyeri pada daerah panggul akibat
menstruasi dan produktif zat prostaglandin. Sering kali dimulai segera
setelah mengalami menstruasi pertama (menarche). Nyeri berkurang
setelah menstruasi, namun pada beberapa wanita nyeri biasa terus
dialami selama periode menstruasi. Penyebab nyeri berasal dari otot
rahim. Seperti semua otot lainnya. Otot rahim dapat berkontraksi dan
berelaksasi. Saat menstruasi kontraksi lebih kuat. Kontraksi terjadi
adalah akibat suatu zat yaitu prostaglandin. Prostaglandin dibuat oleh
lapisan dalam rahim. Sebelum menstruasi terjadi zat ini meningkat dan
begitu menstruasi terjadi, kadar prostaglandin menurun. Hal ini dapat
menjelaskan mengapa sakit cenderung berkurang setelah beberapa hari
pertama menstruasi (Proverawati dan Maisaroh 2009).
29. 13
Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala
yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter
untuk konsultasi dan mendaptkan pengobatan (Saifuddin, 2008).
Ada beberapa macam teori yang mencoba untuk menjelaskan
mengapa bisa timbul dismenore. Teori yang paling mendekati adalah
yang menyatakan bahwa saat menjelang menstruasi tubuh wanita
menghasilkan semua zat yang disebut prostaglandin. Zat tersebut
mempunayai fungsi yang salah satunya adalah membuat dinding rahim
berkontraksi dan pembuluh darah sekitarnya terjepit (kontriksi) yang
menimbulkan iskemi jaringan. Intensitas kontraksi ini berbeda-beda tiap
individu dan bila berlebihan akan menimbulkan nyeri saat menstruasi.
Selain itu prostaglandin juga merangsang saraf nyeri di rahim sehingga
menambah intensitas nyeri (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
2.1.2. Jenis- jenis Dismenore
1. Dismenore Primer
Menurut Manuaba (2009) dismenore primer yaitu nyeri haid
yang terjadi tanpa kelainan anatomis alat kelamin.
Nyeri haid timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormone tubuh
atau perubahan posisi rahim setelah menikah atau melahirkan. Nyeri
haid ini adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi
30. 14
oleh faktor fisik dan fisikis seperti setres, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah, kondisi tubuh
yang menurun, atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala ini
tidak membahayakan kesehatan (Shadine, 2012).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan alat genitalia yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa
waktu (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Dismenore primer, didefinisikan sebagai nyeri haid (menstruasi
pain) yang tidak berhubungan dengan patologi pelvis makroskopi
(yaitu: ketiadaan penyakit pada pelvis). Umumnya terjadi pada tahun-
tahun pertama menstruasi pertama atau menarche (Kumalasari dan
Andhyantoro, 2012).
Desminore primer (disebut juga dismenore idiopatik, esensial,
intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi
(tanpa kelainan ginekologi). Primer murni karena proses kontraksi
rahim tanpa penyakit dasar sebgai penyebab. Sedangkan dismenore
sekunder disebabkan selain proses menstruasi dan produksi
prostaglandin secara alami. Ciri khasnya nyeri menstruasi tidak
berkurang pada hari-hari menstruasi selanjutnya. Disminore primer
Etiologi : nyeri haid dari bagian perut menjalar kedaerah pinggang
dan paha terkadang disertai dengan mual dan muntah, diare, sakit
31. 15
pinggang, sakit kepala, dan emosi labil. Terapi pisikoterapi,
analgetika, hormonal. Ciri-ciri dismenore primer :
a. Terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi pertama
(Menarche)
b. Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi atau di awal mentruasi.
Berlangsung beberapa jam, namun adakalanya bebrapa hari
c. Datangnya nyeri : hilang timbul, menusuk rusuk-rusuk pada
umumnya di perut bagian bawah, kadang menyebar ke sekitarnya
(pinggang, paha depan)
d. Disertai mual, muntah, sakit kepala, diare (Proverawati dan
Maisaroh, 2009).
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder disebut juga sebagai dismenore ekstrinsik,
acquired adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan
ginekologi misalnya : Endometrosis (sebagaian besar), fibroids,
adenomyosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami
dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa,
polip corpus uteri, endometritis, retroflexio uteri fixate, tumor
ovarium ginatresi, stenosis kanalis servikalis adanya AKDR, tumor
ovarium (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Dismenore sekunder nyeri haid yang disebabkan karena kelainan
yang berkaitan dengan ginekologi. Dismenore sekunder (secondary
32. 16
dysmenorhea) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid
pertama), namun paling sering muncul di usia 20-30 tahun. Hal ini
terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip korpus uteri,
endometritis, reflektio uteri fixate, gynatresi, sitenosis kanalis
servikalis, adanya AKDR, dan tumor ovarium (Kumalasari dan
Andhyantoro, 2012).
Menurut Manuaba (2009) dismenore sekunder yaitu nyeri haid
yang berhubungan dengan kelainan antomis yang jelas, kelainan
anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis,
mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) (Manuaba, 2009).
Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika
ada penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan
atau penyakit seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar
kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang
menetap (Shadine, 2012).
Biasanya terjadi kemudian setelah menarche. Biasanya
disebabkan hal lain. Nyeri biasanya bersifat regular pada setiap haid
namun berlangsung lebih lama dan bisa berlangsung selama siklus.
Nyeri mungkin nyeri pada salah satu sisi abdomen. (Irianto Koes,
2015).
33. 17
2.1.3. Tanda gejala dismenore Primer
Gejala umumnya, biasanya adalah nyeri yang luar biasa sebelum
atau selama haid. (Shadine, 2012).
Dismenore menyabebkan nyeri pada perut bagian bawah, yang
bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan
sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagian nyeri tumpul yang terus
menerus ada. Biasanya nyeri dimulai timbul sesaat sebelum atau selama
menstruasi, mencapai puncaknya dalam 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih kadang sampai terjadi muntah
(Nugroho, 2014).
Menurut Irianto Koes (2015) gejala desminore antara lain: Nyeri
perut seperti kram bagian bawah kemudian menyebar ke punggung dan
kaki, Biasa disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti
kelemahan umum.
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012) dismenore
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai
berat diperut bagian bawah, bokong dan nyeri spasmodik di sisi medial
paha.
34. 18
2.1.4. Etiologi Dismenore
1. Penyebab Dismenore primer
Penyebab dan pathogenesis dari dismenore sampai sekarang
belum jelas secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi
distrimik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih,
mulai dari ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodik disisi medial paha (Shadine, 2012).
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), dismenore
disebabkan oleh :
a. Faktor endokrin : rendahnya kadar progesteron pada akhir fase
korpus luteum dan peningkatan kadar prostaglandin
b. Kelainan organik : salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis
servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi
mungkin dapat menjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi
hal ini sekarang tidak di anggap sebagai faktor yang penting
sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita yang mengalami
dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam
hiperantefleksi. Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa
keluhan dismenore, walupun ada stenosis servikalis dan uterus
letak dalam hiperantefleksi atau hiperretofleksi. Mioma
submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat
35. 19
menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi
keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelinan tersebut.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan pisikis : emosional yang tidak
stabil, rasa bersalah, ketakutan seksual, komplik dengan
kewanitaanya dan imaturitas pada gadis-gadis yang secara
emosional tidak setabil, apalagi merasa jika mereka tidak
mendapatkan penerangan yang baik tentang proses haid, mudah
timbul dismenore.
d. Faktor konstitusi, seperti : faktor ini, yang erat hubungannya
dengan faktor tersebut di atas, dapat juga meneurunkan
ketahanan terhadap nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit
menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya
dismenore.
e. Faktor alergi.
Dismenore primer dapat disebabkan hiperaktivitas uterus,
endotelin, prostaglandin, vasopressin, dan kerusakan saraf
perifer. Hiperaktivitas uterus berhubungan dengan aliran darah
uterus. Hiperaktivitas uterus terjadi pada endometriosis dan
edenomiosis. Uterus yang berkontraksi menyebabkan “angina”
sehingga terjadilah nyeri. teori ini dikemukakan setelah
memperhatikan adanya asosiasi antara dismenore dengan
36. 20
urtikaria, migraine atau asma bronkhale, smith menduga bahwa
sebab alergi ialah toksin haid.
f. Faktor endokrin : pada umumnya ada anggapan bahwa kejang
yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi
uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan
dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novark dan
reynold yang melakukan penelitian pada uterus kelinci
berkesimpulan bahwa hormone estrogen merangsang
kontraktilitas uterus, sedangkan hormone progesterone
menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat
menerangkan fakta mengapa tidak timbulnya rasa nyeri pada
perdarahan disfungsional anovolatoir, yang biasanya
bersamaan dengan kadar estrogen yang lebih tanpa
progesterone.
Penjelasan lain dibrikan oleh Clitheroe dan Pickles. Mereka
menyatakan bahwa karena endometrium dalam fase sekresi
memprodusksi prostaglandin F1 yang menyebabkan kontarksi
otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan
kedalam peredaran darah, maka selain dismenore dijumpai juga
efek umum, seperti diare, nausea, muntah, flusbing (Saifudin,
2008).
37. 21
Menurut Nugroho (2014), disebut primer jika tidak di temukan
penyebab yang mendasarinya dari dan dismemore sekunder jika
penyebebnya adalah kelainan kandungan. Dismenore primer sering
terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalaminya dan
15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya dismenore
primer timbul pada masa remaja yaitu sekitar 2-3 tahun setelah
menstruasi pertama.
Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi
rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin
hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim
melewati serviks (leher rahim), terutama jika saluran serviksnya
sempit. Faktor lainnya yang bisa memperburuk dimenore adalah :
a. Rahim yang mehadap ke belakang
b. Kurang berolahraga
c. Stress pisikis atau stress sosial.
Pertumbuhan umur dan kehilangan akan menyebabkan
menghilangnya dismenore primer. Hal ini diduga terjadi karena
adanya kemunduran saraf rahim akibat penurunan dari sebagian
pada akhir kehamilan. Perbedaan beratnya nyeri tergantung kepada
kadar prostaglandin. Wanita yang mengalami dismenore memiliki
kadar yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
tidak mengalami dimenore. Dismenore sangat mirip dengan nyeri
38. 22
yang dirasakan oleh wanita hamil yang mendapatkan suntikan
prostaglandin untuk merangsang persalinan.
2. Penyebab Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis
dimana jaringan uterus tumbuh diluar uterus dan ini dapat terjadi
pada wanita tua dan muda. Implant ini masih bereaksi terhadap
estrogen dan progesterone sehingga dapat menyeluruh saat haid.
Hasil peluruhan bila jatuh ke dalam rongga abdomen dan
merangsang peritoneum akan menghasilkan nyeri. Endometriosis
ditemukan pada 10-15% wanita usia 25-33 tahun. Dismenore
sekunder dapat juga disebabkan fibroid, penyakit rada panggul;
IUD; tumor pada tuba fallopi, usus atau fesika urinaria; polip uteri;
inflammatory boelDesease; skar atau perlengketan akibat operasi
sebelumnya dan edenomiosis yaitu suatu keadaan dimana
endometrium tumbuh menembus miometrium. (Irianto Koes, 2015).
Menurut Kumalasari dan Adhiyantoro (2012) penyebab
dismenore sekunder adalah
a. Endometriosis.
b. Fibroid .
c. Peradangan tuba faloppi.
d. Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut.
e. Pemakian IUD.
39. 23
2.1.5. Faktor Resiko
Beberapa faktor dibawah ini di anggap sebagai faktor resiko
timbulnya nyeri menstruasi, yakni :
1. Menstruasi pertama (menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun
2. Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nulipara)
3. Darah menstruasi berjumlah banyak atau masa menstruasi yang
panjang
4. Merokok
5. Adanya riwayat menstruasi pada keluarga
6. Obesitas/kegemukan (Proverawati dan Misaroh,2009).
2.1.6. Mendiagnosa Dismenore
Gejala umunya, biasanya adalah rasa nyeri yang luar biasa
sebelum atau selama haid. Rasa nyeri ini juga bisa datang pada saat atau
setelah melakukan hubungan intim karena datangnya yang bersamaan
dengan haid, endometrosis kadang terlambat terdeteksi (Shadine, 2009).
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik
(Nugroho, 2014).
Gejala umumnya, gejala menjelang menstruasi terjadi hampir di
seluruh bagian tubuh, dan berbagai sistem yang ada di dalam tubuh,
adanya rasa nyeri di payudara, sakit pinggang, pegal linu, perasaan
seperti kembung, muncul jerawat, lebih sensitif, mudah marah
40. 24
(emosional) dan kadang timbul perasaan fsikis. (Proverwati, dan
Maisaroh, 2009).
2.1.7. Pencegahan Nyeri haid
Beberapa pencegahan saat mendekati tanggal haid
1. Mencegah stress.
2. Pola makan teratur.
3. Menghindari makanan yang asam dan pedas.
4. Istrahat teratur.
5. Yang paling mempengaruhi cukup tidur (Shadine, 2012).
2.1.8. Penanganan dan pengobatan dismenore Primer
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi sakit
perut saat menstruasi
1. Kompres dengan botol panas (hangat) pada bagian yang terasa kram
(bisa di perut atau pinggang bagian blakang).
2. Mandi air hangat, boleh juga menggunakan aroma terapi untuk
menenangkan diri.
3. Mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi.
4. Mengosok- gosok perut atau pinggang sakit
5. Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung kebawah. Hal
tersebut dapat membantu relaksasi.
6. Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan relaksasi.
41. 25
7. Obat- obatan yang digunakan harus berdasarkan dokter. Boleh
menggunakan analgetik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual
di toko obat, terapi dosisinya tidak lebih dari 3 kali sehari
(Kusmiran, Eny, 2011).
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012) penatalaksanan
untuk dismenore adalah sebagai berikut :
1. Keperawatan
a. Minum banyak air putih, hindari konsumsi garam dan minum
yang berkapein untuk mencegah pembengkakan dan retensi air.
b. Olahraga secara teratur bermanfaat untuk membantu mengurasi
dismneore karena akan memicu keluarnya hormon endropin
yang dinilai sebagai pembunh alamiah untuk rasa nyeri.
c. Makan- makanan bergizi, kaya akan zat besi, kalsium, dan
vitamin B komplek. Jangan mengurangi jadwal makan.
d. Istrahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri.
e. Lakukan Aktivitas yang dapat meredakan stress, misalnya pijat,
yoga, atau meditasi, untuk menimbulkan rasa nyer.
f. Pada saat berbaring terlentang, tinggikan posisi pinggiul
melebihi posisi bahu untuk meregakan gelajala dismenore.
42. 26
2. Medis
a. Pemberian anlgesik (nonopiat) ringan dan sederhana atau
kombinasi analgesic dan analgesic antiinflamasi nonstreroid
(AINSD)
b. Pemberian analgesic antiinflamasi nonsteroid (AINS)
c. Pemberian antipasmodik .
d. Pemeberian estrogen dan progesterone
e. Pemeberian suplemen
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah
gangguan yang tidak membahayakan untuk kesehatan. Hendaknya di
adakan penjelasan dan di diskusikan mengenai cara hidup, pekerjaan,
kegiatan, dan lingkungan penderita, kemungkinan salah informasi
mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu
dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai maknan sehat, istirahat yang
cukup dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan
fiskoterapi (Saifuddin,2008). Untuk mengurangi rasa nyeri bisa
diberikan obat anti peradangan non-steroid (seperti ibuprofen, naproxen
dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat epektif jika mulai diminum
2 hari sebelum menstruasi dan di anjurkan sampai 1-2 hari menstruasi.
Selain dengan obat-obatan rasa nyeri juga di kurang dengan :
a. Istirahat yang cukup
b. Olahraga yang teratur
43. 27
c. Oragsme pada aktifitas seksual
d. Kompres hangat di daerah perut
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual,
tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah
teratasi. Gejala juga bisa dikurangi dengan istrahat yang cukup serta
olahraga secara teratur (Nugroho, 2014).
Jika nyeri terus dirasakan dan menganggu kegiatan sehari-hari,
maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan
progesterone atau diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat
tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi. (pelepasan sel telur) dan
mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan
mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektip maka
dilakukan pemeriksaan tambahan (misalkan laproskopi) (Nugroho,
2014).
Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablesio endometrium
yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim di bakar atau di uapkan
dengan alat pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung
pada penyebabnya. (Nugroho, 2014).
44. 28
2.2. Menarche
2.2.1. Pengertian Menarche
Menurut proverawati dan Maisaroh (2009) Menarche merupakan
menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentan usia 10-16 Tahun
atau pada masa awal remaja tengah pubertas sebelum masa reproduksi.
Menstruasi adalah perdarahan periodik dan siklis dari uterus disertai
pengelupasan (deskuamasi) endometrium, tanda bahwa pada siklus
masa subur telah dimulai. Menstruasi terjadi pada saat lapisan dalam
dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk yang dikenal dengan
istilah menstruasi. Dalam keadaan normal setiap bulan seorang wanita
telah memasuki usia subur akan melepas sel telur (Ovum) akan
dihasilkan dan dilepaskan oleh induk telur (Ovarium). Menarche
merupakan suatu tanda awal adanya perubahan lain seperti pertumbuhan
payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis dan axsila, serta distribusi
lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa
tabu untuk membicarakan tentang masalah menstruasi dalam keluarga,
sehingga remaja awal kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang
cukup baik tentang perubahan- perubahan fisisk dan fisikologis terkait
menarche karena perasaan cemas dan takut akan muncul, selain itu juga
kurangnya pengetahuan tentang perwatan diri yang diperlukaan saat
menstruasi.
45. 29
Menarche merupakan pertanda adanya suatu perubahan status
sosial dari anak-anak menuju dewasa. Pada studi antar budaya,
menarche mempunyai variasi makna termasuk rasa tanggung jawab,
kebebasan dan harapan untuk memulai reproduksi. Menarche
merupakan suatu tanda yang penting bagi seseorang wanita yang
menunjukan adanya produksi hormon yang normal yang dibuat oleh
hipotalamus dan kemudian diteruskan ovarium dan uterus. Selama
sekitar dua tahun hormon-hormon ini akan merangsang pertumbuhan
rambut ketiak, rambut pubis, serta bentuk tubuh menjadi bentuk tubuh
wanita ideal (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa yang tidak
nyaman disebabkan karena selama menstruasi volume air di dalam
tubuh berkurang. Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal-
pegal di kaki dan di pinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit
perut. Sebelum periode ini terjadi biasanya ada beberapa perubahan
emosional. Prasaan suntuk, marah dan sedih yang disebabkan oleh
adanya pelepasan beberpa Hormon (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Pengetahuan tentang menstruasi sangat dibutuhkan oleh remaja
putri. Masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan
tentang personal haygine sehingga dapat beresiko untuk terjadinya
infeksi pada saluran kemih (ISK), selain itu yang timbul adalah dalam
proses perawatan diri yaitu pemenuhan personal diri pada saat
46. 30
menarche, hal ini dapat timbul karena sikap tertutupnya masyarakat dan
lingkungan. Sekitar 50% dari anak perempuan yang sebelumnya pernah
mengalami ISK juga akan mengganggu sirkulasi dengan terbentuknya
jaringan paru yang merupakan faktor prediposisi terjadinya gagal ginjal
kronik dan hipertensi.
2.2.2. Saat menstruasi pertama datang
Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti
perasaan seorang wanita yang mengalami menstruasi untuk pertama
kalinya (menarche). Menstruasi pertama atau menarche adalah hal yang
wajar pasti dialami oleh setiap wanita normal dan tidak perlu
digelisahkan. Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan
remaja mengenai menstruasi ini sangat kurang dan pendidikan dari
orangtua kurang. Adanya anggapan orang tua yang salah bahwa ini
merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan dan anggapan mereka
bahwa anak akan tahu dengan sendirinya, menambah rumitnya
permasalahan. Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal-pagal
di kaki dan di pinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut.
Sebelum periode ini terjadi biasanya ada beberapa perubahan emosional
seperti perasaan suntuk, marah dan sedih yang disebabkan adanya
pelepasan (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Gejala menjelang menstruasi terjadi hampir diseluruh bagian
tubuh, dan berbagai system yang ada dalam tubuh, antara lain adanya
47. 31
nyeri payudara, sakit pinggang, pegal linu, perasaan seperti kembung,
muncul jerawat, lebih sensitif, mudah marah (emosional) dan kadang
timbul perasaan malas. Berbagai perubahan selama pubertas bersamaan
dengan terjadinya menarche meliputi thelarche, adrenarehe,
pertumbuhan tinggi badan lebih cepat dan perubahan psikis
(Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Thelarche (perkembangan payudara), terjadi paling awal pada
usia kurant dari 10 tahun (8-13 tahun). Pembesaran payudara pada saat
pubertas terutama disebabkan oleh sekresi hormon estrogen yang
mendorong terjadinya penimbuanan lemak dijaringan payudara.
Sedangkan adrenarech (puberache atau perkembangan rambut aksila dan
pubis), terjadi ketika anak berusia 11 tahun dan karena lonjakan sekresi
androgen adrenal pada pubertas, bukan akibat estrogen. Kemudian di
ikuti dengan pertumbuhan tinggi badan yang cepat, bisa terjadi 2 tahun
setelah thelarech atau 1 tahun sebelum menarche. Hal ini karena
dipengaruhi oleh growth hormon, estradiol dan insulin like-grwoth
(IGF-1) atau somatomedin-C (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Masalah fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan
itu adalah kurangnya kebersihan diri (personal haygine) sehingga dapat
beresiko untuk terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) (Proverawati dan
Maisaroh, 2009).
48. 32
Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah
penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa
remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya mulai berkembang dengan
pesat. remaja yang mempunyai kesehatan reproduksi yang prima,
sehingga menghasilkan generasi yang sehat (Proverawati dan Maisaroh,
2009).
Menstruasi adalah tanda siklus masa subur telah dimulai.
Menstruasi terjadi pada saat lapisan dalam diding rahim luruh dan
keluar dalam bentuk yang dikenal dengan istilah menstruasi. Dalam
keadaan normal, setiap bulan seseorang wanita yang telah memasuki
usia subur akan melepaskan satu sel telur (ovum). Ovum akan
dihasilkan dan dilepaskan dinding oleh indung telur (ovarium). Ovum
yang dilepas tersebut akan berjalan masuk kedalam rahim melalui
saluran telur. Bila pada saat itu ada sel seperma yang masuk dan
bertemu, dapat terjadi pembuahan yang berlanjut menjadi kehamilan.
Untuk mempersiapkan kehamilan yang mungkin terjadi, dinding rahim
akan menebal. Penebalan yang disebabkan oleh faktor hormonal ini
berguna agar rahim siap menerima mudigah yang akan tertanam disana.
Bila kehamilan tidak terjadi, kadar hormon (yang mambuat rahim
menbal) akan turun. Akibatnya didnding rahim sebelah dalan akan luruh
dan terjadilah menstruasi (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
49. 33
Menstruasi yang terjadi pada saat awal-awal memang cenderung
tidak teratur. Setelah pertama kali datang, bulan berikutnya bisa saja
menghilang, dan hal ini merupakan kondisi normal. Seiring dengan
bertambahnya usia, menstruasi akan datang secara teratur setiap bulan.
Istilah setiap bulan agak rancu. Setiap bulan disini bukan berarti jika
sekarang tanggal 1 maka bulan depanpun harus tanggal 1. Ada orang
yang selalu maju 2 hari. misalnya bulan lalu tanggal 28, bulan depan
tanggal 26 dan ada juga yang tanggalnya mundur, tergantung siklusnya
(Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Tidak perlu malu atau cemas dengan menstruasi. Hal ini justru
menunjukan bahwa tubuh sudah beranjak dewasa. Berbagai perubahan
itu justru menunjukan bahwa tubuh sudah beranjak dewasa. Perubahan
itu sebagai indikator untuk mempersiapkan diri untuk hidup dalam
lingkungan dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang sedang dan
akan terjadi pada (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Upaya-upaya yang dilakukan ketika anak menstruasi yaitu
menjaga kebersihan selama menstruais dengan mengganti pembalut
minimal dua kali sehari, karena penggantian pembalut dapat mengurangi
perkembangbiakan bakteri, minum obat apabila timbul rasa nyeri yang
berlebihan dan memeriksakan diri ke dokter, juga pemeberian vitamin
dan mineral B1, B6 dan B12 berguna untuk indivdu yang menderita
keluhan sakit pada menstruasi dan diminum sesui dengan dosis yang di
50. 34
anjurkan. Disamping itu juga disrankan untuk menjaga kebersihan
vagina, karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan
penyakit pada saluran reproduksi (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Lebih dari itu seorang wanita remaja yang telah mengalami
menstruasi pertama kali (menarche) seharusnya tidak melakukan
hubungan seksual, karena dapat mengakibatkan terjadi kehamilam. Hal
ini akibat telah matangnya organ-organ seks secara biofisologis
(Proverawati dan Maisaroh, 2009).
2.2.3. Usia terjadinya Menarche
Usia saat seseorang anak permpuan mulai mendapat menstruasi
sangat bervariasi. Terdapat kecenderuangan bahwa saat anak menstruasi
yang pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12
tahun saat ia mendapat menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang 8
tahun sudah memulai sikluasnya. Bila usia 16 tahun baru mendapatkan
menstruasi dapat terjadi (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Usia dapat mencapai fase terjadinya menarche di pengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, ekonomi, dll.
Menarche biasanya tejadi 3 sampai delapan hari namun rata-rata
lima setengeha hari. dalam satu tahun setelah terjadi menarche,
ketidkteraturan menstruasi masih sering di jumpai. Ketidak teraturan
terjadinya menstruasi adalah kejadian yang biasa di alami oleh para
remaja putri, namun demikian hal ini dapat menimbulkan keresahan
51. 35
pada diri remaja itu sendiri. Sekitar dua tahun setelah menarche akan
terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak harus terjadi setiap bulan tetapi dapat
terjadi setiap dua atau tiga bulan dan secara berangsur sikluasnya akan
menjadi lebih teratur. Dengan terjadi ovulasi, spasmodik dismenore
dapat timbul (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Ada pula jadwal menstruasi yang pertama kali terjadi pada usia
16 tahun atau disebut amenore sekunder. Bila hal ini terjadi, perlu
dilakukan pemeriksaan medis untuk mengetahui penyebab, sebab
lazimnya penyebab menstruais kategori ini, karena tidak terdapat lubang
aliran mens pada selaput dara. kasus seperti ini dapat diatasi dengan
melakukan oprasi kecil pada selaput dara. Selain itu ada penyebab yang
beragam (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Namun secara global dan termutahir. perempuan mengalami
menstruasi dini (premature). Hal ini disebabkan faktor internal dan
eksternal. Faktor internal karena ketidak seimbangan hormon bawaan
lahir. Hal ini juga berkolerasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi
pada makanan yang di konsumsi . tingkat kulitas yang lebih baik pada
masyarakat saat ini memicu menstruasi dini. Tetapi, gizi yang kurang
juga mengakibatkan hal yang (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
2.2.4. Menachea dan rangsangan Audio Visual
Diluar itu faktor penyebab menstruasi dini juga datang dari
rangsangan audio visual. baik berasal dari percakapan.maupun tontonan
52. 36
dari film-film atau internet berlebel dewasa, vulgar, atau mengumbar
sensualitas. Rangsangan dari telinga dan mata tersebut kemudian
merangsang system reproduksi dan genitalia untuk lebih cepat matang.
Bahkan rangsangan audio visual ini merupakan faktor penyebab utama
menstruasi dini berdasarkan riset selama 37 tahun yang dilakukan
peneliti di norwegia dan melibatkan 61 ribu perempuan yang lahir
antara tahun 1800 hingga 1920an, terdapat kesimpulan bahwa tingkat
resiko kematian pada perempuan yang mengalami menstruasi dini (usia
10-11 tahun) lebih tinggi 10% dibanding mereka yang mengalami
menstruasi saat usia 15 tahun ke atas (Proverawati dan Maisaroh,
2009).
2.2.5. Menarche dan Aspek budaya
Setiap budaya memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi
kejaian menarche ini. Beberapa budaya memandang menarche sebagai
salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan anak perempuannya
dan merupakan ucapan bagi anaknya sebagai tanda bahwa anaknya
sudah dewasa namun beberpa budaya lainnya memandang sebagi
sesuatu yang tidak penting. Secara sejarah, menarche telah rayakan
dengan ritual menarche. Bangsa yunani kuno mencampurkan darah
menstruasi dengan jagung untuk merayakan fertilisasi. Banyak ibu yang
merayakan nya dengan pribadi yaitu dengan menggunakan musik,
tarian, penghias bunga. (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
53. 37
2.2.6. Faktor –faktor yang mempengaruhi menarche
1. Aspek pisikologis yang menyatakan bahwa menarche merupakan
bagian dari masa pubertas. Menarche merupakan suatu proses
melibatkan system anatomi dan fisiologi dari proses pubertas yaitu
sebgai berikut
a. Disekresikannya estrogen oleh ovarium yang di stimulasikan oleh
hormon pituitari.
b. Estrogen menstimulasi pertumbuhan uterus
c. Fluktuasi tingkat hormon yang dapat menghasilkan perubahan
suplai darah yang adekuat kebagian endometrium
d. Kematian beberapa jaringan endometrium dari hormon ini adanya
peningkatan fluktuasi suplai darah ke desidua
2. Menarche dan kesuburan
Pada sebagian besar wanita, menarche bukanlah sebagai tanda
terjadinya ovulasi. Sebuah penelitian di Ameriaka menyatakan bahwa
interval rata-rata antara menarche dan ovulasi terjadi sela 1-2 tahun
sebelum terjadi ovulasi yang teratur. Adanya ovulasi yang teratur
menandakan interval yang konsisten dari lamanya menstruasi dan
perkiraan waktu datangnya kembali dan untuk mengukur tingkat
kesuburan seseorang wanita
3. Pengaruh waktu terjadi menarche
54. 38
Menarche biasanya terjadi sekitar dua tahun setelah
perkembangan payudara. Namun akhir-akhir ini menarche terjadi
pada usia yang muda dan tergantung dari pertumbuhan individu
tersebut, diet dan tingkat kesehatannya
4. Menarche dan lingkungan sosial
Menurut sebuah penelitian menyatakan bahwa lingkungan sosial
berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarche. Salah satunya
yaitu lingkungan skeluarga. Lingkungan yang harmonis dan adanya
keluarga besar yang baik dapat memperlambat terjadinya menarche
dini. Selain itu ketidak hadiran ayah ketika ia masih kecil, adanya
tindakan kekerasan seksual pada anak dan adanya konflik keluarga
merupakan faktor yang berperan penting dalam terjadinya menarche
dini. Beberapa aspek struktur dan fungsi keluarga berpegaruh
terhadap kejadian menarche dini.
5. Umur menarche dan status sosial
Menarche terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi
sedang sampai tinggi yang memiliki selisih sekitar 12 bulan. Hal ini
telah di teliti di India berdasarkan pendapatan perkapita. Orang yang
berasal dari kelompok keluarga biasa mengalami menarche lebih
dini. Namun setelah diteliti lebih lanjut asupan protein lebih
berpengaruh terhadap kejadian menarche yang lebih awal.
Bagaimanapun penelitian Alinyaotu padmavati menyatakan bahwa
55. 39
wanita yang vegetaraian kejadian menarchenya lebih lama. Orang
yang non-vegetaria menarchenya 6 bulan lebih awal dari pada yang
vegetarian (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
2.2.7. Ketidakteraturan menstruasi
Pada kenyataannya, tidak semua perempuan memiliki siklus
menstruasi yang normal. Banyak diantara mereka yang siklus
menstruasinya tidak memiliki pola tertentu. Mungkin pada awalnya
siklus menstruasi lebih dari 35 hari, namun kemudian akan timbul
perdaarahan menstruasi diluar siklus normal. Misalkan, siklus semula
35-40 hari, tetapi bulan berikutnya bisa tidak menstruasi selama 3
bulan. Gangguan pada masa menarche meliputi menarche dini,
menarche dan perdarahan. Status gizi remaja wanita sangat
mempengaruhi terjadinya menarche baik faktor usia terjadinya
menarche adanya keluhan-keluhan maupun lamanya hari menarche
(Proverawati dan Maisaroh, 2009).
2.2.8. Kelainan pada Menatruasi
Menstruasi sebenarnya merupakan gejala biologis yang alami
progresif dan positif sebagai tanda biologis dari kemtangan seksual.
Namun apabila peristiwa menstruasi menimbulkan kejut (syock) yang
sangat hebat yang disertai dengan iritasi (rangsangan yang menganggu)
biasanya anak perempuan merasa sakit, disertai dengan mual-mual,
cepat lelah, berbagai emosional depresi, komplikasilai lain akibat
56. 40
menstruasi adalah menstruasi penganti. Macam-macam kelainan
menstruasi gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan dalam :
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid
: Hipermenorea atau menorgia dan hipomenorea
b. Kelainan siklus polimenorea, oligomenorea, amenorea
c. Perdarahan diluar haid metroragia
d. Gangguan lain.( Proverawati dan Maisaroh, 2009).
2.3. Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pada Remaja
Fast food atau makaan siap saji dapat di artikan sebagai makanan yang
dapat disajikan dengan cepat. Makanan lain yang dapat di kategorikan sebagai
Fast food adalah juga makanan yang dijual di toko atau restoran dengan
memerlukan sedikit persiapan dan penyajian untuk dibawa pulang dalam
bentuk kemasan. Fast food sering juga mengacu pada makanan di amerika
serikat yang berisi kentang goring, burger, dan soft drink. Fast food umumnya
adalah makanan dengan kandungan kalori tinggi yang banyak bersumber dari
bahan protein, seperti protein hewani (daging burger, sois) dan protein nabati
(pizza dough). Jenis masakan inilah yang awalnya muncul industry Fast food,
yaitu jenis makanan dari barat (Alamsyah, 2009).
Makanan moderen atau makanan cepat saji maknan yang tergolong
makanan tinggi lemak, tinggi garam, tinggi gula, tetapi rendah serat dan
57. 41
vitamin, seperti makanan kalengan, fried chiken, humburger atau pizza
(Khasanah, 2012). Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan moderen sudah
mulai tampak dikalangan remaja. Kebiasaan yang di peroleh semasa remaja
akan berdampak pada kesehatan dalam fase dewasa dan usia lanjut.
Menurut Badriah (2011), Prilaku makan sehat untuk remaja adalah
penting sejalan dengan perubahan fisik selama remaja,sehingga berpengaruh
pada gizi yang dibutuhkan remaja. Pada masa remaja ini lebih bebas untuk
memutuskan dan memilih maknan sesuai dengan keinginannya. Remaja
cenderung lebih banyak makan diluar rumah dan mereka banyak terpengaruh
peer-nya. Remaja lebih suka mengkonsumsi makanan yang sebenarnya tipe
jung-food (missal: soft drink, fast food, makanan kemasan) .
Kehadiran fast food di Indonesia sangat mempengaruhi pola makan para
remaja di kota besar. Tidak bisa di pungkiri dengan gaya hidup kota yang serba
praktis para remaja sulit menghindar dari fast food (kristianti dkk, 2009).
Semakin popolernya makanan cepat saji di kalangan remaja saat ini, diiringi
dengan meningkatnya besar porsi dan energi di dalam makanan cepat saji
selama beberapa tahun terakhir. Hal ini menyebebkan remaja yang
mengkonsumsi makanan cepat saji akan mengkonsumsi energy, lemak, dan
gula secara berlebihan. Selain itu, makanan cepat saji diketahui rendah serat
dan tinggi sodium (imtihani dan Noer, 2013).
58. 42
2.4. Hubungan menarche dan konsumsi Makanan Cepat saji (fast food) dengan
Disminore Primer.
Dismenore dapat dipengaruhi oleh bebrapa faktor, diantaranya
menarche, dan konsumsi Fast food. Telah cukup banyak penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut terhadap
dismenore. Hubungan faktor-faktor tersebut dengan dismenore beserta hasil
penelitian akan di jelaskan dalam subbab ini:
Faktor yang pertama yang mempengaruhi dismenore akan di jelaskan
dalam subbab ini adalah menarche. Bila menarche terjadi pada usia awal dari
normal, dimana alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan
masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit ketika
menstruasi (Novia dan Pusptasari, 2008)
Beberapa penelitian tentang hubungan antara usia menarche dengan
dismenore adalah sebagai berikut.
1. Pada penelitian yang dilakukan oleh sopiha dkk. (2013) pada siswi SMK negri
10 Medan, didapatkan hasil responden mengalami dismenore sebanyak 83,7%
(usia menache ≤ 12 tahun), 83,3% (usia menache 13-14 tahun), dan 53,8%
(usia menache ≥ 14 tahun), sedangakan responden yang tidak mengalami
dismenore adalah sebanyak 16,3% (usia menache ≤ 12 tahu), 16,7% (usia
menarche 13-14 tahun), dan 46,2 ( usia menarche ≥14 tahun). Pada penelitian
ini di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia
menarche dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,031 (p<0,05).
59. 43
2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriana dan Rahmayani (2013) di
Akdemi Kebidanan Meuligo Meulaboh,didapatkan hasil responden yang
mengalami dimenore sebanyak 88,6% (usia menarche ≥ 12 tahun). Pada
penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia
menarche dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,047% (p< 0,05).
Pada beberapa penelitian di atas, dari penelitian dengan hasil bahwa
terdapat hubungan yang bermakana antara usia menarche dengan dismenore,
dapat diketahui bahwa semakin dini usia menarche responden, maka akan
semakin tinggi prevalensi dismenore.
Faktor ke dua yang mempengaruhi dismenore akan di jelaskan dalam
subbab ini prilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food). Fast food
memiliki karakteristik mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak omega-
3, jenuh omega-6 yang tinggi, kurangnya kandungan asam lemak omega-3,
terlalu banyak kandungan garam, terlalu banyak gula yang dimurnikan (Myles,
2014). Husein (2013) menjelaskan bahwa asupan asam lemak n-6 dalam diet
merupakan awal dari pelepasan prostaglandin yang akan menyebabkan
dismenore.
Selain itu fast food juga mengandung asam lemak trans yang
merupakan salah satu sumber radikal bebas. Salah satu efek dari radikal bebas
adalah kerusakan membrane sel (Owusu-Apenten, 2004) dikutip dalam Anisa
2015. Membrane sel memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah
fossolipid. Salah satu fungsi fosfolipid sebagai penyedia asam arakidonat yang
60. 44
akan disintesis menjadi prostaglandin (satyanarayana, 2014) dikutip dalam
Anisa 2015. Sehingga jika tubuh semakin banyak mengkonsumsi makanan
cepat saji (fast food) maka akan semakin banyak prostaglandin dalam tubuh
yang menyebabkan terjadinya dismenore.
Beberapa penelitian tentang hubungan antara prilaku mengkonsumsi fast
food dengan dismenore sebagai berikut
1. Pada penelitian Pramanik dan Dhar (2014) yang dilakukan pada remaja (13-
18 tahun) di Bengal Barat, india timur, didapatkan hasil responden dengan
kebiasaan mengkonsumsi fast food mengalami dismenore sebanyak 45,45%
(mengkonsumsi fast food 1-2 hari/minggu), 74,63% (mengkonsumsi fast
food 5-6 hari/minggu), 83,08% (mengkonsumsi fast food 7 hari/seminggu),
sedangkan responden tanpa kebiasaan mengkonsumsi fast food tidak
mengalami dimenore sebanyak 54,55% (mengkonsumsi fast food 1-2
hari/minggu), 35,98% (mengkonsumsi fast food 3-4 hari/minggu),
25,37%(mengkonsumsi fast food 5-6 hari/minggu), 16,92% (mengkonsumsi
fast food 7 hari/minggu). Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang
bermakna antara kebiasan mengkonsumsi fast food dengan dismenore,
dengan niali p < 0,001.
2. Pada penelitian Anisa Magista vivi (2015) yang dilakukan pada siswi SMAN
13 Bandar lampung di dapatkan hasil responden yang mengalami dismenore
primer sebesar 90,6%. Dengan responden yang sering (≥ 3x/ minggu)
mengkonsumsi makanan cepat saji sebesar 83,3% dan jarang (< 3x/minggu)
61. 45
sebesar 9,4% . Uji statistik antara antara konsumsi makanan cepat saji (fast
food) di dapatkan nilai p= 0.010 yang artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara mengkonsumsi makanan cepat saji dengan kejadian
dismenore primer.
Pada beberapa penelitian diatas, dari penelitian dengan hasil bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi fast food
dengan dismenore, dapat diketahui bahwa semakin tinggi Frekuensi fast food
responden, makana akan semakin tinggi prevalensi dismenore.
2.5. Teori Lawrence Green
Menurut Noorkasiani, dkk (2009) teori Lawrence Green mengatakan
bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (non-prilaku). Faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok
faktor, yaitu faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong. Faktor
predisposisi (prediposing factors) mencangkup usia, Usia Menarche , status
gizi, stress, kebiasan olahraga, diet konsumsi maknan cepat saji (fast food)
Faktor pendukung (enabling factors) ialah , faktor kejiwaan, faktor obstruksi
kanalis servikalis, faktor endokrin, faktor alergi, sedangkan faktor pendorong
(reinforcing factors) adalah lift style (gaya hidup) seseorang. Green
mengatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam
mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan
tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat
terhadap kesehatan pada umumnya.
62. 46
mm
2.6. Kerangka Teori
Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan detrminan prilaku
dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku yang berhubungan
dengan kesehatan, salah satunya adalah teori Lawrence Green (1980).
Gambar 2.1.
Kerangka Teori Penelitian Hubungan Usia Menarche dan
Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food) dengan Kejadian Dismenore
sumber : Proverawati 2009, Nugroho (2014), saifuddin (2008), Anisa
Vivian (2014).
Faktor-faktor pendorong
Lift style (Gaya hidup)
Merokok
Faktor-faktor pendukung
1. Faktor kejiwaan
2. Faktor obstruski kanalis
servikalis
3. Faktor endokrin
4. Faktor alergi
Kejadian Dismenore
Primer
Faktor Prediposisi :
1. Usia
2. Menarche dini
3. Status Gizi
4. Kebiasaan
berolahraga
5. Diet (Konsumsi fast
food)
6. Menstruasi pertama
7. Nulipara
8. riwayat menstruasi
pada keluarga
9. Obesitas/ kegemukan
10. Masa menstruasi yang
panjang
63. BAB III
KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau
antara variabel yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang akan
diteliti (Natoatmojo, 2012).
Berdasarkan teori yang ada, peneliti membuat sebuah kerangka
konsep untuk melihat hubungan antara kejadian Desminore sebagai variabel
dependen dengan variabel independen yang berhubungan. Peneliti
melakukan penelitian terhadap usia menarche dan konsumsi makannan cepat
saji (Fast food) untuk melihat apakah faktor tersebut memiliki hubungan
dengan kejadian Desminore Primer. Pemilihan Faktor tersebut berdasarkan
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan sesuai untuk diteliti pada
sasaran penelitian yaitu remaja putri.
47
64. 48
3.1.1. Kerangka Konsep
Variabel Independen variabel Dependen
Gambar 3.1
Kerangka Konsep penelitian
Hubungan Usia Menarche dan Konsumsi makanan Cepat Saji
(Fast Food) dengan kejadian Desminore Primer Pada Remaja Putri
di Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang Tahun 2016
3.1.2. Hipotesis
1. Adakah Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian Dismenore
Primer di Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
2. Adakah Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food)
dengan Kejadian Disminore Primer di Akademi Kebidanan Bina
Husada Tangerang.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Desain/Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik terdiri atas variabel
bebas dan terikat yang membutuhkan jawaban mengapa dan
bagaimana (Hidayat, 2007). Penelitian ini mengunakan pendekatan
cross sectional merupakan semua jenis penelitian yang pengukuran
variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, dimana data yang
Usia menarche dan
Kejadian Dismenore Primer
Konsumsi makanan cepat saji
(Fast food)
65. 49
berkitan dengan variabel bebas dan variabel terkit dikumpulkan
dalam waktu yang bersamaan (Natoatmojo, 2012).
3.2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Akademi Kebidanan Bina Husada
Tangerang.
2. Waktu penelitian
a. Waktu pengambilan data dilakukan selama 1 minggu pada
tanggal 26 januari - 1 februari 2016.
b. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember – April
2016.
3.2.3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto,
2006) dan wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah di
tentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan di tarik kesimpulannya.
(Hidayat, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Mahasiswi Tingkat I, II dan Tingkat III Akademi Kebidana Bina
Husada Tangerang yang berjumlah 156 Mahasiswa.
66. 50
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi Yang diteliti.
(Arikunto, 2006). Dan merupakan bagian populasi yang akan
diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. (Hidayat, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian Mahasiswi Tingkat I, II dan Tingkat III Program Reguler
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang.
Rumus besar sampel uji hipotesis 2 proporsi (Lameshow et
al., 1990 dikutip dari Ariawan, 1998).
√ ) √ ) ))
n
)
Keterangan :
N : Besar sampel
p1 : Proporsi usia menarche cepat < 12 tahun dan kejadian
dismenore primer (diketahui 0,86)
P2 : Proporsi usia menarche > 12 tahun dan kejadian
dismenore primer (diketahui 0,56)
P : (P1+P2)/2 diketahui 0,71
Z1-α : Nilai Z pada derajat kemaknaan (diketahui 1,96)
Z1β : Nilai Z pada kekuatan uji power (diketahui 1,64)
67. 51
Berdasarkan penelitian Bedu, dkk (2015) pada pariabel usia
menarche P1= 0,86 dan P2= 0,56 dengan nilai p-value= 0,006
sehingga di dapatkan nilai n= 57. Jadi besar sampel pada
penelitian ini sebanyak 114 responden. Sampel terdiri dari 2
kelompo yaitu 57 kelompok dismenore dan 57 yang tidak
mengalami dismenore.
Jadi cara mencari sampel sebagai berikut:
n= (1,96√ (1-0,71)+1,64 x √ (1-0,86+ 0,56)(1-0,56 )²
0,09
n= 1,96 √ ) + 1,64 √
n= 1,96 √ + 1,64 √
n= 1,96 (0,64) + 1,64 (0,60)
n= 1,254 + 0,984
n= (2,238)²
n= 5,0086
0,09
n= 55,65 dibulatkan menjadi 57
Jadi sampel dalam penelitian ini dengan rumus Setelah
dihitung dengan rumus besaran sampel minimum dan
menggunakan system komputerisasi didapatkan n= 57 dengan
tingkat kemaknaan 95% dan tingkat kesalahan 5% dengan teknaik
68. 52
uji Chi- square dengan rumus 2x2 sehingga diperoleh sampel
dalam penelitian ini sejumlah 57 x 2 = 114. Maka sampel dalam
penelitian ini yaitu 57 dengan kelompok dismenore primer dan 57
dengan kelompok tidak Dismenore. Total sampel berjumlah 114
responden.
Teknik pengambilan sampel dengan cara sampling
aksidental yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan
kebetulan bertemu (Hidayat, 2011).
3.2.4. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain (Natoatmojo, 2012). Variabel tersebut dapat
dibedakan menjadi :
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel Independen merupakan variabel yang yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Varibel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas
dalam mempengaruhi variabel lain variabel ini mempunyai nama
lain seperti variabel prediktor, resiko atau kausa. Variabel
Independen didalam penelitian ini adalah Usia Menarche dan
Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)
69. 53
2. Variabel Dependen
Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung
dari variabel bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut
dengan variabel efek, hasi, outcome, atau even.variabel dependen
dalam penelitian ini kejadian Dismenore Primer. (Hidyat,2011).
3.2.5. Definisi Oprasional
Definisi oprasional adalah mendefinisikan variabel secara
oprasional berdasarkan karakteristik yang diamati. Definesi
oprasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran
dalam penelitian (Hidayat,2011). Adapun definisi oprasioanal
hubungan usia menarche dan konsumsi makanan cepat saji dengan
kejadian dismenore primer pada remaja putri di akademi kebidanan
tahun 2016 adalah sebagai berikut :
70. 54
Table 3.1.
Definisi Oprasional
Hubungan Usia Menarche dan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast food)
dengan kejadian Dismenore Primer pada Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina
Husada Tangerang Tahun 2016
No Variabel
Definisi
Oprasional
Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Sekala
Ukur
1. Disemenore
Primer
nyeri haid yang
dijumpai tanpa
kelainana alat
genitalia yang
nyata. Yang
terjadi beberapa
waktu
Angket Kuesioner 1. Ya
2. Tidak
Nominal
2. Usia
Menarche
Usia saat
seseorang anak
perempuan
pertama kali
mendapat
menstruasi
Angket Kuesioner 1. ≤ 12 tahun
2. >12 tahun
Ordinal
3. Konsumsi
makanan
cepat saji
(fast food)
Frekuensi
makanan cepat
saji (fast food)
dalam satu bulan
terakhir
Angket Kuesioner 1. Sering
(≥ 3x/minggu)
2. Jarang
(< 3x/minggu)
Ordinal
3.2.6. Metode Pengumpulan Data
Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan
dilakukan dalam penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data,
perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat
hasil penelitian. (Hidayat, 2011).
71. 55
1. Jenis data yang dikumpulkan
a. Data primer
Data yang diperoleh dari penyebaran langsung Angket
langsung pada mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada
Tangerang Tingkat I, II, dan III Dengan Menggunakan
Kesioner.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari bagiaan BAAK untuk mendapatkan
informasi tentang jumlah Mahasiswi tingkat I, II dan Tingkat
III di Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang.
2. Cara pengukuran
Cara pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melakukan penyebaran angket dengan instrument Kuesioner.
3.2.7. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2012), proses pengolahan data
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan
harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner.
72. 56
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting,
selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding” yakni
mengubah data berbentuk huruf menjadi bilangan.
Coding data dalam penelitian ini:
1. Variabel Dismenore Primer
Kode 1 : ya
Kode 2 : Tidak
2. Variabel Usia Menarche
Kode 1 : Usia ≤ 12 tahun
Kode 2 : Usia > 12 tahun
3. Variabel Konsumsi maknan cepat saji (fast food)
Kode 1 : Sering ≥ 3x/minggu
Kode 2 : Jarang < 3x/minggu
c. Data Entry
Jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” dimasukkan ke dalam program atau software
komputer. Dalam proses ini dituntut ketelitian dari orang
yang melakukan “data entry".
d. Cleaning
Semua data dari setiap responden perlu dicek kembali
untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
73. 57
kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
2. Analisis Data
a. Analisis univariat
Data yang diperoleh dianalisa secara univariat yaitu
mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel
yang diteliti. Analisa data ini dilakukan dengan cara
mentabulasi data kemudian disusun dalam tabel sesuai dengan
varibel yang diteliti dan dihitung presentasenya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Sibagariang, 2010)
b. Analisis bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel bebas dan variabel terkait. Variabel
penelitian ini adalah katogorik tidak berpasangan, sehingga
hubungan antara satu variabel yang lain dapat digunakan
dengan uji statistic chi-square Uji yang digunakan adalah
P=f/n x 100%
Keterangan : P = Presentase
f= frekuensi tiap kategori
n= jumlah sampel
74. 58
“chi square atau kai kuadrat” dengan menggunakan derajat
kepercayaan 95% dengan nilai alpha=0,05. Bila nilai p ≤ α,
maka ada hubungan atau perbedaan suatu kejadian antara dua
kelompok. Bila nilai p > α, maka tidak ada hubungan atau
perbedaan suatu kejadian antara dua kelompok (Hastono,
2011).
Aturan yang berlaku pada chi- square adalah:
a. Bila pada tabel 2x2 dengan sel yang mempunyai nilai
expected kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “
Fisher’s Exact Test” .
b. Bila tabel 2x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang
dipakai adalah “ Continuity Correction” .
c. Bila tabelnya lebih dari 2x 2, misalkan 3 x 2, 3 x 3 dsb,
maka digunakan “Pearson Chi Square (a)”. (Hastono,
2011).
75. BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel penelitian, baik variabel independen maupun
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu usia menarche dan
konsumsi makanan cepat saji (fast food), sedangkan variabel dependennya
adalah Dismenore Primer.
4.1.1. Distribusi Frekuensi Dismenore Primer Pada Mahasiswi Akademi
Kebidanan Bina Husada Tangerang Tahun 2016
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Dismenore Primer Pada Mahasiswi
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
Tahun 2016
Kategori Frekuensi (F) Presentase (%)
Ya 57 50
Tidak 57 50
Total 114 100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 114 responden,
yang mengalami dismenore primer dan yang tidak mengalami
dismenore primer masing- masing sebesar (50%).
59
76. 60
4.1.2. Distribusi Frekuensi Usia Menarche Pada Mahasiswi Akademi
Kebidanan Bina Husada Tangerang Tahun 2016
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Usia Menarche Pada Mahasiswi
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
Tahun 2016
Kategori Frekuensi (F) Presentase (%)
≤ 12 tahun 58 50,9
> 12 tahun 56 49,1
Total 114 100
Berdasarkan tabel 4.1, menunjukan bahwa dari 114 responden.
Mayoritas mengalami usia menarche ≤ 12 sebesar (50,9 %).
4.1.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Pada Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
Tahun 2016
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Pada Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
Tahun 2016
Kategori Frekuensi (F) Presentase (%)
Sering ≥ 3x/ minggu 88 77,2
Jarang < 3x/ minggu 26 22,8
Total 114 100
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 114 responden,
mayoritas mahasiswi yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji
(fast food) sebesar (77,2%).
77. 61
4.2.Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menunjukan hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Analisa bivariat yang
digunakan adalah uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan
antara kelompok variabel kategori. Variabel independen yang dianalisis
dengan uji Chi-Square adalah usia menarche dan konsumsi makanan cepat
saji (fast food). Berikut hasil dari analisis bivariat dari variabel yang di teliti.
4.2.1. Hubungan Usia Menarche Dengan Kejadian Dismenore Primer
Pada Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
Tahun 2016
Tabel 4.4
Analisis Hubungan Usia Menarche Dengan Kejadian Dismenore
Primer Distribusi Frekuensi Dismenore Primer Pada Mahasiswi
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang
Tahun 2016
Usia Menarche
Dismenore Primer
Ya Tidak Total
P-Value
F % F % F %
≤ 12 tahun 35 60,3 23 39,7 58 100
0.039
> 12 tahun 22 39,3 34 60,7 56 100
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 114 responden
dengan usia menarche (≤ 12 tahun) yang mengalami dismenore primer
sebesar (60,3%). Sementara itu, responden dengan usia menarche (>
12 tahun) yang mengalami dismenore primer sebesar (39,3%). Dan
78. 62
dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan semakin cepat usia
menarche maka semakin beresiko terjadinya dismenore primer.
Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-square menunjukan nilai p =
0.039 ≤ (α) 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditoloak yang
artinya ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian
dismenore primer.
4.2.2. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast food) Dengan
Kejadian Dismenore Primer Pada Mahasiswi Akademi Kebidanan
Bina Husada Tangerang Tahun 2016.
Tabel 4.5
Analisis Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast
food) Dengan Kejadian Dismenore Primer Distribusi Frekuensi
Dismenore Primer Pada Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina
Husada Tangerang Tahun 2016
Konsumsi Fast Food
Dismenore Primer
Ya Tidak Total
P-Value
F % F % F %
Sering ≥ 3x/minggu 50 56,8 38 43,2 88 100
0.014
Jarang < 3x/minggu 7 24,1 19 73,1 26 100
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 114 responden
dengan konsumsi makanan cepat saji (fast food) sering yang
mengalami dismenore primer sebesar (56,8%). Sementara responden
dengan konsumsi makanan cepat saji (fast food) jarang yang
mengalami dismenore primer sebesar (26,9%). Dapat dismipulkan
79. 63
bahwa terdapat kecenderungan semakin sering mengkonsumsi
makanan cepat saji (fast food) beresiko terjadi dismenore primer.
Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-square menunjukan
nilai p = 0.014 ≤ (α) 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditoloak
yang artinya ada hubungan antara mengkonsumsi makanan cepat saji
(Fast food) dengan kejadian dismenore primer.
80. BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
usia menarche dan konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian
dismenore primer pada mahasiswi akademi kebidanan bina husada tangerang tahun
2016, yang ditinjau dari masing-masing variabel, diantaranya: usia menarche,
konsumsi makanan cepat saji (fast food), kejadian dismenore primer, hubungan usia
menarche dengan kejadian dismenore primer dan hubungan konsumsi makanan cepat
saji (fast food) dengan kejadian dismenore primer.
5.1. Gambaran Dismenore Primer Pada Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina
Husada Tangerang Tahun 2016
Dari hasil penelitian, kejadian dismenore primer menunjukan bahwa
dari 114 responden, 57 responden (50%) mengalami dismenore primer, dan
sebanyak 57 responden (50%) tidak mengalami dismenore primer.
Menurut Kusmiran Eny (2012) yaitu keadaan nyeri yang hebat dan
dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Dismenore merupakan suatu fenomena
simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Gejala
gastrointestinal seperti mual dan diare dapat terjadi dari gejala menstruasi.
Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 64,25% yang
terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9, 36% dismenore sekunder. Suatu
studi menyatakan akibat dismenore tersebut 10% hingga 18%, dismenore
adalah penyebab utma absen sekolah dan tergantung aktivitas lain. Hal Ini di
64
81. 65
perkuat oleh penelitian terdahulu bahwa akbiat keluhan dismenore pada remaja
putri di purwerejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari-hari sehingga
menyebabkan abse sekolah ≤ 3 hari (Utami dan Mesta, 2015).
Hasil studi menunjukan terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja
mengalami absence rate 1-3 hari perbulan atau ketidakmampuan remaja dalam
melakukan tugasnya sehari hari akibat nyeri hebat (Utami, dan Mesta, 2015).
Angka kejadian Desminorea tipe primer di Indonesia adalah sekitar
54,89%,sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder. (Proverawati
dan Maisaroh, 2009).
5.2. Gambaran Usia Menarche Pada Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina
Husada Tangerang Tahun 2016
Dari hasil penelitian, usia menarche menunjukan bahwa, dari 114
responden, 58 responden (50,9%) mengalami usia menarche ≤ 12 dan 56
responden (49,1 %) mengalami usia menarche > 12 tahun.
Hasil penelitian ini sependapat Sopia dkk, 2013 dalam penelitiannya,
didapatkan bahwa dari 171 responden, mayoritas mengalami usia menarche ≤
12 tahun sebesar (50,30%) dan yang terendah pada kelompok umur > 14 tahun
(7,60%).
Menurut proverawati dan Maisaroh (2009) Menarche merupakan
menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentan usia 10-16 Tahun atau pada
masa awal remaja tengah pubertas sebelum masa reproduksi.
82. 66
Usia saat seseorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat
bervariasi. Terdapat kecenderuangan bahwa saat anak menstruasi yang pertama
kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat ia mendapat
menstruasi pertama kali,tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai sikluasnya.
Bila usia 16 tahun baru mendapatkan menstruasi dapat terjadi (Proverawati dan
Maisaroh, 2009).
Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche cenderung
mengalami penurunan pada 3 dekade terakhir. Di amerika, pada tahun 1900-an
umur Menarche yaitu berkisar pada 17 tahun sedangkan pada tahun 1973 sudah
berada pada usia 12,8 tahun dan cenderung stabil pada tahun selanjutnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Kanada pada tahun 2001 menunjukan
bahwa rata-rata usia menarche yang sama yaitu 13 tahun sedangkan di
Norwegia 13,2 tahun. Penelitian yang sama dilakukan di India pada tahun 2008
menunjukan bahwa, Usia menarche adalah pada usia 12,62 tahun (Fizlda, dkk,
2014).
Berdasarkan Riset kesehatan dasar 2010, bahwa 5,2% anak-anak di 17
provinsi di Indonesia mengalami menarche di bawah usia 12 tahun. Sehingga di
Indonesia menepati urutan ke 15 dari 67 negara dengan penurunn usia
menarche mencapai 0,145 tahun per decade.
83. 67
5.3. Gambaran Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food) Pada Mahasiswi
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang Tahun 2016
Dari hasil penelitian, konsumsi makanan cepat saji (fast food)
menunjukan bahwa dari 114 responden, 88 responden (77,2%) dengan
konsumsi makanan cepat saji (fast food) sering, (≥ 3x/minggu) dan sebanyak 26
responden (22,8%) dengan konsumsi makanan cepat saji (fast food) jarang (<
3x/ minggu).
Berdasarkan data asupan makanan cepat saji (fast food) yang ditanyakan
kepada responden, didapatkan bahwa makanan cepat saji (fast food) yang di
konsumsi responden terdiri dari :
1. Fried chicken
2. Pizza
3. Hamburger/ hotdog
4. Spaghetti
5. Kentang goring
6. Chicken nugget
7. Sosis
8. Bakso
9. Siomay
10. Empek-empek
11. Cireng
12. Makanan gorengan lain
84. 68
13. Nasi padang
14. Mie instan.
Kemudian dari data tersebut diperoleh 5 jenis makanan cepat saji (fast
food) yang paling sering dikonsumsi. Distribusi jenis makanan cepat saji (fast
food) yang paling sering dikonsumsi dapat dilihat pada tabel
Tabel Distribusi Jenis Makanan Cepat Saji (fast food) yang paling sering
dikonsumsi
Jenis Fast Food n %
Mie instan 92 13,5
Bakso 87 12,7
Fried chicken 83 12,1
Gorengan lain 71 10,4
sosis 54 7,9
Total 387 100
Kelima jenis makanan cepat saji (fast food) tersebut kemudian dijadikan
acuan untuk definisi konsumsi makanan cepat saji (fast food). Apabila terdapat
lebih dari lebih dari tiga dari kelima jenis makanan tersebut yang sering
dikonsumsi oleh responden, maka konsumsi makanan cepat saji responden
termasuk dalam katagori sering, sedangkan responden yang tidak
85. 69
mengkonsumsi kurang dari tiga dari kelima makanan tersebut termasuk
kategori jarang
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Astuti (2014) dalam
penelitiannya, menunjukan bahwa dari 53 responden menunjukan bahwa yang
paling banyak menkonsumsi fast food kategori sering sebanyak 42 responden
(79,25%) dan 11 responden dalam kategori kadang-kadang sebesar (20,75%).
Makanan moderen atau makanan cepat saji maknan yang tergolong
makanan tinggi lemak, tinggi garam, tinggi gula, tetapi rendah serat dan
vitamin, seperti makanan kalengan, fried chiken, humburger atau pizza
(Khasanah, 2012). Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan moderen sudah
mulai tampak dikalangan remaja. Kebiasaan yang di peroleh semasa remaja
akan berdampak pada kesehatan dalam fase dewasa dan usia lanjut.
Pada penelitian Anisa Vivi (2015) pada siswi di SMAN 13 Bandar
lampung bahwa dari 180 responden. Di dapatkan hasil responden yang sering
mengkonsumsi makanan cepat saji sebesar (83,3 %).
Berdasarkan penelitian Kristianti, dkk (2009) pada siswi SMA Negri
Surakarta dari keseleruhan responden yang sering mengkonsumsi fast food
sebesar 54,7% dan yang jarang mengkonsumsi fast food sebesar 45,3%. Dengan
meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan pada remaja, akan
mempengaruhi kebiasaan makan remaj. Konsumsi makanan sering tidak teratur,
sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang
sehingga jarang remaja untuk mengkonsumsi fast food.
86. 70
5.4. Hubungan Usia Menarche Dengan Kejadian Dismenore Primer Pada
Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa responden yang
mengalami dismenore primer lebih banyak terdapat pada kelompok dengan usia
menarche ≤ 12 tahun yaitu sebanyak 35 responden (60,3%). Hasil uji statistik
dengan chi-square menunjukan nilai p = 0,039 ≤ (α) 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima yang artinya ada hubungan antar usia
menarche dengan kejadian dismenore primer.
Menurut Properawati dan Maisaroh, (2009) faktor resiko timbulnya
nyeri menstruasi yaitu menstruasi pertama (menarche) diusia dini (kurang dari
12 tahun).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Bedu. Dkk (2015) dalam
penelitiannya, menunjukan bahwa dari hasil analisis hubungan usia menarche
dengan kejadian dismenore primer diketahui responden yang mengalami
dismenore primer lebih banyak pada usia menarche cepat < 12 tahun sebanyak
25 orang (86,2%). Hasil uji statistik untuk usia menarche dengan kejadian
dismenore primer diperoleh nilai p = 0,006, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan dismenore
primer.
Pada penelitian yang dilakukan oleh sopiha dkk. (2013) pada siswi SMK
negri 10 Medan, didapatkan hasil responden mengalami dismenore sebanyak
83,7% (usia menache ≤ 12 tahun), 83,3% (usia menache 13-14 tahun), dan
87. 71
53,8% (usia menache ≥ 14 tahun), sedangakan responden yang tidak mengalami
dismenore adalah sebanyak 16,3% (usia menache ≤ 12 tahu), 16,7% (usia
menarche 13-14 tahun), dan 46,2 ( usia menarche ≥14 tahun). Pada penelitian
ini di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia
menarche dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,031 (p<0,05).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriana dan Rahmayani (2013) di
Akdemi Kebidanan Meuligo Meulaboh,didapatkan hasil responden yang
mengalami dimenore sebanyak 88,6% (usia menarche ≥ 12 tahun). Pada
penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia
menarche dengan dismenore, dengan nilai p sebesar 0,047% (p< 0,05).
5.5. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast food) Dengan Kejadian
Dismenore Primer Pada Mahasiswi Akademi Kebidanan Bina Husada
Tangerang Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa responden yang
mengalami dismenore primer lebih banyak terdapat pada kelompok dengan
konsumsi makanan cepat saji (fast food) sering yaitu sebanyak 50 responden
(56,8%). Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukan nilai p = 0,014 ≤ (α)
0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang artinya ada hubungan
antar usia menarche dengan kejadian dismenore primer.
fast food juga mengandung asam lemak trans yang merupakan salah
satu sumber radikal bebas. Salah satu efek dari radikal bebas adalah kerusakan
membrane sel (Owusu-Apenten, 2004) dikutip dalam Anisa 2015. Membrane
88. 72
sel memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah fossolipid. Salah satu
fungsi fosfolipid sebagai penyedia asam arakidonat yang akan disintesis
menjadi prostaglandin (satyanarayana, 2014) dikutip dalam Anisa 2015.
Sehingga jika tubuh semakin banyak mengkonsumsi makanan cepat saji (fast
food) maka akan semakin banyak prostaglandin dalam tubuh yang
menyebabkan terjadinya dismenore.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Anisa (2015) dalam
penelitiannya, menunjukan bahwa dari hasil analisis hubungan konsumsi
makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore primer diketahui
responden yang mengalami dismenore primer lebih banyak pada responden
yang sering mengkonumsi makanan cepat saji sebesar (83,3%). Hasil uji
statistik untuk konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian
dismenore primer diperoleh nilai p = 0,010, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan cepat saji (fast
food) dengan dismenore primer.
Pada penelitian Pramanik dan Dhar (2014) yang dilakukan pada remaja
(13-18 tahun) di Bengal Barat, india timur, didapatkan hasil responden dengan
kebiasaan mengkonsumsi fast food mengalami dismenore sebanyak 45,45%
(mengkonsumsi fast food 1-2 hari/minggu), 74,63% (mengkonsumsi fast food
5-6 hari/minggu), 83,08% (mengkonsumsi fast food 7 hari/seminggu),
sedangkan responden tanpa kebiasaan mengkonsumsi fast food tidak
mengalami dimenore sebanyak 54,55% (mengkonsumsi fast food 1-2
89. 73
hari/minggu), 35,98% (mengkonsumsi fast food 3-4 hari/minggu),
25,37%(mengkonsumsi fast food 5-6 hari/minggu), 16,92% (mengkonsumsi
fast food 7 hari/minggu). Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang
bermakna antara kebiasan mengkonsumsi fast food dengan dismenore, dengan
niali p < 0,001.