Mengungkap informasi rahasia dan mewawancarai para
pejabat yang sedang menjadi trending topic memang penuh
risiko. Ia mengaku tak pernah merasa takut menghadapinya.
Tapi bukan berarti ia tak punya kekhawatiran dalam hidup
1. 50 pesona.co.id februari 2016
BUSANA:HollyFULTON@SHOPPE33
COVER STORY NAJWA OK-cek.indd 50 1/15/2016 5:43:37 PM
2. februari 2016 pesona.co.id 51
Jika melihat Najwa Shihab di televisi, selain sorot
matanya yang tajam, semua penonton pasti sepakat bahwa
ia selalu bicara cepat. Hal itu pula yang saya rasakan saat
berbincang langsung dengan Nana, sapaan akrabnya, di sela-
sela pemotretan cover Pesona. Ia selalu menjawab pertanyaan
saya dengan cepat dan bersemangat, terutama menyangkut
profesinya sebagai jurnalis dan apa yang dilakukannya di balik
layar kaca. Ia juga selalu menjaga eye contact dengan lawan
bicara—sesuatu yang menimbulkan rasa kedekatan. Saya juga
suka tertawanya yang lepas di sela-sela wawancara.
Apakah ‘bakat bicara’ ini muncul sejak kecil, atau akibat
tuntutan pekerjaan? “Sebetulnya saya cenderung pendiam
dan pemalu, apalagi kalau membicarakan hal-hal pribadi.
Hanya orang-orang terdekat saja yang tahu,” ungkap Najwa.
Profesi sebagai jurnalislah yang membentuknya hingga tampil
articulate dan penuh percaya diri seperti sekarang.
“Saya belajar dari pengalaman setiap hari, bagaimana
membuat orang mau percaya dan terbuka kepada saya,
belajar untuk menjadi pendengar yang baik, belajar untuk
mendeteksi apakah orang ini cukup nyaman bila digali lebih
jauh, atau mencari pendekatan lain agar dia mau cerita.
Kekayaan wartawan adalah jejaring; bagaimana membangun
kepercayaan dan menjalin relasi. Saya ingat, Dewan Pers
menentukan level senioritas wartawan dari siapa pejabat atau
narasumber kelas satu yang langsung mengangkat telepon
ketika si wartawan menghubunginya. Menjalani profesi ini
sekian lama (lebih dari 15 tahun) membuat saya semakin
percaya diri.”
* * *
Pada akhir 2015 lalu, Nana hampir dilaporkan ke polisi
karena menyiarkan informasi tentang sidang tertutup
Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) saat menampilkan
Setya Novanto, (mantan) Ketua DPR dalam kasus ‘Papa
Minta Saham’. “Akhirnya, pengacara SN tidak jadi menuntut
saya secara pribadi tapi menuntut Metro TV. Namun, kini
kasusnya sudah selesai di Dewan Pers dan diputuskan bahwa
Metro TV tidak bersalah. Menurut saya, aneh kalau pihak
yang membuat Undang-Undang (DPR) tidak mengerti bahwa
membuka suatu rahasia untuk kepentingan rakyat banyak
dilindungi Undang-Undang,” cerita Najwa, bersemangat.
Selain mengidolakan Rachel Anne Maddow, Nana banyak
belajar dari news anchor Amerika, Katherine Anne Couric atau
lebih dikenal dengan Katie Curic, serta presenter talk show
Oprah Winfrey. “Rachel cepat merespons narasumber
dan sekaligus witty. Kalau Oprah, selalu menarik melihat
kemampuannya untuk berempati terhadap narasumber.
Sedangkan Katie punya kemampuan membuat orang percaya
dan mau terbuka. Saya lalu mencoba mencocokkan dengan
karakter saya, apakah gaya seperti itu cocok untuk saya?
“Soalnya, keberhasilan sebuah talk show sangat tergantung
pada karakter host-nya. Jika karakter talk show tidak sesuai
dengan karakter pemandunya, maka perbincangan akan
Mengungkap informasi rahasia dan mewawancarai para
pejabat yang sedang menjadi trending topic memang penuh
risiko. Ia mengaku tak pernah merasa takut menghadapinya.
Tapi bukan berarti ia tak punya kekhawatiran dalam hidup.
TEKS: Tenni Purwanti FOTO: IFAN HARTANTO PENGARAH GAYA: ERIN METASARI
MENGULIK
NAJWA
COVER STORY NAJWA OK-cek.indd 51 1/15/2016 5:43:37 PM
3. 52 pesona.co.id februari 2016
terlihat palsu,” ucapnya serius.
Nana mengaku memiliki banyak cita-cita sejak kecil, yang
selalu berganti-ganti. “Tapi ibu saya pernah cerita, sewaktu masih
duduk di TK, saya suka menirukan gaya pembaca berita TV di
depan cermin,” kenang Najwa, tertawa. “Dan memang akhirnya
saya jatuh cinta pada dunia jurnalistik sejak pertama kali bekerja
di televisi,” ujar wanita yang pernah magang di RCTI, sebelum
akhirnya berlabuh di Metro TV yang telah berlangsung selama
15 tahun.
Selain menjadi pemandu Mata Najwa, ia menjabat Wakil
Pemimpin Redaksi, yang memimpin langsung para reporter dan
presenter, serta melakukan riset untuk talk show-nya sendiri. Tak
heran bila ia merasa sering ‘tertelan’ oleh pekerjaan. Baginya, ini
adalah kebiasaan buruk yang sulit diubah. Selama wawancara,
saya mendengar ponselnya terus mengirim notifikasi dan
beberapa kali ia mengeceknya. “Saya ini tipe control freak, semua
mau saya atur. Jadi saya harus bisa mendisplinkan diri—oke, ini
sudah ada yang handle, let go certain thing.”
* * *
Sebagai wartawan, mungkin ia tak punya rasa takut. Tapi
adakah ketakutannya dalam menghadapi hidup? ”Jujur saja,
ketakutan saya cukup banyak. Takut ketinggian, takut…” ia
terdiam beberapa saat, lalu melanjutkan, “Sebagai ibu bekerja,
saya harus menyeimbangkan antara karier dengan rumah
tangga—bagaimana menjadi ibu yang baik untuk anak saya.
Bagaimana saya harus juggling sebagai ibu dan wartawan, sebagai
istri dan public personality. Itu perjuangan yang terus-menerus.
Kekhawatiran saya adalah bila saya tidak berhasil menjalani
semua itu dengan baik.”
Beruntung ia menikahi pria yang sangat memahami
profesinya. Menikah di usia 20 tahun dengan Ibrahim Assegaf,
seniornya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia saat ia
masih duduk di semester 3, hingga kini rumah tangganya jauh
dari gosip. “Tentu perkawinan kami ada up and down-nya.
Suami kadang mengingatkan kalau saya sudah terlalu fokus
pada pekerjaan. He is my rock! Dia yang tahu saya, dari orang
yang tidak bisa ngapa-ngapain sampai sekarang punya talk show
sendiri.” Selain itu, ayahnya, M. Quraish Shihab, merupakan
pendukung terbesarnya. “Ayah saya itu kritikus nomor satu.
Bahkan, setiap episode Mata Najwa selalu diberi nilai oleh Ayah,
ha ha ha.…”
Anak pertamanya, Izzat Ibrahim Assegaf, kini beranjak
15 tahun. Di usia remaja ini, pendekatan komunikasi yang
dilakukan Nana berbeda dengan ketika anaknya masih kecil. Izzat
juga kini mulai ‘menjauhi’ orang tuanya.
“Mungkin karena dia anak tunggal, dan saya feeling
guilty karena sering meninggalkan dia, maka saya cenderung
memanjakan Izzat. Tapi sekarang sudah lewat masa dia mau
menghabiskan waktu dengan saya. Dia lebih suka berkumpul
dengan teman-temannya, dan mulai susah diajak pergi bersama.
Dia itu penggemar Star Wars. Ternyata dia memilih nonton
duluan dengan teman-temannya. Baru ketika nonton untuk
kedua kalinya, dia mau menemani saya,” ungkap Nana, yang juga
senang menonton film-film yang happy ending. “Hidup ini sudah
rumit, masa harus nonton yang sedih-sedih…,” guraunya.
Adakah yang masih ingin ia capai dalam hidup? “Saya
ini banyak maunya. Saya ingin Mata Najwa lebih banyak
penontonnya. Saya ngin lebih sering ke daerah-daerah untuk
berdiskusi dengan mahasiswa. Saya juga ingin ikut mendidik
dan membentuk jurnalis-jurnalis muda. Saya ingin menemukan
cara agar bisa fokus pada hal-hal yang penting, khususnya untuk
pribadi dan keluarga. Ingin sekolah lagi, mengambil S-3, dan…
ingin punya anak lagi.”
Passion-nya selama ini adalah melakukan hal yang bersentuhan
dengan publik. Karena itu, yang terpenting baginya adalah selalu
bisa bertemu orang-orang, berinteraksi langsung dengan berbagai
kalangan. “Wartawan adalah profesi yang memungkinkan hal itu.
Jadi, bukan pekerjaannya yang terpenting, tetapi apa yang bisa
dilakukan dengan pekerjaan itu,” Najwa menegaskan. Maka, ia
tak menutup kemungkinan jika suatu hari terjun ke dunia politik.
“Tidak sekarang, karena saya masih terlalu cinta jurnalistik. Tapi
siapa tahu? Politic, why not?”
Juggling sebagai ibu dan wartawan,
sebagai istri dan public personality.
Itu perjuangan yang terus-menerus.
Kekhawatiran saya adalah bila saya tidak
berhasil menjalani semua itu dengan baik.”
COVER STORY NAJWA OK-cek.indd 52 1/15/2016 5:43:37 PM
4. februari 2016 pesona.co.id 53
atasan:CAMILLAANDMARC@SHOPPE33Riaswajah&rambut:YAZID
COVER STORY NAJWA OK-cek.indd 53 1/15/2016 5:43:43 PM