1. Resume Kasus 3-CNP 2
Nama : Tantri Novianti
NPM : 220110120120
Tutor : 2
Asuhan Keperawatan Keluarga
Pengkajian dan Analisa Data
Family health care nursing (asuhan keperawatan keluarga) ialah suatu proses
pemberian pelayanan kesehatan terhadap kebutuhan keluarga dalam ruang lingkup praktik
keperawatan. Asuhan keperawatan tersebut dapat ditujukan ke arah the family as context
(keluarga sebagai konteks), the family as a client (keluarga sebagai klien), the family as a
system (keluarga sebagai sistem), dan the family as a component of society (keluarga sebagai
bagian dari masyarakat), (Kaakinen et al., 2010). Keempat komponen tersebut merupakan
pendekatan yang dapat digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan.
a. The Family as a Context
Pendekatan pertama ini berfokus pada pengkajian dan perhatian terhadap klien secara
individual di mana keluarga sebagai konteksnya. Dengan kata lain, pendekatan ini
disebut juga Family Centered atau Family Focused. Fokus pendekatan tradisional ini
menjadikan individu sebagai latar depan dan keluarga sebagai latar belakang
pengkajian. Keluarga berperan dalam konteks pemberi dukungan maupun stres bagi
kondisi sehat sakit seseorang.
b. The Family as a Client
Pendekatan kedua berfokus pada pengkajian terhadap seluruh anggota keluarga.
Perawat keluarga tertarik pada keadaan di mana semua anggota keluarga secara
individu terpengaruhi oleh keaadan kesehatan salah satu anggota keluarga tersebut.
Dalam pendekatan ini, semua anggota keluarga menjadi latar depan, maka pengkajian
berfokus pada setiap individu dan asuhan keperawatan diberikan pada setiap anggota
keluarga.
c. The Family as a System
Pendekatan ketiga memandang keluarga sebagai satu kesatuan sistem interaksi. Dengan
kata lain, interaksi antaranggota keluarga menjadi target intervensi keperawatan
berdasarkan pada pengkajian keluarga secara keseluruhan. Pendekatan ini berfokus
pada individu dan keluarga dengan bersamaan, menekankan pada pola interaksi
antaranggota keluarga. Semakin banyak anak, suatu keluarga akan memiliki interaksi
yang semakin kompleks. Pendekatan sistem ini selalu menyiratkan bahwa ketika
sesuatu terjadi pada salah satu sistem, hal tersebut akan memengaruhi bagian sistem
yang lain (Kaaninen, 2014).
2. d. The Family as a Component of Society
Pendekatan ke empat melihat keluarga sebagai salah satu institusi dalam masyarakat,
sama seperti kesehatan, pendidikan, keagamaan, atau institusi ekonomi. Keluarga
merupakan unit primer atau dasar yang menjadi bagian dari sistem kemasyarakatan
yang lebih besar. Sebuah keluarga secara keseluruhan berinteraksi dengan institusi
lainnya untuk saling menerima, bertukar, maupun mengirim informasi melalui
pelayanan dan komunikasi.
Gambar 1. Pendekatan Keperawatan Keluarga
Model Pengkajian Keluarga
Keluarga merupakan sistem sosial yang kompleks di mana perawat berinteraksi dengan
cara dan konteks yang berbeda-beda, penggunaan pendekatan pengkajian keperawatan yang
logis dan sistematis menjadi penting dalam hal ini. Terdapat model dan instrumen pengkajian
keluarga yang dapat digunakan dalam praktik keperawatan keluarga, di antaranya:
The Family Assessment and Intervention Model dikembangkan oleh Barkey-
Mischke dan Hanson (1991);
3. FS3I (The Family System Stressor-Strength Inventory) dikembangkan oleh
Hanson (2001);
Firedman Family Assessment Model (Friedman et al., 2003);
The Calgary Family Assessment Model (CFAM) dan The Calgary Family
Intervention Model (CFIM) dikembangkan oleh Wright dan Leahey (2013).
Tabel berikut menunjukkan perbandingan dari keempat model pengkajian keperawatan
keluarga (Kaakinen, 2015, dalam buku Family Health Care Nursing: Theory, Practice, and
Research).
Nama Model The Family Assessment
and Intervention Model
dan FS3I
Firedman Family
Assessment Model
The Calgary Family
Assessment and
Intervension Model
Kutipan Barkey-Mischke dan
Hanson (1991);
Hanson (2001)
(Friedman et al., 2003) Wright dan Leahey
(2013)
Tujuan Konkret, berfokus pada
instrumen pengukuran
yang membantu
keluarga
mengidentifikasi stresor
keluarga dan
melakukan intervensi
sesuai dengan kekuatan
keluarga.
Konkret, panduan
global wawancara
pengkajian keluarga
yang terutama melihat
keluarga dalam
komunitas yang lebih
besar di mana mereka
berada.
Model konseptual dan
pendekatan
multidimensi untuk
keluarga dengan
melihat kecocokan
antarfungsi keluarga,
afektif, dan aspek-
aspek perilaku.
Landasan Teori Sistem:
- Family System
- Neuman System
Model:
- Stress-Coping
- Theory
- Developmental
- Structural-functional
- Family stress-coping
- Environmental
Sistem:
- Cybernetics
Communication
Change Theory
Tingkat
pengumpulan
data
Kuanitatif:
Ordinal & Interval
Kualitatif:
Nominal
Kualitatif:
Nominal
Kualitatif:
Nominal
Seting yang paling
banyak digunakan
Rawat inap;
Rawat jalan;
Komunitas.
Rawat jalan;
Komunitas.
Rawat jalan;
Komunitas.
Unit analisis Family as context;
Family as client;
Family as system;
Family as component of
society.
Family as client;
Family as component of
society.
Family as system.
4. Kekuatan Singkat,
Mudah dilakukan,
Hasil data dapat
membandingkan satu
anggota keluarga
dengan anggota lainnya,
Fokus pengkajian dan
pengukuran menyajikan
masalah.
Area yang
komprehensif untuk
mengkaji keluarga.
Konseptual.
Kelemahan Variabel yang sempit. Banyak data yang
mungkin tidak berkaitan
dengan masalah,
Tidak adanya data
kuantitatif.
Tidak cukup konkret
untuk digunakan
sebagai panduan,
kecuali jika model ini
telah diuji secara
mendalam.
Dalam buku lain, Nurses and Families: A Guide toFamily Assessment and Intervension
(Wright & Leahey, 2013) menjelaskan tentang aplikasi model CFAM dan CFIM, di mana
CFAM memiliki tiga kategori pengkajian, yaitu Structural, Developmental, dan Functional.
Setiap kategori memiliki sub-kategori yang dapat perawat pilih untuk menjadi fokus
pengkajian. Artinya perawat dituntut untuk cermat dalam menentukan apa saja yang harus
dikaji terhadap keluarga yang dihadapinya, dan tidak semua sub-kategori perlu dikaji. Berikut
diagram cabang dari CFAM:
5. Instrumen Pengkajian Keluarga
Family Genogram
Suatu format yang menggambarkan pohon keluarga dengan mencantumkan informasi
mengenai anggota keluarga dan hubungannya, minimal tiga generasi (McGoldrick,
Gerson, & Petry, 2008). Data yang dibutuhkan untuk membuat genogram keluarga di
antaranya:
o Identifikasi siapa saja keluarga inti.
o Identifikasi siapa yang mempunyai masalah kesehatan.
o Identifikasi semua orang yang tinggal bersama keluarga inti.
o Tentukan bagaimana hubungan antaranggota dalam keluarga tersebut.
o Mengumpulkan data diri setiap anggota keluarga, meliputi: umur, jenis
kelamin, pengejaan nama yang tepat, masalah kesehatan, pekerjaan, tanggal-
tanggal hubungan (menikah, berpisah, bercerai, kembali tinggal serumah),
serta tanggal dan usia kematian (anggota keluarga terkait, bila ada).
o Dapatkan informasi yang sama dari semua anggota keluarga lintas generasi,
sebagai konsistensi data dan untuk mengungkap pola keadaan sehat-sakit
keluarga.
o Tambahkan informasi yang berkaitan dengan situasi, seperti lokasi geografis
dan pola interaksi.
Simbol-simbol yang bisa digunakan:
Laki-laki Perempuan Identifikasi-klien Meninggal Menikah Pisah
Cerai Cerai Anak angkat Aborsi Kembar
Tinggal dalam 1 rumah
Family Ecomap
Family Ecomap menyediakan informasi mengenai sistem di luar keluarga inti yaitu,
sumber dukungan sosial atau stresor bagi keluarga (Olsen et al., 2004).
___________________________________________________________________________
6. Berdasarkan uraian di atas, yang termasuk dalam poin pengkajian keluarga, adalah:
a. Mengidentifikasi data demografi dan socio-cultural.
b. Data lingkungan
c. Struktur dan fungsi keluarga.
d. Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga
e. Perkembangan keluarga.
Sedangkan yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga,
adalah pengkajian: Fisik, Mental, Emosi, Sosial, dan Spiritual.
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
1. Wawancara keluarga
2. Observasi fasilitas rumah
3. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung kaki)
4. Data sekunder, seperti contoh: hasil laboratorium, X-Ray, pap semar, dsb)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah:
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Usia
3) Alamat dan telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi keluarga
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
4) Riwayat keluarga sebelumnya
III. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
IV. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai dan norma keluarga
V. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
7. VI. Stres dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
3) Strategi koping konstruktif yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
5) Sistem pendukung keluarga
VII. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di
klinik.
VIII. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
Rencana Asuhan Keperawatan - Penentuan Diagnosa Keperawatan
Setelah data pengkajian didapatkan, kemudian dilakukan analisa data lalu diketahui
berbagai masalah kesehatan keluarga yang mungkin muncul. Gambar berikut menunjukkan
beberapa diagnosa keperawatan terkait masalah keperawatan keluarga:
8. Menentukan Masalah Prioritas
Dikenal tipologi dari diagnosis keperawatan, yaitu:
1. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan.
2. Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, contohnya:
Resiko konflik keputusan pada keluarga Bapak A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gangguan komunikasi verbal.
3. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan. Contoh:
Potensial peningkatan gizi pada ibu hamil (Ibu M) keluarga Bapak K.
Potensial peningkatan menyusui efektif bayi keluarga Bapak X.
Catatan:
Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil pengkajian dari tugas
perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk mendiagnosis keperawatan potensial
(sejahtera / “wellness”) boleh menggunakan/ tidak menggunakan etiologi.
Dalam satu keluarga dapat saja perawat menemukan lebih dari 1 (satu) diagnosis
keperawatan keluarga. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:
Skala untuk Menentukan Prioritas
Asuhan Keperawatan Keluarga
(Bailon dan Maglaya, 1978)
No Kriteria Skor Bobot
1.
2.
3.
Sifat masalah:
Skala : Tidak/kurang sehat/aktual
Ancaman kesejatan/resiko
Keadaan sejahtera/potensia
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Mudah
Sebagian
Tidak dapat
Potensial masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi
Cukup
Rendah
3
2
1
2
1
0
3
2
1
1
2
1
9. 4. Menonjol masalah
Skala: Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
Skoring:
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot :
Skore
X Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
Faktor-Faktor yang dapat Memengaruhi Penentuan Prioritas
Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat
diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan
biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat perlu
memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.
2. Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
3. Sumber daya perawat: dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
4. Sumber daya masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat
(dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat).
Kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
2. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.
3. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah.
4. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka penambahan potensi
untuk mencegah masalah.
Kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skore yang tertinggi yang
terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.
10. Perencanaan Perawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang menyangkut
tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan
standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan
keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
Implementasi/Intervensi
Perawat keluarga hendaknya mengkaji seberapa aktif tingkat keterlibatan keluarga
dalam proses pengambilan keputusan. Perawat secara sadar memengaruhi tingkat stres
keluarga dengan mengontrol seberapa banyak (dan seberapa cepat) mereka saling melibatkan
diri dalam merawat anggota keluarganya (Corlett & Twycross, 2006). Perawat juga mengatur
seberapa banyak informasi yang mereka bagi dengan keluarganya, seberapa sering mereka
melibatkan keluarga dalam rutinitas sehari-hari, waktu kunjungan, bahkan diskusi
antaranggota keluarga.
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Shared Decision Making (Pengambilan Keputusan Bersama)
Terkadang tenaga kesehatan lupa bahwa keluarga juga merasa ingin dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan (Bruera, Sweeny, Calder, Palmer, & Benisch-Tolly, 2001).
Option Grid ialah salah satu strategi dalam implementasi pengambilan keputusan bersama
(Elwyn et al., 2012), dibuat dalam bentuk format lembar kerja pengambilan keputusan bersama
dengan pendekatan terapeutik terhadap kondisi kesehatan spesifik yang membuat keluarga
dapat mengetahui manfaat ataupun timbal balik berhubungan dengan keputusan perawatan lain
yang memungkinkan.
Pendekatan lain dalam proses pengambilan keputusan bersama ialah dengan
menggunakan Patient/Parent Involvement Information Assessment Tool (PINT),
dikembangkan oleh Sobo (2004). PINT adalah survey yang dikelola sendiri, dapat disimpan
dalam rekam medis sebagai fasilitas dan target informasi-komunikasi antara tim tenaga
kesehatan dan keluarga.
11. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke
keluarga. Untuk itu dapat dilksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.
S hal-hal yang dikemukakan keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan, misalnya: keluarga menyatakan nyeri dari penyakitnya berkurang.
O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan, misalnya: BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan jangka pendek
yang terkait dengan diagnosis.
P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahapan evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir.
Chronic Illness Framework
Chronic illness framework diusulkan oleh Rolland (1987, 1944) untuk membantu
pemberi asuhan memahami bagaimana penyakit kronis memengaruhi keluarga. Penyakit
kronis ialah konsep yang kompleks dan berimplikasi luas terhadap individu maupun keluarga.
Kerangka konsep Rolland terus berkembang dan membantu perawat dalam memikirkan
berbagai faktor dari penyakit dan bagaimana hal tersebut berpengaruh pada fungsi keluarga.
Konsep ini disebut juga Family System and Chronic Illness Framework, memiliki tiga elemen
utama:
Illness Types (Tipe Penyakit)
o Onset of Illness: Gradual or Acute
Apabila penyakit kronis muncul dari onset akut, keluarga beradaptasi
dengan cepat untuk menanggulangi situasi. Strategi tersebut termasuk
ke dalam short-term role flexibility (fleksibilitas jangka pendek), yaitu
keluarga menggunakan pendekatan penyelesaian masalah yang
sebelumnya pernah dilakukan serta memanfaatkan sumber dukungan
dari luar. Ketika menghadapi penyakit akut yang beralih menjadi
kronis, atau penyakit kronis yang memiliki onset bertahap, adaptasi
keluarga muncul dalam jangka waktu yang panjang.
12. o Course of Illness: Progressive, Constant, or Relapsing/Episodic
Adaptasi keluarga terhadap kondisi penyakit anggota keluarga
dipengaruhi oleh perjalanan penyakitnya. Penyakit kronis yang
progresif menunjukkan ketidakmampuan/penurunan kemampuan
secara bertahap. Keluarga dihadapkan pada gejala yang terus-menerus,
yang membutuhkan adaptasi secara kontinyu dengan periode tenang
yang sebentar. Biasanya stres keluarga dan kelelahan muncul dalam
kondisi ini.
Penyakit kronis dikatakan konstan apabila setelah mengalami
keparahan dari fase akut, penyakit tersebut berkembang ke arah
perubahan semipermanen yang cenderung dapat diprediksi. Stres
keluarga dan kelelahan akan tetap ada namun pada level yang lebih
rendah dari pada kondisi penyakit kronis progresif.
Penyakit kronis yang episodik membuat keluarga selalu berada pada
kondisi antara fase remisi (stabil) dan ekserbasi (kambuh). Keadaan
yang tak menentu dan tidak terprediksi ini sangat membebani keluarga.
o Outcome: Trajectory of Illness
Proses perjalanan penyakit dan kemungkinan akhir dari penyakit
memengaruhi fungsi keluarga. Stres konstan dan adaptasi memburuk
saat kondisi penyakit menjadi fatal dan memperpendek harapan hidup.
o Outcome: Incapacitation
Penyakit kronis yang menimbulkan kecacatan memicu stres yang
berbeda bagi keluarga dan individu yang mengalaminya. Kecacatan
dapat berupa kognitif (Alzhaimer, dsb), produksi energi (Congestive
heart failure, dll), hambatan mobilitas (stroke), kecacatan fisik
(amputasi), atau stigma masyarakat (mental health disorder, HIV).
Time Phases of The Illness (Fase Penyakit)
o Initial/Crisis Time Phase
Ketika anggota keluarga pertama kali didiagnosa dengan suatu penyakit
kronis, mereka hendaknya (1) membangun hubungan kerja yang positif
dengan tenaga kesehatan, (2) mengumpulkan informasi terkait
diagnosa, dan (3) menerima hasil diagnosis (Danielson, Hamel-Bissel,
Winstead-Fry, 1993).
o Mid-Time Phase
Keluarga menghadapi proses jangka panjang dari penyakit kronisnya.
Menutrut Rolland (2005), hal-hal yang harus diperhatikan dala fase ini
ialah (1) menghindari pekerjaan yang terlalu keras/melelahkan bagi
anggota keluarga yang sakit, (2) meminimalisir perselisihan antara
pasien dan anggota keluarga yang lain, (3) mempertahankan otonomi
setiap anggota keluarga, (4) memelihara atau mendesain ulang tujuan
tahap perkembangan keluarga dengan keterbatasan dari penyakit, dan
(5) mempertahankan kedekatan/keintiman dalam menghadapi ancaman
kehilangan.
13. o Terminal Time Phase
Tugas perawat pada fase terminal terdiri atas bekerja dengan keluarga
untuk menghadapi anggota keluarga yang sekarat (dying), melewati
proses berduka (grieving). Perawat bekerja sama dengan keluarga untuk
mengganti fokus dari mengelola penyakit menjadi comfort care
strategies dan bekerja dengan konsep “letting-go” (Rolland, 2005).
Setiap anggota keluarga akan memberi respon berbeda terhadap
kehilangan, dan keluarga akan selamanya berubah akibat kehilangan
tersebut. Kehilangan menuntut keluarga untuk menyesuaikan
diri/beradaptasi dan membangun identitas yang berbeda tanpa
keberadaan seseorang (anggota keluarga yang meninggal).
Family Functioning (Fungsi Keluarga)
Keluarga memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Ketika
terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis, hal tersebut
memicu stres pada keluarga untuk beradaptasi dengan kebutuhan pasien
(demands of the illness). Peran perawat ialah mendukung kekuatan keluarga
untuk beradaptasi dengan tantangan penyakit kronis, sesuai dengan model,
teori, dan kerangka pemikiran mengenai praktik keperawatan.
Peka Budaya dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga
Budaya ialah hal yang tidak dapat dipisahkan dari keluarga. Dalam hal ini perawat
membutuhkan model yang sesuai untuk praktik proses keperawatan keluarga dengan latar
budaya yang berbeda. Beberapa penelitian telah menguji model-model asuhan keperawatan
transkultural (transcultural nursing), salah satunya ialah konsep dan teori Leininger (1977).
Aplikasi Transcultural Nursing dalam Asuhan Keperawatan
Terlaksananya asuhan keperawatan transkultural sangat ditentukan oleh
pemahaman pengetahuan perawat tentang teori asuhan keperawatan transkultural,
karena pengetahuan yang dimiliki tersebut akan mengklarifikasi fenomena,
mengarahkan dan menjawab fenomena yang dijumpai pada diri klien dan keluarganya.
Dalam proses keperawatan, konsep Leininger diterapkan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang
budayanya. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
“Leininger’s Sunrise Models” dalam teori keperawatan transkultural
Leininger yaitu:
faktor teknologi
faktor agama dan falsafah hidup
14. faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan
faktor nilai-nilai budayan dan gaya hidup
faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
faktor ekonomi
faktor pendidikan
2. Diagnosa keperawatan
Respon klien yang ditegakkan oleh perawat dengan cara mengidentifikasi
budaya yang mendukung kesehatan, budaya yang menurut klien pantang
untuk dilanggar, dan budaya yang bertentangan dengan kesehatannya.
Terdapat tiga diagnosa keperawatan transkultural yang sering ditegakkan
yaitu:
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan
kultur
Gangguan interksi sosial berhubungan dengan disorientasi
sosiokultural
Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini
3. Perencanaan
Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga
strategi sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu:
Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care
preservation/maintenance)
Bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,
mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care
accommodation/negotiations)
Apabila budaya klien kurang mendukung kesehatan mengubah dan
mengganti budaya klien dan keluarganya (Cultural care
repartening/recontruction).
Apabila budaya klien bertentangan dengan kesehatan, perawat perlu melakukan
3 hal dibawah ini:
1. Cultural care preservation/maintenance
a. Identifikasi perbedaan konsep
b. Bersikap tenang
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya
2. Cultural care accomodation/negotiation
a. Gunakan bahasa yang mudah
b. Libatkan keluarga
c. Lakukan negosiasi
3. Cultual care repartening/reconstruction
a. Beri kesempatan d. Terjemahkan terminologi
b. Tentukan tingkat perbedaan e. Berikan informasi
c. Gunakan pihak ketiga
15. 4. Implementasi
Bila budaya klien dengan perawat berbeda maka perawat dan klien
mencoba memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi,
yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang pada
akhirnya akan memperkaya budaya mereka, sehingga akan terjadi tenggang
rasa terhadap budaya masing-masing.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
tidak percaya pada klien yang akan mengakibatkan hubungan perawat-klien
yang bersifat terapeutik terganggu.
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Dalam konteks keperawatan keluarga, konsep transcultural nursing dapat
dikolaborasikan dalam proses keperawatan dari mulai pengkajian hingga evaluasi, apabila
memang diperlukan pendekatan kebudayaan pada kasus keluarga tertentu. Seperti dalam kasus
3 CNP 2, di mana keluarga berlatar budaya yang berbeda.
Evidence Based Practice (EBP) terkait praktik keperawatan keluarga yang
berhubungan dengan kasus 3 CNP 2 ini membahas tentang partisipasi keluarga terhadap
perawatan anggota keluarga lain yang sakit. Pada jurnal tersebut diungkapkan bahwa tingkat
partisipasi dan dukungan keluarga yang tinggi berdampak baik terhadap peningkatan kualitas
hidup pasien.
16. Lampiran: Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan kasus 3
Referensi:
E-book Family Health Care Nursing: Theory, Practice, and Research
By Joanna Rowe Kaakinen, Deborah Padgett Coehlo, Rose Steele, Aaron Tabacco,
Shirley May Harmon Hanson yang diakses melalui website:
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=NYAQBAAAQBAJ&oi=fnd&pg=P
R2&dq=textbook+of+nursing+family+assessment&ots=v8h3PktIVN&sig=LusOxZA
D560SXkKGDLDtil0aIQI&redir_esc=y#v=onepage&q=textbook%20of%20nursing
%20family%20assessment&f=false
E-book Nurses and Families: A Guide to Family Assessment and Intervention
By Lorraine M Wright, Maureen Leahey yang diakses melalui website:
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=_YT2AAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR
4&dq=textbook+of+nursing+family+assessment&ots=sJMp6onRGC&sig=XjmTnBqj
VB0YbszlG_uLsCpPje4&redir_esc=y#v=onepage&q=textbook%20of%20nursing%2
0family%20assessment&f=false
E-book Transcultural Nursing: Assessment and Intervention
By Joyce Newman Giger yang diakses melalui website:
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=3NPsAwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP
1&dq=textbook+of+nursing+family+assessment+-
+cultural+consideration&ots=TvxTjph5Xr&sig=KJQCj7Up1UYvvvlIGoBVKqtCmm
g&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
E-book Culture Care Diversity and Universality: A Worldwide Nursing Theory
By Madeleine M. Leininger, Marilyn R. McFarland yang diakses melalui website:
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=NmY43MysbxIC&oi=fnd&pg=PR5
&dq=textbook+of+nursing+family+assessment+-
+cultural+consideration&ots=Jkckg99ae_&sig=ndFkCGBRdaQj2J7PFD44kZsNsNI
&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false