SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 23
1
DI SUSUN OLEH :
1. SURYA EFFENDI NIM : 10011020
2. AGUS HARYONO NIM : 10011014
3. HERRY PURWANTO NIM : 10011043
4. SHARUL NIM : 10011045
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SINAR HUSNI
TAHUN 2012
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, bahwasanya atas
limpahanrahmat serta karunia-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas dari mata
kuliah “Proses Manufaktur”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpah pada
junjungan kita semua nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, para tabi’in,
serta pengikut beliau hingga akhir jaman.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya tugas ini Semoga dapat menjadi salah satu penambah wawasan mahasiswa
dalam memahami materi tentang Proses Manufaktur Logam.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas proses manufaktur ini tidak menutup
kemungkinan masih terdapat beberapa kesalahan baik dari segi materi ataupun dari tata cara
penulisan, seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Oleh sebab itu,
kami dengan kerendahan hati menerima berbagai kritik dan saran sebagai bahan evaluasi di
kemudian hari sehingga dapat menyusun tugas ini lebih baik lagi, khususnya di dalam
membuat sebuah dokumentasi.
Medan , Mei 2012
Penulis
3
DAFTAR ISI
Hal.
Kata pengantar 2
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Dan Manfaat 5
1.4 Batasan Masalah 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Proses Pengolahan Logam 6
2.2 Penambangan dan Pengolahan Bijih Besi 8
2.3 Proses Reduksi Bijih 9
2.4 Proses Reduksi Langsung 9
2.5 Proses Reduksi Tidak Langsung 9
2.6 Proses Peleburan Baja 11
2.7 Peleburan Besi Cor 13
2.8 Pembentukan Logam (Forming) 14
BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA 16
3.1 Industri Manufaktur Indonesia 16
3.2 Peluang Usaha Manufaktur – Pengelasan 18
3.3 Usaha Bengkel Las 19
BAB IV PENUTUP 21
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Besi dan baja merupakan logam yang banyak digunakan dalam teknik, dan meliputi
95% dari seluruh produksi logam dunia. untuk penggunaan tertentu, besi dan baja merupakan
satu-satunya logam yang memenuhi persyaratan teknis maupun ekonomis, namun di beberapa
bidang lainnya logam ini mulai mendapat persaingan dari logam bukan besi dan bahan bukan
logam. diperkirakan bahwa besi telah dikenal manusia disekitar tahun 1200 SM.
Bahan utama besi dan paduannya adalah besi kasar, yang dihasilkan dalam tanur tinggi.
Bijih besi yang dicampur dengan kokas dan batu gamping (batu kapur) dilebur dalam tanur
ini. Komposisi kimia besi yang dihasilkan bergantung pada jenis bijih yang digunakan. Jenis
bijih besi yang lazim digunakan adalah hematit, magnetit, siderit dan himosit.
Hematit (Fe2O3) adalah bijih besi yang paling banyak dimanfaatkan karena kadar besinya
tinggi, sedangkan kadar kotorannya relatif rendah. Meskipun pirit (FeS2) banyak ditemukan,
jenis bijih ini tidak digunakan karena kadar sulfur yang tinggi sehingga diperlukan tahap
pemurnian tambahan.
Karena di alam ini besi berbentuk oksida dan karbonat, atau sulfida sehingga hampir
semua proses produksinya diawali dengan reduksi dengan gas reduktor H2 atau CO. Logam
berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut
kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya
bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam
berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang
berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan
belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-
COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga
terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel.
Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya.
Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap
hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium
(Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co). Daftar urutan
toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan
adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+.
Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat
toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
5
a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn.
b. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co.
c. Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.
Industri pengolahan logam secara garis besar dibagi atas 3 bagian pokok yaitu sebagai
berikut:
a. Industri hulu: industri yang mengolah bahan tambang berupa batuan mineral
menjadi bijih logam dasar melalui proses penambangan dan ekstraksi.
b. Industri antara: industri yang mengolah bijih logam dasar menjadi produk antara
atau ½ jadi seperti: billet, slab, bloom, rod dan ingot.
c. Industri hilir: industri yang mengolah lebih lanjut produk industri antara yaitu dari
produk ½ jadi menjadi produk jadi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat disimpulkan ada beberapa
permasalahan yang ada pada penulisan tugas tentang proses manufaktur logam yaitu:
a. Apa saja teknik pengolahan logam?
b. Bagaimanakah proses terjadinya pembentukan logam?
c. Apakah cara pembentukan logam?
1.3 Tujuan dan Manfaat
a. Mampu memahami proses manufaktur logam.
b. Menganalisa kebutuhan proses manufaktur dari sebuah produk logam.
c. Mampu memahami kelebihan dan kekurangan dari masing-masing proses
manufaktur.
1.4 Batasan Masalah
Dari perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka dalam batasan masalah
dalam tugas proses manufaktur yaitu: proses pembuatan baja dan besi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Pengolahan Logam
Proses pengolahan logam untuk ketiga industri akan dijelaskan berikut ini, dengan
penekanan pada proses pembuatan besi dan baja serta proses-proses manufaktur (Gambar 2.1)
dalam pembuatan produk logam tersebut.
Gambar 2.1 Klasifikasi proses manufaktur
7
Gambar 2.2 Diagram alir Proses Pengolahan Logam Dalam Industri
Gambar 2.3 Aliran Proses/Pembuatan Besi dan Baja Menurut Kelompok Industri.
8
Gambar 2.4 Proses pembuatan besi dan baja, mulai dari bijih besi sampai menjadi produk
jadi.
2.2 Penambangan dan Pengolahan Bijih Besi
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 sampai 2.4 bahwa bahan baku awal dalam
aliran proses pembuatan besi dan baja adalah bijih besi (iron ore). Bijih besi yang didapatkan
dari alam umumnya merupakan senyawa besi dengan oksigen seperti hematite (Fe2O3),
magnetite (Fe3O4), limonit (FeO(OH)nH2O), siderit (Fe2CO3) dan pyrite (FeS2). Pembentukan
senyawa besi oksida tersebut sebagai proses alam yang terjadi selama ribuan tahun.
Kandungan senyawa besi dibumi ini mencapai 5%dari seluruh kerak bumi. Penambangan
bijih besi tergantung keadaan di mana bijih besi tersebut ditemukan. Jika bijih besi ada di
permukaan bumi, maka penambangan dilakukan dipermukaan bumi (open-pit mining), dan
jika bijih besi berada di dalam tanah maka penambangan dilakukan dibawah tanah
(underground mining). Karena bijih besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur
dengan kotoran-kotoran lainnya maka sebelum dilakukan peleburan bijih besi tersebut
terlebih dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan konsentrasi bijih yang lebih
tinggi (25-40%). Proses pemurnian ini dilakukan dengan metode: crushing, screening, dan
pencucian (washing). Untuk meningkatkan kemurnian menjadi lebih tinggi (60-65%) serta
memudahkan dalam penanganan berikutnya, dilakukan proses agglomerasi dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Bijih besi dihancurkan menjadi partikel-partikel halus (serbuk).
b. Partikel-partikel bijih besi kemudian dipisahkan dari kotoran-kotoran dengan cara
pemisahan magnet (magnetic separator) ataumetode lainnya.
9
c. Serbuk bijih besi selanjutnya dibentuk menjadi pelet berupa bola-bola kecil
berdiameter antara 12,5-20 mm.
d. Terakhir, pelet bijih besi dipanaskan melalui proses sinter/pemanasan hingga
temperatur 1300 C agar pelet tersebut menjadi keras dan kuat sehingga tidak
mudah rontok pada saat transportasi.
2.3 Proses Reduksi Bijih
Tujuan proses reduksi bijih adalah untuk menghilangkan ikatan oksigen dari bijih besi
sehingga kandungan metalik meningkat. Proses reduksi ini memerlukan gas reduktor seperti
hidrogen (H2) atau gas karbon monoksida (CO). Terdapat 2 jenis proses reduksi bijih yaitu
proses reduksi langsung dan proses reduksi secara tidak langsung.
2.4 Proses Reduksi Langsung
Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pelet menjadi besi spons (sponge iron)
atau sering disebut besi hasil reduksi langsung (direct reduced iron). Gas reduktor yang
dipakai biasanya berupa gas hidrogen dan gas CO yang dapat dihasilkan melalui pemanasan
gas alam cair (LNG) dengan uap air di dalam suatu reaktor dengan reaksi kimia sebagai
berikut:
CH4 + H2O CO + 3H2
(gas hidro karbon) (uap air panas) (gas reduktor)
Dengan menggunakan gas hidrogen dan gas CO dari persamaan reaksi kimia di atas maka
proses reduksi terhadap pelet bijih besi dapat dicapai dengan reaksi kimia sebagai berikut:
Fe2O3 + 3H2 2 Fe + 3H2O
(pelet spons) (gas hidrogen) (Besi (uap air)
atau reaksi reduksi gas CO terhadap bijih hematite yaitu sebagai berikut:
Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2
2.5 Proses Reduksi Tidak Langsung
Proses ini dilakukan dengan menggunakan tungku peleburan yang disebut juga tanur
tinggi (blast furnace) seperti yang ditunjukkan gambar 2.5. Bijih besi hasil penambangan
dimasukkan ke dalam tanur tinggi tersebut dan di dalam tanur tinggi terjadi proses reduksi
secara tidak langsung. Bahan bakar yang digunakan pada tanur tinggi ini adalah arang kayu
dari kayu yang telah dibakar atau menggunakan batu bara yang telah didestilasi kering yang
dikenal dengan nama kokas dengan kandungan karbon (C) di atas 80%, kokas tersebut tidak
10
hanya berfungsi sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk gas CO
sebagai reduktor. Untuk menimbulkan reaksi pembakaran, maka ke dalam tanur tersebut
ditiupkan udara dengan menggunakan blower (gambar 2.6) sehingga terjadi proses oksidasi
sebagai berikut:
2C + O2 2CO + Panas
Gas CO yang terjadi dapat menimbulkan reaksi reduksi terhadap bijih yang dimasukkan
ke dalam tanur tersebut. Sedangkan panas yang ditimbulkan berguna untuk mencairkan besi
yang telah tereduksi tersebut. Untuk mengurangi kotoran-kotoran (impuritis) dari logam cair,
ke dalam tanur biasanya ditambahkan sejumlah batu kapur (limestone). Batu kapur tersebut
akan membentuk terak (slag) dan dapat mengikat kotoran-kotoran yang ada di dalam logam
cair. Karena berat jenis terak lebih rendah dari berat jenis cairan besi maka terak tersebut akan
berada dipermukaan logam cair sehingga dapat dikeluarkan melalui lubang terak.
Gambar 2.4. Konstruksi sebuah tanur tinggi (Blast Furnace).
Besi hasil proses tanur tinggi ini disebut juga besi kasar (pig iron). Besi kasar ini
merupakan bahan dasar untuk membuat besi tuang (cast iron) dan baja (steel). Komposisi
kimia unsur-unsur pemadu dalam besi kasar ini terdiri dari 3-4 %C; 0,06-0,10 %S; 0,10-0,50
%P; 1-3 %Si dan sejumlah unsur-unsur lainnya, sebagai bahan impuritas. Untuk pembuatan
besi cor, besi kasar tersebut biasanya dicetak dalam bentuk lempengan-lempengan (ingot)
yang kemudian di lebur kembali oleh pabrik pengecoran (foundry industry). Sedangkan untuk
11
pembuatan baja, besi kasar dalam keadaan cair (molten pig iron) langsung dipindahkan dari
tanur tinggi ke dalam tungku peleburan baja.
2.6 Proses Peleburan Baja
Baja dan besi cor merupakan logam paduan antara besi dan karbon, dimana batas
kandungan karbon dalam baja relatif lebih rendah dibandingkan dengan kandungan karbon
dalam besi cor. Proses peleburan baja, dapat menggunakan bahan baku berupa besi kasar (pig
iron),besi spons (sponge iron) atau berupa skrap. Disamping itu bahan baku lainnya yang
biasanya ditambahkan adalah bahan paduan (master alloys) ferrosilikon, ferromangan,
ferrochrom dan lainnya. Bahan muatan lain pada proses peleburan baja ádalah arang kayu
atau kokas serta batu kapur. Proses peleburan baja pada umumnya mempunyai tiga tujuan
utama, yaitu sebagai berikut:
a. Mengatur kadar karbon agar sesuai dengan tingkat spesifikasi baja yang diinginkan.
b. Menambah elemen-elemen pemadu yang diinginkan.
c. Menghilangkan atau mengurangi unsur-unsur pengotor.
Proses peleburan baja dapat menggunakan dengan 2 macam cara yaitu:
a. Proses peleburan baja dengan menggunakan Tungku BOF.
Bahan-bahan utama yang digunakan dalam proses peleburan dengan BOF adalah:
besi kasar cair (65-85%), skrap baja (15-35%), batu kapur dan gas oksigen
(kemurnian 99,5%). Keunggulan proses BOF dibandingkan proses pembuatan baja
lainnya adalah dari segi waktu peleburannya yang relatif singkat yaitu hanya
berkisar sekitar 60 menit untuk setiap proses peleburan. Proses ini termasuk proses
yang paling baru dalam industri pembuatan baja. Gambar sketsa dari tungku ini
ditunjukkan dalam gambar 2.5. Terlihat bahwa dalam gambar tersebut bahwa
konstruksi tungku BOF relatif sederhana, bagian luarnya dibuat dari pelat baja
sedangkan dinding bagian dalamnya dibuat dari bata tahan api (firebrick).
Kapasitas tungku BOF ini biasanya bervariasi antara 35 ton sampai dengan 200 ton.
Tingkat efisiensi yang demikian tinggi dari tungku BOF ini disebabkan oleh
pemakaian gas oksigen dengan kemurnian yang tinggi sebagai gas oksidator utama
untuk memurnikan baja. Gas oksigen dialirkan ke dalam tungku melalui pipa
pengalir (oxygen lance) dan bereaksi dengan cairan logam di dalam tungku. Gas
oksigen akan mengikat karbon dari besi kasar berangsur-angsur turun sampai
mencapai tingkat baja yang dibuat. Disamping itu, selama proses oksidasi
12
berlangsung terjadi panas yang tinggi sehingga dapat menaikkan temperatur logam
cair sampai di atas 1650 C.
Gambar 2.5 Gambar sketsa sebuah tungku BOF.
b. Proses peleburan baja dengan menggunakan Tungku EAF
Bahan baku yang dilebur biasanya berupa besi spons (sponge iron) yang dicampur
dengan skrap baja. Penggunaan besi spons dimaksudkan untuk menghasilkan
kualitas baja yang lebih baik. Tetapi dalam banyak hal (terutama untuk
pertimbangan biaya) bahan baku yang dilebur seluruhnya berupa skrap baja, karena
skrap baja lebih murah dibandingkan dengan besi spons.
Proses peleburan dalam tungku EAF ini menggunakan energi listrik. Konstruksi
tungku ini ditunjukkan dalam gambar 2.6. Panas dihasilkan dari busur listrik yang
terjadi pada ujung bawah dari elektroda. Energi panas yang terjadi sangat
tergantung pada jarak antara elektroda dengan muatan logam di dalam tungku.
Bahan elektroda biasanya dibuat dari karbon atau grafit. Kapasitas tungku EAF ini
dapat berkisar antara 2-200 ton dengan waktu peleburannya berkisar antara 3-6 jam.
13
Gambar 2.6 Skematik sebuah tungku listrik dari jenis electric arc furnace (EAF).
2.7 Peleburan Besi Cor
Bahan bakar yang digunakan pada peleburan besi cor dengan menggunakan tungku
kupola adalah kokas dan dimasukkan ke dalam Kupola selang seling dengan muatan logam.
Proses pembakaran terjadi dengan meniupkan udara ke dalam tungku kupola dengan
menggunakan blower. Untuk mendapatkan proses peleburan yang baik maka perbandingan
antara muatan logam, bahan bakar dan kebutuhan udara harus dijaga sebaik mungkin.
Bentuk dan konstruksi kupola (Gambar 2.7), hampir sama dengan konstruksi tanur tinggi
(blast furnace). Bahan baku sebagai muatan terdiri dari ingot besi kasar atau besi kasar cair
(molten pig iron) yang dihasilkan dari tanur tinggi, ditambah dengan skrap baja ataupun skrap
besi cor (return scrap). Di samping itu penambahan bahan-bahan seperti ferosilikon (FeSi),
feromangan (FeMn) dan lainnya sering pula dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk
menambahkan unsur paduan silikon ataupun mangan dan lainnya. Pada saat proses peleburan
ditambahkan pula sejumlah batu kapur sebagai pembentukan terak (slag) yang dapat mengikat
kotoran-kotoran sehingga memisah dari besi cair.
14
Gambar 2.7 Skematik dari sebuah tungku kupola.
2.8 Pembentukan Logam (Forming)
Pembentukan logam merupakan salah satu teknik manufaktur dengan cara pemberian
gaya melalui suatu cetakan sehingga terjadi perubahan bentuk plastis. Tujuan utama dari
proses ini adalah:
a. Menghasilkan bentuk yang diinginkan.
b. Memperbaiki sifat-sifat logam yang dibentuk, yaitu karena terjadinya pengerasan
regangan strain hardening) ataupun terjadinya perbaikan struktur mikro.
Proses pembentukan logam diklasifikasikan secara umum berdasarkan temperature
pengerjaannya yaitu: proses pengerjaan panas (hot working) dan proses pengerjaan dingin
(cold working). Batasan dari kedua jenis proses pengerjaan tersebut adalah temperature
rekristalisasi dari logam yang dibentuk, jika proses pengerjaannya dilakukan diatas temperatur
rekristalisasi atau dilakukan pada temperatur tinggi disebut proses pengerjaan panas.
Sebaliknya jika pengerjaannya dilakukan dibawah temperatur rekristalisasi atau dilakukan
pada temperatur rendah disebut proses pengerjaan dingin, proses ini umumnya dilakukan pada
temperatur kamar (tanpa pemanasan).
15
Proses-proses pembentukan yang tergolong kedalam klasifikasi proses pengerjaan panas
adalah: penempaan (forging), pengerolan (rolling), ekstrusi (extrusion) dan lainnya.
Sedangkan proses-proses pengerjaan dingin dapat berupa: penarikan kawat (wire drawing),
pembengkokan (bending), penarikan dalam (deep drawing) dan lainnya. Secara umum
klasifikasi dari proses pembentukan logam (forming) ini terlihat pula pada Gambar 2.8 berikut
ini.
Gambar 2.8 Klasifikasi umum dari proses manufaktur.
16
BAB III
PERKEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA
3.1 Industri Manufaktur Indonesia
Memasuki tahun 2010, sektor industri pengolahan masih menghadapi berbagai
tantangan yang besar. Pada tahun 2009, sektor industri manufaktur terpukul dengan adanya
krisis finansial global yang menyebabkan ekonomi di negara maju melemah. Akibatnya pasar
ekspor menyusut dan sebagian besar industri manufaktur yang berorientasi ekspor mulai
dilanda kelesuan. Pada tahun 2009 sampai kuartal III, sektor industri pengolahan non-migas
hanya tumbuh sebesar 1,72 % dan nilai ekspor turun sebesar 25,5%.
Memasuki kwartal IV 2009, pasar ekspor mulai bangkit kembali demikian juga pasar
domestik. Keadaan ini telah mengundang optimisme bahwa tahun 2010 industri pengolahan
akan bisa bangkit. Namun meski krisis global baru mulai pulih, industri pengolahan masih
menghadapi tantangan yang besar di pasar domestik yang selama ini menjadi penyelamat bagi
sektor industri manufaktur yang kehilangan pasr ekspor. Mulai Januari 2010, pasar bebas
Asean Cina ( ASEAN-CHINA Free Trade Area) mulai diberlakukan, dengan membebaskan
bea masuk bagi produk Cina yang akan masuk ke pasar ASEAN termasuk Indonesia.
Dengan demikian produk Cina akan makin tinggi daya saingnya di pasar domestik Indonesia
karena selama ini ketika bea masuk belum dibebaskan produk lokal sudah sulit bersaing
dengan produk dari Cina. Memang tidak seluruh sektor industri pengolahan mengalami
ancaman langsung dari produk Cina, sektor otomotif masih mempunyai daya saing, karena
selama ini produk yang didominasi merk Jepang masih menguasai pasar Indonesia, sehingga
tidak mudah bagi produk Cina menggeser merk Jepang yang sudah dirakit atau diproduksi di
dalam negeri. Masalah bahan baku impor, pasokan listrik, infrastruktur transportasi, kondisi
mesin yang tua menjadi deretan masalah yang dihadapi dan perlu penanganan yang serius
karena bila tidak teratasi dalam waktu dekat bisa menurunkan daya saing sektor industri ini
sehingga industri manufaktur di Indonesia akan sulit bangkit.
Pada sisi positif, masih ada tanda-tanda peluang untuk perbaikan pada sektor industri
pengolahan di tahun 2010. Mulai membaiknya ekonomi dunia terutama negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang dan Eropah, membuka kembali peluang pasar ekspor karena
diharapkan permintaan untuk berbagai barang industri olehan akan meningkat. Selama tahun
2009 ekspor tekstil ternyata masih mampu mempertahankan ekspornya dan tidak terlalu
drastis penurunannya, padahal pasar ekspor pada tahun tersebut sangat terpukul oleh krisis
ekonomi dunia. Diharapkan dengan membaiknya ekonomi dunia ekspor produk tekstil akan
17
kembali meningkat dipasar ekspor tradisional yang selama ini produk Indonesia masih bisa
bersaing dengan Cina. Suku bunga yang rendah dan inflasi yang terkendali dibawah 6%
diperkirakan akan memberi dampak positif kepada sektor manifaktur karena daya beli
masyarakat akan meningkat. Selama daya saing produk lokal bisa ditingkatkan maka tahun
2010 keadaannya akan lebih baik bagi sektor industri manufaktur.
Dalam pengembangan industri manufaktur diperlukan berapa langkah dari pemerintah antara
lain :
a. Indonesia memerlukan Komitmen Politik Pemerintah untuk secara serius
menetapkan kebijakan pengembangan industri manufaktur dan teknologi.
b. Pemerintah harus tegas menentukan sikap bahwa pemerintah akan menghentikan
dukungan pada universitas yang mengabaikan pembaharuan pendidikan
dan perkembangan industri, perusahaan yang mengabaikan perkembangan
teknologidan lembaga penelitian yang tidak memperhatikan realitas dunia industri.
Perludisadari bahwa Nasionalisme dan Imperialisme teknologi merupakan
cirimenonjol dari masa transisi transisi abad informasi ini.
c. Mempelajari teori dan falsafah manajemen negara maju tentu saja
dianjurkan,tetapi hanya sebagai acuan dan tidak untuk ditiru. Indonesia
harus mengembangkan falsafah manajemen sendiri. Jika Indonesia hanya meniru
negara maju, Indonesia akan mengalami kesulitan seperti yang dialami Korea
selama 30 tahun dalam perjuangannya menjadi negara maju. Indonesia harus
mempunyai pola pikir yang dapat bersaing dengan negara maju dengan
mengusahakanperkembangan industri tanpa henti.
d. Dalam iklim perdagangan bebas, yang dibutuhkan adalah segera tercipta struktur
industri negara yang dapat bersaing yang di masa depan mungkin akan memimpin
negara-negara maju. Untuk itu Indonesia perlu menentukan pola perkembangan
perindustrian berdasarkan latar belakang kultural, historis, ciri khas masyarakatdan
sumber daya alam yang unik supaya Indonesia dapat diakui sebagi
negara mandiri dari segi ekonomi.
e. Budayawan harus mulai memasuki dunia pengembangan teknologi,
untuk ikut serta menyusun strategi pengembangan SDM dan pengelolaannya baik
di daerah dan di kota-kota metropolitan.
f. Hindari pengembangan teknologi, yang investasi dana oleh negara-
negara majubesar-besaran dan Jangka Panjang, yang hanya berakibat Indonesia
akan selalu mengekor, mengejar burung yang terbang dan menjadi sapi
perah bagi negara maju yang diikuti.
18
g. Kita harus berani mengembangkan teknologi kreatif yang sekarang masih belum
kelihatan prospeknya, dengan kondisi yang ada, menuju prospek pasar yang belum
ada pemiliknya.
h. Universitas dan konsursium lembaga penelitian harus secara konsisten
bekerjasama dengan usaha kecil dan menengah dalam mengembangkan
teknologidan strategi manjemen yang akan meningkatkan pengharapan
pertumbuhanmereka. Mengalihkan perhatian dari sekedar melakukan penelitian
menjadi mengadakan pemeran, mewujudkan hak paten dan membuat produk uji
coba.
i. Kita tidak boleh melupakan penerapan keunggulan manajemen Barat, Jepang
danKorea. Dalam usaha membentuk manajemen masa depan kita,
manajemen-manajemen di atas itu bisa digunakan sebagai titik awal dari
perbaikan kinerja dan organisasi dalam membentuk manajemen yang memenuhi
"paradoks manajemen"yaitu organisasi yang terstruktur cermat, rapi
dengan kehandalan tinggi, tetapicerdas dengan memiliki fleksibilitas tinggi
sehingga efisien dan mampuberadaptasi dengan perubahan.
3.2 Peluang Usaha Manufaktur - Pengelasan
Kegiatan bengkel las pada umumnya melayani kebutuhan masyarakat langsung, seperti
pagar, teralis, rolling door, dan lain-lain. Beberapa bengkel las menunjukkan potensi untuk
berpartisipasi dalam bidang machinery (fabrikasi).
Jumlah UMKM bengkel las yang dipetakan pada survei awal wilayah medan bagian utara
adalah sebanyak 249 unit usaha. Namun, pada saat survey hanya 24 responden diantaranya
yang berhasil disurvei. Dengan demikian, tingkat galatnya adalah 7,7%. Terdapat keunikan
dari usaha bengkel las di medan, yaitu asal pemilik dan tenaga kerjanya yang kebanyakan dari
luar medan. Mayoritas usaha bengkel las berskala mikro yakni memiliki tenaga kerja kurang
dari 5 orang.Banyak di antaranya digerakkan sebagai usaha keluarga.
Pemilihan lokasi usaha secara umum tidak berkaitan dengan keberadaan kawasan. Mereka
mengadakan usaha ini karena dekat dengan tempat tinggal,memanfaatkan tempat yang dimiliki atau
sewa karena memang usaha bengkel las kebanyakan melayani kebutuhan rumahan.. Permodalan
yang dibutuhkan untuk usaha bengkel las dapat mencapai Rp 20.000.000,00 untuk usaha skala
yang relatif sedang. Omzet usaha bengkel las sangat beraneka ragam. Usaha bengkel las skala
rumahan memperoleh omzet sekitar Rp10.000.000,00 perbulan, sementara bengkel las
machinery bisa meraih omzet hingga Rp500.000.000,00. Teknologi yang digunakan pun
19
berbeda untuk setiap jenis bengkel las tersebut, terutama mesin las yang digunakan. Pada saat
ini masih adayang masih menggunakan las karbit, sementara lainnya menggunakan las trafo (listrik).
3.3 Usaha Bengkel Las
Setiap tahun bertambah penduduk Indonesia rata-rata pertahun 2,7 juta jiwa berarti
minimal butuh rumah setiap rumah jika terjadi perkimpoian 1 ,3 juta unit rumah. Berdasarkan
angka tersebut banyak bisnis yang dapat dikembangkan di Indonesia baik skala besar maupun
skala kecil.Bisnis skala kecil misal nya tentang bengkel las, mungkin kita akan bertanya
hubungan apa bengkel las dengan pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk dan jumlah
kebutuhan rumah pertahun ?. Mungkin itu pertanyaan yang sangat menarik untuk dibahas atau
didiskusikan.
Bengkel las bisa maju pasti karena ada pembeli, salah satu pembelinya adalah mereka para
pemilik rumah, bagi mereka yang membangun rumah baru tentunya butuh pagar, teralis,
kanopi sedangkan mereka yang telah mempunyai rumah membutuhkan pergantian atau
renovasi pagar, renovasi teralis yang sudah bosan dengan model lama. Agar pagar dan teralis
yang dijual atau yang di las pagar, teralis bukan hanya sekedar berfungsi sebagai alat
pengamanan juga harus lebih arstistik, menarik, maka tukang bengkel las harus inovatif.
Sering mengikuti perkembangan model, karena model sangat tergantung pada waktu, suatu
waktu model pagar yang memenag tinggi, diwaktu yang lain pagar tidak perlu tinggi,
demikian motifnya, kembangnya, ukirannya, frofilnya dan sebagainya sangat menentukan
para pelanggan untuk selalu berlangganan dengan kita.Untuk memperbanyak langganan atau
konsumen yang jangan dilupakan adalah faktor pemasarannya, agar langganan (customer)
tidak berpaling kepada bengkel lain.
Kita kembali bertanya berapa kira-kira butuh dana untuk dapat menjalankan usaha
dalam bidang perbengkelan, untuk hal tersebut tergantung seberapa besar usaha perbengkelan
las yang akan dikembangkan.
Rincian dana untuk membuka usaha pengelasan adalah investasi awal adalah sebesar Rp.
25.000.000,- yang digunakan alat-alat dan sewa tempat, dengan asumsi pemasukan perbulan
Rp. 50.000.000 dari jasa las. sedangkan asumsi pengeluaran per bulan lebih kurang Rp.
48.000.000,- yang digunakan untuk gaji karyawan untuk 5 orang sebesar Rp. 6.000.000,
air,listrik,telepon dll Rp.500.000,- belanja bahan baku Rp. 41.500.000 . Laba bersih perbulan
adalah Rp.2 juta rupiah sedangkan balik modal dalam jangka waktu 10 bulan
(Rp.20.000.000:Rp.2 Juta/bulan=10 bulan). Dengan berkembangnya teknologi pada masa
kini, banyak produk-produk buatan cina yang dapat digunakan dalam usaha pengelasan salah
satunya trafo las.
20
sekarang untuk menyambungkan besi dengan cara di las listrik tidak memerlukan daya listrik
yangg terlalu besar, seperti menggunakan trafo las, cukup dengan daya minimal 900 watt bisa
ngelas besi dengan menggunakan inverter las listrik, bisa juga untuk las stenles
Gambar 3.1. trafo las 900 watt
Jadi saat ini dalam membuka usaha bengkel pengelasan tidak membutuhkan modal yang
cukup besar asal ada kemauan dan kemampuan di bidang pengelasan. Semangkin
berkembangnya usaha bengkel pengelasan maka otomatis memerlukan tenaga kerja, sehingga
terciptalah lapangan pekerjaan.
21
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa proses pengolahan
logam dapat dilakukan dengan cara reduksi tidak langsung dan reduksi langsung. Adapun
proses pembeuntukan logam terdapat beberapa cara yaitu:
a. Proses pengecoran Proses pengecoran (casting).
b. Proses pemesinan (machining).
c. Proses pembentukan logam (metal forming).
d. Proses pengelasan (welding).
e. Proses perlakuan panas (heat treatment).
f. Surface treatment.
Pada proses metal forming terdapat beberapa cara lagi yaitu:
a. Proses penarikan kawat (wire drawing
b. Proses penempatan (foreging
c. Proses ekstrusi (extruding)
d. Proses pembengkokkan/pelengkungan (bending)
e. Proses “squeezing
f. Proses “drawing and stretching
Sementara itu dalam dunia wira usaha, pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu
karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga
kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya
informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.Fenomena pengangguran juga berkaitan erat
dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang
menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang
kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dll.
Untuk mengatasi banyaknya pengangguran terlebih dahulu kita harus memberi perhatian
kepada anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa ini. Pemerintah harusnya memberikan
pendidikan yang baik, karena pendidikan di Indonesia masihlah banyak yang masih kurang
dengan standar. Masih banyak bangunan sekolah yang tak layak dipergunakan, peralatan
sekolah yang belum lengkap, dan lain-lain. Selain itu banyaknya penduduk miskin di
Indonesia yang tidak menyekolahkan anak-anaknya karena masalah dana yang tidak mampu
22
untuk mambayar biaya sekolah. Walaupun sudah mendapat BOS (Bantuan Oprasional
Sekolah) dan Bea Siswa tetap saja tidak dapat untuk membeli peralatan belajar dan
perlengkapan sekolah. Jadi pemerintah harus tanggap betapa pentingnya pendidikan itu.
.
23
Sumber-sumber pustaka
a. http://search.etype.com/
b. http://jeffryengineer.blogspot.com/
c. http://www.slideshare.net
d. http://berkatutama.indonetwork.co.id
e. http://www.bengkel-las-kharisma.com

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Makalah proses permesinan dasar
Makalah proses permesinan dasarMakalah proses permesinan dasar
Makalah proses permesinan dasarrandy suwandy
 
Laporan modulus puntir
Laporan modulus puntirLaporan modulus puntir
Laporan modulus puntirdedeknurhuda
 
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamPerbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamAbdul Ghofur
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individutaufiq99
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
Organisasi dan Manajemen Perusahaan (Kuliah 1 OMPI)
Organisasi dan Manajemen Perusahaan (Kuliah 1 OMPI)Organisasi dan Manajemen Perusahaan (Kuliah 1 OMPI)
Organisasi dan Manajemen Perusahaan (Kuliah 1 OMPI)Wisnu Dewobroto
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingDewi Izza
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHM
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHMContoh Laporan Praktikum Hukum OHM
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHMdenson siburian
 
FISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentumFISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentumEko Efendi
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linierndirocket
 
KESETIMBANGAN
KESETIMBANGANKESETIMBANGAN
KESETIMBANGANDwi Ratna
 
Daftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi FrekuensiDaftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi Frekuensimaudya09
 

Mais procurados (20)

Makalah proses permesinan dasar
Makalah proses permesinan dasarMakalah proses permesinan dasar
Makalah proses permesinan dasar
 
Laporan modulus puntir
Laporan modulus puntirLaporan modulus puntir
Laporan modulus puntir
 
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan LogamPerbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
Perbedaan Ikatan Ionik, Ikatan Kovalen, dan Ikatan Logam
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurusRumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurus
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANGVARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
 
Organisasi dan Manajemen Perusahaan (Kuliah 1 OMPI)
Organisasi dan Manajemen Perusahaan (Kuliah 1 OMPI)Organisasi dan Manajemen Perusahaan (Kuliah 1 OMPI)
Organisasi dan Manajemen Perusahaan (Kuliah 1 OMPI)
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
Distribusi normal
Distribusi normalDistribusi normal
Distribusi normal
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHM
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHMContoh Laporan Praktikum Hukum OHM
Contoh Laporan Praktikum Hukum OHM
 
FISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentumFISIKA DASAR_06 momentum
FISIKA DASAR_06 momentum
 
Statistik Industri 1 - PENDAHULUAN
Statistik Industri 1 - PENDAHULUANStatistik Industri 1 - PENDAHULUAN
Statistik Industri 1 - PENDAHULUAN
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linier
 
KESETIMBANGAN
KESETIMBANGANKESETIMBANGAN
KESETIMBANGAN
 
Daftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi FrekuensiDaftar Distribusi Frekuensi
Daftar Distribusi Frekuensi
 
Jembatan Wheatstone
Jembatan WheatstoneJembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 

Destaque

Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan12luthfi
 
Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Abrianto Akuan
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktursurya kelana
 
RPP Proses Manufaktur 2
RPP Proses Manufaktur 2RPP Proses Manufaktur 2
RPP Proses Manufaktur 2Mahros Darsin
 
Tugas makalah pengolahan besi
Tugas makalah pengolahan besiTugas makalah pengolahan besi
Tugas makalah pengolahan besiActur Saktianto
 
Com Profil Baru 2008 Update 26082009
Com Profil Baru 2008 Update 26082009Com Profil Baru 2008 Update 26082009
Com Profil Baru 2008 Update 26082009guest058932e
 
Makalah Sistem informasi Manufaktur
Makalah Sistem informasi ManufakturMakalah Sistem informasi Manufaktur
Makalah Sistem informasi ManufakturMeli Amelia
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Abrianto Akuan
 
Tugas kelompok a ( presentasi perusahaan manufaktur ) pmu
Tugas kelompok a ( presentasi perusahaan manufaktur ) pmuTugas kelompok a ( presentasi perusahaan manufaktur ) pmu
Tugas kelompok a ( presentasi perusahaan manufaktur ) pmukudaijo
 
Industri kecil dan sederhana geo manusia
Industri kecil dan sederhana geo manusiaIndustri kecil dan sederhana geo manusia
Industri kecil dan sederhana geo manusiaMiezan Hamizan
 
Proses Produksi Barang dan Jasa
Proses Produksi Barang dan JasaProses Produksi Barang dan Jasa
Proses Produksi Barang dan JasaAnca Septiawan
 
Sejarah dan Perkembangan Super Tani
Sejarah  dan Perkembangan Super TaniSejarah  dan Perkembangan Super Tani
Sejarah dan Perkembangan Super Taniandiundru
 
Kajian kpk sistem pnpb mineral dan batubara
Kajian kpk sistem pnpb mineral dan batubaraKajian kpk sistem pnpb mineral dan batubara
Kajian kpk sistem pnpb mineral dan batubaradhannytant
 
Makalah proses produksi mesin scarp
Makalah proses produksi   mesin scarpMakalah proses produksi   mesin scarp
Makalah proses produksi mesin scarpAde Rahman
 
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Abrianto Akuan
 
Pemilihan bahan dan proses
Pemilihan bahan dan prosesPemilihan bahan dan proses
Pemilihan bahan dan prosesEka Chelsea Fc
 

Destaque (20)

Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan
 
Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktur
 
RPP Proses Manufaktur 2
RPP Proses Manufaktur 2RPP Proses Manufaktur 2
RPP Proses Manufaktur 2
 
Tugas makalah pengolahan besi
Tugas makalah pengolahan besiTugas makalah pengolahan besi
Tugas makalah pengolahan besi
 
Com Profil Baru 2008 Update 26082009
Com Profil Baru 2008 Update 26082009Com Profil Baru 2008 Update 26082009
Com Profil Baru 2008 Update 26082009
 
Sistem informasi manufaktur
Sistem informasi manufakturSistem informasi manufaktur
Sistem informasi manufaktur
 
Makalah Sistem informasi Manufaktur
Makalah Sistem informasi ManufakturMakalah Sistem informasi Manufaktur
Makalah Sistem informasi Manufaktur
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
 
Tugas kelompok a ( presentasi perusahaan manufaktur ) pmu
Tugas kelompok a ( presentasi perusahaan manufaktur ) pmuTugas kelompok a ( presentasi perusahaan manufaktur ) pmu
Tugas kelompok a ( presentasi perusahaan manufaktur ) pmu
 
Steel melting
Steel meltingSteel melting
Steel melting
 
Industri kecil dan sederhana geo manusia
Industri kecil dan sederhana geo manusiaIndustri kecil dan sederhana geo manusia
Industri kecil dan sederhana geo manusia
 
Proses Produksi Barang dan Jasa
Proses Produksi Barang dan JasaProses Produksi Barang dan Jasa
Proses Produksi Barang dan Jasa
 
Sejarah dan Perkembangan Super Tani
Sejarah  dan Perkembangan Super TaniSejarah  dan Perkembangan Super Tani
Sejarah dan Perkembangan Super Tani
 
Kajian kpk sistem pnpb mineral dan batubara
Kajian kpk sistem pnpb mineral dan batubaraKajian kpk sistem pnpb mineral dan batubara
Kajian kpk sistem pnpb mineral dan batubara
 
Makalah proses produksi mesin scarp
Makalah proses produksi   mesin scarpMakalah proses produksi   mesin scarp
Makalah proses produksi mesin scarp
 
Forming
FormingForming
Forming
 
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA) Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
Modul Praktikum Pembentukan Logam (AA)
 
Tabel bunga
Tabel bungaTabel bunga
Tabel bunga
 
Pemilihan bahan dan proses
Pemilihan bahan dan prosesPemilihan bahan dan proses
Pemilihan bahan dan proses
 

Semelhante a Makalah proses manufaktur

Semelhante a Makalah proses manufaktur (20)

Makalah tambang bijih
Makalah tambang bijihMakalah tambang bijih
Makalah tambang bijih
 
UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KE-4
UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KE-4 UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KE-4
UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KE-4
 
Mekanisme Korosi
Mekanisme KorosiMekanisme Korosi
Mekanisme Korosi
 
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
Logam Golongan 14 dan 15 (Sn, Pb, dan Bi)
 
Laporan korosi besi
Laporan korosi besiLaporan korosi besi
Laporan korosi besi
 
Pengecoran
PengecoranPengecoran
Pengecoran
 
Makalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besiMakalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besi
 
KIMIA Unsur Transisi Periode 4
KIMIA Unsur Transisi Periode 4KIMIA Unsur Transisi Periode 4
KIMIA Unsur Transisi Periode 4
 
BAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.pptBAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
 
1bahasa
1bahasa1bahasa
1bahasa
 
Material Baja
Material Baja Material Baja
Material Baja
 
makalah macam-macam korosi
makalah macam-macam korosimakalah macam-macam korosi
makalah macam-macam korosi
 
Unsur transisi periode keempat
Unsur transisi periode keempatUnsur transisi periode keempat
Unsur transisi periode keempat
 
Ilmu logam
Ilmu logamIlmu logam
Ilmu logam
 
Dasar_dasar_Ilmu_Logam.ppt
Dasar_dasar_Ilmu_Logam.pptDasar_dasar_Ilmu_Logam.ppt
Dasar_dasar_Ilmu_Logam.ppt
 
Makalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besiMakalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besi
 
Makalah tembaga (Cu)
Makalah tembaga (Cu)Makalah tembaga (Cu)
Makalah tembaga (Cu)
 
Logam modul 1 ppg
Logam modul 1 ppgLogam modul 1 ppg
Logam modul 1 ppg
 
Contoh reaksi kimia
Contoh reaksi kimiaContoh reaksi kimia
Contoh reaksi kimia
 
Tugas 2 material teknik
Tugas 2 material teknikTugas 2 material teknik
Tugas 2 material teknik
 

Último

Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 

Último (9)

Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 

Makalah proses manufaktur

  • 1. 1 DI SUSUN OLEH : 1. SURYA EFFENDI NIM : 10011020 2. AGUS HARYONO NIM : 10011014 3. HERRY PURWANTO NIM : 10011043 4. SHARUL NIM : 10011045 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SINAR HUSNI TAHUN 2012
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, bahwasanya atas limpahanrahmat serta karunia-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah “Proses Manufaktur”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpah pada junjungan kita semua nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, para tabi’in, serta pengikut beliau hingga akhir jaman. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya tugas ini Semoga dapat menjadi salah satu penambah wawasan mahasiswa dalam memahami materi tentang Proses Manufaktur Logam. Kami menyadari dalam pembuatan tugas proses manufaktur ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat beberapa kesalahan baik dari segi materi ataupun dari tata cara penulisan, seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Oleh sebab itu, kami dengan kerendahan hati menerima berbagai kritik dan saran sebagai bahan evaluasi di kemudian hari sehingga dapat menyusun tugas ini lebih baik lagi, khususnya di dalam membuat sebuah dokumentasi. Medan , Mei 2012 Penulis
  • 3. 3 DAFTAR ISI Hal. Kata pengantar 2 BAB I PENDAHULUAN 4 1.1 Latar Belakang 5 1.2 Rumusan Masalah 5 1.3 Tujuan Dan Manfaat 5 1.4 Batasan Masalah 5 BAB II PEMBAHASAN 6 2.1 Proses Pengolahan Logam 6 2.2 Penambangan dan Pengolahan Bijih Besi 8 2.3 Proses Reduksi Bijih 9 2.4 Proses Reduksi Langsung 9 2.5 Proses Reduksi Tidak Langsung 9 2.6 Proses Peleburan Baja 11 2.7 Peleburan Besi Cor 13 2.8 Pembentukan Logam (Forming) 14 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA 16 3.1 Industri Manufaktur Indonesia 16 3.2 Peluang Usaha Manufaktur – Pengelasan 18 3.3 Usaha Bengkel Las 19 BAB IV PENUTUP 21
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besi dan baja merupakan logam yang banyak digunakan dalam teknik, dan meliputi 95% dari seluruh produksi logam dunia. untuk penggunaan tertentu, besi dan baja merupakan satu-satunya logam yang memenuhi persyaratan teknis maupun ekonomis, namun di beberapa bidang lainnya logam ini mulai mendapat persaingan dari logam bukan besi dan bahan bukan logam. diperkirakan bahwa besi telah dikenal manusia disekitar tahun 1200 SM. Bahan utama besi dan paduannya adalah besi kasar, yang dihasilkan dalam tanur tinggi. Bijih besi yang dicampur dengan kokas dan batu gamping (batu kapur) dilebur dalam tanur ini. Komposisi kimia besi yang dihasilkan bergantung pada jenis bijih yang digunakan. Jenis bijih besi yang lazim digunakan adalah hematit, magnetit, siderit dan himosit. Hematit (Fe2O3) adalah bijih besi yang paling banyak dimanfaatkan karena kadar besinya tinggi, sedangkan kadar kotorannya relatif rendah. Meskipun pirit (FeS2) banyak ditemukan, jenis bijih ini tidak digunakan karena kadar sulfur yang tinggi sehingga diperlukan tahap pemurnian tambahan. Karena di alam ini besi berbentuk oksida dan karbonat, atau sulfida sehingga hampir semua proses produksinya diawali dengan reduksi dengan gas reduktor H2 atau CO. Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (- COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya. Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co). Daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
  • 5. 5 a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. b. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co. c. Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe. Industri pengolahan logam secara garis besar dibagi atas 3 bagian pokok yaitu sebagai berikut: a. Industri hulu: industri yang mengolah bahan tambang berupa batuan mineral menjadi bijih logam dasar melalui proses penambangan dan ekstraksi. b. Industri antara: industri yang mengolah bijih logam dasar menjadi produk antara atau ½ jadi seperti: billet, slab, bloom, rod dan ingot. c. Industri hilir: industri yang mengolah lebih lanjut produk industri antara yaitu dari produk ½ jadi menjadi produk jadi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat disimpulkan ada beberapa permasalahan yang ada pada penulisan tugas tentang proses manufaktur logam yaitu: a. Apa saja teknik pengolahan logam? b. Bagaimanakah proses terjadinya pembentukan logam? c. Apakah cara pembentukan logam? 1.3 Tujuan dan Manfaat a. Mampu memahami proses manufaktur logam. b. Menganalisa kebutuhan proses manufaktur dari sebuah produk logam. c. Mampu memahami kelebihan dan kekurangan dari masing-masing proses manufaktur. 1.4 Batasan Masalah Dari perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka dalam batasan masalah dalam tugas proses manufaktur yaitu: proses pembuatan baja dan besi.
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Proses Pengolahan Logam Proses pengolahan logam untuk ketiga industri akan dijelaskan berikut ini, dengan penekanan pada proses pembuatan besi dan baja serta proses-proses manufaktur (Gambar 2.1) dalam pembuatan produk logam tersebut. Gambar 2.1 Klasifikasi proses manufaktur
  • 7. 7 Gambar 2.2 Diagram alir Proses Pengolahan Logam Dalam Industri Gambar 2.3 Aliran Proses/Pembuatan Besi dan Baja Menurut Kelompok Industri.
  • 8. 8 Gambar 2.4 Proses pembuatan besi dan baja, mulai dari bijih besi sampai menjadi produk jadi. 2.2 Penambangan dan Pengolahan Bijih Besi Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 sampai 2.4 bahwa bahan baku awal dalam aliran proses pembuatan besi dan baja adalah bijih besi (iron ore). Bijih besi yang didapatkan dari alam umumnya merupakan senyawa besi dengan oksigen seperti hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4), limonit (FeO(OH)nH2O), siderit (Fe2CO3) dan pyrite (FeS2). Pembentukan senyawa besi oksida tersebut sebagai proses alam yang terjadi selama ribuan tahun. Kandungan senyawa besi dibumi ini mencapai 5%dari seluruh kerak bumi. Penambangan bijih besi tergantung keadaan di mana bijih besi tersebut ditemukan. Jika bijih besi ada di permukaan bumi, maka penambangan dilakukan dipermukaan bumi (open-pit mining), dan jika bijih besi berada di dalam tanah maka penambangan dilakukan dibawah tanah (underground mining). Karena bijih besi didapatkan dalam bentuk senyawa dan bercampur dengan kotoran-kotoran lainnya maka sebelum dilakukan peleburan bijih besi tersebut terlebih dahulu harus dilakukan pemurnian untuk mendapatkan konsentrasi bijih yang lebih tinggi (25-40%). Proses pemurnian ini dilakukan dengan metode: crushing, screening, dan pencucian (washing). Untuk meningkatkan kemurnian menjadi lebih tinggi (60-65%) serta memudahkan dalam penanganan berikutnya, dilakukan proses agglomerasi dengan langkah- langkah sebagai berikut: a. Bijih besi dihancurkan menjadi partikel-partikel halus (serbuk). b. Partikel-partikel bijih besi kemudian dipisahkan dari kotoran-kotoran dengan cara pemisahan magnet (magnetic separator) ataumetode lainnya.
  • 9. 9 c. Serbuk bijih besi selanjutnya dibentuk menjadi pelet berupa bola-bola kecil berdiameter antara 12,5-20 mm. d. Terakhir, pelet bijih besi dipanaskan melalui proses sinter/pemanasan hingga temperatur 1300 C agar pelet tersebut menjadi keras dan kuat sehingga tidak mudah rontok pada saat transportasi. 2.3 Proses Reduksi Bijih Tujuan proses reduksi bijih adalah untuk menghilangkan ikatan oksigen dari bijih besi sehingga kandungan metalik meningkat. Proses reduksi ini memerlukan gas reduktor seperti hidrogen (H2) atau gas karbon monoksida (CO). Terdapat 2 jenis proses reduksi bijih yaitu proses reduksi langsung dan proses reduksi secara tidak langsung. 2.4 Proses Reduksi Langsung Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pelet menjadi besi spons (sponge iron) atau sering disebut besi hasil reduksi langsung (direct reduced iron). Gas reduktor yang dipakai biasanya berupa gas hidrogen dan gas CO yang dapat dihasilkan melalui pemanasan gas alam cair (LNG) dengan uap air di dalam suatu reaktor dengan reaksi kimia sebagai berikut: CH4 + H2O CO + 3H2 (gas hidro karbon) (uap air panas) (gas reduktor) Dengan menggunakan gas hidrogen dan gas CO dari persamaan reaksi kimia di atas maka proses reduksi terhadap pelet bijih besi dapat dicapai dengan reaksi kimia sebagai berikut: Fe2O3 + 3H2 2 Fe + 3H2O (pelet spons) (gas hidrogen) (Besi (uap air) atau reaksi reduksi gas CO terhadap bijih hematite yaitu sebagai berikut: Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2 2.5 Proses Reduksi Tidak Langsung Proses ini dilakukan dengan menggunakan tungku peleburan yang disebut juga tanur tinggi (blast furnace) seperti yang ditunjukkan gambar 2.5. Bijih besi hasil penambangan dimasukkan ke dalam tanur tinggi tersebut dan di dalam tanur tinggi terjadi proses reduksi secara tidak langsung. Bahan bakar yang digunakan pada tanur tinggi ini adalah arang kayu dari kayu yang telah dibakar atau menggunakan batu bara yang telah didestilasi kering yang dikenal dengan nama kokas dengan kandungan karbon (C) di atas 80%, kokas tersebut tidak
  • 10. 10 hanya berfungsi sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk gas CO sebagai reduktor. Untuk menimbulkan reaksi pembakaran, maka ke dalam tanur tersebut ditiupkan udara dengan menggunakan blower (gambar 2.6) sehingga terjadi proses oksidasi sebagai berikut: 2C + O2 2CO + Panas Gas CO yang terjadi dapat menimbulkan reaksi reduksi terhadap bijih yang dimasukkan ke dalam tanur tersebut. Sedangkan panas yang ditimbulkan berguna untuk mencairkan besi yang telah tereduksi tersebut. Untuk mengurangi kotoran-kotoran (impuritis) dari logam cair, ke dalam tanur biasanya ditambahkan sejumlah batu kapur (limestone). Batu kapur tersebut akan membentuk terak (slag) dan dapat mengikat kotoran-kotoran yang ada di dalam logam cair. Karena berat jenis terak lebih rendah dari berat jenis cairan besi maka terak tersebut akan berada dipermukaan logam cair sehingga dapat dikeluarkan melalui lubang terak. Gambar 2.4. Konstruksi sebuah tanur tinggi (Blast Furnace). Besi hasil proses tanur tinggi ini disebut juga besi kasar (pig iron). Besi kasar ini merupakan bahan dasar untuk membuat besi tuang (cast iron) dan baja (steel). Komposisi kimia unsur-unsur pemadu dalam besi kasar ini terdiri dari 3-4 %C; 0,06-0,10 %S; 0,10-0,50 %P; 1-3 %Si dan sejumlah unsur-unsur lainnya, sebagai bahan impuritas. Untuk pembuatan besi cor, besi kasar tersebut biasanya dicetak dalam bentuk lempengan-lempengan (ingot) yang kemudian di lebur kembali oleh pabrik pengecoran (foundry industry). Sedangkan untuk
  • 11. 11 pembuatan baja, besi kasar dalam keadaan cair (molten pig iron) langsung dipindahkan dari tanur tinggi ke dalam tungku peleburan baja. 2.6 Proses Peleburan Baja Baja dan besi cor merupakan logam paduan antara besi dan karbon, dimana batas kandungan karbon dalam baja relatif lebih rendah dibandingkan dengan kandungan karbon dalam besi cor. Proses peleburan baja, dapat menggunakan bahan baku berupa besi kasar (pig iron),besi spons (sponge iron) atau berupa skrap. Disamping itu bahan baku lainnya yang biasanya ditambahkan adalah bahan paduan (master alloys) ferrosilikon, ferromangan, ferrochrom dan lainnya. Bahan muatan lain pada proses peleburan baja ádalah arang kayu atau kokas serta batu kapur. Proses peleburan baja pada umumnya mempunyai tiga tujuan utama, yaitu sebagai berikut: a. Mengatur kadar karbon agar sesuai dengan tingkat spesifikasi baja yang diinginkan. b. Menambah elemen-elemen pemadu yang diinginkan. c. Menghilangkan atau mengurangi unsur-unsur pengotor. Proses peleburan baja dapat menggunakan dengan 2 macam cara yaitu: a. Proses peleburan baja dengan menggunakan Tungku BOF. Bahan-bahan utama yang digunakan dalam proses peleburan dengan BOF adalah: besi kasar cair (65-85%), skrap baja (15-35%), batu kapur dan gas oksigen (kemurnian 99,5%). Keunggulan proses BOF dibandingkan proses pembuatan baja lainnya adalah dari segi waktu peleburannya yang relatif singkat yaitu hanya berkisar sekitar 60 menit untuk setiap proses peleburan. Proses ini termasuk proses yang paling baru dalam industri pembuatan baja. Gambar sketsa dari tungku ini ditunjukkan dalam gambar 2.5. Terlihat bahwa dalam gambar tersebut bahwa konstruksi tungku BOF relatif sederhana, bagian luarnya dibuat dari pelat baja sedangkan dinding bagian dalamnya dibuat dari bata tahan api (firebrick). Kapasitas tungku BOF ini biasanya bervariasi antara 35 ton sampai dengan 200 ton. Tingkat efisiensi yang demikian tinggi dari tungku BOF ini disebabkan oleh pemakaian gas oksigen dengan kemurnian yang tinggi sebagai gas oksidator utama untuk memurnikan baja. Gas oksigen dialirkan ke dalam tungku melalui pipa pengalir (oxygen lance) dan bereaksi dengan cairan logam di dalam tungku. Gas oksigen akan mengikat karbon dari besi kasar berangsur-angsur turun sampai mencapai tingkat baja yang dibuat. Disamping itu, selama proses oksidasi
  • 12. 12 berlangsung terjadi panas yang tinggi sehingga dapat menaikkan temperatur logam cair sampai di atas 1650 C. Gambar 2.5 Gambar sketsa sebuah tungku BOF. b. Proses peleburan baja dengan menggunakan Tungku EAF Bahan baku yang dilebur biasanya berupa besi spons (sponge iron) yang dicampur dengan skrap baja. Penggunaan besi spons dimaksudkan untuk menghasilkan kualitas baja yang lebih baik. Tetapi dalam banyak hal (terutama untuk pertimbangan biaya) bahan baku yang dilebur seluruhnya berupa skrap baja, karena skrap baja lebih murah dibandingkan dengan besi spons. Proses peleburan dalam tungku EAF ini menggunakan energi listrik. Konstruksi tungku ini ditunjukkan dalam gambar 2.6. Panas dihasilkan dari busur listrik yang terjadi pada ujung bawah dari elektroda. Energi panas yang terjadi sangat tergantung pada jarak antara elektroda dengan muatan logam di dalam tungku. Bahan elektroda biasanya dibuat dari karbon atau grafit. Kapasitas tungku EAF ini dapat berkisar antara 2-200 ton dengan waktu peleburannya berkisar antara 3-6 jam.
  • 13. 13 Gambar 2.6 Skematik sebuah tungku listrik dari jenis electric arc furnace (EAF). 2.7 Peleburan Besi Cor Bahan bakar yang digunakan pada peleburan besi cor dengan menggunakan tungku kupola adalah kokas dan dimasukkan ke dalam Kupola selang seling dengan muatan logam. Proses pembakaran terjadi dengan meniupkan udara ke dalam tungku kupola dengan menggunakan blower. Untuk mendapatkan proses peleburan yang baik maka perbandingan antara muatan logam, bahan bakar dan kebutuhan udara harus dijaga sebaik mungkin. Bentuk dan konstruksi kupola (Gambar 2.7), hampir sama dengan konstruksi tanur tinggi (blast furnace). Bahan baku sebagai muatan terdiri dari ingot besi kasar atau besi kasar cair (molten pig iron) yang dihasilkan dari tanur tinggi, ditambah dengan skrap baja ataupun skrap besi cor (return scrap). Di samping itu penambahan bahan-bahan seperti ferosilikon (FeSi), feromangan (FeMn) dan lainnya sering pula dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menambahkan unsur paduan silikon ataupun mangan dan lainnya. Pada saat proses peleburan ditambahkan pula sejumlah batu kapur sebagai pembentukan terak (slag) yang dapat mengikat kotoran-kotoran sehingga memisah dari besi cair.
  • 14. 14 Gambar 2.7 Skematik dari sebuah tungku kupola. 2.8 Pembentukan Logam (Forming) Pembentukan logam merupakan salah satu teknik manufaktur dengan cara pemberian gaya melalui suatu cetakan sehingga terjadi perubahan bentuk plastis. Tujuan utama dari proses ini adalah: a. Menghasilkan bentuk yang diinginkan. b. Memperbaiki sifat-sifat logam yang dibentuk, yaitu karena terjadinya pengerasan regangan strain hardening) ataupun terjadinya perbaikan struktur mikro. Proses pembentukan logam diklasifikasikan secara umum berdasarkan temperature pengerjaannya yaitu: proses pengerjaan panas (hot working) dan proses pengerjaan dingin (cold working). Batasan dari kedua jenis proses pengerjaan tersebut adalah temperature rekristalisasi dari logam yang dibentuk, jika proses pengerjaannya dilakukan diatas temperatur rekristalisasi atau dilakukan pada temperatur tinggi disebut proses pengerjaan panas. Sebaliknya jika pengerjaannya dilakukan dibawah temperatur rekristalisasi atau dilakukan pada temperatur rendah disebut proses pengerjaan dingin, proses ini umumnya dilakukan pada temperatur kamar (tanpa pemanasan).
  • 15. 15 Proses-proses pembentukan yang tergolong kedalam klasifikasi proses pengerjaan panas adalah: penempaan (forging), pengerolan (rolling), ekstrusi (extrusion) dan lainnya. Sedangkan proses-proses pengerjaan dingin dapat berupa: penarikan kawat (wire drawing), pembengkokan (bending), penarikan dalam (deep drawing) dan lainnya. Secara umum klasifikasi dari proses pembentukan logam (forming) ini terlihat pula pada Gambar 2.8 berikut ini. Gambar 2.8 Klasifikasi umum dari proses manufaktur.
  • 16. 16 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA 3.1 Industri Manufaktur Indonesia Memasuki tahun 2010, sektor industri pengolahan masih menghadapi berbagai tantangan yang besar. Pada tahun 2009, sektor industri manufaktur terpukul dengan adanya krisis finansial global yang menyebabkan ekonomi di negara maju melemah. Akibatnya pasar ekspor menyusut dan sebagian besar industri manufaktur yang berorientasi ekspor mulai dilanda kelesuan. Pada tahun 2009 sampai kuartal III, sektor industri pengolahan non-migas hanya tumbuh sebesar 1,72 % dan nilai ekspor turun sebesar 25,5%. Memasuki kwartal IV 2009, pasar ekspor mulai bangkit kembali demikian juga pasar domestik. Keadaan ini telah mengundang optimisme bahwa tahun 2010 industri pengolahan akan bisa bangkit. Namun meski krisis global baru mulai pulih, industri pengolahan masih menghadapi tantangan yang besar di pasar domestik yang selama ini menjadi penyelamat bagi sektor industri manufaktur yang kehilangan pasr ekspor. Mulai Januari 2010, pasar bebas Asean Cina ( ASEAN-CHINA Free Trade Area) mulai diberlakukan, dengan membebaskan bea masuk bagi produk Cina yang akan masuk ke pasar ASEAN termasuk Indonesia. Dengan demikian produk Cina akan makin tinggi daya saingnya di pasar domestik Indonesia karena selama ini ketika bea masuk belum dibebaskan produk lokal sudah sulit bersaing dengan produk dari Cina. Memang tidak seluruh sektor industri pengolahan mengalami ancaman langsung dari produk Cina, sektor otomotif masih mempunyai daya saing, karena selama ini produk yang didominasi merk Jepang masih menguasai pasar Indonesia, sehingga tidak mudah bagi produk Cina menggeser merk Jepang yang sudah dirakit atau diproduksi di dalam negeri. Masalah bahan baku impor, pasokan listrik, infrastruktur transportasi, kondisi mesin yang tua menjadi deretan masalah yang dihadapi dan perlu penanganan yang serius karena bila tidak teratasi dalam waktu dekat bisa menurunkan daya saing sektor industri ini sehingga industri manufaktur di Indonesia akan sulit bangkit. Pada sisi positif, masih ada tanda-tanda peluang untuk perbaikan pada sektor industri pengolahan di tahun 2010. Mulai membaiknya ekonomi dunia terutama negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropah, membuka kembali peluang pasar ekspor karena diharapkan permintaan untuk berbagai barang industri olehan akan meningkat. Selama tahun 2009 ekspor tekstil ternyata masih mampu mempertahankan ekspornya dan tidak terlalu drastis penurunannya, padahal pasar ekspor pada tahun tersebut sangat terpukul oleh krisis ekonomi dunia. Diharapkan dengan membaiknya ekonomi dunia ekspor produk tekstil akan
  • 17. 17 kembali meningkat dipasar ekspor tradisional yang selama ini produk Indonesia masih bisa bersaing dengan Cina. Suku bunga yang rendah dan inflasi yang terkendali dibawah 6% diperkirakan akan memberi dampak positif kepada sektor manifaktur karena daya beli masyarakat akan meningkat. Selama daya saing produk lokal bisa ditingkatkan maka tahun 2010 keadaannya akan lebih baik bagi sektor industri manufaktur. Dalam pengembangan industri manufaktur diperlukan berapa langkah dari pemerintah antara lain : a. Indonesia memerlukan Komitmen Politik Pemerintah untuk secara serius menetapkan kebijakan pengembangan industri manufaktur dan teknologi. b. Pemerintah harus tegas menentukan sikap bahwa pemerintah akan menghentikan dukungan pada universitas yang mengabaikan pembaharuan pendidikan dan perkembangan industri, perusahaan yang mengabaikan perkembangan teknologidan lembaga penelitian yang tidak memperhatikan realitas dunia industri. Perludisadari bahwa Nasionalisme dan Imperialisme teknologi merupakan cirimenonjol dari masa transisi transisi abad informasi ini. c. Mempelajari teori dan falsafah manajemen negara maju tentu saja dianjurkan,tetapi hanya sebagai acuan dan tidak untuk ditiru. Indonesia harus mengembangkan falsafah manajemen sendiri. Jika Indonesia hanya meniru negara maju, Indonesia akan mengalami kesulitan seperti yang dialami Korea selama 30 tahun dalam perjuangannya menjadi negara maju. Indonesia harus mempunyai pola pikir yang dapat bersaing dengan negara maju dengan mengusahakanperkembangan industri tanpa henti. d. Dalam iklim perdagangan bebas, yang dibutuhkan adalah segera tercipta struktur industri negara yang dapat bersaing yang di masa depan mungkin akan memimpin negara-negara maju. Untuk itu Indonesia perlu menentukan pola perkembangan perindustrian berdasarkan latar belakang kultural, historis, ciri khas masyarakatdan sumber daya alam yang unik supaya Indonesia dapat diakui sebagi negara mandiri dari segi ekonomi. e. Budayawan harus mulai memasuki dunia pengembangan teknologi, untuk ikut serta menyusun strategi pengembangan SDM dan pengelolaannya baik di daerah dan di kota-kota metropolitan. f. Hindari pengembangan teknologi, yang investasi dana oleh negara- negara majubesar-besaran dan Jangka Panjang, yang hanya berakibat Indonesia akan selalu mengekor, mengejar burung yang terbang dan menjadi sapi perah bagi negara maju yang diikuti.
  • 18. 18 g. Kita harus berani mengembangkan teknologi kreatif yang sekarang masih belum kelihatan prospeknya, dengan kondisi yang ada, menuju prospek pasar yang belum ada pemiliknya. h. Universitas dan konsursium lembaga penelitian harus secara konsisten bekerjasama dengan usaha kecil dan menengah dalam mengembangkan teknologidan strategi manjemen yang akan meningkatkan pengharapan pertumbuhanmereka. Mengalihkan perhatian dari sekedar melakukan penelitian menjadi mengadakan pemeran, mewujudkan hak paten dan membuat produk uji coba. i. Kita tidak boleh melupakan penerapan keunggulan manajemen Barat, Jepang danKorea. Dalam usaha membentuk manajemen masa depan kita, manajemen-manajemen di atas itu bisa digunakan sebagai titik awal dari perbaikan kinerja dan organisasi dalam membentuk manajemen yang memenuhi "paradoks manajemen"yaitu organisasi yang terstruktur cermat, rapi dengan kehandalan tinggi, tetapicerdas dengan memiliki fleksibilitas tinggi sehingga efisien dan mampuberadaptasi dengan perubahan. 3.2 Peluang Usaha Manufaktur - Pengelasan Kegiatan bengkel las pada umumnya melayani kebutuhan masyarakat langsung, seperti pagar, teralis, rolling door, dan lain-lain. Beberapa bengkel las menunjukkan potensi untuk berpartisipasi dalam bidang machinery (fabrikasi). Jumlah UMKM bengkel las yang dipetakan pada survei awal wilayah medan bagian utara adalah sebanyak 249 unit usaha. Namun, pada saat survey hanya 24 responden diantaranya yang berhasil disurvei. Dengan demikian, tingkat galatnya adalah 7,7%. Terdapat keunikan dari usaha bengkel las di medan, yaitu asal pemilik dan tenaga kerjanya yang kebanyakan dari luar medan. Mayoritas usaha bengkel las berskala mikro yakni memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang.Banyak di antaranya digerakkan sebagai usaha keluarga. Pemilihan lokasi usaha secara umum tidak berkaitan dengan keberadaan kawasan. Mereka mengadakan usaha ini karena dekat dengan tempat tinggal,memanfaatkan tempat yang dimiliki atau sewa karena memang usaha bengkel las kebanyakan melayani kebutuhan rumahan.. Permodalan yang dibutuhkan untuk usaha bengkel las dapat mencapai Rp 20.000.000,00 untuk usaha skala yang relatif sedang. Omzet usaha bengkel las sangat beraneka ragam. Usaha bengkel las skala rumahan memperoleh omzet sekitar Rp10.000.000,00 perbulan, sementara bengkel las machinery bisa meraih omzet hingga Rp500.000.000,00. Teknologi yang digunakan pun
  • 19. 19 berbeda untuk setiap jenis bengkel las tersebut, terutama mesin las yang digunakan. Pada saat ini masih adayang masih menggunakan las karbit, sementara lainnya menggunakan las trafo (listrik). 3.3 Usaha Bengkel Las Setiap tahun bertambah penduduk Indonesia rata-rata pertahun 2,7 juta jiwa berarti minimal butuh rumah setiap rumah jika terjadi perkimpoian 1 ,3 juta unit rumah. Berdasarkan angka tersebut banyak bisnis yang dapat dikembangkan di Indonesia baik skala besar maupun skala kecil.Bisnis skala kecil misal nya tentang bengkel las, mungkin kita akan bertanya hubungan apa bengkel las dengan pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk dan jumlah kebutuhan rumah pertahun ?. Mungkin itu pertanyaan yang sangat menarik untuk dibahas atau didiskusikan. Bengkel las bisa maju pasti karena ada pembeli, salah satu pembelinya adalah mereka para pemilik rumah, bagi mereka yang membangun rumah baru tentunya butuh pagar, teralis, kanopi sedangkan mereka yang telah mempunyai rumah membutuhkan pergantian atau renovasi pagar, renovasi teralis yang sudah bosan dengan model lama. Agar pagar dan teralis yang dijual atau yang di las pagar, teralis bukan hanya sekedar berfungsi sebagai alat pengamanan juga harus lebih arstistik, menarik, maka tukang bengkel las harus inovatif. Sering mengikuti perkembangan model, karena model sangat tergantung pada waktu, suatu waktu model pagar yang memenag tinggi, diwaktu yang lain pagar tidak perlu tinggi, demikian motifnya, kembangnya, ukirannya, frofilnya dan sebagainya sangat menentukan para pelanggan untuk selalu berlangganan dengan kita.Untuk memperbanyak langganan atau konsumen yang jangan dilupakan adalah faktor pemasarannya, agar langganan (customer) tidak berpaling kepada bengkel lain. Kita kembali bertanya berapa kira-kira butuh dana untuk dapat menjalankan usaha dalam bidang perbengkelan, untuk hal tersebut tergantung seberapa besar usaha perbengkelan las yang akan dikembangkan. Rincian dana untuk membuka usaha pengelasan adalah investasi awal adalah sebesar Rp. 25.000.000,- yang digunakan alat-alat dan sewa tempat, dengan asumsi pemasukan perbulan Rp. 50.000.000 dari jasa las. sedangkan asumsi pengeluaran per bulan lebih kurang Rp. 48.000.000,- yang digunakan untuk gaji karyawan untuk 5 orang sebesar Rp. 6.000.000, air,listrik,telepon dll Rp.500.000,- belanja bahan baku Rp. 41.500.000 . Laba bersih perbulan adalah Rp.2 juta rupiah sedangkan balik modal dalam jangka waktu 10 bulan (Rp.20.000.000:Rp.2 Juta/bulan=10 bulan). Dengan berkembangnya teknologi pada masa kini, banyak produk-produk buatan cina yang dapat digunakan dalam usaha pengelasan salah satunya trafo las.
  • 20. 20 sekarang untuk menyambungkan besi dengan cara di las listrik tidak memerlukan daya listrik yangg terlalu besar, seperti menggunakan trafo las, cukup dengan daya minimal 900 watt bisa ngelas besi dengan menggunakan inverter las listrik, bisa juga untuk las stenles Gambar 3.1. trafo las 900 watt Jadi saat ini dalam membuka usaha bengkel pengelasan tidak membutuhkan modal yang cukup besar asal ada kemauan dan kemampuan di bidang pengelasan. Semangkin berkembangnya usaha bengkel pengelasan maka otomatis memerlukan tenaga kerja, sehingga terciptalah lapangan pekerjaan.
  • 21. 21 BAB IV PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa proses pengolahan logam dapat dilakukan dengan cara reduksi tidak langsung dan reduksi langsung. Adapun proses pembeuntukan logam terdapat beberapa cara yaitu: a. Proses pengecoran Proses pengecoran (casting). b. Proses pemesinan (machining). c. Proses pembentukan logam (metal forming). d. Proses pengelasan (welding). e. Proses perlakuan panas (heat treatment). f. Surface treatment. Pada proses metal forming terdapat beberapa cara lagi yaitu: a. Proses penarikan kawat (wire drawing b. Proses penempatan (foreging c. Proses ekstrusi (extruding) d. Proses pembengkokkan/pelengkungan (bending) e. Proses “squeezing f. Proses “drawing and stretching Sementara itu dalam dunia wira usaha, pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dll. Untuk mengatasi banyaknya pengangguran terlebih dahulu kita harus memberi perhatian kepada anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa ini. Pemerintah harusnya memberikan pendidikan yang baik, karena pendidikan di Indonesia masihlah banyak yang masih kurang dengan standar. Masih banyak bangunan sekolah yang tak layak dipergunakan, peralatan sekolah yang belum lengkap, dan lain-lain. Selain itu banyaknya penduduk miskin di Indonesia yang tidak menyekolahkan anak-anaknya karena masalah dana yang tidak mampu
  • 22. 22 untuk mambayar biaya sekolah. Walaupun sudah mendapat BOS (Bantuan Oprasional Sekolah) dan Bea Siswa tetap saja tidak dapat untuk membeli peralatan belajar dan perlengkapan sekolah. Jadi pemerintah harus tanggap betapa pentingnya pendidikan itu. .
  • 23. 23 Sumber-sumber pustaka a. http://search.etype.com/ b. http://jeffryengineer.blogspot.com/ c. http://www.slideshare.net d. http://berkatutama.indonetwork.co.id e. http://www.bengkel-las-kharisma.com