أَدْرِكْنِيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ
(Tolonglah aku wahai Rasulullah [dengan didoakan kepada Allah])
Menurut mayoritas kaum Muslimin sejak generasi sahabat hingga kini, bacaan di atas adalah benar dan tidak syirik.
Sementara menurut Ibn Taimiyah (abad ke-8 H.), dan menurut Wahabi (abad ke-12 Hijriah), redaksi tersebut tidak benar, syirik akbar, murtad dan masuk neraka selama-lamanya.
2. KONTROVERSI SUNNI - WAHABI
ِللا َلْوُسَر اَي ِِْنْكِرْدَأ
(Tolonglah aku wahai Rasulullah [dengan didoakan
kepada Allah])
Menurut mayoritas kaum Muslimin
sejak generasi sahabat hingga kini,
bacaan di atas adalah benar dan
tidak syirik.
Sementara menurut Ibn Taimiyah (abad ke-8
H.), dan menurut Wahabi (abad ke-12 Hijriah),
redaksi tersebut tidak benar, syirik akbar,
murtad dan masuk neraka selama-lamanya.
3. ِللا َلْو ُسَر َاي ْيِنْكِرْدَأ
MENURUT SUNNI MENURUT WAHABI
Bacaan di atas masuk
dalam kategori tawasul
dan istighatsah, yaitu
berdoa kepada Allah
dengan memanggil nama
seorang yang mulia
menurut Allah, dan hal
ini telah berlangsung
sejak generasi sahabat
dan diajarkan oleh
Rasulullah .
Bacaan di atas masuk
dalam kategori
menyembah selain
Allah, yang berarti
syirik akbar, murtad
dan pelakunya masuk
neraka selama-
lamanya, dan hal ini
telah difatwakan oleh
Syaikh Ibnu Taimiyah
pada abad ke-8 H.
4. ABU JAHAL DAN ABU LAHAB LEBIH
BERTAUHID DARIPADA UMAT ISLAM
YANG BERTAWASSUL
5. ِللا َلْو ُسَر َاي ْيِنْكِرْدَأ
KAUM SUNNI KAUM WAHABI
Membenarkan
redaksi tersebut
berdasarkan
hadits Rasulullah
, amaliah para
sahabat, dan
ulama salaf.
Melarang dan
mensyirikkan redaksi
tersebut berdasarkan
fatwa Syaikh Ibnu
Taimiyah pada abad
ke-8 H dan dipertegas
oleh ijtihad Syaikh
Muhammad bin Abdul
Wahhab al-Najdi
(pendiri aliran Wahabi)
pada abad ke-12.
6. HADITS UTSMAN BIN HUNAIF
Rasulullah
mengajarkan
laki-laki tuna
netra yang ingin
sembuh dari
kebutaannya
agar berdoa
dengan disertai
memanggil Nabi
dalam doanya
dengan redaksi
“Ya Muhammad
(Wahai
Muhammad)”.
Dalil-dalil Kaum Sunni
7. Sanad hadits Utsman
bin Hunaif di atas,
shahih diriwayatkan
oleh banyak ulama
antara lain:
1. Ahmad bin Hanbal
2. Abd bin Humaid
3. Al-Tirmidzi
4. Al-Nasa’i
5. Ibn al-Sunni
6. Ibn Majah dan lain-
lain
Takhrij (Otentisifikasi)
Hadits Utsman bin Hunaif
8. HADITS USTMAN BIN HUNAIF
DIAMALKAN SAMPAI HARI KIAMAT
Dalam riwayat Ibnu Abi Khaitsamah terdapat
tambahan: “Apabila kamu mempunyai hajat,
lakukanlah doa seperti itu.” Hal ini membuktikan
bahwa doa yang mengandung tawasul Ya Muhammad
berlaku sampai hari kiamat, tidak terbatas ketika
Nabi masih hidup.
9. HADITS UTSMAN BIN HUNAIF
DIAMALKAN PADA MASA SAHABAT
Doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa sahabat,
sesudah wafatnya
Nabi .
10. PENGAMALAN HADITS UTSMAN BIN
HUNAIF PADA MASA SAHABAT
Doa yang mengandung tawasul Ya
Muhammad ternyata diamalkan pada masa
sahabat, sesudah wafatnya Nabi . Hal ini
membatalkan tesis Wahabi yang membatasi
doa tersebut pada zaman Nabi .
11. PENGAMALAN HADITS UTSMAN BIN
HUNAIF PADA MASA SAHABAT
Doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa sahabat,
sesudah
wafatnya Nabi
, dan
haditsnya dinilai
shahih oleh al-
Imam al-
Thabarani.
12. HADITS UTSMAN BIN HUNAIF
DIAMALKAN PADA MASA SALAF
Doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa ulama salaf
(tabi’in), sesudah
generasi sahabat,
dan tidak
dianggap sebagai
perbuatan syirik.
13. IBNU TAIMIYAH MENGAKUI PENGAMALAN HADITS
UTSMAN BIN HUNAIF PADA MASA SALAF
Ibn Taimiyah
(panutan Wahabi)
mengakui bahwa
doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa ulama salaf
(tabi’in), sesudah
generasi sahabat,
dan tidak
dianggap sebagai
perbuatan syirik.
14. Sahabat Nabi Beristighatsah
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Seorang sahabat datang ke makam Nabi lalu
berkata: “Wahai Rasulullah, mintakanlah hujan bagi
umatmu, mereka sedang menghadapi kelaparan.” Ini
menjadi bukti bahwa beristighatsah dengan orang
yang sudah wafat bukanlah syirik menurut sahabat.
15. Sahabat Nabi Beristighatsah
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Istighatsah
sahabat dengan
Nabi pada masa
Khalifah Umar,
dinilai shahih oleh
al-Hafizh Ibn
Katsir.
16. Sahabat Nabi Beristighatsah
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Istighatsah sahabat dengan
Nabi pada masa Khalifah
Umar, dinilai shahih oleh al-
Hafizh Ibn Hajar dalam Fath
al-Bari juz 2 hal. 572.
17. Istighatsah Sahabat Dengan Nabi
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Istighatsah
sahabat dengan
Nabi pada
masa Khalifah
Umar, dinilai
shahih oleh al-
Hafizh Ibnu
Hajar.
18. Sahabat Nabi Beristighatsah
Ketika Kakinya Mati Rasa
Abdurrahman bin Sa’ad berkata, “Kaki Ibnu
Umar mati rasa (tidak dapat digerakkan)”. Lalu
seorang laki-laki berkata kepadanya: “Panggil
orang yang paling kamu cintai”. Lalu Ibn Umar
berkata: “Ya Muhammad”.
19. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Abu Sa’id berkata, “Aku berjalan bersama
Ibnu Umar, tiba-tiba kakinya mati rasa (tidak
dapat digerakkan), sehingga ia duduk”. Lalu
seorang laki-laki berkata kepadanya: “Panggil
orang yang paling kamu cintai”. Lalu Ibn
Umar berkata: “Ya Muhammadah”. Maka
iapun dapat berdiri dan berjalan.
20. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Abdurrahman bin Sa’ad berkata, “Kaki Ibn
Umar mati rasa (tidak dapat digerakkan)”.
Aku berkata: “Kenapa dengan kaki Anda?”
Beliau menjawab: “Uratnya berkumpul”. Aku
berkata: “Panggil orang yang paling kamu
cintai”. Lalu Ibn Umar berkata: “Ya
Muhammad”. Maka kakinya sembuh
seketika itu.
21. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Ibn Taimiyah
(panutan Wahabi)
menganjurkan
istighatsah seperti
yang dilakukan
Ibn Umar.
22. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Seorang yang
pernah berguru
kepada Ibn Umar
berkata, “Kaki
Ibn Umar mati
rasa (tidak dapat
digerakkan)”.
Lalu seorang laki-
laki berkata
kepadanya:
“Panggil orang
yang paling kamu
cintai”. Lalu Ibn
Umar berkata:
“Ya Muhammad”.
23. Tadlisnya Abu Ishaq al-Sabi’i Diselamatkan
Oleh Riwayat Imam Syu’bah Darinya
Al-Albani (Wahabi) mendhaifkan
atsar Ibn Umar tersebut, karena
Abu Ishaq yang mudallis
meriwayatkannya secara
mu’an’an. Tetapi tadlis tersebut
menjadi hilang, karena atsar
tersebut juga diriwayatkan oleh
Imam Syu’bah dari Abu Ishaq.
24. Tadlisnya Abu Ishaq al-Sabi’i
Diselamatkan Oleh Riwayat Imam Syu’bah
Darinya
Al-Albani (Wahabi) mendhaifkan
atsar Ibn Umar tersebut, karena
Abu Ishaq yang mudallis
meriwayatkannya secara
mu’an’an. Tetapi tadlis tersebut
menjadi hilang, karena atsar
tersebut juga diriwayatkan oleh
Imam Syu’bah dari Abu Ishaq.
25. Tadlisnya Abu Ishaq al-Sabi’i Diselamatkan
Oleh Riwayat Imam Syu’bah Darinya
Abu Abdillah
Mushthafa bin al-
’Adawi (ulama
Wahhabi)
menegaskan
bahwa riwayat
Imam Syu’bah
dari Abi Ishaq al-
Sabi’i yang
dikenal perawi
mudallis dapat
menyelamatkan
haditsnya dari
kedha’ifan sebab
mu’an’an.
26. Para Imam Ahli
Hadits, yaitu al-
Imam al-
Thabarani, al-
Imam Abu al-
Syaikh al-
Ashibhani dan
al-Imam al-
Thabarani
beristighatsah
dengan Nabi .
(Tadzkirat al-
Huffazh, Juz 3
hal. 974.)
PARA IMAM AHLI HADIS BERISTIGHATSAH
DENGAN NABI
28. Nabi Mengetahui Shalawat Yang Kita
Baca Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh
Rasulullah :
“Barang siapa
yang membaca
shalawat di dekat
makamku, maka
aku mendengar-
nya. Dan barang
siapa yang
membaca
shalawat dari
tempat yang jauh,
maka aku
mengetahuinya”.
29. Nabi Mengetahui Shalawat Yang Kita Baca
Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh
Rasulullah : “Barang siapa yang membaca
shalawat di dekat makamku, maka aku
mendengarnya. Dan barang siapa yang
membaca shalawat dari tempat yang jauh,
maka aku mengetahuinya”. Hadits ini
dishahihkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar.
30. Nabi Mengetahui Shalawat Yang Kita
Baca Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh
Rasulullah :
“Barang siapa yang
membaca shalawat
di dekat makamku,
maka aku
mendengarnya. Dan
barang siapa yang
membaca shalawat
dari tempat yang
jauh, maka aku
mengetahuinya”.
Hadits ini
dishahihkan oleh
al-Hafizh al-
Ghumari.