Dokumen tersebut membahas mengenai penilaian status gizi secara biokimia dengan melakukan pemeriksaan kandungan zat gizi tertentu dalam darah dan urine seperti besi, protein, vitamin, mineral, serta keunggulan dan kelemahan metode tersebut.
2. • Pemeriksaan biokimia memberikan hasil
yang lebih tepat & objektif.
• Pemeriksaan biokimia yang sering
digunakan adalah teknik pengukuran
kandungan berbagai zat gizi dan substansi
kimia lain dalam darah dan urine.
• Pemeriksaan biokimia hanya dapat
diperoleh di rumah sakit atau pusat
kesehatan.
3. PEMERIKSAAN BIOKIMIA ZAT GIZI
• Penilaian Status Zat Besi
Ada beberapa indikator untuk menentukan status besi yaitu
– Hemoglobin (Hb)
• Nilai normal Hb pria : 14 – 18 gr/100ml
wanita : 12 – 16 gr/100ml
• Metode yang digunakan adalah metode sahli dan metode
cyanmethemoglobin.
– Hematokrit
• Nilai normal pria : 40 – 45%
wanita : 37 – 47 %
• Penentuan hematokrit dilakukan secara duplikat dengan
menggunakan darah kapiler atau darah vena yang
diantikoagulasikan dengan EDTA.
4. – Serum besi
– Transferrin Saturation (TS)
• TS = kadar besi dalam serum x100%
TIBC
• Apabila TS > 16% pembentukan sel-sel darah merah dalam
sumsum tulang berkurang dan keadaan ini disebut defisiensi
besi untuk eritropoiesis
– Free Erythrocyte Protophorphyrin (FEP)
– Serum Ferritin (SF)
Metode yang digunakan antara lain:
• Immunoradiometric assay (IRMA)
• Immuno assay (RIA)
• Enzyme-linked immuno assays (ELISA) yang tidak menggunakan
isotop, tetapi enzim
Keadaan normal rata-rata SF laki-laki dewasa : 90µg/l
wanita dewasa : 30µg/l
– Serum Unsaturated Iron Binding Capacity (UIBC)
5. • Penilaian Status Protein
– Pemeriksaan biokimia terhadap status protein dibagi
dalam 2 bagian pokok yaitu penilaian somatic
protein dan visceral protein.
– Perbandingan somatic dan visceral dalam tubuh
antara 75% dan 25%.
– Konsentrasi serum protein dapat digunakan untuk
mengukur status protein.
– Penentuan serum ptotein dalam tubuh meliputi:
• Albumin
• Transferin
• Prealbumin
• Retinol binding protein (RBP)
• Insulin-like growth factor-1
• fibronectin
6. • Penilaian Status Vitamin
– Vitamin A
• Metode penentuan serum retinol
– Cara HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
– Penentuan kadar vitamin A cara kalorimetri dengan
pereaksi trifluoroasetat/ TFA
– Vitamin D
Pada pemeriksaaan biokimia penderita rakhitis ditemukan hasil
• Kadar kalsium serum normal atau lebih
• Kadar fosfor rendah
• Kadar fosfatase meninggi
• Kadar 25 (OH) vitamin D di bawah 4 mg/ml
– Vitamin E
Pada pemeriksaan biokimia seorang anak dikatakan memiliki
nilai normal vitamin E bila di dalam serum ≥ 0,7 mg.
7. – Vitamin C
Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat
kolagen oleh fibroblast hingga merupakan
bagian dalam pembentukan zat intersel.
– Tiamin (B1)
– Riboflavin (B2)
urine 24 jam yang mengandung riboflavin
kurang dari 50 mg merupakan indikasi
adanya kekurangan vitamin B2 dan biasanya
sudah disertai gejala klinisnya.
– Niasin
– Vitamin B6
– Vitamin B12
8. • Penilaian Status Mineral
– Iodine
• Kebutuhan rata-rata per orang dewasa per hari sangat
sedkit yaitu 6,15 µg atau 160 µg.
• Selain palpasi, untuk mengetahui total goitre rate dapat
dilakukan pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan kadar
thyroid stimulating hormone dalam darah.
• Metode penentuan kadar yodium dalam urine dengan
menggunakan metode cerium.
– Zink
Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar zink dalam plasma
adalah 12 – 17 mmol/liter normal
– Kalsium
Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar kalsium dalam
darah adalah 2,1 – 2,6 mmol/liter normal
– Fosfor
Kebutuhan normal dalam darah adalah 2,5 – 4,5 µg/100 µl.
– Magnesium
Batasan dan interpretasi pemeriksaan kadar magnesium dalam
darah adalah 1,8 – 2,4 µg/100 ml normal
9. – Krom (Chromium)
Kadar krom dalam darah normal berkisar 0,14 – 0,25
µg/ml untuk serum atau 0,26 – 0,28 µg/ml untuk
plasma.
– Tembaga
batasan dan klasifikasi pemeriksaan tembaga dalam
darah dalam keadaan normal = 80 150 µg/100 ml .
– Selenium
selenium dapat melindungi sel tubuh dari
kehancuran hingga memperlambat proses menua.
10. PEMERIKSAAN ZAT GIZI SPESIFIK
• KEP
Dalam kaitannya dengan KEP, maka analisis biokimia yang
banyak diperhatikan adalah menyangkut nilai protein
tertentu dalam darah atau hasil metabolit protein yang
beredar dalam darah dan dikeluarkan bersama-sama
urin.
• KVA
Penentuan masalah KVA
Indikator yang digunakan Batas Prevalensi
Plasma vitamin A > = 10 µg/dl >= 5%
Liver vitamin A > = 5 µg/dl >= 5%
11. • Anemia Gizi Besi (AGB)
Batasan anemia (menurut Depkes)
Kelompok Batas Normal
Anak balita
Anak usia sekolah
Wanita dewasa
Laki-laki dewasa
Ibu hamil
Ibu menyusui > 3 bulan
11 gram %
12 gram %
12 gram %
13 gram %
11 gram %
12 gram %
12. • GAKY
– Pemeriksaan kadar TSH dalam darah dan mengukur
ekskresi yodium dalam urine.
– Tingkat keparahan gondok endemik berdasarkan
klasifikasi menurut ekskresi yodium dalam urine
(µg/gr kreatinin) yaitu
Tahap 1 : gondok endemik dengan rata-rata > 50
µg/gr kreatinin di dalam urine.
Tahap 2 : gondok endemik dengan ekskresi yodium
dalam urine rata-rata 25 – 50 µg/gr
kreatinin pada kondisi ini sekresi hormon
tiroid boleh jadi tidak cukup resiko
hipotiroidisme tetapi tidak sampai ke
kreatinin.
Tahap 3 : gondok endemik dengan rata-rata ekskresi
yodium dalam urine < 25 mg/gr kreatinin.
13. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
PEMERIKSAAN BIOKIMIA
• Keunggulan
– Dapat mendeteksi defisiensi zat gizi lebih
dini.
– Hasil dari pemeriksaan biokimia lebih
obyektif.
– Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode
lain dalam penilaian status gizi.
14. • Kelemahan
– Pemeriksaan biokimia hanya bisa dilakukan setelah
gangguan metabolisme.
– Membutuhkan biaya yang cukup mahal.
– Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan tenaga
ahli.
– Kurang praktis dilakukan di lapangan.
– Pada pemeriksaan tertentu spesimen sulit untuk
diperoleh.
– Membutuhkan perlatan dan bahan yang lebih banyak
dibandingkan pemeriksaan lain.
– Belum ada keseragaman dalam emmilih reference
(nilai normal).
– Dalam beberapa penentuan pemeriksaan
laboratorium memerlukan laboratorium yang hanya
terdapat di laboratorium pusat.