2. ASWAJA atau Ahlu Sunnah Wa al-Jamaah secara
bahasa berasal dari kata Ahlun yang artinya keluarga,
golongan, dan pengikut. Ahlussunnah berarti orang-
orang yang mengikuti sunnah (perkataan, pemikiran
atau amal perbuatan Nabi Muhammad SAW).
Sedangkan al Jama’ah adalah sekelompok orang yang
memiliki tujuan.
Jika dikaitkan dengan madzhab mempunyai arti
sekumpulan orang yang berpegang berpegang teguh
pada salah satu imam madzhab dengan tujuan
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
2
3. Sedangkan secara istilah berarti golongan umat Islam
yang dalam bidang Tauhid menganut pemikiran Imam
Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi,
sedangkan dalam bidang ilmu fiqh menganut Imam
madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) serta
dalam bidang tasawuf menganut pada Imam Al-
Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi.
3
4. At-Tawassuth
Tawassuth berarti pertengahan, maksudnya
menempatkan diri antara dua kutub dalam berbagai
masalah dan keadaan untuk mencapai kebenaran
serta menghindari keterlanjuran ke kiri atau ke
kanan secara berlebihan.
Al I’tidal
I’tidal berarti tegak lurus, tidak condong ke kanan
dan tidak condong ke kiri.I’tidal juga berarti berlaku
adil, tidak berpihak kecuali pada yang benar dan
yang harus dibela.
4
5. At-Tasamuh
Tasamuh berarti sikap toleran pada pihak lain, lapang
dada, mengerti dan menghargai sikap pendirian dan
kepentingan pihak lain tanpa mengorbankan pendirian
dan harga diri, bersedia berbeda pendapat, baik dalam
masalah keagamaan maupun masalah kebangsaan,
kemasyarakatan, dan kebudayaan.
At-Tawazun
Tawazun berarti keseimbangan, tidak berat sebelah, tidak
kelebihan sesuatu unsur atau kekurangan unsur lain.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf nahi munkar artinya menyeru dan
mendorong berbuat baik yang bermanfaat bagi kehidupan
duniawi maupun ukhrawi, serta mencegah dan
menghilangkan segala hal yang dapat merugikan, merusak,
merendahkan dan atau menjerumuskan nilai-nilai moral
keagamaan dan kemanusiaan.
5
6. Diawali dengan berdirinya
Nahdlatul Wathan (1916)
Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul
Fikri (1918)
Nahdlatut Tujjar
Nahdlatul Ulama (16 Rajab 1344H/31 Januari 1926 M)
6
7. Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah
Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan
tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum
ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber
pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah,
tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah
dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu
dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-
Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang
teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti
empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali.
Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan
metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang
mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
7
11. Menegakkan ajaran Islam menurut paham
Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah
kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
11
12. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah
dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak
pada semangat persatuan dalam perbedaan.
Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan
yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk
membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas.
12
13. Di bidang sosial-budaya, mengusahakan
kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai
dengan nilai ke-Islaman dan kemanusiaan.
Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan
kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan,
dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi
rakyat.
Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi
masyarakat luas.
13
14. Pengurus Besar (tingkat pusat)
Pengurus Wilayah (tingkat provinsi)
Pengurus Cabang (tingkat kabupaten/kota)
Pengurus Cabang Istimewa (pengurus NU disuatu
negara)
Majelis Wakil Cabang (tingkat kecamatan)
Pengurus Ranting (tingkat desa/kelurahan)
14
15. Untuk tingkat Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis
Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
Mustasyar (penasehat)
Syuriyah (pimpinan tertinggi)
Tanfidziyah (pelaksana harian)
Untuk tingkat Ranting, setiap kepengurusan terdiri
dari:
Syuriyah (pimpinan tertinggi)
Tanfidziyah (pelaksana harian)
15
16. Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi
Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan Nahdlatul Ulama, berkaitan dengan
kelompok masyarakat tertentu dan/atau yang
memerlukan penanganan khusus.
Badan Otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul
Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok
masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.
Badan Otonom dikelompokkan dalam katagori Badan
Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat
tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan
kekhususan lainnya.
16