SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 23
PERDARAHAN
ANTE PARTUM
 Perdarahan Pada Kehamilan Muda
Abortus
Berakhirnya suatu kehamilan (oleh
akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan
o Klasifikasi Abortus
• Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi
tanpa intervensi medis maupun mekanis.
• Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja,
digugurkan)
o Gambaran Klinis
Secara klinis abortus dibedakan menjadi :
– Abortus iminens (keguguran mengancam).
– Abortus insipiens (keguguran berlangsung).
– Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).
– Abortus kompletus (keguguran lengkap)
– Abortus tertunda (missed aboution)
– Abortus habitualis (keguguran berulang)
– Abortus tidak aman (unsafe abortion)
Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana setelah
fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum
uteri
Penanganan
•Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan
untuk tindakan operatif gawat darurat
•Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk
melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan
harus segera dihentikan.
•Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi
cairan tubuh dengan lamtan kristaloid NS atau RL (500 ml
dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama
(termasuk selama tindakan berlangsung)
•Bila darah pengganti belum tersedia, berikan auto
transfusion berikut ini:
Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah
melalui alat pengisap dan wadah penampung yang steril
Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan
masukkan ke dalam kantung darah (blood bag).
Transfusikan darah melalui slang transfusi yang
mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan
•Tindakan pada tuba dapat berupa:
Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba
yang mengandung hasil konsepsi
Salpingostorni (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi
di mana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada)
yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba
kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Risiko
tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna
atau rekurensi (hamil ektopik ulangan)
•Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi
transportasi tuba yang disebabkan oleh proses infeksi maka
sebaiknya pasien diberi antibiotika kombinasi atau tunggal dengan
spektrum yang luas (lihat tabel antibiotika kombinasi dan tunggal
pada abortus septik)
•Untuk kendali nyeri pascatindakan dapat
diberikan:
 Ketoprofen 100 mg supositoria
 Tramadol 200 mg IV
 Pethidin 50 mg IV (siapkan antidotum terhadap reaksi
hipersensitivitas)
•Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
•Konseling pasca tindakan
 Kelanjutan fungsi reproduksi
 Risiko hamil ektopik ulangan
 Kontrasepsi yang sesuai
 Asuhan mandiri selama di rumah
 Jadual kunjungan ulang
Mola Hidatidosa
Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana
setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio letapi terjadi proliferasi dari vili
koriales disertai dengan degenerasi hidropik
 Penilaian Klinik
•Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan
pembesaran uterus dan peningkatan kadar HCG
•Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens,
tetapi gejala mual dan muntah lebih hebat, sering disertai gejala
seperti preeklampsia.
•Diagnosis pasti adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui
ekspulsi spontan maupun biopsi pasca perasat Hanifa Wiknjosastro
atau Acosta Sisson (siapkan tindakan darurat apabila terjadi
perdarahan pascabiopsi)
 Masalah
•Perdarahan pada kehamilan muda yang disertai dengan gejala
mirip preeklampsia
•Risiko tinggi untuk terjadi keganasan (koriokarsinoma)
 Penanganan
Penanganan Umum
•Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
•Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu diagnosis.
Pada fasilitas kesehatan di mana sumberdaya sangat
terbatas, dapat dilakukan:
Evaluasi klinik dengan fokus
Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
Pastikan tidak ada janin (ballotement) atau denyut jantung janin
sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau
Acosta Sisson
•Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
•Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau
perforasi uterus)
•Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun pasca
evakuasi
Penanganan Khusus
•Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses
evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml
NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai
tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas
kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat).
•Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih arnan dari Kuretase
Tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan
peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara
bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.
•Kenali dan tangani komplikasi penyerta seperti tiritoksikosis
atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur
evakuasi
•Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari,
untuk anemia berat lakukan transfusi
•Kadar HCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap
sebagai risiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas,
pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX) 3-5
mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal.
•Lakukan pemantauan kadar HCG hingga minimal 1 tahun
pascaevakuasi. Kadar yang menetap atau meninggi setelah 8
minggu pasca evakuasi menunjukkan masih terdapat
trofoblas aktif (di luar uterus atau invasif); berikan
kemoterapi MTX dan pantau (3-HCG serta besar uterus
secara klinis dan USG tiap 2 minggu.
•Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau
tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas
 Perdarahan Kehamilan Lanjut
Prinsip Dasar
Perdarahan antepartum pada umumnya
disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta
(letak rendah dan previa), kelainan insersi tali
pusat atau pembuluh darah pada selaput
amnion (casa previa) dan separasi plasenta
sebelum bayi lahir
Plasenta Previa
Plasenta previa ialah placenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir.
Klasifikasi Plasenta previa
– Plasenta previa totalis
– Plasenta previa parsialis
– Plasenta previa menginalis
– Plasenta letak rendah
Terapi Spesifik
oTerapi ekspektatif
oTerapi aktif (Tindakan segera)
Solusio Plasenta
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus, sebelum janin dilahirkan .
Penanganan
Terapi Spesifik
Atasi syok
•Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan,
berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan 2 L
dalam 2 jam pertama. (lihat cara mengatasi
Syok).
•Berikan transfusi dengan darah segar untuk
memperbaiki faktor pembekuan akibat
koagulopati.
Atasi Anemia
•Darah segar merupakan bahan terpilih untuk
mengatasi anemia karena di samping
mengandung butir-butir darah merah, juga
mengandung unsur pembekuan darah.
•Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik
tetapi pasien masih dalam kondisi anemia
berat, berikan packed cell
Tindakan obstetrik
Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam,
umumnya dapat pervaginam
Seksio sesarea
•Seksio sesarea dilakukan apabila:
ojanin hidup dan pembukaan belum lengkap,
ojanin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam
tidak dapat dilaksanakan dengan segera,
ojanin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan
persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu
yang singkat
•Persiapan untuk seksio sesarea, cukup dilakukan
penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi
dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-
satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan.
•Hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus.
•Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan
(koagulopati).
Partus pervaginam
•Partus pervaginam dilakukan apabila:
ojanin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian
terendah di dasar panggul
ojanin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm
•Padakasus pertama, amniotomi (bila ketuban belum
pecah) kemudian percepat kala II dengan ekstraksi forseps
(atau vakum).
•Untuk kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban
belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin
dalam dekstrose 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan
kondisi kontraksi uterus.
•Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan
membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit
sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4 hari
kemudian).
Perbedaan antara solusio plasenta dan plasenta previa
Solusio Plasenta Plasenta Previa
Perdarahan - Dengan nyeri
- Segera disusul partus
- Keluar hanya sedikit
- Tanpa nyeri
- Berulang
sebelum partus
- Keluar banyak
Palpasi Bagian anak sukar ditentukan Bagian terendah masih
tinggi
Bunyi
jantung anak
Biasanya tidak ada Biasanya jelas
Pemeriksaan
dalam
- Tidak teraba plasenta
- Ketuban menonjol
Teraba jaringan plasenta
Cekungan
plasenta
Ada impresi pada jaringan
Plasenta karena hematom
Tidak ada
Selaput
ketuban
Robek normal Robek marginal
Ruptura Uteri
Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas
dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium.
Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan
panggul, partus macet atau traumatik,
Penilaian Klinik
Ruptura uteri pada uterus normal:
•Partus macet merupakan penyebab utama.
•Didahului oleh lingkaran konstriksi (Bandl's
ring) hingga umbilikus atau di atas-nya
kemudian diikuti dengan nyeri hebat pada
perut bawah, hilangnya kontraksi dan bentuk
normal uterus gravidus, perdarahan
pervaginam dan syok.
Ruptura pada uterus bekas seksio
sesarea
• Pada cara klasik, ruptura terjadi sebelum atau
pada fase laten persalinan
• Pada insisi transversal SBR, umumnya terjadi
saat fase aktif atau kala II
• Gejala nyeri yang khas, sering kali sulit dikenali
terutama apabila terjadi rupture uteri inkomplit.
Perdarahan hanya sedikit bertambah dari normal
dan janin menunjukkan bradikardia
Penanganan
• Berikan segera cairan isotonik (Ringer Laktat atau
garam fisiologis) 500 ml dalam 15-20 menit dan
siapkan laparotomi.
• Lakukan laparotomi untuk melahirkan anak dan
plasenta. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar
harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan.
• Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi
jaringan memungkinkan, lakukan reparasi uterus
(lihat Reparasi ruptura uteri).
• Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi
pasien mengkhawatirkan, lakukan histerektomi
(lihat Histerektomi).
• Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drain dari
kavum abdomen.
•Antibiotika dan serum anti tetanus.
•Bila terdapat tanda-tanda infeksi (demam,
menggigil, darah bercampur cairan ketuban
berbau, hasil apusan atau biakan darah)
segera berikan antibiotika spektrum luas. Bila
terdapat tanda-tanda trauma alat genitalia
atau luka yang kotor, tanyakan saat terakhir
mendapat tetanus toksoid. Bila hasil
anamnesis tidak dapat memastikan
perlindungan terhadap tetanus, berikan
serum anti tetanus 1500 IU/1M dan TT 0.5 ml
1M

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a 18. Bahaya hamil muda; perdarahan.ppt

Perdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.pptPerdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.ppt
elly_nd
 

Semelhante a 18. Bahaya hamil muda; perdarahan.ppt (20)

Makalah abortus bu dina
Makalah abortus bu dinaMakalah abortus bu dina
Makalah abortus bu dina
 
Neuro
NeuroNeuro
Neuro
 
PPT PERDARAN PERVAGINA
PPT PERDARAN PERVAGINAPPT PERDARAN PERVAGINA
PPT PERDARAN PERVAGINA
 
CSS HPP PIA (1).pptx
CSS HPP PIA (1).pptxCSS HPP PIA (1).pptx
CSS HPP PIA (1).pptx
 
ANTE PARTUM BLEEDING.pptx
ANTE PARTUM BLEEDING.pptxANTE PARTUM BLEEDING.pptx
ANTE PARTUM BLEEDING.pptx
 
ANTE PARTUM BLEEDING.pptx
ANTE PARTUM BLEEDING.pptxANTE PARTUM BLEEDING.pptx
ANTE PARTUM BLEEDING.pptx
 
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
 
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNARetensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Retensio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Perdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.pptPerdarahan Postpartum.ppt
Perdarahan Postpartum.ppt
 
Kasus hpp
Kasus hppKasus hpp
Kasus hpp
 
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)
 
HPP.pptx
HPP.pptxHPP.pptx
HPP.pptx
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 
Manajemen Kasus Perdarahan.ppt
Manajemen Kasus Perdarahan.pptManajemen Kasus Perdarahan.ppt
Manajemen Kasus Perdarahan.ppt
 
HEMORARGIA POST PARTUM.pptx
HEMORARGIA  POST  PARTUM.pptxHEMORARGIA  POST  PARTUM.pptx
HEMORARGIA POST PARTUM.pptx
 
Makalah abortus bu dina
Makalah abortus bu dinaMakalah abortus bu dina
Makalah abortus bu dina
 
Makalah abortus bu dina
Makalah abortus bu dinaMakalah abortus bu dina
Makalah abortus bu dina
 
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan Lanjut
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan LanjutPenatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan Lanjut
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan Lanjut
 
Mola hydatidosa
Mola hydatidosaMola hydatidosa
Mola hydatidosa
 

Mais de STIKESSENIORSARJANAK (8)

sharing_experience_dalam_pembelajaran_klinik_materi_agus.pdf
sharing_experience_dalam_pembelajaran_klinik_materi_agus.pdfsharing_experience_dalam_pembelajaran_klinik_materi_agus.pdf
sharing_experience_dalam_pembelajaran_klinik_materi_agus.pdf
 
RPS-KDM-2018.doc
RPS-KDM-2018.docRPS-KDM-2018.doc
RPS-KDM-2018.doc
 
3030-materials.pdf
3030-materials.pdf3030-materials.pdf
3030-materials.pdf
 
ANAK USIA DINI.pdf
ANAK USIA DINI.pdfANAK USIA DINI.pdf
ANAK USIA DINI.pdf
 
PPT tumbuh kembang anak.pptx
PPT tumbuh kembang anak.pptxPPT tumbuh kembang anak.pptx
PPT tumbuh kembang anak.pptx
 
Lesi Pra Kanker (wecompress.com).ppt
Lesi Pra Kanker (wecompress.com).pptLesi Pra Kanker (wecompress.com).ppt
Lesi Pra Kanker (wecompress.com).ppt
 
PowerPoint Presentation.pptx
PowerPoint Presentation.pptxPowerPoint Presentation.pptx
PowerPoint Presentation.pptx
 
3. TINDAKAN PIDANA KORUPSI.pptx
3. TINDAKAN PIDANA KORUPSI.pptx3. TINDAKAN PIDANA KORUPSI.pptx
3. TINDAKAN PIDANA KORUPSI.pptx
 

Último

pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 

Último (20)

Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOASCATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 

18. Bahaya hamil muda; perdarahan.ppt

  • 2.  Perdarahan Pada Kehamilan Muda Abortus Berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
  • 3. o Klasifikasi Abortus • Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis. • Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) o Gambaran Klinis Secara klinis abortus dibedakan menjadi : – Abortus iminens (keguguran mengancam). – Abortus insipiens (keguguran berlangsung). – Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap). – Abortus kompletus (keguguran lengkap) – Abortus tertunda (missed aboution) – Abortus habitualis (keguguran berulang) – Abortus tidak aman (unsafe abortion)
  • 4. Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik ialah kehamilan di mana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri Penanganan •Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat •Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus segera dihentikan. •Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan lamtan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung)
  • 5. •Bila darah pengganti belum tersedia, berikan auto transfusion berikut ini: Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah melalui alat pengisap dan wadah penampung yang steril Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukkan ke dalam kantung darah (blood bag). Transfusikan darah melalui slang transfusi yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan •Tindakan pada tuba dapat berupa: Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi Salpingostorni (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi di mana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Risiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (hamil ektopik ulangan) •Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang disebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien diberi antibiotika kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas (lihat tabel antibiotika kombinasi dan tunggal pada abortus septik)
  • 6. •Untuk kendali nyeri pascatindakan dapat diberikan:  Ketoprofen 100 mg supositoria  Tramadol 200 mg IV  Pethidin 50 mg IV (siapkan antidotum terhadap reaksi hipersensitivitas) •Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari. •Konseling pasca tindakan  Kelanjutan fungsi reproduksi  Risiko hamil ektopik ulangan  Kontrasepsi yang sesuai  Asuhan mandiri selama di rumah  Jadual kunjungan ulang
  • 7. Mola Hidatidosa Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio letapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik
  • 8.  Penilaian Klinik •Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan pembesaran uterus dan peningkatan kadar HCG •Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi gejala mual dan muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti preeklampsia. •Diagnosis pasti adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan maupun biopsi pasca perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson (siapkan tindakan darurat apabila terjadi perdarahan pascabiopsi)  Masalah •Perdarahan pada kehamilan muda yang disertai dengan gejala mirip preeklampsia •Risiko tinggi untuk terjadi keganasan (koriokarsinoma)
  • 9.  Penanganan Penanganan Umum •Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis •Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumberdaya sangat terbatas, dapat dilakukan: Evaluasi klinik dengan fokus Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin Pastikan tidak ada janin (ballotement) atau denyut jantung janin sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
  • 10. •Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera •Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus) •Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun pasca evakuasi
  • 11. Penanganan Khusus •Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat). •Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih arnan dari Kuretase Tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. •Kenali dan tangani komplikasi penyerta seperti tiritoksikosis atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi •Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi
  • 12. •Kadar HCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai risiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan methotrexate (MTX) 3-5 mg/kgBB atau 25 mg IM dosis tunggal. •Lakukan pemantauan kadar HCG hingga minimal 1 tahun pascaevakuasi. Kadar yang menetap atau meninggi setelah 8 minggu pasca evakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblas aktif (di luar uterus atau invasif); berikan kemoterapi MTX dan pantau (3-HCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. •Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas
  • 13.  Perdarahan Kehamilan Lanjut Prinsip Dasar Perdarahan antepartum pada umumnya disebabkan oleh kelainan implantasi plasenta (letak rendah dan previa), kelainan insersi tali pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion (casa previa) dan separasi plasenta sebelum bayi lahir Plasenta Previa Plasenta previa ialah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
  • 14. Klasifikasi Plasenta previa – Plasenta previa totalis – Plasenta previa parsialis – Plasenta previa menginalis – Plasenta letak rendah Terapi Spesifik oTerapi ekspektatif oTerapi aktif (Tindakan segera)
  • 15. Solusio Plasenta Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan . Penanganan Terapi Spesifik Atasi syok •Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama. (lihat cara mengatasi Syok). •Berikan transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati.
  • 16. Atasi Anemia •Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena di samping mengandung butir-butir darah merah, juga mengandung unsur pembekuan darah. •Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih dalam kondisi anemia berat, berikan packed cell Tindakan obstetrik Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat pervaginam
  • 17. Seksio sesarea •Seksio sesarea dilakukan apabila: ojanin hidup dan pembukaan belum lengkap, ojanin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera, ojanin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat •Persiapan untuk seksio sesarea, cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu- satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan. •Hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus. •Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati).
  • 18. Partus pervaginam •Partus pervaginam dilakukan apabila: ojanin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah di dasar panggul ojanin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm •Padakasus pertama, amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala II dengan ekstraksi forseps (atau vakum). •Untuk kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam dekstrose 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus. •Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4 hari kemudian).
  • 19. Perbedaan antara solusio plasenta dan plasenta previa Solusio Plasenta Plasenta Previa Perdarahan - Dengan nyeri - Segera disusul partus - Keluar hanya sedikit - Tanpa nyeri - Berulang sebelum partus - Keluar banyak Palpasi Bagian anak sukar ditentukan Bagian terendah masih tinggi Bunyi jantung anak Biasanya tidak ada Biasanya jelas Pemeriksaan dalam - Tidak teraba plasenta - Ketuban menonjol Teraba jaringan plasenta Cekungan plasenta Ada impresi pada jaringan Plasenta karena hematom Tidak ada Selaput ketuban Robek normal Robek marginal
  • 20. Ruptura Uteri Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik, Penilaian Klinik Ruptura uteri pada uterus normal: •Partus macet merupakan penyebab utama. •Didahului oleh lingkaran konstriksi (Bandl's ring) hingga umbilikus atau di atas-nya kemudian diikuti dengan nyeri hebat pada perut bawah, hilangnya kontraksi dan bentuk normal uterus gravidus, perdarahan pervaginam dan syok.
  • 21. Ruptura pada uterus bekas seksio sesarea • Pada cara klasik, ruptura terjadi sebelum atau pada fase laten persalinan • Pada insisi transversal SBR, umumnya terjadi saat fase aktif atau kala II • Gejala nyeri yang khas, sering kali sulit dikenali terutama apabila terjadi rupture uteri inkomplit. Perdarahan hanya sedikit bertambah dari normal dan janin menunjukkan bradikardia
  • 22. Penanganan • Berikan segera cairan isotonik (Ringer Laktat atau garam fisiologis) 500 ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparotomi. • Lakukan laparotomi untuk melahirkan anak dan plasenta. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit rujukan. • Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan reparasi uterus (lihat Reparasi ruptura uteri). • Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan, lakukan histerektomi (lihat Histerektomi). • Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drain dari kavum abdomen.
  • 23. •Antibiotika dan serum anti tetanus. •Bila terdapat tanda-tanda infeksi (demam, menggigil, darah bercampur cairan ketuban berbau, hasil apusan atau biakan darah) segera berikan antibiotika spektrum luas. Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genitalia atau luka yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan perlindungan terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/1M dan TT 0.5 ml 1M