28/12/13
[116] Nasib Dua Golongan yang Berbeda
Oleh: Rokhmat S Labib, M.E.I.
Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perb uatan-perb uatan
mereka.Dan orang-orang yang b eriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang shalih serta b eriman (pula)
kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan
kesalahan-kesalahan mereka dan memperb aiki keadaan mereka (TQS Muhammad [47]: 1-2).
Dua ayat ini merupakan ayat pertama dalam QS Muhammad. Surat tersebut dinamakan surat Muhammad, diambil dari
salah satu lafadz dalam ayat kedua. Dikatakan al-Qurthubi, al-Syaukani, dan al-Alusi, ayat ini juga disebut dengan surat alQitâl (Perang). Menurut sebagian besar ulama, surat ini tergolong sebagai Madaniyyah tanpa terkecuali.
Dalam ayat pertama dan kedua ini, Allah SWT menerangkan tentang dua keadaan dua golongan manusia yang bertolak
belakang: kaum kafir dan kaum Mukmin.
Kaum Kafir: Dihapuskan Amalnya
Allah SWT berfirman: al-Ladzîna kafarû wa shaddû ‘an sab îlil-Lâh (orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi
[manusia] dari jalan Allah). Ayat ini memberitakan tentang orang yang memiliki dua sifat. Pertama, al-ladzîna
kafarû. Diterangkan Ibnu Katsir, mereka adalah orang-orang mengingkari ayat-ayat Allah.
Dalam ayat ini tidak disebutkan obyek yang diingkari. Itu menunjukkan kemutlakannya. Artinya, mengingkari perkara yang
wajib untuk diimani, baik sebagian maupun keseluruhan. Selain mengingkari Allah SWT dan ayat-ayat-Nya, maka
mengingkari malaikat, kitab-kitab-Nya, para nabi dan rasul, hari Kiamat, dan perkara keimanan lainnya termasuk dalam
cakupan orang-orang yang ingkar.
Kedua, shaddû ‘an sab îlil-Lâh (dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah). Kata al-shadd bisa bermakna inhirâf
‘an al-syay` wa [i]mtinâ’[an] (berpaling dari sesuatu dan menolak tegas). Bisa juga berartisharf[an[ wa
man’[an] (mengalihkan dan menghalangi). Demikian menurut al-Asfahani. Sedangkan sab îlil-Lâh,menurut al-Syaukani, alThabari, dan para mufassir lainnya adalah din Islam. Dengan demikian, sebagaimana dikatakan al-Thabari, di samping
mereka mengingkari tauhid dan menyembah selain-Nya, mereka juga menghalangi orang yang ingin beribadah kepadaNya, membenarkan tauhid, membenarkan Nabi Muhammad SAW dari orang-orang yang menginginkan Islam dan
membenarkannya.
Mereka yang menggabungkan dua sifat tersebut diancam dengan firman-Nya: Adhalla a’mâlahum (Allah menghapus
perbuatan-perbuatan mereka). Menurut al-Asfahani, kata al-dhalâl berarti al-‘udûl ‘an al-tharîq al-mustaqîm (menyimpang
dari jalan yang lurus). Dikatakan al-Thabari, Allah menjadikan amal mereka tersesat tanpa petunjuk dan bimbingan karena
amal mereka di jalan setan dan tidak berada dalam jalan yang lurus.
Sebagian lainnya memaknai al-idlâl di sini sebagai al-ib thâl (membatalkan, menggagalkan). Diterangkan Ibnu Katsir,
pengertian frasa ayat ini adalah: Dia membatalkan dan melenyapkan amal mereka, dan tidak memberikan balasan dan
pahala kepada mereka atas amalan itu. Ini sebagaimana firman Alah SWT: Dan Kami hadapi segala amal yang mereka
kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (b agaikan) deb u yang b erterb angan (TQS al-Furqan [25]: 23).
Menurut al-Dhahhak, sebagaimana dikutip al-Syaukani, adhalla a’mâlahum, berarti membatalkan atau menggagalkan tipu
daya dan makar mereka terhadap Nabi SAW dan menjadikannya bencana atas mereka karena kekufuran mereka.
Beriman dan Beramal Shalih: Dihapuskan Kesalahannya
Kemudian Allah SWT berfirman: wa al-ladzîna âmanû wa ‘amilû al-shâlihât (dan orang-orang yang beriman [kepada Allah]
dan mengerjakan amal-amal yang shalih). Mereka adalah orang-orang yang mengimani semua perkara yang diwajibkan
untuk diimani. Keimanan itu pun diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan, yakni dengan mengerjakan amal shalih.
Dijelaskan al-Qurthubi, al-shâlihât adalah seluruh amal yang diridhai Allah SWT. Ibnu Jarir menerangkannya, “Mereka
mengerjakan ketaatan kepada-Nya, dan mengikuti perintah dan laramngan-Nya. Dengan kata lain, mereka menjalankan
syariah yang diturunkan-Nya secara keseluruhan.
Allah SWT berfirman: wa âmanû b imâ nuzzila ‘alâ Muhammad[in] (serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan
kepada Muhammad). Frasa ini merupakan ‘athf khâshsh ‘alâ ‘âmm (menambahkan yang khusus atas yang umum).
Menurut al-Syaukani, penyebutan secara khusus tersebut menunjukkan mulia dan tingginya kedudukan risalah untuk Nabi
SAW. Ditegaskan Ibnu Katsir, ini menjadi dalil bahwa perkara tersebut (yakni mengimani apa yang diturunkan kepada
Rasulullah SAW) merupakan syarat absahnya iman setelah diutusnya beliau.
Kemudian Allah SWT berfirman: wa huwa al-haqq min Rab b ihim (dan itulah yang hak dari Tuhan mereka). Ini
merupakan jumlah i’tirâdhiyyah (kalimat sisipan). Menurut al-Syaukani, pengertian al-haqq di sini adalah menasakh
mediaumat.com/telaah-wahyu/5116-116-nasib-dua-golongan-yang-berbeda.html
1/2
28/12/13
[116] Nasib Dua Golongan yang Berbeda
(membatalkan berlakunya) risalah sebelumnya.
Balasan terhadap mereka disebutkan dalam firman Allah SWT selanjutnya: kuffar ‘anhum say`âtihim (Allah menghapuskan
kesalahan-kesalahan mereka). Diterangkan al-Asfahani, pengertian al-kufr secara bahasa adalah satr al-syay` (menutupi
sesuatu). Sehingga ayat ini, bermakna satruhâ b i al-îmân wa al-‘amal al-shâlih(menutupinya dengan keimanan dan amal
shalih). Artinya, melenyapkan kesalahan-kesalahan itu dan tidak menghukumnya.
Allah SWT berfirman: wa aslaha b âlahum (dan memperbaiki keadaan mereka). Kata al-b âl berarti al-hâl(keadaan).
Dikatakan al-Alusi, keadaan mereka diperbaiki di dunia dengan al-tawfîq wa al-ta`yîd (keberhasilan dan pengokohan).
Dijelaskan al-Thabari, Dia memperbaiki urusan dan keadaan mereka di dunia di hadapan para kekasih-Nya, dan di akhirat
Allah berikan mereka kenikmatan abadi dan selama-lamanya di surga-Nya .
Itulah balasan yang akan didapatkan oleh dua golongan manusia yang berbeda tersebut. Mereka menempuh jalan yang
kontradiksi, maka hasilnya pun bertolak belakang. Sesungguhnya nasib mereka ditentukan oleh piihan dan usaha mereka
sendiri. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam ayat berikutnya: Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang
kafir mengikuti yang b atil dan sesungguhnya orang-orang yang b eriman mengikuti yang hak dari Tuhan mereka.
Demikianlah Allah memb uat untuk manusia perb andingan-perb andingan b agi mereka (QS Muhammad [47]: 3).
Semua sudah jelas. Tinggal kita memilih jalan mana yang kita tempuh. Jalan yang menjerumuskan kepada kesengsaraan
atau jalan yang mengantarkan kepada kebahagiaan. Semoga kita tidak salah jalan. Wal-Lâh a’lam b i al-shawâb .
Ikhtisar:
Orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dihapuskan amal mereka
Orang-orang yang beriman dan beramal shalih ditutupi kesalahan dan diperbaiki keadaan mereka.
mediaumat.com/telaah-wahyu/5116-116-nasib-dua-golongan-yang-berbeda.html
2/2