2. EPIDEMIK/KLB/WABAH ENDEMIK PANDEMIK
Meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah
(Permenkes No 1501 tahun 2010)
(Macintyre CR, 2020)
Penyakit-yang-umum yang
terjadi pada laju yang konstan
namun cukup tinggi pada suatu
populasi
(Franco, 2019)
Penyebaran penyakit yang telah
melalui batasan negara
https://coronavirus.jhu.edu/map.html
3. Definisi KLB
• Kejadian Luar Biasa didefinisikan sebagai timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
• KLB=wabah=epidemik
• Ruang lingkup KLB lebih sempit dibandingkan dengan
wabah. Jika peningkatan kasus terjadi secara lokal
(misal hanya dalam satu wilayah tertentu saja) maka
istilah yang dapat digunakan adalah KLB (MacDonald,
2012). Penetapan KLB dapat dilakukan oleh kepala
daerah (Bupati atau Walikota).
4. Definisi Wabah
• Istilah wabah menurut Undang-Undang
no 4 tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka.
• Kondisi wabah ini hanya dapat
ditetapkan dan dicabut oleh Menteri.
5. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3273);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor
49,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3447);
4. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 193);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah
dan Upaya Penanggulangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 503);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2013
tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 172);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
6. Kriteria KLB
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.
7. Kriteria KLB
1. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
2. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
3. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
8. Definisi Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilakukan secara terpadu
oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Meliputi:
penyelidikan epidemiologi; penatalaksanaan penderita (yang
mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi
penderita, termasuk tindakan karantina); pencegahan dan pengebalan;
pemusnahan penyebab penyakit; penanganan jenazah akibat
KLB/wabah; penyuluhan kepada masyarakat; dan upaya
penanggulangan lainnya, mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010.
Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen
penanggulangan KLB yang bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat.
9. Faktor yang memengaruhi KLB
• Pada KLB penyakit menular hal yang paling
berpengaruh terhadap KLB adalah keseimbangan
antara kelompok masyarakat yang rentan, yang
mudah untuk terkena penyakit, dengan kelompok
masyarakat yang imun, tidak berisiko untuk
terkena penyakit (Gordis, 2013).
• Pada masyarakat yang memiliki imunitas (herd
immunity) maka KLB tidak akan terjadi.
• Sayangnya tidak semua KLB penyakit dapat
dicegah dengan herd immunity. Hanya penyakit
yang memiliki agen tunggal (single host species)
untuk dapat menularkannya pada individu
lainnya. Selain itu penyakit tersebut juga harus
merupakan penyakit yang ditularkan secara
langsung (Gordis, 2013).
10. Penyakit yang berpotensi KLB
Zoononis Arbovirus Diare dan ISP PD3I
Saluran
Pernafasan
anthrax Diare
Hep A
Hep E
HFMD
Rabies
Flu Burung
Leptospirosis
Pes
Suspek Kolera ??
Influenza A
MERSCov
Ebola
??
Campak
Difteri
Pertusis
Poliomyelitis
Tetanus
DBD
Chikungunya
Yellow Fever
JE
Malaria
Filariasis Meningitis
11. Investigasi Wabah
• Kegiatan dimana penelitian dan intervensi kesmas dilakukan dalam
waktu yang bersamaan
• Berdampak besar, tidak hanya pada individu tetapi juga pada
terhadap pemahaman penyakit yang diamati. Karena terkadang
kegiatan ini menginvestigasi penyakit2 yang baru muncul ataupun
penyakit re-emerging. Sehingga seringkali informasi atau
pengetahuan tentang penyakit yang diamati terbatas.
12. Investigasi Wabah
Invest. wabah
Mana yang
menjadi
prioritas?
Kontrol
penyebarannya?
Investigasi kejadian
wabah Tergantung pada pengetahuan
mengenai sumber/cara
penyebaran dan agen
penyebab
Sumber/cara penularan
Diketahui Tidak diketahui
Agen
penyebab
Diketahui
Investigasi +
Kontrol + + +
Investigasi + + +
Kontrol +
Tidak
diketahui
Investigasi + + +
Kontrol + + +
Investigasi + + +
Kontrol +
13. Pendahuluan
• Untuk melaksanakan investigasi wabah ada
langkah-langkah yang harus dilakukan
• Langkah-Langkah ini TIDAK IDENTIK untuk
semua jenis investigasi wabah. Ada Langkah-
Langkah yang dapat dikombinasikan dengan
Langkah lainnya.
14. Langkah-langkah Investigasi Wabah
1. Persiapan lapangan
a. Persiapan Investigasi
Harus memiliki pengetahuan yang cukup terkait dengan
karakteristik penyakit yang mewabah 🡪 mempersiapkan dengan
baik persediaan dan peralatan untuk melakukan investigasi
b. Administrasi
Memahami prosedur administrasi, spt perijinan dari instansi terkait
c. Konsultasi
Berkonsultasi dengan pihak lokal ttg pelaksanaan investigasi
dan/atau melibatkan pihak lokal dalam melaksanakan investigasi
15. Langkah 2. Memastikan terjadinya wabah
Untuk mengidentifikasi terjadinya wabah melalui:
1. data surveillans
2. informasi langsung dari petugas kesehatan
16. Hati hati dengan pseudeoepidemik/epidemik palsu
Peningkatan kasus yang tidak mengidentifikasikan terjadinya
epidemik, karena:
- Adanya perubahan cara pelaporan
- Perubahan definisi kasus
- Meningkatnya perhatian dari masy/petugas kesh
- Peningkatan prosedur diagnosis
Langkah 2. Memastikan terjadinya wabah
17. Langkah 3. Memastikan diagnosis
• Tujuan:
⚫Memastikan bahwa penyakit sudah terdiagnosis dengan tepat
⚫Mencegah kesalahan pemeriksaan laboratorium
• Clinical findings 🡪 dibuat ke dalam distribusi frekuensi
• Distribusi frekuensi dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik spektrum
penyakit, memverifikasi diagnosis dan membuat definisi kasus
18. Langkah 4a:Membuat definisi kasus
• Definisi kasus: serangkaian kriteria yang digunakan untuk menentukan
apakah individu dapat diklasifikasikan ke dalam kondisi yang menjadi
perhatian/sedang diamati.
• Terdiri dari kriteria klinis yang dibatasi oleh orang, tempat dan waktu
• Definisi kasus dapat diklasifikasikan menjadi:
• Confirmed: jika sudah dikonfirmasi oleh hasil lab
• Probable: memiliki kriteria2 klinik, tetapi belum dikonfirmasi oleh hasil lab
• Possible: memiliki beberapa kriteria klinik
19. Langkah 4b.
Mengidentifikasi
dan menghitung
kasus
Informasi yang harus ada:
1. identitas kasus: nama, alamat,
telp
2. informasi demografik: umur,
gender, ras dan pekerjaan 🡪 utk
melihat karakteristik population at
risk
3. informasi2 klinis🡪 untuk
memverifikasi definisi kasus.
4. informasi mengenai faktor risiko
5. identitas pelapor
20. Langkah 5.Epidemiologi Deskriptif
Untuk mengetahui karakteristik outbreak berdasarkan orang, tempat
dan waktu
A. Berdasarkan Waktu
Dengan menggambarkan histogram jumlah kasus berdasarkan tanggal
pertama
kali timbulnya gejala 🡪 kurva epidemik
21. Langkah 5.
Epidemiologi Deskriptif
Jenis-jenis epidemik
a. Point source/common source
epidemics
Pemapar yang sama memapar pada
individu2 sehingga terlihat jelas
adanya peningkatan insiden kasus
cth. Kasus keracunan makanan
b. Propagative epidemics
Penularan dari orang ke orang
Point source epidemic
Propagated epidemic
22. Langkah 5.
Epidemiologi Deskriptif
B. Berdasarkan Tempat
Penilaian outbreak berdasarkan
karakteristik tempat tidak hanya
untuk melihat penyebaran penyakit
pada suatu lokasi geografis, tetapi
juga dapat digunakan untuk melihat
pola penyebaran atau
pengelompokkan penyakit, yang
sangat penting dalam menentukan
etiologi/penyebab penyakit
23. Langkah 5.
Epidemiologi
Deskriptif
C. Berdasarkan Orang
Untuk mengetahui populasi berisiko.
Populasi biasanya didefinisikan
berdasarkan:
a. Host : umur, ras, gender, medical
record
b. Exposure : pekerjaan, aktifitas,
penggunaan obat-obatan, perilaku
merokok)
24. Langkah 6:
Membuat Hipotesis
• Hipotesis a/ pernyataan yg masih lemah tingkat kebenarannya shg msh perlu
dibuktikan dan diujicoba
• Secara konsep, hipotesis dilakukan setelah karakteristik wabah diketahui.
Namun pda kenyataannya hipotesis dibuat saat pertama kali adanya laporan
terjadinya wabah/outbreak.
• Hipotesis harus mencakup sumber agent, cara penularan dan penyebab
penyakit serta harus dapat diuji.
25. Langkah 7:
Evaluasi hipotesis
• Mengevaluasi hipotesis dapat dilakukan dengan cara:
• Membandingkan hipotesis dengan fakta-fakta yang telah diketahui 🡪 bila
bukti-bukti/temuan klinis, laboratorium, epidemiologis telah diketahui
dengan pasti
• Epidemiologi analitik 🡪 dengan studi kohort atau case control.
26. Langkah 7:
Evaluasi hipotesis
Studi Kohort
• Dilakukan jika kasusnya sedikit dan
populasinya jelas. Misal: pada
wabah keracunan makanan pada
orang-orang yang menghadiri acara
pernikahan
• Asosiasi antara penyebab dan
outcome : Relative Risk (RR)
• Dapat dihitung Attack Rate (AR)
27. Langkah 7. Evaluasi hipotesis
Studi Case Control
• Dilakukan jika populasi studi tidak dapat didefinisikan
dengan jelas.
• Asosiasi penyebab dan outcome: Odds Ratio (OR)
• Attack Rate tidak dapat dihitung karena jumlah
populasi orang yang terpapar (+) dan (-) tidak
diketahui dengan pasti
• Studi ini lebih sering digunakan daripada studi kohort
• Cara memilih kontrol:
1. tidak memiliki gejala/penyakit seperti kasus
2. berasal dari populasi yang sama dengan kasus
Legionellosis Total
Kasus Kontrol
Berbelanja
di toko A
Ya 25 28
Tidak 2 26
Total
28. Langkah 8. Memperbaiki hipotesis dan studi
tambahan
• Jika analitik studi tidak mampu melihat hubungan antara kausa dan
outcome 🡪 hipotesis tidak terjawab 🡪 perlu memperbaiki hipotesis
• Caranya: bertemu langsung dengan kasus, mengunjungi rumahnya,
melihat kondisi kasus untuk melihat kemungkinan adanya hubungan
lain (yang tidak tercakup dalam hipotesis sebelumnya) ataupun cara
penularan lain.
• Pemeriksaan laboratorium dan studi lingkungan
29. Langkah 9. Mengimplementasikan kontrol dan pencegahan
• Kontrol dan pencegahan dilakukan jika sumber outbreak sudah
diketahui
• Kontrol dilakukan pada cara penularan yang paling lemah
• Kontrol pada agent, sumber dan reservoir