4. PENGERTIAN NEGARA
Negara merupakan organisasi tertinggi dari bangunan
Hukum disatu sisi dan bagunan masyarakat disisi lain.
(Goerge Jellinek)
Suatu masy yg diintegrasikan krn mempunyai wewenang
yg bersifat memaksa & yg secara sah lebih agung dari
individu atau kelompok yg merupakan bagian dari masy
itu.
(Harold J. Laski)
Alat (Agency) atau wewenang (Authority) yg mengatur
atau mengendalikan persoalan2 bersama atas nama
masy.
(Roger H Soltau)
5. COUNT’
Suatu masy yg mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dlm suatu wilayah. (Max
Weber)
Asosiasi yg menyelenggarakan penertiban dlm suatu
masy di suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yg
diselenggarakan o/ pemerintah yg unt maksud tertentu
diberi kekuasaan memaksa (Robert M. Mac Iver)
Organisasi masy yg bertujuan mengatur dan memelihara
masy tertentu dgn kekuasaan (Notohamidojo)
Organisasi masy yg mempunyai daerah tertentu &
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai
kedaulatan (Prof.Mr.Soenarko)
Suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yg
berada di bawah suatu pemerintahan yg sama (Prof.R.
Djokosoetono,SH)
6. COUNT’
Suatu organisasi kekuasaan atau organisasi kwibawaan
yg hrs memenuhi persyaratan unsur2 tertentu yaitu
pemerintahan yg berdaulat, wlayah tertentu dan rakyat
yg hidup dgn teratur sehingga merupakan suatu bangsa
(G. Pringgodigdo)
Suatu masy manusia yg berteritorial yg diorganisasikan
(Dr. WLG. Lemaire)
Suatu organisasi kemasy yg dgn kekuasaannya
bertujuan mengatur serta menyelenggarakan suatu
masy. (Prof. Dr.JHA. Legemann)
Suatu daerah teritorial yg rakyatnya diperintah o/
sejumlah pejabat yg berhasil menuntut dari warga
negaranya ketaatan per uu an melalui penguasaan
monopolistis dari kekuasaan yg sah (Prof. Miriam
Budiardjo)
7. SEJARAH NEGARA
Faktual
Teoritis
Faktual
a. Suatu wilayah atau daerah belum ada yg menguasai,
kemudian diduduki o/suatu bangsa maka daerah itu
berubah menjadi Negara
b. Suatu wilayah atau daerah yg semula termasuk
wilayah negara tertentu, melepakan diri
c. Peleburan dari beberapa negara menjadi negara baru
Suatu negara pecah menjadi negara baru
8. COUNT’
Teoritis
a. Teori Ketuhanan (segala sesuatu yg terjadi di
jagad raya ini karena kehendak tuhan)
b. Teori Hukum Alam (zoon politicon)
c. Teori Kekuasaan (negara terbentuk karena
kekuatan atau kekuasaan)
d. Teori Perjanjian Masyarakat (du contract social
atau pemufakatan bersama dalam rangka
saling memelihara keselamatan hidup dan
kepemilikan)
e. Teori Organism (negara tumbuh sebagai hasil
evolusi)
10. KONSEP NEGARA
1. Negara sbg Organisasi Kebaikan Bersama (PublicGood)
A. Socrates (469- 399 SM) negara adalah bahwa negara
bukanlah organisasi yang dapat dibuat oleh manusia
untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi merupakan jalan
susunan objektif berdasarkan pada hakikat manusia.
B. Plato (429 – 347 SM) adalah merupakan lembaga atau
organisasi yang mementingkan kebajikan (pengetahuan)
umum atau kebaikan bersama.
C. Aristoteles (384 – 322 SM) Negara merupalan
organisasi politik yang bertujuan menggapai kebahagiaan
bersama, berbentuk kebahagiaan dengan jumlah yang
besar dengan itu kebahagiaan individu akan tercapai
dengan tersendirinya
11. LANJUTAN…
2. Negara sbg Organisasi Teokrasi (langsung
& tdk langsung)
A. Santo Agustinus (354 – 430) Negara
Tuhan dan Negara Iblis atau Negara
keduniawian.
B. Al Ghazali (1058 -1111) manusia adalah
mahluk sosial // menganalogikan agama
dan raja sebagai dua anak kembar//
12. LANJUTAN…
3. Negara sbg Organisasi Kekuasaan
A. Niccolo Machiavelli (1469 – 1527)
1. kekuasaan dan Negara hendaknya dipisahkan dari
moralitas dan Tuhan
2. kekuasaan sebagai tujuan, bukan instrunen untuk
mempertahankan nilai-nilai moralitas dan agama
3. penguasan yang baik harus mengejar kejayaan dan
kekayaan karena keduanya merupakan nasib mujur yang
dimiliki oleh penguasa
4. Negara merupakan simbolis kekuasaan politik tertinggi yang
bersipat mencakup bersama.
13. LANJUTAN…
B. Thomas Hobbes (1588 -1645) Buku berjudul
Leviathan berbunyi Homo Homini Lupus
(manusia sebagai serigala terhadap manusia
lainnya) dan Belum Omnium Contra Omnes
(perang semua lawan semua) dua
macam status manusia; status naturalis
(kedudukan manusia waktu masih belum ada
negara); status Civilis ( kedudukan manusia
setelah ada negara sebagai warga negara).
14. COUNT’
4. Negara sbg Organisasi Hukum
A. Thomas Van Aquinas (1226 - 1274) Kekuasaan dan
Negara tidak terlepas dari huKum kodrat atau hukum
alam. Bertitik tolak dari hukum kodrat tersebut, Thomas
berpendapat bahwa eksitensi Negara bersumber dari sifat
alamiah manusia (bersifat sosial dan politis)
B. John Locke (1632 – 1704) John Locke percaya bahwa
akal senantiasa membuat manusia berperilaku rasional dan
tidak merugikan orang lain. Ini karena akal budi merupakan
hukum yang memiliki sifai-sifat sebagai “suara Tuhan”.
C. Montesquieu (1688 – 1704) Karya - menjadi penyebab
kehancuran bangsa & semangat hukum
15. LANJUTAN…
5. Negara sbg Organisasi Kedaulatan Rakyat
/ Perjanjian
A. JJ. Rousseau (1712 – 1778) Negara
adalah sebuah produk perjanjian sosial.
Individu-individu dalam masyarakat sepakat
untuk menyerahkan sebnagian hak,
kebebasan, dan kekuasaan yang
dimilikinya kepada suatu kekuasaan
bersama.
16. LANJUTAN…
B. Al MAwardi (975 – 1059) Manusia menurut mawardi adalah
mahluk lemah dan paling banyak kebutuhannya. Untuk itu
manusia memerlukan kerja sama
Menurut mawardi, dari segi politik, Negara itu memerlukan
enam sandi utama, yaitu :
1. Agama yang dihayati,
2. Penguasa yang berwibawa,
3. Keadilan yang menyeluruh,
4. Keamanan yang merata,
5. Kesuburan tanah yang berkesinambungan,
6. Harapan keberlangsungan hidup.
17. TUJUAN NEGARA
1. Teori Kekuasaan Negara - Dianut oleh Shang Yang (523 - 428SM)
“A weak people means a strong state and a strong state means a weak
people. Therefore a country which has the right way, is concerned with
weaking people” dianut juga o/ Atilla, Jengis Khan, dan Timur Leak
2. Teori Pemeliharaan Agama dan Kesra -Dianut oleh Al Mawardi (975 – 1059)
Tujuan Negara :
a. Mempertahankan & Memelihara Agama
b. Memelihara hak2 rakyat dan hukum Tuhan
c. Melaksanakan kepastian hukum
d. Mlndngi wlyah Islam & mmlihra khrmatan rkyt agar mrk bebas, aman jiwa
raga
e. Jihat thd org2 yg menentang Islam
f. Membentuk kekuatan unt menghadapi musuh
g. Memungut pajak & sedekah menurut ketentuan Islam
h. Mengatur penggunaan harta Baitul Mal secara efektif
i. Meminta nasihat & pandangan dari org2 terpercaya
j. Pemerintah & Kepala Negara hrs lngsng menangani dan meneliti keadaan
yg sebenarnya dlm memelihara agama & rakyat
18. COUNT’
Teori Pemeliharaan Agama dan Kesra -
Dianut oleh Al Ghazali (1058 – 1111)
Tujuan Negara :
a. Melaksanakan syariat Islam
b. Mewujudkan kemaslahatan rakyat
c. Menjamin ketertiban urusan dunia dan urusan agama
Dianut oleh Ibnu Taimiyah (1262 – 1328)
Tujuan Negara :
a. Melaksanakan syariat Islam
b. Mewujudkan kesejahteraan rakyat lahir & batin
c. Menegakkan keadilan & amanah dlm pergaulan
masyarakat
19. COUNT’
3. Teori Kebebasan & Kehormatan Negara
- Dianut oleh Niccolo Machiavelli (1469 - 1527)
Dalam buku Il Principle, Machavelli menyarankan seorang
Raja dlm menjalankan pemerintahannya, unt
mengabaikan kesusilaan & Agama. Bila perlu, Raja hrs
licik & tdk perlu menepati janji & sebaliknya Raja hrs
ditakuti o/ rakyatnya
4. Teori Perdamaian Dunia
- Dianut oleh Dante Alleghiere (1265 – 1321)
Dalam bukunya Die Monarchia menyebutkan tujuan
negara sesungguhnya adalah menciptakan perdamaian
dunia dgn jalan menciptakan UU yg seragam bagi seluruh
umat manusia
5. Teori Penjaminan Hak & Kebebasan
- Dianut oleh Immanuel Kant (1724 – 1804)
Tujuan Negara adalah menegakkan hak2 & kebebasan
warganya, bahwa rakyat & pemerintah adalah sama2
20. BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN
Bentuk Negara
Negara Kesatuan
2. Negara Federal atau Serikat
3. Gabungan Negara / Konfederasi
Bentuk Pemerintahan
1. Dari Segi Jumlah Orang yg Memerintah
a. Monarki
- Monarki Absolut
- Monarki Modern/Konstitusi
b. Oligarki
c. Demokrasi
- Demokrasi Langsung
- Demokrasi Perwakilan
2. Dari Segi Penunjukan KepalaNegara
a. Monarki
b. Republik
21. COUNT’
Sistem Pemerintahan
1. Presidensial
2. Parlementer
Bentuk Ideologi Negara
1. Liberalisme
2. Konservatisme
3. Sosialisme
4. Komunisme
5. Fasisme
6. Fundamentalisme
7. Kapitalisme
22. IDEOLOGI NEGARA
Suatu sistem kepercayaan yg memuat nilai2 & ide2
ygg diorganisir secara rapi sbg basis filsafat, sains,
prog.sosial ekonomi politik yg menjadi pandangan
hidup, aturan berfikir, merasa & bertindak individu
atau kelompok (Microsoft Encarte Encyclopedia
2003)
Doktrin yg membimbing tindakan politik, idealitas2
yg mesti diyakini sbg iman politik, tujuan yg wajib
dicapai, alasan yg wajib diperjuangkan dan visi
tentang masy terbaik atau ideal yg hrs diwujudkan
(Ian Adams)
23. COUNT’
1. Liberalisme
Paham ini menempatkan kepentingan dan kebebasan individu
sebagai inti pemikiran & tujuan hidup manusia
2. Konservatisme
Memelihara kondisi yg ada, mempertahankan kestabilan, baik
dinamis maupun statis
3. Sosialisme
Paham yg menjadikan kepentingan bersama atau kebersamaan
sbg inti pemikiran & fokus pergerakannya
4. Komunisme
Hampir sama dgn Sosialisme
5. Fasisme = Totaliter
6. Fundamentalis
7. Kapitalisme
24. HUKUM
Sesuatu yg bersangkutan dgn manusia dlm keadaan
hbgnnya dgn manusia lainnya (Sudirman Kartohadiprojo)
Sistem peraturan2 yg teratur & tersusun baik yg mengikat
masy (Plato)
Kumpulan peraturan yg tdk hanya mengikat masy tetapi
juga Hakim (Aristoteles)
Peraturan yg diadakan unt memberi bimbingan kpd
makhluk yg berakal o/ makhluk yg berakal yg berkuasa
atasnya (Austin)
Refleksi Kehidupan & Penghidupan masyarakat dlm
mencapai cita-citanya (Tambunan)
Hukum yg berlaku disuatu masy mengatur tata tertib masy
itu didasarkan atas kekuasaan yang ada pd masy
(Bellfroid)
25. COUNT’
Aturan tingkah laku para anggota masy, aturan yg daya
penggunaannya pd saat tertentu diindahkan o/ suatu
masy sbg jaminan dari kepentingan bersama thd org yg
melanggar peraturan itu (Leon Duguit)
Semua aturan yg mengandung pertimbangan kesusilaan
ditujukan kpd tingkah laku manusia dlm masy & yg
menjadi pedoman penguasa negara dlm melakukan
tugasnya (Mr. E. M. Meyers)
Keseluruhan syarat2 yg dgn ini kehendak bebas dari org
yg satu dpt menyesuaikan dgn kehendak bebas dari org
yg lain memenuhi peraturan hukum ttg kemerdekaan
(Immanuel Kant)
Serumpun peraturan2 yg bersifat memaksa yg diadakan
unt mengatur melindungi kepentingan org dlm masy
(Van Kant)
26. COUNT’
Kmpln prturan2 yg terdiri dari nrma & sanksi (SM. Amin, SH)
Himpunan petnjk hdp (printah & lrngn) yg mengatur
tatatertib dlm suatu masy & shrsnya ditaati o/ slruh anggota
masy yg brsngktn o/ krn itu plnggarn petunjuk hdp tsb dpt
mnimbulkn tindakan o/ pmrintah atau penguasa (E. Utrecht)
Suatu gejala sosial (Van Apeldoorn)
Semua aturan/norma yg hrs dituruti dlm tngkh laku tndkn2
dlm pergaulan hdp dgn ancaman msti mngganti kerugian
jika mlnggr aturan2 itu (MH.Tirtaamidjaja, SH)
Hmpnan prturan2 hdp yg brsifat memaksa, berisikan suatu
perintah, larangan atau izin unt berbuat atau tdk berbuat
sesuatu dgn maksud unt mengatur tata tertib dlm kehidupan
masy (Soerojo Wignjodipero)
27. SISTEM HUKUM
Menurut Fuller = Principles of Legality
1. Suatu sistem hukum hrs mengandung peraturan2
2. Peraturan yg sdh dibuat hrs diumumkan
3. Peraturan tdk boleh ada yg berlaku surut
4. Peraturan hrs dirumuskan dgn susunan kata2 yg
dimengerti
5. Suatu sistem tdk boleh mengandung peraturan2 yg
bertentangan satu sama lain
6. Peraturan2 tdk boleh mengandung ketentuan yg
melebihi apa yg dpt dilakukan
7. Tdk boleh sering merobah peraturan
8. Hrs ada kecocokan antara peraturan yg diundangkan
dgn pelaksanaannya
28. COUNT’
Macam Sistem Hukum
1. Eropa Kontinental
Tidak ada hukum selain Undang-undang (Civil Law)
2. Anglo Saxon
Putusan Hakim mewujudkan kepastian hukum
(Common Law)
3. Islam
29. HUBUNGAN NEGARA DAN HUKUM
Kerangka Pemikiran
1. Ada & berlakunya hukum dibuat o/ negara &
berdasarkan kehendak negara
2. Bahwa negara adl organisasi hukum yg dgn
hukum itu negara memiliki kewenangan unt
mengatur & mengayomi masy
3. Negara tunduk pd hukum
4. Bahwa hukum adl peraturan yg berdiri sendiri
& lepas sama sekali dari kehendak negara
30. COUNT’
Ditinjau dari Ilmu Negara
1. Adanya negara memungkinkan lahirnya produk hukum
unt ditaati o/ seluruh WN
2. Lahirnya hukum sgt mambantu negara dlm pengaturan
organisasi pemerintahan negara serta pengaturan tata
pergaulan rakyatnya
Ditinjau dari Ilmu Hukum
1. Hukum dibuat o/ negara & negara dipayungi o/ sistem
hukum unt mengatur tata kehidupan bernegara
2. Hukum diperlukan unt legitiatie kekuasaan negara
3. Kekuasaan hny akan berarti jika berada dlm kerangka
peraturan hukum
31. PERSPEKTIF NEGARA HUKUM
1. Negara Hukum Liberal
- Negara tunduk pd peraturan2 negara
- Penguasa dlm bertindak hrs sesuai hukum
2. Negara Hukum Formil
- Negara hukum demokratis
- Tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum
tertentu berdasar UU yg mendapat pengesahan
dari rakyat
3. Negara Hukum Materiil
- Tindakan penguasa hrs berdasarkan UU (asas
Legalitas)
- Tindakan penguasa dibenarkan menyimpang dari
UU demi kepentingan warga negara (asas
opportunitas)
32. PENGERTIAN NEGARA HUKUM
Segala sikap, tingkah laku & perbuatan baik
dilakukan o/ penguasa atau aparatur negara
maupun yg dilakukan o/ para WN hrs
berdasar atas hukum (dalam Nazmi Yunas)
Segala wewenang & tindakan alat2
perlengkapan negara atau penguasa
semata2 berdasarkan hukumm (dalam Nazmi
Yunas)
Pemerintah hny betugas membuat &
mempertahankan hukum yg bersifat menjaga
keamanan & keselamatan para warganya
(nachtwakerstaat = Immanuel Kant)
33. COUNT’
Semua alat2 perlengkapan negara dlm
tindaknya baik thd WN maupun dlm saling
berhub. Hrs memperhatikan peraturan2
hukum yg berlaku & semua WN dlm
berhubungan kemasy. hrs tunduk pd
peraturan2 hukum yg berlaku (wirjoko
Projodikor)
Sebuah negara yg menjadikan hukum sbg
panglima dlm penyelengggaraan negara
(Hifdzil Alim)
34. CIRI/PRINSIP NEGARA HUKUM
1. Sudargo Gautama
a. Terdapat pembatasan kekuatan negara thd
perseorangan
b. Azas Legalitas
c. Pemisahan Kekuasaan
2. Friedman
a. Perlindungan thd HAM
b. Pemisahan Kekuasaan
3. F. Julius Stahl
a. Adanya jaminan atas hak dasar manusia
b. Adanya pembagian kekuasaan
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan hukum
d. Adanya Peradilan Administrasi Negara
35. COUNT’
4. A. V. Dicey
a. Supremacy of law
b. Equality before the law
c. Human rights
5. International Comission of Jurists
a. Perlindungan konstitusional
b. Badan Kehakiman yg bebas dan tdk memihak
c. Pemilihan umum yg bebas
d. Kebebasan menyatakan pendapat
e. Kebebasan berserikat/berorganisasi & beroposisi
f. Pendidikan kewarganegaraan
36. COUNT’
6. Jimly Ashsiddiqie
a. Supremasi hukum (supremacy of law)
b. Persamaan dlm hukum (Equality before the law)
c. Azas Legalitas (Due Process of law)
d. Pembatasan kekuasaan (Separation of Power)
e. Organ2 eksekutif independen
f. Peradilan bebas tidak memihak (Independent and
impartial judiciary)
g. PTUN (Administrative Court)
h. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court)
i. Perlindungan HAM (Human rights)
j. Bersifat demokratis (Democratische Rechtstaat)
k. Berfungsi sbg sarana mewujudkan tujuan bernegara
(Welfare Rechtstaat)
l. Transparansi & kontrol sosial (social control)
37. KONSEP NEGARA HUKUM
1. Anglo Saxon = the rule of law
a. Supremacy of law
b. Equality before the law
c. Individual rights
2. Eropa Kontinental = Rechtstaat
a. Perlindungan HAM
b. Trias Politica
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan hukum
d. Peradilan Administrasi Negara
38. COUNT’
3. Islam
a. Kekuasaan yg amanah
b. Musyawarah
c. Keadilan
d. Persamaan
e. Pengakuan & perlindungan terhadap HAM
f. Peradilan Bebas
g. Perdamaian
h. Kesejahhteraan
i. Ketaatan rakyat
41. NEGARA HUKUM
DALAM KONSTITUSI RI
Perubahan Keempat UUD 1945 pada tahun
2002, konsepsi Negara Hukum atau
“Rechtstaat” yang sebelumnya hanya
tercantum dalam Penjelasan UUD 1945,
dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1
ayat (3) yang menyatakan, “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum.”
42. PEMBUKAAN UUD 1945
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan
dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
43. COUNT’
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia.
44. BENTUK DAN KEDAULATAN
BAB I PASAL 1
1. Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan
yang berbentuk Republik
2. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar***
3. Negara Indonesia adalah negara hukum***
45. MPR
BAB II PASAL 2
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas
anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih
melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut
dengan undang-undang.****
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang
sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota
negara.
3. Segala putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat ditetapkan dengan suara terbanyak.
46. MPR
BAB II PASAL 3
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat
mengubah dan menetapkan Undang-
Undang Dasar.***
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik
Presiden dan/atau Wakil Presiden.***/****
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya
dapat memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut Undang-Undang Dasar.***/****
47. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 4
1. Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar.
2. Dalam melakukan kewajibannya Presiden
dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
48. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 5
1. Presiden berhak mengajukan rancangan
undang-undang kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.*
2. Presiden menetapkan peraturan pemerintah
untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya.
49. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 6
1. Calon Presiden dan calon Waki Presiden harus
seorang warga negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya
sendiri, tidak pernah mengkhianati negara,
serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
Presiden dan Wakil Presiden***
2. Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan
Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.***
50. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 6A
1. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat.***
2. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai polotik atau gabungan partai politik peserta
pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan
umum.***
3. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
mendapat suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah
suara dalam dalam pemilihan umum dengan sedikitnya
dua puluh persen suara di setiap provinsi yang terbesar
di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia,
dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.***
51. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 6A
4. Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden
dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan
calon yang memperoleh suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum
dipilih oleh rakyat secara langsung dan
pasangan yang memperoleh suara rakyat
terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil
Presiden.****
5. Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam
undang-undang.***
52. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatan selama masa lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya untuk satu kali
masa jabatan.*
53. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul
Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila
terbukti telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela maupun
apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.***
54. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 7B
1. Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden dapat diajukan oleh DPR kepada MPR
hanya dengan terlebih dahulu mengajukan
permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden.***
55. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 7B
2. Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden telah melakukan pelanggaran hukum
tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah
dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan
DPR.***
3. Pengajuan permintaan DPR kepada Mahkamah
Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR
yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
DPR.***
56. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 7B
4. Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan
memutus dengan seadil-adilnya pendapat DPR tersebut
paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan
DPR itu diterima oleh MK.***
5. Apabila MK memutuskan bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden, DPR
menyelenggarakan sidang paripurna untuk memutuskan
usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
kepada MPR.***
57. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 7B
6. MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk
memutuskan usul DPR tersebut paling lambat tiga
puluh hari sejak MPR menerima usul tersebut.***
7. Keputusan MPR atas usul pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat
paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-
kurangya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang
hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden
diberi kesempatan menyampaikan penjelasan
dalam rapat paripurna MPR.***
59. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 8
1. Jika Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya, ia
digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis
masa jabatannya.***
2. Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden,
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari, MPR menyelenggarakan sidang untuk
memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
diusulkan oleh Presiden.***
60. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 8
3. Jika presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya secara bersama, pelaksana
tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri
Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara
bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari
setelah itu, MPR menyelenggarakan sidang untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan
calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.****
61. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 9
1. Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan
Wakil Presiden bersumpah menurut agama,
atau berjanji dengan sunguh-sungguh di
hadapan MPR atau DPR sebagai berikut :
………………..
2. Jika MPR atau DPR tidak dapat emngadakan
sidang, Presiden dan Wakil Presiden
bersumpah menurut agama, atau berjanji
dengan sungguh-sungguh di hadapan
pimpinan MPR dengan disaksikan oleh
Pimpinan Mahkamah Agung.*
62. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 10
Presiden memegang kekuasaan yang
tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara.
63. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 11
1. Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan
perag, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain.****
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait
dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan
undang-undang harus dengan persetujuan DPR.***
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian
internasional diatur dengan undang-undang.***
64. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya.
Syarat-syarat dan akibat keadaan bahaya
ditetapkan dengan undang-undang.
65. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 13
1. Presiden mengangkat duta dan konsul.
2. Dalam mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.*
3. Presiden menerima penempatan duta
negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*
66. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 14
1. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung.*
2. Presiden memberikan amnesti dan abolisi
dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.*
67. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan
lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang.*
68. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
BAB III PASAL 16
Presiden membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden,
yang selanjutnya diatur dalam undang-
undang.****
70. KEMENTERIAN NEGARA
BAB V PASAL 17
1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri
negara.
2. Menteri-menteri itu diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden.*
3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan.*
4. Pembentukan, pengubahan, dan
pembubaran kementerian negara diatur
dalam undang-undang.***
71. PEMERINTAHAN DAERAH
BAB VI PASAL 18
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah povinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang.**
2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten,
dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.**
3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten,
dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.**
72. PEMERINTAHAN DAERAH
BAB VI PASAL 18
4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing
sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.**
5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat.**
6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan
daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.**
7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.**
73. PEMERINTAHAN DAERAH
BAB VI PASAL 18B
1. Negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang-undang.**
2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang.**
74. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
BAB VII PASAL 19
1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih
melalui pemilihan umum.**
2. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur
dengan undang-undang.**
3. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang
sedikitnya sekali dalam setahun.**
75. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
BAB VII PASAL 20
1. Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk Undang2.*
2. Setiap rancangan UU dibahas oleh DPR dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.*
3. Jika rancangan UU itu tidak mendapat persetujuan
bersama, rancangan UU itu tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan DPR masa itu.*
4. Presiden mengesahan rancangan UU yg telah disetujui
bersama untuk menjadi UU.*
5. Dalam hal rancangan UU yg telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga
puluh hari semenjak UU tsb disetujui, rancangan UU
tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan.**
76. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
BAB VII PASAL 20A
1. Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi,
fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.**
2. Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yg
diatur dlm pasal-pasal lain UUD ini, DPR
mempunyai hak interpelasi, hak angket dan hak
menyatakan pendapat.**
3. Selain hak yg diatur dalam pasal2 lain UUD ini,
setiap anggota DPR mempunyai hak mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat
serta hak imunitas.**
4. Ketentuan lebih lanjut tentang DPR diatur dalam
UU.**
77. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
BAB VII PASAL 21
1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak
mengajukan usul rancangan undang-
undang.*
2. Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh
DPR tidak disahkan oleh Presiden maka
rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi
dalam persidangan DPR masa itu.
78. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
BAB VII PASAL 22
1. Dalam hal ihwal kepentingan yg memaksa,
Presiden berhak menetapkan Peraturan
Pemerintah sebagai Pengganti UU.
2. Peraturan Pemerintah itu harus mendapat
persetujuan DPR dalam persidangan
berikutnya.
3. Jika tidak mendapat persetujuan maka
Peraturan Pemerintah itu harus dicabut.
79. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
BAB VII PASAL 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara
pembentukan UU diatur dengan UU.**
PASAL 22B
Anggota DPR dapat diberhentikan dari
jabatannya, yg syarat2 dan tata caranya
diatur dalam UU.**
80. DEWAN PERWAKILAN DAERAH
BAB VIIA PASAL 22C
1. Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih
dari setiap propinsi melalui pemilihan
umum.***
2. Anggota DPD dari setiap propinsi jumlahnya
sama dan jumlah seluruh DPD itu tidak lebih
dari sepertiga angggota DPR.***
3. DPD bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun.***
4. Susunan dan kedudukan DPD diatur
dengan UU.***
81. DEWAN PERWAKILAN DAERAH
BAB VIIA PASAL 22D
1. DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan UU yg
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta yg berkaitan dgn
perimbangan keuangan pusat dan daerah.***
2. DPD ikut membahas rancangan UU yg berkaitan dgn
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
pengelolaan SDA dan SDE lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah, serta memberikan
pertimbangan kepada DPR atas rancangan UU APBN
dan rancangan UU yg berkaitan dgn pajak, pendidikan,
dan agama.***
82. DEWAN PERWAKILAN DAERAH
BAB VIIA PASAL 22D
3. DPD dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
SDA dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan
pertimbangan unt ditindak lanjuti.***
4. Anggota DPD dapat diberhentikan dari jabatannya
yg syarat2 dan tata caranya diatur dalam UU.***
83. SUMBER-SUMBER REFERENSI
Azhary, M.T. (2007). Negara Hukum: Studi tentang prinsip-
prinsipnya dilihat dari segi hukum Islam, implementasinya pada
periode negara Madinah dan Masa Kini. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Azhary, Negara Hukum Indonesia, Analisis Yuridis Normatif
Tentang Unsur-unsurnya, UI Press, Jakarta, 1995
Kelsen, H. (2006). General Theory of Law and State
(terjemahan Nusamedia). New York: Russel & Russel.
Mahfud MD. (1999). Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi.
Yogyakarta: Gama Media.
Huda, N. (2005). Negara Hukum, Demokrasi dan Judicial
Review. Yogyakarta: UII Press.
Titik Triwulan, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia,
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2006
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1992
Jimly Asshiddiqy, Pegantar Ilmu Hukum Tata Negara, PT.
RajaGrafindo, Jakarta, 2010
84. LANJUTAN…
Muktie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia, Surabaya,
2004
Ossip K. Flechthgeim(ed) Fundamental of Political
Science, Ronald Press C., New York, 1952
O. Notohamidjojo, Makna Negara Hukum, Badan Penerbit
Kristen, Jakarta, 1970
Roberto Mangabeira Unger, Law in Modern Society, Free
Press, New York, 1977
Roscoe Pound, The Development of Constitutional
Guarantees of Liberty, Yale University Press, New Haven,
London, 1957
Sudargp Gautama, Pengertian Negara Hukum, Alumni,
Bandung, 1983
Sri Sumantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara
Indonesia, Alumni, Bandung, 1992
Sunaryati Hartono, Apakah the rule of Law, Alumni,
Bandung, 1976