2. Persepsi sosial melibatkan
proses-proses di mana kita
mencoba memahami orang
lain dengan mempelajari
komunikasi verbal, atribusi,
serta pembentukan kesan
dan manajemen kesan
(presentasi diri).
Persepsi sosial adalah
faktor penting dalam
perilaku dan pola pikir
sosial.
Persepsi Sosial
Proses yang kita gunakan untuk mencoba
mengetahui dan memahami orang lain.
Persepsi
Sosial
Komunikasi
Nonverbal
Atribusi
Pembentukan
Kesan &
Manajemen
Kesan
3. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi antarindividu tanpa
melibatkan isi bahasa lisan, tetapi
mengandalkan bahasa-bahasa nonlisan
melalui ekspresi wajah, kontak mata,
dan bahasa tubuh.
Source of image: Microsoft Office Online.
5. Meskipun ekspresi wajah tidak sepenuhnya
universal, namun sering kali ekspresi wajah
menjadi sumber informasi yang berharga
untuk mengetahui emosi seseorang.
Informasi lainnya bisa didapat
melalui kontak mata, bahasa
tubuh, sentuhan, dan bahkan bau.
Bau juga berperan sebagai petunjuk
nonverbal, dan petunjuk samar
terkait siklus menstruasi wanita
dapat ditransmisikan melalui bau.
Miller & Maner, 2010. Used with permission.
6. Bukti yang mengindikasikan bahwa ekspresi wajah
adalah sumber informasi nonverbal yang sangat
penting mengenai orang lain:
(1) Ekspresi wajah tetap lebih mudah untuk dikenali
daripada stimulus lain,
(2) Ekspresi wajah memersepsikan lebih banyak hal dari
yang sebenarnya ada; menginterpretasikan ekspresi
emosi tertentu meskipun emosi ini tidak benar-benar
muncul,
(3) Ekspresi wajah memunculkan emosi atau perasaan
orang yang menampilkannya.
7. Hipotesis facial feedback menyatakan bahwa
kita tidak hanya menunjukkan apa yang kita
rasakan pada ekspresi wajah kita, tetapi
ekspresi-ekspresi ini memengaruhi kondisi
emosional kita.
Source of image: Microsoft Office Online.
9. Isyarat (Petunjuk) Nonverbal
Jika kita memerhatikan petunjuk-
petunjuk nonverbal tertentu
dengan saksama, kita dapat
mengenali upaya tipuan yang
dilakukan orang lain—bahkan
jika orang-orang ini berasal dari
budaya yang berbeda dengan
kita.
Ekspresi mikro
Ketidaksesuaian
antarsaluran
Kontak mata
Ekspresi wajah
yang berlebihan
• Selain petunjuk-petunjuk nonverbal di samping, tanda-
tanda tipuan lainnya terkadang muncul dalam gaya
linguistik seseorang.
10. Efek Tipuan terhadap Hubungan Sosial
Orang yang pernah dibohongi cenderung lebih
mudah berbohong tidak hanya pada orang yang
telah membohongi mereka, tetapi juga pada
orang lain.
Tipuan (kebohongan) dalam hubungan sosial
mengakibatkan penurunan drastis dalam hal
kepercayaan dan keyakinan satu sama lain.
11. Dalam rangka memperoleh informasi
tentang sifat-sifat, motif, dan intensi
seseorang, kita melakukan proses atribusi.
Atribusi:
Proses di mana kita mencoba mengidentifikasi penyebab
perilaku orang lain (Kesimpulan Yang Dibuat Seseorang
Untuk Menerangkan Mengapa Orang Lain Melakukan
Suatu Perbuatan) → Bagaimana Sebab Dapat
Menimbulkan Perilaku Tertentu
12. Fritz Heider pencetus teori atribusi. Dalam
tulisannya yang berjudul “Psychology of
Interpersonal Relations” menjelaskan
bahwa perilaku manusia itu bisa disebabkan
karena faktor-faktor internal (disebut
atribusi internal) dan dapat pula
disebabkan oleh faktor ekternal (atribusi
ekternal)”.
13. Menurut Fritz Heider, dasar untuk mencari penjelasan
mengenai perilaku orang adalah akal sehat
(commonsense). Orang tidaklah memerlukan suatu
analisis psikologi yang mendalam tentang motivasi
seseorang melakukan suatu hal. Heider pun
menyebutnya Naïve Psychology.
Secara akal sehat, ada dua golongan yang menjelaskan
suatu perilaku
Pertama, yang berasal dari orang yang bersangkutan
(atribusi internal), seperti suasan hati, kepribadian,
kemampuan, kondisi kesehatan atau keinginan.
Kedua, yang berasal dari lingkungan atau luar diri orang
yang bersangkutan (atribusi eksternal), seperti tekanan
dari luar, ancaman, keadaan cuaca, kondisi
perekonomian ataupun pengaruh lingkungan.
14. Misalnya, seseorang mahasiswa memperoleh IP jelek.
Penyebabnya dapat saja karena mahasiswa tersebut
malas, tidak pernah belajar atau bodoh (atribusi
internal) mengalami kesulitan ekonomi atau cara
mengajar dosen yang kurang menarik baginya (atribusi
eksternal).
Faktor-faktor internal atau eksternal yang menjadi
penyebab perilaku orang juga dapat dilihat dari dimensi
apakah factor tersebut stabil (stable, tetap) atau
sebaiknya tidak stabil (unstable, tidak tetap). Misalnya,
tingkat intelegensi seseorang adalah factor internal yang
stabil, sementara suasana hatinya merupakan factor
internal yang tidak stabil atau bisa berubah.
15. A. Teori Korespondensi Inferensial
Teori ini dicetuskan oleh Jones dan Davis.
Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau
karakteristik personal, berarti dengan melihat
perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap
atau karakteristik orang tersebut
SIKAP/KARAKTERISTIK
PERILAKU
16. Bagaimana mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan
sikap/karakteristiknya?
1. Dengan melihat kewajaran perilaku. Orang yang bertindak
wajar sesuai dengan keinginan masyarakat, sulit untuk
dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan dari karakternya.
Perilaku yang tidak lazim biasanya lebih mencerminkan
karakternya. Misal: Sso yang melanggar peraturan lalu
lintas
2. Non-Common Effect (pilihan yang tidak biasa). Begitu ada
pilihan yang tidak umum maka dicap sebagai karakternya.
Misal: Jejaka yang menikah dengan janda yang tua tp kaya ( di
cap sbg cowok matre).
17. B. Teori Atribusi Kausal
Teori ini dicetuskan oleh Kelley.
Untuk sampai pada suatu kesimpulan
atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi
penting. Masing-masing informasi juga harus
menggambarkan tinggi-rendahnya. Tiga
informasi itu adalah Distinctiveness,
Konsistensi, Konsensus.
18. Dari ketiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi
pada seseorang. Menurut Kelley ada 2 atribusi, yaitu:
1. Atribusi Internal, dikatakan, perilaku seseorang
merupakan gambaran dari
KARAKTERNYA/SIFATNYA/MOTIF/INTENSINYA
bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya
rendah, dan konsistensinya tinggi. Jadi bila
seseorang memiliki atribusi ini bisa dikatakan
sebagai akibat dari keadaan diri orang tsb.
2. Atribusi Eksternal, bila disebabkan oleh aspek
SITUASI/SOSIAL ( distinctiveness yang tinggi,
consensus tinggi, dan konsistensinya juga
tinggi.)
19. ›
Konsep ini merujuk pada bagaimana seorang
berperilaku dalam kondisi yang berbeda-beda.
Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang
yang bersangkutan mereaksi secara khusus/beda
untuk suatu peristiwa.. Mis: seorang pelayan
bernama Agung hanya menggoda pelanggan
bernama Sari tapi tidak menggoda pelanggan yang
lainnya
Distinctiveness rendah apabila seseorang
merespon sama terhadap stimulus yang berbeda.”.
Mis: Pelayan si Agung menggoda semua pelanggan
yang datang
20. Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu
sehubungan dengan suatu peristiwa.
Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang
merespon sama untuk stimulus yang sama pada
waktu yang berbeda.. Mis: Pelayan si Agung
menggoda pelanggan si Sari hari ini maupun
sebelumnya
Apabila responnya tidak menentu maka
seseorang dikatakan konsistensinya rendah. Mis:
Pelayan si Agung sebelumnya tidak pernah
menggoda pelanggan si Sari
21. Apabila orang lain bereaksi sama dengan
seseorang, berarti konsensusnya tinggi.
Mis: Pelayan lainnya yang juga menggoda
si pelanggan Sari
Apabila orang lain tidak bereaksi sama
dengan seseorang, berarti
konsensusnya rendah. Mis:Tidak ada
satupun pelayan lain yang menggoda
pelanggan si Sari tersebut
22. Dari contoh kasus diatas, dapat ditentukan atribusi
pada pelayan tersebut. Menurut Kelley ada 2 atribusi,
yaitu:
1. Atribusi Internal, dikatakan, perilaku pelayan
tersebut karena KARAKTERNYA yaitu pelayan tsb
memang orang yang gemar menggoda
(distinctivenessnya rendah, konsensusnya
rendah, dan konsistensinya tinggi.)
2. Atribusi Eksternal, dikatakan pelanggan tersebut
memang sangat atraktif (distinctiveness yang
tinggi, consensus tinggi, dan konsistensinya
juga tinggi)
23. Isu lainnya yang berhubungan
dengan atribusi membahas
tentang sejauh mana kita
mengatribusikan kejadian dalam
hidup kita pada nasib—apa
yang “sudah ditakdirkan”—atau
pada sebab-sebab personal.
• Atribusi bukanlah sekadar mengamati nilai tindakan
orang lain, melainkan interpretasi kita terhadap
tindakan tersebut.
• Tingkat interpretasi yang kita gunakan dikenal dengan
sebutan identifikasi tindakan.
24. 1. Bias Fundamental Atribusi
› Dalam memberi atribusi kepada sso, si pengamat
lebih banyak menekankan pada factor disposisi
(internal) daripada factor situasi (eksternal).
› Walaupun sebenarnya factor situasional
mempunyai peranan yang besar. Mis: Orang
marah-marah disebut sebagai temperamental
tanpa mempertimbangkan situasi penyebab dia
marah.
25. 2. Bias Self Serving
› Ada suatu kecenderungan yang sifatnya umum
pada sso yaitu menghindari celaan karena
kesalahannya. Cara menghindar celaan ini
selalu menimpakan situasi di luar dirinya.
› Mis: orang yang tidak berhasil dalam
ujiannya disebabkan krn dosennya tidak
pandai mengajar.
26. 3. Menyalahkan Diri Sendiri
› Orang sering menyalahkan dirinya sendiri
terutama mengamati suatu kegagalan yg
dialami. Juga sulit untuk melihat permasalahan
secara obyektif sehingga proses atribusi sering
terjadi bias
27. 4. Hedonic Relevan
› Pengamatan seringkali subyektif memberikan
penilaian terhadap peristiwa yang menyangkut
dirinya.
› Bila peristiwa menguntungkannya maka
penilaiannya kelihatan (+)
› Bila peristiwa merugikannya maka penilaiannya
kelihatan (-)
28. 5. Bias Ego Sentris
› Orang menilai dirinya itu sbg
patokan/beranggapan bahwa orang akan
berbuat seperti dirinya.
› Mis: Orang tua → Anak2nya.
29. Atribusi telah diterapkan pada berbagai
permasalahan praktis, dan seringnya sukses
besar.
Atribusi telah diterapkan pada proses
memahami sebab-sebab depresi, dan pada
terapi terhadap penyakit mental yang penting
ini.
Atribusi juga tampaknya bekerja dalam
komunikasi elektronik di Internet (misalnya
melalui surel).
30. Kebanyakan orang sangat mempedulikan
tata cara membentuk kesan pertama yang
baik pada orang lain karena mereka percaya
bahwa kesan pertama akan memberi efek
yang lama dan menetap dalam ingatan
orang.
Usaha yang dilakukan individu untuk
menghasilkan kesan pertama yang baik bagi
orang lain disebut manajemen kesan.
Pembentukan Kesan
Proses di mana kita membentuk kesan bagi
orang lain.
Source of image: Microsoft Office Online.
31. Penelitian tentang pembentukan menyatakan
bahwa kesan pertama memang penting.
Penelitian klasik Asch mengenai pembentukan
kesan mengindikasikan bahwa kesan terhadap
orang lain melibatkan lebih dari sekadar
rangkuman sederhana dari sifat mereka dan
bahwa beberapa sifat (sifat inti) dapat
memengaruhi interpretasi sifat lainnya.
32. Kesan pertama dibentuk
dengan amat cepat dan
meski didasarkan pada
informasi yang terbatas, tetap
cukup akurat.
Akan tetapi, keyakinan
terhadap akurasi kesan tidak
menunjukkan hubungan
terhadap akurasi yang
sebenarnya.
33. Teori Kepribadian Implisit
Keyakinan tentang trait atau karakteristik
apa yang cenderung berpadanan.
Contoh:
Dalam banyak kelompok masyarakat
diasumsikan bahwa “sesuatu yang cantik itu
baik”—bahwa orang yang berpenampilan
menarik juga memiliki sifat yang positif,
seperti kecakapan sosial yang baik dan
ketertarikan dalam menikmati hal-hal yang
indah dalam kehidupan.
Source of image: Microsoft Office Online.
34. Dalam rangka membuat kesan yang baik
terhadap orang lain, individu sering kali
melakukan manajemen kesan (presentasi
diri).
Source of image: Social Psychology, 13e, Baron & Branscombe.
35. Self-enhancement—upaya untuk menambah daya tarik
diri pada orang lain dengan:
Meningkatkan penampilan diri secara fisik (berkaitan
dengan daya tarik penampilan dan fisik seseorang),
Meningkatkan penampilan diri secara profesional
(berkaitan dengan perawatan diri, pakaian yang
pantas, dan kebersihan diri).
Other-enhancement—upaya untuk membuat orang yang
dituju merasa nyaman dalam berbagai cara, seperti:
Memberi pujian,
Memberi bantuan kecil,
Meminta nasihat dan umpan balik,
Menunjukkan kesukaan (minat) yang besar.
Source of image: Microsoft Office Online.
36. Mengapa orang melakukan manajemen kesan?
1. Untuk meningkatkan reaksi orang lain
terhadap mereka.
2. Untuk meningkatkan suasana hati orang
yang terlibat dalam proses tersebut
3. Untuk meningkatkan penilaian orang lain
terhadap diri kita.
37. Bukti yang ada saat ini mengindikasikan
bahwa manajemen kesan memang
berguna; hal tersebut sering berhasil
dilakukan dalam menimbulkan kesan
pertama yang positif terhadap orang
yang menggunakannya.
Akan tetapi, penggunaan taktik
semacam itu tidak berhubungan dengan
perilaku selanjutnya.
Sebagai contoh, orang-orang yang
diterima kerja karena berhasil
menggunakan manajemen kesan
secara efektif tidak selalu menjadi
karyawan dengan performa kinerja
tinggi.
Source of image: Microsoft Office Online.