2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Peserta mampu menerapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi di tempat bekerja
Tujuan Pembelajaran Khusus
Peserta mampu:
1. Melakukan Kewaspadaan standar
2. Melakukan Tatalaksana Profilaksis Pasca Pajanan
(PPP)
5. Pengendalian
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan yang
memerlukan penerapan prosedur dan protokol.
• Pengendalian administratif. Penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur
dalam mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan infeksi selama perawatan
kesehatan. Bukti terlaksananya pengendalian ini adalah ketersediaan SPO dan
Tim PPI
• Pengendalian dan rekayasa lingkungan. Untuk menurunkan risiko penularan
didalam fasilitas pelayanan kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan
lingkungan yang memadai.
• Alat Perlindungan Diri (APD). Penggunaan secara rasional dan konsisten APD
yang tersedia.
6. Kewaspadaan Standar
Penerapan Kewaspadaan Standar antara lain :
1. Kebersihan Tangan
2. Alat Pelindung Diri (APD)
3. Etika Batuk/ Kebersihan Pernafasan
4. Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai
5. Pengendalian Lingkungan
6. Praktik Penyuntikan yang Aman
7. Kebersihan Tangan
• Kebersihan tangan menggunakan antiseptik berbasis alkohol atau
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
• Bila tangan tampak kotor setelah kontak dengan cairan tubuh/diduga
terpajan organisme berspora/setelah menggunakan toilet, tangan
harus dibersihkan dengan sabun atau antiseptik dan air mengalir.
• Bila tidak tampak kotor, tangan dapat dicuci dengan antiseptik
berbasis alkohol.
9. Indikasi Lainnya
1. Segera: setelah tiba di tempat kerja
2. Sebelum:
a. Mempersiapkan obat-obatan;
b. Mempersiapkan makanan;
c. Memberi makan pasien;
d. Meninggalkan rumah sakit/ puskes
3. Di antara: Prosedur tertentu pada pasien yang
sama
4. Setelah:
a. Melepas sarung tangan/APD
b. Menggunakan toilet
c. Melap hidung dengan tangan
10. Sarana Kebersihan Tangan
a. Air mengalir
b. Sabun cair / sabun cair antiseptik, yang memenuhi
kriteria
c. Pengeringan tangan (handuk sekali pakai atau tisu)
d. Tempat handuk bekas sekali pakai (dalam wadah
tertutup dgn injakan kaki)
e. Handrub Antiseptik (handrub berbasis alkohol)
12. Alat Pelindung Diri
Jenis APD:
a. Sarung Tangan
b. Pelindung Mulut, Hidung dan Mata
c. Gaun Pelindung dan Apron
d. Pelindung kaki
13. Sarung Tangan
• Kapan Menggunakan
• Kapan Mengganti
• Kapan Melepaskan
• Membersihkan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan.
• Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien,
untuk menghindari kontaminasi silang (CDC 1987).
• Tujuan pemakaian sarung tangan :
Melindungi tangan petugas dari transmisi mikroorganisme pasien
dan mikroorganisme dari tangan petugas ke pasien.
14. Indikasi Penggunaan Sarung Tangan
• Kontak dengan darah/ cairan tubuh lain/selaput
mukosa / kulit yang tidak utuh
• Melakukan prosedur medis yang invasif
• Menangani bahan bekas pakai yang telah
terkontaminasi atau menyentuh permukaan
yang tercemar.
15. Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
Jaga agar kuku selalu pendek
Tarik sarung tangan bedah ke atas manset gaun operasi.
Gunakan pelembab mencegah kulit tangan kering/berkerut
Jangan menggunakan lotion atau krim berbasis minyak
Jangan gunakan cairan pelembab yang mengandung parfum
Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu
yang terlalu panas atau terlalu dingin
Jangan menggunakan sarung tangan pakai ulang
16. Pelindung Mulut, Hidung dan Mata
• Masker bedah dan pelindung mata atau pelindung
wajah untuk melindungi membran mukosa mata,
hidung, dan mulut selama tindakan
• Masker dipakai untuk menahan cipratan sewaktu
berbicara, batuk atau bersin. Diperlukan pelindung
wajah (face shield, goggles).
17. Gaun Pelindung dan Apron
• Bertujuan untuk memproteksi kulit dan mencegah
kotornya pakaian selama tindakan yang umumnya
bisa menimbulkan percikan darah, cairan tubuh,
sekret, dan ekskresi.
• Lepaskan gaun pelindung yang kotor sesegera
mungkin dan bersihkan tangan.
18. Pelindung kaki
• Pelindung kaki: untuk melindungi kaki dari cidera
akibat benda tajam atau benda berat tercemar
darah atau cairan tubuh yang mungkin jatuh secara
tidak sengaja.
• Gunakan sepatu tertutup yang tahan tusukan dan
kedap air. Tidak dibenarkan menggunakan sandal
atau sepatu yang terbuka atau berlubang-lubang
19. Alat Pelindung
Perlindungan Terhadap Pasien Perlindungan Terhadap Petugas Kesehatan
Sarung tangan Mencegah kontak mikroorganisme yang
terdapat pada tangan petugas kesehatan
kepada pasien
Mencegah kontak tangan petugas kesehatan
dengan darah dan cairan tubuh penderita lainnya,
selaput lendir, kulit yang tidak utuh atau alat
kesehatan/permukaan yang telah terkontaminasi
Masker Mencegah droplet dari mulut dan hidung
petugas kesehatan yang mengandung
mikroorganisme dan terpercik saat bernafas,
bicara atau batuk kepada pasien
Mencegah membran mukosa petugas kesehatan
(hidung dan mulut) kontak dengan percikan darah
atau cairan tubuh penderita
Kacamata
pelindung
Mencegah membran mukosa petugas kesehatan
(hidung dan mulut) kontak dengan percikan darah
atau cairan tubuh penderita
Tutup kepala Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari
rambut dan kulit kepala petugas ke daerah
steril
Jas dan apron Mencegah kontak mikroorganisme dari
tangan, tubuh dan pakaian petugas
kesehatan ke pasien
Mencegah kulit petugas kesehatan kontak dengan
percikan darah atau cairan tubuh penderita
Sepatu pelindung Sepatu yang bersih mengurangi
kemungkinan terbawanya mikroorganisme
dari ruangan lain atua luar ruangan
Mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang
terkontaminasi atau terjepit benda berat dan
mencegah kontak dengan darah dan cairan tubuh.
21. Pemrosesan Alat
Tujuan: untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan, atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi
steril dan siap pakai.
Tatalaksana:
• Perendaman (precleaning)
• Pembersihan (cleaning)
• Disinfeksi
• Sterilisasi
22. Pemilihan cara pemrosesan alat kesehatan
Tingkat risiko Jenis Penggunaan Alat Cara Pengelolaan
Risiko tinggi Alat yang masuk kedalam
pembuluh darah atau
jaringan steril
Sterilisasi atau
menggunakan alat
steril sekali pakai
Risiko sedang Alat yang masuk kedalam
membran mukosa atau kulit
yang tidak utuh
Minimal dilakukan
disinfeksi tingkat
tinggi lebih baik
dengan sterilisasi
Risiko rendah Alat yang digunakan pada
kulit utuh tanpa menembus
Dibersihkan
23. Karakteristik disinfektan yang ideal
1. Berspektrum luas
2. Membunuh kuman secara cepat
3. Tidak dipengaruh faktor ling
kungan: tetap aktif dengan ada
nya zat organik (darah, sputum,
feses), tidak rusak oleh sabun,
deterjen, dan zat kimia lain
4. Tidak toksis
5. Tidak korosif atau merusak
bahan
6. Meninggalkan lapisan
antimikrobial pada
permukaan yang diproses
7. Mudah pemakaiannya
8. Tidak berbau
9. Ekonomis
10. Larut dalam air
11. Stabil dalam konsentrasi
aktifnya
12. Mempunyai efek pembersih
25. Tahapan pembersihan percikan darah di
permukaan meja kerja dan lantai
• Menggunakan sarung tangan, (masker sesuai indikasi)
misalnya tumpahan permukaan luas
• Tumpahan darah diserap dengan bahan yang menyerap
(tisu, kain), kemudian dibuang dalam kantong infeksius
kuning
• Daerah permukaan tumpahan: tuangkan cairan
enzymatic/ cairan deterjen mengandung enzymatic
selama 5-10 menit , kemudian diserap sampai kering
• Selanjutnya tuangkan klorin, 0,5% selama 5-10 menit,
kemudian diserap dan dibersihkan kembali
• Kemudian dituang dengan air bersih dan lap sampai
kering
26. Sterilisasi
• Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau
bahan dengan tujuan mematikan semua
mikroorganisme termasuk endospora.
• Dapat digunakan dengan suhu tinggi dan suhu rendah
• Penting Penyimpanan yang baik
• Umur steril (shelf life) – selama alat masih terbungkus,
semua alat steril dianggap tetap steril.
27. Pengendalian Lingkungan
• Tujuan Pengendalian lingkungan
• Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi
mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar
sarana kesehatan sehingga infeksi nosokomial dapat
di cegah
• Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
• Mencegah terjadinya kecelakaan kerja
28. Pengendalian lingkungan meliputi:
• Udara
• Air
• Permukaan lingkungan
• Laundry dan pengelolaan linen ( sprei, selimut, sarung
bantal)
• Binatang
• Pengelolaan sampah
29. Limbah Fasyankes
1) Limbah non infeksius
2) Limbah infeksius:
• Limbah klinis
• Limbah laboratorium
3) Limbah berbahaya, adalah limbah kimia yang mempunyai
sifat beracun.
Upaya penanganan limbah di pelayanan kesehatan meliputi
penanganan limbah cair dan limbah padat (sampah).
Teknik penanganan sampah meliputi pemisahan, penanganan,
penampungan sementara dan pembuangan
31. Penanganan Sampah
• Wadah tidak boleh penuh atau luber. Bila isi sudah mencapai ¾ segera
dibawa ke tempat pembuangan akhir
• Wadah berupa kantung plastik dapat diikat rapat pada saat
pengangkutan, dan akan dibuang berikut wadahnya.
• Pengumpulan sampah dari ruang perawatan atau pengobatan harus
tetap pada wadahnya dan jangan dituangkan pada gerobak (kereta
sampah) yang terbuka.
• Petugas yang menangani harus selalu menggunakan sarung tangan dan
sepatu, serta harus mencuci tangan dengan sabun setiap selesai
mengambil sampah.
32. Penampungan Sementara
• Ditempatkan pada daerah yang mudah dijangkau petugas,
pasien dan pengunjung
• Harus bertutup dan kedap air serta tidak mudah bocor agar
terhindar dari jangkauan serangga, tikus dan binatang lainnya
• Hanya besifat sementara dan tidak boleh lebih dari satu hari
33. Wadah Limbah Padat
• Gunakan wadah yang mudah dicuci, tidak mudah bocor, (dapat dari jenis
plastik atau paling baik, logam galvanis)
• Dilengkapi dengan tutup, lebih baik jika tersedia wadah yang dilengkapi
dengan pedal pembuka.
• Tempatkan wadah limbah padat di tempat yang sesuai (gampang
dijangkau, tahan tusuk dan tahan air)
• Kosongkan wadah setiap hari atau saat ¾ bagiannya sudah penuh
• Cucilah wadah limbah medis dengan larutan desinfektan dan bilas dengan
air setiap hari atau lebih sering
34. Wadah Penampung Limbah Benda Tajam
• Tahan bocor dan tahan tusukan
• Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan
• Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi
• Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan
• Ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi dengan limbah
• Ditangani bersama limbah medis
35. Pembuangan Limbah Cair
• Sistem penyaluran harus tertutup.
• Kemiringan saluran 20-40 untuk menjaga endapan
dalam saluran
• Belokan (elbow) saluran harus lebih besar dari 900
• Bangunan penampung (septic tank) harus kedap air,
kuat, dilengkapi dengan mainhole dan lubang hawa
(ventilasi).
• Penempatan lokasi harus mempertimbangkan keadaan
muka air tanah dan jarak dari sumber air.
38. Tujuan Tatalaksana Pajanan
Tujuan tatalaksana pajanan adalah:
Untuk mengurangi waktu kontak dengan darah,
cairan tubuh, atau jaringan sumber pajanan dan
untuk membersihkan dan melakukan
dekontaminasi tempat pajanan.
39. Upaya menurunkan risiko terpajan patogen
melalui darah
Menggunakan APD sesuai indikasi
Menggunakan peralatan dengan aman
Membuang limbah pada wadah yang tepat
Edukasi petugas tentang praktek aman
menggunakan jarum, benda tajam
40. TATALAKSANA PAJANAN BAHAN INFEKSIUS DI
TEMPAT KERJA
• Langkah 1: Cuci
• Tindakan darurat pada bagian terpajan
• Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang
berwenang yaitu atasan langsung dan Komite PPI atau K3.
Memulai PPP sebaiknya secepatnya (< 4 jam) dan tidak lebih
dari 72 jam.
• Langkah 2: Telaah pajanan
• Pajanan
• Bahan Pajanan
• Status Infeksi
• Kerentanan
41. • Pajanan
Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi :
• Perlukaan kulit
• Pajanan pada selaput mukosa
• Pajanan melalui kulit yang luka
• Bahan Pajanan
Bahan yang memberikan risiko penularan infeksi:
• Darah
• Cairan bercampur darah yang kasat mata
• Cairan yang potensial terinfeksi: semen, cairan: vagina, serebrospinal, sinovia, pleura,
peritoneal, perickardial, amnion
• Virus yang terkonsentrasi
42. • Status Infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui),
dilakukan pemeriksaan:
• HbsAg untuk Hepatitis B
• Anti HCV untuk Hepatitis C
• Anti HIV untuk HIV
• Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan adanya
faktor risiko yang tinggi atas ketiga infeksi di atas
43. • Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan
• Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B
• Status serologi terhadap HBV (titer Anti HBs) bila
pernah mendapatkan vaksin.
• Pemeriksaan Anti HCV (untuk hepatitis C)
• Anti HIV (untuk infeksi HIV)
44. LANGKAH DASAR TATALAKSANA KLINIS PROFILAKSIS PASCA
PAJANAN HIV PADA KASUS KECELAKAAN KERJA
1. Menetapkan kriteria yang dapat menerima Profilaksis Pasca
Pajanan HIV
2. Memberikan informasi singkat mengenai HIV untuk mendapatkan
persetujuan (informed consent)
3. Memastikan bahwa korban tidak menderita infeksi HIV dengan
melakukan tes HIV terlebih dahulu.
4. Pemberian obat-obat untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV
5. Melaksanakan evaluasi laboratorium
6. Menjamin pencatatan
7. Memberikan follow-up dan dukungan
45. Kriteria yang dapat menerima Profilaksis Pasca Pajanan HIV
• Waktu terpajan (secepat mungkin)
• Status HIV orang terpajan
• Jenis dan risiko pajanan (mukosa dan kulit tidak utuh)
• Status HIV sumber pajanan
46. Pemberian obat untuk Profilaksis Pasca Pajanan
Orang yang terpajan Paduan ARV
Remaja dan dewasa
Pilihan TDF + 3TC (FTC) + LPV/r
Alternatif TDF + 3TC (FTC) + EFV
AZT + 3TC + LPV/r
Anak (< 10 tahun)
Pilihan AZT + 3TC + LPV/r
Alternatif TDF + 3TC (FTC) + LPV/r
Dapat menggunakan EFV/NVP
untuk NNRTI
Panduan Obat ARV