SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Yang melatar belakangi diadakan penelitian stratigrafi daerah Kassi-Kassi
Kecamatan MarioRiwawo Kabupaten Soppeng adalah pertama merupakan syarat
kelulusan dari mata kuliah prinsip stratigrafi. Yang kedua merupakan ajang
pembelajaran bagaimana cara mengambil data khusunya yang bersangkutan dengan
stratigarfi dan bagaimana cara mengolahnya dilaboratorium.
Sebagai seorang calon ahli geologi, maka kita dituntut untuk memiliki pengetahuan
tentang Ilmu Geologi yang luas dan memadai untuk dapat memberikan data-data geologi
sesuai dengan yang diharapkan sebagai akibat semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan
data-data geologi khususnya pada daerah Indonesia. Apalagi dengan adanya Ilmu Prinsip
Stratigrafi ini, maka tidak mengherankan bila kita dituntut untuk mempelajari mengenai
stratigrafi yang menyusun daerah Indonesia. Sehingga untuk para geologiwan hendaknya
senantiasa tidak bosan-bosannya melaksanakan penelitian untuk mengumpulkan data-data
sebanyak dan seaktual mungkin.
I.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari dilaksanakannya praktek lapangan ini adalah untuk
melakukan pengamatan secara langsung terhadap perlapisan batuan yang didasarkan
2
pada ciri – ciri litologi, kandungan dan penyebaran fosil, hingga genesa dari tiap
litologi yang menyusun perlapisan tersebut.
Sedangkan tujuan diadakannya praktek lapangan ini adalah
1. Untuk mengetahui bentuk dan kedudukan lapisan batuan.
2. Untuk mengetahui batas dan penyebaran satuan batuan
3. Menentukan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan menurut satuan
stratigrafinya.
I.3. Waktu, Letak dan Kesampaian Daerah.
Praktek lapangan prinsip stratigrafi ini dilaksanakan selama satu hari yaitu
tanggal 04 November 2005. Berangkat dari Makassar hari sabtu pagi sekitar pukul
08.00 WITA dan kembali ke Makassar pada tanggal 04 November 2005 Pukul 18.45
Wita
Secara administratif daerah penelitian termasuk dalam wilayah Kecamatan
Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis
terletak sekitar 119o
55'
– 120o
00' Bujur Timur (BT) dan 2o
50'
–2o
55'
Lintang Selatan
(LS). Dengan jarak dari kota Makassar kurang lebih 180 km.
Daerah penelitian dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat
seperti Bus sejauh 160 km dengan lama perjalanan lebih kurang 4 Jam.
3
Gambar 1. Peta tunjuk lokasi
I.4 Metode dan tahapan penelitian
Praktikum lapangan Prinsip Stratigrafi ini menggunakan metode penelitian
yaitu dengan menggunakan sistem Pemetaan Geologi.
Tahap-tahap penelitian :
Daerah penelitian
4
1. Tahap persiapan
Pada Tahap ini berhubungan mengenai segala sesuatu yang perlu dipersiapkan
sebelum berangkat kelapangan seperti persuratan , akomodasi dan sebagainya.
2. Tahap Pengambilan Data
Adapun data yang diambil dilapangan adalah
a. Sebelum melakukan pengambilan data dilakukan pemplotan pada peta untak
menentukan lokasi pengamatan.
b. Melakukan measuring section dengan mengukur slope, arah, tebal dan
kedudukan lapisan (strike dan dip), apakah curam, landai, vertikal, atau
horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin tegak lurus
terhadap jurus perlapisan.
c. Pengambilan contoh batuan dan mendiskripsi batuan
d. Menentukan bentuk geomorfologi dan mencari data-data struktur geologi.
3. Tahap Pengolahan Data dan Pembuatan Laporan
3.1 Pengolahan Data
Setelah melaksanakan pengukuran, dan mengambil data-data yang cukup di
lapangan, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut, untuk dijadikan
sebagai dasar dalam perhitungan ketebalan dan pembuatan kolom stratigrafi.
Adapun tahapannya yaitu :
a. Perhitungan ketebalan setiap lapisan bila pengukuran tidak pas dari top dan
bottom lapisan.
5
b. Penentuan umur dan lingkungan pengendapan lapisan batuan yang dilihat
dari kandungan fosil pada setiap lapisan.
c. Membuat kolom litologi dan stratigrafi dari data-data yang ada.
3.2 Pembuatan Laporan
Tahap terakhir adalah pembuatan laporan lapangan yang merupakan hasil dari
penelitian lapangan.
Persiapan sebelum penelitian
Studi literature
Pencatatan data Penelitian Pemplotan lokasi
Pembutan laporan
Gambar. Diagram tahapan penelitian
I.5. Alat dan Bahan.
6
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan praktek lapangan ini
adalah sebagai berikut :
 Kompas Geologi
 Palu
 Beetle
 Roll meter
 Pita meter
 Alat tulis menulis
 Clip board
 Mistar atau penggaris minimal 30 cm
 Busur Derajat
 Kalkulator
 Kertas
1.6. Peneliti terdahulu
Adapun Para Peneliti yang telah melakukan penelitian di daerah ini adalah :
a. Yan Sophaeluwakan, 1979, beliau meneliti menganai Evolusi geologi dari
Melange Sulawei Selatan dimana sebagai daerah acuan ditentukanlah daerah
Barru.
7
b. Sidharta Soemarsono, 1979, beliau meneliti terhadap batuan yang kemungkinan
mengandung Kromit di daerah Barru
c. Van leeuwen, 1979, beliau melakukan penelitian mengenai Geologi Sulawesi
bagian Baratdaya dengan mengkhususkannya pada daerah Barru dan
sekitarnya.
d. Sartono dan Astadiredja, 1981, beliau memetakan dan menliti tentang Geologi
Kwarter untuk Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
e. Rab. Sukamto, 1982, beliau meneliti dan membuat Peta Geologi Lembar
Pangkajene dan Watampone bagian Barat.
8
BAB II
STRATIGRAFI REGIONAL
II.1 Tataan Stratigrafi
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan
ultrabasa, batuan malihan dan batuan malange. Batuannya terbreksikan, tergerus dan
mendaun, dan sentuhannya dengan formasi disekitarnya berupa sesar atau
ketidakselarasan. Penarikan radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta tahun
kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan akhir pada tektonik Zaman Kapur.
Batuan tua ini tertindih tidak selaras oleh endapan flysch Formasi Balangbarru dan
Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur Kapur Akhir. Kegiatan
magma yang dimulai pada waktu itu dengan bukti adanya sisipan lava dalam flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5 – 63,0 juta tahun), dan diendapkan
pada lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur Akhir.
Batuan sedimen Formasi Mallawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan darat
dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan gunungapi Paleosen dan batuan
flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Mallawa ini secara berangsur beralih ke endapan
karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara menerus dari Eosen Awal sampai
bagian bawah Miosen Tengah, tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000 m, dan
melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen
9
klastika formasi Salo Kalupang yang Eosen sampai Oligosen bersisipan batugamping
dan mengalasi batuan gunungapi Kalamiseng Miosen Awal di timur.
Sebagian besar pegunungan, baik yang barat maupun yang timur, berbatuan
gunungapi. Di pegunungan yang timur, batuan itu diduga berumur Miosen Awal
bagian atas yang membentuk Batuan Gunungapi Kalamiseng. Di lereng timur bagian
utara pegunungan yang barat, terdapat Batuan Gunungapi Soppeng yang diduga juga
berumur Miosen Awal. Batuan sedimen berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal
berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur antara 8,93 – 9,29 juta tahun.
Secara bersama batuan ini menyusun Formasi Camba yang tebalnya sekitar 5000 m.
Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari Formasi Camba ini yang
menindih tak selaras Formasi Tonasa.
Selama Miosen Akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah
Walanae diendapkan sedimen klastika Formasi Walanae. Batuan ini tebalnya sekitar
4500 m, dengan bioherm batugamping koral tumbuh di beberapa tempat (Batugamping
Anggota Tacipi). Formasi Walanae berhubungan menjemari dengan bagian atas
Formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir sampai Pliosen Awal
merupakan sumber bahan bagi formasi Walanae. Kegiatan gunungapi yang masih
terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan menghasilkan Batuan Gunungapi
Parepare (4,25 – 4,95 juta tahun) dan Baturape – cindako, juga merupakansumbe bagi
formasi ini.
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah ini semuanya berkaitan erat
dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sil danretas, bersusunan
10
beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit, yang berumur berkisar dari
8,3 – 19 + 2 juta tahun.
Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti pada
daerah ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara Pangkajene
dan beberapa tempat di tepi sungai Walanae, rupanya terjadi selama Pliosen. Endapan
Holosen yang luas berupa aluvium terdapat disekitas Danau Tempe, di daratan
Pangkajene – Maros dan bagian utara daratan Bone.
II.2 Batuan Sedimen dan Batuan Gunungapi
Tmpw FORMASI WALANEA:
Batupasir berselingan dengan batulanau, tufa, napal, batu lempung, konglomerat
dan batugamping; sebagain memakas dan sebagian rapih: umumnya berwarna muda,
putih keabuan, kecoklatan dan kelabu muda. Batupasir berbutir halus sampai kasar,
umumnya tufaan dan gampingan, terdiri dari sebagian batuan beku dan sebagian
mengandung banyak kuarsa. Komponen batuan gunungapi jumlahnya bertambah
secara berangsur ke arah barat dan selatan, terdiri dari butiran abu hingga lapili, tufa
kristal, setempat mengandung banyak batuapung dan biotit. Konglomerat ditemukan
lebih banyak dibagian selatan dan barat, tersusun terutama dari kerikil dan kerakal
andesit, trakit dan basal. Ke arah utara dan timur jumlah karbonat dan klastik
bertambah; di sekitar Tacipi batugamping berkembang jadi anggota Tacipi; di daerah
11
sekitar Watampone ditemukan lebih banyak batugamping pasiran berlapis yang
berselingan dengan napal, batulempung , batupasir dan tufa.
Fosil foram kecil banyak ditemukan didalam napal dan sebagian batugamping;
setempat moluska ditemukan melimpah di dalam batupasir, napal dan batugamping; di
daerah selatan setempat ditemukan sisa tumbuhan di dalam batupasir silangsiur dan
beberapa lensa batubara didalam batulempung ; batutahu ditemukan didalam batupasir
dekat Pampanua dan Sengkang, daerah utara
Satuan batuan ini tersebar luas di sepanjang lembah S. Walanea, ditimur D.
Tempe dan sekitar Watampone; pada umumnya terlipat lemah, dengan kemiringan
lapisan kurang dari 150
; perlipatan kuat terjadi di sepanjang jalus sesar, dengan
kemiringan sampai 600
. Bagian bawah formasi ini diperkirakan menjemari dengan
Formasi Camba, dan bagian atasnya menjemari dengan Batuan Gunungapi Parepare;
tebal diperkirakan tidak kurang dari 4500 m.
Tmc FORMASI CAMBA
Batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunung api ; batupasir tufaan
bersilangan dengan tufa, batuoasir, batulanau batu lempung; bersisipan dengan napal,
batugamping, konglomerat dan breksi gunung api, dan setempat dengan dengan
batubara; berwarna aneka , putih, coklat, merah, kuning, kelabu muda sampai
kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagai kurang padat; berlapisan dengan
tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan
berwarna merah mengandung banyak mineral boitit; konglomerat dan breksinya
12
terutama komponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm dan 40 cm;
batugamping pasiran dan batupasir gamping dengan mengandung foram kecil dan
muloska; batu lempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan
moluska; sisipan batubara setebal 40 cm ditemukan di S. Maros. Pada umunya berlapis
baik, terlipat lemah dengan kemiringan sampai 300
Tmcv, anggota batuan Gunungapi bersisipan batuan sedimen laut;
breksigungngapi, dan tufa berbutir halus hingga lapili; bersisipan batupasir tufaan,
batupasir amping, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal.
Batuanya bersusunan andesit dan basal; umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian
terkesikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang; diterobos oleh retas, sil dan stok
bersusunan basal dan diorit; barwarna kelabu muda, kalabu tua dan coklat.
Tmpv BATUAN GUNUNGAPI PAREPARE
Tufa berbutir halus sampai lapili, breksi dan konglomerat gunungapi, setempat
dengan sisipan lava dan batupasir tufaan; terutama bersusunan trakit dan andesit trakit;
beberapa lapisan tufa mengandung banyak biotit; umumnya memakas lemah dan
sebagian repih; berwarna putih keabuan hingga kelabu; setempat terlihat lapaisan
silang siur dan sisa tumbuhan. Sebagian daret batuan gunungapi ini di daerah timur
terdiri terutama lava (Tppl) bersusunan trakit mengandung biotit . Satuanya ini ditaksir
setebal 5000 m, menindih batuan Foemasi Camba dan kemungkinan menjemari
dengan bagian atas formasi Walanea Umurnya Pliosen, berdasarkan penarikan
radiometri pada trakit dan tufa dari timur laut Parepare Lembah Majene-Palopo ),
13
yang masing-masing menghasilkan 4.25 dan 4.95 juta tahun ( J.D. Obradovich,
hubungan tertulis, 1974)
Tmpv BATUAN GUNUNG SOPPENG
Breksi gunungapi dan lava dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili, dan
batuanlempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan di bagian
selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksen dan sebagian basal
leusit, kandungan leusitnya makin banyak kerah selatan; sebagian lavanya berstruktur
bantal dan terbreksikan; breksinya berkomponen antara antar 5 cm - 50 cm ; warnanya
kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijuan.
Batuan gunungapi ini umumnya terubah sangat kuat, amigdaloid dengan
mineral sekonder berupa urat karbonat dan silikat; diterobos oleh retas (0,5 m - 1 m)
dan sill trakit dan andesit dengan arah umum retas timurlaut – barat daya. Satuan taksir
setebal 4000 m, tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan
Formasi Camba ; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Pada hakekatnya ada hubungan tertentu antara mulajadi dan aturan batuan
dialam, dalam kedudukan ruang dan waktu geologi. Stratigrafi membahas aturan ,
hubungan, mulajadi lapisan serta tubuh batuan dialam .Sandi stratigrafi ini indonesia
dimaksudkan untuk memberikan pengarahan kepada geologiawan yang bekerja
dindonesia dalam cara penggolongan stratigrafi. , sandi stratigrafi indonesia
memberikan kemungkinan untuk tercapainya keseragaman dalam pengertian dan
tatanama satuan - satuan stratigrafi indonesia.Pada dasarnya sandi stratigrafi indonesia
mengakui adanya satuan lithostratigrafi , satuan litodemik , satuan stratigarfi gunung
api , satuan biostratigrafi , satuan sekuen stratigrafi dan satuan kronostratigrafi serta
geokronologi.
Adapun sejarah dikenalnya stratigarfi yaitu dimulai pada abad ke 16 , dan
barulah sekitar tahun 1669 seorang ilmuan italia yang bernama “ Nikolas Steno “ dari
hasil pengamatan lapangannya ( dalam buku De Solido intra Solidum Natulraliter
Contento ) mengemukakan :
 Hukum superposisi ( 1669 )
“ Pada masa dimana terbentuknya perlapisan dengan bentuk tertentu , diawali
dengan pengendapan material bersifat fluida/kental yang kemudian
membentuk perlapisan dan ditutupi kembali oleh material berikutnya
sehinggalapisan yang terbentuk pada awalnya tidak terlihat lagi “
15
 Hukum Horizontality (1669 )
“ Pada masa pembentukan, pada saat itu terbentuk bidang perlapisan dimana
lapisan paling bawah sebagai bidang lateral dianggap sama memilki subtansi
baik secara lateral, Namun pada lapisan yang paling atas secara horizontal
bersifat parallel dengan perlapisan lainnya dan keseluruhan perlapisan ,
terkecuali pada bagian bawah ditutupi oleh padatan yang parallel , sifat ini
mengikuti perlapisan bidang baik yang bersifat perpendicular maupun
mendatar dengan bentuk parallel semuanya.”
 Original continuity (1669 )
“ Pada masa dimana bidang perlapisan terbentuk yang dibatasi oleh material -
material padat atau ditutupi dengan bentuk permukaan spherical pada
permukaan bumi, sfat ini mengikuti tempat - tempat perlapisan yang dapat
diamati sebagai benmtuk kesinambungan pada bidang perlapisan yang sama
dengan kata lain. Material padat menjadi penanda bidang perlapisan yang
mengalami penekanan yang menjadi bidang datar.”
Selanjutnya peneliti lain yang mempunyai sumbangan penting dalam
stratigrafi adalah James Hutto pada tahun 1785 dengan teorinya yang terkenal dengan ”
Uniformitarianism “ yang berbunyi :
“ Dalam mengamati proses yang terjadi pada masa kini , kita mempunyai data -
data sebagai landasan dalam mengenali apa yang terjadi selanjutnya , demikian pula
pada hokum superposisi diman terjadinya sama dan etrus berlanjut diman dialam
kemunculannya dapat diamati dari hasil proses geologi. “
16
Dari konsep ini lahir pernyataan “ The present is the keys to the past “.
Kemajuan ilmu sekarang ini hamper sejalan dengan kemajuan waktu ,
kemajuan ini berupa perubahan dan timbulnya konsep baru yang didasari oleh temuan
data barua dan pemakain konsep yang jumlah serta frekuensinya tidak lagi linier
dengan waktu , tetapi sangat mencolok luar biasa. Sanngat berbeda dengan perubahan
konsep atau teori terdahulu yang umumnya didasarkan pada dat yang sedikit dan sering
disertai tinjauan sepihak , perubahan yang sekarang ini didarkan data yang luar biasa
jumlahnya dan bersifat multidispliner , meliputi berbagi cabang ilmu serta pemakaian
yang universal.
Pengolahan Data Lapangan
Perhitungan Ketebalan
Jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atap (top) merupakan
tebal lapisan. Oleh karena itu perhitungan tebalnya yang tepat harus dilakukan dalam
bidang yang tegak lurus jurus perlapisan. Bila tidak tegak lurus maka jarak terukur
yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut :
d = Jarak terukur x cosinus batuan
= sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran (azimuth)
Tanda-tanda yang biasa dipakai untuk pengukuran ketebalan lapisan adalah :
t = tebal
d = jarak terukur
δ = besar dip
17
α = besar slope
σ = perbedaan arah dip dan azimuth rentangan
1. Pengukuran Pada Daerah Datar (lereng = 00
)
Jika jarak terukur adalah tegak lurus jurus, ketebalan langsung didapat dengan
perhitungan :
T = d . Sin α
Dan apabila jarak terukur adalah tidak tegak lurus, maka perhitungannya adalah
:
T = d . Cos σ . Sin α
2. Pengukuran Pada Daerah Tidak Datar (lereng tidak sama dengan 00
)
a. Kemiringan Lapisan Searah Dengan Lereng
1. Bila dip searah dengan slope dan dip < slope
T = d Cos σ Sin (β – α)
2. Bila dip searah dengan slope dan dip > slope
T = a Cos σ Sin (α- β)
b. Perhitungan Jika Dip Berlawanan Dengan Slope
T = d Cos σ Sin (α- β)
2.2. Kolom Stratigrafi
Kolom Stratigrafi adalah suatu gambaran urut-urutan susunan batuan secara
vertikal lapisan-lapisan batuan yang memuat data-data litologi terperinci dari urut-
urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi (Formasi, Kelompok, Anggota dan
18
sebagainya), ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi yang dapat digunakan
untuk mendapatkan atau mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan
urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detail, untuk menafsirkan
lingkungan pengendapan. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam suatu kolom
stratigrafi secara berurutan, yaitu :
1. Kolom Umur
Kolom ini dimaksudkan untuk memberikan keterangan umur batuan, untuk mengisi
kolom ini biasanya harus dilakukan analisis umur batuan baik berdasarkan fosil maupun
radiometri. Untuk keperluan tersebut, yang standar biasanya dilakukan analisis Paleontologi
untuk itu harus dipilih conto batuan yang mengandung fosil. Sebaiknya penentuan umur
paling tidak dilakukan pada tiga level (bawah, tengah dan atas) dari satuan.
2. Kolom Satuan Batuan
Kolom ini diisi dengan penamaan resmi (Kelompok, Formasi, Anggota, dll)
ataupun tidak resmi (berdasarkan ciri umumnya) dari satuan yang ada.
3. Kolom Ketebalan
Diisi berdasarkan data hasil perhitungan ketebalan, untuk menghindari
kekeliruan ploting yang berulang, disarankan untuk mengeplot secara komulatif dari
suatu datum tertentu.
4. Kolom Besar Butir dan Struktur Sedimen
19
Diisi berdasarkan hasil deskripsi lapangan mengenai besar butir dan struktur
sedimen, perlu diperhatikan pula letak dan perubahan besar butir dan struktur sedimen.
Gunakan simbol struktur sedimen yang sudah baku.
5. Simbol Litologi
Simbol litologi digambarkan berdasarkan data litologi yang diamati di
lapangan. Ikutilah simbol-simbol yang sudah baku kalau ada simbol-simbol yang perlu
ditambahkan, misalnya adanya fosil Foram, sisa tumbuhan dan sebagainya diletakkan
pada bagian ini.
6. Ekspresi Topografi
Ide pencantuman ekspresi topografi untuk memberikan gambaran yang identik
antara besar butir yang simetris terhadap ekspresi topografi mirip dengan bentuk log
SP yang biasanya simetris terhadap log Resistivity. Hal ini biasanya digunakan dalam
industri minyak bumi untuk mengetahui geometri batuan reservoir.
7. Kolom Pemerian (Deskripsi)
Kolom pemerian (deskripsi) seyogyanya kolom ini diisi menurut aturan yang
telah umum atau yang mewakili ciri satuan batuan yang digunakan dan sesuai dengan
kebutuhan. Hal ini bisa sangat detail pada masing-masing lapisan yang dianggap
penting, namun dapat juga deskripsi bersifat agak umum yang mewakili ciri satuan
batuan (hal ini biasanya digunakan untuk keperluan pemetaan). Adapun urutan susunan
pemerian yang dianjurkan, yaitu :
20
- nama satuan batuan, nama satuan batuan hendaknya memakai ciri umum dari satuan
batuan. .
- batuan utama dan sisipan atau perselingannya serta organisasi antar lapisan
- pemerian liologi setiap lapisan (nama batuan, warna, tekstur, komposisi, struktur
sedimen, dan lain-lain).
- hubungan dengan satuan di atas atau dibawahnya, misalnya hubungan yang tegas atau
tajam, berangsur, batas erosi atau ketidakselarasan, kontak patahan dan kontak intrusi,
dan lain-lain.
8. Kandungan Fosil
Kandungan fosil yang dicantumkan pada kolom ini sebaiknya hanya fosil-fosil
yang diagnostik (untuk umur dan lingkungan pengendapan), hal tersebut untuk
memperkuat penafsiran umur dan lingkungan pengendapan.
9. Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapan dapat ditentukan setelah melalui analisis baik yang
berdasarkan urutan vertikal (analisis stratigrafi) atau analisis fosil bentos.
21
Contoh Tabel Kolom Stratigrafi, yaitu :
KOLOM STRATIGRAFI
DAERAH X
U
M
U
R
F
O
R
M
A
S
I
SATUAN
BATUAN
T
E
B
A
L
BESAR BUTIR
STRUKTUR
SEDIMEN
KOLOM
LITOLOGI
PEMERIAN
KANDU
NGAN
FOSIL
LINGK
.PENG
ENDA
PAN
BAB IV
22
STRATIGRAFI LINTASAN
IV. 1 Stratigrafi Lokal Daerah Penelitian
IV.1.1 Karakteristik Stratigrafi
Pada daerah lintasan Kassi-Kassi dasar Pengelompokkan dan penamaan satuan
batuan dilakukan berdasarkan satuan lithostratigrafi tidak resmi yang bersendi pada
cirri-ciri fisik dilapangan, cirri-cirri litologi ,ciri fisik ,sifat kimia dan domonasi serta
penyebaran batuan secara lateral dan vertikal (Sandi Stratigrafi Indonesia 1996) maka
pada daerah lintasan Kassi-Kassi dapat disatukan menjadi 7(empat) satuan yaitu :
 Satuan batulempung
 Satuan batupasir
 Satuan batulempung
 Satuan napal
 Satuan batugamping
 Satuan napal
 Satuan batulempung
Adapun uraian untuk masing masing satuan yang ada diurutkan dari satuan
yang berumur lebih tua hingga yang muda berdarkan hukum superposisi sebagai
berikut :
IV.1.1.1 Satuan batulempung
23
Satuan ini mempunyai ketebalan 5,6 meter dengan kedudukan relative
N48o
E/10o
, satuan batulempung ini terdiri atas batulempung ,batupasir dan batu
gamping dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi batulempung mempunyai
kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur
berlapis (N48o
E/10o
) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan
ukuran butir lempung mempunyai ketebalan 4-5,19 m . litologi batugamping
mempunyai kenampakan warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman
tekstur klastik kasar struktur berlapis (N185o
E/25o
) ,komposisi kimia karbonat kemas
terbuka, sortasi jelek, mempunyai ketebalan 30-36cm .
Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir
berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan
batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan
dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan
gampingan (Rab Sukamto,1975) .
Berdasarkan kesamaan cirri fisik yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan
batuan yang berada pada lintasan Kassi-Kassi ini berumur Miosen Bawah bagian Atas
sampai Miosen Tengah bagian Bawah yang ditarik dari kandungan fosil. Satuan
batulempung ini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada Outer self yang
didasarkan atas cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan batupasir
yang berada dibawahnya adalah selaras.
IV.1.1.2 Satuan napal
24
Satuan ini mempunyai ketebalan 6,78 meter dengan kedudukan relative
N48o
E/10o
, satuan napal ini terdiri atas napal, batupasir dan batu gamping dengan ciri
fisik untuk masing-masing litologi napal mempunyai kenampakan warna segar abu-
abu warna lapuk coklat kekuningan tekstur klastik halus struktur berlapis
(N48o
E/10o
) ,komposisi kimia karbonat kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran
butir lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 4-5,6 m, Litologi batupasir
mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus
struktur berlapis (N345o
E/21o
) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik
dengan ukuran butir 1/16-1/8 mempunyai ketebalan 13-80cm, litologi batugamping
mempunyai kenampakan warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman
tekstur klastik kasar struktur berlapis (N325o
E/24o
) ,komposisi kimia karbonat kemas
terbuka, sortasi jelek, mempunyai ketebalan 40cm-1,93 m .
Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir
berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan
batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan
dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan
gampingan (Rab Sukamto,1975) .
Berdasarkan kandungan fosil yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan
batuan ini, yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Miosen Tengah bagian
Bawah–Miosen Tengah bagian Tengah yang ditarik dari kandungan fosil foraminifera
plaktonik. Satuan napal ini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada Outer self
25
yang didasarkan atas cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan
batugamping yang berada dibawahnya dan satuan batulempung yang ada diatasnya
adalah selaras
IV.1.1.3 Satuan Batugamping
Satuan ini mempunyai ketebalan 10,4 meter dengan kedudukan relative
N185o
E/20o
, satuan batugamping ini terdiri atas batulempung, napal dan batupasir
dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi batugamping mempunyai kenampakan
warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman tekstur klastik kasar struktur
berlapis (N185o
E/20o
) ,komposisi kimia karbonat kemas terbuka, sortasi jelek,
mempunyai ketebalan 7-8,4 meter , litologi napal mempunyai kenampakan warna
segar abu-abu warna lapuk coklat kekuningan tekstur klastik halus struktur berlapis
(N325o
E/25o
) ,komposisi kimia karbonat kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran
butir lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 1-1,7 m, litologi batulempung
mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus
struktur berlapis (N185o
E/20o
) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik
dengan ukuran butir lempung mempunyai ketebalan 30,75 cm,
Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir
berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan
batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan
26
dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan
gampingan (Rab Sukamto,1975) .
Berdasarkan kandungan fosil yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan
batuan ini, yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Miosen Tengah bagian
Tengah-Miosen Atas bagian Atas yang ditarik dari kandungan fosil foraminifera
plaktonik. Satuan batugampingini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada
inner self yang didasarkan atas cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan
satuan napal yang berada dibawahnya dan satuan napal yang ada diatasnya adalah
selaras
IV.1.1.4 Satuan napal
Satuan ini mempunyai ketebalan 23,16 meter dengan kedudukan relative
N332o
E/4o
, satuan napal ini terdiri atas napal, batulempung dan batu gamping dengan
ciri fisik untuk masing-masing litologi napal mempunyai kenampakan warna segar
abu-abu warna lapuk coklat kekuningan tekstur klastik halus struktur berlapis
(N332o
E/4o
) ,komposisi kimia karbonat kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran
butir lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 17-18,26 m, litologi batulempung
mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus
struktur berlapis (N357o
E/24o
) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik
dengan ukuran butir lempung mempunyai ketebalan 3-4,9 m, litologi batugamping
mempunyai kenampakan warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman
27
tekstur klastik kasar struktur berlapis (N330o
E/4o
) ,komposisi kimia karbonat kemas
terbuka, sortasi jelek, mempunyai ketebalan 30cm-2,3m .
Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir
berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan
batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan
dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan
gampingan (Rab Sukamto,1975) .
Berdasarkan kandungan fosil yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan
batuan ini, yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Miosen Atas bagian Atas –
Pliosen Bawah yang ditarik dari kandungan fosil foraminifera plaktonik. Satuan napal
ini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada Outer self yang didasarkan atas
cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan batugamping yang
berada dibawahnya dan satuan batulempung yang ada diatasnya adalah selaras
IV.1.1.5 Satuan batulempung
Satuan ini mempunyai ketebalan 32,53 meter dengan kedudukan relative
N187o
E/28o
, satuan batulempung ini terdiri atas batulempung ,batupasir dan napal
dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi batulempung mempunyai kenampakan
warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis
(N187o
E/28o
) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir
lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 22,5-30 m. Litologi batupasir
28
mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus
struktur berlapis (N187o
E/28o
) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik
dengan ukuran butir 1/16-1/8 mempunyai ketebalan 13-80cm. litologi napal
mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat kekuningan tekstur
klastik halus struktur berlapis (N187o
E/28o
) ,komposisi kimia karbonat kemas tertutup
sortasi baik dengan ukuran butir lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 30 cm-
1.3 m
Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir
berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan
batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan
dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan
gampingan (Rab Sukamto,1975) .
Berdasarkan kesamaan cirri fisik yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan
batuan yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Pliosen Bawah –Pliosen
Tengah yang ditarik dari kandungan fosil. Satuan batulempung ini terendapkan pada
lingkuangan marin yaitu pada Outer self yang didasarkan atas cirri kandungan
fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan batupasir yang berada diatasnya adalah
selaras dan satuan napal dibawahnya juga selaras.
IV.1.1.6 Satuan batubatupasir
Satuan ini mempunyai ketebalan 3,4 meter dengan kedudukan relative
N325E/34, satuan batupasir ini terdiri atas batupasir dengan cirri fisik batupasir
29
mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus
struktur berlapis (N325E/34) ,komposisi kimia silika kemas tertutup sortasi baik
ukuran butir pasir halus (1/16-1/8 mm) mempunyai ketebalan 3,4 m.
Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir
berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan
batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan
dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan
gampingan (Rab Sukamto,1975
Satuan ini berumur Pliosen Bawah-Pliosen Tengah yang didasarkan atas
kandungan fosil foraminifera planktoniknya, lingkungan pengendapan pada daerah
marine yaitu outer self yang didasarkan atas kandungan fosil foraminifera
planktoniknya dan dengan penciri berupa struktur croos bedding pada lapisan batupasir
.Satuan batuan ini mempunyai hubungan yang selaras dengan satuan batulempung
yang berada diatasnya dan satuan batulempung dibawahnya.
IV.1.1.7 Satuan batulempung
Satuan ini mempunyai ketebalan 15 meter dengan kedudukan relative
N325o
E/34o
, satuan batulempung ini terdiri atas batulempung ,batupasir dan batu
gamping dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi batulempung mempunyai
kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur
berlapis (N325o
E/34o
) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan
30
ukuran butir lempung mempunyai ketebalan 10-13 m . litologi batugamping
mempunyai kenampakan warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman
tekstur klastik kasar struktur berlapis (N185o
E/25o
) ,komposisi kimia karbonat kemas
terbuka, sortasi jelek, mempunyai ketebalan 30-36cm . Ltologi batupasir mempunyai
kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur
berlapis (N325o
E/27o
) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan
ukuran butir 1/16-1/8 mempunyai ketebalan 13-80cm.
Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir
berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan
batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan
dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan
gampingan (Rab Sukamto,1975) .
Berdasarkan kesamaan cirri fisik yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan
batuan yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Pliosen Bawah –Pliosen Atas
yang ditarik dari kandungan fosil. Satuan batulempung ini terendapkan pada
lingkuangan marin yaitu pada Outer self yang didasarkan atas cirri kandungan
fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan batupasir yang berada dibawahnya adalah
selaras.
IV.1.2.Mekanisme pengendapan
31
Pada lintasan Kassi-Kassi satuan batuan yang pertama kali terendapkan
batulempung pada daerah marine (outer self), berdasarkan posisi satuan batuan ini
pada kolom startigrafi dimana menempati posisi paling bawah dari satuan batuan
lainnya . Setelah batulempung terbentuk secara bengansur-angsur terjadi perubahan
muka air laut dimana muka air laut naik serta suplai sediment sehingga terendapakan
napal dengan komposisi karbonat dimana pengendapannya langsung menindih secara
selaras batulempung.
Pada saat pengendapan yang terus berlanjut terjadi penurunan muka air laut
atau naiknya dasar basin yang dapat disebabkan karena adanya pengaruh tektonik
menyebakan terjadinya pendangkalan air laut menyebabkan material yang kemudian
terendapkan mempunyai ukuran yang lebih kasar karena jarak transportasi semakin
dekat dengan daerah pengendapan . Dengan demikian satuan napal tertindih secara
selaras dengan satuan batugamping yang berada diatasnya dengan lingkungan
pengendapan inner self .
Setelah pengendapan satuan batugamping, kemudian terjadi penurunan dasar
basin atau naiknya muka air laut menyebabkan jarak transportasi material akan
semakin jauh sehingga ukuran material akan semakin halus (lempung).Sehingga diatas
satuan batugamping terbentuk satuan napal dengan komposisi kimia karbonat yang
kemungkinan besar materialnya berasal dari terumbu atau koral yang menindih secara
selaras.
Setelah pengendapan napal kembali terjadi perubahan suplai sediment tanpa
terjadi perubahan muka air laut hal ini dapat dilihat dari hingkungan pengedapannya
32
yang sama yang dapat dilihat dari kandungan kandungan fosil bentoniknya yaitu pada
outer self. Sehingga terendapkan batulempung dengan komposisi dominant silica, dan
menindih selaras satuan batuan dibawahnya
Pada saat pengendapan yang terus berlanjut terjadi penurunan muka air laut atau
naiknya dasar basin kembali yang menyebakan terjadinya pendangkalan air laut
menyebabkan material yang kemudian terendapkan mempunyai ukuran yang lebih
kasar karena jarak transportasi semakin dekat dengan daerah pengendapan . Dengan
demikian satuan batulempungl tertindih secara selaras dengan satuan batupasir yang
berada diatasnya dengan lingkungan pengendapan middle self .
Setelah pengendapan satuan batupasir, kemudian terjadi penurunan dasar basin atau
naiknya muka air laut menyebabkan jarak transportasi material akan semakin jauh
sehingga ukuran material akan semakin halus (lempung).Sehingga diatas satuan
batupasir terbentuk satuan batulempung kembalil dengan komposisi kimia silica yang
kemungkinan besar materialnya berasal dari darat yang menindih secara selaras. Jadi
apabila dilihat dari umurnya satuan batulempung yang berada pada lapisan paling atas
merupakan satuan yang paling muda.
IV.2 Diskusi
Setelah pengambilan data dan pencatatan maka dilakukan diskusi menyangkut segala
permasalah laapangan adapun yang didiskusikan adalah :
33
1. Pada pengamatan didapat sisipan batulempung yang tebalnya kira-kira 3 cm pada
batugamping yang tebalnya lebih dari 5 meter. Sedangkan batugamping terbentuk
pada daerah dengan arus yang cukup besar.
Jawab :
Dari hasil diskusi tidak selamanya batugamping terbentuk pada daerah laut dangkal
dengan arus yang cukup besar tapi bisa juga pada daerah yang lebih dalam
terbantung suplai sediment dan kekuatan materialnya untuk tidak larut pada saat
sampai pada laut yang cukup dalam.
2. Kenapa bisa terbentuk napal diatas batulempung yang terbentuk pada daerah
laut dalam?
Jawab :
Batulempung yang bersifat gampingan tidak hanya terbentuk pada daerah dimana
masih dipengaruhi oleh aktivitas organic atau pada daerah neritik tapi bisa juga
bisa terbentuk pada laut dalam atua bisa juga pada daerah lagoon (laut tertutup
yang masih ada pengaruh dari laut lepas dimana pada daerah ini arus cukup
lemah)
34
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil field trip prinsip stratigrafi ini
adalah :
1. Singkapan yang berada pada daerah Kassi-Kassi termasuk dalam Formasi
Walanae.
2. Umur dari satuan yang tertua sampai yang termuka pada daerah penelitian
adalah Miosen Bawah bagian Atas sampai Pliosen Atas.
3. Dijumpai tujuh satuan batuan pada daerah penelitian yaitu :
o Satuan batulempung
o Satuan batupasir
o Satuan batulempung
o Satuan napal
o Satuan batugamping
o Satuan napal
o Satuan batulempung
35
V.2 Saran
Sebaiknya untuk pengamatan satu lintasan secara MS dilakukan secara
menyeluruh berarti setiap kelompok mulai dari stasiun pertama sampai stasiun terakhir
agar datanya lebih akurat.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Presentasi ekskursi geologi umum 2010
Presentasi ekskursi geologi umum 2010Presentasi ekskursi geologi umum 2010
Presentasi ekskursi geologi umum 2010Ginan Ginanjar Kosim
 
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTEINTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTEDhy Ganny
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamFajar Perdana
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanMakalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanarif878
 
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluanHandaka Sugito
 
Presentasi Survei Satelit Geodinamika
Presentasi Survei Satelit GeodinamikaPresentasi Survei Satelit Geodinamika
Presentasi Survei Satelit Geodinamikafikriflux
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwareJihad Brahmantyo
 
Jurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungJurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungAulia Nofrianti
 
Aktifitas Penambangan Batubara Metode Stri Mine PT. Batubara Bukit Kendi Tanj...
Aktifitas Penambangan Batubara Metode Stri Mine PT. Batubara Bukit Kendi Tanj...Aktifitas Penambangan Batubara Metode Stri Mine PT. Batubara Bukit Kendi Tanj...
Aktifitas Penambangan Batubara Metode Stri Mine PT. Batubara Bukit Kendi Tanj...Universitas Sriwijaya
 
Persentase sulawesi
Persentase sulawesiPersentase sulawesi
Persentase sulawesiagus888
 
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2zulfiqriramadhan
 
Proposal ta injatama
Proposal ta injatamaProposal ta injatama
Proposal ta injatamaIvanboscho
 
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangFasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangPrahara Iqbal
 

Mais procurados (20)

Presentasi ekskursi geologi umum 2010
Presentasi ekskursi geologi umum 2010Presentasi ekskursi geologi umum 2010
Presentasi ekskursi geologi umum 2010
 
Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010
Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010
Ekskursi Geologi Umum UNIBSA 2010
 
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTEINTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA FORMASI PLOVER CEKUNGAN BONAPARTE
 
Study Kasus Eksplorasi Bijih Besi
Study Kasus Eksplorasi Bijih BesiStudy Kasus Eksplorasi Bijih Besi
Study Kasus Eksplorasi Bijih Besi
 
Jurnal20080301
Jurnal20080301Jurnal20080301
Jurnal20080301
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi Karsam
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanMakalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
 
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan
 
Presentasi Survei Satelit Geodinamika
Presentasi Survei Satelit GeodinamikaPresentasi Survei Satelit Geodinamika
Presentasi Survei Satelit Geodinamika
 
P. Sulawesi
P. SulawesiP. Sulawesi
P. Sulawesi
 
Geomorfologi indonesia
Geomorfologi indonesiaGeomorfologi indonesia
Geomorfologi indonesia
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + software
 
The Geology of Sumatra
The Geology of SumatraThe Geology of Sumatra
The Geology of Sumatra
 
Jurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungJurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandung
 
Aktifitas Penambangan Batubara Metode Stri Mine PT. Batubara Bukit Kendi Tanj...
Aktifitas Penambangan Batubara Metode Stri Mine PT. Batubara Bukit Kendi Tanj...Aktifitas Penambangan Batubara Metode Stri Mine PT. Batubara Bukit Kendi Tanj...
Aktifitas Penambangan Batubara Metode Stri Mine PT. Batubara Bukit Kendi Tanj...
 
Persentase sulawesi
Persentase sulawesiPersentase sulawesi
Persentase sulawesi
 
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2
 
Proposal ta injatama
Proposal ta injatamaProposal ta injatama
Proposal ta injatama
 
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota PadangFasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
Fasies sedimen Kuarter berpotensi likuifaksi Pesisir Kota Padang
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Semelhante a hlLaporran lapangan prinsip ku

Laporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi strukturLaporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi strukturAswan M
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptHitamKaktus
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaFitri Indra Wardhono
 
DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptHitamKaktus
 
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192kerong
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjingRifai Ramli
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxCorazonDeatpoll
 
PPT UKK [e;akaram le;as 12 gep;pgo [pertambangan smk negeri 8 palu .pptx
PPT UKK [e;akaram le;as 12 gep;pgo [pertambangan smk negeri  8 palu  .pptxPPT UKK [e;akaram le;as 12 gep;pgo [pertambangan smk negeri  8 palu  .pptx
PPT UKK [e;akaram le;as 12 gep;pgo [pertambangan smk negeri 8 palu .pptxIwan Kasema
 
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdfWahyuPrayetno1
 
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptxAnshariMatin
 
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungTeknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungheny novi
 
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-revowyeh
 
Bab viii kesimpulan
Bab viii kesimpulanBab viii kesimpulan
Bab viii kesimpulanSamuel Semy
 
7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdfUCAHFO1
 
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethodProspek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethodKevin Pratama
 
Planet Bumi Bentuk dan Ukuran Bumi
Planet Bumi Bentuk dan Ukuran BumiPlanet Bumi Bentuk dan Ukuran Bumi
Planet Bumi Bentuk dan Ukuran BumiHarianto Ma'tu
 

Semelhante a hlLaporran lapangan prinsip ku (20)

Laporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi strukturLaporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi struktur
 
DOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.ppt
 
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI JakartaGambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta
 
DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.ppt
 
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
 
PPT UKK [e;akaram le;as 12 gep;pgo [pertambangan smk negeri 8 palu .pptx
PPT UKK [e;akaram le;as 12 gep;pgo [pertambangan smk negeri  8 palu  .pptxPPT UKK [e;akaram le;as 12 gep;pgo [pertambangan smk negeri  8 palu  .pptx
PPT UKK [e;akaram le;as 12 gep;pgo [pertambangan smk negeri 8 palu .pptx
 
Makalah Hilman Rahmanhata
Makalah Hilman RahmanhataMakalah Hilman Rahmanhata
Makalah Hilman Rahmanhata
 
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
1587-Article Text-4711-1-10-20200122.pdf
 
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdanaJurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
 
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
 
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungTeknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
 
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
154501618 cekungan-tarakan-file-ed-rev
 
Geologi Rekayasa
Geologi RekayasaGeologi Rekayasa
Geologi Rekayasa
 
Bab viii kesimpulan
Bab viii kesimpulanBab viii kesimpulan
Bab viii kesimpulan
 
Geowisata
GeowisataGeowisata
Geowisata
 
7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf
 
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethodProspek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
Prospek Migas cekungan Jatim dengan GravityMethod
 
Planet Bumi Bentuk dan Ukuran Bumi
Planet Bumi Bentuk dan Ukuran BumiPlanet Bumi Bentuk dan Ukuran Bumi
Planet Bumi Bentuk dan Ukuran Bumi
 

hlLaporran lapangan prinsip ku

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Yang melatar belakangi diadakan penelitian stratigrafi daerah Kassi-Kassi Kecamatan MarioRiwawo Kabupaten Soppeng adalah pertama merupakan syarat kelulusan dari mata kuliah prinsip stratigrafi. Yang kedua merupakan ajang pembelajaran bagaimana cara mengambil data khusunya yang bersangkutan dengan stratigarfi dan bagaimana cara mengolahnya dilaboratorium. Sebagai seorang calon ahli geologi, maka kita dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang Ilmu Geologi yang luas dan memadai untuk dapat memberikan data-data geologi sesuai dengan yang diharapkan sebagai akibat semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan data-data geologi khususnya pada daerah Indonesia. Apalagi dengan adanya Ilmu Prinsip Stratigrafi ini, maka tidak mengherankan bila kita dituntut untuk mempelajari mengenai stratigrafi yang menyusun daerah Indonesia. Sehingga untuk para geologiwan hendaknya senantiasa tidak bosan-bosannya melaksanakan penelitian untuk mengumpulkan data-data sebanyak dan seaktual mungkin. I.2. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari dilaksanakannya praktek lapangan ini adalah untuk melakukan pengamatan secara langsung terhadap perlapisan batuan yang didasarkan
  • 2. 2 pada ciri – ciri litologi, kandungan dan penyebaran fosil, hingga genesa dari tiap litologi yang menyusun perlapisan tersebut. Sedangkan tujuan diadakannya praktek lapangan ini adalah 1. Untuk mengetahui bentuk dan kedudukan lapisan batuan. 2. Untuk mengetahui batas dan penyebaran satuan batuan 3. Menentukan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan menurut satuan stratigrafinya. I.3. Waktu, Letak dan Kesampaian Daerah. Praktek lapangan prinsip stratigrafi ini dilaksanakan selama satu hari yaitu tanggal 04 November 2005. Berangkat dari Makassar hari sabtu pagi sekitar pukul 08.00 WITA dan kembali ke Makassar pada tanggal 04 November 2005 Pukul 18.45 Wita Secara administratif daerah penelitian termasuk dalam wilayah Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis terletak sekitar 119o 55' – 120o 00' Bujur Timur (BT) dan 2o 50' –2o 55' Lintang Selatan (LS). Dengan jarak dari kota Makassar kurang lebih 180 km. Daerah penelitian dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat seperti Bus sejauh 160 km dengan lama perjalanan lebih kurang 4 Jam.
  • 3. 3 Gambar 1. Peta tunjuk lokasi I.4 Metode dan tahapan penelitian Praktikum lapangan Prinsip Stratigrafi ini menggunakan metode penelitian yaitu dengan menggunakan sistem Pemetaan Geologi. Tahap-tahap penelitian : Daerah penelitian
  • 4. 4 1. Tahap persiapan Pada Tahap ini berhubungan mengenai segala sesuatu yang perlu dipersiapkan sebelum berangkat kelapangan seperti persuratan , akomodasi dan sebagainya. 2. Tahap Pengambilan Data Adapun data yang diambil dilapangan adalah a. Sebelum melakukan pengambilan data dilakukan pemplotan pada peta untak menentukan lokasi pengamatan. b. Melakukan measuring section dengan mengukur slope, arah, tebal dan kedudukan lapisan (strike dan dip), apakah curam, landai, vertikal, atau horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin tegak lurus terhadap jurus perlapisan. c. Pengambilan contoh batuan dan mendiskripsi batuan d. Menentukan bentuk geomorfologi dan mencari data-data struktur geologi. 3. Tahap Pengolahan Data dan Pembuatan Laporan 3.1 Pengolahan Data Setelah melaksanakan pengukuran, dan mengambil data-data yang cukup di lapangan, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut, untuk dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan ketebalan dan pembuatan kolom stratigrafi. Adapun tahapannya yaitu : a. Perhitungan ketebalan setiap lapisan bila pengukuran tidak pas dari top dan bottom lapisan.
  • 5. 5 b. Penentuan umur dan lingkungan pengendapan lapisan batuan yang dilihat dari kandungan fosil pada setiap lapisan. c. Membuat kolom litologi dan stratigrafi dari data-data yang ada. 3.2 Pembuatan Laporan Tahap terakhir adalah pembuatan laporan lapangan yang merupakan hasil dari penelitian lapangan. Persiapan sebelum penelitian Studi literature Pencatatan data Penelitian Pemplotan lokasi Pembutan laporan Gambar. Diagram tahapan penelitian I.5. Alat dan Bahan.
  • 6. 6 Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan praktek lapangan ini adalah sebagai berikut :  Kompas Geologi  Palu  Beetle  Roll meter  Pita meter  Alat tulis menulis  Clip board  Mistar atau penggaris minimal 30 cm  Busur Derajat  Kalkulator  Kertas 1.6. Peneliti terdahulu Adapun Para Peneliti yang telah melakukan penelitian di daerah ini adalah : a. Yan Sophaeluwakan, 1979, beliau meneliti menganai Evolusi geologi dari Melange Sulawei Selatan dimana sebagai daerah acuan ditentukanlah daerah Barru.
  • 7. 7 b. Sidharta Soemarsono, 1979, beliau meneliti terhadap batuan yang kemungkinan mengandung Kromit di daerah Barru c. Van leeuwen, 1979, beliau melakukan penelitian mengenai Geologi Sulawesi bagian Baratdaya dengan mengkhususkannya pada daerah Barru dan sekitarnya. d. Sartono dan Astadiredja, 1981, beliau memetakan dan menliti tentang Geologi Kwarter untuk Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. e. Rab. Sukamto, 1982, beliau meneliti dan membuat Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat.
  • 8. 8 BAB II STRATIGRAFI REGIONAL II.1 Tataan Stratigrafi Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan ultrabasa, batuan malihan dan batuan malange. Batuannya terbreksikan, tergerus dan mendaun, dan sentuhannya dengan formasi disekitarnya berupa sesar atau ketidakselarasan. Penarikan radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta tahun kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan akhir pada tektonik Zaman Kapur. Batuan tua ini tertindih tidak selaras oleh endapan flysch Formasi Balangbarru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur Kapur Akhir. Kegiatan magma yang dimulai pada waktu itu dengan bukti adanya sisipan lava dalam flysch. Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5 – 63,0 juta tahun), dan diendapkan pada lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur Akhir. Batuan sedimen Formasi Mallawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan gunungapi Paleosen dan batuan flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Mallawa ini secara berangsur beralih ke endapan karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara menerus dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen Tengah, tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000 m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen
  • 9. 9 klastika formasi Salo Kalupang yang Eosen sampai Oligosen bersisipan batugamping dan mengalasi batuan gunungapi Kalamiseng Miosen Awal di timur. Sebagian besar pegunungan, baik yang barat maupun yang timur, berbatuan gunungapi. Di pegunungan yang timur, batuan itu diduga berumur Miosen Awal bagian atas yang membentuk Batuan Gunungapi Kalamiseng. Di lereng timur bagian utara pegunungan yang barat, terdapat Batuan Gunungapi Soppeng yang diduga juga berumur Miosen Awal. Batuan sedimen berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur antara 8,93 – 9,29 juta tahun. Secara bersama batuan ini menyusun Formasi Camba yang tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari Formasi Camba ini yang menindih tak selaras Formasi Tonasa. Selama Miosen Akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah Walanae diendapkan sedimen klastika Formasi Walanae. Batuan ini tebalnya sekitar 4500 m, dengan bioherm batugamping koral tumbuh di beberapa tempat (Batugamping Anggota Tacipi). Formasi Walanae berhubungan menjemari dengan bagian atas Formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahan bagi formasi Walanae. Kegiatan gunungapi yang masih terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan menghasilkan Batuan Gunungapi Parepare (4,25 – 4,95 juta tahun) dan Baturape – cindako, juga merupakansumbe bagi formasi ini. Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah ini semuanya berkaitan erat dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sil danretas, bersusunan
  • 10. 10 beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit, yang berumur berkisar dari 8,3 – 19 + 2 juta tahun. Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti pada daerah ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara Pangkajene dan beberapa tempat di tepi sungai Walanae, rupanya terjadi selama Pliosen. Endapan Holosen yang luas berupa aluvium terdapat disekitas Danau Tempe, di daratan Pangkajene – Maros dan bagian utara daratan Bone. II.2 Batuan Sedimen dan Batuan Gunungapi Tmpw FORMASI WALANEA: Batupasir berselingan dengan batulanau, tufa, napal, batu lempung, konglomerat dan batugamping; sebagain memakas dan sebagian rapih: umumnya berwarna muda, putih keabuan, kecoklatan dan kelabu muda. Batupasir berbutir halus sampai kasar, umumnya tufaan dan gampingan, terdiri dari sebagian batuan beku dan sebagian mengandung banyak kuarsa. Komponen batuan gunungapi jumlahnya bertambah secara berangsur ke arah barat dan selatan, terdiri dari butiran abu hingga lapili, tufa kristal, setempat mengandung banyak batuapung dan biotit. Konglomerat ditemukan lebih banyak dibagian selatan dan barat, tersusun terutama dari kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal. Ke arah utara dan timur jumlah karbonat dan klastik bertambah; di sekitar Tacipi batugamping berkembang jadi anggota Tacipi; di daerah
  • 11. 11 sekitar Watampone ditemukan lebih banyak batugamping pasiran berlapis yang berselingan dengan napal, batulempung , batupasir dan tufa. Fosil foram kecil banyak ditemukan didalam napal dan sebagian batugamping; setempat moluska ditemukan melimpah di dalam batupasir, napal dan batugamping; di daerah selatan setempat ditemukan sisa tumbuhan di dalam batupasir silangsiur dan beberapa lensa batubara didalam batulempung ; batutahu ditemukan didalam batupasir dekat Pampanua dan Sengkang, daerah utara Satuan batuan ini tersebar luas di sepanjang lembah S. Walanea, ditimur D. Tempe dan sekitar Watampone; pada umumnya terlipat lemah, dengan kemiringan lapisan kurang dari 150 ; perlipatan kuat terjadi di sepanjang jalus sesar, dengan kemiringan sampai 600 . Bagian bawah formasi ini diperkirakan menjemari dengan Formasi Camba, dan bagian atasnya menjemari dengan Batuan Gunungapi Parepare; tebal diperkirakan tidak kurang dari 4500 m. Tmc FORMASI CAMBA Batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunung api ; batupasir tufaan bersilangan dengan tufa, batuoasir, batulanau batu lempung; bersisipan dengan napal, batugamping, konglomerat dan breksi gunung api, dan setempat dengan dengan batubara; berwarna aneka , putih, coklat, merah, kuning, kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagai kurang padat; berlapisan dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral boitit; konglomerat dan breksinya
  • 12. 12 terutama komponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm dan 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gamping dengan mengandung foram kecil dan muloska; batu lempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan moluska; sisipan batubara setebal 40 cm ditemukan di S. Maros. Pada umunya berlapis baik, terlipat lemah dengan kemiringan sampai 300 Tmcv, anggota batuan Gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksigungngapi, dan tufa berbutir halus hingga lapili; bersisipan batupasir tufaan, batupasir amping, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuanya bersusunan andesit dan basal; umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkesikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang; diterobos oleh retas, sil dan stok bersusunan basal dan diorit; barwarna kelabu muda, kalabu tua dan coklat. Tmpv BATUAN GUNUNGAPI PAREPARE Tufa berbutir halus sampai lapili, breksi dan konglomerat gunungapi, setempat dengan sisipan lava dan batupasir tufaan; terutama bersusunan trakit dan andesit trakit; beberapa lapisan tufa mengandung banyak biotit; umumnya memakas lemah dan sebagian repih; berwarna putih keabuan hingga kelabu; setempat terlihat lapaisan silang siur dan sisa tumbuhan. Sebagian daret batuan gunungapi ini di daerah timur terdiri terutama lava (Tppl) bersusunan trakit mengandung biotit . Satuanya ini ditaksir setebal 5000 m, menindih batuan Foemasi Camba dan kemungkinan menjemari dengan bagian atas formasi Walanea Umurnya Pliosen, berdasarkan penarikan radiometri pada trakit dan tufa dari timur laut Parepare Lembah Majene-Palopo ),
  • 13. 13 yang masing-masing menghasilkan 4.25 dan 4.95 juta tahun ( J.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974) Tmpv BATUAN GUNUNG SOPPENG Breksi gunungapi dan lava dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili, dan batuanlempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan di bagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksen dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya makin banyak kerah selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan terbreksikan; breksinya berkomponen antara antar 5 cm - 50 cm ; warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijuan. Batuan gunungapi ini umumnya terubah sangat kuat, amigdaloid dengan mineral sekonder berupa urat karbonat dan silikat; diterobos oleh retas (0,5 m - 1 m) dan sill trakit dan andesit dengan arah umum retas timurlaut – barat daya. Satuan taksir setebal 4000 m, tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi Camba ; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
  • 14. 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA Pada hakekatnya ada hubungan tertentu antara mulajadi dan aturan batuan dialam, dalam kedudukan ruang dan waktu geologi. Stratigrafi membahas aturan , hubungan, mulajadi lapisan serta tubuh batuan dialam .Sandi stratigrafi ini indonesia dimaksudkan untuk memberikan pengarahan kepada geologiawan yang bekerja dindonesia dalam cara penggolongan stratigrafi. , sandi stratigrafi indonesia memberikan kemungkinan untuk tercapainya keseragaman dalam pengertian dan tatanama satuan - satuan stratigrafi indonesia.Pada dasarnya sandi stratigrafi indonesia mengakui adanya satuan lithostratigrafi , satuan litodemik , satuan stratigarfi gunung api , satuan biostratigrafi , satuan sekuen stratigrafi dan satuan kronostratigrafi serta geokronologi. Adapun sejarah dikenalnya stratigarfi yaitu dimulai pada abad ke 16 , dan barulah sekitar tahun 1669 seorang ilmuan italia yang bernama “ Nikolas Steno “ dari hasil pengamatan lapangannya ( dalam buku De Solido intra Solidum Natulraliter Contento ) mengemukakan :  Hukum superposisi ( 1669 ) “ Pada masa dimana terbentuknya perlapisan dengan bentuk tertentu , diawali dengan pengendapan material bersifat fluida/kental yang kemudian membentuk perlapisan dan ditutupi kembali oleh material berikutnya sehinggalapisan yang terbentuk pada awalnya tidak terlihat lagi “
  • 15. 15  Hukum Horizontality (1669 ) “ Pada masa pembentukan, pada saat itu terbentuk bidang perlapisan dimana lapisan paling bawah sebagai bidang lateral dianggap sama memilki subtansi baik secara lateral, Namun pada lapisan yang paling atas secara horizontal bersifat parallel dengan perlapisan lainnya dan keseluruhan perlapisan , terkecuali pada bagian bawah ditutupi oleh padatan yang parallel , sifat ini mengikuti perlapisan bidang baik yang bersifat perpendicular maupun mendatar dengan bentuk parallel semuanya.”  Original continuity (1669 ) “ Pada masa dimana bidang perlapisan terbentuk yang dibatasi oleh material - material padat atau ditutupi dengan bentuk permukaan spherical pada permukaan bumi, sfat ini mengikuti tempat - tempat perlapisan yang dapat diamati sebagai benmtuk kesinambungan pada bidang perlapisan yang sama dengan kata lain. Material padat menjadi penanda bidang perlapisan yang mengalami penekanan yang menjadi bidang datar.” Selanjutnya peneliti lain yang mempunyai sumbangan penting dalam stratigrafi adalah James Hutto pada tahun 1785 dengan teorinya yang terkenal dengan ” Uniformitarianism “ yang berbunyi : “ Dalam mengamati proses yang terjadi pada masa kini , kita mempunyai data - data sebagai landasan dalam mengenali apa yang terjadi selanjutnya , demikian pula pada hokum superposisi diman terjadinya sama dan etrus berlanjut diman dialam kemunculannya dapat diamati dari hasil proses geologi. “
  • 16. 16 Dari konsep ini lahir pernyataan “ The present is the keys to the past “. Kemajuan ilmu sekarang ini hamper sejalan dengan kemajuan waktu , kemajuan ini berupa perubahan dan timbulnya konsep baru yang didasari oleh temuan data barua dan pemakain konsep yang jumlah serta frekuensinya tidak lagi linier dengan waktu , tetapi sangat mencolok luar biasa. Sanngat berbeda dengan perubahan konsep atau teori terdahulu yang umumnya didasarkan pada dat yang sedikit dan sering disertai tinjauan sepihak , perubahan yang sekarang ini didarkan data yang luar biasa jumlahnya dan bersifat multidispliner , meliputi berbagi cabang ilmu serta pemakaian yang universal. Pengolahan Data Lapangan Perhitungan Ketebalan Jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atap (top) merupakan tebal lapisan. Oleh karena itu perhitungan tebalnya yang tepat harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus perlapisan. Bila tidak tegak lurus maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut : d = Jarak terukur x cosinus batuan = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran (azimuth) Tanda-tanda yang biasa dipakai untuk pengukuran ketebalan lapisan adalah : t = tebal d = jarak terukur δ = besar dip
  • 17. 17 α = besar slope σ = perbedaan arah dip dan azimuth rentangan 1. Pengukuran Pada Daerah Datar (lereng = 00 ) Jika jarak terukur adalah tegak lurus jurus, ketebalan langsung didapat dengan perhitungan : T = d . Sin α Dan apabila jarak terukur adalah tidak tegak lurus, maka perhitungannya adalah : T = d . Cos σ . Sin α 2. Pengukuran Pada Daerah Tidak Datar (lereng tidak sama dengan 00 ) a. Kemiringan Lapisan Searah Dengan Lereng 1. Bila dip searah dengan slope dan dip < slope T = d Cos σ Sin (β – α) 2. Bila dip searah dengan slope dan dip > slope T = a Cos σ Sin (α- β) b. Perhitungan Jika Dip Berlawanan Dengan Slope T = d Cos σ Sin (α- β) 2.2. Kolom Stratigrafi Kolom Stratigrafi adalah suatu gambaran urut-urutan susunan batuan secara vertikal lapisan-lapisan batuan yang memuat data-data litologi terperinci dari urut- urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi (Formasi, Kelompok, Anggota dan
  • 18. 18 sebagainya), ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi yang dapat digunakan untuk mendapatkan atau mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detail, untuk menafsirkan lingkungan pengendapan. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam suatu kolom stratigrafi secara berurutan, yaitu : 1. Kolom Umur Kolom ini dimaksudkan untuk memberikan keterangan umur batuan, untuk mengisi kolom ini biasanya harus dilakukan analisis umur batuan baik berdasarkan fosil maupun radiometri. Untuk keperluan tersebut, yang standar biasanya dilakukan analisis Paleontologi untuk itu harus dipilih conto batuan yang mengandung fosil. Sebaiknya penentuan umur paling tidak dilakukan pada tiga level (bawah, tengah dan atas) dari satuan. 2. Kolom Satuan Batuan Kolom ini diisi dengan penamaan resmi (Kelompok, Formasi, Anggota, dll) ataupun tidak resmi (berdasarkan ciri umumnya) dari satuan yang ada. 3. Kolom Ketebalan Diisi berdasarkan data hasil perhitungan ketebalan, untuk menghindari kekeliruan ploting yang berulang, disarankan untuk mengeplot secara komulatif dari suatu datum tertentu. 4. Kolom Besar Butir dan Struktur Sedimen
  • 19. 19 Diisi berdasarkan hasil deskripsi lapangan mengenai besar butir dan struktur sedimen, perlu diperhatikan pula letak dan perubahan besar butir dan struktur sedimen. Gunakan simbol struktur sedimen yang sudah baku. 5. Simbol Litologi Simbol litologi digambarkan berdasarkan data litologi yang diamati di lapangan. Ikutilah simbol-simbol yang sudah baku kalau ada simbol-simbol yang perlu ditambahkan, misalnya adanya fosil Foram, sisa tumbuhan dan sebagainya diletakkan pada bagian ini. 6. Ekspresi Topografi Ide pencantuman ekspresi topografi untuk memberikan gambaran yang identik antara besar butir yang simetris terhadap ekspresi topografi mirip dengan bentuk log SP yang biasanya simetris terhadap log Resistivity. Hal ini biasanya digunakan dalam industri minyak bumi untuk mengetahui geometri batuan reservoir. 7. Kolom Pemerian (Deskripsi) Kolom pemerian (deskripsi) seyogyanya kolom ini diisi menurut aturan yang telah umum atau yang mewakili ciri satuan batuan yang digunakan dan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini bisa sangat detail pada masing-masing lapisan yang dianggap penting, namun dapat juga deskripsi bersifat agak umum yang mewakili ciri satuan batuan (hal ini biasanya digunakan untuk keperluan pemetaan). Adapun urutan susunan pemerian yang dianjurkan, yaitu :
  • 20. 20 - nama satuan batuan, nama satuan batuan hendaknya memakai ciri umum dari satuan batuan. . - batuan utama dan sisipan atau perselingannya serta organisasi antar lapisan - pemerian liologi setiap lapisan (nama batuan, warna, tekstur, komposisi, struktur sedimen, dan lain-lain). - hubungan dengan satuan di atas atau dibawahnya, misalnya hubungan yang tegas atau tajam, berangsur, batas erosi atau ketidakselarasan, kontak patahan dan kontak intrusi, dan lain-lain. 8. Kandungan Fosil Kandungan fosil yang dicantumkan pada kolom ini sebaiknya hanya fosil-fosil yang diagnostik (untuk umur dan lingkungan pengendapan), hal tersebut untuk memperkuat penafsiran umur dan lingkungan pengendapan. 9. Lingkungan Pengendapan Lingkungan pengendapan dapat ditentukan setelah melalui analisis baik yang berdasarkan urutan vertikal (analisis stratigrafi) atau analisis fosil bentos.
  • 21. 21 Contoh Tabel Kolom Stratigrafi, yaitu : KOLOM STRATIGRAFI DAERAH X U M U R F O R M A S I SATUAN BATUAN T E B A L BESAR BUTIR STRUKTUR SEDIMEN KOLOM LITOLOGI PEMERIAN KANDU NGAN FOSIL LINGK .PENG ENDA PAN BAB IV
  • 22. 22 STRATIGRAFI LINTASAN IV. 1 Stratigrafi Lokal Daerah Penelitian IV.1.1 Karakteristik Stratigrafi Pada daerah lintasan Kassi-Kassi dasar Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan dilakukan berdasarkan satuan lithostratigrafi tidak resmi yang bersendi pada cirri-ciri fisik dilapangan, cirri-cirri litologi ,ciri fisik ,sifat kimia dan domonasi serta penyebaran batuan secara lateral dan vertikal (Sandi Stratigrafi Indonesia 1996) maka pada daerah lintasan Kassi-Kassi dapat disatukan menjadi 7(empat) satuan yaitu :  Satuan batulempung  Satuan batupasir  Satuan batulempung  Satuan napal  Satuan batugamping  Satuan napal  Satuan batulempung Adapun uraian untuk masing masing satuan yang ada diurutkan dari satuan yang berumur lebih tua hingga yang muda berdarkan hukum superposisi sebagai berikut : IV.1.1.1 Satuan batulempung
  • 23. 23 Satuan ini mempunyai ketebalan 5,6 meter dengan kedudukan relative N48o E/10o , satuan batulempung ini terdiri atas batulempung ,batupasir dan batu gamping dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi batulempung mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis (N48o E/10o ) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir lempung mempunyai ketebalan 4-5,19 m . litologi batugamping mempunyai kenampakan warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman tekstur klastik kasar struktur berlapis (N185o E/25o ) ,komposisi kimia karbonat kemas terbuka, sortasi jelek, mempunyai ketebalan 30-36cm . Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan gampingan (Rab Sukamto,1975) . Berdasarkan kesamaan cirri fisik yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan batuan yang berada pada lintasan Kassi-Kassi ini berumur Miosen Bawah bagian Atas sampai Miosen Tengah bagian Bawah yang ditarik dari kandungan fosil. Satuan batulempung ini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada Outer self yang didasarkan atas cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan batupasir yang berada dibawahnya adalah selaras. IV.1.1.2 Satuan napal
  • 24. 24 Satuan ini mempunyai ketebalan 6,78 meter dengan kedudukan relative N48o E/10o , satuan napal ini terdiri atas napal, batupasir dan batu gamping dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi napal mempunyai kenampakan warna segar abu- abu warna lapuk coklat kekuningan tekstur klastik halus struktur berlapis (N48o E/10o ) ,komposisi kimia karbonat kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 4-5,6 m, Litologi batupasir mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis (N345o E/21o ) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir 1/16-1/8 mempunyai ketebalan 13-80cm, litologi batugamping mempunyai kenampakan warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman tekstur klastik kasar struktur berlapis (N325o E/24o ) ,komposisi kimia karbonat kemas terbuka, sortasi jelek, mempunyai ketebalan 40cm-1,93 m . Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan gampingan (Rab Sukamto,1975) . Berdasarkan kandungan fosil yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan batuan ini, yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Miosen Tengah bagian Bawah–Miosen Tengah bagian Tengah yang ditarik dari kandungan fosil foraminifera plaktonik. Satuan napal ini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada Outer self
  • 25. 25 yang didasarkan atas cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan batugamping yang berada dibawahnya dan satuan batulempung yang ada diatasnya adalah selaras IV.1.1.3 Satuan Batugamping Satuan ini mempunyai ketebalan 10,4 meter dengan kedudukan relative N185o E/20o , satuan batugamping ini terdiri atas batulempung, napal dan batupasir dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi batugamping mempunyai kenampakan warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman tekstur klastik kasar struktur berlapis (N185o E/20o ) ,komposisi kimia karbonat kemas terbuka, sortasi jelek, mempunyai ketebalan 7-8,4 meter , litologi napal mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat kekuningan tekstur klastik halus struktur berlapis (N325o E/25o ) ,komposisi kimia karbonat kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 1-1,7 m, litologi batulempung mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis (N185o E/20o ) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir lempung mempunyai ketebalan 30,75 cm, Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan
  • 26. 26 dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan gampingan (Rab Sukamto,1975) . Berdasarkan kandungan fosil yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan batuan ini, yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Miosen Tengah bagian Tengah-Miosen Atas bagian Atas yang ditarik dari kandungan fosil foraminifera plaktonik. Satuan batugampingini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada inner self yang didasarkan atas cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan napal yang berada dibawahnya dan satuan napal yang ada diatasnya adalah selaras IV.1.1.4 Satuan napal Satuan ini mempunyai ketebalan 23,16 meter dengan kedudukan relative N332o E/4o , satuan napal ini terdiri atas napal, batulempung dan batu gamping dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi napal mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat kekuningan tekstur klastik halus struktur berlapis (N332o E/4o ) ,komposisi kimia karbonat kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 17-18,26 m, litologi batulempung mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis (N357o E/24o ) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir lempung mempunyai ketebalan 3-4,9 m, litologi batugamping mempunyai kenampakan warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman
  • 27. 27 tekstur klastik kasar struktur berlapis (N330o E/4o ) ,komposisi kimia karbonat kemas terbuka, sortasi jelek, mempunyai ketebalan 30cm-2,3m . Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan gampingan (Rab Sukamto,1975) . Berdasarkan kandungan fosil yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan batuan ini, yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Miosen Atas bagian Atas – Pliosen Bawah yang ditarik dari kandungan fosil foraminifera plaktonik. Satuan napal ini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada Outer self yang didasarkan atas cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan batugamping yang berada dibawahnya dan satuan batulempung yang ada diatasnya adalah selaras IV.1.1.5 Satuan batulempung Satuan ini mempunyai ketebalan 32,53 meter dengan kedudukan relative N187o E/28o , satuan batulempung ini terdiri atas batulempung ,batupasir dan napal dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi batulempung mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis (N187o E/28o ) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 22,5-30 m. Litologi batupasir
  • 28. 28 mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis (N187o E/28o ) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir 1/16-1/8 mempunyai ketebalan 13-80cm. litologi napal mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat kekuningan tekstur klastik halus struktur berlapis (N187o E/28o ) ,komposisi kimia karbonat kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir lempung (1/256 mm) mempunyai ketebalan 30 cm- 1.3 m Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan gampingan (Rab Sukamto,1975) . Berdasarkan kesamaan cirri fisik yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan batuan yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Pliosen Bawah –Pliosen Tengah yang ditarik dari kandungan fosil. Satuan batulempung ini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada Outer self yang didasarkan atas cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan batupasir yang berada diatasnya adalah selaras dan satuan napal dibawahnya juga selaras. IV.1.1.6 Satuan batubatupasir Satuan ini mempunyai ketebalan 3,4 meter dengan kedudukan relative N325E/34, satuan batupasir ini terdiri atas batupasir dengan cirri fisik batupasir
  • 29. 29 mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis (N325E/34) ,komposisi kimia silika kemas tertutup sortasi baik ukuran butir pasir halus (1/16-1/8 mm) mempunyai ketebalan 3,4 m. Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan gampingan (Rab Sukamto,1975 Satuan ini berumur Pliosen Bawah-Pliosen Tengah yang didasarkan atas kandungan fosil foraminifera planktoniknya, lingkungan pengendapan pada daerah marine yaitu outer self yang didasarkan atas kandungan fosil foraminifera planktoniknya dan dengan penciri berupa struktur croos bedding pada lapisan batupasir .Satuan batuan ini mempunyai hubungan yang selaras dengan satuan batulempung yang berada diatasnya dan satuan batulempung dibawahnya. IV.1.1.7 Satuan batulempung Satuan ini mempunyai ketebalan 15 meter dengan kedudukan relative N325o E/34o , satuan batulempung ini terdiri atas batulempung ,batupasir dan batu gamping dengan ciri fisik untuk masing-masing litologi batulempung mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis (N325o E/34o ) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan
  • 30. 30 ukuran butir lempung mempunyai ketebalan 10-13 m . litologi batugamping mempunyai kenampakan warna segar coklat muda warna lapuk coklat kehitaman tekstur klastik kasar struktur berlapis (N185o E/25o ) ,komposisi kimia karbonat kemas terbuka, sortasi jelek, mempunyai ketebalan 30-36cm . Ltologi batupasir mempunyai kenampakan warna segar abu-abu warna lapuk coklat tekstur klastik halus struktur berlapis (N325o E/27o ) ,komposisi kimia silica kemas tertutup sortasi baik dengan ukuran butir 1/16-1/8 mempunyai ketebalan 13-80cm. Satuan batuan ini termasuk kedalam Formasi Walanae disusun oleh Batupasir berselingan dengan batulanau ,tufa ,napal batulempung ,konglomerat ,dan batugamping dengan ciri fisik pada umumnya berwarna putih keabu-abuan kecoklatan dan kelabu muda,pada batupasir berbutir halus hingga kasar umumnya tufaan dan gampingan (Rab Sukamto,1975) . Berdasarkan kesamaan cirri fisik yang ada maka dapat dikatakan bahwa satuan batuan yang berada pada lintasan Kassi-Kassi berumur Pliosen Bawah –Pliosen Atas yang ditarik dari kandungan fosil. Satuan batulempung ini terendapkan pada lingkuangan marin yaitu pada Outer self yang didasarkan atas cirri kandungan fosilnya , hubungan satuan ini dengan satuan batupasir yang berada dibawahnya adalah selaras. IV.1.2.Mekanisme pengendapan
  • 31. 31 Pada lintasan Kassi-Kassi satuan batuan yang pertama kali terendapkan batulempung pada daerah marine (outer self), berdasarkan posisi satuan batuan ini pada kolom startigrafi dimana menempati posisi paling bawah dari satuan batuan lainnya . Setelah batulempung terbentuk secara bengansur-angsur terjadi perubahan muka air laut dimana muka air laut naik serta suplai sediment sehingga terendapakan napal dengan komposisi karbonat dimana pengendapannya langsung menindih secara selaras batulempung. Pada saat pengendapan yang terus berlanjut terjadi penurunan muka air laut atau naiknya dasar basin yang dapat disebabkan karena adanya pengaruh tektonik menyebakan terjadinya pendangkalan air laut menyebabkan material yang kemudian terendapkan mempunyai ukuran yang lebih kasar karena jarak transportasi semakin dekat dengan daerah pengendapan . Dengan demikian satuan napal tertindih secara selaras dengan satuan batugamping yang berada diatasnya dengan lingkungan pengendapan inner self . Setelah pengendapan satuan batugamping, kemudian terjadi penurunan dasar basin atau naiknya muka air laut menyebabkan jarak transportasi material akan semakin jauh sehingga ukuran material akan semakin halus (lempung).Sehingga diatas satuan batugamping terbentuk satuan napal dengan komposisi kimia karbonat yang kemungkinan besar materialnya berasal dari terumbu atau koral yang menindih secara selaras. Setelah pengendapan napal kembali terjadi perubahan suplai sediment tanpa terjadi perubahan muka air laut hal ini dapat dilihat dari hingkungan pengedapannya
  • 32. 32 yang sama yang dapat dilihat dari kandungan kandungan fosil bentoniknya yaitu pada outer self. Sehingga terendapkan batulempung dengan komposisi dominant silica, dan menindih selaras satuan batuan dibawahnya Pada saat pengendapan yang terus berlanjut terjadi penurunan muka air laut atau naiknya dasar basin kembali yang menyebakan terjadinya pendangkalan air laut menyebabkan material yang kemudian terendapkan mempunyai ukuran yang lebih kasar karena jarak transportasi semakin dekat dengan daerah pengendapan . Dengan demikian satuan batulempungl tertindih secara selaras dengan satuan batupasir yang berada diatasnya dengan lingkungan pengendapan middle self . Setelah pengendapan satuan batupasir, kemudian terjadi penurunan dasar basin atau naiknya muka air laut menyebabkan jarak transportasi material akan semakin jauh sehingga ukuran material akan semakin halus (lempung).Sehingga diatas satuan batupasir terbentuk satuan batulempung kembalil dengan komposisi kimia silica yang kemungkinan besar materialnya berasal dari darat yang menindih secara selaras. Jadi apabila dilihat dari umurnya satuan batulempung yang berada pada lapisan paling atas merupakan satuan yang paling muda. IV.2 Diskusi Setelah pengambilan data dan pencatatan maka dilakukan diskusi menyangkut segala permasalah laapangan adapun yang didiskusikan adalah :
  • 33. 33 1. Pada pengamatan didapat sisipan batulempung yang tebalnya kira-kira 3 cm pada batugamping yang tebalnya lebih dari 5 meter. Sedangkan batugamping terbentuk pada daerah dengan arus yang cukup besar. Jawab : Dari hasil diskusi tidak selamanya batugamping terbentuk pada daerah laut dangkal dengan arus yang cukup besar tapi bisa juga pada daerah yang lebih dalam terbantung suplai sediment dan kekuatan materialnya untuk tidak larut pada saat sampai pada laut yang cukup dalam. 2. Kenapa bisa terbentuk napal diatas batulempung yang terbentuk pada daerah laut dalam? Jawab : Batulempung yang bersifat gampingan tidak hanya terbentuk pada daerah dimana masih dipengaruhi oleh aktivitas organic atau pada daerah neritik tapi bisa juga bisa terbentuk pada laut dalam atua bisa juga pada daerah lagoon (laut tertutup yang masih ada pengaruh dari laut lepas dimana pada daerah ini arus cukup lemah)
  • 34. 34 BAB V PENUTUP V.I Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil field trip prinsip stratigrafi ini adalah : 1. Singkapan yang berada pada daerah Kassi-Kassi termasuk dalam Formasi Walanae. 2. Umur dari satuan yang tertua sampai yang termuka pada daerah penelitian adalah Miosen Bawah bagian Atas sampai Pliosen Atas. 3. Dijumpai tujuh satuan batuan pada daerah penelitian yaitu : o Satuan batulempung o Satuan batupasir o Satuan batulempung o Satuan napal o Satuan batugamping o Satuan napal o Satuan batulempung
  • 35. 35 V.2 Saran Sebaiknya untuk pengamatan satu lintasan secara MS dilakukan secara menyeluruh berarti setiap kelompok mulai dari stasiun pertama sampai stasiun terakhir agar datanya lebih akurat.