SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 64
MOMENTUM SUDUT DAN
BENDA TEGAR
DISUSUN OLEH :

1. DINI BISMUTIKA
2. MAY RAPIKA
3. MELINDA
4. NOVIA SARI
5. SUCI AMALIA
MOMENTUM SUDUT
DALAM GERAK PLANET

MOMEN INERSIA
BEBERAPA BENDA TEGAR

MOMENTUM SUDUT
PARTIKEL TUNGGAL

DINAMIKA BENDA TEGAR

GERAK SATELIT

GERAK MENGGELINDING

MOMENTUM SUDUT
SISTEM PARTIKEL

KEKEKALAN MOMENTUM
PADA BENDA TEGAR

BENDA TEGAR

GIROSKOPI

MOMENTUM SUDUT
BENDA TEGAR

STATIKA BENDA TEGAR
MOMENTUM SUDUT DALAM
GERAK PLANET
Usaha untuk mempelajari sistem tata suryasecara ilmiah
dirintis oleh orang-orang Yunani kuno. Deskripsi yang terperinci
tentang kesimpulan yang diperoleh orang-orang Yunani ini
diberikan oleh Ptolomeus pada abad kedua. Teori tentang sistem tata
surya yang diberikan oleh Ptolomeus disebut sistem geosentrik.

Pada abad ke-enambelas Copernicus menyatakan bahwa
deskripsi gerak benda-benda langit akan lebih sederhana jika
dianggap bahwa matahari terletak pada pusat jagad. Teori ini
disebut teori Copernicus, atau heliosentris. Dalam teori ini bumi
adalah suatu planet yang berputar pada sumbunya dan bergerak
mengelilingi matahari, dan planet-planet yang lain juga melakukan
gerak serupa.
Adanya pertentangan antara dua teori tersebut
membuat para mahasiwa astronomi berusaha untuk
memperoleh data pengamatan yang lebih teliti. Data
semacam ini dikumpulkan oleh Tycho Brahe (15461601) yang melakukan pengamatannya tanpa teleskop.
Teleskop pertama kali dibuat oleh Galileo pada tahun
1609. data tentang gerak planet dari pengamatan Brahe
dianalisa oleh Johannes Kepler (1571-1630) yaitu
asisten Brahe, selama dua puluh tahun. Kepler
menemukan adanya keteraturan dalam gerak planetplanet, keteraturan ini dinyatakan dalam tiga hukum
Kepler untuk gerak planet.
Hukum Keppler
Hukum keppler merupakan hukum – hukum yang menjelaskan
tentang gerak planet.
Orbit Planet

Perihelium

Aphelium

Jarak terdekat
planet dari
matahari

Jarak terjauh
planet dari
matahari

Garis edar planet ( orbit ) lintasan yang dilalui planet saat
mengitari matahari

Hukum I Keppler
Orbit planet berbentuk elips dimana matahari terletak
pada salah satu titik fokusnya.
Hukum II Keppler
Garis yang menghubungkan planet ke matahari dalam waktu
yang sama menempuh luasan yang sama
• Jika waktu planet untuk
berevolusi dari AB sama
dengan waktu planet untuk
berevolusi dari CD sama
dengan waktu planet untuk
berevolusi dari EF
• Maka luas AMB = luas CMD
= luas EMF
• Sehingga kecepatan revolusi planet dari AB lebih besar kecepatan
revolusi planet dari CD dan kecepatan revolusi planet dari CD lebih
besar kecepatan revolusi planet dari EF.
• Semakin dekat matahari kecepatan revolusi planet semakin besar
• Semakin jauh dari matahari kecepatan revolusi planet semakin lambat.
Hukum III Keppler
Kuadrat kala revolusi planet sebanding dengan pangkat tiga
jarak rata – rata planet ke matahari

d2

T12
T22

d1

d13
3
d2

T1 = Periode revolusi planet 1
T2 = Periode revolusi planet 2
d1 = jarak rata – rata planet 1 ke matahari
d2 = jarak rata – rata planet 2 ke matahari
Momentum Sudut Partikel Tunggal
momentum sudut sebuah partikel yang
berputar terhadap sumbu putar
didefenisikan sebagai hasil kali momentum
linear partikel tersebut terhadap jarak
partikel ke sumbu putarnya.
Maka:
L = r.p
Vector L selalu tegak lurus dengan p dan r.
besarnya ditentukan dengan L=p sin θ.
r. dimana θ merupaan sudut antara p dan r,
Karena θ=90⁰ maka diperoleh L=p.r.
Oleh karena p=m.v dan v=ω.r,
dengan ω adalah kecepatan sudut maka
besarnya momentum sudut terhadap sumbu
putarnya, yaitu:
L=m.v.r
L=m.r2. ω => L=I. ω
•
Momentum sudut pada sebuah partikel
didefinisikan l = r x p, dengan p = mv
Besarnya momentum sudut  l = r p sin
rumusan ini dapat diubah menjadi :
l = r (p sin ) = r p atau l = p (r sin ) = p r
dimana p adalah : komponen p yang tegak
lurus r dan r adalah : komponen r yang
tegak lurus p Dari definisi momentum sudut l
= r x p, bila dideferensialkan doperoleh :
dl/dt = d (r x p)/dt
dl/dt = (r x dp/dt) + (dr/dt x p)
dl/dt = (r x F) + (v x mv)
diperoleh
dl/dt =
dp/dt= F
Gerak Satelit atau Planet
• Gerak planet dan semua nggota
tata surya mengikuti hukum
grafitasi universal

F
R

Mp = massa planet
Mm = massa maahari
R = jarak antara massa
F = gaya tarik matahari
pada planet

• Hukum Grafitasi Universal.
• Planet bumi dan planet yang
lainnya bergerak mengitari
matahari karena pengaruh gaya
grafitasi matahari.
• Gerak satelit mengelilingi planet
disebabkan ada gaya grafitasi
planet pada satelit.
• Planet bergerak mengelilingi
matahari karena matahari
memiliki massa lebih besar dari
planet.
• Satelit mengelilingi planet karena
planet memiliki massa lebih besar
dari satelit.
Besar gaya tarik matahari pada planet adalah
sebanding dengan besar massa masing-masing dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat
massa masing – masing.

F=G
•
•
•
•
•

M 1 .M 2
2
R

F
R

F = gaya tarik ( N )
M1 = massa matahari (kg)
M2 = massa planet (kg)
R = jarak rata- rata matahari dengan planet ( m )
G = konstanta grafitasi umum ( 6,67 . 10 – 11 N m2/kg2)
DEPARTMEN
IKA ITB

Momentum Sudut Sistem
Partikel

 Untuk gerak linear sistem partikel berlaku
dp
Momentum kekal jika
FEXT
FEXT 0
dt
 Bagaimana dng Gerak Rotasi?
Untuk Rotasi, Analog gaya F adalah Torsi 
Analog momentum p adalah

r F
L r p

momentum sudut
Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-15
DEPARTMEN
IKA ITB

 Untuk sistem partikel benda tegar, setiap partikel
memiliki kecepatan sudut yang sama, maka
momentum sudut total:
n 

   
L l1 l2 l3
ln
li
i 1


dL
dt

n
i 1


dli
dt

n


net ,i


net

i 1

Perubahan momentum sudut sistem hanya disebabkan
oleh torsi gaya luar saja.
Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-16
 Perhatikan sistem partikel benda tegar yg berotasi pd bidang
x-y, sumbu rotasi z. Total momentum sudut adalah jumlah
masing2 momentum sudut partikel:

DEPARTMEN
IKA ITB

L
i

ri pi

i

mi ri v i

i

ˆ
mi ri v i k

(krn ri dan vi tegak lurus)
v1

Arah L sejajar sumbu z

m2

Gunakan vi = ri , diperoleh

r2

L


L

i

I

mi ri



2

ˆ
k

v2

j
i r1 m 1


m3

r3

v3

Analog dng p = mv !!
Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-17
DEPARTMEN
IKA ITB

Vektor Momentum Sudut

 DEFINISI
Momentum sudut dari sebuah benda yang berotasi
tehadap sumbu tetap adalah hasil kali dari momen
inersia benda dengan kecepatan sudut terhadap
sumbu rotasi tersebut.


L

I



 Demikan juga dengan torsi (Hk II Newton untuk
gerak rotasi):




dL
dt



d (I )
dt

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I



d
I
dt

I


Bab 6-18
DEPARTMEN
IKA ITB

Vektor Momentum Sudut

L

I

 Jika tidak ada torsi luar, L kekal. Artinya bahwa hasil
perkalian antara I dan w kekal

I

mi ri

2

L

I
Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

L

I
Bab 6-19
DEPARTMEN
IKA ITB

Benda Tegar

Benda Tegar adalah benda yang tidak mengalami
perubahan bentuk meskipun dipengaruhi oleh suatu
gaya.

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-20
DEPARTMEN
IKA ITB

Torsi – Momen gaya

 Torsi didefenisikan
sebagai hasil kali
besarnya gaya
dengan panjangnya
lengan

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-21
DEPARTMEN
IKA ITB

Torsi – Momen gaya

 Torsi berarah positif apabila gaya menghasilkan
rotasi yang berlawanan dengan arah jarum jam.
 Satuan SI dari Torsi: newton.m (N.m)

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-22
DEPARTMEN
IKA ITB

Momentum Sudut Benda Tegar

Dalam dinamika, bila suatu benda berotasi terhadap
sumbu inersia utamanya, maka momentum sudut total
L sejajar dengan kecepatan sudut , yang selalu
searah sumbu rotasi. Momentum sudut (L) adalah
hasil kali momen kelembaman I dan kecepatan sudut
. Sehingga dapat dirumuskan :
L=I.

Bab 6-23
DEPARTMEN
IKA ITB

Bagaimana persamaan tersebut diperoleh?
Perhatikan gambar berikut. Momentum sudut
terhadap titik 0 dari sebuah partikel dengan
massa m yang bergerak dengan kecepatan V
(memiliki momentum P = mv) didefinisikan
dengan perkalian vektor,
L=R P
atau L = R mV
L = mR V

Bab 6-24
DEPARTMEN
IKA ITB

Jadi momentum sudut adalah suatu vektor yang
tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh R
dan v.
Dalam kejadian gerak melingkar dengan 0 sebagai
pusat lingkaran, maka vektor R dan v saling tegak
lurus.
V = R Sehingga L = m R v
L=mR R
L = m R2 Arah L dam adalah sama, maka:
L = m R2 atau L = I

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-25
DEPARTMEN
IKA ITB

= dθ
dt
maka : L = m R2 dθ
dt
L = I dθ
dt
Momentum sudut sebuah partikel, relatif terhadap
titik tertentu adalah besaran vektor, dan secara
vektor ditulis:
L = R P = m (R v)
karena

Bab 6-26
DEPARTMEN
IKA ITB

Bila diturunkan, menjadi:
dL = dR x P R dP
dt dt dt
dL = (V x Mv) + (F x R)
dt
dL = 0 + F x R
dt
karena = F R
maka = dL
dt
Bab 6-27
DEPARTMEN
IKA ITB

Apabila suatu sistem mula-mula mempunyai
memontum sudut total L, dan sistem mempunyai
momentum sudut total akhir L’, setelah
beberapa waktu, maka berlaku hukum kekekalan
momentum sudut. Perhatikan seorang penari
balet yang menari sambil berputar dalam dua
keadaan yang berbeda. Pada keadaan pertama,
penari merentangkan tangan mengalami putaran
yang lambat, sedangkan pada keadaan kedua,
penari bersedekap tangan roknya berkibar-kibar
dengan putaran yang cepat.

Bab 6-28
DEPARTMEN
IKA ITB

momentum sudut total awal = momentul sudut
total akhir
L = L’
L1 + L2 = L1’ + L2’
Hukum Kekekalan momentum rotasi sebagai
berikut.
I1 1 + I2 2 = I1’ 1’ + I2’ 2’

Bab 6-29
Momen Inersia Beberapa
Benda Tegar

DEPARTMEN
IKA ITB

Momen Inersia bagi suatu sistem partikel benda tegar
didefenisikan sebagai

I

mi ri

2

m1r
1

2

m2 r2

2

...

i

I = momen inersia benda tegar,
menyatakan ukuran inersial sistem untuk berotasi
terhadap sumbu putarnya

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I
DEPARTMEN
IKA ITB

Untuk benda yang mempunyai distribusi massa kontinu,
momen inersianya diberikan dalam bentuk integral

I

mi ri

2

2

I

r dm

i

I

ρr dV

2

2

r dm

z
y

x

Dimana Elemen Volume

dV

rdr d

dm

dl
Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-31
DEPARTMEN
IKA ITB

dV

rdr d

dl

 dimana rdr : perubahan radius,
 dθ : perubahan sudut,
 dl : perubahan ketebalan.

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-32
DEPARTMEN
IKA ITB

Untuk lempengan benda dibawah ini, momen
inersia dalam bentuk integral

I

r

2

rdr d

dl

Asumsi rapat massa ρ konstan

 Kita dapat membaginya dalam 3
integral sbb:

I

R
0

2

r rdr

2
0

d

L
0

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

dl
Bab 6-33
DEPARTMEN
IKA ITB

4

Hasilnya adalah

r
4

I

R
2
0

l

L
0

0

4

Massa dari lempengan
tersebut

M

R
2
4

I

L

2

R L

Momen Inersia benda

I

1
2
MR
2

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-34
DEPARTMEN
IKA ITB

Dalil Sumbu Sejajar

Untuk benda tegar bermassa M yang berotasi terhadap sumbu
putar sembarang yang berjarak h dari sumbu sejajar yang melalui
titik pusat massanya (ICM diketahui), momen inersia benda dapat
ditentukan dengan menggunakan:

Dalil Sumbu Sejajar

I

I cm

Mh

2

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-35
DEPARTMEN
IKA ITB

Momen Inersia:

1
ml 2
12

I

ℓ

I

1 2
ml
3

R

R

I

I

mR

I

2

1
m(a 2 b 2 )
12

a

ℓ

b

1
mR 2
2

I

2
mR 2
5

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-36
Dinamika Benda Tegar

DEPARTMEN
IKA ITB

 Mengikuti analog dari gerak translasi, maka kerja oleh
momen gaya didefenisikan sbb:

W

2
1

d

2
1

I d

1
2

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

I

2
2

1
2

I

2
1

Bab 6-37
DEPARTMEN
IKA ITB

Energi Kinetik Rotasi

 Suatu benda yang bergerak rotasi, maka energi
kinetik akibat rotasi adalah

K
K

1
mi
2
1
I
2

ri

2

1
2

mi ri

2

2

2

 Dimana I adalah momen inersia,
Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

I

mi ri

2

Bab 6-38
DEPARTMEN
IKA ITB

Energi Kinetik Rotasi

 Linear

K

Massa

Kecepatan
Linear

 Rotasi

1
2
Mv
2

K

1
I
2

2

Momen
Inersia
Kecepatan
Sudut
Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-39
Prinsip Kerja-Energi

DEPARTMEN
IKA ITB

 Sehingga, teorema Kerja-Energi untuk gerak
rotasi menjadi:
2

W

2

d

1

W
Bila

K rot

I d

0

dimana

,maka

0

I

2

1

K rotasi



1

W

K rotasi
0

1

2
2

2
1

I

2

1
I
2

2

sehingga

Hukum Kekekalan En. Kinetik Rotasi
Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-40
DEPARTMEN
IKA ITB

Menggelinding

 Menggelinding adalah peristiwa translasi dan
sekaligus rotasi

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-41
Gerak Menggelinding: rotasi dan
translasi

DEPARTMEN
IKA ITB

s

R

Ban bergerak dengan laju ds/dt

vcom

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

d
dt

R

Bab 6-42
DEPARTMEN
IKA ITB

Gerak Menggelinding: rotasi dan
translasi

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-43
DEPARTMEN
IKA ITB

Gerak Menggelinding: rotasi dan
translasi

The kinetic energy of rolling
2

K

1
2

IP

K

1
2

I com

2

1
2

K

1
2

I com

2

1
2

IP

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

I com

MR 2
2
com

Mv

MR 2

2

Kr

Kt

Bab 6-44
DEPARTMEN
IKA ITB

Gerak Menggelinding Di Bidang Miring
Gunakan:


N

torsi = I

R Fg sin


Rf s

Fg sin

acom

R

x
Maka:
MR 2 g sin

P

Fg

Fg cos

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

IP

IP
acom

I com

I P acom
MR 2

g sin
2
1 I com / MR
Bab 6-45
Menggelinding

DEPARTMEN
IKA ITB

 Total energi kinetik benda yang menggelinding
sama dengan jumlah energi kinetik translasi
dan energi kinetik rotasi.

K

1
2

1

2
0

mv

2

I0

2

V0

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-46
DEPARTMEN
IKA ITB

Hukum Kekekalan Energi Mekanik
Total Dengan Gerak Rotasi

Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-47
Giroskop
Giroskop adalah roda berat yang berputar
pada jari-jarinya. Sebuah giroskop mekanis
terdiri dari sebuah roda yang diletakkan
pada sebuah bingkai. Roda ini berada di
sebuah batang besi yang disebut dengan
poros roda. Ketika giroskop digerakkan,
maka ia akan bergerak mengitari poros
tersebut. Poros tersebut terhubung dengan
lingkaran-lingkaran yang disebut gimbal.
Gimbal tersebut juga terhubung dengan
gimbal lainnya pada dasar lempengan. Jadi
saat piringan itu berputar, unit giroskop itu
akan tetap menjaga posisinya saat pertama
kali dia diputar.
torsi yang disebabkan oleh dua
kekuatan yang berlawananFg dan –Fg
menyebabkan perubahan momentum
sudut L dalam arah yang torsi (karena
torsi adalah turunanterhadap waktu
dari momentum sudut). Hal ini
menyebabkan bagian atas
untuk presesi. Dalam sistem
tertutup momentum sudut adalah
konstan. Hukum konservasi ini
secaramatematis berikut dari arah
simetri kontinu ruang (tidak ada arah
dalam ruang yang berbeda dari arah
lain).
Turunan waktu dari momentum sudut disebut
torsi:

(cross product kecepatan dan momentum
adalah nol, karena vektor ini adalahsejajar.)
Jadi memerlukan sistem yang akan "tertutup"
di sini adalah secara matematis setara dengan
nol torsi eksternal yang bekerja pada sistem:
di mana τe x t adalah setiap torsi diterapkan pada
sistem partikel. Diasumsikan bahwa kekuatan
interaksi internal taat hukum ketiga Newton
tentang gerak dalam bentuk yang kuat, yaitu,
bahwa kekuatan-kekuatan antara partikel adalah
sama dan berlawanan dan bertindak di sepanjang
garis antara partikel.Dalam orbit, momentum
sudut didistribusikan antara putaran planet itu
sendiri dan momentum sudut dari orbitnya
DEPARTMEN
IKA ITB

Kesetimbangan Benda Tegar

 Suatu benda tegar dikatakan setimbang
apabila memiliki percepatan translasi sama
dengan nol dan percepatan sudut sama
dengan nol.
 Dalam keadaan setimbang, seluruh resultan
gaya yang bekerja harus sama dengan nol,
dan resultan torsi yang bekerja juga harus
sama dengan nol:
Fx = 0 dan Fy = 0
=0
Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I

Bab 6-52
Keseimbangan Partikel


Syarat keseimbangan
partikel

F


0

Syarat keseimbangan
gaya-gaya pada bidang xy

Fx

0

Fy

0
Keseimbangan Benda Tegar
 Momen

gaya

“ukuran efektivitas suatu
gaya dalam menghasilkan
rotasi benda mengelilingi
sumbu putarnya”

τ

Fd

= momen gaya (N m)
F = gaya (N)
d = lengan momen (m)

o

o

Momen gaya searah jarum jam
diberi tanda positif
momen gaya berlawanan arah jarum
jam diberi tanda negatif
Keseimbangan Benda Tegar
 Momen

Kopel

“merupakan pasangan dua
buah gaya yang sejajar dan
sama besar, namun
arahnya berlawanan

M

Fd

= momen kopel (N m)
F = gaya (N)
d = jarak antara kedua
gaya (m)

o

o

Momen kopel searah jarum jam
diberi tanda positif
momen kopel berlawanan arah
jarum jam diberi tanda negatif
Keseimbangan Benda Tegar


Koordinat Titik Tangkap Gaya Resultan

Jika sejumlah gaya bekerja pada bidang xy, maka setiap gaya tersebut
dapat diuraikan atas komponen-komponenya
y

R y xR
xR
xR

1y

F1 y x1
F1 y x1

...

2y

F2 y x2
F2 y x2
Ry

Fny xn
Ry

ny

... Fny xn
... Fny xn

x

Ry yR
yR
yR

1x

2x

F1 x y1
F1 x x1

F2 x y2

nx

... Fnx yn

F2 x x2 ... Fnx xn
Rx

Fnx xn
Rx

...
Syarat Keseimbangan Benda Tegar


Syarat keseimbangan benda tegar

F


0

0

Syarat keseimbangan benda tegar Jika gaya-gaya
yang bekerja pada bidang xy

Fx

0

Fy

0

0
Titik Berat




Setiap benda terdiri atas partikel-partikel
yang masing-masing memiliki berat.
Resultan dari seluruh berat partikel disebut
gaya berat benda
Titik tangkap gaya berat inilah yang
dinamakan titik berat
Menentukan titik berat
dengan percobaan
Menentukan titik berat
dengan perhitungan
x0

W1 x1 W2 x2 ... Wn xn
W1 W2 ... Wn

y0

W1 y1 W2 y2 ... Wn yn
W1 W2 ... Wn

Wn xn
Wn
Wn yn
Wn

titik berat benda pejal homogen
Jenis Keseimbangan


Keseimbangan labil
Keseimbangan yang dialami benda dimana jika
dipengaruhi oleh gaya atau gangguan kecil tidak akan
segera kembali ke posisi semula
Jenis Keseimbangan


Keseimbangan stabil
Keseimbangan yang dialami benda dimana jika
dipengaruhi oleh gaya atau gangguan kecil akan
segera kembali ke posisi semula
Jenis Keseimbangan


Keseimbangan indeferen (netral)
Keseimbangan yang dialami benda dimana jika
dipengaruhi oleh gaya atau gangguan tidak
mengalami perubahan.
SELESAI

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

FISIKA DASAR_03 dinamika
FISIKA DASAR_03 dinamikaFISIKA DASAR_03 dinamika
FISIKA DASAR_03 dinamikaEko Efendi
 
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hariaplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hariInstitute techologi bandung
 
Geombang longitudinal
Geombang longitudinalGeombang longitudinal
Geombang longitudinaloilandgas24
 
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika RotasiPPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika RotasiNariaki Adachi
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)Albara I Arizona
 
Fisika Kelas X: Gaya dan Hukum Newton
Fisika Kelas X: Gaya dan Hukum NewtonFisika Kelas X: Gaya dan Hukum Newton
Fisika Kelas X: Gaya dan Hukum Newton1000 guru
 
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIPOWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIikasaputri
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan PegasLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegasyudhodanto
 
Kinematika satu dimensi
Kinematika satu dimensiKinematika satu dimensi
Kinematika satu dimensijajakustija
 
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensiFisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensiwww.kuTatangkoteteng.com
 
Gerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalGerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalSonitehe Waruwu
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Rezki Amaliah
 
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014Zainal Abidin Mustofa
 
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANAPPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANALouis W
 

Mais procurados (20)

FISIKA DASAR_03 dinamika
FISIKA DASAR_03 dinamikaFISIKA DASAR_03 dinamika
FISIKA DASAR_03 dinamika
 
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hariaplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
aplikasi hukum nweton dalam kehidupan sehari -hari
 
Gelombang berjalan
Gelombang berjalanGelombang berjalan
Gelombang berjalan
 
Geombang longitudinal
Geombang longitudinalGeombang longitudinal
Geombang longitudinal
 
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika RotasiPPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Fisika Kelas X: Gaya dan Hukum Newton
Fisika Kelas X: Gaya dan Hukum NewtonFisika Kelas X: Gaya dan Hukum Newton
Fisika Kelas X: Gaya dan Hukum Newton
 
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIPOWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
 
Kinematika Fisika
Kinematika FisikaKinematika Fisika
Kinematika Fisika
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan PegasLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
 
PPT Materi gerak lurus kelas X
PPT Materi gerak lurus kelas X PPT Materi gerak lurus kelas X
PPT Materi gerak lurus kelas X
 
PPT Tekanan Hidrostatis
PPT Tekanan HidrostatisPPT Tekanan Hidrostatis
PPT Tekanan Hidrostatis
 
Hukum Gauss
Hukum Gauss Hukum Gauss
Hukum Gauss
 
Kinematika satu dimensi
Kinematika satu dimensiKinematika satu dimensi
Kinematika satu dimensi
 
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensiFisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
Fisika Dasar I Pertemuan 2 Gerak satu dimensi
 
Gerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalGerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soal
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
 
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
 
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANAPPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
PPT FISIKA GERAK HARMONIK SEDERHANA
 
FISIKA "Momen Inersia"
FISIKA "Momen Inersia"FISIKA "Momen Inersia"
FISIKA "Momen Inersia"
 

Destaque

Momentum sudut SMA
Momentum sudut SMAMomentum sudut SMA
Momentum sudut SMAIrhuel_Abal2
 
Momentum sudut dan rotasi benda tegar
Momentum sudut dan rotasi benda tegarMomentum sudut dan rotasi benda tegar
Momentum sudut dan rotasi benda tegarRiky Prasetya
 
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisikaBab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisikaayikputri1
 
Solusi osk astro 2012 kode s3
Solusi osk astro 2012   kode s3Solusi osk astro 2012   kode s3
Solusi osk astro 2012 kode s3Mariano Nathanael
 
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statika
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statikaMateri 7. kesetimbangan benda tegar statika
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statikaDanang Darmawan
 
Momentum sudut dan titik berat
Momentum sudut dan titik beratMomentum sudut dan titik berat
Momentum sudut dan titik beratnur alamsyah
 

Destaque (9)

Momentum sudut SMA
Momentum sudut SMAMomentum sudut SMA
Momentum sudut SMA
 
Momentum sudut dan rotasi benda tegar
Momentum sudut dan rotasi benda tegarMomentum sudut dan rotasi benda tegar
Momentum sudut dan rotasi benda tegar
 
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisikaBab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
Bab 6 momentum sudut dan rotasi benda tegar fisika
 
Solusi osk astro 2012 kode s3
Solusi osk astro 2012   kode s3Solusi osk astro 2012   kode s3
Solusi osk astro 2012 kode s3
 
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statika
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statikaMateri 7. kesetimbangan benda tegar statika
Materi 7. kesetimbangan benda tegar statika
 
58394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-201158394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-2011
 
Fis 12-keseimbangan-benda-tegar
Fis 12-keseimbangan-benda-tegarFis 12-keseimbangan-benda-tegar
Fis 12-keseimbangan-benda-tegar
 
Momentum sudut dan titik berat
Momentum sudut dan titik beratMomentum sudut dan titik berat
Momentum sudut dan titik berat
 
Torsi
TorsiTorsi
Torsi
 

Semelhante a Momentum Sudut dan Benda Tegar

Ralativitas Khusus
Ralativitas KhususRalativitas Khusus
Ralativitas Khususnurwani
 
Dasar dasar ilmu fisika
Dasar dasar ilmu fisikaDasar dasar ilmu fisika
Dasar dasar ilmu fisikaaliluqman
 
Hukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newtonHukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newtonasepsopian23
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptxruth568265
 
Gerak melingkar makalah
Gerak melingkar makalahGerak melingkar makalah
Gerak melingkar makalahwayanwija
 
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).pptMekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).pptRoniSaputra36
 
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3Gressi Dwiretno
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxRoida1
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxRoida1
 
Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11 Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11 radar radius
 
Gerak rotasi benda tegar
Gerak rotasi benda tegarGerak rotasi benda tegar
Gerak rotasi benda tegarAzmy Chubbiezzt
 
fdokumen.com_mekanika-benda-langit-568afe8c7f582.pptx
fdokumen.com_mekanika-benda-langit-568afe8c7f582.pptxfdokumen.com_mekanika-benda-langit-568afe8c7f582.pptx
fdokumen.com_mekanika-benda-langit-568afe8c7f582.pptxyenisipangkar
 
Gravitasi
GravitasiGravitasi
Gravitasislomoth
 

Semelhante a Momentum Sudut dan Benda Tegar (20)

Keppler
KepplerKeppler
Keppler
 
Ralativitas Khusus
Ralativitas KhususRalativitas Khusus
Ralativitas Khusus
 
Transformasi lorenz
Transformasi lorenzTransformasi lorenz
Transformasi lorenz
 
Dinamika partikel
Dinamika partikelDinamika partikel
Dinamika partikel
 
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptxKel 9 Gaya Sentral.pptx
Kel 9 Gaya Sentral.pptx
 
Dasar dasar ilmu fisika
Dasar dasar ilmu fisikaDasar dasar ilmu fisika
Dasar dasar ilmu fisika
 
Hukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newtonHukum gravitasi newton
Hukum gravitasi newton
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Gerak melingkar makalah
Gerak melingkar makalahGerak melingkar makalah
Gerak melingkar makalah
 
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).pptMekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
 
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
 
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docxMAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
MAKALAH_RELATIVITAS_KHUSUS_KD_3_7_Disusu.docx
 
Fisika Dasar 1
Fisika Dasar 1Fisika Dasar 1
Fisika Dasar 1
 
Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11 Fisika sma kelas 11
Fisika sma kelas 11
 
Gerak rotasi benda tegar
Gerak rotasi benda tegarGerak rotasi benda tegar
Gerak rotasi benda tegar
 
Kelompok
KelompokKelompok
Kelompok
 
fdokumen.com_mekanika-benda-langit-568afe8c7f582.pptx
fdokumen.com_mekanika-benda-langit-568afe8c7f582.pptxfdokumen.com_mekanika-benda-langit-568afe8c7f582.pptx
fdokumen.com_mekanika-benda-langit-568afe8c7f582.pptx
 
Dinamika
DinamikaDinamika
Dinamika
 
Gravitasi
GravitasiGravitasi
Gravitasi
 

Último

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdfAfriYani29
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024panyuwakezia
 

Último (20)

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 

Momentum Sudut dan Benda Tegar

  • 1. MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR DISUSUN OLEH : 1. DINI BISMUTIKA 2. MAY RAPIKA 3. MELINDA 4. NOVIA SARI 5. SUCI AMALIA
  • 2. MOMENTUM SUDUT DALAM GERAK PLANET MOMEN INERSIA BEBERAPA BENDA TEGAR MOMENTUM SUDUT PARTIKEL TUNGGAL DINAMIKA BENDA TEGAR GERAK SATELIT GERAK MENGGELINDING MOMENTUM SUDUT SISTEM PARTIKEL KEKEKALAN MOMENTUM PADA BENDA TEGAR BENDA TEGAR GIROSKOPI MOMENTUM SUDUT BENDA TEGAR STATIKA BENDA TEGAR
  • 3. MOMENTUM SUDUT DALAM GERAK PLANET Usaha untuk mempelajari sistem tata suryasecara ilmiah dirintis oleh orang-orang Yunani kuno. Deskripsi yang terperinci tentang kesimpulan yang diperoleh orang-orang Yunani ini diberikan oleh Ptolomeus pada abad kedua. Teori tentang sistem tata surya yang diberikan oleh Ptolomeus disebut sistem geosentrik. Pada abad ke-enambelas Copernicus menyatakan bahwa deskripsi gerak benda-benda langit akan lebih sederhana jika dianggap bahwa matahari terletak pada pusat jagad. Teori ini disebut teori Copernicus, atau heliosentris. Dalam teori ini bumi adalah suatu planet yang berputar pada sumbunya dan bergerak mengelilingi matahari, dan planet-planet yang lain juga melakukan gerak serupa.
  • 4. Adanya pertentangan antara dua teori tersebut membuat para mahasiwa astronomi berusaha untuk memperoleh data pengamatan yang lebih teliti. Data semacam ini dikumpulkan oleh Tycho Brahe (15461601) yang melakukan pengamatannya tanpa teleskop. Teleskop pertama kali dibuat oleh Galileo pada tahun 1609. data tentang gerak planet dari pengamatan Brahe dianalisa oleh Johannes Kepler (1571-1630) yaitu asisten Brahe, selama dua puluh tahun. Kepler menemukan adanya keteraturan dalam gerak planetplanet, keteraturan ini dinyatakan dalam tiga hukum Kepler untuk gerak planet.
  • 5. Hukum Keppler Hukum keppler merupakan hukum – hukum yang menjelaskan tentang gerak planet. Orbit Planet Perihelium Aphelium Jarak terdekat planet dari matahari Jarak terjauh planet dari matahari Garis edar planet ( orbit ) lintasan yang dilalui planet saat mengitari matahari Hukum I Keppler Orbit planet berbentuk elips dimana matahari terletak pada salah satu titik fokusnya.
  • 6. Hukum II Keppler Garis yang menghubungkan planet ke matahari dalam waktu yang sama menempuh luasan yang sama • Jika waktu planet untuk berevolusi dari AB sama dengan waktu planet untuk berevolusi dari CD sama dengan waktu planet untuk berevolusi dari EF • Maka luas AMB = luas CMD = luas EMF • Sehingga kecepatan revolusi planet dari AB lebih besar kecepatan revolusi planet dari CD dan kecepatan revolusi planet dari CD lebih besar kecepatan revolusi planet dari EF. • Semakin dekat matahari kecepatan revolusi planet semakin besar • Semakin jauh dari matahari kecepatan revolusi planet semakin lambat.
  • 7. Hukum III Keppler Kuadrat kala revolusi planet sebanding dengan pangkat tiga jarak rata – rata planet ke matahari d2 T12 T22 d1 d13 3 d2 T1 = Periode revolusi planet 1 T2 = Periode revolusi planet 2 d1 = jarak rata – rata planet 1 ke matahari d2 = jarak rata – rata planet 2 ke matahari
  • 9. momentum sudut sebuah partikel yang berputar terhadap sumbu putar didefenisikan sebagai hasil kali momentum linear partikel tersebut terhadap jarak partikel ke sumbu putarnya. Maka: L = r.p
  • 10. Vector L selalu tegak lurus dengan p dan r. besarnya ditentukan dengan L=p sin θ. r. dimana θ merupaan sudut antara p dan r, Karena θ=90⁰ maka diperoleh L=p.r. Oleh karena p=m.v dan v=ω.r, dengan ω adalah kecepatan sudut maka besarnya momentum sudut terhadap sumbu putarnya, yaitu: L=m.v.r L=m.r2. ω => L=I. ω •
  • 11. Momentum sudut pada sebuah partikel didefinisikan l = r x p, dengan p = mv Besarnya momentum sudut  l = r p sin rumusan ini dapat diubah menjadi : l = r (p sin ) = r p atau l = p (r sin ) = p r dimana p adalah : komponen p yang tegak lurus r dan r adalah : komponen r yang tegak lurus p Dari definisi momentum sudut l = r x p, bila dideferensialkan doperoleh :
  • 12. dl/dt = d (r x p)/dt dl/dt = (r x dp/dt) + (dr/dt x p) dl/dt = (r x F) + (v x mv) diperoleh dl/dt = dp/dt= F
  • 13. Gerak Satelit atau Planet • Gerak planet dan semua nggota tata surya mengikuti hukum grafitasi universal F R Mp = massa planet Mm = massa maahari R = jarak antara massa F = gaya tarik matahari pada planet • Hukum Grafitasi Universal. • Planet bumi dan planet yang lainnya bergerak mengitari matahari karena pengaruh gaya grafitasi matahari. • Gerak satelit mengelilingi planet disebabkan ada gaya grafitasi planet pada satelit. • Planet bergerak mengelilingi matahari karena matahari memiliki massa lebih besar dari planet. • Satelit mengelilingi planet karena planet memiliki massa lebih besar dari satelit.
  • 14. Besar gaya tarik matahari pada planet adalah sebanding dengan besar massa masing-masing dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat massa masing – masing. F=G • • • • • M 1 .M 2 2 R F R F = gaya tarik ( N ) M1 = massa matahari (kg) M2 = massa planet (kg) R = jarak rata- rata matahari dengan planet ( m ) G = konstanta grafitasi umum ( 6,67 . 10 – 11 N m2/kg2)
  • 15. DEPARTMEN IKA ITB Momentum Sudut Sistem Partikel  Untuk gerak linear sistem partikel berlaku dp Momentum kekal jika FEXT FEXT 0 dt  Bagaimana dng Gerak Rotasi? Untuk Rotasi, Analog gaya F adalah Torsi  Analog momentum p adalah r F L r p momentum sudut Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-15
  • 16. DEPARTMEN IKA ITB  Untuk sistem partikel benda tegar, setiap partikel memiliki kecepatan sudut yang sama, maka momentum sudut total: n       L l1 l2 l3 ln li i 1  dL dt n i 1  dli dt n  net ,i  net i 1 Perubahan momentum sudut sistem hanya disebabkan oleh torsi gaya luar saja. Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-16
  • 17.  Perhatikan sistem partikel benda tegar yg berotasi pd bidang x-y, sumbu rotasi z. Total momentum sudut adalah jumlah masing2 momentum sudut partikel: DEPARTMEN IKA ITB L i ri pi i mi ri v i i ˆ mi ri v i k (krn ri dan vi tegak lurus) v1 Arah L sejajar sumbu z m2 Gunakan vi = ri , diperoleh r2 L  L i I mi ri  2 ˆ k v2 j i r1 m 1  m3 r3 v3 Analog dng p = mv !! Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-17
  • 18. DEPARTMEN IKA ITB Vektor Momentum Sudut  DEFINISI Momentum sudut dari sebuah benda yang berotasi tehadap sumbu tetap adalah hasil kali dari momen inersia benda dengan kecepatan sudut terhadap sumbu rotasi tersebut.  L I   Demikan juga dengan torsi (Hk II Newton untuk gerak rotasi):   dL dt  d (I ) dt Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I  d I dt I  Bab 6-18
  • 19. DEPARTMEN IKA ITB Vektor Momentum Sudut L I  Jika tidak ada torsi luar, L kekal. Artinya bahwa hasil perkalian antara I dan w kekal I mi ri 2 L I Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I L I Bab 6-19
  • 20. DEPARTMEN IKA ITB Benda Tegar Benda Tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk meskipun dipengaruhi oleh suatu gaya. Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-20
  • 21. DEPARTMEN IKA ITB Torsi – Momen gaya  Torsi didefenisikan sebagai hasil kali besarnya gaya dengan panjangnya lengan Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-21
  • 22. DEPARTMEN IKA ITB Torsi – Momen gaya  Torsi berarah positif apabila gaya menghasilkan rotasi yang berlawanan dengan arah jarum jam.  Satuan SI dari Torsi: newton.m (N.m) Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-22
  • 23. DEPARTMEN IKA ITB Momentum Sudut Benda Tegar Dalam dinamika, bila suatu benda berotasi terhadap sumbu inersia utamanya, maka momentum sudut total L sejajar dengan kecepatan sudut , yang selalu searah sumbu rotasi. Momentum sudut (L) adalah hasil kali momen kelembaman I dan kecepatan sudut . Sehingga dapat dirumuskan : L=I. Bab 6-23
  • 24. DEPARTMEN IKA ITB Bagaimana persamaan tersebut diperoleh? Perhatikan gambar berikut. Momentum sudut terhadap titik 0 dari sebuah partikel dengan massa m yang bergerak dengan kecepatan V (memiliki momentum P = mv) didefinisikan dengan perkalian vektor, L=R P atau L = R mV L = mR V Bab 6-24
  • 25. DEPARTMEN IKA ITB Jadi momentum sudut adalah suatu vektor yang tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh R dan v. Dalam kejadian gerak melingkar dengan 0 sebagai pusat lingkaran, maka vektor R dan v saling tegak lurus. V = R Sehingga L = m R v L=mR R L = m R2 Arah L dam adalah sama, maka: L = m R2 atau L = I Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-25
  • 26. DEPARTMEN IKA ITB = dθ dt maka : L = m R2 dθ dt L = I dθ dt Momentum sudut sebuah partikel, relatif terhadap titik tertentu adalah besaran vektor, dan secara vektor ditulis: L = R P = m (R v) karena Bab 6-26
  • 27. DEPARTMEN IKA ITB Bila diturunkan, menjadi: dL = dR x P R dP dt dt dt dL = (V x Mv) + (F x R) dt dL = 0 + F x R dt karena = F R maka = dL dt Bab 6-27
  • 28. DEPARTMEN IKA ITB Apabila suatu sistem mula-mula mempunyai memontum sudut total L, dan sistem mempunyai momentum sudut total akhir L’, setelah beberapa waktu, maka berlaku hukum kekekalan momentum sudut. Perhatikan seorang penari balet yang menari sambil berputar dalam dua keadaan yang berbeda. Pada keadaan pertama, penari merentangkan tangan mengalami putaran yang lambat, sedangkan pada keadaan kedua, penari bersedekap tangan roknya berkibar-kibar dengan putaran yang cepat. Bab 6-28
  • 29. DEPARTMEN IKA ITB momentum sudut total awal = momentul sudut total akhir L = L’ L1 + L2 = L1’ + L2’ Hukum Kekekalan momentum rotasi sebagai berikut. I1 1 + I2 2 = I1’ 1’ + I2’ 2’ Bab 6-29
  • 30. Momen Inersia Beberapa Benda Tegar DEPARTMEN IKA ITB Momen Inersia bagi suatu sistem partikel benda tegar didefenisikan sebagai I mi ri 2 m1r 1 2 m2 r2 2 ... i I = momen inersia benda tegar, menyatakan ukuran inersial sistem untuk berotasi terhadap sumbu putarnya Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I
  • 31. DEPARTMEN IKA ITB Untuk benda yang mempunyai distribusi massa kontinu, momen inersianya diberikan dalam bentuk integral I mi ri 2 2 I r dm i I ρr dV 2 2 r dm z y x Dimana Elemen Volume dV rdr d dm dl Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-31
  • 32. DEPARTMEN IKA ITB dV rdr d dl  dimana rdr : perubahan radius,  dθ : perubahan sudut,  dl : perubahan ketebalan. Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-32
  • 33. DEPARTMEN IKA ITB Untuk lempengan benda dibawah ini, momen inersia dalam bentuk integral I r 2 rdr d dl Asumsi rapat massa ρ konstan  Kita dapat membaginya dalam 3 integral sbb: I R 0 2 r rdr 2 0 d L 0 Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I dl Bab 6-33
  • 34. DEPARTMEN IKA ITB 4 Hasilnya adalah r 4 I R 2 0 l L 0 0 4 Massa dari lempengan tersebut M R 2 4 I L 2 R L Momen Inersia benda I 1 2 MR 2 Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-34
  • 35. DEPARTMEN IKA ITB Dalil Sumbu Sejajar Untuk benda tegar bermassa M yang berotasi terhadap sumbu putar sembarang yang berjarak h dari sumbu sejajar yang melalui titik pusat massanya (ICM diketahui), momen inersia benda dapat ditentukan dengan menggunakan: Dalil Sumbu Sejajar I I cm Mh 2 Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-35
  • 36. DEPARTMEN IKA ITB Momen Inersia: 1 ml 2 12 I ℓ I 1 2 ml 3 R R I I mR I 2 1 m(a 2 b 2 ) 12 a ℓ b 1 mR 2 2 I 2 mR 2 5 Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-36
  • 37. Dinamika Benda Tegar DEPARTMEN IKA ITB  Mengikuti analog dari gerak translasi, maka kerja oleh momen gaya didefenisikan sbb: W 2 1 d 2 1 I d 1 2 Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I I 2 2 1 2 I 2 1 Bab 6-37
  • 38. DEPARTMEN IKA ITB Energi Kinetik Rotasi  Suatu benda yang bergerak rotasi, maka energi kinetik akibat rotasi adalah K K 1 mi 2 1 I 2 ri 2 1 2 mi ri 2 2 2  Dimana I adalah momen inersia, Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I I mi ri 2 Bab 6-38
  • 39. DEPARTMEN IKA ITB Energi Kinetik Rotasi  Linear K Massa Kecepatan Linear  Rotasi 1 2 Mv 2 K 1 I 2 2 Momen Inersia Kecepatan Sudut Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-39
  • 40. Prinsip Kerja-Energi DEPARTMEN IKA ITB  Sehingga, teorema Kerja-Energi untuk gerak rotasi menjadi: 2 W 2 d 1 W Bila K rot I d 0 dimana ,maka 0 I 2 1 K rotasi  1 W K rotasi 0 1 2 2 2 1 I 2 1 I 2 2 sehingga Hukum Kekekalan En. Kinetik Rotasi Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-40
  • 41. DEPARTMEN IKA ITB Menggelinding  Menggelinding adalah peristiwa translasi dan sekaligus rotasi Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-41
  • 42. Gerak Menggelinding: rotasi dan translasi DEPARTMEN IKA ITB s R Ban bergerak dengan laju ds/dt vcom Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I d dt R Bab 6-42
  • 43. DEPARTMEN IKA ITB Gerak Menggelinding: rotasi dan translasi Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-43
  • 44. DEPARTMEN IKA ITB Gerak Menggelinding: rotasi dan translasi The kinetic energy of rolling 2 K 1 2 IP K 1 2 I com 2 1 2 K 1 2 I com 2 1 2 IP Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I I com MR 2 2 com Mv MR 2 2 Kr Kt Bab 6-44
  • 45. DEPARTMEN IKA ITB Gerak Menggelinding Di Bidang Miring Gunakan:  N torsi = I R Fg sin  Rf s Fg sin acom R x Maka: MR 2 g sin P  Fg Fg cos Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I IP IP acom I com I P acom MR 2 g sin 2 1 I com / MR Bab 6-45
  • 46. Menggelinding DEPARTMEN IKA ITB  Total energi kinetik benda yang menggelinding sama dengan jumlah energi kinetik translasi dan energi kinetik rotasi. K 1 2 1 2 0 mv 2 I0 2 V0 Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-46
  • 47. DEPARTMEN IKA ITB Hukum Kekekalan Energi Mekanik Total Dengan Gerak Rotasi Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-47
  • 48. Giroskop Giroskop adalah roda berat yang berputar pada jari-jarinya. Sebuah giroskop mekanis terdiri dari sebuah roda yang diletakkan pada sebuah bingkai. Roda ini berada di sebuah batang besi yang disebut dengan poros roda. Ketika giroskop digerakkan, maka ia akan bergerak mengitari poros tersebut. Poros tersebut terhubung dengan lingkaran-lingkaran yang disebut gimbal. Gimbal tersebut juga terhubung dengan gimbal lainnya pada dasar lempengan. Jadi saat piringan itu berputar, unit giroskop itu akan tetap menjaga posisinya saat pertama kali dia diputar.
  • 49. torsi yang disebabkan oleh dua kekuatan yang berlawananFg dan –Fg menyebabkan perubahan momentum sudut L dalam arah yang torsi (karena torsi adalah turunanterhadap waktu dari momentum sudut). Hal ini menyebabkan bagian atas untuk presesi. Dalam sistem tertutup momentum sudut adalah konstan. Hukum konservasi ini secaramatematis berikut dari arah simetri kontinu ruang (tidak ada arah dalam ruang yang berbeda dari arah lain).
  • 50. Turunan waktu dari momentum sudut disebut torsi: (cross product kecepatan dan momentum adalah nol, karena vektor ini adalahsejajar.) Jadi memerlukan sistem yang akan "tertutup" di sini adalah secara matematis setara dengan nol torsi eksternal yang bekerja pada sistem:
  • 51. di mana τe x t adalah setiap torsi diterapkan pada sistem partikel. Diasumsikan bahwa kekuatan interaksi internal taat hukum ketiga Newton tentang gerak dalam bentuk yang kuat, yaitu, bahwa kekuatan-kekuatan antara partikel adalah sama dan berlawanan dan bertindak di sepanjang garis antara partikel.Dalam orbit, momentum sudut didistribusikan antara putaran planet itu sendiri dan momentum sudut dari orbitnya
  • 52. DEPARTMEN IKA ITB Kesetimbangan Benda Tegar  Suatu benda tegar dikatakan setimbang apabila memiliki percepatan translasi sama dengan nol dan percepatan sudut sama dengan nol.  Dalam keadaan setimbang, seluruh resultan gaya yang bekerja harus sama dengan nol, dan resultan torsi yang bekerja juga harus sama dengan nol: Fx = 0 dan Fy = 0 =0 Dr. Linus Pasasa MS /Fisika Dasar I Bab 6-52
  • 53. Keseimbangan Partikel  Syarat keseimbangan partikel F  0 Syarat keseimbangan gaya-gaya pada bidang xy Fx 0 Fy 0
  • 54. Keseimbangan Benda Tegar  Momen gaya “ukuran efektivitas suatu gaya dalam menghasilkan rotasi benda mengelilingi sumbu putarnya” τ Fd = momen gaya (N m) F = gaya (N) d = lengan momen (m) o o Momen gaya searah jarum jam diberi tanda positif momen gaya berlawanan arah jarum jam diberi tanda negatif
  • 55. Keseimbangan Benda Tegar  Momen Kopel “merupakan pasangan dua buah gaya yang sejajar dan sama besar, namun arahnya berlawanan M Fd = momen kopel (N m) F = gaya (N) d = jarak antara kedua gaya (m) o o Momen kopel searah jarum jam diberi tanda positif momen kopel berlawanan arah jarum jam diberi tanda negatif
  • 56. Keseimbangan Benda Tegar  Koordinat Titik Tangkap Gaya Resultan Jika sejumlah gaya bekerja pada bidang xy, maka setiap gaya tersebut dapat diuraikan atas komponen-komponenya y R y xR xR xR 1y F1 y x1 F1 y x1 ... 2y F2 y x2 F2 y x2 Ry Fny xn Ry ny ... Fny xn ... Fny xn x Ry yR yR yR 1x 2x F1 x y1 F1 x x1 F2 x y2 nx ... Fnx yn F2 x x2 ... Fnx xn Rx Fnx xn Rx ...
  • 57. Syarat Keseimbangan Benda Tegar  Syarat keseimbangan benda tegar F  0 0 Syarat keseimbangan benda tegar Jika gaya-gaya yang bekerja pada bidang xy Fx 0 Fy 0 0
  • 58. Titik Berat    Setiap benda terdiri atas partikel-partikel yang masing-masing memiliki berat. Resultan dari seluruh berat partikel disebut gaya berat benda Titik tangkap gaya berat inilah yang dinamakan titik berat
  • 60. Menentukan titik berat dengan perhitungan x0 W1 x1 W2 x2 ... Wn xn W1 W2 ... Wn y0 W1 y1 W2 y2 ... Wn yn W1 W2 ... Wn Wn xn Wn Wn yn Wn titik berat benda pejal homogen
  • 61. Jenis Keseimbangan  Keseimbangan labil Keseimbangan yang dialami benda dimana jika dipengaruhi oleh gaya atau gangguan kecil tidak akan segera kembali ke posisi semula
  • 62. Jenis Keseimbangan  Keseimbangan stabil Keseimbangan yang dialami benda dimana jika dipengaruhi oleh gaya atau gangguan kecil akan segera kembali ke posisi semula
  • 63. Jenis Keseimbangan  Keseimbangan indeferen (netral) Keseimbangan yang dialami benda dimana jika dipengaruhi oleh gaya atau gangguan tidak mengalami perubahan.