Praktek konvergensi media pada dasarnya sangat berkaitan erat dengan praktek-praktek konglomerasi serta ekonomi media yang ada saat ini. Dimana konvergensi merupakan titik awal dari adanya konglomerasi media baik itu melalui sistem merger ataupun tidak. Konvergensi media yang umumnya terjadi pada media masssa dengan satu induk yang sama atau biasa disebut dengan konglomerasi media, menyebabkan informasi-informasi yang disampaikan pada masyarakat menjadi seragam dan tidak tersebar merata. Hal ini kemudian dimafaatkan para pemilik kekuasaan untuk menjalankan praktek komersialisasi media sesuai dengan kepenting masing-masing. Sehingga kedepannya, praktek konvergensi media ini nantinya juga dapat mempengaruhi ekonomi media massa dengan menjadikan media sebagai salah satu instrument untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya bagi para pemilik. Pada studi kasus Kompas Gramedia diketahui bahwa salah satu perusahaan media massa besar di Indonesia ini, juga menerapkan sistem konvergensi media seperti aktivitas cooptation dan content sharing namun tidak masuk pada tahapan merger dengan perusahaan lain. Dari aktivitas ini lah, praktek-praktek konglomerasi media juga dapat diidentifikasikan pada Kompas Gramedia yang dalam kegiatan produksinya juga menerapkan sistem komersialisme media.
Analisis konvergensi media pada kompas gramedia group
1. Industri Media Massa
Analisis Konvergensi Media
Studi Kasus : Kompas Gramedia Grup
Oleh :
Radyastuti 071211531019
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SEMESTER GANJIL 2013/2014
2. I. PENDAHULUAN
Konvergensi media merupakan penggabungan atau pengintegrasian media-media
yang ada untuk kemudian digunakan serta diarahkan ke dalam satu titik tujuan. Dimana
konvergensi pada akhirnya akan menghasilkan berbagai ragam media baru dan digital,
sebagai hasil dari perpaduan tiga elemen sarana komunikasi yaitu jaringan komunikasi,
komputer/teknologi informasi dan isi/konten informasi dan media digital, atau yang lebih
dikenal sebagai 3Cs yakni Comunication Networks, Computing/Information Technology,
Digitized Media and Information Content. Hadirnya teknologi digital dan internet merupakan
salah satu penentu penting dalam memunculkan perangkat multimedia, seperti misalnya
media cetak yang saat ini juga memiliki versi digital (online).
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, beberapa media massa
melakukan praktek konvergensi media yang berkaitan dengan praktek-praktek konglomerasi
dan ekonomi media. Dengan tujuan untuk tetap menjaga eksistensi media tersebut maupun
eksistensi usaha pengembangan bisnis industri media yang lebih maju dan mengikuti
perkembangan zaman. Salah satu bentuk konvergensi dalam mempertahankan dan
mengembangkan kekuatan dalam bisnis media adalah dengan cara melakukan praktek
konsolidasi antar perusahaan (merger). Konsolidasi antar perusahaan (merger) ada beberapa
jenis, yaitu :
- Merger horisontal Terjadi ketika perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
industri dan pasar yang sama bersatu.
- Merger vertikal Terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang berbeda
tingkat produksinya bersatu.
- Conglomerate merger Terjadi ketika perusahaan yang berbeda jenisnya bersatu.
Dalam bukunya, Understanding Media Convergence: The State of the Field, Grant
dan Wilkinson menjelaskan bahwa konvergensi media meliputi lima dimensi besar, yaitu
konvergensi teknologi, konten multimedia, kepemilikan, kolaborasi, dan koordinasi (Grant
dan Wilkinson, 2009). Grant juga menjelaskan bahwa konvergensi kepemilikan media
memainkan peranan penting dalam menentukan konsolidasi antar pemain dalam industri
media karena berorientasi pada skala ekonomi produksi, yang berarti produk-produk media
yang terkonvergen berpotensi menjadi produksi massal (Grant dan Wilkinson, 2009).
3. Kompas Gramedia Group merupakan salah satu contoh perusahaan media yang
melakukan konvergensi, baik konvergensi secara horizontal maupun secara vertikal.
Perusahaan Kompas Gramedia Group melakukan hal tersebut bertujuan agar produk
medianya dapat tetap eksis seiring dengan perkembangan teknologi.
II. COMPANY PROFILE
- Nama Perusahaan : Kompas Gramedia (KG)
dikenal dengan Kelompok
Kompas Gramedia
- Tahun Berdiri : 21 Juni 1965
- Kantor Pusat : JL. Palmerah Selatan 22-26
Jakarta
- Pendiri : P.K Ojong dan Jakob Oetama
- Visi dan Misi : "Menjadi Perusahaan yang
terbesar, terbaik, terpadu dan
tersebar di Asia Tenggara
melalui usaha berbasis
pengetahuan yang menciptakan masyarakat tedidik,
tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera."
- Kompas Gramedia Values :
1. Humanisme/kemanusiaan (menghargai manusia sesuai harkat & martabatnya), yang
transendental (berdasarkan keyakinan akan yang tertinggi, yang mengatasi segala
sesuatu).
2. Peduli pada sesama; compassion; membantu dengan tulus.
3. Tanggungjawab sosial (CSR); cepat tanggap terhadap problem lingkungan
kemasyarakatan.
4. Memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang tanpa membedakan golongan,
ras, suku, gender, agama.
5. Menghargai perbedaan budaya; adaptif; inkulturatif; cross-cultural.
6. Management by walking around; saling menyapa; mengenal satu sama lain.
7. Saling menghargai, saling memahami (toleransi).
8. Peduli pada kesejahteraan karyawan; membina bawahan; delegasi, kaderisasi
4. - Founders :
1. P.K Ojong
Nama : Auw Jong Peng Koen atau Petrus Kanisius Ojong
Tempat Tanggal Lahir: Bukit Tinggi, 25 Juli 1920
Pendidikan : Lulus SD dan Mulo (setaraf SMA) di Payakumbuh dan
Padang, sebelum merantau ke Jakarta menempuh pendidikan
Sekolah Guru Atas Negeri di Jatinegara, dan lulus tahun 1951
dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
2. Jakob Oetama
Nama : Jakob Oetama
Tempat Tanggal Lahir: Jogjakarta, 27 September 1931
Pendidikan :
o Seminari Mertoyudan Magelang
o Kursus B1 Ilmu Sejarah sekaligus Perguruan Tinggi Publisistik di Jakarta.
o Tahun 1961, menyelesaikan jenjang S1 Fakultas Sosial dan Politik Universitas
Gajah Mada Jogja.
o Dosen tidak tetap Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Indonesia.
o Tahun 2001 Universitas Gajah Mada menganugerahkan gelar Doctor Honoris Causa
kepada Jakob Oetama atas dasar pertimbangan kepeloporan berikut kepemimpinannya
dalam dunia media massa Indonesia.
5. III. ANALISIS
3.1 Analisis Konvergensi
Konvergensi media pada dasarnya merupakan sebuah strategi yang dilakukan sebuah
perusahaan atau media-media massa dalam rangka menyambut era digital. Dimana
keberadaannya berfungsi sebagai penyatu berbagai layanan teknologi komunikasi serta
informasi yang ada diantara industri-industri, aplikasi-aplikasi, produsen-konsumen, serta
Negara-negara. Dengan menggabungkan sifat-sifat teknologi telekomunikasi konvensional
yang bersifat massif dan teknologi komputer yang bersifat interaktif seperti internet,
konvergensi menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan
pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data dan sebagainya (Preston, 2001).
Seluruh bentuk informasi maupun data diubah dari format analog ke format digital yang
kemudian dikirim ke dalam satuan bit (binary digit). Karena informasi yang dikirim
merupakan format digital, konvergensi mengarah pada penciptaan produk-produk yang
aplikatif yang mampu melakukan fungsi audiovisual sekaligus komputasi. Hal ini lah yang
kemudian membuat para produsen media massa menerapkan strategi konvergensi media.
Adapun strategi konvergensi ini kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Dailey, Demo,
dan Spilman (2005) dalam Model Kontinum Konvergensi. Model ini menjelaskan lima
aktivitas konvergensi media berdasarkan tingkat partisipasinya. Berfungsi sebagai instrument
untuk mendefinisikan dan mengevaluasi tahapan proses konvergensi yang terjadi dalam suatu ruang berita,
dan bukan untuk menilai keberhasilan suatu ruang berita (Dailey, 2005). Berikut adalah
beberapa aktivitas konvergensi yang dimaksud :
1. Cross promotion
Aktivitas konvergensi media yang mengedepankan kerjasama di antara dua media
untuk saling memberikan ruang untuk memperkenalkan konten media satu sama lain. Antara
kedua media yang bekerjasama tersebut mereka menggunakan iklan, kata-kata, dan
elemen visual dengan tujuan mempromosikan konten media partner, termasuk juga
menampilkan logonya.
2. Cloning
Aktivitas konvergensi ketika konten media diperbanyak untuk dimuat di media
lainnya. Artinya, satu media menampilkan konten berita dari ruang berita media lain
6. apa adanya tanpa perubahan. Proses cloning ini umumnya dilakukan suatu media nasional
untuk memuat berita-berita internasional melalui cloning dari agen berita internasional
seperti Reuters, AP, atau Bloomsberg.
3. Cooptation
Ketika sejumlah media yang terkonvergensi saling bekerja sama dan berkompetisi di
saat yang bersamaan. Dalam hal ini terkandung adanya pertukaran pengetahuan antara
kedua media berbeda yang bekerjasama, saling bekerjasama dalam produksi berita dan kegiatan
promosional, tetapi produksi konten berita tetap dilakukan secara independen di ruang
berita yang terpisah. Contoh koopetisi dalam konvergensi media biasanya dilakukan oleh
media-mediayangberbeda newsroom tetapi masih berada dalamsatugrupmediayangsama.
4. Content Sharing
Aktivitas disaat kedua media yang berlainan saling berbagi konten dalam bentuk
pengemasan ulang (repackaged) atau bahkan termasuk berbagi budgeting. Konvergensi
media dalam tahap ini sebagian besar dilakukan oleh media yang berada di bawah satu
kepemilikan. Dalam tahap content sharing, diadakan rapat dan pertemuan rutin antara media
yang bekerjasama untuk mengumpulkan tema dan isu yang akan diangkat dalam media
masing-masingdankontenyangakandidistribusikandimediamasing-masing.
5. Full Convergence
Aktivitas konvergensi yang menggambarkan kondisi ketika media yang berbeda
bekerja sama secara penuh, baik dalam hal pengumpulan, produksi, dan distribusi
konten, dan bertujuan untuk memaksimalkankeunikankarakteristikmasing-masingmediauntuk
menyampaikan konten. Dalam tahap full convergence, media yang bekerjasama menghasilkan
konten dan topik secara kolaboratif dengan memanfaatkan kekuaan platform media masing-masing.
Tahapfull convergence ini jarang ditemui penerapannya di berbagai grup media.
7. Sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, Kompas Gramedia menggunakan
strategi konvergensi sebagai salah satu upaya untuk mengukuhkan eksistensinya. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa hasil produksi atau output dari Kompas Gramedia yang
merupakan hasil konvergensi 3Cs. Dimana kondisi ini membuktikan bahwa PK. Ojong serta
Jakoeb Oetama selaku pendiri perusahaan, mampu menjawab tantangan perkembangan
teknologi informasi yang ada saat ini. Adapun beberapa macam konvergensi media pada
Kompas Gramedia dapat dijabarkan sebagai berikut :
Tahun 1972
Hampir bersamaan dengan mulai beroperasinya Percetakan
Gramedia, pada tahun yang sama didirikan unit bisnis Radio
Sonora, berkedudukan di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.
Radio Sonora didirikan oleh para pendiri Kompas Gramedia
untuk memberikan layanan informasi bagi masyarakat melalui
media elektronik, selain melalui media tertulis.
(http://www.kompasgramedia.com/ )
Analisis :
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa Kompas Gramedia telah melakukan
konvergensi media, dengan menggabungkan teknologi informasi media cetak yaitu Harian
Kompas dan media elektronik yakni Radio Sonora, dalam rangka menyebarluaskan informasi
kepada masyarakat. Adapun aktivitas konvergensi yang dilakukan adalah cooptation, dimana
baik Harian Kompas maupun Sonora, bekerja sama dalam memproduksi berita meskipun
konten yang disampaikan berbeda-beda mengikuti kebijakan newsroom masing-masing.
Selain itu, kedua media tersebut masih berada dibawah naungan Kompas Gramedia Grup.
Tahun 1998
Perjalanan bisnis Kompas Gramedia tiba pada perkembangan
tren di masyarakat yang menunjukkan fenomena
meningkatnya penggunaan jaringan internet untuk
mendapatkan informasi, maka Harian KOMPAS membuat
versi online dari harian KOMPAS cetak yang disebut Kompas
Online dengan alamat http://www.kompas.com. Pada tahun
1998, Kompas Online berkembang menjadi unit bisnis
tersendiri dibawah naungan PT Kompas Cyber Media (KCM).
Saat ini Kompas Online diubah menjadi Kompas.com
8. (http://www.kompasgramedia.com/)
Analisis :
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa Kompas Gramedia telah melakukan
konvergensi media, dengan menggabungkan teknologi informasi media cetak yaitu Harian
Kompas dan media digital yakni Kompas.com. Kompas Gramedia melakukan konvergensi
tersebut jauh sebelum penggunaan teknologi internet populer atau menjadi tren seperti yang
terjadi saat ini.
Kompas Gramedia melakukan konvergensi dari format analaog menjadi digital. Pada
kondisi ini, Kompas Gramedia menjalankan aktivitas konvergensi berupa content sharing,
dimana baik Harian Kompas ataupun Kompas.com bekerjasama dalam proses produksi
berita, serta dapat bertukar informasi dan konten berita untuk kemudian dikemas ulang sesuai
dengan karakteristik dari media masing-masing sebelum didistribusikan kepada masyarakat
luas. Adapun kedua media tersebut masih berada dibawah naungan Kompas Gramedia Grup.
Fenomena ini kemudian melahirkan budaya baru dalam sistem jurnalistik yang
dikenal dengan istilah jurnalistik online dengan tuntutan selangkah lebih update dari para
jurnalis konvensional. Sebab, berita yang disampaikan selalu diperbaharui hampir tiap
detiknya. Oleh karena itu, masyarakat kemudian dihadapkan pada kebebasan untuk memilih
berbagai macam pilihan sumber berita mengenai suatu topik.
Tahun 2000
Pengembangan bisnis Kompas Gramedia kembali dilakukan
pada tahun 2000, dengan didirikannya PT Duta Visual
Nusantara Tivi Tujuh, tepatnya pada tanggal 22 Maret 2000,
yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan TV7. Pada
perkembangannya TV7 resmi berubah nama menjadi Trans7
pada tanggal 15 Desember 2006 dengan masuknya PT Trans
Corporation dalam kepemilikan saham.
(http://www.kompasgramedia.com/)
Tahun 2009
Seiring dengan perkembangan teknologi dan situasi
lingkungan bisnis di media, bisnis media cetak diarahkan
untuk melakukan transformasi menuju era digital. Dengan
demikian sosok media selanjutnya ditampilkan melalui multi
9. media, multi channel, dan multiplatform (MMM). Maka pada
awal tahun 2009 media televisi mulai dijajagi kembali. Kompas
Gramedia Television (KOMPAS GRAMEDIA TV) menjadi
kendaraan perusahaan untuk menjalankan bisnis di televisi
yang dimulai dengan pembentukan proyek KOMPAS
GRAMEDIATV pada awal Oktober 2009. Proyek ini memulai
kegiatannya dengan membentuk KOMPAS GRAMEDIA
Production yang diberi tugas untuk memproduksi program
acara yang memberikan value added kepada pemirsa,
sehingga program-program yang akan ditayangkan
mengandung nilai-nilai kemanusiaan, nilai sosial dan
pendidikan. Proyek KOMPAS GRAMEDIATV sekaligus juga
mempersiapkan terbentuknya KOMPAS GRAMEDIA TV
Network, Kompas Channel, KOMPAS GRAMEDIA Vision, dan
Kompas TV. (http://www.kompasgramedia.com/)
Analisis :
Kompas TV merupakan salah satu output dari aktivitas konvergensi cooptation
sekaligus content sharing yang menggunakan prinsip bekerjasama sekaligus berkompetisi
untuk menampilkan potensi dan karakteristik media masing-masing melalui iklan atau
berbagai macam kegiatan promosi. Dimana Kompas TV merupakan gabungan dari media
komunikasi konvensional dan komunikasi massa berbasis elektronik yang bersifat satu arah,
dengan penggunaannya yang dilengkapi audio-visual. Pada proses pembuatan kontennya,
Kompas TV melaksanakan kerjasama dengan media-media Kompas Gramedia lainnya, untuk
kemudian dikemas ulang sesuai dengan kebijakan newsroom dan program-program yang
dijalankan.
3.2 Analisis Konglomerasi
Dalam prakteknya, konvergensi media yang diterapkan oleh Kompas Gramedia
sangat terkait dengan konglomerasi media yang ada di Indonesia. Kompas Gramedia
merupakan salah satu dari sekian banyak media dengan berbagai unit perusahaan yang hanya
dimiliki oleh satu orang.
Konglomerasi media merupakan kosentrasi kepemilikan media yang bertujuan untuk
mencari keuntungan melalui media. Dimana kepemilikan media yang dimaksud disini
10. adalah, ketika sebuah perusahaan media berskala besar menaungi televisi, koran, majalah,
radio, dan lain sebagainya sekaligus. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan media tersebut,
hal ini membawa pengaruh bagi perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di pasar
media massa, misalnya pemberitaan sebuah isu pada unit media yang berbeda (surat kabar
harian dan surat kabar online) namun tetap dalam satu naungan perusahaan. Pada kedua unit
media tersebut akan terlihat bahwa isi beritanya akan cenderung sama dan hal tersebut
mengakibatkan terjadinya monopoli informasi. Tidak hanya pada isi beritanya saja, namun
iklan yang masuk kedalam kedua unit media ini juga menunjukkan adanya konvergensi
media dengan isi pesan yang sama.
Gambar I. Surat Kabar Harian Kompas
Edisi 1 Juli 2014
Gambar II. Surat Kabar Online
www.surabaya.tribunnews.com
Edisi 1 Juli 2014
Sebagai contoh, praktek konvergensi media yang dipengaruhi oleh faktor
konglomerasi dapat dilihat pada salah satu iklan yang ada pada surat kabar Harian Kompas
dan surat kabar online pada www.surabaya.tribunnews.com edisi 1 Juli 2014. Dimana pada
kedua media yang berbeda tersebut, iklan yang ditampilkan merupakan iklan kampanye dari
salah satu kandidat capres-cawapres yakni Jokowi-JK. Pada kedua media tersebut,
karakteristik pesan dan tampilan iklan ditampilkan dengan cara yang berbeda sesuai dengan
kebijakan newsroom masing-masing media. Hal ini menunjukkan adanya penerapan aktivitas
konvergensi berupa content sharing serta cooptation pada kedua media tersebut dalam satu
grup yang sama yaitu Kompas Gramedia.
11. Disisi lain isi atau konten pesan yang disampaikan melalui iklan yang ada pada dua
media berbeda tersebut cenderung sama, yakni meningkatkan awareness masayarakat akan
pencalonan diri Jokowi-Jk sebagai capres-cawapres 2014. Selain itu, konten pesan pada
kedua iklan disusun berdasarkan batasan yang telah ditentukan oleh Kompas Gramedia –tarif
iklan dalam setiap media–. Hal ini terjadi karena adanya praktek konglomerasi media,
dimana Kompas Gramedia dengan berbagai anak perusahaan lainnya berusaha untuk mencari
pengeluaran minimal demi mendapatkan penghasilan yang maksimal, hal inilah yang
kemudian mendorong terjadinya komersialisasi media massa. Dimana praktek monopoli
informasi menjadi salah satu dampak adanya komersialisasi media massa dengan ciri
keseragaman informasi serta penyampaiannya yang terbatas kepada masyarakat.
3.3 Analisis Ekonomi Media
Ekonomi media merupakan salah satu ranah kajian yang berisi tentang penerapan
sistem-sistem serta teori ekonomi yang diaplikasikan pada cara kerja sebuah media massa
yang berkaitan dengan salah satu upaya media untuk mendapatkan keuntungan. Praktek dari
ekonomi media ini kemudia melahirkan sebuah teori yang disebut dengan Ekonomi Politik
Media, dimana pendekatan yang digunakan masih berkaitan dengan konglomerasi media
dengan lebih menekankan pada struktur ekonomi daripada muatan ideologi media. Teori ini
mengungkapkan ketergantungan ideologi pada kekuatan ekonomi dan mengarahkan perhatian
penelitian pada analisis empiris terhadap struktur kepemilikan dan mekanisme kerja pada
media (http://koranpembebasan.wordpress.com/2013/11/13/relasi-kapitalisme-dengan-organisasi-
media/). Hal ini kemudian sejalan dengan praktek kerja Kompas Gramedia yang lebih
mementingkan ekonomi perusahaan daripada ideologinya. Sebagai salah satu media yang
dianggap masih berada dalam kategori netral, Kompas Gramedia memasang iklan Jokowi-Jk
dalam Harian Kompas dan Surya Online sebagai bentuk pencarian profit.
Dengan mengesampingkan ideologi Kompas sebagai media massa yang netral, iklan
Jokowi-Jk masuk sebagai bentuk pembuktian teori ekonomi politik media yang menurut
Garnham media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat
dengan sistem politik. Sistem politik ini nantinya memiliki nilai-nilai tukar yang
menguntungkan bagi perusahaan terkait dengan kondisi pasar media massa yang ada saat ini.
Dimana isu-isu seputar pemilihan Presiden 2014 merupakan isu hangat yang dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan media massa. Salah satunya adalah melalui iklan.
12. IV. KESIMPULAN
Praktek konvergensi media pada dasarnya sangat berkaitan erat dengan praktek-
praktek konglomerasi serta ekonomi media yang ada saat ini. Dimana konvergensi
merupakan titik awal dari adanya konglomerasi media baik itu melalui sistem merger ataupun
tidak. Konvergensi media yang umumnya terjadi pada media masssa dengan satu induk yang
sama atau biasa disebut dengan konglomerasi media, menyebabkan informasi-informasi yang
disampaikan pada masyarakat menjadi seragam dan tidak tersebar merata. Hal ini kemudian
dimafaatkan para pemilik kekuasaan untuk menjalankan praktek komersialisasi media sesuai
dengan kepenting masing-masing. Sehingga kedepannya, praktek konvergensi media ini
nantinya juga dapat mempengaruhi ekonomi media massa dengan menjadikan media sebagai
salah satu instrument untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya bagi para pemilik.
Pada studi kasus Kompas Gramedia diketahui bahwa salah satu perusahaan media
massa besar di Indonesia ini, juga menerapkan sistem konvergensi media seperti aktivitas
cooptation dan content sharing namun tidak masuk pada tahapan merger dengan perusahaan
lain. Dari aktivitas ini lah, praktek-praktek konglomerasi media juga dapat diidentifikasikan
pada Kompas Gramedia yang dalam kegiatan produksinya juga menerapkan sistem
komersialisme media.
Referensi :
http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/history.
Nastiti, Aulia. 2012. Jurnal Konvergensi Media – Studi pada Jaringan Koran Tribun.
Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia. Diakses melalui http://www.scribd.com/doc/91799239/Konvergensi-Media-Lokal-
Koran-Tribun pada tanggal 30 Juni 2014
Hoskins, Colin. 2004. Jurnal Media Economics. London: Sage Publication
Rivers, William, et. al. 2004. Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta: Prenada
Media
Savitri, Dewi Imar. 2012. Konvergensi Media di Indonesia yang diakses melalui
http://41809012.blog.unikom.ac.id/konvergensi-media.5zv pada tanggal 30 Juni 2014
Soekartono. Konvergensi Media dan Masa Depan Bangsa yang diakses melalui
http://tonz94.files.wordpress.com/2010/11/konvergensi-media-dan-masa-depan-bangsa.pdf
pada tanggal 30 Juni 2014
13. PETA KONSEP
KONVERGENSI KOMPAS GRAMEDIA
konvergensi
Kompas
Gramedia
Koran
Harian
Kompas
Televisi
KompasTV
Radio
Sonora FM
Majalah
Intisari
Daring
suryaonline
KONGLOMERASI
MEDIA
MONOPOLI INFORMASI
EKONOMI MEDIA
bentuk dari
mengakibatkan
Berkaitan dengan
14. Penjelasan :
Kompas Media Grup memiliki beberapa unit perusahaan yang bergerak di industri
media sekaligus merupakan bentuk dari konvergensi media yaitu, koran, televisi, radio,
majalah, tabloid, online. Adanya beberapa macam jenis unit media namun tetap pada satu
naungan perusahaan media yang berskala besar merupakan praktek dari konglomerasi.
Dengan adanya konglomerasi atau konsentrasi kepemilikan media, hal ini
berpengaruh terhadap pasar media massa, misalnya pemberitaan sebuah isu pada unit media
yang berbeda (surat kabar harian dan surat kabar online) namun tetap dalam satu naungan
perusahaan, maka isi beritanya akan cenderung sama dan hal tersebut mengakibatkan
terjadinya monopoli informasi.
Monopoli informasi yang ada pada media massa kini akan mempengaruhi ekonomi
media. Dimana perusahaan media massa –dalam studi kali ini Kompas Gramedia- akan
berusaha untuk mendapatkan penghasilan yang maksimal melalui salah satu fungsinya
sebagai penyebar informasi pada masyarakat. Hal ini lah yang kemudian disebut sebagai
praktek komersialisasi media massa. Dimana media memposisikan diri sebagai sebuah bisnis
yang berorientasi pada upaya-upaya untuk mendapatkan keuntungan.