Makalah ini membahas dampak perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan pembangunan kependudukan yang diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Perubahan iklim berdampak pada pergeseran musim tanam dan meningkatnya serangan hama, sehingga menurunkan produktivitas dan pendapatan petani. Pembangunan kependudukan perlu fokus pada peningkatan kualitas SDM melalui program seperti MDGs untuk men
Makalah_56 Kel 4 pengaruh perubahan iklim terhadap pembangunan pertanian dan penduduk
1. MAKALAH
PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDUDUK DALAM
PEMBANGUNAN PERTANIAN
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pembangunan Pertanian
Semester Ganjil Tahun 2010
Disusun oleh
Kelompok 4
Andina S (150110080 ) Indah M (150110080 )
Susi Sulastri(150110080 ) Juan R (150110080 )
R Bondan (150110080162) Tohom (150110080 )
Yozi A (150110080 ) Andreas (150110080 )
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2. 2 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Pengertian, konsep dan indikator Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR, 1988), “pertanian berkelanjutan
adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia
yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam”.
Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan dipertajam dengan kajian
pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan
yang diabadikan bagi kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Pertanian
berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik mempertautkan berbagai aspek atau gatrs dan
disiplin ilmu yang sudah mapan antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.
Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan
agroekosistem secara keseluruhan – dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah
ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta
masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumberdaya lokal digunakan
secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan, dan dapat melestarikan
sumberdaya alam dan meminimalisasikan risiko.
Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian rupa sehingga keperluan
dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan begitu juga hak mereka dalam penggunaan
lahan dan modal yang memadai, dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk
berperanserta dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan di masyarakat.
Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup (manusia, tanaman, hewan)
dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri,
kerjasama, rasa sayang) dan termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual
masyarakat.
3. 3 | P a g e
Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan ubahan kondisi
usahatni yang berlangsung terus, misalnya, populasi yang bertambah, kebijakan, permintaan pasar,
dll. Anggap saja sistem pertanian berkelanjutan dipandang sebagai suatu paradigma ilmu. Sistem
pertanian berkelanjutan sebagai paradigma ilmu membuat khalayak yang mempercayainya hendaknya
(a) mengetahui apa yang harus dipelajarinya, (b) apa saja pernyataan-pernyataan yang harus
diungkapkan, dan (c) kaidah-kaidah apa saja yang harus dipakai dalam menafsirkan semua jawaban
atas fenomena pertanian berkelanjutan.
1.2.Pembangunan Berwawasan Kependudukan
Secara sederhana pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua makna
sekaligus, yaitu :
- Pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang disesuaikan dengan
potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses
pembangunan. Penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam pembangunan.
Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk.
- Pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan sumberdaya manusia.
Pembangunan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia
dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata-mata.
4. 4 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dampak Perubahan Iklim terhadap Pembangunan Pertanian
Perubahan iklim lebih disebabkan oleh apa yang disebut dengan Gas Rumah Kaca sebagai akibat
dari Efek Rumah Kaca yang terjadi karena kerusakan Atmosfer. Atmosfer yang seharusnya dapat
menahan dan melindungi kehidupan bumi dari serangan radiasi sinar matahari dan meredam perbedaan
suhu secara ekstrem pada siang dan malam, mengalami kerusakan atau perubahan gas-gas penyusunnya
maupun mengalami penipisan gas-gasnya.
Karena berbagai aktivitas manusia, terutama proses industri dan transportasi, menyebabkan Gas
Rumah Kaca yang diemisikan ke atmosfer terus meningkat. Alhasil, terjadilah perubahan komposisi Gas
Rumah Kaca di atmosfer. karena rusaknya tatanan atmosfer yang menjadikan gas-gas (pancaran radiasi
matahari) tersebut tidak seimbang komposisinya. Rusaknya keseimbangan gas yang ada itulah yang
mengakibatkan perubahan iklim di bumi. Hal ini kemudian menyebabkan radiasi yang dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke luar angkasa terhambat sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi
panas di atmosfer.
Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit
dikendalikan. Dalam praktek, iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi/dikendalikan sesuai dengan
kebutuhan, kalaupun bisa memerluan biaya dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan
menjadi faktor pembatas produksi pertanian.
Dampak perubahan iklim sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Salah satu sektor yang
paling terpengaruh dengan perubahan iklim adalah sektor pertanian.
Pertama, perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim
hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalami
pergeseran. Disamping itu kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yang
berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin.
Kedua, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Salah satunya adalah serangan wereng
cokelat di pantura jawa telah memporakporandakan sedikitnya 10.644 ha tanaman padi di Kabupaten
Cirebon. Seluas 419 ha diantaranya telah dinyatakan puso alias gagal panen (Sumber: Pikiran Rakyat,
2005). Serangan hama dan penyakit tanaman padi di beberapa tempat mengalami fluktuasi dan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Total serangan organisme pengganggu tanaman secara nasional pada
5. 5 | P a g e
periode Januari-Juni 2006 mencapai 135.988 hektar dengan puso 1.274 hektar. Luas serangan ini lebih
besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Luas sawah yang terkena serangan
129.284 hektar pada Januari-Juni 2005. Beberapa jenis hama yang ditemukan antara lain penggerek
batang padi, wereng batang coklat, tikus, dan tungro (sumber: Kompas,2006).
Ketiga, menurunnya kesejahteraan ekonomi petani. Dua hal diatas jelas merugikan petani dan sektor
pertanian karena akan semakin menyusutkan dan menurunkan hasil pertanian yang berefek pada
menurunnya pendapatan petani. Sebab perekonomian petani bergantung pada keberhasilan panen, jika
terjadi kegagalan maka petani akan merugi. Pengaruh kegagalan panen, bangkrutnya petani dan harga
pangan yang makin meningkat dapat meruntuhkan prospek pertumbuhan ekonomi. Kondisi dimana harga
bahan pangan dan komoditi lain yang tinggi tentu saja berakibat pada peningkatan inflasi. Semakin
rawannya ketahanan pangan di Indonesia merupakan akibat semakin menurunnya luas lahan pertanian
dan produktivitas lahan yang tidak mungkin ditingkatkan.
Produktivitas pertanian di daerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu
rata-rata global antara 1-2o C sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi
kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada
sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim
kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran
hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor
beras. Pada tahun 1991, Indonesia mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras
yang diimpor lebih dari satu juta ton (KLH, 1998).
2.2. Pembangunan Kependudukan Diarahkan pada Kualitas SDM
Pembangunan kependudukan sebaiknya diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Persoalannya, masalah kependudukan akan makin terasa rumit di masa depan. saat ini
pertumbuhan penduduk vmakin tinggi, terutamauntuk yang berusia lanjut. ,Jumlahnya sudah mencapai 22
juta sampai 25 juta
Akibatnya, terjadi perubahan struktur kependudukan. Penduduk yang berusia lanjut makin
bertambah. Sementara, pengamatan di lapangan memperlihatkan, di beberapa wilayah upaya
pengendalian penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB) maupun upaya lain masih belum
mampu mengerem laju pertumbuhan yang relatif tinggi.
Saat ini jumlah penduduk Indonesia diperkirakan bisamencapai 235 juta- 240 juta jiwa. Dari
jumlah itu, sekitar 50 persen berada di perkotaan. Pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan di perkotaan
6. 6 | P a g e
membuat penduduk beramai-ramai melakukan urbanisasi. Didukung pula dengan bertambahnya wilayah
yang tadinya pedesaan berubah menjadi perkotaan akibat terjadinyapemekaran.
Karenanya, pengendalian dan pembangunan penduduk harus dilakukanmelalui brand baru. Yang
mampu mem- berikan janji, harapan, dan kebanggaan yang cepat. Yaitu paket millenium deuelopment
goals (MDGs) yang telah disepakati para pemimpin dunia sejak tahun 2000. Upaya pembangunan harus
dilakukan secara seimbang, baik di perkotaan maupun pedesaan. Penduduk perkotaan, juga harus
menjadi sasaran pemberdayaan. Pasalnya, 50 persen penduduk perkotaan di Indonesia masihbelum maju
dibanding penduduk perkotaan di negara tetangga, macam Malaysia, China, atau Thailand.
DAFTAR PUSTAKA
http://ronawajah.wordpress.com/2008/02/21/falsafah-ilmu-sistem-pertanian-berkelanjutan/
http://agrimaniax.blogspot.com/2010/06/konsep-pembangunan-pertanian.html
http://re-searchengines.com/0107junaidi.html
http://iklim.dirgantara-
lapan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=60&Itemid=37
http://kaumbiasa.com/dampak-perubahan-iklim-bagi-petani.php
http://bataviase.co.id/node/266800